Anda di halaman 1dari 41

SEJARAH DAN ETNO MATEMATIKA

“MATEMATIKA INDIA KUNO DAN MATEMATIKA VEDA”

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si

Disusun Oleh:

Irfa Wildati Soleha ; 2113011018 ; 5C PM

Nanda Pebrianika Br Tarigan ; 2113011031 ; 5C PM

Linda Tri Anita ; 2113011039 ; 5C PM

Gusti Ayu Kadek Ratna Wati ; 2113011034 ; 5D PM

Gede Dony Artadana ; 2113011050 ; 5D PM

Cindy Yosevine Alfiyani Purba ; 2113011082 ; 5D PM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatnya makalah kami yang berjudul “Matematika India Kuno dan Matematika Veda” dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini, kami tak lupa mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang berperan dan telah membantu kami
dalam menyusun makalah ini, yaitu :

1. Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah
dan Etno Matematika.
2. Teman-teman dan pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen maupun teman-teman terhadap
makalah kami. Kritik dan saran dari dosen maupun teman-teman sangat penulis hargai, baik
dari segi isi, sistematika, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan makalah ini sehingga
makalah ini pada akhirnya dapat dikembangkan dan disempurnakan bagi pembaca serta dapat
berguna bagi penulis dalam meningkatkan kemampuan menulis.

Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kata atau penulisan yang
kurang berkenan di hati para pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga
dengan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Singaraja, 12 September 2023

Penulis

Sejarah dan Etno Matematika │ ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 2
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
2.1 Matematika India Kuno ............................................................................................... 5
2.1.1 Sejarah Matematika India Kuno .......................................................................... 5
2.1.2 Tokoh-tokoh Matematika India Kuno ................................................................. 7
2.1.3 Perkembangan Matematika India Kuno............................................................. 10
2.1.4 Sistem Angka dan Teori Bilangan Matematika India Kuno .............................. 12
2.1.5 Sejarah Angka Nol ............................................................................................. 20
2.1.6 Peninggalan Matematika India Kuno................................................................. 22
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Matematika India Kuno......................................... 24
2.2 Matematika Veda ...................................................................................................... 26
2.2.1 Sejarah Matematika Veda .................................................................................. 26
2.2.2 Tokoh-tokoh Matematika Veda ......................................................................... 27
2.2.3 Perkembangan Matematika Veda ...................................................................... 28
2.2.4 Sistem dan Teori Bilangan Veda ....................................................................... 29
2.2.5 Peninggalan Matematika Veda .......................................................................... 33
2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Matematika Veda .................................................. 35
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 37
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 37
3.2 Saran .......................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 38

Sejarah dan Etno Matematika │ iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bhaskara II ............................................................................................................. 7


Gambar 2.2 Pingala .................................................................................................................... 7
Gambar 2.3 Surya Siddhanta ..................................................................................................... 8
Gambar 2. 4 Aryabhata .............................................................................................................. 8
Gambar 2.5 Brahma Gupta ...................................................................................................... 10
Gambar 2.6 Brahmi satu, dua, tiga .......................................................................................... 12
Gambar 2.7 Contoh Gaya Angka Brahmi ................................................................................ 13
Gambar 2.8 Angka Pra-Brahmi menurut Ifrah ........................................................................ 14
Gambar 2.9 Angka Gupta ........................................................................................................ 14

Sejarah dan Etno Matematika │ iv


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Matematika adalah suatu bentuk aktivitas manusia “(mathematic as a human
activity)”. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat
memegang peranan rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Oleh karena itu,
pengetahuan matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh siswa. Matematika
merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
Perguruan Tinggi (PT). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan matematika
dalam dunia pendidikan sekarang ini. Pentingnya peranan matematika juga terlihat pada
pengaruhnya terhadap mata pelajaran lain.
Matematika sebagai sebuah pokok bahasa sering disajikan dengan serangkaian
prosedur teknis tanpa makna dalam berbagai silabus dan buku-buku ajar. Penyajian
semacam itu sama dengan menganggap nama, kedudukan, dan fungsi setiap tulang
kerangka manusia sebagai perwujudan kehidupan, pemikiran dan emosi makhluk yang
disebut manusia. Jika dipisahkan dari konteks filosofi dan budaya intelektual, matematika
cenderung kehilangan makna dan menjadi sangat menyimpang.
Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad ke-26
SM dan berakhir pada abad ke-14 M. matematika India ini berkembang setelah
Matematika China dan berakhir tepat sebelum munculnya matematika Eropa abad
pertengahan. Matematika India dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang terletak
di daerah aliran sungai Indus. Peradaban ini biasa disebut peradaban lembah Indus.
Pemusatan terbesar dari lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya
merupakan sungai Sarasyati kuno. Sekitar abad ke-15 SM bangsa india diusir oleh bangsa
Arya yang datang dari Asia Tengah.
Selain Matematika India, salah satu strategi membantu siswa dalam penguasaan
materi yang nantinya berimbas pada hasil belajar yakni dengan pengimplementasian
matematika veda. Matematika Veda merupakan bagian dari sejarah matematika yang
istilahnya jarang dibicarakan, tetapi penerapannya sadar ataupun tidak telah menjadi
bagian pengopersian ilmu matematika yang digunakan oleh masyarakat. Matematika Veda
adalah suatu sistem penyelesaian permasalahan matematika yang bersumberkan dari Veda,
khususnya Atharvaveda. Matematika Veda adalah sebuah sistem matematika kuno yang
ditemukan kembali pada abad terakhir oleh Sri Bharati Krishna Tirthaji.

Sejarah dan Etno Matematika │ 2


Matematika Veda dapat meningkatkan ketertarikan siswa untuk mempelajari
matematika karena model ini menggunakan metode baru yang berbeda dengan metode
modern. Model ini juga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa sehingga merangsang
siswa untuk berpikir logis dan rasional serta mampu mengeksplorasi semua kemampuan
yang dimilikinya. Dengan demikian, model Matematika Veda dapat meningkatkan
kecepatan, ketepatan, serta ketrampilan berhitung siswa berdasarkan penalaran rasional
dan logis.
Saat ini ilmu pengetahuan , khususnya Matematika, berkiblat ke negeri barat (Eropa
dan Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari
negeri timur (Arab Muslim, India, China). Yang paling popular kita dengar sebagai
matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan
matematika adalah Al-Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai bapak aljabar dengan
memperkenalkan bilangan nol (0) dan penerjemah karya-karya Yunani kuno.
Pengetahuan mengenai sejarah matematika mungkin membantu dalam menentukan
tujuan pengajaran pengetahuan dari pokok bahasa tersebut. Dengan pendekatan sejarah,
pokok bahasa tersebut dapat disajikan sebagai usaha manusia untuk berkembang, yang
terbentuk secara perlahan-lahan selama ribuan tahun oleh berbagai individu. Jika
digunakan dengan tepat, bahan-bahan sejarah dapat menjelaskan arti, memberikan
wawasan, dan meningkatkan pemahaman akan matematika itu sendiri. Maka dari itu,
makalah ini akan menjelaskan bagaimana sejarah dan perkembagan dari Matematika India
dan Matematika Veda itu sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana sejarah Matematika India Kuno?
2. Bagaimana perkembangan Matematika India Kuno?
3. Bagaimanakah sistem angka India kuno?
4. Bagaimana teknik perhitungan Matematika India kuno?
5. Apa sajakah peninggalan Matematika India kuno?
6. Bagaimana sejarah Matematika Veda?
7. Bagaimana perkembangan Matematika Veda?
8. Bagaimanakah sistem angka Matematika Veda?
9. Bagaimana teknik perhitungan Matematika Veda?
10. Apa sajakah peninggalan Matematika Veda?

Sejarah dan Etno Matematika │ 3


1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui bagaimana sejarah Matematika India Kuno.
2. Mengetahui bagaimana perkembangan Matematika India Kuno.
3. Mengetahui bagaimanakah sistem angka India kuno.
4. Mengetahui bagaimana teknik perhitungan Matematika India kuno.
5. Mengetahui apa sajakah peninggalan Matematika India kuno.
6. Mengetahui bagaimana sejarah Matematika Veda.
7. Mengetahui bagaimana perkembangan Matematika Veda.
8. Mengetahui bagaimanakah sistem angka Matematika Veda.
9. Mengetahui bagaimana teknik perhitungan Matematika Veda.
10. Mengetahui apa sajakah peninggalan Matematika Veda.
1.4. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan, adanya makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi pendidikan
khususnya pada pembelajaran sejarah matematika. Adapun manfaat yang ingin diperoleh
dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, makalah ini diharapkan dapat memberikan rujukan ilmiah dalam
pembelajaran matematika untuk mengetahui sejarah matematika India Kuno dan
matematika Veda.
2. Secara Praktis
a) Bagi Pembaca
Penelitian ini akan memberikan pemahaman mengenai sejarah matematika yang
lebih bermakna dalam kehidupan masyarakat dan khususnya dalam realisasi
pembelajaran sejarah matematika.
b) Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam evaluasi pembelajaran pada
materi sejarah matematika India Kuno dan matematika Veda.

Sejarah dan Etno Matematika │ 4


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Matematika India Kuno


2.1.1 Sejarah Matematika India Kuno

Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad
ke-26 SM dan berakhir pada abad ke-14 M. Matematika India ini berkembang
setelah matematika China dan berakhir tepat sebelum munculnya matematika Eropa
abad pertengahan. Matematika India dimulai sejak munculnya sebuah peradaban
yang terletak di daerah aliran Sungai Indus. Peradaban ini biasa disebut Peradaban
Lembah Indus. Kota-kota yang mereka tempati kala itu diatur secara geometris.
Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM-1800 SM, merupakan sebuah
peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra
yang sekarang Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai
Peradaban Harappa Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut
Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang
mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada
di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang
pernah mengalir.
India telah memiliki pengetahuan besar mengenai matematika. Angka nol
diciptakan oleh bangsa India kuno. Demikian juga sistem desimal. Matematika
Hindu atau matematika India dikenal sebagai Sulwa Sutra atau “tali dari sloka" (cord
of verses). Ini berkaitan dengan pembangunan altar tempat pemujaan dan upacara
korban. Formula dari Sulwa Sutra sifatnya empirik. Sesungguhnya, dikatakan bahwa
Sulwa Sutra mungkin merupakan pengaruh di belakanag perkembangan kemudian
dari geometri Yunani. Semua hal yang datang dari matematika India, angka nol
adalah yang paling menonjol.
Sekitar abad ke-15 SM bangsa India diusir oleh bangsa Arya yang datang dari
Asia Tengah. Selama kira-kira 1000 tahun bangsa Arya menyempurnakan tulisan
Hindu dan bahasa Sansekerta. Beberapa penulis agama juga memulis sejarah
matematika karena dalam pembangunan altar Budha direntangkan tali yang
menunjukkan pengenalan tigaan Pythagoras. Kemudian lahirlah matematika
Vedanta yang berkembang di India sejak Zaman Besi. Sekitar abad ke-9 SM, seorang
matematikawan bernama Shatapatha Brahmana mulai menemukan pendekatan nilai
Sejarah dan Etno Matematika │ 5
n, dan kemudian antara abad ke-8 dan ke-5 SM, Sulba Sutras memberikan tulisan-
tulisan geometri yang menggunakan bilangan rasional, bilangan prima, aturan tiga
dan akar kubik yaitu dengan menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari
seratus ribuan, memberikan metode konstruksi lingkaran dan perhitungan luasnya
menggunakan susunan persegi, menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat serta
menggembangkan Tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan
bukti numerik untuk teorema Pythagoras.
Pada tahun 550 bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem
letak untuk bilangan. Angka India atau Argam Hindiyyah dimulai satu tempat
kosong untuk angka nol, ini terbukti telah dituliskan posisi itu pada Kitab Injil orang
India. Para ahli matematika India telah lama menemukan bilangan nol, tetapi belum
ada simbolnya. Kemudian Aryabrata menyebut bilangan nol dengan kata "kha",
Aryabrata telah memasukkan nol dalam sistem perhitungan bukan sekedar tempat
kosong. Konsep bilangan nol menggunakan satu tempat kosong di dalam pengaturan
bentuk tabel telah dikenal dan digunakan di India dari abad ke- 6. Naskah tertua yang
diketahui menggunakan nol adalah karya Jain dari India yang berjudul
Lokavibhaaga, berangka tahun 458.
Penggunaan simbol nol oleh orang India yang pasti adalah di Gwalior Tablet
Stone pada tahun 876. Dokumen tersebut tercetak pada lempengan tembaga dengan
simbol "o" kecil tercetak di situ. Ensiklopedi Britanica mengatakan "Literatur Hindu
membuktikan bahwa bilangan nol mungkin telah dikenal di depan kelahiran Kristus,
tetapi tidak ada catatan yang ditemukan dengan simbol seperti itu di depan abad ke-
9". Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh
matematikawan Muslim dan Arab, Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika
matematikawan Al Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang
menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan
penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini
disebut sebagai Sistem Bilangan Desimal.

Sejarah dan Etno Matematika │ 6


2.1.2 Tokoh-tokoh Matematika India Kuno
Berikut beberapa tokoh yang terkait dengan Matematika India Kuno:
1. Bhaskara II

Gambar 2.1 Bhaskara II


Bhaskara memegang jabatan sebagai kepala observatorium astronomi di Ujjain,
yang pada saat itu merupakan pusat matematika yang terkemuka di India.
Matematikawan terkemuka seperti Varahamihira dan Brahmagupta telah bekerja
di sana dan mendirikan sekolah yang kuat dalam bidang astronomi dan matematika.
Bhaskara menghasilkan tiga karya yang sangat menarik, terutama dari sudut
pandang matematika. Pertama, "Lilavati" (Si Cantik) yang berfokus pada
matematika. Kedua, "Bijaganita" (Perhitungan Benih atau Ekstraksi Akar) yang
berurusan dengan aljabar. Dan ketiga, "Siddhantasiromani," yang terbagi menjadi
dua bagian. Bagian pertama membahas astronomi matematika, sementara bagian
kedua membahas segitiga bola.
2. Pingala

Gambar 2.2 Pingala


Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam risalahnya
prosody menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner.

Sejarah dan Etno Matematika │ 7


Pembahasannya tentang kombinatorika meter bersesuaian dengan versi dasar dari
teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan
Fibonacci (yang disebut mātrāmeru).
3. Surya Siddhanta

Gambar 2.3 Surya Siddhanta


Surya Siddhanta (kira-kira 400) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus,
kosinus, dan balikan sinus, dan meletakkan aturan yang menentukan gerak sejati
benda-benda langit, yang bersesuaian dengan posisi mereka yang sebenarnya di
langit. Daur waktu kosmologi, di dalam tulisan itu, yang mewakili dari karya
terdahulu, bersesuaian dengan rata-rata tahun siderik 365.2563627 hari, yang
hanya 1,4 detik lebih panjang nilai modern sebesar 365.25636305 hari. Karya ini
digunakan dalam bahasa Arab dan bahasa Latin pada Zaman Pertengahan.
4. Aryabhata

Gambar 2. 4 Aryabhata
Pada tahun 476 - 520 A.D, adalah ahli matematika Hindu pertama yang
dikenal dunia. Risalah atau tulisannya mengenai subyek ini adalah karya Hindu
yang pertama mengenai matematika murni, dan terdiri dari 33 sloka. la
menjelaskan mengenai sebab-sebab gerhana matahari dan bulan. Ia memberikan

Sejarah dan Etno Matematika │ 8


peraturan (rule) untuk mengatur sederhana dari persamaan sederhana (simple
intermediate equations) dan penetapan yang tepat mengenai nilai (penentuan nilai
yang akurat). Percaya tau tidak, Aryabhata pernyataan hubungan keliling sebuah
lingkaran pada diameternya (relation of the circumperence of a circle to its
diameter). Pada tahun 499, memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel
trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik dan
algoritma aljabar, infinitesimal, dan persamaan diferensial, dan memperoleh
solusi seluruh bilangan untuk persamaan linear oleh sebuah metode yang setara
dengan metode modern, bersama-sama dengan perhitungan (astronomi) yang
akurat berdasarkan sistem heliosentris gravitasi. Sebuah terjemahan bahasa Arab
dari karyanya Aryabhativa tersedia sejak abad ke-8, diikuti oleh terjemahan
bahasa Latin pada abad ke-13. Dia juga memberikan nilai π yang bersesuaian
62832
dengan 20000 = 3,1416, la juga membuat rumus untuk menemukan luas segitiga,

lingkaran, dan lain-lain. Dalam rumus lingkaran, ia membuat peraturan yang


bertanggung jawab atas komponen utama keliling sebuah lingkaran ada pada
diameternya.
Pada tahun 499 M. saat usianya baru 23 tahun ia sudah berhasil membuat
sebuah karya besar. Karyanya itu adalah sebuah Kitab yang ia beri judul mirip
dengan namanya yakni Aryabhatiya. Kitab ini begitu populer karena didalamnya
ia memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel trigonometri India
pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik algoritma aljabar,
infinitesimal, dan persamaan diferensial, serta memperoleh M.
Tak hanya matematika, di kitab ini juga perhitungan perhitungan astronomi
yang akurat berdasarkan sistem heliosentris. Saking populernya, kitab ini dalam
bahasa Arab pada abad ke-8 M, dan kemudian dalam bahasa Latin pada abad ke-
13 Aryabhata adalah matematikawan dan astronom India yang lahir pada tahun
475M dan meninggal pada tahun 550 M. Dia hidup di zaman yang sulit untuk
mengembangkan matematika. Bahkan, pada masa itu dia merupakan satu-satunya
orang yang menemukan rumus rumus matematika sebelum lahirnya ahli-ahli
matematika pada masa kini.
5. Brahma Gupta

Sejarah dan Etno Matematika │ 9


Gambar 2.5 Brahma Gupta
Brahmagupta adalah seorang matematikawan besar India yang hidup dari
tahun 598 hingga 670 Masehi. Pada tahun 628 Masehi, Brahmagupta menulis
sebuah buku yang diberi judul "Brahmasphutasiddhanta." Karya ini terdiri dari
25 bab, dan dalam teks tersebut, Brahmagupta mencatat bahwa ia menulisnya di
Bhillamala, yang sekarang menjadi kota Bhinmal. Bhinmal adalah ibu kota
negara yang diperintah oleh dinasti Gurjara. Brahmagupta kemudian menjadi
kepala observatorium astronomi di Ujjain, yang pada saat itu merupakan pusat
matematika terkemuka di India kuno. Di sana, matematikawan terkemuka seperti
Varahamihira pernah bekerja dan mendirikan sekolah astronomi dan matematika
yang kuat. Selain "Brahmasphutasiddhanta," Brahmagupta juga menulis karya
lain tentang matematika dan astronomi yang dikenal sebagai "Khandakhadyaka,"
yang ia tulis pada tahun 665 ketika ia berusia 67 tahun.

2.1.3 Perkembangan Matematika India Kuno


Perkembangan matematika di India memiliki sejarah yang sangat kaya dan panjang,
yang dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Matematika India telah memberikan
kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan matematika secara
global. Dalam makalah ini, kita akan membahas beberapa aspek penting dari
perkembangan matematika di India.
1. Angka dan Notasi Angka
Salah satu kontribusi terbesar India terhadap matematika adalah pengembangan
sistem angka Hindu-Arab (0 hingga 9), yang sekarang digunakan di seluruh
dunia. Sistem ini juga dikenal sebagai sistem angka desimal. Penemuan angka nol
(0) adalah salah satu inovasi terpenting yang membuat perhitungan matematika
yang kompleks menjadi mungkin.
2. Sulba Sutras

Sejarah dan Etno Matematika │ 10


Sulba Sutras adalah teks-teks kuno dalam bahasa Sanskerta yang membahas
geometri dan matematika. Mereka digunakan oleh para ahli Veda untuk
merancang altar-alter ritual yang sangat kompleks. Salah satu Sulba Sutra
terkenal adalah Baudhayana Sulba Sutra, yang mengandung rumus-rumus
geometri untuk menghitung bidang segi empat dan lingkaran.
3. Konsep Nol (Shunya)
Matematika India mengembangkan konsep nol (shunya), yang adalah ide dasar
dalam aritmetika modern. Penggunaan nol sebagai simbol tempat dalam notasi
angka Hindu-Arab mengubah cara perhitungan dilakukan secara drastis.
4. Aryabhata dan Brahmagupta
Aryabhata (sekitar tahun 499 M) adalah seorang matematikawan dan astronom
terkenal dari India yang mengarang "Aryabhatiya," sebuah karya matematika dan
astronomi penting. Dia juga memperkenalkan konsep trigonometri dan
menghitung nilai π (pi) dengan akurasi yang sangat baik.
Brahmagupta (sekitar tahun 628 M) adalah seorang matematikawan yang
memberikan kontribusi penting dalam bidang aljabar, seperti rumus-rumus untuk
menghitung luas segitiga dan menghitung volume bola. Dia juga
memperkenalkan konsep angka negatif dan operasi matematika yang melibatkan
angka negatif.
5. Kerala School of Mathematics
Kerala, sebuah negara bagian di India selatan, memiliki tradisi matematika yang
sangat kuat yang dikenal sebagai "Kerala School of Mathematics." Para
matematikawan dari sekolah ini mengembangkan metode terobosan untuk
menghitung integral dan derivatif, yang sangat relevan dengan perkembangan
kalkulus.
6. Srinivasa Ramanujan
Salah satu matematikawan India yang paling terkenal adalah Srinivasa
Ramanujan (1887-1920). Dia adalah seorang jenius matematika yang secara
mandiri mengembangkan teorema-teorema yang sangat kompleks dan mendalam
dalam teori bilangan, teori fungsi, dan analisis matematika. Karya-karyanya telah
menjadi bahan penelitian penting dalam matematika modern.
Perkembangan matematika India memiliki pengaruh yang besar pada
perkembangan matematika global. Kontribusi mereka dalam pengembangan sistem
angka, trigonometri, aljabar, dan banyak bidang matematika lainnya telah
Sejarah dan Etno Matematika │ 11
membentuk dasar matematika modern. Dengan menjaga dan menghormati warisan
matematika India, kita dapat lebih memahami sejarah dan perkembangan ilmu
pengetahuan ini secara lebih baik.

2.1.4 Sistem Angka dan Teori Bilangan Matematika India Kuno


1. Angka India
Setelah diteliti penomoran India hanya berbasis 10 (simbol uang berbeda 1
sampai 9) berlawanan pada sistem berbasis 60 Babilonia. Dan simbol mengambil
pada bentuk tertutup (rumus) yang sekarang digunakan di Eropa abad 15. Sistem
angka India sering disebut di Barat sebagai Sistem Hindu-Arab atau hanya
Angka Arab karena mencapai Eropa melalui orang Arab. Sementara itu, angka
modern saat ini, berasal dari simbol yang digunakan oleh para ahli matematika
Hindu India sekitar tahun 200 SM, yang kemudian dikembangkan oleh orang
Arab. Dibandingkan dari seluruh angka yang ada (1 sampai 9), angka 0 (nol)
merupakan angka yang paling terakhir kemunculannya.
Terdapat beberapa angka yang ditemukan di India, yaitu:
a. Angka Brahmani (Angka Brahmi)
Angka Brahmi ada sejak abad 1 SM dan masih digunakan sampai sekarang.
Ada beberapa teori yang dikedepankan oleh para ahli sejarah, mengenai asal-usul
angka ini, yaitu:
• Angka Brahmi berasal dari kebudayaan sungai indus sekitar 2000 SM
• Angka Brahmi berasal dari angka Aramen
• Angka Brahmi berasal dari abjad Karoshthi
• Angka Brahmi berasal dari abjad Brahmi
Brahmi berasal dari sistem angka dari abjad yang pertama, seperti halnya Panini.
Berikut adalah contoh Brahmi satu, dua, tiga.

Gambar 2.6 Brahmi satu, dua, tiga


Ada Brahmi simbol terpisah untuk 4, 5, 6, 7, 8, 9 tapi ada juga simbol untuk
10, 100, 1000, … serta 20, 30, 40, … , 90 dan 200, 300, 400, …, 900.
Berikut adalah contoh salah satu gaya dari angka Brahmi.

Sejarah dan Etno Matematika │ 12


Gambar 2.7 Contoh Gaya Angka Brahmi
Tidak ada masalah dalam memahami simbol untuk 1, 2, dan 3. Namun
simbol untuk 4, … , 9 tampaknya kita tidak ada kaitan yang jelas dengan nomor
yang mereka wakili. Ada cukup banyak teori dikemukakan oleh sejarawan
selama bertahun-tahun untuk asal-usul angka-angka.

Dalam Ifrah daftar sejumlah hipotesis yang telah diajukan. Pada dasarnya
hipotesis tersebut terdiri dari dua jenis. Salah satunya adalah bahwa angka-angka
berasal dari alfabet dengan cara yang mirip dengan angka Yunani yang
merupakan huruf awal dari nama-nama angka. Tipe kedua hipotesis adalah
bahwa mereka berasal dari sistem nomor sebelumnya dari jenis yang sama
dengan angka Romawi. Misalnya, angka Aram dari hipotesis 2 didasarkan pada
I (satu) dan X (empat) :

I, II, III, X, IX, IIX, IIIX, XX.

Ifrah memeriksa setiap enam hipotesis pada gilirannya dan menolak mereka,
meskipun orang harus mengatakan bahwa dalam beberapa kasus lebih
disebabkan karena kurangnya bukti positif daripada bukti negatif.

Ifrah mengusulkan teori sendiri, yaitu bahwa:

Sembilan pertama angka Brahmi merupakan sisa-sisa dari notasi numerik


adat lama, di mana sembilan angka diwakili oleh angka yang sesuai garis
vertikal … Untuk mengaktifkan angka akan ditulis dengan cepat, untuk
menghemat waktu, kelompok-kelompok garis berkembang dalam banyak cara
yang sama dengan orang-orang tua angka Pharonic Mesir. Dengan
mempertimbangkan jenis bahan yang ditulis di India selama berabad-abad
(pohon atau daun kelapa kulit) dan keterbatasan peralatan yang digunakan
untuk menulis (Calamus atau sikat), bentuk angka menjadi lebih dan lebih rumit
dengan ligatures banyak, sampai angka tidak lagi menanggung setiap kemiripan
dengan prototipe asli.

Sejarah dan Etno Matematika │ 13


Ini adalah teori yang bagus, dan memang mungkin benar, tetapi tampaknya
benar-benar tidak ada bukti positif untuk mendukungnya. Idenya adalah bahwa
mereka berevolusi dari:

Gambar 2.8 Angka Pra-Brahmi menurut Ifrah


Orang mungkin berharap untuk menemukan bukti seperti angka pada saat
evolusi. Namun, akan muncul bahwa kita tidak akan pernah menemukan bukti
meyakinkan untuk asal dari angka Brahmi.

b. Angka Gupta
Periode Gupta adalah selama dinasti Gupta memerintah sampai ke Magadha
di timur laut India yang dimulai sejak awal abad 4 M sampai abad 6 M. Angka
Gupta dibangun dari angka Brahmi yang tersebar luas oleh kerajaan Gupta.

Gambar 2.9 Angka Gupta


c. Angka Nagari
Angka Nagari sering disebut-sebut oleh Al-Biruni sebagai “kebanyakan
bilangan” karena banyak dikirim ke dalam dunia Arab. Angka Nagari yang sering
juga disebut angka Devanagari. Angka India menyebar ke bagian dunia antara
abad 7 sampai 16 M dan sudah menyebar sampai di Eropa diakhir abad 5 M.

Sejarah dan Etno Matematika │ 14


Berdasarkan angka-angka yang ditemukan di India kita dapat mengetahui
perkembangan sistem angka India yaitu dari angka Brahmi menuju angka Gupta
kemudian kedalam angka Nagari dan selanjutnya angka-angka India tersebut
dikembangkan di bangsa Arab dan berkembang menjadi angka modern yang kita
gunakan sekarang ini.
2. Aritmatika dan Aljabar
Orang-orang Hindu di India memiliki keahlian dalam matematika, terutama
dalam aritmetika, dan mereka juga memberikan kontribusi penting dalam bidang
aljabar. Banyak permasalahan aritmetika telah diselesaikan dengan cara-cara
yang salah sebelumnya. Salah satu pendekatan yang disukai oleh mereka adalah
metode inversi, yaitu menyelesaikan masalah dengan mengerjakan sesuatu
secara berkebalikan atau berlawanan dengan informasi yang diberikan.
Sebagai contoh, kita bisa melihat permasalahan berikut yang diajukan oleh
Aryabhata pada abad ke-6:
“Seorang perawan yang cantik dengan mata yang bercahaya, menyatakan
kepada saya, bila anda telah ngerti dengan baik metode inversi, bilangan manakah
yang setelah dikalikan dengan 3, kemudian hasilnya dikalikan dengan 7/4, di bagi
oleh 7, hasil baginya dikalikan oleh 2/3, dikalikan dengan bilangan’ itu sendiri,
dikurangi 52, kemudian hasilnya ditarik dengan akar kuadrat, ditambah 8, dan
dibagi dengan 10 akan menghasilkan 2.
Dengan menggunakan metode inversi, kita bekerja terbalik, yaitu dimulai
dari bilangan 2 dan bekerja dimulai dari belakang terus kedepan. Maka, kita
dapatkan jawabannya yakni:

Jika kita perhatikan, dalam situasi ini, ketika diminta untuk membagi dengan
10, kita justru mengalikannya dengan 10. Ketika diminta untuk menambahkan 8,
kita sebaliknya menguranginya sebesar 8. Ketika diminta untuk menarik akar
kuadrat, kita justru mengkuadratkannya, dan seterusnya. Bentuk perhitungan
seperti ini adalah contoh dari metode inversi, yang dinamakan demikian karena
melibatkan tindakan yang berlawanan dengan informasi yang diberikan. Berikut

Sejarah dan Etno Matematika │ 15


adalah penyelesaian dengan metode yang lebih modern yang berbeda dengan
metode inversi yang telah dijelaskan sebelumnya. Jadi, jika kita ingin
menggambarkan x sebagai bilangan yang harus dicari dan persamaannya
diberikan sebagai berikut:

Terlebih dahulu, kedua sisi persamaan tersebut dikalikan dengan 10,


kemudian dikurangi sebesar 8, dan selanjutnya masing-masingnya dikuadratkan,
dan seterusnya. Proses ini merupakan pendekatan praktis yang digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan aritmetika dengan cara yang sangat poetis.
Pendekatan ini menjadi umum karena seringkali soal-soal matematika
diformulasikan dalam bentuk syair yang digunakan sebagai hiburan bagi
masyarakat.
Masyarakat Hindu juga telah menggunakan aritmetika dan geometri dalam
menyelesaikan masalah perdagangan yang sederhana, khususnya dalam
menghitung bunga, potongan harga, dan dalam perhitungan bersama. Selain itu,
mereka juga memanfaatkan kedua bidang ilmu ini untuk mengatasi beragam
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh permasalahan
aritmetika Hindu dapat ditemukan dalam soal-soal latihan.
Sebagian besar pengetahuan kita tentang aritmetika Hindu berasal dari
tulisan Bhaskara yang berjudul 'Lilavati'. Menurut ceritanya, bintang-bintang
telah meramalkan nasib buruk yang akan menimpa putrinya yang bernama
Lilavati jika pernikahan dilangsungkan di luar waktu dan hari yang telah
ditentukan. Pada hari pernikahan yang ditentukan, ketika pengantin wanita
sedang memerhatikan air yang mengalir dari sebuah wadah, tiba-tiba mutiara dari
mahkota wadah jatuh dan menyumbat lubang wadah, menghentikan aliran air.
Untuk menghibur putrinya yang sedang bersedih, Bhaskara memberi nama
kitabnya sesuai dengan nama anaknya, yaitu “Lilävati”.
Orang-orang Hindu juga telah meningkatkan pemahaman mereka tentang
aljabar. Dalam hal ini, Diophantus menunjukkan konsep operasi tambah dengan
mengatur suku-suku secara sejajar, pengurangan dinyatakan dengan titik diatas
pengurangan, perkalian dinyatakan dengan menulis bta (suku pertama dari
perkalian bhavita = perkalian) sejarah faktor-faktor, pembagian dinyatakan

Sejarah dan Etno Matematika │ 16


dengan menulis ka (dari perkataan Karana = irasional) sebelum kuantitas.
Bilangan yang tidak diketahui (variable) dinyatakan dengan 𝑦𝑎
̅̅̅̅ (dari perkataan
𝑌̅𝑎𝑣𝑎𝑡𝑡𝑎̅ 𝑣𝑎𝑡 = sebanyak), dan bilangan bulat yang diketahui diberikan awalan
𝑟𝑢̅ (dari perkataan 𝑟𝑢̅𝑝𝑎 = bilangan absolut), sedangkan bilangan yang tidak
diketahui lainnya dinyatakan dengan menuliskan suku-suku peta dari bermacam-
macam warna, seperti ka (dari perkataan kalaka = hitam). Pi (dari pitaka =
kuning), ha (dari haritaka = hijau), dan lo (dari lohatika = merah), dan ni (dari
nilaka = biru), sebagai contoh misalnya:

9 + 7𝑥𝑦 − 5 dituliskan dengan ru 9 𝑦𝑎 ̅̅̅̅ ni 7 bha rhu 5̅


̅̅̅̅ 𝑘𝑎

Orang-orang Hindu kuno telah mengenali keberadaan bilangan positif dan


bilangan negatif. Mereka juga memahami bahwa setiap kuadrat memiliki dua akar
nyata. Untuk menyelesaikan persamaan kuadrat secara aljabar, mereka
menggunakan metode melengkapkan kuadrat. Pendekatan ini saat ini juga dikenal
sebagai metode "Hindu". Terkait dengan metode Hindu ini, Bhaskara telah
mengemukakan sebuah identitas yang sangat penting, yaitu:

Identitas semacam ini, yang kadang-kadang digunakan dalam perhitungan


aljabar kita untuk menemukan akar kuadrat dari binomial, telah dimuat dalam
buku Element Euclid jilid X. Namun, dalam buku tersebut, identitas seperti ini
disajikan dengan bahasa yang sulit dipahami. Orang-orang Hindu kuno telah
menunjukkan kemampuan analisis yang luar biasa, dan mungkin merupakan
pelopor dari banyak alat dan metode yang digunakan dalam berbagai cabang
matematika. Sebagai contoh, Brahmagupta dan Aryabhata telah menemukan
solusi yang komprehensif untuk persamaan linear dalam bentuk: 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐.
Dengan a, b, c anggota-anggota & bilangan bulat. Sedangkan persamaan
kuadrat dalam bentuk 𝑥𝑦 =𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐.
Metode lain untuk menyelesaikan persamaan ini ditemukan kemudian oleh
Euler. Karya-karya lain dari Brahmagupta dan Bhaskara termasuk suatu
persamaan yang dikenal sebagai persamaan Pell, yang memiliki bentuk:
𝑦 2 = 𝑎𝑥 2 + 1

Sejarah dan Etno Matematika │ 17


Di sini, nilai a bukanlah bilangan bulat kuadrat, meskipun beberapa orang
mempertimbangkan a sebagai bilangan bulat kuadrat. Teori lengkap tentang
persamaan Pell kemudian dikembangkan oleh Lagrange antara tahun 1766 dan
1769. Perlu dicatat bahwa karya-karya orang Hindu ini tidak memiliki pengaruh
yang besar di wilayah Eropa Barat karena sampai di sana agak terlambat.
3. Geometri dan Trigonometri
Orang-orang Hindu kuno tidak hanya memiliki keahlian dalam geometri,
tetapi mereka juga telah mengembangkan teorema-teorema geometri yang lebih
luas dan berhubungan dengan pengukuran. Dalam naskah kuno seperti
Sulvasutras, dapat dilihat bahwa orang-orang Hindu kuno memiliki kemampuan
untuk menerapkan geometri dalam membuat konstruksi yang melibatkan
teorema Pythagoras. Mereka telah berhasil dalam menyelesaikan masalah yang
melibatkan "membujursangkarkan suatu lingkaran" (mengkuadratkan suatu
lingkaran), yang menurut mereka setara dengan bentuk:

Dengan d ukuran panjang diameter lingkaran, dan S ukuran panjang sisi


bujursangkar.
Selain itu, mereka memperlihatkan, bahwa 2 dapat ditulis dalam bentuk:

Yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa semua pecahan telah


dinyatakan dengan tingkat ketelitian hingga lima tempat desimal. Brahmagupta
dan Mahavira tidak hanya menyediakan rumus untuk menghitung luas daerah
segitiga, tetapi mereka juga berhasil mengembangkannya hingga rumus yang
lebih kompleks:
𝐾 = √(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)(𝑠 − 𝑑)
Dalam rumus ini, a, b, c, dan d mewakili panjang sisi-sisi segi empat, s adalah
semi parameter, dan rumus ini digunakan untuk menghitung luas daerah segi
empat. Namun, yang menarik dalam geometri Hindu adalah teorema yang
diberikan oleh Brahmagupta. Ia menyatakan bahwa panjang diagonal m dan n
dari segi empat tertentu, yang memiliki sisi-sisi a, b, c, dan d, memiliki hubungan
seperti berikut:

Sejarah dan Etno Matematika │ 18


Dengan A dan C merupakan sepasang sudut tumpul dalam sudut-sudut
segiempat tersebut, yang menarik dalam geometri Hindu adalah teorema yang
diberikan oleh Brahmagupta. Ia menyatakan bahwa panjang diagonal m dan n
dari suatu segiempat tali busur dengan panjang sisi-sisinya a, b, c, dan d memiliki
hubungan seperti berikut:

(𝑎𝑏 + 𝑐𝑑)(𝑎𝑐 + 𝑏𝑑)


𝑚=√
(𝑎𝑑 + 𝑏𝑐)

dan

(𝑎𝑏 + 𝑐𝑑)(𝑎𝑐 + 𝑏𝑑)


𝑛=√
(𝑎𝑑 + 𝑏𝑐)

Dimana a, b, c, A, B, C, adalah bilangan-bilangan bulat positif, sehingga


berlaku hubungan:

Para siswa di sekolah menengah sudah terbiasa membuktikan Teorema


Pythagoras dalam pelajaran geometri. Salah satu cara untuk membuktikannya
telah diberikan oleh Bhaskara. Dalam gambar ini, terlihat empat segitiga siku-
siku yang memiliki ukuran yang sama dan sebangun, serta segi empat dengan
panjang sisi yang sama. Bhaskara telah membuat gambar semacam ini tanpa
memberikan keterangan lebih lanjut, kecuali apa yang dapat kita lihat. Secara
aljabar, kita dapat menyatakan bahwa jika panjang sisi miringnya adalah c dan
panjang sisi tegaknya adalah a dan b, maka dalam segitiga tersebut berlaku:

Bhaskara juga memberikan alternatif kedua dalam membuktikan Teorema


Pythagoras. Caranya adalah dengan menggambar garis tinggi dari salah satu sudut
ke sisi miring dari segitiga siku-siku tersebut, dengan cara yang sama seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.

Bila disederhanakan diperoleh: 𝑎2 + 𝑏 2 = 𝑐(𝑚 + 𝑛) = 𝑐 2

Sejarah dan Etno Matematika │ 19


Bukti seperti ini, pernah pula diperlihatkan oleh John Wallis yang telah pula
mengenal trigonometri beserta peralatannya untuk keperluan astronomi. Mereka
telah menggunakan ukuran derajat, menit dan detik untuk pengukuran sudut.
Tabel sinus telah pula dibuat oleh mereka. Orang Hindu telah mempergunakan
kesamaan Sinus, Cosinus, dan Versed Sinus (Versin = 1 - Cos A). Mereka telah
dapat menghitung Sinus dan pembagian dua buah sudut dengan relasi: Versin 2A
= 2 𝑠𝑖𝑛2 𝐴
Rumus ini dalam astronomi dipakai untuk menyelesaikan persoalan segitiga
bola (spherical triangles). Trigonometri Hindu ini umumnya diuraikan secara
aritmetika dan geometri.

2.1.5 Sejarah Angka Nol


Nol mempunyai dua fungsi yang sama sama penting tapi berbeda dalam
beberapa hal. Fungsi yang pertama ialah tempat yang kosong mengidentifikasikan
pada sistem angka nilai posisi kita.
Sekitar 650M penggunaan nol sebagai angka sudah masuk pada matematika
India. Bangsa India juga menggunakan sistem tempat nilai dan nol untuk
menandakan tempat yang kosong. Bahkan ada buktinya penyangga tempat yang
kosong pada posisi angka dari awal 200M di India tetapi beberapa sejarawan
menyangkal hal tersebut karena dianggap tidak asli.
Sekitar tahun 500M Arybhata merancang sistem angka yang belum terdapat
angka nol. Ia menggunakan kata “kha” untuk posisi dan selanjutnya digunakan untuk
menandakan tempat yang kosong pada sistem penulisan. Cukup menarik ketika
dokumen yang sama kadang-kadang menggunakan titik untuk menandakan hal yang
tidak diketahui yang biasanya kita menggunakan x. Belakangan matematika India
mensahkan nol pada posisi angka namun belum ada simbol yang mewakilinya.
Brahmagupta mencoba memberikan aturan pada aritmatika dengan melibatkan
angka nol dan negative pada abad ke-7. Ia menjelaskan bahwa menentukan angka

Sejarah dan Etno Matematika │ 20


dan jika kamu mensubtrasikannya sendiri maka kamu mendapat nol. Ia memberikan
peraturan tambahan yang berhubungan dengan nol sebagai berikut:
The sum of zero and a negative number is negative, the sum of a positive number
and zero is positive, the sum of zero and zero is zero.
Artinya : Jumlah angka nol dan negatif adalah negatif, jumlah angka nol dan positif
adalah positif, jumlah nol dan nol adalah nol.
Subtraksi terlihat lebih keras:
A negative number subtracted from zero is positive, a positive number
subtracted from zero is negative, zero subtracted from a negative number is negative,
zero subtracted from positive number is positive, zero subtracted from zero is zero.
Artinya: Angka negatif disubtraksikan dari nol adalah positif, angka positif
disubtraksikan dari nol adalah negatif, nol disubtraksikan dari angka negatif adalah
negatif, nol disubtraksikan dari nol adalah nol.
Sebenarnya Brahmagupta berkata sangat sedikit ketika ia mengemukakan
𝑛
bahwa n dibagi nol adalah 0. Ia salah ketika ia mengklaim bahwa nol dibagi nol

adalah nol. Akan tetapi, suatu percobaan yang jenius dari orang pertama yang kita
tau mencoba untuk mengembangkan aritmatika pada angka negatif dan nol.
Pada 830 Mahavira menulis Ganita Sara Samgraha yang dibuat untuk
memperbaharui buku Brahmagupta. Ia menyatakan bahwa:
.... a number multiplied by zero is zero, and a number remain the same when
zero is substracted from it.
Artinya: Angka yang dikalikan nol hasilnya nol, dan angka akan tetap sama apabila
nol disubtraksikan dengan angka tersebut.
Bagaimanapun juga ia mencoba untuk memperbaiki pernyataan Brahmagupta
tentang pembagian nol yang terlihat banyak membuat kesalahan. Ia menulis:
A number remains unchanged when divided by zero.
Artinya: Angka akan tetap sama jika dibagi dengan nol.
Bhaskara menulis lebih dari 500 tahun setelah Brahmagupta. Ia menulis;
A quantity devided by zero becomes a fraction the denominator of which is zero.
This fuction is termed an infinite quantity. In this quantity consisting of that which
has zero for its divisor, there is no alteration, though many may be inserted or
extracted; as no change take place in the infinite and immutable God when worlds

Sejarah dan Etno Matematika │ 21


are created or destroyed, though numerous orders of beings are absorbed or put
fourth.
Artinya: Banyaknya pembagian nol menjadi penyebut bilangan pecahan adalah nol.
Bilangan pecahan ini mempunyai batas yang tidak terbatas. Dalam jumlah ini terdiri
dari nol sebagai penyebut tidak ada perubahan, walaupun banyak yang dimasukkan
atau dikeluarkan tidak ada perubahan Tuhan yang tidak terbatas dan tidak dapat
digantikan ketika dunia diciptakan atau dihancurkan, walau banyak sekali pesanan
yang diserap maupun dikeluarkan.
𝑛
Maka Bhaskara mencoba untuk memecahkan masalah dengan menulis =∞
0

dilihat pertama kali mungkin kita terbujuk untuk percaya Bhaskara benar, tetapi
tentu saja dia tidak benar. Apabila benar bahwa waktu nol adalah harus sejajar
dengan semua angka n, maka semua angka adalah sejajar. Matematika India tidak
menyimpulkan pada hal pembenaran bahwa sesuatu tidak dapat dibagi dengan nol.
Akan tetapi, Bhaskara juga mempunyai pernyataan yang benar seperti 02 = 0 dan 0
= 0.
Bangsa Maya yang hidup di Amerika Tengah, yang sekarang dikenal Meksiko
Selatan, Guetemala, dan Utara Belize. Pada tahun 665 mereka menggunakan sistem
angka nilai-tempat dengan nilai dasar 20 dengan menggunakan simbol 0.

2.1.6 Peninggalan Matematika India Kuno


1. The Sulba Sutra
Catatan tertua matematikawan India yang berisi lampiran teks-teks agama yang
memberikan aturan sederhana untuk membangun altar berbagai bentuk, seperti
kotak, persegi panjang, dan lain-lain. Lampiran ini juga memberi metode untuk
membuat lingkaran dengan memberikan persegi yang luasnya sama. Serta berisi
penjelasan verbal awal mengenai teorema Pythagoras.
2. The Siddhanta Surya
Catatan yang memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan sinus invers,
dan meletakkan aturan untuk menentukan gerakan yang sebenarnya posisi benda-
benda langit.
3. Naskah Bakhshali
Naskah Bakhshali merupakan naskah awal yang ditemukan ratusan tahun yang lalu.
Gupta menulis :

Sejarah dan Etno Matematika │ 22


“Naskah Bakhshali adalah naskah yang diberikan pada pekerjaan matematika yang
ditulis pada pelapah pohon ditemukan pada musim panas tahun 1881 di dekat
kampong Bakhshali Yusufzai Peshawar (sekarang Pakistan). Kampong tersebut
berada di Mardhan Tsanil 50 mil dari kota Peshawar”.
Naskah Bakhsahali sebuah buku petunjuk tentang aturan-aturan dan contoh ilustrasi
dan pemecahannya. Terutama tentang Aritmatika dan Aljabar serta beberapa
Geometri dan pengukuran. Naskah tersebut memberikan banyak pernyataan aturan
kemudian diikuti contoh dan tanda matematika serta pembuktiannya. Hanya
sebagian besar disimpan, maka kita tidak dapat 22 memastikan ukuran atau
keseimbangan antara topik yang berbeda. Sebagian besar naskah telah rusak dan
hanya sekitar 70 daun pelepah pohon yang tersisa yang masih bertahan hingga
naskah ini ditemukan. Naskah tersebut diperkirakan disusun sekitar 400M
4. Nilai π
Pemahaman π oleh Aryabhata, Aryabhata bekerja pada pendekatan untuk π dan
memungkinkan telah sampai pada kesimpulan bahwa π adalah tidak rasional. Pada
bagian kedua dari Aryabhata (ganita pada 10), ia menulis dalam bahasa sansekerta,
yang artinya :
“tambahkan 4 dan 100, kalikan dengan 8, dan kemudian menambahkan 62.000.
dengan aturan ini keliling lingkaran dengan diameter 20.000 dapat ditemui menjadi

∏ = 3,1416

5. Geometri
Basis dan inspirasi dari keseluruhan matematika India adalah geometri. Bekas-bekas
peninggalan awal pengetahuan geometri dari peradaban Lembah Indus dapat
ditemukan pada penggalian kota Harappa dan Mohenjo-daro, dimana terdapat bukti
berupa alat penggambar lingkaran yang berasal dari 2500 SM. Ilmu geometri yang
berasal dari India dapat diketahui melalui sebuah catatan konstruksi geometri para
pendeta Weda yang disebut Sulbasutra. Sulbasutra adalah panduan untuk
pembangunan altar-altar tersebut untuk pemujaan dan menjelaskan sejarah geometri
bangsa India. Altar-altar ini memiliki bentuk berbeda-beda tetapi berdiri di wilayah
yang sama. Sulbasutra berisi penjelasan verbal awal mengenai teorema Pythagoras
meskipun juga telah diketahui oleh bangsa Babilonia. Dalil-dalil Sutrasulba
berhubungan dengan pembagian gambargambar seperti garis lurus, persegi panjang,
lingkaran dan segitiga. Geometri Hindu terutama untuk keperluan praktek. Geometri

Sejarah dan Etno Matematika │ 23


yang pertama mengenai pendirian altar agama Hindu. Pendirian altar itu terkait
dengan teorema Pythagoras.
6. Trigonometri
Penelitian trigonometri oleh Aryabhata. Dalam kitab Ganitapada 6, Aryabhata
mengemukakan luas segitiga, yang artinya “untuk segitiga, hasil yang tegak lurus
dengan sisi setengah merupakan daerah”.
7. Aljabar
Penelitian Aljabar oleh Aryabhata. Didalam kitab Aryabhata, Aryabhata
memberikan hasil elegan untuk penjumlahan dari serangkaian bilangan kuadrat dan
bilangan pangkat 3 :
13 + 23 + ⋯ + 𝑛3 = (1 + 2 + ⋯ + 𝑛)2
Jika x, y, dan r merupakan sisi segitiga dan memenuhi persamaan x2 + y2 = r2 maka
segitiga tersebut pastilah siku-siku, dan dikatakan x, y, dan r adalah tripel
pythagoras.
Untuk mencari tripel pythagoras kita bisa menggunakan rumus-rumus berikut :
𝑥 = 𝑎2 − 𝑏 2
𝑦 = 2𝑎𝑏
𝑟 = 𝑥2 + 𝑦2
dengan ketentuan a > b
kita bisa memakai rumus sebagai berikut:
𝑎 𝑏 𝑎2 − 𝑏 2 2𝑎𝑏 𝑎2 + 𝑏 2
2 1 3 4 5
3 1 8 6 10
3 2 5 12 13
4 1 15 8 17

2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Matematika India Kuno

1. Kelebihan
Adapun Kelebihan dari Sistem Bilangan Matematika India Kuno, antara lain:
1) Notasi Desimal: Salah satu kelebihan utama sistem ini adalah penggunaan
notasi desimal. Angka-angka ditulis menggunakan angka Arab (0-9) dan
diatur dalam posisi berdasarkan tempat nilai (puluhan, ratusan, ribuan, dst.),
yang membuatnya sangat cocok untuk perhitungan aritmetika.

Sejarah dan Etno Matematika │ 24


2) Dapat Mudah Dipahami: Sistem bilangan India kuno sangat mudah dibaca
dan dipahami. Anda hanya perlu memahami posisi angka dalam susunan
untuk memahami nilai sebenarnya. Ini memudahkan komunikasi dan
perhitungan.
3) Fleksibel: Sistem bilangan India kuno sangat fleksibel dalam hal ukuran
angka. Kita dapat dengan mudah menambahkan atau mengurangi angka
tanpa mempengaruhi struktur notasi dasarnya.
4) Operasi Aritmetika yang Mudah: Sistem ini memudahkan operasi aritmetika
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Penyusunan
posisi angka membuat operasi ini efisien dan cepat.
5) Penggunaan Angka Nol (0): Sistem ini pertama kali mengenalkan konsep
angka nol (0), yang merupakan terobosan besar dalam matematika. Tanpa
nol, perhitungan matematika yang kompleks akan menjadi sangat sulit atau
bahkan tidak mungkin.
6) Digunakan di Seluruh Dunia: Sistem bilangan India kuno, setelah melalui
adaptasi oleh matematikawan Arab, menyebar ke seluruh dunia dan menjadi
dasar sistem bilangan yang digunakan secara global saat ini.
7) Dasar Sistem Komputasi Modern: Sistem bilangan India kuno menjadi dasar
bagi komputasi modern. Komputer digital menggunakan sistem bilangan
biner (basis 2), yang merupakan perpanjangan dari sistem bilangan India
kuno.
2. Kekurangan
Adapun Kekurangan dari Sistem Bilangan Matematika India Kuno, antara lain:
1) Kesulitan Perhitungan Manual: Meskipun sistem bilangan India kuno
memungkinkan perhitungan yang mudah dipecahkan, perhitungan manual
dengan angka yang besar bisa menjadi rumit dan memakan waktu. Ini karena
simbol-simbol dasar harus digunakan secara berulang-ulang untuk
mengungkapkan angka yang besar.
2) Keterbatasan pada Pemrosesan Komputer: Dalam pemrosesan komputer
modern, sistem biner (basis 2) lebih umum digunakan daripada sistem
bilangan India kuno. Sistem biner memiliki keunggulan dalam representasi
digital karena menggunakan hanya dua simbol (0 dan 1), yang sesuai dengan
bahasa elektronika digital.

Sejarah dan Etno Matematika │ 25


3) Tingkat Notasi: Dalam beberapa kasus, sistem bilangan India kuno tidak
sesuai untuk mengungkapkan tingkat atau perbandingan tertentu secara
efisien. Misalnya, untuk mengungkapkan pecahan dalam sistem ini, Anda
mungkin perlu mengandalkan angka yang sangat panjang.
4) Ketidakjelasan Penulisan: Sistem ini, karena fleksibilitas penulisannya, bisa
menjadi ambigu jika tidak digunakan dengan benar. Penyusunan angka
dengan cara yang berbeda-beda dapat mengakibatkan kebingungan.
5) Kurangnya Standar Internasional: Meskipun sistem bilangan India kuno telah
diterima secara luas, beberapa negara dan budaya masih menggunakan
sistem bilangan yang berbeda. Ini dapat menyebabkan kebingungan dalam
komunikasi internasional.

2.2 Matematika Veda


2.2.1 Sejarah Matematika Veda
Lahir di Zaman Veda tetapi terkubur di bawah puing-puing berabad-abad,
sistem perhitungan yang luar biasa ini diuraikan pada awal abad ke-20, ketika ada
minat besar dalam teks-teks Sanskrit kuno, terutama di Eropa. Namun, teks-teks
tertentu yang disebut Ganita Sutras, yang mengandung deduksi matematika,
diabaikan, karena tidak ada yang bisa menemukan matematika di dalamnya. Teks-
teks ini, diyakini, mengandung benih dari apa yang sekarang kita kenal sebagai Veda
Matematika.
Matematika Veda ditemukan kembali dari kitab suci India kuno antara 1911 dan
1918 oleh Sri Bharati Krishna Tirthaji (1884-1960), seorang sarjana Sanskrit,
Matematika, Sejarah dan Filsafat. Ia mempelajari teks-teks kuno ini selama
bertahun-tahun, dan setelah penyelidikan yang cermat mampu merekonstruksi
serangkaian rumus matematika yang disebut. Bharati Krishna Tirthaji, yang juga
mantan Shankaracharya (pemimpin agama besar) dari Puri, India, menyelidiki teks-
teks Veda kuno dan menetapkan teknik sistem ini dalam karya pionirnya - Vedic
Mathematics (1965), yang dianggap sebagai permulaan titik untuk semua pekerjaan
pada matematika Veda. Dikatakan bahwa setelah 16 volume karya asli Bharati
Krishna yang menjelaskan sistem Veda hilang, di tahun-tahun terakhirnya ia menulis
satu jilid ini, yang diterbitkan lima tahun setelah kematiannya.

Sejarah dan Etno Matematika │ 26


2.2.2 Tokoh-tokoh Matematika Veda
Matematika Veda merupakan warisan matematika kolektif yang berkembang
dalam budaya Hindu kuno di India. Namun, beberapa tokoh yang mungkin disebut
dalam konteks Matematika Veda adalah mereka yang mengembangkan atau
menyusun teks-teks Matematika Veda. Berikut beberapa tokoh yang terkait dengan
Matematika Veda:
1. Bharati Krishna Tirthaji
Bharati Krishna Tirthaji merupakan seorang sarjana Sanskrit, Matematika,
Sejarah dan Filsafat sekaligus penemu matematika veda. Ia mempelajari teks-teks
kuno ini selama bertahun-tahun, dan setelah penyelidikan yang cermat mampu
merekonstruksi serangkaian rumus matematika,
2. Baudhayana
Baudhayana adalah seorang matematikawan dan filsuf Hindu kuno yang dikenal
sebagai penulis "Baudhayana Sulba Sutra." Sulba Sutra ini adalah salah satu teks
utama dalam Matematika Veda yang berfokus pada geometri dan konstruksi
geometris, khususnya dalam konteks upacara ritual dan pembuatan altar.
3. Apastamba
Apastamba adalah seorang sarjana Hindu yang juga dikenal karena "Apastamba
Sulba Sutra." Sulba Sutra ini juga membahas konstruksi geometris dan metode
perhitungan yang digunakan dalam ritual keagamaan.
4. Aryabhata I
Aryabhata I adalah seorang matematikawan, astronom, dan astrolog India kuno
yang hidup sekitar abad ke-5. Meskipun tidak secara langsung terkait dengan
Matematika Veda, dia memberikan kontribusi besar dalam pengembangan
matematika dan astronomi India. Karyanya yang terkenal, "Aryabhatiya," berisi
banyak konsep matematika yang penting.
5. Bhaskara II
Bhaskara II adalah seorang matematikawan, astronom, dan astrolog India yang
hidup pada abad ke-12. Dia menulis buku matematika terkenal bernama
"Lilavati," yang merupakan karakter fiksi yang digunakan untuk menyajikan
berbagai topik matematika, termasuk aritmetika, geometri, dan teori bilangan.

Sejarah dan Etno Matematika │ 27


2.2.3 Perkembangan Matematika Veda
Veda matematika segera dipuji sebagai sistem alternatif matematika baru ketika
salinan buku tersebut mencapai London pada akhir 1960-an. Beberapa
matematikawan Inggris, termasuk Kenneth Williams, Andrew Nicholas dan Jeremy
Pickles tertarik pada sistem baru ini. Mereka memperluas materi pengantar buku
Bharati Krishna dan menyampaikan ceramah tentangnya di London. Pada tahun
1981, ini disusun menjadi sebuah buku berjudul Pengantar Ceramah di Veda
Matematika. Beberapa perjalanan berturut-turut ke India oleh Andrew Nicholas
antara tahun 1981 dan 1987, memperbarui minat pada matematika Veda, dan para
sarjana serta guru di India mulai menganggapnya serius.
Minat dalam matematika Veda berkembang di bidang pendidikan di mana guru
matematika mencari pendekatan baru dan lebih baik untuk subjek. Bahkan siswa di
Institut Teknologi India (IIT) dikatakan menggunakan teknik kuno ini untuk
perhitungan cepat. Tidak heran, pidato Konvokasi baru-baru ini ditujukan kepada
para mahasiswa IIT, Delhi, oleh Dr. Murli Manohar Joshi, Menteri Sains &
Teknologi India, menekankan pentingnya matematika Veda, sambil menunjukkan
kontribusi penting dari para Matematikawan India kuno seperti Aryabhatta, yang
meletakkan dasar aljabar, Baudhayan, ahli geometer besar, dan Medhatithi dan
Madhyatithi, duo santo, yang merumuskan kerangka dasar untuk angka-angka.
Beberapa tahun yang lalu, St James 'School, London, dan sekolah-sekolah lain
mulai mengajarkan sistem Veda, dengan keberhasilan yang luar biasa. Hari ini
sistem yang luar biasa ini diajarkan di banyak sekolah dan institut di India dan di
luar negeri, dan bahkan untuk mahasiswa MBA dan ekonomi.
Ketika pada tahun 1988, Maharishi Mahesh Yogi membawa terang keajaiban
matematika Veda, Sekolah Maharishi di seluruh dunia memasukkannya ke dalam
silabus mereka. Di sekolah di Skelmersdale, Lancashire, Inggris, kursus lengkap
yang disebut "The Cosmic Computer" ditulis dan diuji pada siswa berusia 11 hingga
14 tahun, dan kemudian diterbitkan pada tahun 1998. Menurut Mahesh Yogi, " Sutra
-Matematika Matematika Veda adalah perangkat lunak untuk komputer kosmik yang
menjalankan alam semesta ini. "
Sejak tahun 1999, sebuah forum berbasis di Delhi yang disebut Yayasan
Penelitian Internasional untuk Veda Matematika dan Warisan Budaya India, yang
mempromosikan pendidikan berbasis nilai, telah menyelenggarakan kuliah tentang

Sejarah dan Etno Matematika │ 28


matematika Veda di berbagai sekolah di Delhi, termasuk Cambridge School, Amity
International, DAV Public School, dan Sekolah Internasional Tagore.
Penelitian sedang dilakukan di banyak bidang, termasuk efek belajar
matematika Veda pada anak-anak. Banyak penelitian juga sedang dilakukan tentang
cara mengembangkan aplikasi sutra - sutra Vedic yang lebih kuat dan mudah dalam
geometri, kalkulus, dan komputasi. Kelompok Riset Matematika Veda menerbitkan
tiga buku baru pada tahun 1984, tahun seratus tahun kelahiran Sri Bharati Krishna
Tirthaji.
Jelas ada banyak keuntungan menggunakan sistem mental yang fleksibel, halus
dan efisien seperti matematika Veda. Murid dapat keluar dari kurungan cara 'satu-
satunya yang benar', dan membuat metode mereka sendiri di bawah sistem Veda.
Dengan demikian, itu dapat mendorong kreativitas dalam murid cerdas, sambil
membantu siswa yang lambat memahami konsep dasar matematika. Penggunaan
matematika Veda yang lebih luas tidak diragukan lagi dapat membangkitkan minat
pada subjek yang umumnya ditakuti anak-anak.

2.2.4 Sistem dan Teori Bilangan Veda


Matematika Veda adalah model dan sistem matematika kuno yang berasal
dari Veda. Ini menyederhanakan perkalian, pembagian, bilangan kompleks, dan 25
pemangkatan. "Matematika Vedik" adalah buku pengantar yang ditulis oleh Bharati
Krishna. Maharaja Bharati Krishna Tirthaji lahir pada tahun 1884 dan meninggal
pada tahun 1960. Bharati Krishna menyatakan bahwa Veda dapat diterapkan dan
mencakup hampir semua cabang matematika, seperti Sansekerta, filsafat, bahasa
Inggris, matematika, sejarah, dan sains, dan dia seorang siswa yang pandai.
Pada awal penyelesaian, guru memberikan lembar kerja kepada siswa yang
sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan. Siswa dapat mempelajari materi
dari lembar kerja yang diberikan guru kepada mereka. Guru menyelesaikan soal-soal
dengan menggunakan model penyelesaian matematika Veda.
Model matematika Veda memiliki kasus umum dan kasus khusus. Kasus
umum dapat diterapkan pada setiap pertanyaan yang mungkin muncul dalam kasus
khusus, sedangkan kasus khusus tidak selalu dapat diterapkan pada kasus umum.
Namun, beberapa masalah matematika tidak termasuk dalam kasus khusus model
penyelesaian matematika Veda, tetapi masalah matematika yang memiliki
karakteristik tambahan dapat diselesaikan dengan menggunakan kasus umum.

Sejarah dan Etno Matematika │ 29


Siswa harus melihat ciri-ciri masalah matematika yang ada dan menentukan
kasus yang dapat menyelesaikannya. Setelah itu, mereka harus dapat menerapkan
dan menyelesaikan masalah matematika. Berikut ini adalah beberapa contoh
bagaimana model matematika veda dapat digunakan dalam perhitungan matematika.
1. Mengkuadratkan Angka yang Berakhiran Dengan Angka 5
Adapun langkah-langkah mengkuadratkan angka yang berakhir dengan angka 5
dengan model Matematika Veda secara terperinci adalah sebagai berikut:
1) Pada sisi sebelah kiri (n), kalikan n dengan n+1
2) Pada sisi sebelah kanan (5), kalikan dengan 5

2. Mengkuadratkan Bilangan dari Suatu Nikhilam


Berikut adalah cara mengkuadratkannya
a. Kita akan menjadikan angka kelipatan 10 (10, 100, 1000) sebagai angka dasar
kita
b.

Sejarah dan Etno Matematika │ 30


c.

3. Perkalian Dimana Angka Awal Sama dan Angka Akhiran Jika Dijumlahkan
menjadi 10
Berikut cara pengerjaannya:
a. 𝑎𝑏 × 𝑎𝑐 , dengan 𝑏 + 𝑐 = 10
b. Hasil:

4. Perkalian model matematika Veda


a. Untuk perkalian puluhan dengan puluhan, langkah-langkah penyelesaian adalah
sebagai berikut:

Sejarah dan Etno Matematika │ 31


b. Untuk perkalian ratusan dengan puluhan, langkah penyelesaiannya adalah
sebagai berikut:

c. Untuk perkalian ratusan dengan ratusan, langkah penyelesaiannya adalah sebagai


berikut:

Sejarah dan Etno Matematika │ 32


Catatan: Jika hasil perkalian terdiri dari lebih dari satu kata (atau puluhan), angka
yang paling kanan diletakkan di baris pertama, dan angka sebelah kirinya
diletakkan di bawah angka sebelumnya di baris atas.
Dengan menggunakan penalaran rasional dan logis, model penyelesaian
matematika Veda membantu siswa meningkatkan keterampilan, ketepatan, dan
kemudahan berhitung mereka. Model ini membantu siswa melakukan perhitungan
dan menyelesaikan masalah matematika dengan mudah, sehingga konsep
perhitungan matematika yang biasa digunakan tetap ada.

2.2.5 Peninggalan Matematika Veda


Didalam buku matematika veda berisi 16 Sutra yang ditulis oleh Bharati
Khrisna Tirtha. Ke-16 Sutra tersebut yakni
1) Ekadhikena Purvenadengan dengan corollory Anurupyena. Pada sutra ini
memiliki artian “By one more than the previous one” yang kalau diartikan
kedalam bahasa Indonesia yakni oleh satu lebih dari satu sebelumnya
2) Nikhilam Navatashcaramam Dashatah dengan corollory Sisyate Sesasamjnah.
Pada sutra ini memiliki arti “All from 9 and the last from 10” yang kalau diartikan
kedalam bahasa Indonesia yakni Terakhir dari sepuluh dan sisanya dari sembilan
3) Urdhva-Tityagbyham dengan corollory Adyamadyenantyamantyena. Yang
memiliki artian “Vertically and crosswise” yang jika diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia yakni vertikal dan melintang

Sejarah dan Etno Matematika │ 33


4) Paravartya Yojayet dengan corollory Kevalaih Saptakam Gunyat yang memiliki
arti “Transpose and adjust” yang kalau ditranslasikan ke bahasa Indonesia yakni
transpose dan sesuaikan
5) Shyunyam Saamyasamuccaye dengan corollory Vestanam. Sutra ini memiliki
artian “When the sum is the same that sum is zero” yang kalau ditranslasikan ke
bahasa Indonesia yakni apabila jumlahnya sama dan jumlahnya nol
6) Anurupye Shunyamanyat dengan corollory Shunya Anyat. Sutra ini memiliki
artian “If one is in ratio, the other is zero” yang kalau ditranslasikan ke bahasa
Indonesia yakni Jika yang satu adalah perbandingan, maka yang lainnya adalah
nol
7) Sankalana-Vyavakalanabhyam dengan corollory Yavadunam Tavadunikritya
Varga Yojayet . Sutra ini memiliki artian “By addition and by subtraction” yang
kalau ditranslasikan ke bahasa Indonesia yakni dengan penjumlahan dan
pengurangan
8) Puranapuranabhyam dengan corollory Antyayordashake’pi. Sutra ini memiliki
artian “By the completion or non-completion“ yang kalau ditranslasikan ke
bahasa Indonesia yakni Dengan selesai atau tidak selesainya.
9) Chalana Kalanabyham dengan corollory Antyayoreva. Sutra ini memiliki artian
“Differences and Similarities” yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia yakni
Perbedaan dan kesamaan
10) Yavadunam dengan corollory Samuccayagunitah. Memiliki arti “Whatever the
extent of its deficiency” yang jika ditranslate ke bahasa Indonesia yakni
betapapun besarnya kekurangan yang dimilikinya
11) Vyashtisamanstih yang merupakaan corollary Lopanasthapanabhyam sutra ini
memiliki artian “Part and Whole” yang ditranslate ke bahasa Indonesia menjadi
Sebagian dan Keseluruhan.
12) Shecanyankena Charamena dengan corollory Vilokanam. Sutra ini memiliki
artian “The remainders by the last digit” yang jika diartikan kedalam bahasa
Indonesia menjadi Sisa digit
13) Sopanlyadvaya Mantyam dengan corollory Gunitasamuccayah
Samuccayagunitah. Sutra ini memiliki artian “The ultimate and twice the
penultimat” yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia menjadi Perkalian
teakhir dan dua kali kedua dari belakang

Sejarah dan Etno Matematika │ 34


14) Ekanyunena Purvena dengan corollory Dhvajanka yang artinya “By one less than
the previous one” yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia menjadi Kurang
dari satu dari sebelumnya
15) Gunitasamuchyah dengan corollory Dwandwa Yoga memiliki artian “The
product of the sum is equal to the sum of the product” dan jika diartikan kedalam
bahasa Indonesia menjadi hasil kali dari jumlah tersebut sama dengan jumlah
hasil kali
16) Gunakasamuchyah dengan corollory Adyam Antyam Madhyam. Sutra ini
memiliki artian” The factors of the sum is equal to the sum of the factors” yang
jika diartikan kedalam bahasa Indonesia menjadi Faktor dari penjumlahannya
sama dengan jumlah faktor-faktornya

2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Matematika Veda


1. Kelebihan
Berikut adalah beberapa kelebihan dari Sistem Bilangan Matematika Veda:
1) Kemudahan dan Fleksibilitas: Sistem bilangan Matematika Veda dikenal
karena kemudahannya, memudahkan penggunaan dalam perhitungan sehari-
hari seperti waktu dan perdagangan, serta membuatnya mudah dipahami.
Sistem ini dapat digunakan untuk berbagai operasi matematika.
2) Notasi Tempat Nilai: Seperti sistem bilangan India Kuno, Sistem ini
menggunakan notasi tempat nilai yang memungkinkan representasi bilangan
besar dan kecil secara efisien.
3) Kecepatan Perhitungan: Metode Matematika Veda, seperti metode
penjumlahan dari "Sulba Sutras," diklaim dapat menghasilkan perhitungan
yang lebih cepat dibandingkan dengan metode konvensional.
4) Penggunaan dalam Astronomi: Sistem ini telah digunakan untuk perhitungan
astronomi yang kompleks dalam Matematika Veda.
5) Warisan Budaya: Memiliki nilai budaya dan sejarah yang signifikan dalam
perkembangan matematika India.
2. Kekurangan
Berikut adalah kekurangan Sistem Bilangan Matematika Veda:
1) Batasan dalam Representasi Desimal: Mirip dengan sistem bilangan lainnya,
Sistem Matematika Veda memiliki keterbatasan dalam menggambarkan
pecahan desimal secara akurat.

Sejarah dan Etno Matematika │ 35


2) Keterbatasan dalam Relevansi pada Matematika Modern: Sistem ini memiliki
relevansi yang terbatas dalam konteks matematika modern dan perhitungan
ilmiah, sehingga jarang digunakan di luar konteks pendidikan atau sejarah.
3) Tidak Cocok untuk Perhitungan yang Rumit dan Angka Besar: Meskipun
sederhana, sistem ini tidak selalu cocok untuk perhitungan matematika yang
kompleks atau ilmiah. Mungkin sulit untuk membaca atau menyampaikan
angka besar dengan cepat.
4) Terbatas dalam Penggunaan Internasional: Tidak umum digunakan di luar
India dan tidak memiliki dampak global sebesar sistem bilangan Hindu-Arab.

Sejarah dan Etno Matematika │ 36


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad
ke-26 SM dan berakhir pada abad ke-14 M. Pada tahun 550 bangsa Hindu menemukan
bilangan nol dan penulisan sistem letak untuk bilangan. Penggunaan simbol nol oleh
orang India yang pasti adalah di Gwalior Tablet Stone pada tahun 876. Terdapat
beberapa tokoh penemu matematika india, salah satunya adalah Brahma Gupta. Pada
matematika india kuno terdapat beberapa perkembangan, terdapat sistem india kuno,
Sejarah angka Nol, terdapat Teknik Perhitungan Matematika India Kuno, dan terdapat
beberapa peninggalan Matematika india kuno.
Matematika Veda ditemukan kembali dari kitab suci India kuno antara 1911 dan
1918 terdapat 6 tokoh dalam matematika veda, salah satunya adalah Bharati Krishna
Tirthaji. Pada tahun 1981, ini disusun menjadi sebuah buku berjudul Pengantar
Ceramah di Veda Matematika. Pada matematika Veda terdapat sistem angka veda,
Teknik perhitungan matematika veda, dan terdapat peninggalan kitab veda.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis meyakini bahwa masih terdapat beberapa
kekurangan dan bahkan mungkin kekeliruan atau kesalahan yang terjadi di luar
keinginan dan kehendak penulis. Untuk itu, koreksi, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat koreksi, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan bagi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Sejarah dan Etno Matematika │ 37


DAFTAR PUSTAKA

Badawi, Abbdurrahman. 2003. Ensiklopedi Tokoh Orientali. Yogyakarta: Lkis Pelangi


Aksara.
Hs. R. U. (2016, Desember 22). Sejarah Matematika Hindu. Dipetik September 28, 2023,
dari slideshare: https://www.slideshare.net/RofidahUmniyatiHs/sejarah-matematika-
hindu-70373295
Kintan Dwi Putri Azura, d. (2018, Maret 26). Makalah Sejarah Matematika India. Dipetik
September 28, 2023, dari Scribd:
https://www.scribd.com/document/374895816/Makalah-Sejarah-Matematika-India

Kazamajonkuskus. (2011, Oktober 9). Daftar Penemuan Matematika. Dipetik September 28,
2023, dari Scribd: https://www.scribd.com/doc/68114434/daftar-penemuan-
matematika

Narayan, Avadesh. 1962. History of Hindu Mathematics: A source book. Bombay: Asia
Publishing House.

Sejarah dan Etno Matematika │ 38

Anda mungkin juga menyukai