Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH SEJARAH DAN ETNOMATEMATIKA

MATEMATIKA BABILONIA

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
Harley Davaro Olifar ;2113011002 ;5A Pendidikan Matematika
I Gusti Ayu Uciary Wahyuni ;2113011016 ;5A Pendidikan Matematika
I Made Andrayuga ;2113011044 ;5A Pendidikan Matematika
Ida Bagus Kade Adhiatma ;2113011045 ;5B Pendidikan Matematika
Putu Herlina Vidia Karisma ;2013011069 ;7B Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Matematika Babilonia”. ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah dan Etnomatematika serta untuk menambah
wawasan yang digunakan sebagai bekal di masa depan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dari Tuhan Yang
Maha Esa dan tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak dalam proses penyusunan makalah ini.
Sehingga dalam kesempatan ini, kami mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si yang telah memberikan bimbingan
dan tunjangan materi sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik. Selain itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan karena sudah ikut berkontribusi dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran yang membangun
untuk penyempurnaan makalah ini. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih dan semoga karya
tulis ini bermanfaat untuk kami dan bagi pembaca.

Singaraja, 15 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................................... 5
BAB I.............................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 6
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 6
1.3 Tujuan .............................................................................................................................................. 7
BAB II .......................................................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 8
2.1 Sejarah Matematika Babilonia ...................................................................................................... 8
2.2 Peninggalan Matematika Babilonia ............................................................................................ 10
2.3 Sistem Bilangan Babilonia............................................................................................................ 12
2.4 Tokoh-Tokoh Matematika Babilonia .......................................................................................... 14
BAB III....................................................................................................................................................... 17
PENUTUP .................................................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 17
1.2 Saran .............................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 18
Lampiran 1. Rekapan Diskusi ................................................................................................................. 19

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Aksara Runcing ..............................................................................................................9

Gambar 2. Penulisan Bilangan 95 ....................................................................................................9

Gambar 3. Papan Yale YBC 7289 ................................................................................................. 10

Gambar 4. Plimpton 322 ................................................................................................................ 10

Gambar 5. Papan Susa ................................................................................................................... 11

Gambar 6. Papan Tell Dhibayi....................................................................................................... 12

Gambar 7. Sistem Bilangan Babilonia ........................................................................................... 12

Gambar 8. Merubah Paku ke Seksagesimal ................................................................................... 13

Gambar 9. Buku Aritmatika Oleh Diophantus .............................................................................. 15

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Plimpton................................................................................................................. 11

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika Babilonia berkembang di wilayah yang sekarang merupakan Irak selama
periode Babilonia kuno, yang berlangsung sekitar 2000 SM hingga 500 SM. Peradaban
Babilonia menghasilkan banyak naskah matematika dan tablet tanah liat yang memberikan
wawasan tentang sistem matematika mereka. Peninggalan matematika Babilonia yang paling
terkenal adalah tabel perkalian dan pembagian yang mereka kembangkan. Ini termasuk tabel
perkalian untuk angka 1 hingga 59, yang sangat membantu dalam perhitungan sehari-hari.
Mereka juga meninggalkan tablet dengan masalah matematika yang mencakup perhitungan
lahan, volume bangunan, dan perhitungan waktu astronomis.
Sistem bilangan Babilonia didasarkan pada angka enam puluh (sexagesimal). Mereka
menggunakan simbol khusus untuk nol dan berbagai kombinasi angka 1 hingga 59 untuk
menggambarkan bilangan. Penggunaan sistem ini terlihat dalam pengukuran waktu, di mana
satu jam dibagi menjadi 60 menit dan satu menit dibagi menjadi 60 detik, yang masih kita
gunakan hingga saat ini.
Beberapa tokoh penting dalam matematika Babilonia tidak dikenal secara individu, karena
banyak kontribusi matematika Babilonia berasal dari masyarakat umum yang mencatat
pengetahuan matematika mereka pada tablet tanah liat. Namun, beberapa naskah yang
terkenal, seperti "Plimpton 322," mengandung contoh-contoh penyelesaian masalah
matematika yang dipecahkan oleh matematikawan Babilonia.
Dengan menggunakan sistem bilangan sexagesimal dan pengembangan tabel matematika
mereka, peradaban Babilonia mencapai kemajuan yang signifikan dalam matematika dan
memberikan kontribusi penting dalam sejarah perkembangan matematika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah matematika babilonia?
2. Apa saja peninggalan matematika pada zaman babilonia?
3. Bagaimana sistem bilangan babilonia?
4. Siapa saja tokoh-tokoh dalam matematika babilonia?

6
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan mengenai sejarah matematika babilonia.
2. Menjelaskan apa saja yang termasuk peninggalan pada zaman babilonia.
3. Menjelaskan bagaimana sistem bilangan babilonia.
4. Mengenal siapa saja tokoh-tokoh matematika babilonia.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Matematika Babilonia


Babilonia adalah sebuah peradaban kuno yang terletak di kawasan tengah-selatan
Mesopotamia (saat ini bagian Republik Iraq). Kawasan Mesopotamia termasuk Sumeria,
Akkad, dan Assyria. Kawasan ini sangat penting karena menjadi salah satu dari tempat awal
manusia hidup bersama-sama dalam satu peradaban. Penduduk Babilonia, atau yang sering
disebut Babilon, memiliki satu bahasa penulisan yang mereka gunakan untuk mempelajari hal-
hal yang berkaitan dengan dunia di sekeliling mereka. Sejarah mengatakan bahwa orang
Babilon merupakan yang pertama kali menulis dari kiri ke kanan, dan telah banyak membuat
dokumen tertulis.

Bangsa Babilonia kuno memberikan kontribusi matematika pada peradaban Mesopotamia


antara tahun 2500 SM hingga 539 SM. Saat ini kita menggunakan sistem nilai tempat desimal
Hindu-Arab yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Posisi angka-angka ini mempengaruhi nilai angka,
misalnya angka 6, 60, dan 600, angka 6 kedua berada pada puluhan, dan angka 6 ketiga pada
ratusan. Namun bangsa Babilonia mengembangkan sistem bilangan yang bersifat
seksagesimal, yang berarti sistem bilangan dasar 10 (desimal), yang menggunakan sistem basis
60. Bangsa Babilonia tidak memiliki sistem basis 60 murni, karena mereka tidak menggunakan
60 sebagai satu-satunya digit, mereka menghitung menggunakan 10-an dan 60-an. Oleh karena
itu, sistem bilangan bangsa Babilonia dianggap sebagai sistem desimal dan seksagesimal.

Sekitar tahun 2000 SM, bangsa Babilonia membuat sistem penulisan bilangan yang lebih
sederhana. Dalam sistem ini hanya menggunakan dua simbol, yaitu berbentuk pin mewakili
nilai satu dan berbentuk sayap yang mewakili nilai 10, sistem penulisan ini dikenal sebagai
aksara runcing.

8
Gambar 1. Aksara Runcing

Aksara runcing ditulis di atas tanah liat basah. Tanah liat cepat mengering sehingga data
yang ditulis harus relatif pendek dan dalam sekali waktu saja, meskipun begitu tanah liat
tersebut tidak mudah dihancurkan ketika terpanggang di dalam oven atau di bawah terik
matahari.

Sejak sekitar 2500 SM, perkembangan sistem bilangan bangsa Babilonia meningkat drastis
ketika Babilon menyadari bahwa simbol berbentuk pin dan sayap dapat merepresentasikan
berbagai nilai berdasarkan posisinya yang berhubungan dengan satu sama lain. Dalam sistem
nilai tempat ini, cara penulisan nilai-nilai yang diwakili adalah demgan menempatkan tanda-
tanda atau simbol-simbol secara berdampingan. Selain itu sistem bilangan Babilonia ini dibaca
dari kiri ke kanan. Misalnya penulisan bilangan 95, akan ditulis sebagai berikut

Gambar 2. Penulisan Bilangan 95


Bentuk pin yang pertama menandakan bilangan 60, kemudian tiap satu bentuk sayap
menandakan bilangan 10 maka 10 × 3 = 30, dan 5 bentuk pin terakhir menandakan bilangan
1 maka 1 × 5 = 5, yang menghasilkan total 60 + 30 + 5 = 95.

Selain sistem bilangan, juga ditemukan suatu akar kuadrat dari 2 (√2), ditemukan tertulis
pada sebuat tablet yaitu YBC 7289. Waktu dituliskannya data pada tablet tidak diketahui,
namum umumnya tanggal pembuatan antara 1800 SM dan 1650 SM.

9
2.2 Peninggalan Matematika Babilonia
1. Papan Yale YBC 7289
Papan Yale YBC 7289 merupakan papan yang digambari sebuah diagram yang
berbentuk segiempat berukuran 30. Naskah Yale (200 SM) yang berisi tabel 𝑛3 + 𝑛2 untuk
menyelesaikan persamaan, termasuk persamaan kubik bahan persamaan simultan yang
menuju ke persamaan kuartik.

Gambar 3. Papan Yale YBC 7289

2. Plimpton 322

Gambar 4. Plimpton 322

Plimption 322 adalah tablet tanah liat Babilonia, terkenal karena berisi
contoh Matematika Babilonia. merupakan hasil olahan naskah- naskah kuno Mesopotamia
yang ditulis oleh G.A Plimpton yang berisi masalah matematika. naskah tersebut berisi
tabel metematika dari zaman antara tahun 1900-1600SM. Naskah plimpton 322 berbentuk
tabel yang terdiri atas 4 kolom dan 15 baris berisi bilangan Triple Pythagoras.

Plimpton 322 sisi kanan dari sebuah tablet lebih besar yang berisikan beberapa kolom,

10
Daftar tabel Plimpton

119 169 1
3367 4852(11521) 2
4601 6649 3
12709 18541 4
65 97 5
319 481 6
2291 3541 7
799 1249 8
481(541) 769 9
4961 8161 10
45 75 11
1679 2929 12
161(25921) 289 13
1771 3299 14
56 106(53) 15
Tabel 1. Tabel Plimpton

3. Papan Susa

Gambar 5. Papan Susa

Papan ini memperlihatkan bagaimana cara menghitung radius lingkaran melalui


segitiga sama sisi. Di dalam papan susa ini terdapat sebuah segitiga 𝐴𝐵𝐶 dengan pusat
lingkaran di titik 𝑂, dan terdapat suatu garis 𝐴𝐷 yang menghubungkan antara titik
𝐴 dengan garis 𝐵𝐶. Dari gambar tersebut dapat kita lihat bahwa aegitiga 𝐴𝐵𝐷 adalah
segitiga pada sebelah kanan dalam suatu lingkaran.

Sehingga dengan menggunakan rumus Pythagoras dapat diperoleh: 𝐴𝐵 2 + 𝐵𝐷2 =


𝐴𝐷2 . Sehingga 𝐴𝐷 = 40. Kemudian akan disimpulkan radius lingkaran tersebut adalah 𝑥,

11
sehingga 𝑂𝐵 = 𝑂𝐴 = 𝑥. Lalu dengan teorema Phythagoras diperoleh: 𝑥 2 = 𝐴𝐷2 + 𝐵𝐷2
maka 𝑥 2 = (40 − 𝑥)2 + 302 menjadi 𝑥 2 = 1600 – 80𝑥 + 𝑥 2 + 900 sehingga 80𝑥 =
2500 atau dalam seksagesimal 𝑥 = 13,25.

4. Papan Tell Dhibayi

Gambar 6. Papan Tell Dhibayi

Papan Tell Dhibayi ini menampilkan permasalahan geometri yang meminta dimensi
sebuah bujur sangkar yang telah diketahui luas dan diagonalnya.

2.3 Sistem Bilangan Babilonia

Gambar 7. Sistem Bilangan Babilonia

Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan paku karena
bentuknya seperti paku. Bangsa Babilonia menggunakan Sistem Bilangan Seksagesimal
(𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 − 60). Sistem bilangan 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 − 60 ini bisa dilihat dalam ketetapan satuan waktu,
yaitu 60 detik untuk 1 menit, 60 menit untuk 1 jam, dan dalam penggunaan sistem sudut

12
yaitu 360 derajat (60 × 6) untuk 1 putaran lingkaran, serta penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang merupakan lambang dari pecahan derajat.

Babilonia menggunakan satu untuk mewakili satu, dua untuk mewakili dua, tiga untuk
tiga, dan seterusnya, sampai yang kesembilan. Namun, mereka cenderung untuk mengatur
simbol-simbol ke dalam tumpukan rapi. Setelah mereka sampai kesepuluh, terlalu banyak
simbol, sehingga mereka berpaling untuk membuat simbol yang berbeda. Sebelas itu
sepuluh dan satu, dua belas itu sepuluh dan dua, dua puluh itu sepuluh dan sepuluh
begitupun seterusnya.

❖ Merubah Paku ke Seksagesimal


Contoh:

Gambar 9. Merubah Paku ke Seksagesimal


❖ Penulisan Seksagesimal ke Angka Modern
Contoh:
1) 4,18 = 4 × 60 + 18
4,18 = 240 + 18
4,18 = 258
30
2) 1,2 ; 30 = 1 × 60 + 2 + 60

1,2 ; 30 = 62,5
❖ Penulisan Modern ke Seksagesimal
Contoh:
1) 220 = 3 × 60 + 40
220 = 3, 40
2) 7755 = 2 × 602 + 9 × 60 + 15
7755 = 2, 9, 15

13
Kelebihan Sistem Bilangan Babilonia

➢ Mengenal bentuk-bentuk bangun ruang seperti segitiga dan kubus


➢ Sudah mengenal nilai pi
➢ Telah mengenal awal teori Pythagoras

Kekurangan Sistem Bilangan Babilonia

➢ Belum mengenal koma untuk membuat bilangan desimal


➢ Belum mengenal bilangan nol
➢ Belum mengenal tanda (−)
➢ Penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian masih belum jelas

2.4 Tokoh-Tokoh Matematika Babilonia


1. Diophantus (200-284)
Diophantus adalah seorang matematikawan Yunani yang berasal dari Alexandria, ia
juga disebut sebagai “Bapak Aljabar” yang terkenal dengan aritmatikanya. Hal ini
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan teori bilangan.
Diophantus lahir di Alexandria, Mesir di antara tahun 200 dan 214 BC. Alexandria adalah
pusat dari pengetahuan dan budaya Yunani. Tidak ada catatan terperinci tentang kehidupan
Diophantus. Sekitar tahun 250 seorang matematikawan Yunani yang bermukim di
Alexandria melontarkan permasalahan matematika yang tertera di atas batu nisannya,
dalam batu nisannya tertulis “Di sini terletak Diophantus”.
Dalam sejarah matematika, Diophantus dari Alexandria dikenal sebagai bapak master
aljabar untuk karya-karyanya dan kontribusinya yang dia tinggalkan untuk ilmu
matematika. Dengan keahliannya dalam bidang kalkulus, dia berhasil menghasilkan
kumpulan besar masalah dan menyelesaikannya tanpa menggunakan geometri Euclidean.
Semua masalah ini dikumpulkan dalam karyanya “Aritmatika”, yang terdiri dari tiga belas
buku, yang hanya diketahui enam di antaranya. Untuk kontribusi besar ini, dia dikreditkan
dengan pengenalan perhitungan aljabar dalam metematika. Aritmatika adalah karya utama
Diophantus yang isinya merupakan pengembangan aljabar yang dilakukan dengan
membuat beberapa persamaan. Persamaan-persamaan tersebut disebut persamaan
Diophantin, digunakan pada matematika sampai sekarang. Buku ini didasarkan atas karya-

14
karyanya aljabar di sejarah Yunani yang paling nyata dan paling berpengaruh. Gayanya
sangat berbeda. Dia tidak pernah menggunakan metode umum dalam menyelesaikan
permasalahan. Satu metode yang dipakai untuk menyelesaikan masalah tidak dapat
digunakan untuk permasalahan lain sekalipun sejenis atau mirip.

Gambar 8. Buku Aritmatika Oleh Diophantus

2. Raja Sargon
Raja Sargon dari Akkad mendirikan kerajaan pertama di dunia lebih dari 4000 tahun
yang lalu di Mesopotamia. Sekaligus menjadi raja pertama di dunia. Menurut legenda,
dirinya ditakdirkan untuk memerintah. Namanya memiliki arti raja sejati. Dari segi
kebudayaan Akkadia meniru kebudayaan bangsa Sumeria yang sudah maju sehingga
berkembanglah budaya baru yang disebut budaya Sumer Akkad (akulturasi). Pada masa
ini ditemukan alat hitung “sempoa”.
3. Raja Hammurabi
Raja Hammurabi dikenal sebagai pembuat undang-undang. Diperkirakan hukum-
hukum yang telah diterbitkan menjadi piagam berbentuk prasasti dan ditunjukkan kepada
masyarakat untuk mendapatkan persetujuan. Oleh karena itu, hukum-hukum dibuat oleh
pemerintahan hanya untuk pendapatnya sendiri. Piagam yang dibuat oleh Raja Hammurabi
dikenal dengan sebutan piagam Hammurabi. Piagam Hammurabi dianggap sebagai
pendahulu dari sistem hukum resmi seperti yang berlaku pada masa modern sekarang.
4. Para Ilmuan Babilonia

15
Para Ilmuan Babel merupakan penemu dari suatu penentuan nilai akar kuadrat, bahkan
telah menunjukkan Teori Pythagoras, jauh sebelum Pythagoras sendiri muncul dengna
teorinya. Hal ini telah dibuktikan oleh Dennis Ramsey yang menerjemahkan sebuah
catatan kuno yang berasal dari tahun 1900 SM.
5. Otto Neugebauer dan F. Thureau-Dangin
Otto Neugebauer dan F. Thureau-Dangin menemukan berbagai macam pengetahuan
tentang isi dari suatu tablet-tablet matematika. Karena kerja penafsiran tablet-tablet ini
masih berlangsung, penemuan yang baru dan sama menariknya sangat mungkin terjadi
dalam waktu dekat.
6. Grotefend
Grotefend mencoba untuk memcahkan teka-teki yang disempurnakan oleh Rawlinson.
Tablet-tablet itu ternyata berisi tentang semua tahap dan kepentingan-kepentingan yang
meliputi banyak jaman dari sejarah Babilonia.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Matematika Babilonia adalah salah satu sistem matematika tertua yang diketahui,
berkembang sekitar 2000 SM hingga 500 SM. Peradaban Babilonia memiliki kontribusi
penting dalam pengembangan matematika.
2. Salah satu peninggalan matematika babilonia adalah Papan Yale YBC 7289 merupakan
papan yang digambari sebuah diagram yang berbentuk segiempat berukuran 30. Selain itu
ada banyak peninggalan berupa tablet tanah liat dengan masalah matematika yang
mencakup berbagai aspek kehidupan.
3. Sistem bilangan Babilonia berbasis angka enam puluh (sexagesimal) dan memiliki
pengaruh besar pada sistem pengukuran waktu dan sudut modern. Konsep ini masih
digunakan dalam perhitungan waktu saat ini.
4. Meskipun banyak kontribusi matematika babilonia berasal dari masyarakat umum yang
mencatat pengetahuan mereka pada tablet tanah liat, ada beberapa tokoh-tokoh pada
peradaban ini yaitu Diophantus (200-284), Raja Sargon, Raja Hammurabi, Para Ilmuan
Babilonia, Otto Neugebauer dan F. Thureau-Dangin, dan juga Grotefend

1.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis meyakini bahwa masih terdapat bebrapa
kekurangan dan juga kesalahan yang terjadi di luar keinginan penulis. Maka untuk itu, koreksi,
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan bagi perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Usama, M. (2023). Biografi Diophantus. Diakses pada 15 September 2023, dari


https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-sunan-ampel-
surabaya/bahasa-indonesia/biografi-diophantus/47168379

Wulandari, IA. Budiyono, M. Abdulah. 2022. Sejarah Matematika pada Zaman Mesir dan
Babilonia. Seminar Nasional Matematika, Geometri, Statistika dan Komputasi, (online). P.
426-433. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/prosiding/article/download/33532/11693/.

18
Lampiran 1. Rekapan Diskusi
1. Terkait dengan matematika Babilonia yang di jelaskan oleh kelompok penyaji, bahwa
bangsa Babilonia mengembangkan sistem bilangan yang bersifat seksagesimal, yang berarti
sistem bilangan dasar 10 (desimal), yang menggunakan sistem basis 60. Kenapa pada zaman
Babilonia orang-orang Babilonia menggunakan bilangan 60? Kenapa tidak 70, 89 atau
bilangan lainnya?
Dan menururut kelompok penyaji apakah ada kaitannya antara penghitungan waktu berasal
dengan babilonia karena penghitungan waktu 1 menit sama dengan 60 detik, 1 jam 60 menit,
dan 24 jam dalam satu hari, dan 7 hari dalam sepekan. Penghitungan dari masa peradaban
Babilonia ini menggunakan basis 12 dan basis 60, kecuali penghitungan 7
hari dalam sepekan.
Keterangan Nama Jawaban
Penanya Ni Luh Rista (2113011023) -
Penjawab I Gusti Ayu Uciary Mengapa basis 60 dipilih adalah karena
Wahyuni (2113011016) kemudahan bagi mereka untuk
melakukan perhitungan matematika
dengan mudah dibagi oleh banyak
faktor. Basis 60 memiliki banyak faktor
pembagi, termasuk 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12,
15, 20, dan 30. Hal ini membuat sistem
ini sangat fleksibel untuk melakukan
perhitungan dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam bidang seperti astronomi dan
matematika.
Adanya kaitan antara penghitungan
waktu dan penggunaan basis 60 oleh
Babilonia adalah mungkin. Basis 60
memungkinkan mereka untuk
menghitung waktu dengan cara yang
lebih mudah dibagi, yang berkaitan
dengan penggunaan jam, menit, dan
detik seperti yang kita kenal sekarang.
Sistem ini memudahkan pembagian
waktu ke dalam unit-unit yang lebih
kecil dan lebih besar dengan mudah.

2. Dari yang telah di paparkan tadi di ppt oleh kelompok penyaji terdapat kelebihan dan
kekurangan dari sistem bilangan Babilonia tersebut. Jadi pertanyaan saya tadi kan disebutkan
bahwa sistem bilangan Babilonia tersebut mempunyai kelebihan telah mengenal awal
teorema pythagoras, apakah Teorema pythagoras ini sudah sepadan dan sama dengan
Teorema pythagoras pada jaman sekarang? Dan apakah dari kelebihan kekurangan tersebut
menurut kelompok penyaji sistem bilangan Babilonia ini masih relevan untuk di gunakan
pada masa sekarang? Jika tidak mengapa, jika iya mengapa?
Keterangan Nama Jawaban
Penanya I Kadek Dwi Budiarta -
(2113011014)

19
Penjawab Putu Herlina Vidia Karisma Teorema Pythagoras yang dikenal di
(2013011069) zaman Babilonia memang memiliki
kesamaan dasar dengan Teorema
Pythagoras yang kita kenal saat ini.
Keduanya berhubungan dengan sisi-sisi
segitiga siku-siku. Namun, ada
perbedaan dalam notasi dan pendekatan
matematika yang digunakan pada waktu
itu.
Kelebihan sistem bilangan Babilonia
adalah bahwa mereka dapat mengenali
hubungan antara panjang sisi segitiga
siku-siku dalam notasi bilangan mereka.
Meskipun demikian, metode
perhitungannya mungkin tidak seefisien
atau sejelas metode yang kita gunakan
saat ini.
Apakah sistem bilangan Babilonia masih
relevan untuk digunakan saat ini?
Sebagian besar tidak. Sistem bilangan
modern, seperti sistem desimal, lebih
efisien, fleksibel, dan mudah digunakan
dalam berbagai bidang matematika dan
ilmu pengetahuan. Namun, studi tentang
sistem bilangan Babilonia masih
berharga sebagai sejarah matematika dan
untuk memahami perkembangan awal
matematika. Jadi, sementara sistem
tersebut tidak praktis digunakan saat ini,
penelitian dan pemahaman terhadapnya
tetap relevan dalam konteks
sejarah dan akademik.

3. Saya izin bertanya. Bilangan yang dibuat oleh bangsa Babilonia jalurnya sama dengan
bangsa Mesir Kuno yaitu membuat bilangan-bilangan lain dari kombinasi simbol-simbol
yang sudah ditentukan. Nah pertanyaan saya, apa kelebihan sistem bilangan yang dipakai
oleh bangsa Babilonia dan perbedaan nya dengan sistem bilangan Mesir Kuno?
Keterangan Nama Jawaban
Penanya Ni Putu Devani Paradyasiwi -
(2113011004)
Penjawab Ida Bagus Kade Adhiatma Sistem bilangan yang digunakan oleh
(2113011045) bangsa Babilonia dan Mesir Kuno
memiliki persamaan dalam hal
penggunaan simbol-simbol untuk
mewakili angka, tetapi ada perbedaan
signifikan dalam cara mereka

20
mengekspresikan bilangan dan
menghitung.
Kelebihan sistem bilangan Babilonia:
o Basis: Sistem Babilonia
menggunakan basis 60
(sexagesimal), sementara
Mesir Kuno menggunakan
basis 10 (desimal). Ini
membuat sistem Babilonia
lebih cocok untuk
perhitungan waktu dan sudut.
o Notasi posisional: Sistem
Babilonia memiliki notasi
posisional, yang berarti
nilainya tergantung pada
posisi digit dalam angka. Ini
memungkinkan ekspresi
bilangan yang lebih besar dan
kompleks tanpa
menggunakan simbol yang
terlalu banyak.
o Kombinatorial: Sistem
Babilonia cenderung
menggunakan berbagai
kombinasi simbol untuk
mewakili angka. Ini
memudahkan mereka untuk
menghitung dan melakukan
operasi matematika dasar
seperti penjumlahan dan
pengurangan.
Perbedaan dengan sistem bilangan Mesir
Kuno:
o Basis: Mesir Kuno
menggunakan basis 10,
yang lebih mirip dengan
sistem bilangan modern. Ini
lebih intuitif dalam
penggunaan sehari-hari.
o Notasi: Sistem Mesir Kuno
lebih mengandalkan notasi
aditif, di mana angka-angka
ditambahkan bersama. Ini
membuatnya kurang efisien
untuk mengungkapkan

21
angka yang besar dan
kompleks.
o Keperluan simbol: Sistem
Mesir Kuno memerlukan
lebih banyak simbol unik
untuk mewakili berbagai
angka, sedangkan sistem
Babilonia dengan basis 60
dapat menggunakan simbol
yang lebih sedikit dengan
variasi posisi digit.
Jadi, perbedaan utama antara kedua
sistem ini adalah basis yang digunakan,
notasi posisional, dan cara mereka
menggambarkan angka. Sistem
Babilonia, dengan basis 60 dan notasi
posisional, memiliki keunggulan dalam
hal ekspresi angka yang lebih
luas dan efisien.

4. Saat ini kita menggunakan sistem nilai tempat desimal Hindu-Arab yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9. Bagaimana posisi angka tersebut dapat mempengaruhi angka 6, 60, dan 600 dan
bangsa Babilonia mengembangkan sistem bilangan yang bersifat seksagesimal?
Keterangan Nama Jawaban
Penanya Made Cita Prasanti -
(2113011072)
Penjawab Harley Davaro Olifar Sistem nilai tempat desimal Hindu-Arab
(2113011002) menggunakan posisi angka untuk
menentukan nilai relatif dari setiap digit.
Misalnya, dalam angka 6, digit 6 berada
di posisi satuan, sehingga nilainya
adalah 6. Dalam angka 60, digit 6 berada
di posisi puluhan, sehingga nilainya
adalah 60. Dan dalam angka 600, digit 6
berada di posisi ratusan, sehingga
nilainya adalah 600. Posisi digit ini
sangat penting untuk menghasilkan nilai
yang berbeda dalam angka-angka
tersebut.
Sementara itu, bangsa Babilonia
mengembangkan sistem bilangan yang
bersifat seksagesimal, yang berarti
sistem bilangan ini menggunakan dasar
60. Hal ini dapat mempengaruhi cara
mereka merepresentasikan angka-angka,
di mana digit-digit berikutnya akan

22
beralih ke posisi yang lebih tinggi setiap
kali mencapai 60, mirip dengan cara kita
menggunakan posisi puluhan dalam
sistem desimal. Sistem seksagesimal ini
memiliki sejarah yang panjang dan
berpengaruh dalam perkembangan
matematika dan pengukuran waktu.

5. Pada power point disampaikan penjnggalan matematika babilonia salah satunya adalah
papan tell dhibayi. Pada papan tell dhibayi menampilkan permasalahan geometri, apakah
bisa kelompok penyanji menyontohkan atau memberi permasalahan dan pembahasan
mengenai permasalahan geometri yang dapat diselesaikan dengan metode dari papan tell
dhibayi?

Keterangan Nama Jawaban


Penanya Putu Nova Ria Rahayu -
(2113011017)
Penjawab I Made Andrayuga Contoh permasalahan geometri yang
(2113011044) dapat relevan dengan metode Babilonia
adalah perhitungan luas bidang tertentu,
konstruksi bangun geometri, atau
perhitungan jarak antara dua titik
berdasarkan sudut dan panjang sisi.
Anda dapat menggambarkan langkah-
langkah atau rumus-rumus yang
mungkin digunakan oleh Babilonia
untuk menyelesaikan permasalahan
semacam itu dan membandingkannya
dengan metode yang digunakan dalam
matematika modern.
Ini akan memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang kontribusi matematika
Babilonia dalam bidang geometri dan
bagaimana metode mereka dapat
diterapkan pada permasalahan nyata.

6. Pada bagian kekurangan sistem bilangan Babilonia disebutkan bahwa penjumlahan,


pengurangan, perkalian dan pembagian masih belum jelas. Mungkin disini saya bertanya,
belum jelas nya seperti apa, apakah dapat di berikan contoh atau mungkin dapat
dibandingkan dengan penjumlahan,dkk yang sekarang.
Keterangan Nama Jawaban
Penanya Mutiara Marcella Br. Sagala -
(2113011081)
Penjawab Harley Davaro Olifar Sistem bilangan Babilonia, yang
(2113011002) menggunakan dasar 60, memiliki
beberapa kekurangan dalam operasi

23
matematika dasar seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian
jika dibandingkan dengan sistem
bilangan yang lebih modern seperti
sistem desimal (basis 10) yang
digunakan saat ini.

Contoh kekurangan dalam sistem


bilangan Babilonia:
1. Penjumlahan: Penjumlahan
dalam sistem Babilonia
melibatkan penggunaan tabel
atau diagram yang mungkin sulit
dipahami dan memakan waktu.
Misalnya, untuk menjumlahkan
angka 40 dan 30, mereka harus
menggunakan tabel atau
representasi batang-batang
khusus.

2. Pengurangan: Pengurangan
dalam sistem Babilonia juga
melibatkan tabel atau
representasi batang-batang yang
kompleks. Ini tidak seefisien
seperti pengurangan dalam
sistem desimal.

3. Perkalian: Meskipun sistem


bilangan Babilonia memiliki
teknik perkalian yang lebih maju
daripada penjumlahan dan
pengurangan, namun metodenya
tetap lebih rumit dibandingkan
dengan perkalian dalam sistem
desimal.

4. Pembagian: Sistem Babilonia


tidak memiliki representasi yang
jelas untuk pembagian seperti
yang ada dalam sistem desimal.
Pembagian dalam sistem ini juga
dapat menjadi tugas yang rumit.

Dalam perbandingan dengan sistem


bilangan modern, seperti sistem desimal,

24
operasi matematika dasar lebih mudah
dimengerti, dihitung, dan diajarkan
karena basis 10 lebih intuitif bagi
manusia.

7. Dalam konteks pengembangan konsep matematika modern, bagaimana kita dapat


menghargai metode Babilonia dalam konteks sejarah perkembangan matematika global?
Bagaimana kontribusi mereka memahami pentingnya warisan matematika kuno dalam
pengembangan pengetahuan kita saat ini?

Keterangan Nama Jawaban


Penanya Merin Ika Nur Aldalia -
(2113011049)
Penjawab Putu Sellina Putri Kita dapat menghargai metode
(2113011083) Babilonia dalam pengembangan konsep
matematika modern dengan melihat
beberapa aspek penting:
1. Sejarah Matematika:
Memahami kontribusi
matematika Babilonia
membantu kita menghargai
peran penting matematika kuno
dalam sejarah perkembangan
disiplin ini. Ini memberikan
pandangan tentang bagaimana
berbagai peradaban telah
berkontribusi pada
pengembangan matematika
seiring waktu.
2. Dasar Sistem Angka: Sistem
angka Babilonia, meskipun
berbasis 60, membawa gagasan
tentang notasi posisi nilai dan
penggunaan nol, yang
merupakan elemen kunci dalam
sistem angka modern. Ini
mengingatkan kita pada
pentingnya peralihan dari sistem
bilangan kuno ke sistem angka
yang lebih dikenal saat ini.
3. Keterampilan Praktis: Metode
matematika Babilonia adalah
hasil dari pemecahan masalah

25
sehari-hari yang mereka hadapi
dalam perdagangan, astronomi,
dan pembangunan. Ini
menyoroti keterampilan
matematika yang sangat praktis
dan kontekstual yang menjadi
dasar untuk perkembangan
matematika modern.
4. Aplikasi Astronomi:
Pengetahuan matematika
Babilonia tentang astronomi
menggambarkan bagaimana
ilmu ini telah memengaruhi
perkembangan matematika.
Metode perhitungan mereka
untuk gerhana, pergerakan
planet, dan penentuan waktu
membantu membangun
hubungan kuat antara
matematika dan ilmu alam.
5. Pengembangan Teknik
Aproksimasi: Metode Babilonia
dalam aproksimasi akar kuadrat
dan perhitungan numerik adalah
awal dari teknik-teknik
perhitungan modern yang sangat
relevan dalam komputasi ilmiah
dan matematika terapan.
6. Pentingnya Warisan Kuno :
Memahami kontribusi Babilonia
juga mempromosikan kesadaran
tentang pentingnya warisan
matematika kuno dari berbagai
budaya dalam perkembangan
pengetahuan manusia. Ini
membantu menghindari
etnosentrisme dalam sejarah
matematika.
Dalam konteks matematika modern,
menghargai kontribusi Babilonia
membantu kita memahami bahwa
perkembangan matematika adalah
proses berkelanjutan yang melibatkan
berbagai peradaban dan budaya. Ini juga

26
menunjukkan betapa pentingnya
pengalaman praktis dalam membentuk
pemahaman kita tentang matematika,
dan bagaimana metode sederhana dari
masa lalu telah berkembang menjadi
konsep dan teknik yang kompleks
dalam matematika modern. Dengan
demikian, warisan matematika kuno
seperti yang dicontohkan oleh Babilonia
adalah bagian integral dari fondasi
matematika yang kita kenal saat ini.
8. Bagaimana perbedaan dalam penggunaan bilangan negatif di matematika modern
memengaruhi cara matematika Babilonia menyelesaikan masalah yang melibatkan
perbedaan antara dua angka?
Keterangan Nama Jawaban
Penanya Ni Kadek Yunita Lestari -
(2113011038)
Penjawab Nisa Ayu Kaini Perbedaan dalam penggunaan bilangan
(2113011056) negatif di matematika modern memiliki
dampak besar pada cara matematika
Babilonia menyelesaikan masalah yang
melibatkan perbedaan antara dua angka.
Berikut adalah beberapa perbedaan
utama:

1. Konsep Bilangan Negatif: Dalam


matematika modern, kita memiliki
konsep bilangan negatif yang
memungkinkan kita untuk
menggambarkan kuantitas yang kurang
dari nol. Ini sangat penting dalam
berbagai konteks, seperti representasi
hutang, pergerakan ke arah yang
berlawanan, dan pengukuran temperatur
di bawah titik beku. Babilonia tidak
memiliki konsep semacam ini, sehingga
mereka terbatas dalam menangani situasi
di mana perbedaan antara dua angka bisa
menghasilkan bilangan negatif.

2. Penyelesaian Persamaan Linier:


Dalam matematika modern, kita dapat
dengan mudah menyelesaikan
persamaan linier yang melibatkan
bilangan negatif. Misalnya, untuk
menyelesaikan x - 5 = -3, kita bisa

27
langsung menyimpulkan x = 2.
Babilonia akan menghadapi kesulitan
dalam menangani persamaan semacam
itu karena mereka tidak memiliki konsep
bilangan negatif.

3. Perhitungan Utang dan Kredit:


Matematika modern memungkinkan kita
untuk menghitung dan memahami
konsep utang dan kredit dengan
menggunakan bilangan negatif. Ini
sangat penting dalam keuangan, bisnis,
dan ekonomi. Babilonia mungkin
menghadapi kesulitan dalam mencatat
atau memahami konsep semacam itu
secara matematis.

Jadi, perbedaan dalam penggunaan


bilangan negatif dalam matematika
modern memungkinkan pendekatan
yang lebih fleksibel dan kuat dalam
menyelesaikan berbagai masalah
matematika dan aplikasinya, sementara
Babilonia, tanpa konsep ini, akan
menghadapi keterbatasan dalam
menangani masalah yang melibatkan
perbedaan antara dua angka yang dapat
menghasilkan bilangan negatif.
9. Dalam konteks perkembangan matematika di Indonesia, apakah sistem bilangan Babilonia
memiliki dampak yang signifikan, baik dalam hal pengaruh terhadap perkembangan konsep
matematika atau dalam praktik penggunaannya? Jika demikian, bagaimana peran sistem
bilangan Babilonia tersebut dalam menginspirasi atau memengaruhi pengembangan bidang
matematika di Indonesia, dan apa implikasi historis dan kultural dari pengaruh tersebut
dalam perkembangan matematika Indonesia?
Keterangan Nama Jawaban
Penanya Ni Luh Komang Trisna -
Jayanti
(2113011021)
Penjawab Dede Purwanto ➢ Pengaruh terhadap Konsep
(2310210002) Matematika:
1. Sistem bilangan Babilonia dengan
dasar 60 memengaruhi
perkembangan matematika di
Indonesia

28
2. Terutama berdampak dalam
astronomi dan pengamatan waktu
dengan presisi tinggi.
➢ Peran dalam Pengembangan
Matematika di Indonesia:
1. Pengenalan system bilangan
Babilonia di Indonesia melalui
perdagangan dan kontak budaya
2. Mendorong perkembangan
system penulisan angka dan
perkiraan matematika yang lebih
canggih
➢ Implikasi Historis dan Kultural:
3. Menunjukkan keragaman budaya
dan pengaruh perdagangan lintas
budaya di Indonesia.
4. Sistem bilangan Babilonia
memengaruhi praktik budaya
seperti penanggalan, musik, dan
seni.
5. Matematika memiliki relevansi
dalam konteks budaya dan
sejarah Indonesia.

Dampak dari perkembangan


matematika di Indonesia adalah
terbentuknya berbagai sekolah
matematika tradisional seperti
"pesantren" yang mengajarkan
matematika dalam konteks Islam.
Namun, sistem bilangan Babilonia itu
sendiri tidak memiliki peran utama
dalam perkembangan matematika di
Indonesia.

10. Apa kontribusi matematika Babilonia dalam hal tabel matematika seperti Papan Yale YBC
7289 dan Plimpton 322? Mengapa tabel-tabel ini penting dalam sejarah matematika? Dan
bagaimana cara Babilonia mengatasi kelemahan sistem bilangan mereka, seperti
ketidakmampuan menggambarkan desimal atau bilangan negatif, dalam konteks
matematika?
Keterangan Nama Jawaban
Penanya Ni Putu Wismayani -
(2113011048)
Penjawab Nurul Aulia Berlianty Papan Yale YBC 7289 dan Plimpton
Fanani (2113011084) 322 adalah dua artefak matematika
kuno yang berasal dari peradaban

29
Babilonia. Mereka berisi tabel-tabel
matematika yang memiliki kontribusi
penting dalam sejarah matematika.
Berikut beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1. Kontribusi Matematika Babilonia:
Tabel-tabel ini mengandung berbagai
jenis perhitungan matematika, seperti
tabel perkalian, tabel kuadrat bilangan
bulat, atau tabel segitiga berisi
himpunan bilangan Pythagoras. Mereka
digunakan untuk tujuan astronomi,
perhitungan praktis, dan mungkin juga
aspek agama.
2. Pentingnya Tabel-tabel Ini: Papan
Yale YBC 7289 dan Plimpton 322
memberikan wawasan tentang
kemampuan matematika yang dimiliki
Babilonia pada masa itu. Plimpton 322,
misalnya, menunjukkan pemahaman
mereka tentang segitiga siku-siku dan
pembuktian bilangan Pythagoras. Hal
ini menggambarkan tingkat pencapaian
matematika mereka pada masanya.
3. Kelemahan Sistem Bilangan
Babilonia: Sistem bilangan Babilonia
menggunakan basis 60, bukan basis 10
seperti sistem desimal modern. Ini
membuat perhitungan dalam bilangan
bulat menjadi lebih mudah, tetapi
mempersulit representasi desimal dan
bilangan negatif. Untuk mengatasi
masalah ini, Babilonia mungkin
menggunakan metode khusus dalam
perhitungannya, tetapi dokumentasi
yang ada tidak selalu mencatatnya
dengan jelas.

Sementara tabel-tabel ini penting dalam


menggambarkan kemajuan matematika
Babilonia kuno dan kontribusinya
terhadap sejarah matematika, perlu
diingat bahwa sistem bilangan
Babilonia memiliki keterbatasan yang
signifikan dalam mengatasi desimal dan
bilangan negatif, yang kemudian

30
diselesaikan oleh perkembangan
matematika di peradaban lain.
11. Sebelumnya telah disebutkan oleh kelompok penyaji bahwa salah satu kekurangan sistem
bilangan Babilonia adalah belum mengenal angka nol. Bagaimana ketidakmengenalannya
terhadap angka nol dapat mempengaruhi kemampuan matematika Babilonia dalam
perhitungan?
Keterangan Nama Jawaban
Ni Kadek Ayu Sri Laksmi
Penanya -
(2113011047)
Penjawab Ni Kadek Arya Satyadewi Salah satu kelemahan atau
(2113011020) ketidakmampuan bangsa Babilonia yaitu
belum mengenal angka nol, memberikan
dampak yang signifikan terhadap
kemampuan matematika bangsa
Babilonia dalam perhitungan. Adapun
beberapa dampaknya adalah sebagai
berikut.
1. Keterbatasan representasi desimal.
Tanpa angka nol, bangsa Babilonia
sulit untuk menggambarkan bilangan
desimal. Sebagai contoh misalnya,
dalam sistem bilangan Babilonia,
sulit untuk menggambarkan
perbedaan penulisan antara angka 60
dan 600. Hal tersebut dikarenakan
angka 60 dan 600 dituliskan sebagai
"1" di tempat yang sama. Ini dapat
menyebabkan kebingungan dalam
perhitungan yang membutuhkan
presisi desimal. Hal ini juga telah
dijelaskan sebelumnya pada materi
sistem bilangan Babilonia bagian
cara penulisan huruf paku.
2. Perhitungan yang rumit. Tanpa angka
nol, perhitungan dalam sistem
bilangan Babilonia menjadi lebih
rumit, sulit dipahami dan berpotensi
menyebabkan kesalahan
perhitungan. Mereka harus
mengandalkan tanda khusus atau
spasi untuk mengindikasikan tempat
kosong dalam bilangan. Seperti pada
contoh penulisan paku ke
seksagesimal.
3. Keterbatasan dalam matematika
teoritis. Ketidakmampuan bangsa

31
Babilonia untuk mengenal angka nol
juga membatasi kemampuan mereka
dalam matematika teoritis. Konsep-
konsep seperti perhitungan aljabar
atau integral, yang melibatkan
manipulasi angka dengan derajat
tinggi dari ketelitian desimal, sulit
untuk diterapkan tanpa angka nol.

Dari beberapa dampak tersebut, dapat


kita ketahui bahwa belum mengenalnya
angka nol dalam sistem bilangan bangsa
Babilonia membatasi kemampuan
matematika mereka dalam mengatasi
perhitungan desimal yang akurat dan
juga menghambat perkembangan
matematika teoritis yang lebih maju.
12. Apakah system bilangan Babilonia masih bisa digunakan dalam matematika modern?
Keterangan Nama Jawaban
Penanya Ni Kadek Oppi Swandari -
(2113011007)
Penjawab Ni Putu Nia Cipta Dewi Tidak, sistem bilangan Babilonia tidak
(2113011075) lagi digunakan dalam matematika
modern. Saat ini, kita menggunakan
sistem bilangan desimal berbasis 10, di
mana angka-angka diwakili dengan
angka 0 hingga 9. Sistem bilangan
Babilonia merupakan bagian dari sejarah
matematika dan telah digantikan oleh
sistem bilangan modern yang
lebih sederhana.

32

Anda mungkin juga menyukai