Anda di halaman 1dari 8

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN

KEADILAN & KEDAMAIAN

PENGERTIAN POLRI
Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) merupakan lembaga negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakan hukum,serta memberikan
perlindungan,pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.

 TUGAS DAN WEWENANG POLRI


UU No.2 Tahun 2002 Pasal 13 yang berbunyi
A.Memelihara Keamanan dan ketertiban Masyarakat
B.Menegakan hukum
C.Memberikan perlindungan,pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat Indonesia
Pasal 15 ayat (01) UU No. 2 Tahnu 2002, Kepolisian Republik Indonesia memiliki wewenang, yaitu :
A. menerima laporan dan/atau pengaduan;
B. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum;
C. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit
masyarakat;
D. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
E. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian;
F. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari
tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;
G. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
H. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret
seseorang;
I. mencari keterangan dan barang bukti;
J. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
K. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang
diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;
L. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan
pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta

PENGERTIAN KEJAKSAAN
Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di
bidang penuntutan. Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara
khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh.

 TUGAS DAN WEWENANG KEJAKSAAN


UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. juga telah mengatur tugas dan wewenang Kejaksaan
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :
(1) Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :
- Melakukan penuntutan;
- Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan bersyarat;
- Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
- Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
penyidik.
(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak di dalam
maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah
(3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:

 Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;


 Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
 Pengamanan peredaran barang cetakan;
 Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
 Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
 Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

PENGERTIAN HAKIM
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang bertugas memutuskan apakah terdakwa bersalah atau
tidak seorang hakim akan mendengarkan semua bukti yang disajikan oleh jaksa dan terdakwa, lalu
menyimpulkan apakah terdakwa bersalah atau tidak.
Menurut ketentuan Undang-Undang RI Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kuasaan
Kehakiman, hakim berdasarkan jenis lembaga peradilannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok berikut :
a. Hakim pada Mahkamah Agung yang disebut dengan Hakim Agung.
b. Hakim pada badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, yaitu dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
c. Hakim pada Mahkamah konstitusi yang di sebut dengan hakim kostitusi.

 PERAN DAN WEWENANG HAKIM


Pasal 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
menentukan:
(1) Mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.
(2) Membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan
dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat
dan biaya ringan.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
menentukan:
(1) Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
(2) Hakim dan hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian
yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman dibidang
hukum.
(3) Hakim dan hakim konstitusi wajib menaati Kode Etik dan Pedoman
Prilaku Hakim.

PENGERTIAN ADVOKAT
Menurut UU No. 18 Tahun 2003 Advokat merupakan Advokat adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang.

PERAN DAN WEWENANG ADVOKAT


PENGERTIAN KPK
KPK adalah singkatan dari Komisi Pemberantasan Korupsi. KPK adalah lembaga negara yang
dibentuk untuk melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia. Lembaga ini didirikan pada tahun
2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, dengan tujuan untuk menangani korupsi yang dianggap
tidak bisa ditangani oleh institusi kejaksaan dan kepolisian.

 PERAN DAN WEWENANG KPK


Peran KPK tertuang dalam Undang – Undang No.30 Tahun 2002 Pasal 6, meliputi :
a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
b. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi;
d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Wewenang KPK tertuang dalam Undang – Undang No.30 Tahun 2002 Pasal 7, meliputi :
a. mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi;
b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
c. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana
korupsi kepada instansi yang terkait;
d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
e. meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi.

Kasus Kopi Sianida Mirna Jessica

Latar bekalang
Latar belakang kasus ini adalah kecemburuan Jessica (Pelaku) terhadap kehidupan yang
dijalani oleh Mirna (Korban)
Kronologi
Kasus ini bermula dari pertemuan Jessica, Mirna, dan Hani di sebuah cafe bernama Ollivier
yang berlokasi di Mall Grand Indonesia, pada tanggal 06 Januari 2016.
Sesaat setelah Jessica tiba di cafe Ollivier, Jessica memesan meja no 54 kepada resepsionis
bernama Cindy.
Setelah memesan meja, Jessica meninggalkan cafe Olliver dan kembali dengan membawa 3
Tote bag berisi sabun. Di saat yang bersamaan, jessica langsung memesan menu 1 Es kopi
Vietnam dan 2 Cocktail.
Sesaat kemudian menu yang telah di pesan jessica datang dan diantar oleh pelayan cafe
tersebut yang bernama Agus Triyono.
1 jam kemudian, Mirna dan Hani tiba bersama di Cafe Ollivier dan duduk di meja no 54 yang
sudah di pesan oleh Jessica.
Mirna pun meminum Es kopi Vietnam yang sudah tersedia di meja yang sebelumnya
bertanya siapa pemilik es kopi tersebut.
Sesaat setelah es kopi tersebut di minum, Mirna sempat mengatakan bahwa rasa es kopi
tersebut tidak enak sambil mengibaskan tangan ke depan mulutnya.
Hingga setelah 3-5 menit kemudian tubuh Mirna mengalami kejang, hingga tidak sadarkan
diri, lalu mulutnya mengeluarkan buih.
Lalu mirna segera dilarikan ke klinik di Grand Indonesia menggunakan kursi roda. Lalu
Mirna dilarikan ke rumah sakit Abdi Waluyo oleh suaminya, Arief Soemarko yang ditemani
Jessica dan Hani.
Namun setelah di bawa ke rumah sakit, Nyawa Mirna tak tertolong dan mirna dinyatakan
meninggal dunia dan jenazahnya di makamkan di Bogor.
Penetapan tersangka
Sehari setelah jenazah Mirna di makamkan, Polisi menggelar Pra rekonstruksi di cafe Ollivier
yang dihadiri oleh jessica, hani, dan agus (pegawai olivier).
Pertengahan Januari, Puslabfor Mabes Polri mengumumkan bahwa terdapat racun diduga
sianida di dalam kopi dan lambung Mirna. Penyidik Polisi kemudian memanggil Jessica
untuk diperiksa karena telah memesan minuman untuk Mirna.
Jessica kembali dipanggil penyidik untuk diperiksa psikiater pada 20 Januari 2016. Saat itu
Jessica terlihat sangat tenang. Keluarga Mirna yaitu, Dharmawan Salihin (ayah), Sendy
Salihin (saudari kembarnya) dan Arief Sumarko (suami) juga ikut diperiksa sehari setelah
Jessica.

Penyidik (polisi) akhirnya membawa berkas kasus Mirna ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta
pada 26 Januari 2016, namun berkas itu dikembalikan ke penyidik agar dilengkapi. Gelar
perkara dilakukan pada 29 Januari 2016 dan menetapkan Jessica sebagai tersangka
pembunuhan Mima. Polisi menangkap Jessica pada 30 Januari di sebuah hotel di Jakarta
Utara.
Peradilan
Pada bulan Februari 2016 polisi menggelar serangkaian rekonstruksi tewasnya Wayan Mirna
di Kafe Olivier. Jessica menolak memperagakan adegan rekonstruksi yang dianggap sebagai
"versi polisi". Beberapa hari setelahnya rekonstruksi, Jessica menjalani tes kejiwaan di
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo untuk mengetahui pribadi dan motif.
Pertengahan Februari 2016, pengacara Jessica mengajukan pra-peradilan ke Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat karena penetapan tersangka kepada Jessica dianggap tidak sah. Sejalan
dengan proses pengajuan praperadilan itu, penyidik Polda Metro Jaya melimpahkan berkas
perkara Jessica ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta.
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kemudian menggelar sidang pertama praperadilan atas
penetepan tersangka yang dilakukan Polda Metro terhadap Jessica. Namun upaya
praperadilan Jessica kandas setelah PN Jakarta Pusat menolaknya karena dianggap salah
alamat.
Akhir Maret 2016 kepolisian meminta perpanjangan masa tahanan terhadap Jessica sampai
akhir April 2016 karena berkas perkara dinyatakan belum lengkap oleh Kejaksaan Tinggi
DKI.
Kejaksaan Tinggi DKI akhirnya menerima berkas perkara dari penyidik kepolisan pada dua
hari menjelang berakhirnya masa penahanan Jessica pada akhir Mei 2016. Berkas yang
dinyatakan lengkap menandai dimulainya proses persidangan Jessica.
Persidangan
Sidang perdana Jessica digelar 15 Juni 2016 dengan agenda pembacaan eksepsi
(penolakan/keberatan yang disampaikan oleh seorang terdakwa disertai dengan alasan-
alasannya) oleh pengacara Jessica Kumala Wongso. Dalam nota keberatan yang dibacakan
Sordame Purba (Kuasa hukum jessica), disampaikan beberapa kejanggalan yang dirasakan
terdakwa dan kuasa hukum. Jaksa menyebut dakwaan jaksa terhadap kliennya terlalu dangkal
untuk tuduhan pembunuhan berencana.
Pada 28 Juni 2016, Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak seluruh eksepsi
yang diajukan kuasa hukum Jessica karena menurut hakim, dakwaan yang disusun jaksa telah
lengkap dan jelas.
Persidangan dilanjutkan pada 12 Juli 2016 di mana para keluarga Mirna memberikan
keterangan yang mengarahkan kecurigaan kepada Jessica yang bertindak aneh setelah Mirna
meninggal dunia.
Saksi kunci, Hani, dihadirkan pada persidangan tanggal 13 Juli 2016. Hani yang sempat
mencicipi es kopi Vietnam merasakan rasa panas di lidah. Ia juga menceritakan situasi saat
datang bersama Mirna, lalu bertemu Jessica, Mirna kejang hingga dibawa ke RS Abdi
Waluyo.
Persidangan untuk menghadirkan pegawai Kafe Olivier digelar sebanyak empat kali antara
lain tanggal 20, 21, 27 dan 28 Juli 2016. Dari seluruh keterangan yang diberikan, tidak satu
pun pegawai Olivier yang melihat Jessica memasukan sesuatu ke dalam gelas kopi es
Vietnam yang diminum Mirna. Sejumlah pegawai Olivier hanya melihat warna es kopi yang
semestinya coklat berubah menjadi kuning.
Setelah menghadirkan saksi pegawai Kafe Olivier, jaksa penuntut umum menghadirkan
sejumlah ahli di antaranya dokter forensik Slamet Purnomo yang menegaskan Mirna
meninggal keracunan sianida karena ada 0,2 miligram per liter sianida di lambung Mirna.
Tuntutan jaksa
Pada 5 Oktober 2016 jaksa penuntut umum (JPU) berketetapan memberikan tuntutan
hukuman 20 tahun penjara kepada Jessica dengan alasan tewasnya Mirna memberikan
kesedihan yang mendalam. Jaksa bahkan menyatakan bahwa Jessica melakukan aksi
pembunuhan yang keji dan sadis dengan racun untuk menewaskan Mirna.
Putusan hakim
Pada 27 Oktober 2016, majelis hakim menyatakan Jessica Kumala Wongso terbukti bersalah
melakukan pembunuhan berencana dalam perkara tewasnya Wayan Mirna Salihin dan
menjatuhkan vonis hukuman 20 tahun penjara, sama dengan tuntutan yang diajukan oleh
jaksa penuntut umum.
Hal yang memberatkan terdakwa, menurut hakim, perbuatan terdakwa mengakibatkan Mirna
meninggal dunia dan perbuatan terdakwa terbilang keji dan sadis.
Jessica dan kuasa hukum menyatakan akan mengajukan banding terhadap putusan majelis
hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menjatuhkan vonis hukuman 20 tahun.
Kesimpulan
Dalam kasus ini lembaga penegak hukum yang berperan aktif diantaranya, Polisi, jaksa, dan
hakim.
Polisi dalam kasus ini bertugas menegakkan hukum sesuai dengan UU No..2 tahun 2002
Pasal 13 Point B, dan Point C yaitu “Memberikan perlindungan, pengawasan dan pelayanan
kepada masyarakat Indonesia.
Peran polisi ini juga sesuai dengan point F (Melaksanakan Pemeriksaan khusus sebagai
bagian dai tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan) dan point G (melakukan tindakan
pertama di tempat kejadian)
Jaksa pada kasus berperan sesuai dengan peran dan wewenang jaksa yang di atur dama UU
No.16 tahun 2004 ayat (1) point 1 yaitu “Melakukan Penntutan terhadap terdakwa Jessica
sebagai Tersangka kasus pembunuhan Mirna di Cafe Olivier.” Dan Point 5
Hakim pada kasus ini

Anda mungkin juga menyukai