Anda di halaman 1dari 10

Nama: Chrisdio Dava Soeprapto

NPM: 16.2022.1.00729

1.1 Latar Belakang


Tas digunakan oleh semua kalangan, kalangan atas dan bawah, pria
maupun wanita segala usia. Selain dapat menampung barang, tas ini juga
menunjang penampilan Anda. Memilih produk fashion seperti tas memang
tidak mudah.Selain kenyamanan, penting juga agar desain sesuai dengan
perkembangan zaman. Sama seperti pakaian membawa tas yang cocok juga
dapat mempercantik penampilan seseorang. Di sisi lain, kehadiran produk
yang menarik dan trendi dapat meningkatkan gengsi atau citra
penggunanya.
Tak ketinggalan, menurut Effendi (2016), seiring perkembangan
tren mode dan kebutuhan, mulai bermunculan tas bagi kalangan pria
yang digunakan untuk membawa benda saat bepergian. Fungsi tas kaum
pria dapat dibagi menjadi tiga yakni function,usability dan perceived.
Fungsi utama (function) yang terdapat pada sebuah tas bagi pria adalah
untuk membawa benda-benda pendukung aktivitas berpergian, seperti
dompet, alat komunikasi, kunci kendaraan, alat tulis, usability (tas sebagai
pendukung penampilan) dan perceived (sisi perasaan pengguna).
Jeans merupakan salah satu produk yang digandrungi banyak orang.
Kain denim merupakan bahan yang digunakan untuk membuat celana jeans,
kain yang sering digunakan untuk kebutuhan fashion seperti celana dan
jaket. Produksi jeans dalam jumlah besar di Indonesia menyebabkan
penolakan terhadap sebagian besar jeans bekas. Bedasarkan survey yang
dilakukan GT-NEXUS bahwa sebanyak 2,7 juta meter kain denim yang
digunakan per tahun cukup untuk membungkus bumi 67 kali. Selain itu
sebanyak 1 miliar kain denim terjual setiap tahunnya, dengan persentasi
konsumsi di amerika utara sebanyak 39%, Eropa Barat 20%, Jepang dan
Korea 10% dan sisanya termasuk negara Indonesia 31%. Indonesia adalah
salah satu negara terbesar pengekspor celana jeans Wanita (Santoso, 2017:
320-327).
Data di atas menunjukkan bahwa jeans banyak menimbulkan limbah
dan kurangnya inisiatif masyarakat dalam mengolah jeans bekas menjadi
produk yang mempunyai nilai guna dan jual lebih tinggi. Menurut prinsip
daur ulang atau sustainable, hal ini dapat diartikan sebagai upaya
pemanfaatan bahan baku dari produk yang sudah tidak digunakan lagi pada
produk sejenis atau produk baru yang berbeda dengan produk aslinya.
Oleh karena itu, untuk mengurangi sampah jeans, penulis memilih
menggunakan sashiko atau sulaman tradisional Jepang untuk meningkatkan
handmade. Sashiko adalah sulaman buatan tangan yang berasal dari Jepang
dan memiliki ciri jahitan jelujurnya. Menurut Nursakilah (2018), bahan-
bahan yang biasanya digunakan sashiko yaitu jeans(denim) dengan benang
yang sering dipakai berwarna putih. Alasan penulis memilih menggunakan
sashiko adalah karena pembuatannya yang simple dan menarik, karena
untuk membuat sashiko perlu menggunakan serat sashiko khusus yang
berbeda dengan serat lainnya. Serat jenis ini mudah dikenali dari bentuknya
yang lebih kecil dan tidak mudah patah dibandingkan wol biasa. Untuk
membuatnya tidak membutuhkan manik-manik hanya membutuhkan pola
yang dapat menyampaikan arti dari sulaman tersebut.

1.2 Permasalahan

Bedasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan


dalam perancangan ini adalah bagaimana mengubah pakaian bekas
berbahan jeans (denim) menjadi tas dengan mengeksplorasi pola teknik
bordir sashiko.

1.3 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas dapat kita ketahui rumusan


masalah yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan tren mode telah mempengaruhi munculnya
tas untuk kalangan pria, dan bagaimana tas memiliki tiga fungsi utama
bagi kaum pria, yaitu function (fungsionalitas), usability (mendukung
penampilan), dan perceived (perasaan pengguna)?
2. Mengapa masyarakat kurang memiliki inisiatif dalam mengolah jeans
bekas menjadi produk yang memiliki nilai guna dan jual lebih tinggi,
dan bagaimana hal ini bertentangan dengan prinsip daur ulang dan
keberlanjutan?
3. Bagaimana penggunaan teknik sulaman tradisional Jepang, seperti
sashiko, dalam pembuatan tas dari jeans bekas dapat menjadi solusi
untuk mengurangi limbah jeans, dan apa manfaat serta tantangan yang
terkait dengan penggunaan sashiko dalam proses pembuatan tas?

1.4 Sumber Pustaka

Secara teknis pengolahan celana jeans bekas sudah ada, begitu pula
dengan teknik border komputer yang digunakan. Pada pengelolahan
pakaian jeans bekas yang ada dipasaran terbatas hanya menyatukan
potongan-potongan pakaian jeans bekas menjadi produk masih jarang yang
menambahkan desain permukaan dipakaian jeans bekas.

Perancangan tas sashiko ini menjadi berbeda dengan produk


sebelumnya di pasaran dikarenakan perancangan ini menawarkan produk
yang berkonsep upcycle pakaian jeans bekas, dengan mengaplikasikan
desain dengan pola teknik sashiko. Bedasarkan hal tersebut studi pusaka
diperlukan beberapa teori sebagai acuan untuk mendukung dan menunjang
perancangan ini, antara lain sebagai berikut:

1. Upcycle
Upcycle merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru dari
produk lama, bahan limbah, dan produk yang tidak digunakan dan bahan
kualitas yang lebih baik untuk nilai lingkungan yang lebih baik (Joo,
2016:173-188). Seperti yang dikatakan Myres bahwa upcycle
merupakan sebagai cara untuk menggunakan kembali barang yang telah
dibuang menjadi produk baru dengan nilai yang lebih tinggi daripada
sebelumnya (Myres, 2014:25-26)
Recycle adalah istilah yang sering disebutkan ketika berbicara
tentang limbah. Recycle adalah istilah yang juga dikenal dengan daur
ulang. Dengan recycle, limbah diolah menjadi barang yang dapat
digunakan kembali. Dalam recycle material sampah seperti kertas,
plastic atau kacaharus mengalami perubahan bentuk. Kertas harus
dihancurkan, dilelehkan menjadi bubur kertas, dikeringkan baru bisa
digunakan. Plastic dan kaca lebih sulit lagi, karena harus dikirim ke
pabrik pengolahan untuk dihancurkan dan dileburkan menjadi bahan
baku untuk barang siap pakai (Pianita, 2018)
Upcycle lebih simple dari Recycle. Upcycle, hanya membutuhkan
kreativitas untuk memfungsikan ulang sebuah benda tidak terpakai.
Upcycle bertujuan untuk memperpanjang umur pakai dari material yang
ada mampu menunda pembuatan material baru sehingga dengan
demikian sumber daya dapat dilestarikan. Material yang digunakan
berasal dari limbah ataupun barang yang tidak terpakai dengan
mengadaptasikan barang tersebut dengan cara yang kreatif untuk
menambah nilai. Hal ini yang paling penting dari upcycle adalah
pengurangan limbah melalui perpanjangan penggunaan bahan (Pianita,
2018)

2. Pakaian Jeans Bekas

Pada awal produksi jeans, jeans merupakan sebuah produk


celana yang menggunakan bahan denim, yaitu kain yang terbuat dari
bahan alam kapas atau disebut katun berupa serat kasar yang ditenun
secara diagonal menggunakan tambahan bahan tertentu. Celana jeans
awalnya berfungsi untuk melindungi para pekerja dari material tambang
yang kasar. Pada tahun 1800-an di Ganoa , dibuatlah pembuatan celana
dari bahan kain denim. Ternyata celana dari bahan kain denim ini
banyak yang menyukai tidak hanya masyarakat Ganoa namun juga
warga Prancis, dari sinilah penyebutan jeans berasal (Magdalena,
2019:106-108)
Jeans modern pertama kali diperkenalkan kembali oleh Levi’s
pada tahun 1870. Levi’s memasang paku pada kain denim guna
mencegahnya untuk robek dan menanbahkan lima buah kantong serta
tempat ikat pinggang yang menginspirasi standar model jeans saat ini.
Meskipun jeans merupakan salah satu jenis pakaian tertua, namun jeans
baru dikenalkan di Indonesia pada tahun 90-an. Semakin
berkembangnya industri ini, semakin banyak pula permasalahan yang
ditimbulkan. Contohnya pada limbah hasil produksi, limbah jeans yang
sudah tidak terpakai, produk yang tidak terjual hingga permasalahan
lingkungan lainnya. Ditambah dengan limbah logam yang terdapat pada
jeans yaitu riverts dan resleting/zipper (Fajarwati, 2020:1-5)

Jeans merupakan salah satu produk yang digandrungi banyak


orang. Kain denim merupakan bahan yang digunakan untuk membuat
celana jeans, kain yang sering digunakan untuk kebutuhan fashion
seperti celana dan jaket. Produksi jeans dalam jumlah besar di Indonesia
menyebabkan penolakan terhadap sebagian besar jeans bekas.
Bedasarkan survey yang dilakukan GT-NEXUS bahwa sebanyak 2,7
juta meter kain denim yang digunakan per tahun cukup untuk
membungkus bumi 67 kali. Selain itu sebanyak 1 miliar kain denim
terjual setiap tahunnya, dengan persentasi konsumsi di amerika utara
sebanyak 39%, Eropa Barat 20%, Jepang dan Korea 10% dan sisanya
termasuk negara Indonesia 31%. Indonesia adalah salah satu negara
terbesar pengekspor celana jeans Wanita (Santoso, 2017: 320-327).
Banyaknya pengguna produk celana jeans di Indonesia
menghasilkan sisa dan bekas kain denim yang sering kali dibuang,
ditimbun dan dibakar. Sisa kain denim dihasilkan dari usaha konveksi
berbahan kain denim, jasa permak jeans, sedangkan bekas kain denim
didapatkan dari pakaian berbahan denim bekas konsumsi perorangan
yang dibuang begitu saja. Padahal apabila kain tersebut dimanfaatkan
dengan baik, juga dapat mengurangi limbah dan sampah yang beredar
dan sekaligus mendatangkan keuntungan materi bagi pengelolanya
(Santoso, 2017:320-327)
3. Sashiko

Sashiko adalah sebuah teknik sulaman tradisional Jepang yang telah


ada selama berabad-abad. Istilah "sashiko" berasal dari kata Jepang
"sashi" yang berarti "menusuk" dan "ko" yang berarti "kecil". Teknik ini
melibatkan jahitan tangan yang dihasilkan dengan menggabungkan
potongan kain dan benang dengan pola yang sederhana. Sashiko
biasanya digunakan untuk memperbaiki atau memperkuat pakaian yang
terbuat dari kain kasar, seperti denim atau katun tebal.

Desain Sashiko adalah konsep atau pola estetika yang digunakan


dalam teknik bordir tradisional Jepang yang dikenal dengan "sashiko".
Desain ini sering kali terdiri dari pola geometris sederhana yang
digunakan untuk memberikan detail visual dan estetika yang menarik
pada pakaian, barang tekstil, atau aksesori. Pola Sashiko sering
digunakan dalam berbagai proyek seperti memperbaiki atau
mendekorasi pakaian, membuat tas, selimut, dan sebagainya.

Pola tertentu menjadi terkait dengan berbagai daerah, sementara


yang lain tersebar di seluruh negeri, melalui rute perdagangan mapan.
Sashiko polos tidak memiliki pola, hanya baris sederhana menjalankan
jahitan, biasanya melalui dua atau lebih lapisan kapas atau kain rami.
Yang pattern sashiko awal mungkin hitomezashi (satu-stich Sashiko),
meniru pola geometris kecil stensilan kain Komon dengan garis lurus
dari jahitan, pola muncul di mana jahitan menyeberang atau bertemu.
Sebelum Meiji Restoreation 1868, banyak undang-undang sumptuary
lokal dilarang orang biasa mengenakan pola yang lebih besar. Dikatakan
bahwa kakurezashi (Sashiko yang tersembunyi) dengan pewarna di
indigo diciptakan sebagai cara untuk menyembunyikan desain Sashiko
lebih rumit. Orang dilarang memakai warna-warna cerah dan sering
dibatasi untuk kain indigo (Briscoe; 2008:6)
1.5 Studi Kasus

Berikut adalah hasil pengumpulan data yang saya kumpulkan dan


interview dari teman terdekat.

A. Orang Pertama
Nama : Marzendra
Pekerjaan : Mahasiswa/Pengusaha Cuci Sepatu
Umur : 21
Gender : Laki-Laki
1. Bagaimana pendapatmu tentang tas yang didaur ulang dengan
pakaian bekas?
- “Kembali lagi tas daur ulang dengan desain yang bagaimana”
2. Pendapatmu tentang tas sashiko?
- “Ide yang bagus, karena tas sashiko cocok bagi para remaja”
3. Kelebihan dan daya tarik tentang produk tas sashiko?
- “Tampilan tampak keren untuk era masa kini”
4. Kekurangan apa saja yang terdapat diproduk tas sashiko?
- “Jika menjahitnya kurang rapi maka desainnya juga kurang menarik”

B. Orang Kedua
Nama : Rakahfi
Pekerjaan : Mahasiswa/Pengusaha Consigment
Umur : 22
Gender : Laki-Laki
1. Bagaimana pendapatmu tentang tas yang didaur ulang dengan
pakaian bekas?
- “Saya pikir ide yang bagus untuk mengurangi limbah pakaian bekas”
2. Pendapatmu tentang tas sashiko?
- “Menurut saya metode sashiko cocok digabungkan dengan fashion
modern”
3. Kelebihan dan daya tarik tentang produk tas sashiko?
- “Keaestehtican, unik, dan artistic budaya Jepang”
4. Kekurangan apa saja yang terdapat diproduk tas sashiko?
- “Perawatannya sulit dan juga susah”

C. Orang Ketiga
Nama : Ahmadin
Pekerjaan : Mahasiswa
Umur : 21
Gender : Laki-Laki
1. Bagaimana pendapatmu tentang tas yang didaur ulang dengan
pakaian bekas?
- “Menurut pendapat saya tas yang didaur ulang ini sebenarnya plus
minus juga kegunaan tas itu sendiri nantinya seperti apa, bahan yang
digunakan untuk mendaur sebuah tas yang bagaimana, untuk
menggunakan pakaian bekas saya rasa untuk membuat tas tidak buruk,
tetapi untuk kegunaan cukup”
2. Pendapatmu tentang tas sashiko?
- “Bagus, terlighat sangat modis/fashionable”
3. Kelebihan dan daya tarik tentang produk tas sashiko?
- “Ya itu tadi, jika digunakan terlihat modis, ibarat anda punya bundle
skin diValorant”
4. Kekurangan apa saja yang terdapat diproduk tas sashiko
- “Kalau kekurangan mungkin saya melihat dari kegunaan ya. Jika kita
ingin memiliki space yang berlebih menurut saya sashiko bag kurang,
enakan ransel logo predator”

Bedasarkan studi kasus dengan interview teman terdekat dapat


diketahui dari kelebihan dan kekurangan dari produk dapat disimpulkan
bahwa.

Pendapat tentang tas sashiko bervariasi tergantung pada preferensi


individu. Namun, tass ashiko mendapat apresiasi psitif dalam hal estetika,
dan banyak yang menganggapnya modis. Keberlanjutan dari perawatan
adalah beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan tas
sashiko
1.6 Analisa Kompetitor

No Gambar Analisa Warna


Tas ini cenderung ringan dan dirancang
untuk kenyamanan pengguna. Tali bahu
1. yang dapat diatur dan bantalan yang
empuk membantu mengurangi ketegangan
dan ketidaknyamanan saat membawa tas
untuk waktu yang lama
Tas ini terkenal dengan ketahanannya.
Tarpaulin adalah bahan yang kuat dan
2. tahan lama, sehingga tas ini mampu
bertahan lama bahkan dengan penggunaan
yang intens.
Tas PTFE tahan terhadap air dan
kelembapan, sehingga barang-barang yang
3.
disimpan di dalamnya akan tetap kering
dan terlindungi dari basah.

Jeans sering kali memiliki tampilan yang


bersahaja dan vintage yang banyak disukai
4.
oleh banyak orang. Ini membuat tas jeans
menjadi pilihan yang populer di kalangan
pecinta gaya retro

Tas kanvas terbuat dari bahan yang kuat


dan tahan lama, menjadikannya pilihan
5.
yang tahan lama untuk digunakan dalam
jangka waktu yang lama.
1.6 Analisa Warna

No Gambar Keterangan
Hitam adalah warna yang sangat umum dalam
koleksi tas Jansport. Warna hitam memberikan
1. tampilan yang elegan dan serbaguna. Tas hitam
sering digunakan sebagai tas sekolah atau tas
sehari-hari.
Tarpaulin daur ulang yang digunakan dalam
pembuatan tas Freitag sering kali datang dalam
2. berbagai warna, seperti merah, biru, hijau,
kuning, dan banyak warna lainnya. Ini
menciptakan tas yang sangat beragam dari segi
warna.
Hitam juga adalah pilihan warna yang umum
untuk tas PTFE. Tas PTFE hitam sering
3.
digunakan dalam situasi di mana tampilan yang
serius dan profesionallitas diperlukan. Warna
hitam juga dapat menyembunyikan noda atau
tanda penggunaan.
Biru adalah warna dasar yang paling umum
pada tas jeans. Biru denim memiliki beragam
4.
nuansa, mulai dari biru muda hingga biru tua,
dan ini menciptakan berbagai pilihan warna
untuk tas.

Beberapa tas kanvas dirancang dengan estetika


retro, dengan warna-warna yang
5.
mencerminkan periode sejarah tertentu, seperti
warna-warna vintage tahun 70-an atau 80-an.

Anda mungkin juga menyukai