Anda di halaman 1dari 90

HADITS-HADITS TENTANG ANAK (PESERTA DIDIK)

(Makalah Hadits Tematik Pendidikan (Hadits Tarbawi))

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan


Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Nawir Yuslem, MA

Diajukan Oleh:

A B I D A H / 4002163028
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUMATERA UTARA
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, yang telah memberi kesehatan dan kemudahan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah hadits tematik. Shalawat
beserta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
merubah peradaban jahiliyah ke peradaban Islamiyah.
Tulisan ini membahas peserta didik sebagai salah satu komponen penting
dalam pendidikan, sehingga perlu dilakukan banyak kajian dalam perspektif dan
dengan banyak pendekatan, sehingga pendidik akan dapat memahami siapa
peserta didik, termasuk melakukan kajian peserta didik dalam perspektif hadits.
Di dalam penulisan makalah ini, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran
melalui indeks pada software hadits, lalu pemilahan hadits yang berkaitan dengan
tema, selanjutnya dilakukan pembahasan. Terdapat empat hal yang menjadi
pembahasan penulisan makalah ini yakni, siapa yang tergolong sebagai peserta
didik, apa keutamaan, bagaimana tipologi atau karakteristik serta adab peserta
didik.
Terakhir, penulis mohon kritik konstruktif dan saran agar tulisan ini
menjadi lebih baik dalam memenuhi standart penulisan dan dapat berguna untuk
sebuah rujukan. Selanjutnya terima kasih atas bimbingan dan arahan Prof. Dr.
Nawir Yuslem, MA selaku dosen pengampu mata kuliah dan semua pihak yang
telah membantu penyelesaian tugas ini.

Takengon, Mei 2017

Penulis,

Abidah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

A. Pendahuluan ……………………………………………………….............................. 1
B. Pembahasan ...……………………………………………………............................... 2
1. Peserta Didik …………………………………………………….......................... 3
a. Anak ………………………………………………………….......................... 3
b. Keluarga ……………………………………………………............................ 8
c. Budak Wanita ……………………………………………............................... 12
d. Anggota Masyarakat/Tetangga ……………………………............................. 15
e. Teman/Lingkungan …………………………………………........................... 17
f. Kaum/Umat …………………………………………………........................... 20
2. Keutamaan Peserta Didik ……………………………………............................... 22
a. Dunia Terlaknat terkecuali, Dzikir, Mualim, Muta’ali ……….......................... 22
b. Mendapatkan Kemudahan Menuju Surga…………………….......................... 24
c. Orang yang paling baik ……………………………………….......................... 29
d. Pembenaran Hasad Terhadap Penuntut Ilmu ………………........................... 31
e. Kehancuran jika urusan diserahkan bukan pada ahlinya …….......................... 34
3. Tipologi Peserta Didik …………………………………………........................... 36
a. Karakteristik Peserta Didik …………………………………........................... 36
b. Perbedaan Kemampuan ……………………………………............................ 40
c. Perbedaan Emosional ……………………………………............................... 43
4. Etika Peserta Didik …………………………………………................................ 47
a. Sikap Duduk dalam Majlis …………………………………........................... 47
b. Tawadhu, Antusiasme, tidak Sombong, Sabar ………………......................... 51
c. Perhatian terhadap Ilmu ………………………………………........................ 65
d. Diam/Tenang …………………………………………………......................... 66
e. Larangan meninggalkan Ilmu ………………………………........................... 68
f. Tuntas dan Spesifikasi ………………………………………........................... 70
g. Tunduk pada nasehat Guru …………………………………........................... 73
h. Ilmu Tidak untuk berdebat, memperolok-olok, mencari perhatian...................... 75
i. Tidak Bosan Berlatih…………………………………………......................... 77
C. Penutup ……………………………………………………………............................. 80
D. Daftar Kepustakaan ……………………………………………….............................. 81
HADITS-HADITS TENTANG ANAK (PESERTA DIDIK)
(Makalah Hadits Tematik Pendidikan (Hadits Tarbawi))
abidah_aceh@yahoo.co.id

A. Pendahuluan
Kedudukan peserta didik dalam pendidikan Islam sebagai subjek
sekaligus objek pendidikan, yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya serta membimbingnya menuju
kedewasaan. Peserta didik adalah salah satu komponen penting dalam sistem
pendidikan. Tidak disebut pendidikan jika tidak ada interaksi edukasi antara
pendidik dan peserta didik. ,”Guru dan anak didik adalah dua sosok manusia
yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Boleh Jadi, dimana guru disitu
ada anak didik yang ingin belajar dari guru. Sebaliknya dimana ada anak didik
disana ada guru yang ingin memberikan binaan dan bimbingan kepada anak
didik”.1
Kutipan di atas menjelaskan tidak disebut pendidikan jika tidak ada
peserta didik, demikian posisi peserta didik dalam komponen sistem pendidikan
menjadi sangat utama. Untuk itu melakukan kajian tentang peserta didik dengan
berbagai pendekatan dan perspektif merupakan keharusan. Begitu juga halnya
melakukan penyelusuran terhadap hadits-hadits yang membahas tentang peserta
didik sangat perlu dilakukan, mengingat hadits merupakan salah satu sumber
ajaran Islam, hadits merupakan penjelasan dan praktik dari ajaran Al-Quran.
Selain hadits sebagai sumber utama setelah Al-Quran, Allah SWT menjadikan
Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya. Sehingga bukan pendidikan
Islam apabila sumber inspirasinya bukan dari nilai-nilai Al-Qur’an dan hadits dan
meneladani Rasullah SAW.
Mengingat begitu signifikannya kajian terhadap peserta didik dalam
perspektif hadits seperti yang telah diuraikan diatas, maka untuk memperjelas
pembahasan, perlu dirumuskan permasalahan. Adapun rumusan masalah sebagai

1
Syaful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukakatif: Suatu Pendekatan
Teorits Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2
berikut: pertama, siapakah peserta didik?, Kedua, Apa keutamaan bagi penuntut
ilmu?, Ketiga, bagaimana tipologi peserta didik?, Keempat, Bagaimana etika
peserta didik dalam menuntut ilmu?.

B. Pembahasan

Untuk membahas hadits yang berkaitan dengan peserta didik, penulis


melakukan penyelusuran hadits dengan menggunakan penyelusuran terhadap file
hadis Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Program Kubro
Multimedia. Kata kunci yang digunakan ‫ متعلم‬, ditemukan 5 hadits yakni Sunan
Ibnu Majah 1 Hadits dan Ad Darimi 4 hadits, selanjutnya penulis menggunakan
kata kunci lain yakni ‫ علما‬, ‫تعلم‬, penulis merasa perlu melakukan penyelusuran
hadits dengan menggunkan kata kunci terjemahan yakni murid, pelajaran, untuk
menemukan hadits yang dapat dikontekskan dalam makna peserta didik. Dengan
menggunakan kata kunci tersebut ditemukan banyak sekali hadits. Dapat dilihat
tabulasi berikut:
Tabel 1
Penyelusuran hadits dengan menggunakan kata kunci

No Kitab ‫متعلم‬ ‫تعلم‬ ‫علما‬ ‫علم‬


1 Shohih Bukhari 0 76 16 511
2 Shohih Muslim 0 45 17 365
3 Sunan Abu Daud 0 31 11 280
4 Sunan Tirmidzi 0 40 23 952
5 Sunan Nasa’i 0 31 9 326
6 Sunan Ibnu Majah 1 29 26 223
7 Musnad Ahmad 0 218 55 1549
8 Muwatho’ Malik 0 9 8 84
9 Sunan Darimi 4 58 55 334

Berikut beberapa hadits yang berkaitan dengan peserta didik dan


pembahasannya, hadits-hadits yang dibahas dalam tulisan ini dibatasi dengan
menyesuaikan tuntutan pemenuhan rumusan masalah sebelumnya.
1. Anak, anggota keluarga, budak sahaya, teman, masyarakat
(ummat/kaum) adalah peserta didik

a. Anak adalah peserta didik

‫ َعْن َأيِب َس َلَم َة ْبِن َعْب ِد ال َّرَمْحِن‬، ‫ َعِن الُّزْه ِرِّي‬، ‫ َح َّد َثَنا اْبُن َأيِب ِذْئٍب‬، ‫َح َّد َثَنا آَدُم‬
‫ َق اَل الَّنُّيِب ص لى اهلل علي ه وسلم ُك ُّل‬: ‫ َق اَل‬، ‫ َرِض َي الَّل ُه َعْن ُه‬، ‫ َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة‬،
‫ َأ َمُيِّج اِنِه َك َث ِل اْل ِه ي ِة‬، ‫ َأ َنِّص اِنِه‬، ‫ُلوٍد وَلُد َلى اْلِف ْط ِة َفَأ ا ِّو اِنِه‬
‫ْو َس َم َب َم‬ ‫ْو ُي َر‬ ‫َر َبَو ُه ُيَه َد‬ ‫َمْو ُي َع‬
‫ِف‬ ‫ِه‬
‫ُتْنَتُج اْلَب يَم َة َه ْل َتَرى يَه ا َج ْد َعاَء‬
Terjemahan

,”Hadits Adam, Hadits Ibnu Abi Zi’bin, dari Zuhriy, dari Abi Salamah bin
Abdirrahman, Dari Abi Hurairah ra. berkata,” telah bersabda Nabi SAW”,” setiap
Anak dilahirkan dalam keadaan Fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya beragama yahudi atau nasrani atau majusi, seperti binatang yang
melahirkan seekor anak. Bagaimana pendapatmu, apakah terdapat kekurangan?”.
(HR. Bukhari)2

Takhrij Al Hadits

Hadits di atas terdapat pada Shahih Bukhari, Bab Bad’u al-Wahyi, Juz 2,
Hal 125. Muslim, Shahih Muslim, Bab Ma’na Kullu Mauludin Yuladu ‘ala
Fithrah, Juz 8, Hal 52, 6926 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Bab Fi Dzirarial-
Musyrikin, Juz 4, Hal 366, Hadis nomor 4718.

Kritik Sanad dan Matan

2
file hadis Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Program Kubro
Multimedia.
Adam bin Abu Iyas, dari kalangan Tabi’ut Tabi’in kalangan biasa, kuniyah
Abu Al Hasan hidup di Baghdad wafat 220 H. Abu Daud, Al ‘Ajli, Ibnu Hibban
menyebutnya Tsiqah, An-Nasa’i la ba sa bih, Abu Hatim "tsiqah terpercaya ahli
ibadah, termasuk hamba-hamba Allah yang terbaik" Ibnu Hajar al 'Asqalani:
tsiqah ahli ibadah. Muhammad bin 'Abdur Rahman bin Al Mughirah bin Al Harits
bin Abi Dzi`b kalangan Tabi'in kalangan biasa dari kalangan Abu Al Harits, hidup
di Madinah, wafat 158 H. Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, An Nasa’i, Adz
Dzahabi menyebutnya Tsiqah, Ibnu Hajar al’Asqalani menyebutnya Tsiqah Faqih.
Berikutnya Muhammad bin Muslim bin 'Ubaidillah bin 'Abdullah bin Syihab dari
kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu Bakar, hidup di
Madinah, wafat 124 H Ibnu Hajar al 'Asqalani menyebutnya faqih hafidz mutqin,
Adz Dzahabi seorang tokoh. Abdullah bin 'Abdur Rahman bin 'Auf dari kalangan
Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu Salamah, hidup di Madinah wafat 94
H. Abu Zur’ah menyebutnya Tsiqah Imam, Ibnu Hibban menyebutnya Tsiqah.
Abdur Rahman bin Shakhr, kalangan sahabat, kuniyah Abu Hurairah, hidup di
Madinah wafat 57 H. Ibnu Hajar ‘Asqalani menggolongkannya sahabat.

Substansi Matan hadits di atas tidak bertentangan dengan matan hadits


yang terdapat pada shahih muslim dan Sunan Abu Daud, meski terdapat sedikit
perbedaan pada redaksi bahasa, akan tetapi maknanya sama. Ditinjau matan hadits
dengan Alquran, tidak terdapat pertentangan, dapat dilihat QS. At-Tahrim: 6

‫َٰٓأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُقٓو ْا َأنُفَس ُك ۡم َو َأۡه ِليُك ۡم َناٗر ا َو ُقوُد َها ٱلَّن اُس َو ٱۡل ِحَج اَر ُة َع َلۡي َه ا َم َٰٓلِئَك ٌة‬
٦ ‫د اَّل َيۡع ُصوَن ٱَهَّلل َم ٓا َأَم َر ُهۡم َو َيۡف َع ُلوَن َم ا ُيۡؤ َم ُروَن‬ٞ‫ظ ِش َد ا‬ٞ ‫ِغ اَل‬
Terjemahan:,”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”. QS. At-Tahrim:6

Ayat diatas menunjukan bahwa pendidikan di mulai di keluarga dan orang


tualah pendidik utamanya, ayat ini merupakan anjuran menyelamatkan keluarga
dari api neraka, untuk itu pendidikan islam perlu ditanamkan sejak di lingkungan
keluarga, sehingga anak-anak menjadi generasi kuat, mumpuni seperti yang
diajarkan dalam surat An-Nisa:9 sebagai berikut:

‫َو ۡل َيۡخ َش ٱَّلِذ يَن َلۡو َتَر ُك وْا ِم ۡن َخ ۡل ِفِهۡم ُذ ِّر َّي ٗة ِض َٰع ًفا َخ اُفوْا َع َلۡي ِهۡم َفۡل َيَّتُق وْا ٱَهَّلل َو ۡل َيُقوُل وْا‬
٩ ‫َقۡو اٗل َسِد يًدا‬
Terjemahan: ,”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”. QS. An-Nisa’:9

Asbabul Wurud

Dalam sebuah perperangan, umat Islam meraih kemenangan namun pada


hari itu orang-orang terus saling berbunuhan, sehingga merekapun membunuh
anak-anak. Hal itu disampaikan kepada Rasulullah SAW, maka rasulullah
bersabda, keterlaluan, sampai hari keterlaluan, sampai hari ini mereka masih
saling membunuh sehingga banyak anak-anak terbunuh” berkatalah seorang anak
laki-laki:” ya rosulullah mereka adalah anak-anak musyrik” kata rosulullah: “
ketahuilah, sesungguhnya penopang kamu adalah anak-anak orang musyrikin itu.
Jangan membunuh keturunan, jangan membunuh keturunan” . kemudian
beliaupun bersabda : “ setiap anak yang dilahirkan ,di lahirkan diatas..” Maka
manakala bayi itu di biarkan pada keadaan dan tabiatnya, tidak ada pengaruh luar
yang mempengaruhinya berupa pendidikan yang merusak atau taklid kepada
kedua orang tuanya dan yang selainnya niscahya bayi tersebut kelak akan melihat
petunjuk ke arah tauhid dan kebenaran rasul dan hal ini merupakan gambaran atau
nalar yang baik yang akan menyampaikannya kearah petunjuk dan kebenaran
sesuai dengan petunjuk yang asli dan dia kelak tidak akan memilih kecuali
memilah-milah (agama, ajaran) yang hanif.

Pemahaman terhadap teks hadits melalui pendekatan Bahasa


Dalam pengertian yang sederhana istilah definisi fitrah sering dimaknai
suci dan potensi. Secara etimologis, asal kata fitrah, fitrah berasal dari bahasa
Arab, yaitu fitrah (‫رة‬X‫ )فط‬jamaknya fithar (‫ر‬X‫)فط‬, yang suka diartikan perangai,
tabiat, kejadian, asli, agama, ciptaan.3 Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI),
kata fitrah diartikan dengan sifat asli, bakat, pembawaan perasaan keagamaan. 4
Dalam kamus Al-Munawwir, kata fitrah diartikan dengan naluri (pembawaan). 5
Kemudian Mahmud Yunus mengatakan, kata fitrah diartikan sebagai agama,
ciptaan, perangai, kejadian asli.6 Berdasarkan beberapa pengertian tentang konsep
fitrah sebagaimana tersebut di atas, maka secara umum makna fitrah bermacam-
macam, di antaranya adalah: fitrah dalam artian kejadian awal, bentuk awal,
kemampuan dasar, potensi dasar, suci, agama, ciptaan, dan perangai. Fitrah hanya
diperuntukkan bagi manusia.
Dari hadits tersebut di atas dapat diketahui bahwa pengertian fitrah
tersebut ialah suci atau potensi, bahwa manusia lahir dengan membawa
perwatakan (tabiat) atau potensi yang berbeda-beda. Watak itu dapat berupa jiwa
pada anak atau hati sanubarinya yang dapat menghantarkan pada ma'rifat kepada
Allah. Sebelum mencapai usia baligh, seorang anak belum bisa membedakan
antara iman dan kafir. Akan tetapi, dengan potensi fitrahnya, ia dapat
membedakan antara iman dan kafir karena wujud fitrah adalah qalb (hati) dapat
menghantarkan pada pengenalan kebenaran tanpa terhalang oleh apapun.
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fitrah dalam
pandangan sunnah adalah ketentuan Allah (Sunnatullah) yang melekat pada diri
manusia sebagai makhluk-Nya. Ketentuan Allah yang berlaku bagi manusia
tersebut bisa dijadikan potensi dasar manusia untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Potensi dasar sebagai sunnatullah tersebut berkembang
secara menyeluruh dan menggerakkan seluruh aspek yang secara mekanistis satu
3
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), cet. ke-1,
hlm. 215.
4
WJS Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. ke-12,
hlm. 202.
5
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawir, Kamus Arabi-Indonesia (Yogyakarta: Pondok Pesantren
Krapyak, 1993), cet. ke-1, hlm.403
6
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsir
Al-Qur'an, 1393/1973), cet. ke-1, hlm. 319.
sama lain saling mempengaruhi menuju ke arah tujuan tertentu yang diharapkan.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik benang merahnya, bahwa fitrah merupakan
potensi dasar manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian untuk
meneriman rangsangan (pengaruh) dari luar untuk mencapai kebenaran dan
kesempurnaan. Walaupun fitrah manusia ini bukan satu-satunya potensi yang
dimiliki, karena manusia juga memiliki potensi nafsu yang memiliki
kecenderungan pada kejahatan, akan tetapi fitrah ini perlu dikembangkan dan
dilestarikan. Fitrah manusia ini dapat tumbuh dan berkembang secara wajar,
apabila mendapat suplay yang dijiwai oleh wahyu.7

Perumusan Hadits dalam Konsep Pendidikan (Hadits Tarbawi)


Fitrah (suci) di atas tidak sama dengan kertas kosong dalam teori
tabularasa yang dicetuskan oleh John locke dan Francis Bacon ,”a sheet of white
paper avoid of all characters”. yakni sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat
dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Disini
kekuatan ada pada pendidik. Pendidik bb an atau lingkungan berkuasa atas
pembentukan anak. Akan tetapi konsep fitrah yang dimaksudkan adalah bahwa
anak sejak lahir telah diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang
benar, dan iman kepada Allah.8 Menurut penulis, Hadits ini melampaui teori
konvergensi yang dicetuskan Wiliam Stern bahwa pembawaan dan lingkungan
kedua-duanya menentukan perkembangan manusia.9 Proses perkembangan
manusia itu tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang telah ada pada
orang itu dan faktor lingkungan yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia
itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan
juga. Hasil perkembangan seseorang tidak mungkin dapat dibaca dari pembawaan
dan lingkungan saja.10
7
http://kuliahnyata.blogspot.co.id/2013/07/konsep-fitrah-dalam-al-quran_8004.html, akses pada
29 April 2017 jam 10.00)
galim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet-
kesembilanbelas, 2009) h. 16
8
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, (terj), Jamaluddin Miri, Darussalam, Beirut
cet III 1994 M, (Jakarta: pustaka Amani, 1999)…h. 185
9
Ngalim Purwanto, Ilmu…h. 60
10
ibid.61
Jadi hadits di atas menunjukan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan anaknya yahudi, nasrani dan majusi. Jadi
anak di lingkungan keluarga adalah anak didik, dan pendidik utamanya adalah
orang tua selaku keluarga inti, meski ada kemungkinan anak menerima didikan
dari anggota keluarga bukan inti misal didikan seorang nenek, paman bahkan
pengasuh (baby sitter). Hadits di atas menunjukan bahwa anak dalam
kehidupannya diwarnai oleh orang tuanya, ini bermakna bahwa karena seiring
pertumbuhan dan perkembangan si anak, orang tuanyalah yang menuntun,
mengarahkan, membiasakan dan mengizinkan anaknya, misal dengan siapa
anaknya berteman, ke sekolah seperti apa disekolahkan, di lingkungan seperti apa
anak boleh berinteraksi, dan aktivitas apa yang dibenarkan oleh orang tuanya
untuk diikuti. Dengan tuntunan dan pembiasaan tersebut, maka anak akan berbuat
sesuai pola seperti tuntunan dan pembiasaan tersebut.

Berikut hadits yang menjelaskan tentang keluarga sebagai objek


pendidikan.

b. Anggota Keluarga sebagai peserta didik

‫ِب‬
‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن اْلُم َثىَّن َقاَل َح َّد َثَنا َعْبُد اْلَوَّه ا َقاَل َح َّد َثَنا َأُّيوُب َعْن‬
‫َأيِب ِقاَل َبَة َقاَل َح َّد َثَنا َم اِلٌك َأَتْيَنا ِإىَل الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َوْحَنُن َش َبَبٌة‬
‫َّلِه َّل َّل ِه َّل‬ ‫ِع ِع ِر‬ ‫ِر‬
‫ُمَتَق ا ُبوَن َفَأَقْم َنا ْنَد ُه ْش يَن َيْوًم ا َو َلْيَلًة َوَك اَن َرُس وُل ال َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم‬
‫َرِح يًم ا َرِفيًق ا َفَلَّم ا َظَّن َأَّنا َقْد اْش َتَه ْيَنا َأْه َلَنا َأْو َقْد اْش َتْق َنا َس َأَلَنا َعَّم ْن َتَرْك َنا َبْع َدَنا‬
‫ِق ِف ِه‬ ‫ِج ِإ ِل‬
‫َفَأْخ َبْرَناُه َقاَل اْر ُعوا ىَل َأْه يُك ْم َفَأ يُم وا ي ْم َو َعِّلُم وُه ْم َو ُمُروُه ْم َو َذَك َر َأْش َياَء‬
‫َأْح َف ُظَه ا َأْو اَل َأْح َف ُظَه ا َو َص ُّلوا َك َم ا َرَأْيُتُم ويِن ُأَص ِّلي َفِإَذا َح َض َرْت الَّصاَل ُة َفْلُيَؤِّذْن‬
‫َلُك ْم َأَح ُدُك ْم َو ْلَيُؤَّم ُك ْم َأْك َبُرُك ْم‬
Terjemahan: ,”kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah
menceritakan kepada kami 'Abdul Wahhab berkata, telah menceritakan kepada
kami Ayyub dari Abu Qilabah berkata, telah menceritakan kepada kami Malik,
"Kami datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, saat itu kami adalah
para pemuda yang usianya sebaya. Maka kami tinggal bersama beliau selama dua
puluh hari dua puluh malam. Beliau adalah seorang yang sangat penuh kasih dan
lembut. Ketika beliau menganggap bahwa kami telah ingin, atau merindukan
keluarga kami, beliau bertanya kepada kami tentang orang yang kami tinggalkan.
Maka kami pun mengabarkannya kepada beliau. Kemudian beliau bersabda:
"Kembalilah kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka, ajarilah
mereka dan perintahkan (untuk shalat)." Beliau lantas menyebutkan sesuatu yang
aku pernah ingat lalu lupa. Beliau mengatakan: "Shalatlah kalian seperti kalian
melihat aku shalat. Maka jika waktu shalat sudah tiba, hendaklah salah seorang
dari kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi Imam adalah
yang paling tua di antara kalian”.

Tahrijul Hadits

Sumber Bukhari, Kitab Adzan, bab Adzan dan iqamah bagi musafir bila
shalat berjama'ah begitu juga di 'Arafah dan Mudzdalifah No. Hadist 595, terdapat
juga pada kitab Bukhari Kitab Khabar Ahad Bab Dibolehkan berita satu orang
sebagai hujjah (argumentasi) No. Hadist 6705, Ahmad Kitab Musnad penduduk
Makkah Bab Hadits Malik bin Huwairits Radliyallahu ta'ala 'anhu No. Hadist
15045.

Kritik Sanad dan Matan

Muhammad bin Al Mutsannaa bin 'Ubaid, dari kalangan : Tabi'ul Atba'


kalangan tua, kuniyah Abu Musa, hidup di Bashrah, wafat : 252 H. Yahya bin
Ma'in menyebutnya Tsiqah, Abu Hatim Shaduuq, Ibnu Hibban disebutkan dalam
'ats tsiqaat, Maslamah bin Qasim tsiqah masyhur, Adz Dzahabi Tsiqah, Ibnu
Hajar al 'Asqalani Tsiqah Tsabat. Abdul Wahhab bin 'Abdul Majid bin Ash Shalti,
kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu Muhammad hidup di
Bashrah, wafat 194 H Ibnu Hibban disebutkan dalam ‘ats tsiqaat, Al 'Ajli dan Ibnu
Hajar menyebutkan Tsiqah, Adz Dzahabi menyebutkan hafidz. Ayyub bin Abi
Tamimah Kaysan, dari kalangan Tabi'in kalangan biasa, kuniyah Abu Bakar, hidup
di Bashrah wafat 131 H. Yahya bin Ma'in menyebutkan Tsiqah, An Nasa'i dan
Muhammad bin Sa'd menyebutnya Tsiqah Tsabat, Adz Dzahabi menyebutnya
Imam. Abdullah bin Zaid bin 'Amru bin Nabil, dari kalangan Tabi'in kalangan
pertengahan, kuniyah Abu Qilabah, hidup di Bashrah, wafat 104 H, Ibnu Sa'd,
Ibnu Kharasy, Ibnu Sirin, Ibnu Hibban, Al 'Ajli, Abu Hatim, menyebutnya Tsiqah,
Ibnu Hajar Al Atsqalani menyebutkan tsiqah fadlil. Malik bin Al Huwairits,
kalangan sahabat kuniyah Abu Sulaiman hidup di Bashrah, wafat 74 H. Ibnu
Hajar Al Asqalani menyebutkan bahwa ianya dari kalangan sahabat.

Asbabul Wurud

Bukhari meriwayatkan dalam adabul Mufrid dari Abu Sulaiman Malik bin
Huwairts,” Kami datang kepada Rasulullah SAW, ketika itu kami adalah para
pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama Rasulullah Saw, selama 20 malam.
Kemudian beliau mengira kami ingin segera bertemu keluarga kami, dan bertanya
kepada kami tentang siapa yang kami tinggalkan dari keluarga kami, maka kami
kabarkan kepada beliau, dan beliau adalah sahabat yang penuh kasih
sayang.Peristiwa datangnya Malik bin al-Huwairits r.a. bersama rombongan dari
suku Laits disebutkan oleh sebahagian ahli sejarah terjadi pada tahun al-wufud
(tahun kedatangan utusan secara bergelombang dari berbagai negeri untuk
menyatakan keislamanan). Ibnu Sa’d rahimahullah menyatakan bahwa peristiwa
tersebut terjadi sebelum Perang Tabuk yang terjadi pada bulan Rajab tahun 9 H.

Pemahaman terhadap teks hadits melalui pendekatan Bahasa

Ash-Shan’ani rahimahullah menyatakan, “Hadits ini adalah landasan yang


kuat untuk menyatakan bahwa apa yang dilakukan dan yang diucapkan oleh
Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam di dalam shalat adalah bayan (penjelasan)
tentang perintah shalat yang masih mujmal (global) di dalam al-Qur’an.” tata cara
tersebut merupakan bentuk bayan (penjelasan) terhadap firman Allah ‘Dan
dirikanlah shalat.’ (al- Baqarah: 43) “Dan shalatlah kalian sebagaimana kalian
melihat aku melaksanakan shalat,”. Makna lain yang dapat dipetik dari hadits di
atas adalah 1. Semangat setiap muslim untuk menyampaikan ilmu dan kebenaran.
Al – Imam al – Bukhari rahimahullah memberikan judul bab untuk hadits di atas
di salah satu pembahasannya, “Motivasi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada Utusan Suku Abdul Qais Agar Mereka Menghafalkan Iman dan Ilmu lalu
Menyampaikannya kepada Masyarakat Mereka.” 2. Azan dan iqamat
disyariatkan untuk shalat saat sedang safar. Hukum ini diambil dari sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam pada hadits di atas, “Jika waktu shalat telah tiba,
hendaknya salah seorang di antara kalian mengumandangkanazan untuk kalian.”
Al-Imam Bukhari rahimahullah membuat judul untuk hadits di atas pada salah
satu pembahasannya, bab “Azan dan Iqamat bagi Musafir Apabila Mereka
Berjamaah”. 3. Bersikap kasih sayang dan lembut kepada sesama manusia. Al –
Imam al – Bukhari rahimahullah memberikan judul untuk hadits di atas pada
salah satu pembahasannya, bab “Bersikap Rahmat kepada Binatang dan
Manusia”. Faedah ini dipahami dari keterangan Malik bin al-Huwairits
radhiyallahu ‘anhu yang menilai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, 4.
Keterangan tentang salah satu kriteria imam shalat. Dengan demikian, yang
paling berhak menjadi imam shalat secara berurutan adalah;1. Yang paling pandai
membaca al-Qur’an. Jika sama-sama pandai, 2. Yang paling mengerti tentang
sunnah Nabi radhiyallahu ‘anhu. Jika sama-sama mengerti, 3. Yang paling
pertama melaksanakan hijrah. Jika sama dalam hal hijrah, 4. Yang lebih dahulu
masuk Islam. Jika bersama masuk Islam, 5. Yang lebih tua.

Perumusan Hadits dalam Konsep Pendidikan (Hadits Tarbawi)


Dari hadits di atas, penulis mengambil konten hadits bahwa sekembalinya
ke rumah untuk dapat mengajarkan keluarga, dengan demikian sasaran pengajaran
di sini yaitu keluarga, maka keluarga adalah peserta didik. Keluarga adalah
contoh kongkrit kehidupan dan prilaku yang dicontoh oleh anak. Sekali lagi
bahwa yang sangat berperan membentuk prilaku anak adalah lingkungan
keluarga.

Hadits di atas juga dapat di lihat dari sisi lain yakni pembahasan tentang
mereka belajar selama 20 malam bersama Rasul. Dalam konteks dewasa ini,
model pendidikan yang seperti itu disebut model pendidikan yang berbasis
boarding school, yakni sekolah berasrama. Di sekolah boarding school anak didik
bisa belajar lebih maksimal, fokus, bisa berinteraksi langsung dengan guru, dan
selalu terkontrol aktivitas di asrama. Manfaat lain adalah anak didik bisa belajar
mandiri. Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan
sesama siswa, bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat.

Boarding school bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di


Indonesia, karena sudah sejak lama lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
menghadirkan konsep pendidikan boarding school yang mengadopsi “pondok
pesantren”. Berikutnya banyak sekali konsep pondok ini diadopsi oleh sekolah-
sekolah kedinasan seperti Sekolah Polisi Negara (SPN) oleh kementerian
pertahanan (kemenhan) Sekolah Tinggi Multi Media Training Center (STMMTC)
oleh kemenkoinfo, Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) oleh kementerian
perhubungan, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) oleh menteri keuangan,

Sekolah berasrama adalah alternatif terbaik buat para orang tua


menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun, begitu juga dengan
kementerian penyelenggara misal SPN, kemenhan menginginkan polisi memiliki
sifat mahir, terpuji dan patuh hukum. Selama 24 jam anak hidup dalam
pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di sekolah
berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk ke dalam dunia nyata
dengan modal yang cukup, tidak hanya kompetensi akademis akan tetapi
kompetensi lainnya juga, termasuk pengembangan kepribadian, misal religius,
kemandirian, disiplin.

c. Budak Wanita

‫َح َّد َثَنا َعِلُّي ْبُن َعْبِد الَّلِه َح َّد َثَنا ُس ْف َياُن ْبُن ُعَيْيَنَة َح َّد َثَنا َص اِلُح ْبُن َح ٍّي َأُبو‬
‫ِمَس‬ ‫ِمَس‬
‫َح َس ٍن َقاَل ْعُت الَّش ْع َّيِب َيُقوُل َح َّد َثيِن َأُبو ُبْرَدَة َأَّنُه َع َأَباُه‬
‫ِه‬
‫َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َقاَل َثاَل َثٌة ُيْؤ َتْو َن َأْج َرُه ْم َم َّرَتِنْي الَّرُج ُل َتُك وُن َلُه‬
‫ِت‬ ‫ِس‬ ‫ِس ِل‬
‫اَأْلَم ُة َفُيَعِّلُم َه ا َفُيْح ُن َتْع يَم َه ا َو ُيَؤِّدُبَه ا َفُيْح ُن َأَدَبَه ا َّمُث ُيْع ُقَه ا َفَيَتَزَّوُجَه ا َفَلُه‬
‫َّل َّل ِه َّل‬ ‫ِب‬ ‫ِم‬ ‫ِك ِب َّلِذ‬ ‫ِن ِم‬
‫َأْج َرا َو ُمْؤ ُن َأْه ِل اْل َتا ا ي َك اَن ُمْؤ ًنا َّمُث آَم َن الَّنِّيِب َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم‬
‫َل َأ اِن اْل ُد اَّلِذي ِّدي َّق الَّلِه ْن ِل ِّيِدِه‬
‫َو َي َص ُح َس‬ ‫ُيَؤ َح‬ ‫َف ُه ْج َر َو َعْب‬
‫َّمُث َقاَل الَّش ْع ُّيِب َوَأْع َطْيُتَك َه ا ِبَغِرْي َش ْي ٍء َو َقْد َك اَن الَّرُج ُل َيْرَح ُل يِف َأْه َوَن ِم ْنَه ا ِإىَل‬
‫اْل ِديَنِة‬
‫َم‬
Terjemahan:,” Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah
bercerita kepada kami Sufyan bin 'Uyainah telah bercerita kepada kami Shalih bin
Hayyi Abu Hasan berkata aku mendengar Asy-Sya'biy berkata telah bercerita
kepadaku Abu Burdah bahwa dia mendengar bapaknya dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Ada tiga kelompok manusia yang akan diberi pahala
dua kali. (Yang pertama) seorang laki-laki yang memiliki seorang budak wanita
dimana dia mengajarinya dengan pengajaran yang baik kemudian mendidik
dengan pendidikan yang baik lalu dia membebaskannya kemudian menikahinya.
Maka bagi orang ini mendapat dua pahala. (Yang kedua) mu'min dari kalangan
Ahlul Kitab dimana sebelumnya dia adalah orang yang beriman kemudian dia
beriman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka baginya dua pahala. Dan
(yang ketiga) seorang budak yang menunaikan hak-hak Allah dan juga setia
kepada tuannya". Kemudian Asy-Sya'biy berkata: "Aku berikan dia kepadamu
tanpa imbalan sedikitpun". Orang yang diberikannya itu adalah seorang yang
sedang menempuh perjalanan menuju Madinah dalam keadaan sangat lemah.

Tahrij hadits:

Sumber Sohih Bukhari, Kitab : Jihad dan penjelajahan, bab : Keutamaan


ahli kitab yang masuk Islam No. Hadist : 2789, Hadist Nasa'i Kitab : Penikahan Bab
Membebaskan hamba sahaya lantas menikahinya No. Hadist : 3292.

Kritik Sanad dan Matan:


Ditinjau dari sanad, hadits ini Ali bin 'Abdullah bin Ja'far bin Najih, dari
kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, kuniyah Abu Al Hasan, Negeri semasa hidup
Bashrah, Wafat : 234 H (Ibnu Hibban menyebutkan bahwa Ali bin Abdullah
dalam atstsiqat, An Nasa'i: tsiqah ma'mun imam, Ibnu Hajar mengolongkan
tsiqah tsabat imam. Shalih bin Shalil bin Muslim bin Hayyan, Kalangan Tabi’in,
negeri: Kufah, wafat:153 H, Ahmad bin Hambal menyebutkan Tsiqah, tsiqah,
yahya bin Ma’in: Tsiqah, An-Nasai:Tsiqah, Al’Ajli: Tsiqah, Ibnu Hibban
disebutkan dalam Ats Tsiqaat, Adz Dzahabi: Tsabat. Amir bin Syarahil dari
kalangan Tabi’in kalangan pertengahan, kuniyah Abu Amru, asal Kufah wafat 104
H, Yahya bin Ma’in dan Abu Zur’ah mengatakan Tsiqah, Ibnu Hajar al’Asqalani,
Tsiqah Masyhur, Adz Dzahabi mengatakan ia seorang tokoh. Amir bin Abdullah
bin Qais, kalangan Tabi’in kalangan pertengahan, kuniyah Abu Burdah, negeri
kufah, wafat 104 H, Yahya bin Ma’in dan Ibnu Sa’d mengatakan Tsiqah, Ibnu
Hibban disebutkan dalam Ats Tsiqaat, Al Bukhari menyebutnya Katsirul Glalath .
Abdullah bin Qais bin Sulaiman bin Hadldlor kalangan sahabat kuniyah Abu
Musa tinggal di kufah wafat 50 H.

Perumusan Hadits dalam Konsep Pendidikan (Hadits Tarbawi)

Keikutsertaan wanita dalam bekerja menyebabkan peran pengganti ibu di


rumah sebagai pengasuh anak sangat dibutuhkan. Upaya sebagai peran pengganti
ibu di rumah biasanya menggunakan jasa baby sitter. Baby Sitter merupakan
suatu profesi yang memerlukan kompetensi tertentu. Untuk menjadi baby sitter
yang berkompeten harus memiliki kemampuan, sikap dan ketrampilan dalam
merawat dan mengasuh serta mendidik anak, karena bersama baby sitter anak
akan menghabiskan waktunya, baby sitter akan menjadi filter pertama setiap
informasi baru yang masuk pada si anak, misalkan anak menonton TV dan
menemukan hal baru, maka baby sitter adalah orang pertama yang ditanyai oleh
anak. Coba bayangkan jika sang baby sitter tersebut tidak mengetahui apa yang
ditanyakan si anak dan akhirnya menjawabnya secara ngawur, maka pesan
ngawur itulah yang akan menjadi informasi pertama yang diterima oleh si anak.
Oleh karena itu kemampuan dan ketrampilan itu tidak bisa didapat dengan
mudah walaupun seorang wanita memiliki insting tetapi kemampuan tersebut
tidak akan berjalan dengan baik jika semuanya tidak dibarengi dengan
pengetahuan yang cukup. Seorang baby sitter yang profesional harus memiliki
sikap, pengetahuan dan ketrampilan, maka dari itu sebaiknya seorang baby sitter
itu harus yang sudah mengikuti pelatihan atau pendidikan khusus.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa baby sitter
merupakan peserta didik yang harus mendapatkan pendidikan, baik dalam bentuk
pelatihan maupun pendidikan formal, jika belum ditemukan pendidikan formal,
maka konsep pendidikan baby sitter ini dapat menjadi wacana untuk membangun
program studi pada pendidikan tinggi apakah dibawah jurusan PAUDI atau
menjadi jurusan tersendiri, sehingga pendidikan baby sitter ini dapat melembaga
dengan penyediaan kurikulum yang refresentatif yang dapat memenuhi kebutuhan
pengguna jasa layanan (user).

d. Anggota masyarakat/tetangga adalah peserta didik

‫َح َّد َثَنا َأُبو اْلَي اِن َأْخ َب َنا ُش َعْيٌب َعْن الُّزْه ِرِّي ح َقاَل َأُبو َعْبد الَّلِه َقاَل اْب ْه ٍب‬
‫َو ُن َو‬ ‫َر‬ ‫َم‬
‫ِد‬ ‫ِد ِه‬ ‫ِد ِه‬ ‫ِش‬
‫َأْخ َبَرَنا ُيوُنُس َعْن اْبِن َه اٍب َعْن ُعَبْي الَّل ْبِن َعْب الَّل ْبِن َأيِب َثْوٍر َعْن َعْب‬
‫َقاَل ُك ْن َأَنا ا يِل ِم اَأْلْن اِر يِف يِن ُأ َّيَة ِن ٍد‬ ‫ٍس‬ ‫ا‬‫َّب‬ ‫ِن‬ ‫الَّلِه‬
‫َب َم ْب َزْي‬ ‫ُت َوَج ٌر ْن َص‬ ‫َمَر‬‫ُع‬ ‫ْن‬ ‫َع‬ ‫َع‬ ‫ْب‬
‫ِه ِم ايِل اْل ِد يَنِة ُك َّنا َنا الُّن وَل َلى وِل الَّلِه َّلى الَّل َل ِه‬
‫َص ُه َع ْي‬ ‫َو َي ْن َعَو َم َو َنَت َو ُب ُز َع َرُس‬
‫ِرَب َذِل اْل ِم ِم اْل ِي َغِرْيِه‬ ‫َّل ْنِزُل ا َأْنِزُل ا َفِإَذا ْل ِج‬
‫ْح‬
‫َيْو ْن َو َو‬ ‫َك‬ ‫َخِب‬ ‫ُه‬‫ْئُت‬ ‫َنَز ُت‬ ‫َو َس َم َي َيْوًم َو َيْوًم‬
‫َو ِإَذا َنَزَل َفَعَل ِم ْثَل َذِلَك َفَنَزَل َص اِح يِب اَأْلْنَص اِرُّي َيْو َم َنْوَبِتِه َفَض َرَب َبايِب َض ْرًبا‬
‫َش ِد يًد ا َفَق اَل َأَّمَث ُه َو َفَف ِزْع ُت َفَخ َرْجُت ِإَلْيِه َفَق اَل َقْد َح َدَث َأْم ٌر َعِظ يٌم َقاَل‬
‫َفَد ْل َلى ْف َة َفِإَذا ِه ِكي ُقْل َطَّلَق ُك َّن وُل الَّلِه َّلى الَّل َل ِه‬
‫َص ُه َع ْي‬ ‫َرُس‬ ‫َي َتْب َف ُت‬ ‫َخ ُت َع َح َص‬
‫ِئ‬ ‫ِه‬
‫َو َس َّلَم َقاَلْت اَل َأْد ِري َّمُث َدَخ ْلُت َعَلى الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َفُقْلُت َوَأَنا َقا ٌم‬
‫َّل‬ ‫َّل ِن‬
‫َأَط ْق َت َس اَءَك َقاَل اَل َفُقْلُت ال ُه َأْك َبُر‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri. Menurut jalur yang lainnya;
Abu Abdullah berkata; dan berkata Ibnu Wahb; telah mengabarkan kepada kami
Yunus dari Ibnu Syihab dari 'Ubaidullah bin Abdullah bin Abu Tsaur dari
Abdullah bin 'Abbas dari Umar berkata: Aku dan tetanggaku dari Anshar berada
di desa Banu Umayyah bin Zaid dia termasuk orang kepercayaan di Madinah,
kami saling bergantian menimba ilmu dari Rasul shallallahu 'alaihi wasallam,
sehari aku yang menemui Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan hari lain dia
yang menemui Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, Jika giliranku tiba, aku
menanyakan seputar wahyu yang turun hari itu dan perkara lainnya. Dan jika
giliran tetanggaku tiba, ia pun melakukan hal yang sama. Ketika hari giliran
tetanggaku tiba, dia datang kepadaku dengan mengetuk pintuku dengan sangat
keras, seraya berkata: "Apakah dia ada disana?" Maka aku kaget dan keluar
menemuinya. Dia berkata: "Telah terjadi persoalan yang gawat!". Umar berkata:
"Aku pergi menemui Hafshah, dan ternyata dia sedang menangis, aku bertanya
kepadanya: "Apakah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menceraikanmu?"
Hafshah menjawab: "Aku tidak tahu". Maka aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, sambil berdiri aku tanyakan: "Apakah engkau menceraikan istri-istri
engkau?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak". Maka aku
ucapkan: "Allah Maha Besar”.

Tahrijul Hadits

Sumber Bukhari, Kitab : Ilmu Bab : Bergantian dalam mencari ilmu


No. Hadist : 87

Kritik Sanad dan Matan

Al Hakam bin Nafi', Kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, Kuniyah : Abu
Al Yaman Negeri semasa hidup : Syam Wafat : 222 H. Yahya bin Ma'in Tsiqah,
Abu Hatim Ar Rozy Tsiqah Shaduuq, Al 'Ajli la ba`sa bih, Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat. Syu'aib bin Abi Hamzah Dinar Kalangan : Tabi'ut
Tabi'in kalangan tua Kuniyah : Abu Bisyir Negeri semasa hidup : Syam Wafat
162 H Ahmad bin Hambal tsabat shalih, Yahya bin Ma'in, Ya'kub bin Syaibah, Al
'Ajli, Abu Hatim, An Nasa'i Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat,
Ibnu Hajar Al Atsqalani tsiqah ahli ibadah, Ibnu Hajar Al Atsqalani tsiqah ahli
ibadah, Adz Dzahabi Hafizh. Muhammad bin Muslim bin 'Ubaidillah bin
'Abdullah bin Syihab Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan Kuniyah :
Abu Bakar Negeri semasa hidup : MadinahWafat : 124 H Ibnu Hajar al 'Asqalani
faqih hafidz mutqin Adz Dzahabi seorang tokoh. Abdullah bin Wahab bin Muslim,
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan biasaKuniyah : Abu Muhammad hidup : Maru
Wafat : 197 H Yahya bin Ma'in dan Al 'Ajli Tsiqah An Nasa'i la ba`sa bih, Ibnu
Hajar tsiqoh hafidz, Adz Dzahabi salah satu ahli ilmu. Abdullah bin 'Abbas bin
'Abdul Muthallib bin Hasyim Kalangan : Shahabat, Kuniyah : Abu Al 'Abbas,
Negeri semasa hidup : Marur Rawdz, Wafat : 68 H Ibnu Hajar Al Atsqalani dan
Adz Dzahabi Shahabat. Umar bin Al Khaththab bin Nufail, Kalangan : Shahabat
Kuniyah : Abu Hafsh Negeri semasa hidup : Madinah, beliau sahabat. Dari sisi
matan hadits tidak ditemukan kejanggalan.

Perumusan Hadits dalam Konsep Pendidikan (Hadits Tarbawi)

Meskipun konten hadits di atas berbicara tentang Hafsah r.a yang


menangis, yang diduga diceraikan, akan tetapi dalam makalah ini penulis
mengutip, tentang “Aku dan tetanggaku dari Anshar berada di desa Banu
Umayyah bin Zaid dia termasuk orang kepercayaan di Madinah, kami saling
bergantian menimba ilmu dari Rasul...”. Konten hadits ini jika ditarik dalam
kontekstual hari ini menunjukkan bahwa pendidikan harus terus dilakukan, tidak
berhenti ketika peserta didik telah kembali menjadi anggota masyarakat. Konsep
pendidikan tidak pernah berakhir ,”never endding process”. cocok dengan hadits
di atas.
Semangat pendidikan, dalam upaya pengembangan diri terus dilakukan
baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan non formal
di masyarakat dapat berupa pendidikan spritualitas misal majelis ta’lim/majelis
zikir, pendidikan juga dapat berupa penguatan keterampilan baik dalam bentuk
kursus tertentu misal pertanian, bengkel dan ketrampilan lain dalam memperkuat
ekonomi untuk upaya ketahanan hidup (survival).
Pemerintah Indonesia melalui Undang-undang Sistem pendidikan
Nasional (Sisdiknas), telah memuat pendidikan di masyarakat yang termuat dalam
konsep pendidikan non formal yang dibentuk di tengah-tengah masyarakat,
dikenal dengan Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Lembaga ini cocok
digunakan oleh masyarakat, karena lembaga ini tidak terikat waktu dan usia,
waktu dan batasan usia disesuaikan dengan kesepakatan peserta didik.

e. Teman adalah peserta didik

‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن اْلَعاَل ِء َح َّد َثَنا َأُبو ُأَس اَم َة َعْن ُبَرْيٍد َعْن َأيِب ُبْرَدَة َعْن َأيِب‬
‫ُموَس ى َرِض الَّلُه َعْنُه َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َم َث اَجْلِليِس‬
‫ُل‬ ‫َي‬
‫الَّصاِلِح َوالَّس ْوِء َك َح اِم ِل اْلِم ْس ِك َو َناِفِخ اْلِكِري َفَح اِم ُل اْلِم ْس ِك ِإَّم ا َأْن‬
‫ْحُيِذ َيَك َو ِإَّم ا َأْن َتْبَتاَع ِم ْنُه َو ِإَّم ا َأْن ِجَت َد ِم ْنُه ِرًحيا َطِّيَبًة َو َناِفُخ اْلِكِري ِإَّم ا َأْن‬
‫ْحُيِرَق ِثَياَبَك َو ِإَّم ا َأْن ِجَت َد ِرًحيا َخ ِبيَثًة‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala`
telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari
Abu Musa radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau
bersabda: "Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan
penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu
akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan
mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu
atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya."

Tahrijul Hadits

Hadits ini terdapat pada Sohih Bukhari Kitab Penyembelihan dan


perburuan, bab Minyak Kesturi No. Hadist : 5108. Sumber lain terdapat pada
Sohih Muslim Kitab Berbuat baik, menyambut silaturahmi dan adab bab
sunahnya bergaul dengan ahli ilmu No. Hadist : 4762.

Kritik Sanad dan Matan

Hadits di atas disandarkan kepada Muhammad bin Al 'Alaa' bin Kuraib,


kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, kuniyah Abu Kuraib, hidup di Kufah, wafat
pada 248 H. Abu Hatim Shaduuq, An Nasa'i la ba`sa bih, Ibnu Hibban disebutkan
dalam 'ats tsiqaat, Maslamah bin Qasim Kuufii Tsiqah, Ibnu Hajar al 'Asqalani
Tsiqah Hafidz, Adz Dzahabi Hafizh. Hammad bin Usamah bin Zaid dari kalangan
Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, kuniyah Abu Usamah, hidup di Kufah, wafat pada
201 H, Al 'Ajli dan Yahya bin Ma'in menyebutkan Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan
dalam 'ats tsiqaat, Muhammad bin Sa'd Tsiqah Ma'mun Yudallis, Adz Dzahabi
Hujjah. Buraid bin 'Abdullah bin Abi Burdah bin Abi Musa, dari kalangan Tabi'in
kuniyah Abu Burdah hidup Kufah. Al 'Ajli dan Yahya bin Ma'in dan Abu Daud
menyebutnya Tsiqah, An Nasa'i laisa bihi ba`s, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'Ats
Tsiqat' Ibnu Hajar tsiqah yuhthi', Adz Dzahabi Shaduuq. Amir bin 'Abdullah bin
Qais, kalangan Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu Burdah, hidup di
Kufah, wafat pada 104 H. Yahya bin Ma'in dan Ibnu Sa'd menyebutnya Tsiqah,
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Al Bukhari katsirul glalath. Abdullah
bin Qais bin Sulaim bin Hadldlor, kalangan shahabat, kuniyah Abu Musa, hidup di
Kufah, wafat pada 50 H tergolong Shahabat. Dari sisi matan hadits, hadits di atas
tidak ditemukan kejanggalan, dan diriwayatkan dalam beberapa jalur dengan
makna sama meskipun redaksi berbeda.

Perumusan Hadits dalam Konsep Pendidikan (Hadits Tarbawi)


Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan “Hadits di ini
menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama
maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan
orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.” 11. Hadits

11
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari syarah:Shahih Bukhari (Terj), Gazirah Abdi Ummah.
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.) Jilid 4. Hal 324
di atas mengandung faedah bahwa bergaul dengan teman yang baik akan
mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Kita akan menjadi baik
atau minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman kita.
Bergaul bersama dengan teman yang shalih akan mendatangkan banyak
kebaikan, Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang bermanfaat bagi dunia
dan agama temannya. Dia juga akan memberi nasihat. Dia juga akan
mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka. Di juga senantiasa
memotivasi dirimu untuk mentaati Allah, berbakti kepada kedua orangtua,
menyambung silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan dirimu. Dia juga
mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun
bersikap. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman dekatnya
dalam tabiat dan perilakunya. Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam
kebaikan maupun dalam kondisi sebaliknya.
Rasulullah SAW menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan
buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah SAW memerintahkan
kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Hadits Rasulullah SAW yang
diriwayatkan Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Silsilah Ash-Shahihah, No. 927:

‫املرء على دين خليله فلينظر أحدكم من خيالل‬


Terjemahan: ,“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya.
Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi)
Kewajiban bagi orang tua adalah mendidik anak-anaknya, termasuk dalam
hal ini memantau pergaulan anak-anaknya. Betapa banyak anak yang sudah
mendapat pendidikan yang bagus dari orang tuanya, namun dirusak oleh
pergaulan yang buruk dari teman-temannya. Hendaknya orangtua memperhatikan
lingkungan dan pergaulan anak-anaknya, karena setiap orang tua adalah
pemimpin bagi keluarganya, dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya.

f. Kaum/umat adalah peserta didik


‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن ُيوُس َف َقاَل َأْخ َبَرَنا ُس ْف َياُن َعْن اَأْلْع َم ِش َعْن َأيِب َواِئٍل‬
‫ا ِن وٍد َقاَل َك اَن الَّن َّلى الَّل َل ِه َّل َت َّوُلَنا ِباْل ِعَظِة‬
‫َمْو‬ ‫ُّيِب َص ُه َع ْي َو َس َم َي َخ‬ ‫َعْن ْب َم ْس ُع‬
‫يِف اَأْلَّياِم َك َراَه َة الَّس آَم ِة َعَلْيَنا‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf
berkata, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Abu Wa'il
dari Ibnu Mas'ud berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
memperingatkan kami dengan suatu pelajaran tentang hari-hari yang sulit yang
akan kami hadapi’

Perumusan Hadits dalam Konsep Pendidikan (Hadits Tarbawi)


Teks hadits di atas ,”Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memperingatkan
kami dengan suatu pelajaran...”. hadits ini bermakna bahwa sebagai pembawa
risalah harus menyampaikan pesan-pesan risalah. Nabi Muhammad melakukan
pendidikan Islam setelah mendapat perintah dari Allah sebagaimana termaktub
dalam QS. Al-Mudatsir ayat 1-7.
Permulaan pendidikan Islam bisa ditemukan di Mekah pada zaman
Rasulullah SAW, Nabi Muhammad menyiarkan konsep perubahan radikal,
hubungan dan sikap masyarakat Arab yang menjadi mapan sampai saat ini.
Perubahan itu sejalan dengan ajaran Islam yang memerlukan kreatifitas baru
secara kelembagaan untuk meneruskan kelangsungan dan perkembangan agama
Islam.
Dalam teks sejarah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai ulama
di Mekah, akan tetapi di madinah sebagai ulama dan pemimpin negara. Nabi
Muhammad SAW, dalam melaksanakan tugasnya selaku utusan Allah dan sebagai
pemimpin bangsa, beliau tidak hanya berada di depan untuk memberikan contoh,
namun juga di tengah untuk memberikan semangat dan di belakang untuk
memberikan motivasi/dorongan.

١٠٧ ‫َو َم ٓا َأۡر َس ۡل َٰن َك ِإاَّل َر ۡح َم ٗة ِّلۡل َٰع َلِم يَن‬


Terjemahan: ,”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”. QS. Al Anbiyaa: 107
Dalam konteks hari ini masyarakat luas adalah peserta didik, untuk itu
seorang pemimpin sebagai pendidik, hendaknya melakukan pendidikan dengan
memberi contoh dan keteladanan sebagai pemimpin, sehingga masyarakat dapat
meneladani pimpinannnya. Pendidikan oleh pimpinan dapat berupa kebijakan atau
aturan yang sesuai syariat, sehingga peradaban bangsa menjadi lebih baik dan
bersyariat pada akhirnya masyarakat madani dapat diwujudkan, sebagai contoh,
pemimpin membuat kebijakan melalui kementerian komunikasi dan informasi
berupa kebijakan pemblokiran situs pornografi, kebijakan ini sebagai upaya
pendidikan dalam pemanfaatan tekhnologi yang sehat dan smart.
Dari penelusuran hadits di atas, diketahui bahwa yang menjadi peserta
didik adalah anak, anggota keluarga termasuk pengasuh, teman, tetangga,
masyarakat/umat. Untuk itu mengenali siapa peserta harus dilakukan, karena
pendidikan tidak hanya dipahami secara formal yang secara sengaja dan sadar
dilakukan akan tetapi pendidikan harus dipahami lebih luas dari itu, pendidikan
dapat berupa pembiasaan dan pengaruh, baik dari teman, lingkungan, tradisi dan
budaya masyarakat. Karenanya dibutuhkan sebuah kesadaran bahwa hidup tidak
terlepas dari pendidikan, apakah itu bentuknya pendidikan formal, atau berupa
pembiasaan, tradisi, yang sadar atau tidak turut mempengaruhi perkembangan
peserta didik.

2. Keutamaan bagi Penuntut Ilmu

a. Dunia dan Isinya Terlaknat kecuali Dzikir, Mualim dan Muta’alimin

‫ِبٍت‬ ‫ِل‬ ‫ِت‬ ‫ٍمِت‬


‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن َح ا اْلُم ْك ُب َح َّد َثَنا َع ُّي ْبُن َثا َح َّد َثَنا َعْبُد الَّرَمْحِن ْبُن‬
‫َثاِبِت ْبِن َثْوَباَن َقال ِمَس ْعُت َعَطاَء ْبَن ُقَّرَة َقال ِمَس ْعُت َعْبَد الَّلِه ْبَن َض ْم َرَة َقال‬
‫ِمَس ْعُت َأَبا ُه َرْيَرَة َيُقوُل ِمَس ْعُت َرُس وَل الَّلِه َعَلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل َأاَل ِإَّن الُّد ْنَيا َم ْلُعوَنٌة‬
‫َم ْلُعوٌن َم ا ِفيَه ا ِإاَّل ِذْك ُر الَّلِه َو َم ا َوااَل ُه َو َعاٌمِل َأْو ُمَتَعِّلٌم َم ا ِفيَه ا ِإاَّل ِذْك ُر الَّلِه َو َم ا‬
‫ِد‬ ‫ِع‬
‫َوااَل ُه َو َعاٌمِل َأْو ُمَتَعِّلٌم َقاَل َأُبو يَس ى َه َذ ا َح يٌث َح َس ٌن َغِريٌب‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim Al
Muktib telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Tsabit telah menceritakan kepada
kami Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban berkata: Aku telah mendengar 'Atho`
bin Qurroh berkata: aku telah mendengar 'Abdullah bin Dlamrah berkata: aku
telah mendengar Abu Hurairah berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasalam bersabda: " Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat dan
segala isinya pun juga terlaknat, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang
berkaitan dengannya, dan orang yang alim atau orang yang belajar." Abu Isa
berkata: Hadits ini hasan gharib”.

Tahrijul Hadits

Hadits di atas bersumber dari sunan Tirmidzi, Kitab Zuhud, bab lain-lain
No. Hadist 2244, juga ditemukan pada sunan Ibnu Majah
Kitab Zuhud bab Permisalan dunia No. Hadist 4102.

Kritik Sanad dan Matan


Muhammad bin Hatim bin Sulaiman, kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua,
kuniyah Abu Ja'far hidup di Baghdad, wafat 246 H. An Nasa'i, Ad Daruquthni,
Ibnu Hajar al 'Asqalani, dan Adz Dzahabi menyebutkan Tsiqah, Abu Hatim
Shaduuq, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat. Ali bin Tsabit kalangan
Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, kuniyah Abu Ahmad, Ahmad bin Hambal tsiqah
shaduq, Abu Daud dan Yahya bin Ma'in Tsiqah, Abu Zur'ah la ba`sa bih, Al 'Ajli
mentsiqahkannyanya, Al Azdi mendlaifkannya, Ibnu Hajar "shaduq, banyak
salah". Abdur Rahman bin Tsabit bin Tsauban, kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan
tua, kuniyah Abu 'Abdullah, hidup di Dujail, wafat : 165 H. Yahya bin Ma'in
shalih, Ibnul Madini, Abu Zur'ah dan Al 'Ajli laisa bihi ba`s, Dahim dan Abu
Hatim Tsiqah, An Nasa'i dla'if. Atha' bin Qurrah, kalangan Tabi'in kuniyah Abu
Qurrah, hidup di Syam, wafat 132 H. Ibnu Hibban disebutkan dalam 'Ats Tsiqat',
Adz Dzahabi watsiq. Abdullah bin Dlamrah, kalangan Tabi'in kalangan
pertengahan, hidup di Kufah. Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat dan Al
'Ajli Tsiqah. Abdur Rahman bin Shakhr kalangan Shahabat, kuniyah Abu
Hurairah, hidup Madinah, wafat 57 H. Ibnu Hajar al 'Asqalani Shahabat.
Ditinjau dari matan hadits, hadits di atas tidak bertentangan dengan ayat
Allah sebagai berikut:

١١... ‫َيۡر َفِع ٱُهَّلل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ِم نُك ۡم َو ٱَّلِذ يَن ُأوُتوْا ٱۡل ِع ۡل َم َد َر َٰج ٖۚت‬
Terjemahan: ,”Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. QS. Al Mujadillah:11

Pembahasan Hadits

Hadits di atas, ditinjau dari komponen peserta didik menunjukan bahwa,


sebagai peserta yang menuntut ilmu akan mendapatkan keutamaan yang tergolong
bukan salah seorang yang mendapat kutukan. Matan hadits di atas menunjukan
bagaimana rasul SAW, sangat memuliakan penuntut ilmu, bahkan di hadits lain
disebutkan bahwa orang alim di atas ahli ibadah.
Hal tersebut bisa dipahami, bahwa peserta didik yang benar-benar mencari
ilmu dan menginternalisasikan ilmu ke dalam kehidupannya, akan terwujud pada
akhlak dan kepribadiannya, sehingga dalam berbuat dan bertindak adalah
seseorang dengan pribadi yang berilmu. Orang berilmu akan bertindak sesuai
dengan pemahaman yang dimiliki. Allahpun telah berjanji akan mengangkat
derajat orang berilmu.

b. Memperoleh Kemudahan menuju Surga, Mendapat Pengayoman Malaikat,


Mendapatkan Permohonan Ampun dari Penghuni Langit, dan Bumi bahkan
Lautan, Keutamaan orang Alim di atas Abid.
‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن َعْبِد اَأْلْع َلى الَّص ْنَعاُّيِن َح َّد َثَنا َس َلَم ُة ْبُن َرَج اٍء َح َّد َثَنا‬
‫اْلَوِليُد ْبُن ِمَج يٍل َح َّد َثَنا اْلَق اِس ُم َأُبو َعْبِد الَّرَمْحِن َعْن َأيِب ُأَم اَم َة اْلَباِهِلِّي َقاَل‬
‫ِن‬ ‫ِه‬ ‫ِك ِل ِل ِه‬
‫ُذ َر َرُس و الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َرُج اَل َأَح ُد َمُها َعاِبٌد َواآْل َخ ُر َعاٌمِل‬
‫َفَق اَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َفْض ُل اْلَعاِمِل َعَلى اْلَعاِبِد َك َفْض ِلي‬
‫ِئ‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬
‫َعَلى َأْد َناُك ْم َّمُث َقاَل َرُس وُل الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم ِإَّن الَّلَه َو َم اَل َك َتُه‬
‫َوَأْه َل الَّس َمَواِت َواَأْلَرِض َني َح ىَّت الَّنْم َلَة يِف ُج ْح ِرَه ا َوَح ىَّت اُحْلوَت َلُيَص ُّلوَن‬
‫ِح‬ ‫ِد‬ ‫ِع‬
‫َعَلى ُمَعِّلِم الَّناِس اَخْلرْي َقاَل َأُبو يَس ى َه َذ ا َح يٌث َح َس ٌن َغِريٌب َص يٌح‬
‫ِمَس‬ ‫ٍث ِع‬ ‫ٍر‬ ‫ِمَس‬
‫َقاَل ْع ت َأَبا َعَّم ا اُحْلَس َنْي ْبَن ُح َرْي اُخْلَزا َّي َيُقوُل ْعُت اْلُفَض ْيَل ْبَن‬
‫ِع اٍض ُقوُل ا اِم ِّل ْد ى َك ِب ا يِف َلُك وِت الَّس اِت‬
‫َمَو‬ ‫َي َي َع ٌمِل َع ٌل ُمَع ٌم ُي َع ًري َم‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul
A'la Ash Shan'ani telah menceritakan kepada kami Salamah bin Raja` telah
menceritakan kepada kami Al Walid bin Jamil telah menceritakan kepada kami Al
Qashim Abu Abdurrahman dari Abu Umamah Al Bahili ia berkata; "Dua orang
disebutkan di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, salah seorang adalah
ahli ibadah dan yang lain seorang yang berilmu, kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Keutamaan seorang alim dari seorang abid seperti
keutamaanku dari orang yang paling rendah di antara kalian, " kemudian beliau
melanjutkan sabdanya: "Sesungguhnya Allah, MalaikatNya serta penduduk langit
dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka
akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia." Abu
Isa berkata; Hadits ini hasan gharib shahih. Perawi berkata; "Aku mendengar Abu
'Ammar Al Husain bin Huraits Al Khuza'I berkata; Aku mendengar Al Fudlail bin
Iyadl berkata; "Seorang alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajarkan
ilmunya akan dipanggil besar oleh para Malaikat yang ada di langit."

Tahrijul Hadits
Sumber Sunan Tirmidzi kitab ilmu bab keutamaan berilmu saat
menunaikan ibadah No. Hadist 2609, Sumber lain ditemukan pada Sunan Ad
Darimi kitab mukaddimah bab Ilmu adalah takut dan taqwa kepada Allah
No. Hadist 291.

Kritik Sanad dan Matan

Hadits ini bersandar kepada Muhammad bin 'Abdul A'laa, Kalangan


Tabi'in kalangan biasa, kuniyah Abu 'Abdullah, hidup di Bashrah, Wafat pada 245
H, Ibnu Hajar al 'Asqalani menyebutnya Tsiqah. Salamah bin Raja', kalangan
Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, Kuniyah Abu 'Abdur Rahman, hidup di
Kufah. Yahya bin Ma'in menyebutnya laisa bi syai', Abu Zur'ah Shaduuq, Ibnu
Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, An Nasa'i dla'if, Ibnu Hajar al 'Asqalani
Shaduuq Yughrab. Al Walid bin Jamil bin Qais, berasal dari kalangan Tabi'in,
Kuniyah Abu Al Hajjaj, hidup di Syam. Ibnu Hajar menyebutnya shaduq, Abu
Zur'ah layyinul hadits, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'Ats Tsiqat'. Berikutnya Al
Qasim bin 'Abdur Rahman, kalangan Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu
'Abdur Rahman, hidup di Syam, Wafat : 112 H. Ya'kub Ibnu Syaibah Tsiqah, Ibnu
Hajar al 'Asqalani Shaduuq banyak digharibkan, Adz Dzahabi Shaduuq. Shadiy
bin 'Ajlan, kalangan shahabat kuniyah Abu Umamah Negeri semasa hidup Syam,
Wafat pada 86 H. Ibnu Hajar Al Atsqalani dan Adz Dzahabi menyebutkannya
Shahabat. Dari sisi matan hadits, hadits di atas juga bermakna sama, meskipun
dengan redaksi yang berbeda sebagai berikut:

‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن َيِزيَد َأَنا َعاِص ُم ْبُن َرَج اِء ْبِن َح ْيَوَة َعْن َك ِثِري ْبِن َقْيٍس َقاَل‬
‫َقِد َم َرُج ٌل ِم ْن اْلَم ِد يَنِة ِإىَل َأيِب الَّد ْرَداِء َوُه َو ِبِد َم ْش َق َفَق اَل َم ا َأْقَد َم َك َأْي َأِخ ي‬
‫َقاَل َح ِد يٌث َبَلَغيِن َأَّنَك َحُتِّد ُث ِبِه َعْن َرُس وِل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َأَم ا‬
‫َقِد ْمَت ِلِتَج ا ٍة َقاَل اَل َقاَل َأَم ا َقِدْمَت َحِلاَج ٍة َقاَل اَل َقاَل َم ا َقِد ْمَت ِإاَّل يِف َطَلِب‬
‫َر‬
‫َه َذ ا اَحْلِد يِث َقاَل َنَعْم َقاَل َفِإيِّن ِمَس ْعُت َرُس وَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل‬
‫َمْن َس َلَك َطِريًق ا َيْطُلُب ِفيِه ِعْلًم ا َس َلَك الَّلُه ِبِه َطِريًق ا ِإىَل اَجْلَّنِة َو ِإَّن اْلَم اَل ِئَك َة‬
‫َلَتَض ُع َأْج ِنَح َتَه ا ِرًض ا ِلَطاِلِب اْلِعْلِم َو ِإَّنُه َلَيْس َتْغِف ُر ِلْلَعاِمِل َمْن يِف الَّس َمَواِت َواَأْلْر ِض‬
‫َح ىَّت اِحْليَتاُن يِف اْلَم اِء َو َفْض اْلَعاِمِل َعَلى اْلَعاِبِد َك َفْض ِل اْلَق َم ِر َعَلى َس اِئِر‬
‫ُل‬
‫ْل‬ ‫َثُة اَأْلْنِب اِء ِرُثوا ِد يَنا ا اَل ِد ا ِإَمَّنا ِرُثوا اْلِع‬ ‫ا‬ ‫َل‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫َّن‬‫اْلَك اِكِب ِإ‬
‫َم‬ ‫َو‬ ‫َو‬ ‫ًمَه‬‫ْر‬ ‫َو‬ ‫ًر‬ ‫َي‬ ‫ْمَل‬ ‫َي‬ ‫َوَر‬ ‫ْم‬ ‫ُه‬ ‫َء‬ ‫َم‬ ‫ُع‬ ‫َو‬
‫ِف‬
‫َفَم ْن َأَخ َذ ُه َأَخ َذ َحِبٍّظ َوا ر َح َّد َثَنا اَحْلَك ُم ْبُن ُموَس ى َح َّد َثَنا اْبُن َعَّياٍش َعْن‬
‫ْق‬
‫َب‬ ‫َأ‬ ‫َل‬ ‫ا‬‫َق‬ ‫َعْن َعاِص ِم ْبِن َرَج اِء ْبِن َح ْيَوَة َعْن َداُوَد ْبِن ِمَج يٍل َعْن َك ِثِري ْبِن َقْيٍس‬
‫َل‬
‫ِم ِد ِة‬
‫َرُج ٌل ْن اْلَم يَن َفَذَك َر َم ْع َناُه‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yazid,
telah menceritakan kepada kami 'Ashim bin Raja` bin Haiwah dari Katsir bin Qais
ia berkata: 'Seseorang dari Madinah datang menemui Abu Darda`, ketika itu ia
berada di Damaskus. Abu Darda` bertanya kepada orang tersebut, 'Wahai
saudaraku, apa yang membawamu ke mari?. Orang tersebut menjawab; 'karena
suatu hadits yang telah sampai kepadaku bahwa anda meriwayatkan hadits
tersebut dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Abu Darda` berkata; 'apakah
kedatanganmu untuk berniaga?. Orang tersebut menjawab; 'Tidak'. Abu Darda`
bertanya lagi; 'Atau kedatanganmu untuk suatu keperluan?. Orang itu menjawab;
'Tidak'. Abu Darda` berkata; 'Apakah kedatanganmu hanya karena hendak
mempelajari hadits ini?.' Orang itu menjawab, 'Ya'. Lalu Abu Darda` berkata;
'Ketahuilah bahwa aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan para malaikat akan
mengayominya dengan sayap-sayap mereka karena ridla kepada penuntut ilmu,
seluruh penduduk langit dan bumi bahkan ikan paus di lautpun akan memintakan
ampun bagi seorang 'alim, keutamaan seorang 'alim dengan ahli ibadah bagaikan
bulan dengan seluruh bintang-bintang, sesungguhnya para ulama' adalah pewaris
para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mereka
hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambil ilmu tersebut, ia akan
mendapatkan keuntungan besar." Telah menceritakan kepada kami Hakam bin
Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Ayyasy dari 'Ashim bin Raja' bin
Haiwah dari Dawud bin Jamil dari Katsir bin Qais ia berkata; 'Seseorang dari
Madinah datang....' Kemudian ia menyebutkan makna hadits di atas.
Tahrijul Hadits

Hadits di atas ditemukan pada Musnad Ahmad, kitab Musnad sahabat


Anshar bab Sisa Hadits Abu Darda`ra. No. Hadist : 20723.

Pembahasan:
Hadits di atas merupakan motivasi bagi peserta didik agar selalu berupaya
untuk memperoleh ilmu dan bersemangat dalam belajar, banyak sekali keutamaan
yang akan diberikan kepada orang-orang yang menempuh jalan mencari ilmu,
diantara keutamaannya adalah dimudahkan jalannya menuju surga. Surga dalam
konteks hadits ini adalah surga diakhirat, akan tetapi dengan ilmu surga duniapun,
menjadi mungkin untuk diperoleh, hal ini sudah terlihat dalam konteks kekinian
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin kualified di
bidangnya. Di masyarakat terlihat bahwa, seseorang yang memiliki ilmu dan
tingkat pendidikan yang tinggi, posisi dan derajatnya di tengah-tengah masyarakat
secara umum juga diperhitungkan, sehingga pada gilirannya surga duniapun
berkemungkinan dapat diperolehnya.
Keutamaan lain, para malaikat ridha apa yang dikerjakannya, ada dua
pengertian maksud malaikat meletakan sayapnya sebagai berikut: Pertama, makna
majas, malaikat hormat dan merendah terhadap penuntut ilmu sebagaimana kata
Zayn Al-‘Arab sesuai dengan QS. Al Isra:24, atau juga dapat bermakna
mengepung atau mengerumuni para penuntut ilmu, agar para penuntut ilmu
membawa rahmat dan ketenangan, (lih. Hadits At Turmudzi). Kedua, makna
hakikat: para malaikat menghaparkan sayapnya untuk diinjak atau diduduki para
penuntut ilmu, karena ridha terhadapnya, ini bermakna bahwa malaikat memberi
tempat istimewa bagi penuntut ilmu sehingga membiarkan sayapnya untuk diinjak
dan diduduki. Keutamaan lainnya, para penghuni langit, bumi dan air (ikan) turut
memohon ampunan kepada Allah untuk menghapuskan dosa-dosa para penuntut
ilmu, karena dengan ilmu manusia bisa menjadi khalifah bagi makhluk lainnya,
tidak justru menjadi perusak alam, sehingga penghuni alam memuliakan penuntut
ilmu. 12
Bangsa apa dan dimanapun akan menjadi besar diukur dari SDM-nya, dan
SDM tidak terlepas dari sektor pendidikan bangsanya. Semakin tinggi peradaban
suatu bangsa, maka akan berdampak pula terhadap kualitas SDM-nya 13 Guru
besar Universitas Wasedo Prof. Tashiko Kinoshita menasehati bangsa ini agar
mendudukan dan meletakan pendidikan sebagai prioritas utama dalam berbangsa
dan bernegara.14
S. Nasution memaknai Motivasi adalah menciptakan kondisi sedemikian
rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya. Beberapa
eksperimen membuktikan adanya peranan motivasi (dorongan) yang sangat besar
untuk membangkitkan aktivitas dan gairah belajar. Richard A. Vear (1958, 1973,
1978) mengemukakan, motivasi yang sangat dimiliki seseorang akan menentukan
keberhasilan suatu pekerjaan sekalipun aktivitas tersebut ditunjuk oleh
pembawaan, bakat dan keterampilan. Fear, untuk menjelaskan hubungan timbale
balik antara motivasi dan ability dengan mengajukan formula: Ab X M = Ca,
dimana Ab= Ability, M= motivasi, Ca= Capacity 15. Dalam pendidikan Islam,
peserta didik dalam menuntut ilmu hendaknya termotivasi akan janji surga bagi
yang menuntut ilmu, sehingga kemampuan terus terasah, dengan demikian
kapasitas keilmuan umat muslim menjadi unggul.

c. Orang yang Paling Baik

12
Abdul Majid khon, Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana, cet. Ketiga,
2015), h. 148
13
Isjoni, Pendidikan sebagai investasi Masa Depan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006) h.9
14
Forum Mangunwijaya VII, Menyambut Kurikulum, (Jakarta: Buku Kompas, 2013), h.271
15
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, cet-keempat, 2005)
h.117
‫َثٍد‬ ‫ِم ٍل‬
‫َح َّد َثَنا َح َّج اُج ْبُن ْنَه ا َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة َقاَل َأْخ َبَريِن َعْلَق َم ُة ْبُن َمْر‬
‫ِض‬ ‫ِم‬ ‫ِد‬ ‫ِمَس‬
‫ْعُت َس ْع َد ْبَن ُعَبْيَد َة َعْن َأيِب َعْب الَّرَمْحِن الُّس َل ِّي َعْن ُعْثَم اَن َر َي الَّلُه‬
‫ِه‬
‫َعْنُه َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َقاَل َخ ْيُرُك ْم َمْن َتَعَّلَم اْلُقْرآَن َو َعَّلَم ُه‬
‫َقاَل َوَأْقَرَأ َأُبو َعْبِد الَّرَمْحِن يِف ِإْم َرِة ُعْثَم اَن َح ىَّت َك اَن اَحْلَّج اُج َقاَل َو َذاَك‬
‫اَّلِذ ي َأْقَعَد يِن َم ْق َعِد ي َه َذ ا‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah
menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku
'Alqamah bin Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman
As Sulami dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang
belajar Al Qur`an dan mengajarkannya." Abu Abdirrahman membacakan (Al
Qur`an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, "Dan hal itulah yang
menjadikanku duduk di tempat dudukku ini."

Tahrijul Hadits

Hadits di atas bersumber dari Sohih Bukhari, kitab Keutamaan Al-Qur’an,


bab sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya No. Hadits. 4639. No. Hadits. 4640

Kritik Sanad dan Matan

Hajjaj bin Al Minhal, kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, kuniyah


Abu Muhammad hidup di Bashrah, Wafat 217 H. Ahmad bin Hambal, An Nasa'i
menyebutnya Tsiqah, Abu Hatim dan Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah Fadil, Ibnu
Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat. Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad,
kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua kuniyah Abu Bistham, hidup di Bashrah,
wafat 160 H. Al 'Ajli menyebutnya tsiqah tsabat, Ibnu Sa'd tsiqah ma`mun, Abu
Daud tidak ada seorangpun yang lebih baik haditsnya dari padanya, Ats Tsauri,
amirul mukminin fil hadits, Ibnu Hajar Al Atsqalani tsiqoh hafidz, Adz Dzahabi
tsabat hujjah. Alqamah bin Martsad, kalangan Tabi'in (tdk jumpa Shahabat),
kuniyah Abu Al Harits, hidup di Kufah, Ibnu Hajar, Adz Dzahabi, Ahmad bin
Hambal dan An Nasa'i menyebutnya Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'Ats
Tsiqat'. Sa'ad bin 'Ubaidah, kalangan Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu
Hamzah, hidup di Kufah, Yahya bin Ma'in, An Nasa'i, Al 'Ajli, Adz Dzahabi, Ibnu
Hajar al 'Asqalani menyebutnya Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats
tsiqaat. Abdullah bin Habib bin Rabi'ah, Kalangan Tabi'in kalangan tua kuniyah
Abu 'Abdur Rahman Negeri semasa hidup Kufah Wafat 72 H. Al 'Ajli, An Nasa'i,
Ibnu Abdil Barr Tsiqah, Ibnu Hajar Al Atsqalani tsiqah tsabat, Adz Dzahabi Imam.
Utsman bin 'Affan bin Abi Al 'Ash bin Umayyah, Kalangan Shahabat, Kuniyah
Abu 'Amru, hidup Madinah, wafat 35 H.
Matan hadis tersebut terdapat perbedaan dengan hadis yang diriwayatkan
Ibnu Majjah dan ahmad menggunakan lafadz afdhalakum sifatnya hanya sebagai
penjelas saja tidak mengurangi maksud dan kandungan hadits, sehingga dari
perbedaan ini dapat dinyatakan bahwa riwayat hadis ini dilakukan dengan cara
lafdhi. Serta hadis ini tidak terdapat syad karena periwayatan hadits ini para
perawi bertemu langsung antara periwayat satu dengan periwayat yang lain. Segi
periwayatan hadis ini muttasil karena sanadnya bersambung mulai dari Bukhari
hingga Usman bin Affan sampai ke Rasulullah SAW. Adapun hadis ini adalah
hadis shahih lidzati karena seluruh periwayatan dalam sanad hadis ini benar-benar
tsiqah (adil dan dhabit) dan hadits ini telah memenuhi persyaratan hadits shahih
yang telah disepakati para ulama‟.

Pembahasan
Segala bentuk ilmu pengetahuan yang benar berasal atau ada dalam Al-
Qur’an, Maka peserta didik yang mempelajari ilmu agama akan tergolong kepada
orang yang utama. Pada Alqur’an terdapat petunjuk hidup (way of life) bagi
orang yang berpikir, nilai-nilai yang ditawarkan Alquran sangat visioner, yang
diterima dengan zaman apapun. Firman Allah:
‫َش ۡه ُر َر َم َض اَن ٱَّلِذٓي ُأنِز َل ِفيِه ٱۡل ُقۡر َء اُن ُهٗد ى ِّللَّناِس َو َبِّيَٰن ٖت ِّم َن ٱۡل ُهَد ٰى‬
‫ة ِّم ۡن‬ٞ ‫َو ٱۡل ُفۡر َقاِۚن َفَم ن َش ِهَد ِم نُك ُم ٱلَّشۡه َر َفۡل َيُصۡم ُۖه َو َم ن َك اَن َم ِر يًضا َأۡو َع َلٰى َس َفٖر َفِع َّد‬
‫َأَّياٍم ُأَخ َۗر ُيِر يُد ٱُهَّلل ِبُك ُم ٱۡل ُيۡس َر َو اَل ُيِر يُد ِبُك ُم ٱۡل ُع ۡس َر َو ِلُتۡك ِم ُلوْا ٱۡل ِع َّدَة َو ِلُتَك ِّبُروْا ٱَهَّلل َع َلٰى‬
١٨٥ ‫َم ا َهَد ٰى ُك ۡم َو َلَع َّلُك ۡم َتۡش ُك ُروَن‬
Terjemahan: ,”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.

Pada ayat yang lain juga dijelaskan bahwa Al-Qur’an adalah bacaan yang
sangat mulia sesuai dengan firman Allah.

٧٧ ‫م‬ٞ‫ن َك ِر ي‬ٞ‫ِإَّن ۥُه َلُقۡر َء ا‬


Terjemahan: ,”Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat
mulia”.

Ayat-ayat Alquran dibaca sajapun mendapatkan pahala, apalagi jika dikaji,


ditafsir dan dianalisis didalami lebih jauh, akan mendapatkan ilmu yang berguna
bagi kehidupan dan kemashlahatan umat. Alqur’an juga berisi kisah, peringatan
dan banyak hal lainnya, yang menjadi pegangan bagi ummat.

d. Pembolehan hasad terhadap orang berilmu

‫َح َّد َثَنا اُحْل ْيِد ُّي َقاَل َح َّد َثَنا ُس ْف َياُن َقاَل َح َّد َثيِن ِإَمْساِعي ْب َأيِب َخ اِلٍد َعَلى َغِرْي‬
‫ُل ُن‬ ‫َم‬
‫َد الَّلِه‬ ‫َأيِب اِزٍم َقاَل ِمَس‬ ‫ِمَس‬
‫ْبَن‬ ‫ْعُت َعْب‬ ‫َم ا َح َّد َثَناُه الُّزْه ِرُّي َقاَل ْعُت َقْيَس ْبَن َح‬
‫ِه‬ ‫ٍد‬
‫َم ْس ُعو َقاَل الَّنُّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم اَل َح َس َد ِإاَّل يِف اْثَنَتِنْي َرُج ٌل آَتاُه الَّلُه‬
‫َم ااًل َفُس ِّلَط َعَلى َه َلَك ِتِه يِف اَحْلِّق َوَرُج ٌل آَتاُه الَّلُه اِحْلْك َم َة َفُه َو َيْق ِض ي َهِبا َو ُيَعِّلُم َه ا‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi berkata, telah
menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepadaku Isma'il
bin Abu Khalid -dengan lafazh hadits yang lain dari yang dia ceritakan kepada
kami dari Az Zuhri- berkata; aku mendengar Qais bin Abu Hazim berkata; aku
mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang
yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan
seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya
kepada orang lain".

Tahrijul Hadits:

Hadits di atas bersumber dari Sohih Bukhari, kitab Ilmu bab tekun dalam
mencari ilmu dan hikmah No. Hadist : 71

Kritik sanad dan Matan

Abdullah bin Az Zubair bin 'Isa bin 'Ubaidillah, berasal dari kalangan
Tabi'ul Atba' kalangan tua, kuniyah Abu Bakar, hidup di Marur Rawdz, wafat 219
H. Ahmad bin Hambal menyebutnya imam, Abu Hatim tsiqah imam, Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar al 'Asqalani tsiqoh hafidz, Adz Dzahabi
seorang tokoh. Sufyan bin 'Uyainah bin Abi 'Imran Maimun, berasal dari
kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu Muhammad, hidup di
Kufah, wafat 198 H. Ibnu Hibban menyebutnya Hafidz mutqin, Al 'Ajli Tsiqah
tsabat dalam hadits, Adz Dzahabi Ahadul A'lam, Tsiqah Tsabat. Isma'il bin Abi
Khalid. kalangan Tabi'in kalangan biasa, kuniyah Abu 'Abdullah, hidup di Kufah,
wafat 146 H. Yahya bin Ma'in menyebutnya Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan
dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah Tsabat, Adz Dzahabi Alhafidz.
Qais bin Abi Hazim Hushain, berasal dari kalangan Tabi'in kalangan tua, kuniyah
Abu 'Abdullah, hidup di Kufah, wafat pada 97 H. Yahya bin Ma'in menyebutnya
Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Adz Dzahabi Mereka
Mentsiqahkan. Abdullah bin Mas'ud bin Ghafil bin Habib, kalangan Shahabat,
kuniyah Abu 'Abdur Rahman, hidup di Kufah, wafat 32 H, ianya merupakan
shahabat. Matan hadits ini tidak terdapat kejanggalan, uraian lebih lanjut dapat
dilihat pembahasan berikut.

Pembahasan

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa bahwa maksud Imam Bukhari,


adalah menjelaskan, sesungguhnya jabatan kepemimpinan menurut kebiasaan
sering menimbulkan iri hati dan dengki, namun ada hadits yang menunjukkan
bahwasanya iri dan dengki tidak boleh terjadi kecuali dalam dua hal, yaitu ilmu
dan kebaikan. Tapi suatu kebaikan tidak dapat dikatakan sebagai hal yang terpuji
jika tidak berdasarkan ilmu. Seolah-olah Imam Bukhari ingin mengatakan,
"Belajarlah sebelum mendapat jabatan agar kalian bisa berlomba-lomba dalam
kebaikan."" Dia juga mengatakan, "Apabila sebuah jabatan menurut kebiasaan
bisa menghalangi pemiliknya untuk menuntut ilmu, maka tinggalkan kebiasaan
tersebut dan pelajarilah ilmu agar kalian benar-benar mendapatkan ghibthah yang
sebenarnya." Adapun arti ghibthah adalah, seseorang berharap mendapatkan apa
(nikmat) yang ada pada orang lain tanpa menginginkan hilangnya nikmat dari
orang tersebut. Adapun yang dimaksud dengan hasad dalam hadits di atas adalah
ghibthah adalah perasaan ingin memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain tanpa
ada perasaan ingin menghilangkannya dari pemiliknya. Hai semacam ini juga
disebut dengan persaingan yang jika dilakukan untuk ketaatan, maka termasuk
perbuatan yang mulia16 sebagaimana firman Allah.

٢٦ ‫َٰذ ِلَك َفۡل َيَتَناَفِس ٱۡل ُم َتَٰن ِفُسوَن‬


Terjemahan: ,”...Untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-
lomba". (Qs. Al Muthaffifiin (83): 26)
Dalam konteks dewasa ini, hadits di atas secara implisit merupakan
motivasi bagi peserta didik untuk terus menuntut ilmu, hadits ini semacam
perintah untuk berkompetitif untuk menjadi seorang yang alim dan berlomba-
lomba dalam mengembangkan diri secara terus menerus. Jiwa kompetitif ini

16
Ibnu Hajar Al Asqalani…h. 315-316
hendaknya dimiliki oleh peserta didik, jadikan komfetitif sebagai etos kerja dari
peserta didik dalam menuntut ilmu.

e. Kehancuran bila diserahkan bukan pada ahli

‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن ِس َناٍن َقاَل َح َّد َثَنا ُفَلْيٌح ح و َح َّد َثيِن ِإْبَراِه يُم ْبُن اْلُم ْنِذ ِر َقاَل‬
‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن ُفَلْيٍح َقاَل َح َّد َثيِن َأيِب َقاَل َح َّد َثيِن ِه اَل ُل ْبُن َعِلٍّي َعْن َعَطاِء ْبِن‬
‫ِل‬
‫َيَس اٍر َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة َقاَل َبْيَنَم ا الَّنُّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم يِف ْجَم ٍس َحُيِّد ُث‬
‫َّلِه َّل َّل ِه َّل‬
‫اْلَق ْو َم َج اَءُه َأْع َراٌّيِب َفَق اَل َم ىَت الَّس اَعُة َفَم َض ى َرُس وُل ال َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم‬
‫ِم ِمَس‬
‫َحُيِّد ُث َفَق اَل َبْعُض اْلَق ْو َع َم ا َقاَل َفَك ِرَه َم ا َقاَل َو َقاَل َبْع ُضُه ْم َبْل ْمَل َيْسَم ْع‬
‫الَّس ا ِة َقاَل ا َأَنا ا وَل الَّلِه‬ ‫ِئ‬ ‫ِد‬
‫َه َي َرُس‬ ‫َح ىَّت ِإَذا َقَض ى َح يَثُه َقاَل َأْيَن ُأَراُه الَّس ا ُل َعْن َع‬
‫ْم‬‫اَأْل‬ ‫َد‬ ‫ِّس‬ ‫ا‬‫َذ‬‫َقاَل َفِإَذا ُضِّيَعْت اَأْل اَنُة َفاْنَتِظ الَّس اَعَة َقاَل َك ْيَف ِإَض اَع َه ا َقاَل ِإ‬
‫ُر‬ ‫ُو‬ ‫ُت‬ ‫ْر‬ ‫َم‬
‫ِإىَل َغِرْي َأْه ِلِه َفاْنَتِظ ْر الَّس اَعَة‬
Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan
berkata, telah menceritakan kepada kami Fulaih. Dan telah diriwayatkan pula
hadits serupa dari jalan lain, yaitu Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Al
Mundzir berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fulaih berkata,
telah menceritakan kepadaku bapakku berkata, telah menceritakan kepadaku Hilal
bin Ali dari Atho' bin Yasar dari Abu Hurairah berkata: Ketika Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba
datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: "Kapan datangnya hari kiamat?"
Namun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya.
Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; "beliau mendengar perkataannya
akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu, " dan ada pula
sebagian yang mengatakan; "bahwa beliau tidak mendengar perkataannya."
Hingga akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan
pembicaraannya, seraya berkata: "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat
tadi?" Orang itu berkata: "saya wahai Rasulullah!". Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya
kiamat". Orang itu bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat itu?" Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menjawab: "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka
akan tunggulah terjadinya kiamat".

Tahrijul Hadits

Hadits di atas bersumber dari shohih Bukhari, kitab Ilmu bab Siapa yang
bertanya tentang ilmu sedang dia terus menyampaikan pertanyaannnya….No.
Hadist : 57.

Kritik Sanad dan Matan

Muhammad bin Sinan, kalangan Tabi'ul Atba' kalangan pertengahan,


kuniyah Abu Bakar, hidup di Bashrah, wafat pada 223 H. Yahya bin Ma'in
Tsiqah, Abu Hatim Shaduuq, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu
Hajar al 'Asqalani tsiqah tsabat. Fulaih bin Sulaiman bin Abi Al Mughirah,
kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, kuniyah Abu Yahya, hidup di Madinah
wafat pada 168 H Abu Hatim meyebutnya laisa bi qowi, Ad Daruquthni
Diperselisihkan, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Abu Daud Laisa Syai,
Ibnu Hajar al 'Asqalani Shaduuq banyak salah, Yahya bin Ma'in dan An Nasa'i
laisa bi qowi. Hilal bin 'Ali bin Usamah, kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua,
hidup di Madinah. Abu Hatim Syaikh, An Nasa'i laisa bihi ba`s, Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ad Daruquthni, Maslamah bin Qasim, Ibnu Hajar al
'Asqalani Tsiqah. Atha' bin Yasar, kalangan Tabi'in kalangan tua, kuniyah Abu
Muhammad, hidup di Madinah wafat : 103 H. An Nasa'i, Abu Zur'ah, Yahya bin
Ma'in dan Ibnu Hajar menyebutnya Tsiqah. Abdur Rahman bin Shakhr, kalangan
Shahabat, kuniyah Abu Hurairah, hidup : Madinah, wafat : 57 H, Ibnu Hajar al
'Asqalani, Shahabat.

Pembahasan

Hadits di atas dapat dipahami dengan banyak konteks dalam hal


pendidikan misal peringatan bagi orang yang alim agar tidak mengindahkan
pertanyaan orang yang bertanya di saat ia sedang berbicara, namun hendaknya ia
menyempurnakan pembicaraannya dan baru setelah itu menjawab apa yang
ditanyakan dengan lemah lembut. Hadits ini juga mengandung anjuran untuk
menjawab pertanyaan, Sedangkan bagi orang yang belajar hendaknya tidak
menanyakan kepada orang alim yang sedang sibuk berbicara dengan orang lain,
karena hak orang pertama lebih utama untuk dipenuhi. Hubungan antara matan
ini dengan bab "Ilmu" adalah, bahwa sesungguhnya menyandarkan sesuatu
kepada orang yang bukan ahlinya adalah akibat kebodohan yang telah
mendominasi dan dicabutnya ilmu, dimana hal itu merupakan tanda-tanda
dekatnya hari kiamat. Seakan-akan Imam Bukhari ingin menunjukkan bahwa ilmu
dapat diperoleh dari para senior, berdasarkan riwayat Abi Umayyah Al Jumahi,
bahwa Rasulullah bersabda, "Salah satu tanda kiamat adalah ilmu diambil dari
orang orang kecil." 17
Dalam konteks sekarang, baik dalam masyarakat maupun dunia kerja akan
terjadi kekacauan jika diserahkan kepada bukan ahlinya. Ini menjadi motivasi
bagi peserta didik untuk menuntut ilmu, dalam mengembangkan kapasitas diri
baik koqnitif, afektif dan psikomotorik, sehingga ketika memasuki lapangan kerja
memiliki kesiapan dan terlebih era digital hari ini agar tidak gagap menghadapi
arus globalisasi.

3. Tipologi Peserta Didik

a. Karakteristik Peserta Didik

‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن اْلَعاَل ِء َقاَل َح َّد َثَنا َّمَحاُد ْبُن ُأَس اَم َة َعْن ُبَرْيِد ْبِن َعْبِد الَّلِه َعْن َأيِب‬
‫ِبِه ِم‬ ‫ِه‬
‫ُبْرَدَة َعْن َأيِب ُموَس ى َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َقاَل َم َثُل َم ا َبَعَثيِن الَّلُه ْن‬
‫ا‬ ‫ْل‬ ‫ا‬ ‫ْت‬ ‫َل‬‫اُهْلَد ى اْلِعْلِم َك َثِل اْلَغْيِث اْلَك ِثِري َأَص اَب َأْرًض ا َفَك اَن ِم ْنَه ا َنِق َّيٌة َقِب‬
‫َم َء‬ ‫َم‬ ‫َو‬
‫َفَأْنَبَتْت اْلَك َأَل َواْلُعْش َب اْلَك ِثَري َوَك اَنْت ِم ْنَه ا َأَج اِد ُب َأْم َس َك ْت اْلَم اَء َفَنَف َع الَّلُه َهِبا‬
‫ِه ِق‬
‫الَّناَس َفَش ِرُبوا َو َس َق ْوا َوَزَرُعوا َوَأَص اَبْت ِم ْنَه ا َطاِئَفًة ُأْخ َرى ِإَمَّنا َي يَعاٌن اَل ْمُتِس ُك‬
17
Ibnu Hajar Al-Asqalani… h. 265-266
‫ُق يِف ِديِن الَّلِه َف ا يِن الَّل ِبِه ِل‬ ‫ا اَل ْنِب َك ًأَل َفَذ ِل‬
‫َع‬
‫َف َم‬ ‫ُه‬ ‫َث‬ ‫َع‬ ‫َعُه‬
‫َو َن َم َب‬ ‫َه‬ ‫َث‬
‫َم ُل َمْن َف‬ ‫َك‬ ‫َم ًء َو ُت ُت‬
‫َو َعَّلَم َو َم َثُل َمْن ْمَل َيْرَفْع ِبَذ ِلَك َرْأًس ا َوْمَل َيْق َبْل ُه َد ى الَّلِه اَّلِذ ي ُأْرِس ْلُت ِبِه َقاَل َأُبو‬
‫ِئ‬ ‫ِم‬ ‫ِه‬
‫َعْبد الَّل َقاَل ِإْسَح اُق َوَك اَن ْنَه ا َطا َف ٌة َقَّيَلْت اْلَم اَء َقاٌع َيْع ُلوُه اْلَم اُء َوالَّص ْف َص ُف‬
‫اْلُمْس َتِوي ِم ْن اَأْلْر ِض‬

Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala`


berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Usamah dari Buraid bin
Abdullah dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
beliau bersabda: "Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku
dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah.
Diantara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di antaranya
ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang) sehingga dapat diminum oleh
manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman. Dan yang
lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air
dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. perumpamaan itu adalah seperti
orang yang faham agama Allah dan dapat memanfa'atkan apa yang aku diutus
dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan
orang yang tidak dapat mengangkat derajat dan tidak menerima hidayah Allah
dengan apa yang aku diutus dengannya". Berkata Abu Abdullah; Ishaq berkata:
"Dan diantara jenis tanah itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung
air hingga penuh dan diantaranya ada padang sahara yang datar".

Tahrijul Hadits

Bukhari versi Al-Alamiyah no. 77 versi Fathul Bari No.79, terdapat ada
kitab Ilmu Bab: keutamaan orang yang berilmu dan mengajarkannya, shahih
menurut ijma’ ulama. Ditemukan juga pada Kitab Muslim versi Al-Alamiyah no
4232 versi Syarah sahih muslim No.2282 Kitab Keutamaan, Bab perumpamaan
apa yang nabi SAW diutus dengannya seperti, sahih menurut ijma para ulama.
Hadits Ahmad versi Al-Alamiyah: 18752 Kitab Musnad Penduduk Kufah Bab
Hadits Abu Musa Al-Asy’ari ra.

Kritik Sanad dan Matan


Hadits di atas disandarkan kepada Muhammad bin Al 'Alaa' bin Kuraib,
kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, kuniyah Abu Kuraib, hidup di Kufah, wafat
pada 248 H. Abu Hatim menyebutnya Shaduuq, An Nasa'i la ba`sa bih, Ibnu
Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Maslamah bin Qasim Kuufii Tsiqah, Ibnu
Hajar al 'Asqalani Tsiqah Hafidz, Adz Dzahabi Hafizh. Hammad bin Usamah bin
Zaid Kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa kuniyah Abu Usamah hidup di
Kufah Wafat 201 H. Al 'Ajli dan Yahya bin Ma'in Tsiqah Ibnu Hibban
menyebutnya dalam 'ats tsiqaat, Muhammad bin Sa'd Tsiqah Ma'mun Yudallis,
Adz Dzahabi Hujjah. Buraid bin 'Abdullah bin Abi Burdah bin Abi Musa
Kalangan Tabi'in, kuniyah Abu Burdah hidup di Kufah. Al 'Ajli dan Yahya bin
Ma'in Tsiqah An Nasa'i laisa bihi ba`s Abu Daud Tsiqah Ibnu Hibban disebutkan
dalam 'Ats Tsiqat' Ibnu Hajar tsiqah yuhthi', Adz Dzahabi Shaduuq. Amir bin
'Abdullah bin Qais, Kalangan Tabi'in kalangan pertengahan Kuniyah Abu Burdah
hidup di KufahWafat 104 H. Yahya bin Ma'in dan Ibnu Sa'd Tsiqah, Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Al Bukhari katsirul glalath.

Pembahasan:

Dalam syarah dan terjemahan Riyadhus Shalihin dijelaskan bahwa hadits


di atas merupakan anjuran untuk giat dalam mencari ilmu serta mengajarkannya
agar lebih bermanfaat, sehubungan dengan ilmu, manusia terbagi menjadi tiga
golongan: ada golongan manusia yang setelah mendapatkan ilmu kemudian
mengamalkannya dengan mengajarkannya kepada orang lain hingga ilmu
bermanfaat baginya dan orang lain, kelompok inilah yang paling utama.
Kemudian golongan manusia yang berilmu kemudian ia ajarkan kepada orang
yang ingin mendapatkan manfaat darinya tanpa ada usaha. Golongan ini lebih
rendah dibanding yang pertama. Kemudian ada pula golongan manusia yang sama
sekali berpaling dari ilmu, ia tidak mau mendengar guna mencari manfaat, dan
iapun tidak mau menghafalnya untuk ia ajarkan kepada orang lain. Kelompok ini
adalah yang paling hina dan rendah.18

18
Mustopa Said Al-Khin, dkk, Imam Nawawi: Syarah dan Terjemah Riyadhus Shalihin, Nuzhatul
Mutaqin (Terj),(Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2006), 2 Jilid: Jilid 2, h. . 533
Maha benar Allah yang telah memberikan keteladanan Muhammad SAW,
bagi umat manusia, jauh hari beliau telah mengajarkan soal perbedaan individu
(individual diferences). Pendidik yang baik mampu mendekteksi kecerdasan anak
dengan cara mengamati perilaku, kecenderungan, minat dan cara dan kualitas
anak saat bereaksi terhadap stimulus yang diberikan. Semua indikator kecerdasan
dapat dikenali untuk kemudian dibuat profil kecerdasannya, untuk itu sebaiknya
setiap pendidik mengetahui cara mengembangkan kecerdasan anak didiknya,
dengan cara mengidentifikasi semua kecerdasan yang dimiliki anak. Perbedaan
genetic ditambah dengan pengaruh lingkungan yang melingkupi pengalaman
hidup manusia, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, teman sepermainan,
sekolah maupun lingkungan lainnya mentransformasi seseorang menjadi individu
yang memiliki karakter (potensi) yang unik. 19
Comfusius menganjurkan agar orang belajar dan mempraktekan apa yang
dipelajari sehingga menjadi seorang intlektual yang lengkap, orang yang seperti
ini disebut Qun Zi atau seorang intlektual-bijaksana, selain itu dia harus tetap
tenang dalam segala situasi agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan
penghidupan dengan rasional. Selanjutnya ia memiliki falsafah, aku dengar, aku
lupa, aku lihat aku ingat, aku lakukan aku pahami.
Vernon A. Magnesen, menjelaskan kita belajar 10% dari apa yang kita
baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa
yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita katakana, 90 % dari apa yang
kita katakan dan lakukan20
Ada beberapa karakteristik peserta didik, Pertama, Peserta didik bukan
miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar
mengajar tidak boleh disamakan dengan orang dewasa. Kedua, Peserta didik
memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal
mungkin, Ketiga, Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan
individu yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen maupun
19
Munif Chatib. Sekolahnya Manusia: sekolah berbasis multiple intelligences di Indonesia,
(Bandung: Kaifa, 2009), h.12
20
Bobbi DePorter, et al, Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-ruang
Kelas, judul asli: quantum teaching: Orchestrating Student Sucsess terbitan Allyn and Bacon
1999, (Bandung: PT. Mizan Pustaka kaifa, cet.ke-19, 2007) hal.57
eksogen,Keempat, Peserta didik sebagai satu kesatuan sistem manusia, Kelima,
Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan iramanya.21
Jean Piaget menjelaskan banyak hal yang menentukan kualitas hasil
belajar peserta didik yang secara dikotomi diklasifikasikan atas faktor endogen
dan eksogen. Dari unsur tersebut lahirlah kesiapan (readiness), yaitu suatu
kemampuan untuk berformasi dalam melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan
tuntutan situasi yang dihadapi: kesiapan fisik, kejiwaan, pengalaman.22

2. Perbedaan Kemampuan (Menulis)

‫يِن‬ ‫ِد ِه‬ ‫ِل‬


‫َح َّد َثَنا َع ُّي ْبُن َعْب الَّل َقاَل َح َّد َثَنا ُس ْف َياُن َقاَل َح َّد َثَنا َعْم ٌرو َقاَل َأْخ َبَر َوْه ُب‬
‫ِم‬ ‫ٍه ِخ ِه ِمَس‬
‫ْبُن ُمَنِّب َعْن َأ ي َقاَل ْعُت َأَبا ُه َرْيَرَة َيُقوُل َم ا ْن َأْص َح اِب الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه‬
‫َعَلْيِه َو َس َّلَم َأَح ٌد َأْك َثَر َح ِد يًثا َعْنُه ِم يِّن ِإاَّل َم ا َك اَن ِم ْن َعْبِد الَّلِه ْبِن َعْم ٍرو‬
‫َفِإَّنُه َك اَن َيْك ُتُب َواَل َأْك ُتُب َتاَبَعُه َم ْع َمٌر َعْن َّمَهاٍم َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah berkata,
telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepada kami
'Amru berkata, telah mengabarkan kepadaku Wahhab bin Munabbih dari
saudaranya berkata, aku mendengar Abu Hurairah berkata, "Tidaklah ada
seorangpun dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang lebih banyak
haditsnya dibandingkan aku, kecuali 'Abdullah bin 'Amru. Sebab ia bisa menulis
sedang saya tidak." Ma'mar juga meriwayatkan dari Hammam dari Abu
Hurairah."

Tahrijul Hadits
Hadits ini bersumber dari Shohih Bukhari Kitab Ilmu Bab Penulisan ilmu
No. Hadist: 110, juga ditemukan pada Sunan Tirmidzi Kitab Ilmu Bab yang

21
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,cet-keempat 2006),
h. 104-106
22
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
h. 98-99
dirukhsahkan menulis ilmu No. Hadist 2592, Sunan Ad Darimi Kitab
Mukaddimah bab memberi rukhsah dokumentasi kekayaan ilmu No. Hadist 483.

Kritik Sanad dan Matan


Hadits di atas bersandar pada Ali bin 'Abdullah bin Ja'far bin Najih,
kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, Kuniyah Abu Al Hasan, hidup di Bashrah,
wafat pada 234 H. Ibnu Hibban menggolongkannya dalam atstsiqat, An Nasa'i
tsiqah ma'mun imam, Ibnu Hajar tsiqah tsabat imam. Sufyan bin 'Uyainah bin Abi
'Imran Maimun, kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu
Muhammad, hidup di Kufah, wafat pada 198 H. Ibnu Hibban Hafidz Mutqin, Al
'Ajli Tsiqah tsabat dalam hadits, Adz Dzahabi Ahadul A'lam. Amru bin Dinar Al
Atsram, kalangan Tabi'in kalangan biasa, kuniyah Abu Muhammad, hidup di
Marur Rawdz, wafat 126 H. Abu Hatim, Abu Zur'ah, dan As Saaji Tsiqah, Ibnu
Hibban menyebutnya dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah Tsabat,
Adz Dzahabi Imam. Wahab bin Munabbih bin Kamil, Kalangan Tabi'in kalangan
pertengahan, kuniyah Abu 'Abdullah, hidup di Yaman, wafat 110 H. Al 'Ajli, Abu
Zur'ah, An Nasa'i, dan Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan
dalam 'ats tsiqaat, Adz Dzahabi Shaduuq. Hammam bin Munabbih bin Kamil bin
Syaikh, Kalangan : Tabi'in kalangan tua, Kuniyah : Abu 'Uqbah, Negeri semasa
hidup : Yaman, Wafat : 132 H. Yahya bin Ma'in, Al 'Ajli, Ibnu Hajar al 'Asqalani
Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Adz Dzahabi Shaduuq. Abdur
Rahman bin Shakhr, Kalangan Shahabat, Kuniyah : Abu Hurairah, Negeri semasa
hidup : Madinah, Wafat : 57 H. Shahabat. Matan hadits tidak ditemukan
kejanggalan, dan pada Alquran ditemukan perintah menulis QS. Al-Luqman: 27.
‫م َو ٱۡل َبۡح ُر َيُم ُّد ۥُه ِم ۢن َبۡع ِدِهۦ َس ۡب َع ُة َأۡب ُح ٖر َّم ا َنِف َد ۡت‬ٞ ‫َو َلۡو َأَّنَم ا ِفي ٱَأۡلۡر ِض ِم ن َش َجَرٍة َأۡق َٰل‬
٢٧ ‫م‬ٞ‫َك ِلَٰم ُت ٱِۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل َع ِز يٌز َحِكي‬
Terjemahan: ,”Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan
laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Pembahasan
Menulis merupakan upaya dokumentasi, selain berfungsi sebagai
dokumentasi dewasa ini menulis merupakan upaya untuk mempengaruhi opini
massa. Terlebih bagi seorang ilmuan, menulis harus dijadikan sebagai suatu
keharusan yang tidak boleh tidak. Jauh hari di masa Rasulullah SAW, budaya
menulis sudah dilakukan sahabat. Islam pernah mengalami keemasan peradaban
dengan banyaknya ilmuan yang menulis dengan perpustakaan yang besar dengan
koleksi buku yang banyak.

Dalam Alquran menulis terdapat dengan kata-kata, kataba, kalaam,


midaad. Pentingnya menulis, Allah SWT telah mengisyaratkan dalam surat yang
pertama turun yakni Al-Alaq,

٤ ِ‫ٱَّلِذ ي َع َّلَم ِبٱۡل َقَلم‬


Terjemahan: ,”Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam”. QS.
Al-Alaq:4

Berikut hadits tentang pentingnya menulis:

‫َأْخ َبَرَنا َأُبو َعاِص ٍم َأْخ َبَريِن اْبُن ُج َرْيٍج َعْن َعْبِد اْلَم ِلِك ْبِن َعْبِد الَّلِه ْبِن َأيِب ُس ْف َياَن‬

‫ْل‬‫ا َّطاِب ُقوُل ِّيُد وا اْلِع‬ ‫ِّم ِرو ِن َأيِب ْف اَن َأَّن ِمَس‬
‫َم‬ ‫َق‬ ‫َي‬ ‫َخْل‬ ‫ْب‬
‫َمَر َن‬‫ُع‬ ‫َع‬ ‫ُس َي ُه‬ ‫َعْن َع ْه َعْم ْب‬
‫ِباْلِكَتاِب‬

Terjemahan: ,”Telah mengabarkan kepada kami Abu 'Ashim ia berkata:


telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij dari Abdul Malik bin Abdullah bin
Abu Sufyan dari pamannya - 'Amr bin Abu Sufyan -, ia pernah mendengar Umar
bin Al Khatthab berkata: "Ikatlah ilmu dengan tulisan".

Hadits di atas bersumber dari Sunan Ad Darimi kitab Mukaddimah, bab


memberi rukhsah dokumentasi kekayaan ilmu No. Hadist : 497. Yahya bin Ma'in
dan Al 'Ajli Tsiqah, Ibnu Hajar al 'Asqalani tsiqah tsabat, Adz Dzahabi
menyebutnya Alhafidz

Ayat dan hadits di atas menunjukan pentingnya kemampuan menulis,


bahkan Umar bin Khatab mengungkapkan ikatlah ilmu dengan tulisan, ilmu jika
hanya bergantung kepada kemampuan tutur, hilang penuturnya, maka akan hilang
pula informasinya, akan tetapi jika ditulis akan terdokumentasi dengan baik.
Contoh pesan yang disampaikan Al-Ghazali, Hamka, masih bisa dibaca, dipahami
melalui karya-karya, akan sangat berbeda sekali dengan apa yang dilakukan KH.
Zainuddin MZ, yang dikenal dengan julukan da’i sejuta umat tersebut, hanya
generasi yang kelahiran 80-an ke bawah yang mengenal dan dapat mendengarkan
nilai-nilai moral spritual yang disampaikan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa peradaban Islam telah


membuktikan bahwa Alquran, dan kitab hadits hari ini yang dibaca dan dipelajari
karena kemampuan upaya penulisan. Untuk itu hadits di atas menunjukan bahwa
peserta didik dengan kemampuan menulis akan sangat lebih baik. Kemampuan
menulis ini, digolongkan ke dalam kecerdasan verbal linguistik dalam teorinya
howard gardner.

c. Perbedaan Emosional

‫ِد‬ ‫ِل‬ ‫ٍد‬ ‫ِع‬


‫َح َّد َثَنا ْم َراُن ْبُن ُموَس ى اْلَق َّزاُز اْلَبْص ِرُّي َح َّد َثَنا َّمَحاُد ْبُن َزْي َح َّد َثَنا َع ُّي ْبُن َزْي‬
‫ْبِن ُج ْد َعاَن اْلُقَرِش ُّي َعْن َأيِب َنْض َرَة َعْن َأيِب َس ِعيٍد اُخْلْد ِرِّي َقاَل‬
‫َص َّلى ِبَنا َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َيْوًم ا َص اَل َة اْلَعْص ِر ِبَنَه اٍر َّمُث َقاَم َخ ِط يًبا‬
‫ِف ِس‬ ‫ِبِه ِف‬ ‫ِة ِإ‬ ‫ِإ ِق ِم‬
‫َفَلْم َيَدْع َش ْيًئا َيُك وُن ىَل َيا الَّس اَع اَّل َأْخ َبَرَنا َح َظُه َمْن َح َظُه َو َن َيُه َمْن‬
‫ِظ‬ ‫ِل ِف‬ ‫ِض ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِف‬ ‫ِس‬
‫َن َيُه َوَك اَن يَم ا َقاَل َّن الُّد ْنَيا ُح ْلَوٌة َخ َرٌة َو َّن الَّلَه ُمْس َتْخ ُف ُك ْم يَه ا َفَنا ٌر‬
‫َك ْيَف َتْع َم ُلوَن َأاَل َفاَّتُق وا الُّد ْنَيا َواَّتُق وا الِّنَس اَء َوَك اَن ِفيَم ا َقاَل َأاَل اَل ْمَيَنَعَّن َرُج اًل‬
‫َهْيَبُة الَّناِس َأْن َيُقوَل َحِبٍّق ِإَذا َعِلَم ُه َقاَل َفَبَك ى َأُبو َس ِعيٍد َفَق اَل َقْد َوالَّلِه َرَأْيَنا‬
‫َأْش َيا َفِه ْبَنا َفَك اَن ِفي ا َقاَل َأاَل ِإَّنُه ُيْنَص ِلُك ِّل َغاِدٍر ِل اٌء َيْو َم اْلِق َياَم ِة ِبَقْد ِر‬
‫َو‬ ‫ُب‬ ‫َم‬ ‫َء‬
‫َغْد َرِتِه َواَل َغْد َرَة َأْع َظُم ِم ْن َغْد َرِة ِإَم اِم َعاَّم ٍة ُيْرَك ُز ِلَواُؤُه ِعْنَد اْس ِتِه َفَك اَن ِفيَم ا‬
‫َح ِف ْظَنا َيْوَم ِئٍذ َأاَل ِإَّن َبيِن آَدَم ُخ ِلُق وا َعَلى َطَبَق اٍت َش ىَّت َفِم ْنُه ْم َمْن ُيوَلُد ُمْؤ ِم ًنا‬
‫ِف ِم‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِم ِم‬ ‫ِم‬
‫َوْحَيَيا ُمْؤ ًنا َوُمَيوُت ُمْؤ ًنا َو ْنُه ْم َمْن ُيوَلُد َك ا ًرا َوْحَيَيا َك ا ًرا َوُمَيوُت َك ا ًرا َو ْنُه ْم‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِف ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬
‫َمْن ُيوَلُد ُمْؤ ًنا َوْحَيَيا ُمْؤ ًنا َوُمَيوُت َك ا ًرا َو ْنُه ْم َمْن ُيوَلُد َك ا ًرا َوْحَيَيا َك ا ًرا َوُمَيوُت‬
‫ِء ِم‬ ‫ِط‬ ‫ِإ ِم‬ ‫ِم‬
‫ُمْؤ ًنا َأاَل َو َّن ْنُه ْم اْلَب يَء اْلَغَض ِب َس ِريَع اْلَف ْي َو ْنُه ْم َس ِريُع اْلَغَض ِب َس ِريُع‬
‫ي‬ ‫ِط‬ ‫َأ‬
‫اَل‬ ‫ِري اْل ِب ِط ي اْلَف ِء‬ ‫اْلَف ِء َفِتْلَك ِبِتْلَك َأاَل ِإَّن ِم‬
‫َو ُر ْم َب ُء‬ ‫ُه‬ ‫ْي‬ ‫َخ‬ ‫َب َء ْي‬ ‫َض‬‫َغ‬ ‫َو ُه ْم َس َع‬ ‫ْن‬ ‫ْي‬
‫ِء ِإ ِم‬ ‫ِب ِط‬ ‫ِء‬ ‫ِب‬
‫اْلَغَض َس ِريُع اْلَف ْي َأاَل َو َش ُّرُه ْم َس ِريُع اْلَغَض َب يُء اْلَف ْي َأاَل َو َّن ْنُه ْم‬
‫ِب ِم‬ ‫ِء‬ ‫ِب ِم‬ ‫ِء‬
‫َح َسَن اْلَق َض ا َح َسَن الَّطَل َو ْنُه ْم َس ِّيُئ اْلَق َض ا َح َسُن الَّطَل َو ْنُه ْم َح َسُن‬
‫اْلَق َض اِء َس ِّيُئ الَّطَلِب َفِتْلَك ِبِتْلَك َأاَل َو ِإَّن ِم ْنُه ْم الَّس ِّيَئ اْلَق َض اِء الَّس ِّيَئ الَّطَلِب َأاَل‬
‫َوَخ ْيُرُه ْم اَحْلَسُن اْلَق َض اِء اَحْلَسُن الَّطَلِب َأاَل َو َش ُّرُه ْم َس ِّيُئ اْلَق َض اِء َس ِّيُئ الَّطَلِب َأاَل‬
‫ْمَج ٌة يِف ْلِب ا ِن آ َأ ا َأ ُت ِإىَل ْمُح ِة ِه اْنِتَف اِخ َأ اِج ِه‬ ‫ِإ‬
‫ْو َد‬ ‫َر َعْيَنْي َو‬ ‫َو َّن اْلَغَض َب َر َق ْب َدَم َم َر ْي ْم‬
‫َفَم ْن َأَح َّس ِبَش ٍء ِم ْن َذِلَك َفْلَيْلَص ْق ِباَأْلْر ِض َقاَل َوَجَعْلَنا َنْلَتِف ُت ِإىَل الَّش ْم ِس‬
‫ْي‬
‫ِم‬ ‫ِإ‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِق ِم‬
‫َه ْل َب َي ْنَه ا َش ْي ٌء َفَق اَل َرُس وُل الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َأاَل َّنُه ْمَل َيْبَق ْن‬
‫ِم‬ ‫ِف‬ ‫ِق ِم ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِف‬
‫الُّد ْنَيا يَم ا َم َض ى ْنَه ا ِإاَّل َك َم ا َب َي ْن َيْو ُك ْم َه َذ ا يَم ا َم َض ى ْنُه‬
‫َواْلُم ِغَريِة ْبِن‬ ‫َأيِب ِد‬ ‫ِع‬
‫َب‬ ‫َط‬ ‫ْخ‬ ‫َأ‬ ‫ِن‬‫ْب‬ ‫َقاَل َأُبو يَس ى َويِف اْلَباب َعْن ُح َذ ْيَفَة َوَأيِب َمْرَمَي َو َزْي‬
‫َأْن َتُقوَم‬ ‫ُش ْع َبَة َو َذَك ُروا َأَّن الَّنَّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َح َّد َثُه ْم َمِبا ُه َو َك اِئٌن ِإىَل‬
‫ِح‬ ‫ِد‬
‫الَّس اَعُة َوَه َذ ا َح يٌث َح َس ٌن َص يٌح‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami 'Imran bin Musa Al
Qazzaz Al Bashri telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid telah
menceritakan kepada kami 'Ali bin Zaid bin Jud'an Al Qurasy dari Abu Nadlrah
dari Abu Sa'id Al Khudri berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam shalat
ashar bersama kami pada suatu hari setelah itu beliau berkhotbah, beliau tidak
meninggalkan apa pun yang ada dihadapan hari kiamat melainkan beliau pasti
memberitahukannya kepada kami, siapa yang hafal musti hafal dan siapa yang
lupa pasti melupakannya. Diantara yang beliau sampaikan: " dunia manis dan
hijau dan Allah akan menjadikan kalian sebagai pemimpinnya lalu Ia akan
memperhatikan apa yang kalian lakukan, ingat, takutlah pada dunia, takutlah pada
wanita." Diantara yang beliau sampaikan: "Ingat, jangan sampai rasa segan pada
manusia menghalangi seseorang untuk menyampaikan kebenaran bila ia
mengetahuinya." Abu Sa'id menangis lalu berkata: Demi Allah, kami telah melihat
berbagai hal lalu kami takut dan diantara yang beliau sampaikan: "Ingat, untuk
setiap pengkhianat akan ditegakkan bendera baginya pada hari kiamat berdasarkan
tingkat pengkhianatannya dan tidak ada pengkhianatan yang lebih besar dari
pengkhianatan pemimpin rakyat, benderanya dipusatkan didekat pantatnya."
Diantara yang kami hafal saat itu: "Ingat, anak cucu Adam diciptakan diatas
beberapa tingkatan yang banyak, diantara mereka ada yang dilahirkan dalam
keadaan mu`min dan mati dalam keadaan mu`min, diantara mereka ada yang
terlahir kafir, hidup sebagai orang kafir dan mati dalam keadaan kafir, diantara
mereka ada yang terlahir mu`min, hidup sebagai mu`min dan mati dalam keadaan
kafir, diantara mereka ada yang terlahir kafir, hidup sebagai orang kafir tapi mati
dalam keadaan beriman, ingat, diantara mereka ada yang lamban marah dan
cepat sadar, ada juga yang cepat marah dan cepat sadar, maka itu sebagai ganti
yang itu, ingat, diantara mereka ada yang cepat marah dan lamban sadar,
ingat, yang terbaik dari mereka adalah yang lamban marah tapi cepat sadar,
ingat yang terburuk dari mereka adalah yang cepat marah dan lamban sadar,
ingat, diantara mereka ada yang menunaikan (hutang) dengan baik dan menagih
dengan baik, diantara mereka ada yang menunaikan (hutang) dengan buruk dan
menagih dengan buruk, ingat dan yang terbaik dari mereka adalah yang
menunaikan (hutang) dengan baik dan menagih dengan baik, ingat, dan yang
paling buruk dari mereka adalah yang menunaikan (hutang) dengan buruk dan
menagih (hutang) dengan buruk, ingat, marah itu bara api di hati manusia, apa
kalian tidak melihat merahnya mata orang marah dan uratnya membengkak.
Barangsiapa yang merasakan sesuatu darinya, hendaklah menempel tanah."
Berkata Ibnu Mas'ud: Kami lalu melihat matahari, apakah masih ada yang tersisa
lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Ingatlah, tidaklah tersisa
dari dunia dari waktu yang telah berlalu kecuali seperti sisa hari kalian yang masih
ada ini dari hari yang telah berlalu." Berkata Abu Isa: dalam hal ini ada hadits
serupa dari Hudzaifah, Abu Maryam, Abu Zaid bin Akhthab dan Al Mughirah bin
Syu'bah, mereka menyebutkan bahwa nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam
menceritakan apa yang akan terjadi hingga hari kiamat terjadi kepada mereka.
hadits ini hasan shahih.

Tahrijul Hadits

Hadits di atas bersumber Sunan Tirmidzi Kitab fitnah bab Berita nabi
Shallallahu'alaihiwasallam kepada sahabatnya No. Hadist 2117. Hadits yang
sama juga dapat dilihat pada Shohih Muslim kitab Dzikir, doa, taubat dan istighfar
bab Kebanyakan penduduk surga adalah orang-orang miskin No. Hadits 4925.
Hadits lainnya juga dapat dilihat Musnad Ahmad Kitab Sisa Musnad sahabat yang
banyak meriwayatkan hadits bab Musnad Abu Sa'id Al Khudri Radliyallahu ta'ala
'anhu No. Hadist 10716.

Kritik Sanad dan Matan

Hadits di atas bersandar pada Imran bin Musa bin Hibban, Kalangan
Tabi'ul Atba' kalangan tua, kuniyah Abu 'Amru, hidup di Bashrah. Abu Hatim dan
Ibnu Hajar al 'Asqalani, An Nasa'i dan Adz Dzahabi menyebutnya Tsiqah, Ibnu
Hibban menyebutnya dalam 'ats tsiqaat. Hammad bin Zaid bin Dirham, kalangan
Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan kuniyah Abu Isma'il, hidup di Bashrah wafat
179 H. Ahmad bin Hambal menyebutkannya seorang Imam Kaum Muslimin, Ibnu
Hibban menyebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah tsabat
Faqih. Ali bin Zaid bin 'Abdullah bin Jud'an, kalangan Tabi'in kalangan biasa,
Kuniyah Abu Al Hasan, hidup di Bashrah, Wafat pada 131 H. Ahmad bin Hambal,
Al 'Ajli dan Abu Zur'ah laisa bi qowi, Yahya bin Ma'in, An Nasa'i dan Ibnu Hajar
dla'if. Al Mundzir bin Malik bin Qath'ah, Kalangan Tabi'in kalangan pertengahan
kuniyah Abu Nadlrah, hidup di Bashrah, wafat pada 108 H. Abu Zur'ah, An
Nasa'i, Yahya bin Ma'in, Ahmad bin Hambal dan Ibnu Hajar Tsiqah, Al 'Uqaili dan
Ibnu Syahin disebutkan dalam Adl Dluafa' dan Adz Dzahabi tsiqah terkadang
lalai. Sa'ad bin Malik bin Sinan bin 'Ubaid, kalangan Shahabat, kuniyah Abu
Sa'id, hidup di Madinah, wafat pada 74 H, Ibnu Hajar al 'Asqalani menyebutnya
dari Shahabat. Matan hadits tidak ditemukan kejanggalan.

Pembahasan

Potongan hadits di atas yang menjadi kajian penulis adalah ,”diantara


mereka ada yang lamban marah dan cepat sadar, ada juga yang cepat marah dan
cepat sadar, maka itu sebagai ganti yang itu, ingat, diantara mereka ada yang cepat
marah dan lamban sadar, ingat, yang terbaik dari mereka adalah yang lamban
marah tapi cepat sadar, ingat yang terburuk dari mereka adalah yang cepat marah
dan lamban sadar”.

Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus memahami


hakikat peserta didik sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam
memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses
pendidikan.23 Termasuk memahami perbedaan emosionalnya. Tokoh tipologi
peserta didik adalah Henry Alexander Murray, beliau membaginya menjadi 5
bagian yakni: Autonomy, melakukan secara mandiri tidak senang disuruh-suruh,
Affiliation, bersama anak yang lain dengan solidaritas tinggi, Succurance, manja,
cenderung dengan orang lain, nurturance sikap pemurah, senang meminjami,
senang berbagi, Aggression, agresif, mudah tersinggung dan marah, jika diganggu
menyerang dengan berlebihan., Dominance, ingin menguasai atau mengatur
teman, ingin tampil menonjol, ingin menjadi ketua kelas, achievement, tipe
kepribadian peserta didik yang ditandai dengan semangat kerja yang tinggi untuk
berprestasi, ingin bisa melakukan suatu karya, tugas-tugas di sekolah dikerjakan
sungguh-sungguh dan cenderung tidak mau dibantu.

23
Abdul mujib, h. 104
4. Etika Peserta Didik

a. Sikap duduk di majlis

‫َطْلَح َة َأَّن َأَبا‬ ‫َح َّد َثَنا ِإَمْساِعيُل َقاَل َح َّد َثيِن َم اِلٌك َعْن ِإْسَح اَق ْبِن َعْبِد الَّلِه ْبِن َأيِب‬
‫ِه‬
‫الَّل َص َّلى الَّلُه‬ ‫ُمَّرَة َمْوىَل َعِق يِل ْبِن َأيِب َطاِلٍب َأْخ َبَرُه َعْن َأيِب َواِقٍد الَّلْيِثِّي َأَّن َرُس وَل‬
‫ْق‬‫َأ‬‫َف‬ ‫ٍر‬ ‫َف‬ ‫ُة‬‫َث‬ ‫َث‬
‫اَل‬ ‫ْق‬‫َأ‬ ‫ْذ‬‫َعَلْيِه َّل ْيَن ا ُه اِل يِف اْل ِج ِد الَّنا َعُه ِإ‬
‫َن َبَل‬ ‫َبَل‬ ‫َو َس َم َب َم َو َج ٌس َمْس َو ُس َم‬
‫اِح ٌد َقاَل َف ا َعَلى وِل‬ ‫ِه‬ ‫ِل ِه‬ ‫ِن ِإ‬
‫َرُس‬ ‫َفَوَق‬ ‫اْثَنا ىَل َرُس و الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َو َذَه َب َو‬
‫الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َفَأَّم ا َأَح ُد َمُها َفَرَأى ُفْرَج ًة يِف اَحْلْلَق ِة َفَج َلَس ِفيَه ا َوَأَّما‬
‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِل‬
‫اآْل َخ ُر َفَج َلَس َخ ْلَف ُه ْم َوَأَّم ا الَّثا ُث َفَأْد َبَر َذا ًبا َفَلَّم ا َفَرَغ َرُس وُل الَّل َص َّلى الَّلُه‬
‫ِه‬ ‫ِة‬ ‫ِه‬
‫َعَلْي َو َس َّلَم َقاَل َأاَل ُأْخ ُرِبُك ْم َعْن الَّنَف ِر الَّثاَل َث َأَّما َأَح ُد ُه ْم َفَأَوى ِإىَل الَّل َفآَواُه الَّلُه‬
‫ِم‬
‫َوَأَّما اآْل َخ ُر َفاْس َتْح َيا َفاْس َتْح َيا الَّلُه ْنُه َوَأَّما اآْل َخ ُر َفَأْع َرَض َفَأْع َرَض الَّلُه َعْنُه‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah
menceritakan kepadaku Malik dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah bahwa
Abu Murrah -mantan budak Uqail bin Abu Thalib-, mengabarkan kepadanya dari
Abu Waqid Al Laitsi, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sedang
duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua
orang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang seorang lagi pergi,
yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dimana
satu diantaranya nampak berbahagia bermajelis bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga
berbalik pergi, Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai bermajelis,
Beliau bersabda: "Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi?" Adapun
seorang diantara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah
lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu
kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling
darinya".

Tahrijul Hadits
Hadits di atas bersumber dari Shohih Bukhari kitab Ilmu bab Siapa yang
duduk di belakang dalam suatu majelis No. Hadist 64 juga ditemukan pada Kitab
Shalat bab membuat halaqah (majelis) dan duduk-duduk di masjid No. Hadist
454. Sumber lain Muwatho’ Malik kitab lain-lain bab hal-hal yang perlu
dimengerti tentang salam No. hadist 1515. Sumber lain Shohih Muslim kitab
salam bab barangsiapa datang dalam suatu majlis kemudian mendapati tempat
kosong No. hadist 4042. Sunan Tirmidzi, kitab meminta izin dan adab bab
duduklah di tempat kosong No. hadist 2648.

Kritik Sanad dan Matan

Hadits ini disandarkan kepada Isma'il bin 'Abdullah bin 'Abdullah bin
Uwais. Kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua kuniyah Abu Abdullah, hidup di
Madinah, Nasa'i Dla'if, Ad Daulabi menyebutkan dalam Ad Dlu'afa', Al 'Uqaili
menyebutkan dalam Ad Dlu'afa', Ad Daruquthni tidak menyebutkan dalam
shahihnya, Abu Hatim Tsiqah, Ibnu Abu Uwais Sering memalsukan hadits, Ibnu
Hajar Al 'Asqalani Shaduq namun banyak kesalahan dalam hafalan. Malik bin
Anas bin Malik bin Abi 'Amir, Kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, kuniyah
Abu 'Abdullah, hidup di Madinah, wafat 179 H. Yahya bin Ma'in Tsiqah,
Muhammad bin Sa'd tsiqah ma`mun. Ishaq bin 'Abdullah bin Abi Thalhah Zaid
bin Sahal, kalangan Tabi'in kalangan biasa, kuniyah Abu Yahya, hidup di
Madinah, Wafat pada 132 H. Yahya bin Ma'in, Abu Zur'ah, Abu Hatim, An Nasa'i
menyebutkan Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar al
'Asqalani tsiqah hujjah. "Yazid, maula 'Aqil" kalangan Tabi'in kalangan
pertengahan, kuniyah Abu Murrah, hidup di Madinah. Al 'Ajli dan Adz Dzahabi
menyebutnya Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat. Auf bin Al Harits,
Kalangan Shahabat, Kuniyah Abu Waqid, Negeri semasa hidup Madinah, Wafat
68 H, Shahabat. Auf bin Al Harits, Kalangan Shahabat, Kuniyah Abu Waqid,
hidup di Madinah, Wafat pada 68 H, Sahabat.

Pemahaman terhadap teks hadits melalui pendekatan Bahasa


Ibnu hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa ‫( َثاَل َثُة َنَفر‬Tiga orang). Nafar
adalah kelompok yang terdiri dari 3, sampai 10 orang. Sedangkan makna dari
"tsalat.su nafar" adalah tiga orang yang merupakan satu kelompok. . ‫َفَأْقَب َل اْثَن اِن‬
(Dua orang diantaranya masuk) diletakkan setelah kalimat . ‫'َأْقَب َل َثاَل َث ُة َنَف ر‬
menunjukkan bahwa mereka bertiga pada awalnya baru datang dan kemudian
masuk ke dalam masjid, ketiga orang tersebut masuk ke dalam masjid. Akan tetapi
setelah mereka melihat majelis Nabi, kedua orang dari mereka terus masuk ke
dalam masjid sedangkan salah seorang dari mereka keluar. Hadits ini
mengandung anjuran untuk beretika dalam majelis ilmu dan mengisi tempat yang
kosong dalam majelis tersebut, sebagaimana anjuran untuk mengisi (barisan) yang
kosong dalam shalat yang telah diterangkan dalam hadits lain. Dalam hal ini,
seseorang diperbolehkan untuk lewat di depan orang lain selama tidak
mengganggunya. Akan tetapi jika ia khawatir akan mengganggunya, maka
dianjurkan untuk duduk paling belakang seperti yang dilakukan oleh orang kedua
dalam hadits ini. Hadits ini juga mengandung pujian bagi orang yang rela
berdesakan untuk mencari kebaikan atau pahala. (Orang yang kedua merasa malu-
malu). Maksudnya, ia tidak mau berdesak-desakan seperti yang dilakukan oleh
orang pertama, atau Allah murka kepada orang yang meninggalkan majelis.24

Perumusan Hadits dalam Konsep Pendidikan (Hadits Tarbawi)


Hadits di atas membahas tentang sikap antusias seseorang untuk
menghadiri majelis-majelis ilmu, dengan melihat cara para penuntut ilmu mencari
posisi duduk. Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW menceritakan bahwa
seseorang dengan kesungguhannya mencari ilmu, akan mengambil posisi kosong
dalam majelis ilmu tersebut, yang malu-malu duduk di belakang dan bahkan ada
yang mengabaikan majelis ilmu. Rasulullah menjelaskan masing-masing orang
tersebut akan menerima balasan atas apa yang telah dilakukannya.
Posisi duduk memberi makna kesungguhan para penuntut ilmu, bagi yang
duduk di depan tentu kesempatan dekat dengan guru atau ulama, sehingga
24
Ibnu Hajar Al Asqalani…h. 2 9 5
kesempatan untuk bertanya menjadi lebih besar dan dapat dipastikan tidak
terhalang apapun, jika duduk di belakang, kemungkinan akan banyak ditemukan
halangan/gangguan, misal penjelasan yang tidak jelas karena terlalu jauh, atau
tidak memperoleh (terhalang) eye contack dengan guru sehingga tidak dirasakan
kedalaman penjelasan, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh orang yang duduk di
depan berkemungkinan dapat membuyarkan kosentrasi penuntut ilmu.
Ada beberapa tata cara dalam menghadiri majelis ilmu sebagai berikut;
menghormati guru, saling melapangkan tempat duduk, mengucap salam baik
memasuki maupun saat meninggalkan majelis, mencari tempat duduk yang
kosong, tidak menduduki posisi duduk yang baru saja ditinggalkan orang, berdoa
sebelum meninggalkan majelis.
Dalam konteks pendidikan formal, seorang guru hendaknya tidak
membenarkan peserta didik untuk membakukan posisi duduk untuk selama 1
semester seperti yang berlaku saat ini, sebaiknya guru mampu mengelola kelas
dengan melakukan pengaturan formasi duduk yang sesuai dengan tuntutan materi
dan metode pembelajaran.
Perubahan formasi duduk merupakan salah satu cara termudah dan paling
efektif untuk mengubah fokus kelas, perlu diingat bahwa bangku-bangku di kelas
itu tidak dirancang hanya untuk satu posisi, manfaatkanlah untuk menfasilitasi apa
yang akan dilakukan. Para siswa akan menerima keadaan ini, termasuk mereka
yang menolak perubahan, jelaskanlah mengapa meja dan bangku ditata seperti itu
sehingga para siswa mau menerima perubahan. Penataan meja kursi menentukan
suasana kelas dan membantu sebagai pengingat visual untuk fokus baru pada
siswa dan pada pembelajaran. Ada beberapa formasi duduk seperti berbanjar,
lingkaran, tapal kuda, kelompok , dua barisan saling berhadapan, setengah
lingkaran, yang semuanya disesuaikan dengan tujuan dan metode pembelajaran.
Perubahan formasi duduk dilakukan selain karena pertimbangan materi,
metode, tujuan pembelajaran, pertimbangan lain adalah soal kebutuhan medis dari
sianak, misal bagi anak penderita rabun jauh, anak dengan memiliki gangguan
pendengaran (bukan penderita tuna rungu) maka harus diberi kesempatan duduk
‫‪di depan, begitu juga untuk menghindari juling terutama bagi anak-anak dalam‬‬
‫‪masa pertumbuhan haruslah selalu melakukan perubahan formasi duduk.‬‬

‫‪b. Antusiasme, tidak boleh Sombong, harus bersabar‬‬

‫َح َّد َثَنا َعْبُد الَّلِه ْبُن َحُمَّم ٍد َقاَل َح َّد َثَنا ُس ْف َياُن َقاَل َح َّد َثَنا َعْم ٌرو َقاَل َأْخ َبَريِن َس ِعيُد‬
‫ْبُن ُجَبٍرْي َقاَل ُقْلُت اِل ْبِن َعَّباٍس‬

‫َخ‬ ‫آ‬ ‫ى‬ ‫و‬ ‫ُه‬ ‫ا‬‫َمَّن‬‫ِإَّن ًفا اْل َك اَّيِل ْزُع َأَّن و ى َلْي ُمِبو ى يِن ِإْس اِئي ِإ‬
‫ُر‬ ‫َس‬ ‫ُم‬ ‫َو‬ ‫َنْو َب َي ُم ُم َس َس َس َب َر َل‬
‫ِه‬ ‫ِه‬
‫َفَق اَل َك َذ َب َعُد ُّو الَّل َح َّد َثَنا ُأُّيَب ْبُن َك ْع ٍب َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َقاَم‬
‫َت‬ ‫َل‬ ‫َأ‬ ‫ا‬ ‫َن‬‫َأ‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫َق‬ ‫َل‬ ‫َأ‬ ‫ِس‬ ‫َّنا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ُّي‬‫َأ‬ ‫و ى الَّن ِط ي ا يِف يِن ِإ اِئي َف ِئ‬
‫ُم َب‬ ‫َع‬
‫َف‬ ‫ْع‬ ‫َف‬ ‫ُم‬ ‫ْع‬ ‫ُم َس ُّيِب َخ ًب َب ْس َر َل ُس َل‬
‫الَّلُه َعَلْيِه ِإْذ ْمَل َيُرَّد اْلِعْلَم ِإَلْيِه َفَأْوَح ى الَّلُه ِإَلْيِه َأَّن َعْبًد ا ِم ْن ِعَباِدي َمِبْج َم ِع‬
‫اْلَبْح َرْيِن ُه َو َأْع َلُم ِم ْنَك َقاَل َيا َرِّب َوَك ْيَف ِبِه َفِق يَل َلُه اِمْح ْل ُح وًتا يِف ِم ْك َتٍل َفِإَذا‬
‫َفَقْدَتُه َفُه َو َّمَث َفاْنَطَلَق َواْنَطَلَق ِبَف َتاُه ُيوَش َع ْبِن ُنوٍن َوَمَحاَل ُح وًتا يِف ِم ْك َتٍل َح ىَّت‬
‫َك اَنا ِعْنَد الَّص ْخ َرِة َو َض َعا ُرُءوَسُه َم ا َو َناَم ا َفاْنَس َّل اُحْلوُت ِم ْن اْلِم ْك َتِل‬
‫} َفاَخَّتَذ َس ِبيَلُه يِف اْلَبْح ِر َس َرًبا {‬
‫َوَك اَن ِلُم وَس ى َو َفَتاُه َعَجًبا َفاْنَطَلَق ا َبِق َّيَة َلْيَلِتِه َم ا َو َيْو َمُه َم ا َفَلَّم ا َأْص َبَح َقاَل ُموَس ى‬
‫ِل‬
‫َف َتاُه‬
‫} آِتَنا َغَد اَءَنا َلَقْد َلِق يَنا ِم ْن َس َف ِرَنا َه َذ ا َنَصًبا {‬
‫ِذ ِم ِه‬ ‫ِم‬ ‫ِجَي‬
‫َوْمَل ْد ُموَس ى َم ًّس ا ْن الَّنَص ِب َح ىَّت َج اَوَز اْلَم َك اَن اَّل ي ُأ َر ِب َفَق اَل َلُه َفَتاُه‬
‫} َأَرَأْيَت ِإْذ َأَو ْيَنا ِإىَل الَّصْخ َرِة َفِإيِّن َنِس يُت اُحْلوَت َو َم ا َأْنَس اِنيِه ِإاَّل الَّش ْيَطاُن {‬
‫َقاَل ُموَس ى‬
‫} َذِلَك َم ا ُك َّنا َنْبِغي َفاْرَتَّدا َعَلى آَثاِرَمِها َقَصًص ا {‬
‫ِب ِبِه َّل‬ ‫ِب ٍب‬ ‫ِة ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َفَلَّم ا اْنَتَهَيا ىَل الَّص ْخ َر َذا َرُج ٌل ُمَس ًّج ى َثْو َأْو َقاَل َتَس َّج ى َثْو َفَس َم‬
‫ُموَس ى َفَق اَل اَخْلِض ُر َوَأىَّن ِبَأْرِض َك الَّس اَل ُم َفَق اَل َأَنا ُموَس ى َفَق اَل ُموَس ى َبيِن‬
‫ِإْس َراِئيَل َقاَل َنَعْم َقاَل‬
‫} َه ْل َأَّتِبُعَك َعَلى َأْن ُتَعِّلَم يِن َّمِما ُعِّلْم َت َرَشًد ا {‬
‫َقاَل‬
‫} ِإَّنَك َلْن َتْس َتِط يَع َم ِعَي َص ْبًرا {‬
‫َيا ُموَس ى ِإيِّن َعَلى ِعْلٍم ِم ْن ِعْلِم الَّلِه َعَّلَم ِنيِه اَل َتْع َلُم ُه َأْنَت َوَأْنَت َعَلى ِعْلٍم‬

‫َعَّلَم َك ُه اَل َأْع َلُم ُه‬


‫} َقاَل َس َتِج ُد يِن ِإْن َش اَء الَّلُه َص اِبًرا َواَل َأْع ِص ي َلَك َأْم ًرا {‬
‫ِهِب ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِح‬ ‫ِش ِن‬
‫َفاْنَطَلَق ا ْمَي َيا َعَلى َس ا ِل اْلَبْح ِر َلْيَس ُهَلَم ا َس يَنٌة َفَم َّرْت َم ا َس يَنٌة َفَك َّلُم وُه ْم‬
‫ُف و َق َلى ِف‬ ‫ِب ٍل‬ ‫ِض‬ ‫ِم‬
‫َأْن ْحَي ُلوَمُها َفُعِرَف اَخْل ُر َفَح َم ُلوَمُها َغِرْي َنْو َفَج اَء ُعْص ٌر َفَو َع َع َحْر‬
‫الَّس ِف يَنِة َفَنَق َر َنْق َرًة َأْو َنْق َرَتِنْي يِف اْلَبْح ِر َفَق اَل اَخْلِض ُر َيا ُموَس ى َم ا َنَق َص ِعْلِم ي‬
‫َو ِعْلُم َك ِم ْن ِعْلِم الَّلِه ِإاَّل َك َنْق َرِة َه َذ ا اْلُعْص ُف وِر يِف اْلَبْح ِر َفَعَم َد اَخْلِض ُر ِإىَل َلْوٍح‬
‫ِإ ِف ِتِه‬ ‫ِب ٍل‬ ‫ِف ِة‬ ‫ِم‬
‫ْن َأْلَواِح الَّس يَن َفَنَزَعُه َفَق اَل ُموَس ى َقْو ٌم َمَحُلوَنا َغِرْي َنْو َعَم ْد َت ىَل َس يَن ْم‬
‫َفَخ َرْقَتَه ا ِلُتْغِرَق َأْه َلَه ا‬
{ ‫َقاَل َأْمَل َأُقْل ِإَّنَك َلْن َتْس َتِط يَع َم ِعَي َص ْبًرا َقاَل اَل ُتَؤاِخ ْذ يِن َمِبا َنِس يُت َواَل‬
‫} ُتْرِه ْق يِن ِم ْن َأْم ِري ُعْسًرا‬
‫َفَك اَنْت اُأْلوىَل ِم ْن ُموَس ى ِنْس َياًنا َفاْنَطَلَق ا َفِإَذا ُغاَل ٌم َيْلَعُب َمَع اْلِغْلَم اِن َفَأَخ َذ‬
‫اَخْلِض ُر ِبَرْأِس ِه ِم ْن َأْع اَل ُه َفاْقَتَلَع َرْأَس ُه ِبَيِدِه َفَق اَل ُموَس ى‬
{ ‫} َأَقَتْلَت َنْف ًس ا َزِكَّيًة ِبَغِرْي َنْف ٍس‬
{ ‫} َقاَل َأْمَل َأُقْل َلَك ِإَّنَك َلْن َتْس َتِط يَع َم ِعَي َص ْبًرا‬
‫َقاَل اْبُن ُعَيْيَنَة َوَه َذ ا َأْوَك ُد‬
{ ‫َفاْنَطَلَق ا َح ىَّت ِإَذا َأَتَيا َأْه َل َقْرَيٍة اْس َتْطَعَم ا َأْه َلَه ا َفَأَبْوا َأْن ُيَض ِّيُف وَمُها َفَوَج َد ا ِفيَه ا‬
‫ِج‬
‫} َد اًرا ُيِريُد َأْن َيْنَق َّض َفَأَقاَم ُه‬
‫َقاَل اَخْلِض ُر ِبَيِدِه َفَأَقاَم ُه َفَق اَل َلُه ُموَس ى‬
{ ‫} َلْو ِش ْئَت اَل َخَّتْذ َت َعَلْيِه َأْج ًرا َقاَل َه َذ ا ِفَراُق َبْييِن َو َبْيِنَك‬
‫َقاَل الَّنُّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َيْرَح ُم الَّلُه ُموَس ى َلَوِدْد َنا َلْو َص َبَر َح ىَّت ُيَق َّص‬
‫َعَلْيَنا ِم ْن َأْم ِرَمِها‬

Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad


berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami
'Amru berkata, telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Jubair berkata, aku berkata
kepada Ibnu 'Abbas, "Sesungguhnya Nauf Al Bakali menganggap bahwa Musa
bukanlah Musa Bani Isra'il, tapi Musa yang lain." Ibnu Abbas lalu berkata,
"Musuh Allah itu berdusta, sungguh Ubay bin Ka'b telah menceritakan kepada
kami dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Musa Nabi Allah berdiri di hadapan
Bani Isra'il memberikan khutbah, lalu dia ditanya: "Siapakah orang yang paling
pandai?" Musa menjawab: "Aku." Maka Allah Ta'ala mencelanya karena dia tidak
diberi pengetahuan tentang itu. Lalu Allah Ta'ala memahyukan kepadanya: "Ada
seorang hamba di antara hamba-Ku yang tinggal di pertemuan antara dua lautan
lebih pandai darimu." Lalu Musa berkata, "Wahai Rabb, bagaimana aku bisa
bertemu dengannya?" Maka dikatakan padanya: "Bawalah ikan dalam keranjang,
bila nanti kamu kehilangan ikan itu, maka itulah petunjuknya." Lalu berangkatlah
Musa bersama pelayannya yang bernama Yusya' bin Nun, dan keduanya
membawa ikan dalam keranjang hingga keduanya sampai pada batu besar. Lalu
keduanya meletakkan kepalanya di atas batu dan tidur. Kemudian keluarlah ikan
itu dari keranjang (lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu) ' (Qs.
Al Kahfi: 61). Kejadian ini mengherankan Musa dan muridnya, maka keduanya
melanjutkan sisa malam dan hari perjalannannya. Hingga pada suatu pagi Musa
berkata kepada pelayannya, '(Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita
telah merasa lelah karena perjalanan kita ini) ' (Qs. Al Kahfi: 62). Musa tidak
merasakan kelelahan kecuali setelah sampai pada tempat yang dituju sebagaimana
diperintahkan. Maka muridnya berkata kepadanya: '(Tahukah kamu ketika kita
mencari tempat berlindung di batu tadi? Sesungguhnya aku lupa menceritakan
ikan itu. Dan tidaklah yang melupakan aku ini kecuali setan) ' (Qs. Al Kahfi: 63).
Musa lalu berkata: '(Itulah tempat yang kita cari. Lalu keduanya kembali
mengikuti jejak mereka semula) ' (Qs. Al Kahfi: 64). Ketika keduanya sampai di
batu tersebut, didapatinya ada seorang laki-laki mengenakan pakaian yang lebar,
Musa lantas memberi salam. Khidlir lalu berkata, "Bagaimana cara salam di
tempatmu?" Musa menjawab, "Aku adalah Musa." Khidlir balik bertanya, "Musa
Bani Isra'il?" Musa menjawab, "Benar." Musa kemudian berkata: '(Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?) ' Khidlir menjawab: "Sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama Aku) ' (Qs. Al Kahfi: 66-67).
Khidlir melanjutkan ucapannya, "Wahai Musa, aku memiliki ilmu dari ilmunya
Allah yang Dia mangajarkan kepadaku yang kamu tidak tahu, dan kamu juga
punya ilmu yang diajarkan-Nya yang aku juga tidak tahu." Musa berkata: '(Insya
Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun) ' (Qs. Al Kahfi: 69). Maka keduanya
berjalan kaki di tepi pantai sementara keduanya tidak memiliki perahu, lalu
melintaslah sebuah perahu kapal. Mereka berbicara agar orang-orang yang ada di
perahu itu mau membawa keduanya. Karena Khidlir telah dikenali maka mereka
pun membawa keduanya dengan tanpa bayaran. Kemudian datang burung kecil
hinggap di sisi perahu mematuk-matuk di air laut untuk minum dengan satu atau
dua kali patukan. Khidlir lalu berkata, "Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila
dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah seberapa kecuali seperti patukan burung
ini di air lautan." Kemudian Khidlir sengaja mengambil papan perahu lalu
merusaknya. Musa pun berkata, "Mereka telah membawa kita dengan tanpa
bayaran, tapi kenapa kamu merusaknya untuk menenggelamkan penumpangnya?"
Khidlir berkata: '(Bukankah aku telah berkata, "Sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak akan sabar bersama dengan aku) ' Musa menjawab: '(Janganlah kamu
menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan
sesuatu kesulitan dalam urusanku) ' (Qs. Al Kahfi: 72-73). Kejadian pertama ini
karena Musa terlupa. Kemudian keduanya pergi hingga bertemu dengan anak
kecil yang sedang bermain dengan dua temannya. Khidlir lalu memegang kepala
anak itu, mengangkat dan membantingnya hingga mati. Maka Musa pun bertanya:
'(Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang
lain?) ' (Qs. Al Kahfi: 74). Khidlir menjawab: '(Bukankah sudah kukatakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?) ' (Qs.
Al Kahfi: 75). Ibnu 'Uyainah berkata, "Ini adalah sebuah penegasan. '(Maka
keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri,
mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak
mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu
dinding rumah yang hampir roboh. Maka Khidlir menegakkan dinding itu) ' (Qs.
Al Kahfi: 77). Rasulullah meneruskan ceritanya: "Khidlir melakukannya dengan
tangannya sendiri. Lalu Musa berkata, '(Jikalau kamu mau, niscaya kamu
mengambil upah untuk itu. Khidlir menjawab, "Inilah saat perpisahan antara aku
dan kamu) ' (Qs. Al Kahfi: 77-78). Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Semoga Allah merahmati Musa. Kita sangat berharap sekiranya Musa bisa sabar
sehingga akan banyak cerita yang bisa kita dengar tentang keduanya”.

Tahrijul Hadits

Hadits ini bersumber dari Shohih Bukhari, Kitab Ilmu, bab anjuran untuk
seorang alim, bila ditanya tentang siapakah yang lebih mengetahui, hendaklah
mengembalikan ilmu kepada Allah No. hadist 119. Sumber lain pada Shohih
Bukhari Kitab Hadits-hadits yang meriwayatkan tentang para nabi bab Cerita
Musa dengan Khidlir No. Hadist 3149. Sumber lain Shohih Muslim Kitab
Keutamaan bab Keutamaan Hidlir Alaihissalam No. Hadist 4385. Sumber
Ahmad Kitab Musnad sahabat Anshar bab Hadits Abdullah bin Abbas dari Ubay
bin Ka'b Radliyallahu ta'ala No. Hadist 20197.

Kritik Sanad dan Matan

Hadits ini disandarkan kepada Abdullah bin Muhammad bin 'Abdullah bin
Ja'far bin Al Yaman, Kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, kuniyah : Abu Ja'far,
hidup di Bukhara, wafat : 229 H. Abu Hatim menyebutnya Shaduuq, Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar tsiqoh hafidz, Adz Dzahabi Hafizh.
Sufyan bin 'Uyainah bin Abi 'Imran Maimun, dari kalangan Tabi'ut Tabi'in
kalangan pertengahan, kuniyah Abu Muhammad, hidup di Kufah, wafat 198 H,
Ibnu Hibban menyebutnya Hafidz mutqin, Al 'Ajli Tsiqah tsabat dalam hadits, Adz
Dzahabi Ahadul A'lam/ Tsiqah Tsabat, hafidz Imam. Amru bin Dinar Al Atsram
kalangan Tabi'in kalangan biasa, kuniyah Abu Muhammad, hidup Marur Rawdz,
wafat : 126 H, Abu Hatim, Abu Zur'ah, As Saaji, menyebutnya Tsiqah, Ibnu
Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah Tsabat, Adz
Dzahabi Imam. Sa'id bin Jubair bin Hisyam, kalangan Tabi'in kalangan
pertengahan, kuniyah : Abu Muhammad, hidup di Kufah, wafat 94 H. Ibnu
Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Adz Dzahabi Ahadul A'lam, Yahya bin
Ma'in dan Abu Zur'ah Arrazy menyebutnya Tsiqah, Ibnu Hajar al 'Asqalani
menyebutnya Tsiqah tsabat Faqih. Abdullah bin 'Abbas bin 'Abdul Muthallib bin
Hasyim, Kalangan Shahabat, kuniyah Abu Al 'Abbas, hidup di Marur Rawdz,
wafat 68 H. Ibnu Hajar Al Atsqalani dan Adz Dzahabi menyebutnya Shahabat.
Ubay bin Ka'ab bin Qais dari kalangan Shahabat, kuniyah Abu Al Mundzir,
negeri semasa hidup Madinah, wafat : 32 H. Ibnu Hajar al 'Asqalani menyebutnya
Shahabat. Dari matan hadits tidak ditemukan kejanggalan dan dikisahkan pada
Alquran surat Al Kahfi.

Pemahaman terhadap teks hadits melalui pendekatan Bahasa

Al Asqalani menjelaskan bahwa kata-kata ‫( َفَقاَل َأَنا َأْعَلُم‬Kemudian berkatalah


dia, "Aku adalah orang yang paling tahu"). Kalimat ini merupakan jawaban dari
pertanyaan "Siapa manusia yang paling tahu (pintar)?". Dalam riwayat An-Nasa' i
dari jalur Abdullah bin Ubaid dari Said bin Jubair dengan sanad yang serupa,
"Ketika Musa berdiri memberi khutbah, beliau yakin bahwa tidak ada orang yang
dianugerahi ilmu seperti yang diberikan kepadanya. Allah mengetahui apa yang
ada dalam benaknya, dan Dia berfirman, "Wahai Musa, sesungguhnya ada
diantara hambaku yang aku berikan kepadanya ilmu yang belum aku berikan
kepadamu. ". Kritikan yang datang dari Allah merupakan hal yang terpuji bagi
yang berhak mendapatkannya, dan tidak memiliki arti yang sama dengan yang
biasa dipakai oleh manusia. ‫( ُهَو َأْعَلُم ِم ْن َك‬Dia lebih pintar darimu). Kalimat ini
menjelaskan bahwa Khidhir adalah seorang nabi, bahkan seorang nabi yang
diutus. Karena jika tidak demikian, maka yang terjadi adalah mengutamakan
25
yang utama di atas yang lebih utama, dan hal ini tidak dapat diterima.
Sedangkan Khidhir. walaupun dia seorang nabi namun telah disepakati dia
bukanlah seorang rasul, dan seorang rasul lebih utama daripada seorang nabi yang
bukan rasul Jika kita mengatakan bahwa khidhir adalah seorang rasul namun
risalah Musa lebih besar dan umatnya lebih banyak, maka hal itu lebih baik. Oleh
karena itu. Khidhir tidak lebih dan salah seorang nabi bani israil dimana Musa
adalah yang terbaik diantara mereka (nabi-nabi bani Israil).26 Firman Allah.

‫َقاَل َٰي ُم وَس ٰٓى ِإِّني ٱۡص َطَفۡي ُتَك َع َلى ٱلَّناِس ِبِر َٰس َٰل ِتي َو ِبَك َٰل ِم ي َفُخ ۡذ َم ٓا َء اَتۡي ُت َك‬
١٤٤ ‫َو ُك ن ِّم َن ٱلَّٰش ِكِريَن‬
Terjemahan: ,”Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih
(melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-
Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah
kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-
orang yang bersyukur". QS. Al A’raaf: 144

Perumusan Hadits dalam Konsep Pendidikan (Hadits Tarbawi)


Dari hadits di atas terdapat banyak sekali peristiwa dan kejadian Nabi
Musa AS dan Nabi Khaidlir AS, lakon dalam kisah ini memberi pelajaran yang
cukup banyak berkaitan dalam upaya perolehan ilmu. Ada beberapa hal yang
menjadi perhatian penulis dari kisah tersebut:
dia ditanya: "Siapakah orang yang paling pandai?" Musa menjawab:
"Aku." Maka Allah Ta'ala mencelanya karena dia tidak diberi pengetahuan tentang
itu. Lalu Allah Ta'ala memahyukan kepadanya: "Ada seorang hamba di antara
hamba-Ku yang tinggal di pertemuan antara dua lautan lebih pandai darimu."
Sebagai seorang peserta didik, hendaknya memiliki sikap dan akhlak yang
baik, pelajaran akan sangat mudah terserap ketika peserta didik tidak memiliki

25
Ibnu hajar Al Asqalani …h. 420
26
Ibnu Hajar Al Asqalani…h.423
penyakit hati, seperti ria, ujub, takabur, sombong dan lainnya. Sikap merasa lebih
tahu, sadar atau tidak akan menumbuhkan penolakan terhadap orang lain. Begitu
halnya dalam pembelajaran, sikap merasa lebih tahu akan menganggap pendidik
lebih rendah, sehingga pesan tidak akan dapat tercapai. Allah tidak menyukai
sikap sombong:

٣٦ ‫ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب َم ن َك اَن ُم ۡخ َتااٗل َفُخ وًرا‬


,”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri”. ( QS. An Nisa:36)
Potongan terjemahan hadits di atas,”...hingga pada suatu pagi Musa
berkata kepada pelayannya, '(bawalah kemari makanan kita...)”. Ini menunjukan
bahwa sebagai peserta didik harus membawa bekal makanan dan minuman dan
memenuhi tuntutan nutrisi karena banyak sekali kajian yang menjelaskan bahwa
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang sehat, cerdas
dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Gizi merupakan salah
satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara
perkembangan fisik dan perkembangan mental.27 Hasil riset menunjukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan status hemoglobin dan kebiasaan sarapan pagi
dengan prestasi belajar siswa28. Berkaitan dengan permasalahan gizi, pemerintah
Indonesia mengalami masalah serius dalam hal tersebut, jika diperhatikan laporan
Analisis Lanskap kajian Negara Indonesia dijelaskan bahwa Indonesia meski
memiliki pendapatan nasional bruto telah tumbuh kelipatan lima sejak tahun 80-
an, kemajuan dalam nutrisi telah terbatas pada 37 % anak Indonesia yang masih
menderita stunting, sehingga dibutuhkan kepedulian untuk mempercepat
29
penanganan kasus tersebut. pun demikian, perlu diketahui juga, bagi pelajar
jangan mengkonsumsi makanan yang membuat pelajar itu malas seperti....
27
Pamularsih Arni, Hubungan Status Gizi dengan prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri 2
Selo kecamatan Selo kabupaten Boyolali, tesis (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2009) eprints.ums.ac.id/5923
28
Mohammad annas, Hubungan Kesegaran jasmani, Hemoglobin, Status Gizi, dan makan pagi
terhadap prestasi belajar Siswa, vol.1 no. 2 2011, https:
//journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki/article/view/2034
29
Analisis Lanskap Kajian Negara Indonesia, 2010
,”...Musa lantas memberi salam. Khidlir lalu berkata, "Bagaimana cara
salam di tempatmu?" Musa menjawab, "Aku adalah Musa." Khidlir balik
bertanya, "Musa Bani Isra'il?" Musa menjawab, "Benar." Musa kemudian berkata:
'(Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang
benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?)”. Khidlir menjawab:
"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama Aku) ' Wahai
Musa, aku memiliki ilmu dari ilmunya Allah yang Dia mengajarkan kepadaku
yang kamu tidak tahu, dan kamu juga punya ilmu yang diajarkan-Nya yang aku
juga tidak tahu." Musa berkata: '(Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai
orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun) '
(Qs. Al Kahfi: 69)...”.
Hadits di atas menunjukan bahwa pentingnya melakuan upaya perkenalan
baik perkenalan dalam makna aslinya yakni antara guru dan murid harus saling
tahu, siapa gurunya, atau sebaliknya guru harus mengetahui siapa muridnya,
kelebihannya, keterbatasnnya, seorang guru juga harus mengetahui apa
motivasinya dan mengetahui keseluruhan dari siswanya. Seorang guru mendapatkan
informasi tentang peserta didik selengkap mungkin, Informasi tentang kemampuannya,
minat, bakat, kawan-kawannya dan informasi yang kira-kira berpengaruh pada
perkembangan peserta didik dan mempermudah guru dalam membimbing dan
membina peserta didik tersebut. dalam hadits yang lain disebutkan bahwa nabi begitu
mengenaili umatnya ,”Umatku yang paling menyayangi umatku adalah Abu Bakar, yang
paling tegas dalam perkara (agama) Allah adalah Umar, yang paling besar rasa malunya
adalah Utsman, yang paling mengetahui halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang
paling ahli di bidang Faraid adalah Zaid bin Tsabit, yang paling ahli tilawahnya (bacaan Al-
Qur’annya)adalah Ubay dan masing-masing umat mempunyai Orang kepercayaan, dan
orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Bid tengokan haditsnya.
Orientasi terhadap sekolah juga perlu dilakukan untuk memperoleh
gambaran lembaga pendidikan yang diikuti, misal berkaitan dengan visi misi,
tujuan sekolah, tata tertib sekolah, atau orientasi dalam makna sempit yaitu
orientasi mata pelajaran, istilah tersebut sering disebut kontrak belajar, pada
kontrak belajar biasanya termuat tentang pengenalan materi, tujuan pembelajaran,
dan membangun kesepakatan-kesepakatan seperti tata tertib, proses belajar, waktu
dan lainnya, kontrak belajar ini perlu dilakukan agar antara guru dan peserta didik
memiliki kesepahaman bersama sehingga apa yang menjadi target dari tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
,”Kemudian datang burung kecil hinggap di sisi perahu mematuk-matuk di
air laut untuk minum dengan satu atau dua kali patukan. Khidlir lalu berkata,
"Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah
seberapa kecuali seperti patukan burung ini di air lautan."
Peserta didik harus mengetahui bahwa pendidik juga hamba Allah,
memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga peserta didik selain memperoleh
informasi dari seorang pendidik juga harus belajar dari referensi dan literatur
yang ada. Dalam pendidikan Islam, hendaknya menjadikan Alquran dan hadits
sebagai sumber dan referensi utama, karena Alquran sangat visioner. Begitu juga
sebaliknya sebagai seorang guru nhendaknya memperhatikan kode etik guru,
salah satunya dijelaskan bahwa guru hanya sanggup menjalankan tugas profesi
yang sesuai dengan kemampuannya, ia tidak menunjukan sikap arogansi
profesional. Manakala menghadapi masalah ia sendiri tidak mampu mengatasinya,
ia mengaku dengan jujur bahwa masalah itu di luar kemampuannya, sambil terus
berupaya meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.
Integritas (kejujuran) ilmiah adalah modal utama seorang guru dalam
mengajar. Kejujuran seorang guru dalam mengambil, menjelaskan dan
mengeksplorasi ilmu pengetahuan akan membawanya pada kemantapan, pengaruh
dan kedamaian mental. Berdusta dalam hal apapun sangat berpengaruh terhadap
mentalitas dan aura seseorang yang akan mempengaruhi orang lain. Ilmu adalah
cahaya, dan bila itu berubah menjadi api, maka orang yang menerimanya akan
merasakan panas dan penuh emosi. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa integritas
akan lahir dari mentalitas yang jernih, serta paradiqma berpikir yang lebih
mengedepankan kebenaran fakta daripada manupulasi dan klaim sepihak. Sebagai
figure yang diteladani, integritas ilmiah guru menjadi indicator utama, dan sebagai
agen ilmu, integritas guru tidak bisa ditawar. 30

30
Jamal Ma’mur Asmani…hal. 76
Kemudian Khidlir sengaja mengambil papan perahu lalu merusaknya.
Musa pun berkata, "Mereka telah membawa kita dengan tanpa bayaran, tapi
kenapa kamu merusaknya untuk menenggelamkan penumpangnya?"
Dewasa ini banyak sekali ditemukan metode, pendekatan, teknik
pembelajaran, jauh hari nabi khidlir sudah melakukannya dengan uraian hadits di
atas. Pemanfaatan media misalnya peserta didik akan lebih mudah memahami
dengan memperkuat proses belajar, melalui pemanfaat media sehingga pada
akhirnya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar. Lebih jauh menurut Nana
Sudjana, ada beberapa alasan mengapa media pengajaran dapat mempertinggi
hasil belajar. Alasan pertama adalah manfaat media pengajaran dalam proses
pengajaran dapat menghasilkan metode mengajar yang lebih bervariasi, bahan
pelajaran akan lebih jelas, dapat menarik perhatian siswa/mahasiswa,
menimbulkan motivasi belajar. Alasan kedua adalah berkenaan dengan taraf
berfikir dan kemampuan manusia dalam menyerap materi yang berbeda sesuai
dengan taraf perkembangan masing-masing individu. Melalui media pembelajaran
yang tepat hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan dan hal-hal yang kompleks
dapat disederhanakan, sehingga pemahaman mahasiswa untuk suatu materi dapat
ditingkatkan.
Tidak masuk akal jika 5000 tahun yang lalu tepatnya di Mesopotamia
tempat ditemukannya tekhnologi roda oleh bangsa Sumeria, kalau penguasa
setempat masih memfasilitasi media yang bertentangan dengan perkembangan
tekhnologi. Demikian juga ketika setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun
pada abad ke-2, tidak lucu kalau kertas sudah bisa menggantikan kulit kambing
terutama setelah ditemukannya mesin cetak oleh guttenberg sebagai media tulis
menulis, penguasa setempat masih saja tidak mau memfasilitasi gerakan
pencerdasan warganya dengan media yang sesuai dieranya. Demikian juga
dengan era sekarang ini, era digital para milenials (generasi milinium) yang hadir
di dunia ini pada awal 1980-an. Mereka adalah pemilik sah era ini, penghuni era
ini. Pendidik yang hadir sebelum itu sudah sepantasnya harus menyesuaikan diri,
karena kita adalah sebagai pendatang, sangat tidak masuk akal kalau masih saja
ada guru yang mendiktekan materi pelajarannya pada anak didiknya. Sama saja
perilaku itu menghambat bahkan merampas hak dan kesempatan berkembangnya
anak-anak generasi Millenials.31

...Musa menjawab: '(Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku


dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku) '
(Qs. Al Kahfi: 72-73).
Dari kisah di atas dipahami bahwa peserta didik tidak menginginkan
hukuman dan kesulitan. Perihal hukuman, pendidik atau guru dewasa ini, harus
betul-betul memahami bahwa pendidikan itu harus dilakukan dengan cinta damai,
kelembutan dan kasih sayang, ahmad tafsir menjelaskan bahwa tidak ada ahli
pendidikan yang menghendaki digunakan hukuman dalam pendiidkan kecuali bila
terpaksa. Hadiah atau pujian jauh lebih dipertimbangkan ketimbang hukuman.
Bila keadaan amat memerlukan hukuman, maka hukuman itu harus digunakan
dengan sangat hati-hati. Jangan memberikan hukuman, bila terpaksa berikan
hukuman yang mendidik, tidak menyakiti badan dan jiwa, hukuman itu harus adil,
anak harus mengetahui kenapa ia dihukum, hukuman itu harus menumbuhkan
kesadaran akan kesalahan sianak dan hukuman tidak meninggalkan dendam.32
Dalam perolehan ilmu, peserta didik dengan potensi kelebihan dan
keterbatasannya, hendaknya dapat dikenali guru sehingga anak-anak tidak merasa
kesulitan dalam perolehan ilmu, misal penjelasan yang melebar, penggunaan
bahasa ilmiah yang tidak familiar, dan hendaknya harus disesuaikan dengan
batasan usia. Penugasan yang begitu banyak terkadang sangat menyulitkan peserta
didik, penulis sangat sepakat dengan beberapa sekolah yang sudah menjalankan
gerakan bebas PR. Pentingnya menciptkan suasana sekolah yang aman, nyaman
dan membuat peserta didik betah belajar, yang perlu dibangun antara lain, iklim
komunikasi yang demokratis hangat dan penuh rasa kekluargaan, tetapi
menjauhkan diri dari kolusi dan nepotisme.
,”...Beberapa peristiwa yang dilewati nabi musa bersama khaidir, ketika
nabi khaidlir sengaja mengambil papan perahu lalu merusaknya, hingga bertemu
dengan anak kecil yang sedang bermain dengan dua temannya. Khidlir lalu
31
Forum hal. 164-165
32
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h. 186
memegang kepala anak itu, mengangkat dan membantingnya hingga mati. Sampai
kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu,
tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya
mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh. Maka Khidlir
menegakkan dinding itu) ' Khidlir melakukannya dengan tangannya sendiri. Lalu
Musa berkata, '(Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.
Khidlir menjawab, "Inilah saat perpisahan antara aku dan kamu)
Dari hadits ini dipahami bahwa Nabi Musa as. tidak sabar dalam proses
pembelajaran yang dilaluinya. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam perolehan
ilmu, sabar bermakna bisa dan mampu mengendalikan diri, tidak emosi dan tidak
putus asa. Sabar ialah sebagaimana kata ulama menahan jiwa dari sikap putus asa,
marah dan sedih. Menahan lisan dari berkeluh kesah, menahan jasmani dari
gangguan, menahan jiwa dari amarah, sebab engkau marah, putus asa dan sedih
karena perkara yang Allah turunkan kepadamu. Dan engkau tidak tahu, boleh jadi
perkara itu adalah kebaikan untukmu, yang Allah turunkan dan peruntukan
bagimu dari atas langit ke tujuh33 seperti yang terdapat pada surat An-Nisa’: 19 ,”
maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padah Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.
Ulama dan cendika sepakat bahwa kenikmatan tidak mesti diraih dengan
kenikmatan. Kenikmatan bisa diraih dengan ujian, jerih payah, kesempitan dan
pengorbanan, dengan inilah kenikmatan bisa diraih pada akhirnya. Oleh karena
itu, Allah berfirman berkenaan dengan orang-orang sabar dalam beberapa tempat,
mencapai Sembilan puluh tempat di dalam Al-Qur’an, salah satunya seperti yang
terdapat pada QS. Az. Zumar:10,

١٠ ‫ِإَّنَم ا ُيَو َّفى ٱلَّٰص ِبُروَن َأۡج َر ُهم ِبَغ ۡي ِر ِح َس اٖب‬


Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberi
pahala tanpa batas (Az-Zumar: 10).

33
Tarbiyah Jihadiyah, Abdullah Azzam Asy Syaikh, 2013, solo Jazera, cet.1
Akhir dari kesabaran ialah kemenangan yang besar . bahkan malaikat
bersikap menyambut dan memberi salam kepada mereka, serta mengingatkan
bahwa keteguhan mereka adalah berkat kesabaran mereka.

‫َج َّٰن ُت َع ۡد ٖن َيۡد ُخ ُلوَنَها َو َم ن َص َلَح ِم ۡن َء اَبٓاِئِهۡم َو َأۡز َٰو ِج ِهۡم َو ُذ ِّر َّٰي ِتِهۖۡم َو ٱۡل َم َٰٓلِئَك ُة‬
‫ۡق‬ ‫َٰل‬
‫ َس ٌم َع َلۡي ُك م ِبَم ا َص َبۡر ُتۚۡم َفِنۡع َم ُع َبى ٱلَّد اِر‬٢٣ ‫َيۡد ُخ ُلوَن َع َلۡي ِهم ِّم ن ُك ِّل َباٖب‬
٢٤
,”(yaitu) surga ´Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama
dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak
cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua
pintu (24). (sambil mengucapkan): "Salamun ´alaikum bima shabartum". Maka
alangkah baiknya tempat kesudahan itu”. QS. Ar-ra’d: 23-24)

‫َم ا ِع نَد ُك ۡم َينَفُد َو َم ا ِع نَد ٱِهَّلل َباٖۗق َو َلَنۡج ِزَيَّن ٱَّلِذ يَن َص َبُر ٓو ْا َأۡج َر ُهم ِبَأۡح َس ِن َم ا‬
٩٦ ‫َك اُنوْا َيۡع َم ُلوَن‬
,”Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah
kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. QS.
An-nahl:96

Pelajaran dari hadits ini dilihat dari aspek etika peserta didik, bahwa
sebagai peserta didik dalam perolehan ilmu, tidak dibenarkan untuk berlaku
sombong, merasa lebih pintar, harus tawadhu, dianjurkan membaka bekal dan
sebaiknya sarapan pagi, karena ditubuh yang sehat, akan mendapatkan pikiran
yang sehat, Berdebat dalam masalah ilmu dibolehkan jika tidak menyebabkan
perpecahan, antusiasme, kesabaran, tidak menghendaki kesulitan dan hukuman.

c. Perhatian terhadap ilmu


‫َح َّد َثَنا َعْبُد اْلَعِزيِز ْبُن َعْبِد الَّلِه َقاَل َح َّد َثيِن ُس َلْيَم اُن َعْن َعْم ِرو ْبِن َأيِب‬
‫ي‬‫َة َأَّن َقاَل ِق‬ ‫يِب‬
‫َأ‬ ‫ِّي‬‫َعْم ٍرو َعْن َس ِعيِد ْبِن َأيِب َس ِعيٍد اْل ْق ِرُب‬
‫َل‬ ‫ُه‬ ‫َر‬‫ْي‬‫َر‬ ‫ُه‬ ‫ْن‬ ‫َع‬ ‫َم‬
‫ِه‬ ‫ِق ِة‬ ‫ِت‬ ‫ِه‬
‫َيا َرُس وَل الَّل َمْن َأْسَعُد الَّناِس ِبَش َف اَع َك َيْو َم اْل َياَم َقاَل َرُس وُل الَّل َص َّلى الَّلُه‬
‫َعَلْيِه َو َس َّلَم َلَقْد َظَنْنُت َيا َأَبا ُه َرْيَرَة َأْن اَل َيْس َأُليِن َعْن َه َذ ا اَحْلِد يِث َأَح ٌد َأَّو ُل‬
‫ِق ِة‬ ‫ِب‬ ‫ِد ِث‬ ‫ِم ِح ِص‬ ‫ِم ِل‬
‫ْنَك َم ا َرَأْيُت ْن ْر َك َعَلى اَحْل ي َأْسَعُد الَّناِس َش َف اَعيِت َيْو َم اْل َياَم َمْن‬
‫َقاَل اَل ِإَل ِإاَّل الَّل اِل ا ِم ْلِبِه َأ ْف ِس ِه‬
‫ُه َخ ًص ْن َق ْو َن‬ ‫َه‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin
Abdullah berkata, telah menceritakan kepadaku Sulaiman dari 'Amru bin Abu
'Amru dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: ditanyakan
(kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah siapakah
orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu pada hari kiamat?" Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Aku telah menduga wahai Abu Hurairah,
bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini,
karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang paling
berbahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan
Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya".

Tahrijul Hadits:

Hadits di atas bersumber dari Shohih Bukhari, kitab ilmu, bab antusias
untuk mencari hadits, No. Hadist 97. Sumber lainnya pada Shohih Bukhari,
Kitab hal-hal yang melunakkan hati, Bab sifat surga dan neraka, No. Hadist 6085,
sumber Ahmad, Kitab Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits,
bab Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu No. Hadist : 8503.

Kritik Sanad dan Matan

Hadits di atas disandarkan kepada Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Yahya bin
'Amru bin Uwais, Kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, kuniyah Abu Al Qasim,
hidup di Madinah. Ibnu Hibban menyebutkannya dalam 'ats tsiqaat, Abu Hatim
Shaduuq, Ad Daruquthni Hujjah, Al Khalili, Ibnu Hajar al 'Asqalani, Adz
Dzahabi, Ya'kub bin Syaibah Tsiqah. Sulaiman bin Bilal, Kalangan Tabi'ut Tabi'in
kalangan pertengahan, Kuniyah Abu Muhammad, Negeri semasa hidup
Madinah, Wafat 172 H. Yahya bin Ma'in, Ya'kub Ibnu Syaibah, An-Nasa'i, Ibnu
'Adi Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat.
"Amru bin Abi 'Amru Maisarah, maula Al Muthallib bin Hanthab" Kalangan
Tabi'in kalangan biasa, Kuniyah Abu 'Utsman, Negeri semasa hidup Madinah,
Wafat 144 H. Ahmad bin Hambal Laisa bihi ba's, Yahya bin Ma'in laisa bi qowi,
Abu Zur'ah Tsiqah, Abu Hatim la ba`sa bih, An Nasa'i laisa bi qowi, Ibnu Hibban,
disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Al 'Ajli Tsiqah, Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqoh tapi
mungkin juga wahm, Adz Dzahabi Shaduuq. Sa'id bin Abi Sa'id Kaisan, Kalangan
Tabi'in kalangan pertengahan Kuniyah Abu Sa'ad Negeri semasa hidup Madinah
Wafat 123 H Ibnu Madini, Muhammad bin Sa'd, Al 'Ajli , Abu Zur'ah, An Nasa'i,
Ibnu Kharasy menyebutnya Tsiqah, Abu Hatim Ar Rozy Shaduuq. Abdur Rahman
bin Shakhr Kalangan shahabat kuniyah Abu Hurairah hidup di MadinahWafat 57
H Ibnu Hajar al 'Asqalani Shahabat.

d. Diam/Tenang

‫َح َّد َثَنا َح ْف ُص ْبُن ُعَمَر َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة َعْن َعِلِّي ْبِن ُمْد ِرٍك َعْن َأيِب ُزْرَعَة ْبِن َعْم ِرو‬
‫ْبِن َج ِريٍر َعْن َج ِريٍر َأَّن الَّنَّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّل َقاَل يِف َح َّج ِة اْل َداِع َجِلِريٍر‬
‫َو‬ ‫َم‬
‫اْس َتْنِص ْت الَّناَس َفَق اَل اَل َتْرِج ُعوا َبْع ِدي ُك َّف اًرا َيْض ِرُب َبْع ُضُك ْم ِرَقاَب َبْع ٍض‬

Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin 'Umar Telah


menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Ali bin Mudrik dari Abu Zur'ah bin
'Amru bin Jarir dari Jarir bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada waktu haji
Wada' berkata kepada Jarir agar menyuruh orang-orang diam. Lalu beliau
bersabda: "Janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku, sehingga
sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lainnya."

Tahrijul Hadits
Hadits di atas bersumber dari Bukhari, Kitab Ilmu Bab Diam untuk
mendengar ulama no. Hadits 118, penguat hadits di atas dapat ditemukan pada
sohih Bukhari kitab perperangan bab haji wada no. Hadits 4053, dan terdapat pada
kitab dan bab lainnya lihat no.6360, 6361...dan banyak lainnya. Sumber lain dapat
dilihat pada Sunan Nasa’i, Kitab Kesucian darah, Bab Keharaman pembunuhan,
No. Hadist : 4056. Penguat ada 8 hadits, Sunan Abu Daud Kitab sunnah bab
Dalil bahwa iman bertambah dan berkurang No. Hadist 4066. Sumber Ahmad
Kitab Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits Bab Musnad Abdullah
bin Umar bin Al Khatthab Radliyallahu ta'ala 'anhuma No. Hadist 532 dan
terdapat pada bab lainnya 11 hadits, Sunan Darimi 1 Hadits, dan Sunan Ibnu
Majah terdapat 2 hadits. Shohih Muslim 2 hadits dan Sunan Tirmidzi 2 hadits.

Pembahasan Hadits

Ibnu Hajar Asqalani menjelaskan bahwa hadits ini dalam bab "Haji wada'"
bahwa Nabi telah mengatakan kepada Jarir, tidak mengandung unsur takwil,
bahkan telah menguatkan perkataan Al Baghawi, Maksud (memukul) adalah
janganlah kalian melakukan perbuatan orang-orang kafir, sehingga kalian
menyerupai mereka ketika sebagian mereka membunuh sebagian yang lain, Ibnu
Baththal berkata, "Mendengarkan apa yang dikatakan ulama adalah kewajiban
bagi para murid atau orang yang belajar, karena ulama adalah pewaris para nabi."
Dengan demikian akan nampak korelasi antara tema bab dengan isi hadits, karena
khutbah Nabi di atas pada waktu haji wada' dan manusia yang berkumpul pada
waktu itu sangat banyak untuk melempar jumrah dan melaksanakan amalan haji.
Pada waktu itu Rasulullah berkata kepada mereka, "Ambillah dariku manasik
(amalan ibadah) kamu." Ketika Rasulullah berkhutbah untuk mengajari mereka,
maka beliau menyuruh untuk mendengarkan dengan baik. Sufyan Ats-Tsaun dan
lainnya mengatakan, "Pangkal ilmu adalah mendengarkan, lalu memperhatikan,
menghafal, mengerjakan dan menyebarkannya (mengajarkan)."34

34
Ibnu Hajar Al Asqaani…h. 413-414
Sebagai peserta didik, hendaknya memiliki adab dalam majelis ilmu,
bersikap tenang/diam, tidak gaduh adalah anjuran Rasul SAW, karena situasi
belajar yang tidak kondusif, akan sulit membangun kosentrasi, sehingga pada
gilirannya pembelajaran hanya akan menjadi sia-sia saja. Diam disini jika
dikaitkan dengan konteks pembelajaran hari ini bukan berarti hening atau kaku
berdiam diri, akan tetapi tidak kacau meskipun metode pembelajaran
menggunakan teknik games, debat dan lain-lainnya.

e.Meninggalkan Ilmu

‫ِث‬ ‫ِج‬
‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن ُرْم ِح ْبِن اْلُم َه ا ِر َأْخ َبَرَنا الَّلْيُث َعْن اَحْلاِر ْبِن َيْع ُقوَب َعْن‬
‫َعْبِد الَّرَمْحِن ْبِن َمِشاَس َة َأَّن ُفَق ْيًم ا الَّلْخ ِم َّي َقاَل ِلُعْق َبَة ْبِن َعاِم ٍر ْخَتَتِلُف َبَنْي َه َذ ْيِن‬
‫اْلَغَرَض ِنْي َوَأْنَت َك ِبٌري َيُش ُّق َعَلْيَك َقاَل ُعْق َبُة َلْواَل َك اَل ٌم ِمَس ْع ُتُه ِم ْن َرُس وِل الَّلِه َص َّلى‬
‫الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم ْمَل ُأَعاِنيِه َقاَل اَحْلاِرُث َفُقْلُت اِل ْبِن َمَشاَس َة َو َم ا َذاَك َقاَل ِإَّنُه َقاَل‬
‫َمْن َعِلَم الَّرْم َي َّمُث َتَرَك ُه َفَلْيَس ِم َّنا َأْو َقْد َعَص ى‬

Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh bin


Al Muhajir telah mengabarkan kepada kami Al Laits dari Al Harits bin Ya'qub dari
Abdurrahman bin Syimamah bahwa Fuqaim Al Lakhmi berkata kepada 'Uqbah
bin 'Amir, "Kamu selalu bersungguh-sungguh antara dua target ini sedangkan
kamu telah lanjut usia dan telah berat (sudah lemah)." 'Uqbah berkata,
"Seandainya saya pernah mendengar sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
niscaya saya tidak akan menjaganya." Lantas saya bertanya kepada Ibnu
Syamasah, "Apa yang disabdakan beliau itu?" dia menjawab, "Beliau bersabda:
"Tidak termasuk dari golongan kami-atau dia telah durhaka-siapa saja yang
mengetahui ilmu memanah namun ia meninggalkannya."

Tahrijul Hadits:
Hadits di atas bersumber dari Shohih Muslim kitab kepemimpinan Bab
Keutamaan melempar di jalan Allah No. Hadist : 3543. Sumber lain dapat
ditemukan pada Sunan Ibnu Majah kitab Jihad bab melempar di jalan Allah
No. Hadist: 2804.

Kritik Sanad dan Matan

Hadits di atas disandarkan pada Muhammad bin Rumhi bin Al Muhajir


Kalangan Tabi'in kalangan pertengahan kuniyah Abu 'Abdullah hidup Maru wafat
pada 242 H. Abu Daud menyebutkannya tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam
'ats tsiqaat, Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah Tsabat, Adz Dzahabi Hafizh. Laits bin
Sa'ad bin 'Abdur Rahman,kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, Kuniyah Abu Al
Harits, Negeri semasa hidup Maru, wafat : 175 H. Yahya bin Ma'in, Ahmad bin
Hambal, Abu Zur'ah, Muhammad bin Sa'd, menyebutkannya Tsiqah, Ibnu Madini
Tsiqah Tsabat. Al Harits bin Ya'qub bin Tsa'labah, Kalangan Tabi'in kalangan
biasa, kuniyah Abu 'Amru, hidup di Maru, wafat pada 130 H. Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Yahya bin Ma'in Tsiqah, An Nasa'i Laisa bihi ba's,
Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah abid. Abdur Rahman bin Syimasah, Kalangan
Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu 'Amru, Negeri semasa hidup Maru. Al
'Ajli, Ibnu Hajar al 'Asqalani, Adz Dzahabi menyebutkannya Tsiqah, Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat. Uqbah bin 'Amir bin 'Abs, dari kalangan Shahabat,
kuniyah Abu Hammad, Negeri semasa hidup Maru, Wafat pada 58 H. Matan
hadits tidak ditemukan kejanggalan dan ditemukan pada banyak sumber dengan
makna yang sama, meski terdapat perbedaan redaksi bahasa.

Pembahasan

Makna hadits di atas dapat dipahami atas makna sebenarnya yaitu bagi
yang telah menguasai ilmu memanah, untuk tidak melupakannya, karena ilmu
memanah merupakan bukti untuk persiapan jihad fi sabilillah, dan ilmu itu dapat
melumpuhkan musuh. Dalam konteks hari ini, hadits tersebut dapat berupa
anjuran untuk mempelajari ilmu bela diri untuk ketahanan dan pertahanan diri,
atau bahkan ilmu apa saja yang sudah dipelajari harus terus dilatih dan
dipergunakan (dioptimalkan) agar dapat berguna untuk kemaslahatan, karena jika
sudah dipelajari dan diabaikan, peluang untuk lupa akan menjadi besar, karena
tidak diasah dan dipergunakan, dan akan sia-sia saja waktu, tenaga dan bahkan
biaya yang dikeluarkan untuk mencari ilmu tersebut, kesia-siaan adalah tergolong
mubajir, mubajir adalah prilaku syaithan.
Sebahagian orang belajar hanya sekedar untuk menambah wawasan,
enggan diamalkan, padahal seharusnya ilmu dipelajari untuk meningkatkan
amalan, karena amalan itu adalah buah dari ilmu. Ilmu kalau tidak diamalkan akan
sangat cepat hilang dari daya serap para penuntut ilmu.

f. Tuntas dan Spesifik

‫حدثنا علي بن حجر أخربنا عبد الرمحن بن أيب الزناد عن أبيه عن خارجة بن‬
‫ َأَم َريِن َرسوُل اهلل صلى اهلل عليه‬: ‫زيد عن ثابت عن أبيه زيد بن ثابت قال‬
‫وسلم َأن َأَتَعَّلَم له كتاَب َيهوِد قال ِإيَّن واهلل مَا آَم ن يهود على كتاٍب قال َفما‬
‫َم َّر يِب ِنْص ِف َش ْه ر َح ىَّت َتَعَّلْم ُتُه َلُه قال فلَّم ا َتَعَّلْم ُتُه كان إذا َك َتَب ِإىل يهود‬
‫َك َتْبُت إلْيِه م وإذا َك َتبوا إليه َقَرأُت له ِكَتاهَب م‬
‫قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح‬
‫عن ثابت بن عبيد األنصاري عن زيد بن ثابت قال َأَم َرين رسوُل اهلل صلى اهلل‬
‫عليه وسلم أن َأَتَعَّلَم الِس ريانية‬
‫ حسن صحيح‬: ‫قال الشيخ األلباين‬
Terjemahan: ,”Zaid bin Tsabit berkata: Rasulullah memerintahkanku untuk
mempelajari kitab Yahudi, beliau berkata: “Demi Allah, Aku tidak percaya pada
Yahudi terhadap sebuah kitab”. Maka tidak sampai setengah bulan aku telah
mempelajari kitab itu untuk beliau. Ketika aku sudah bisa mempelajarinya, maka
jika Rasulullah ingin menuliskan surat pada orang Yahudi, akulah yang
menuliskannya dan jika Yahudi mengirim surat pada Rasulullah, akulah yang
membacakan surat mereka pada beliau.
Abu Isa mengatakan: hadis ini hasan shahih
Dari Tsabit bin Ubaid al-Anshari, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata: Rasulullah
memerintahkan kepadaku untuk mempelajari bahasa Siryaniyah.

Tahrij hadits

Syekh al-Albani mengatakan: hadis ini Hasan Shahih. Tirmizi, Sunan


Tirmizi, Bab Ta’lim al-Siryaniyah, Juz 5 hal 67 hadis nomor 2715. Ibnu Hibban,
Shahih Ibnu Hibban, Bab Dzikru Zaid bin Tsabit, Juz 16 hal 85.

Pembahasan:

Hadits diatas dimaksudkan untuk kebutuhan tertentu dibutuhkan keahlian


khusus, tidak semua orang harus memiliki ilmu yang sama, karena banyak sekali
ilmu yang harus dipelajari, hadits di atas menunjukan kemahiran Zaid bin Tsabit
dalam bahasa Siryaniyah, sehingga dia bisa membaca surat dari Yahudi. Ilmu
tersebut tidak perlu dipelajari oleh semua orang.
Ilmu Pengetahuan (knowledge) adalah salah satu kebutuhan dasar manusia
di dalam menempuh kehidupannya. Ternyata kepribadian manusia itu sangat
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pengetahuan yang diperolehnya. Peranan
ilmu pengetahuan diterima dalam definisi psikologis yang menekankan
hubungan dengan situasi-situasi baru. Definisi intelgensi umpamanya:”
kemampuan mengatasi kesulitan-kesulitan yang baru. Pengertian ini menghendaki
persyaratan adanya eksistensi ilmu pengetahuan yang relevan.
Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi
pengetahuan menjadi tiga tingkatan yaitu Pertama pengetahuan tinggi ialah ilmu
ketuhanan, realita membuktikan bahwa pendidikan harus mengutamakan
keimanan, karena pintar tapi tidak beriman akan menghasilkan lulusan yang
sekuleris dan cenderung tidak berakhlak tinggi, Kedua, pengetahuan menengah
ialah pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika,
pengetahuan seperti ini disesuaikan dengan minat, agar lulusannya ahli di bidang-
bidang tertentu sesuai dengan minatnya sehingga dapat unggul dan berguna bagi
masyarakat sedangkan pengetahuan rendah adalah pengetahuan praktis seperti
bermacam-macam keterampilan kerja, pengetahuan praktis ini sangat dibutuhkan
dimana peserta didik harus memiliki soft dan hardskill sekaligus sehingga ia
terampil dan dapat bertahan (Survive) dalam menjalani kehidupan. 35
Menurut Carol (1963) pada dasarnya bakat merupakan indeks kemampuan
seseorang, melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar (measures of learning
rate) artinya seorang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif sedikit
untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta didik yang
memiliki bakat rendah. Dengan demikian peserta didik dapat mencapai
penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan
kesempatan waktu belajar dibuat tepat dengan kebutuhan masing-masing peserta
didik.36
Menurut Benyamin S. Bloom, ada beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam belajar tuntas yaitu:
1. Menentukan Unit pelajaran
2. Merumuskan tujuan pengajaran (secara khusus dan terukur)
3. Menyusun standar ketuntasan (patokan berupa persentase)
4. Menyusun Dianostic Test-Test formatif sebagai dasar umpan balik
5. Mempersiapkan seperangkat tugas untuk dipelajari
6. Mempersiapkan seperangkat pengajaran korektif (bagi peserta didik yang
lemah)
7. Pelaksanaan pengajaran biasa
8. Evaluasi Sumatif37

Selain belajar tuntas, spesialisasi kelimuan juga sangat dibutuhkan, adapun


makna spesialis adalah orang yang memiliki keahlian khusus di bidang tertentu
yang bisa diperoleh oleh training khusus/pendidikan khusus untuk bidang yang

35
Ahmad Tafsir, Filsafat…hal.205-207
36
Ramayulis, Ilmu…h. 193
37
Ramayulis, Ilmu…h.194
khusus pula. Ada juga spesialis yang melalui non formal misalnya berdasarkan
pengalaman atau kreativitas sendiri. Spesialisasi adalah kebutuhan wajar manusia
terutama setiap menghadapi masalah-masalah yang bersifat praktis karena
mayoritas orang tidak memiliki kemampuan bakat di semua bidang dan biasanya
memiliki keahlian terbatas. Pengutamaan pada spesialisasi sekarang harus disertai
dengan integrasi antara setiap spesialisasi, sehingga membutuhkan pendekatan
holistik dan analitik.

g. Tunduk pada nasehat (menghormati) pendidiknya.

، ‫ َعْن َعْم ِرو ْبِن َقْيٍس‬، ‫أخربنا هارون بن إسحاق قال َح َّد َثَنا َأُبو َخ اِلٍد اَألَمْحُر‬
‫ٍب‬ ‫ِء‬ ‫ِم ِل‬
‫ َخ َرْج َنا َمَع‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َعِن اْلَبَرا ْبِن َعاِز‬، ‫ َعْن َزاَذاَن‬، ‫َعِن اْل ْنَه ا ْبِن َعْم ٍرو‬
، ‫ َفَج َلَس‬, ‫ َفاْنَتَه ْيَنا ِإىَل اْلَق ِرْب‬، ‫َرُس وِل اِهلل َص َّلى اهلل َعلْيِه وَس َّلَم يِف ِج َناَزٍة‬
‫ صحيح‬: ‫قال الشيخ األلباين‬. ‫ َك َأَّن َعَلى ُرُؤوِس َنا الَّطْيَر‬، ‫َوَج َلْس َنا‬

Terjemahan: Telah mengabarkan kepada kami Harun bin Ishaq dia berkata;
telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar dari 'Amru bin Qais dari
Al Minhal bin 'Amru dari Zadzan dari Al Barra' dia berkata; "Kami keluar
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam -rangka mengiringi-
jenazah. Setelah kami berhenti di kuburan -namun kuburan belum di gali-, beliau
duduk dan kami pun duduk di sekitar beliau, seolah-olah di kepala kami ada
burung (khusyuk mendengar apa yang akan Rasulullah sampaikan)”.

Tahrij Al Hadits

Hadits di atas bersumber dari Sunan Nasa'i kitab janazah, bab berhenti
untuk menyambut jenazah, No. Hadist 1974. Sumber lain terdapat pada Musnad
Ahmad, Kitab Musnad penduduk Kufah, bab Hadits Al Barra` bin 'Azib
Radliyallahu ta'ala 'anhu, No. Hadist : 17882.

Kritik Sanad dan Matan


Hadits ini disandarkan pada Harun bin Ishaq bin Muhammad, Kalangan
Tabi'in, Kuniyah Abu Al Qasim, hidup di Kufah, wafat pada 258 H. Abu Hatim
dan Ibnu Hajar al 'Asqalani menyebutkannya Shaduuq, Ibnu Hibban disebutkan
dalam 'ats tsiqaat, Adz Dzahabi tsiqah ahli ibadah. Sulaiman bin Hayyan Tabi'ut
Tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu Khalid hidup di Kufah wafat pada 189
H. Yahya bin Ma'in Ibnu Madini, Ibnu Sa'd Tsiqah, Ibnu Hibban menyebutkannya
dalam 'ats tsiqaat. Abu Hatim Shaduuq, Ibnu Hajar al 'Asqalani Shaduq Yuhti, Adz
Dzahabi shaduuq. Imam Amru bin Qais, kalangan Tabi'in, kuniyah Abu
'Abdullah, hidup di Kufah. Yahya bin Ma'in, Abu Hatim, Abu Zur'ah, An Nasa'i,
Al 'Ajli Tsiqah, Ibnu Hajar al 'Asqalani tsiqah mutqin, Adz Dzahabi Ahmad
mentsiqahkan. Berikutnya Al Minhal bin 'Amru, Kalangan Tabi'in kalangan biasa,
Kuniyah hidup di Kufah. Yahya bin Ma'in, An Nasa'i, Al 'Ajli Tsiqah, Ad
Daruquthni menyebutkannya Shaduuq, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'Ats
Tsiqat', Ibnu Hajar shaduq terkadang wahm. Zadzan, kalangan Tabi'in kalangan
tua, kuniyah Abu 'Umar, hidup di Kufah wafat pada 82 H. Al 'Ajli Alkhatib, Adz
Dzahabi Tsiqah, Ibnu Hibban menyebutkannya dalam 'ats tsiqaat. Al Bara' bin
'Azib bin Al Harits, kalangan Shahabat, kuniyah Abu 'Imarah, hidup di Kufah,
Wafat pada 72 H. Ibnu Hajar Al Atsqalani dan Adz Dzahabi
menggolongkannyaShahabat. Tidak ditemukan kejanggalan pada matan.

Pembahasan:

Hadits diatas menunjukan bahwa seorang penuntut ilmu begitu sangat


takzim terhadap pemberi ilmu, ini bermakna bahwa murid atau peserta didik tidak
boleh sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak sewenang-wenang
terhadap guru, ; ia harus patuh kepada guru seperti patuhnya orang sakit terhadap
dokter yang merawatnya. Murid harus tawadlu kepada gurunya dan mencari
pahala dengan cara berkhidmat pada guru.38
Kepatuhan dalam dimensi pendidikan adalah kerelaan dalam tindakan
terhadap perintah-perintah dari keinginan dan kewibawaan seorang guru.
Seorang murid patuh terhadap gurunya bukan karena takut. Ia sadar bahwa segala
38
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, rohani dan kalbu Memanusiakan
Manusia. ( Bandung: Remaja Rosdakarya, cet-ke3, 2008) hal. 167
sesuatu yang disampaikan sang guru semata demi kebaikan sendiri. Bukan untuk
mengkultuskan sang guru. Seorang guru tidak butuh pengikut. Kepatuhan
terhadap guru karena guru membebaskan jiwa dari kegelapan. Sesungguhnya
yang menjadi perhatian guru adalah kebebasan jiwa muridnya.
Dalam sebuah riwayat, syekh Abdul Qadir Jailani ketika masih menjadi
seorang murid tinggal bersama dengan gurunya dan pada suatu malam dia
terlambat pulang. Ketika mencoba membuka pintu , ternyata pintu itu terkunci.
Karena adab yang tinggi kepada gurunya, dia tidak berani mengetuk pintu rumah
sampai subuh. Ketika gurunya keluar saat shubuh, Abdul Q adir masih tidur,
kemudian terbangun, gurunya bertanya ,”kenapa kamu tidur disini”., Abdul Qadir
jailani menjawab, “saya tidak berani membangunkan guru”. Kemudian gurunya
berkata,” kamu sekarang menjadi seorang wali”. Di riwayat lain Jalaluddin rumi
minta diajarkan sastra kepada muridnya, dan meminta muridnya untuk duduk di
kursi yang biasa dia duduki ketika sedang mengajar murid-muridnya, sementara ia
duduk di bawah, karena posisinya pada saat itu sebagai murid.
Kepatuhan terhadap guru bukanlah hal baru, akan tetapi ini merupakan
tradisi yang sudah ada sejak zaman Nabi. Para sahabat sangat tinggi kepatuhannya
terhadap Rasulullah SAW, mereka mengenal kata “Sami’na wa Atha’na, kami
dengar dan kami patuhi.

h. Tidak Berdebat, Memperolok dan mencari perhatian

‫اِلٍد‬ ‫ِع ِل‬ ‫ِم‬ ‫ِث‬


‫َح َّد َثَنا َأُبو اَأْلْش َع َأَمْحُد ْبُن اْل ْق َد اِم اْل ْج ُّي اْلَبْص ِرُّي َح َّد َثَنا ُأَم َّيُة ْبُن َخ‬
‫َح َّد َثَنا ِإْسَح ُق ْبُن ْحَيىَي ْبِن َطْلَح َة َح َّد َثيِن اْبُن َك ْع ِب ْبِن َم اِلٍك َعْن َأِبيِه َقاَل‬
‫وَل الَّلِه َّلى الَّل َل ِه َّل ُقوُل َطَل اْلِعْل ِل اِر ِبِه‬ ‫ِمَس‬
‫َي‬ ‫ُيَج‬ ‫َب َم‬ ‫َمْن‬ ‫َي‬ ‫َم‬ ‫َس‬ ‫َو‬ ‫ْي‬ ‫َع‬ ‫ُه‬ ‫َص‬ ‫َرُس‬ ‫ْعُت‬
‫ِإ ِه‬ ‫ِبِه‬ ‫ِبِه‬ ‫ِل‬
‫اْلُعَلَم اَء َأْو ُيَم اِرَي الُّسَف َه اَء َأْو َيْص ِرَف ُوُج وَه الَّناِس َلْي َأْد َخ َلُه الَّلُه الَّناَر‬
‫ِه ِإ‬ ‫ِر ِإاَّل ِم‬ ‫ِر‬
‫َغ يٌب اَل َنْع ُفُه ْن َه َذ ا اْلَوْج َو ْسَح ُق ْبُن ْحَيىَي‬ ‫َقاَل َأُبو ِعيَس ى َه َذ ا َح ِد يٌث‬
‫ِعْنَد ُتُك ِّل ِفيِه ِم ِق ِل ِح ْف ِظِه‬ ‫ْبِن َطْلَح َة َلْيَس ِبَذ اَك اْلَق ِوِّي‬
‫ْن َب‬ ‫ُه ْم َم‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Abu al Asy'ats Ahmad bin
al Miqdam Al 'Ijli Al Bashri telah menceritakan kepada kami Umayyah bin Khalid
telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Yahya bin Thalhah telah bercerita
kepada kami Ibnu Ka'b bin Malik dari bapaknya dia berkata; Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menuntut ilmu
untuk mendebat para ulama, atau untuk mengolok-olok orang bodoh atau untuk
mengalihkan pandangan manusia kepadanya, niscaya Allah akan memasukkannya
ke dalam neraka". Abu Isa berkata; 'Hadits ini gharib, kami tidak mengetahuinya
kecuali dari jalur sanad ini. Ishaq bin Yahya bin Thalhah derajatnya bukan kuat
menurut mereka, dan dia dibicarakan dari segi hafalannya.”

Tahrijul Hadits

Hadits di atas bersumber dari Sunan Tirmidzi kitab Ilmu bab mencari ilmu
untuk harta duniawi no. hadist 2578. Sumber lain Sunan Ibnu Majah kitab
Mukadimah bab mengambil manfaat ilmu dan beramal dengannya no. hadist 249,
dan 4 hadits dengan jalur yang berbeda, sumber Ad Darimi, kitab mukaddimah,
bab penghinaan untuk siapa yang mencari ilmu bukan karena Allah, No. Hadist :
376 dan 4 hadits dengan jalur yang berbeda.

Kritik Sanad dan Matan

Hadits ini disandarkan pada Ahmad bin Al Miqdam bin Sulaiman bin Al
Asy'ats bin Aslam kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, hidup di Bashrah Wafat
pada 253 H. Abu Hatim menyebutkannya shalihul hadits, An Nasa'i la ba`sa bih,
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Adz Dzahabi Tsiqah. Berikutnya
Umayyah bin Khalid bin Al Aswad bin Hadbah, kalangan Tabi'in kalangan biasa
kuniyah Abu 'Abdullah hidup di Bashrah wafat pada 201 H. Abu Zur'ah Arrazy,
Abu Hatim Ar Rozy, At Tirmidzi, Al 'Ajli menyebutnya Tsiqah, Ibnu Hibban
mentsiqahkannya. Ishaq bin Yahya bin Thalhah bin 'Ubaidilloh kalangan Tabi'in
kalangan biasa Kuniyah Abu Muhammad hidup di Madinah wafat pada 164 H.
Yahya bin Ma'in, Ibnu Hajar al 'Asqalani dla'if, Abu Hatim dla'iful hadits, An
Nasa'i laisa bi tsiqah, Abu Zur'ah wahil Hadist, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats
tsiqaat, Adz Dzahabi mereka mendhaifkannya. Abdullah bin Ka'ab bin Malik
kalangan Tabi'in kalangan tua hidup di Madinah, wafat pada 98 H. Abu Zur'ah Al
'Ajli menyebutkannya Tsiqah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu
Hajar "tsiqah, ada pendapat dia melihat rasul". Terakhir Ka'ab bin Malik bin Abi
Ka'ab 'Amru kalangan Shahabat kuniyah Abu 'Abdur Rahman hidup di Madinah
wafat pada 51 H. Ibnu Hajar al 'Asqalani menyebutkannya Shahabat. Dri matan
hadits tidak ditemukan kejanggalan makna.

Pembahasan

Hadits di atas membahas tentang adab peserta didik dalam menuntut ilmu,
bahwa menuntut ilmu haruslah ikhlas dan merupakan sebuah ibadah, bukan untuk
sarana atau bahan mendebat orang alim lainnya, dan sebaliknya ilmu yang
digunakan bukan untuk alat membodoh-bodohi orang awam. Hadits di atas juga
membahas adab peserta didik, bahwa ilmu yang diperoleh bukan untuk mencari
perhatian orang lain.

Akhir-akhir ini ditemukan realita di lapangan bahwa pendidikan seseorang


dengan memperoleh gelar yang tinggi, sebahagiannya belum bisa menjamin
bahwa orang tersebut dapat menerapkan adab yang tinggi, gelar dijadikan simbol
untuk tujuan-tujuan di luar ibadah. Gelar digunakan untuk menakut-nakuti teman
satu lingkungan kerja.
Tidak jarang juga ditemukan, gelar alim seseorang sengaja untuk
memperkuat status di masyarakat, wibawa dan menunjukan powernya di bidang
ilmu. Padahal di penjelasan sebelumnya telah di bahas, Musa as, sebagai seorang
nabipun ditegur Allah SWT, atas klaim yang dilakukannya bahwa Ia yang paling
pintar. Seyogyanya ilmu digunakan untuk memperkuat posisinya sebagai hamba
Allah SWT, dengan ilmu yang dimiliki, diketahui bahwa siapa seorang hamba
tersebut, apa tujuannya diciptakan.
i. Tidak Bosan Berlatih

‫َح َّد َثَنا َه اُروُن ْبُن َم ْع ُروٍف َح َّد َثَنا اْبُن َوْه ٍب َأْخ َبَريِن َعْم ُرو ْبُن اَحْلاِرِث َعْن َأيِب‬
‫َعِلٍّي َعْن ُعْق َبَة ْبِن َعاِم ٍر َقاَل ِمَس ْعُت َرُس وَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل‬
‫ْف َت َل ُك َأ وَن ْك ِف يُك الَّل َفاَل ِج َأ ُدُك َأْن ْل ِبَأ ِمِه‬
‫َس ُت ُح َع ْي ْم َرُض َو َي ُم ُه َيْع ُز َح ْم َي ُه َو ْسُه‬
‫ِرو ِن ا اِرِث‬ ‫ِل‬ ‫ٍد‬
‫و َح َّد َثَناه َداُوُد ْبُن ُرَش ْي َح َّد َثَنا اْلَو يُد َعْن َبْك ِر ْبِن ُمَض َر َعْن َعْم ْب َحْل‬
‫َعْن َأيِب َعِلٍّي اَهْلْم َد اِّيِن َقاَل ِمَس ْعُت ُعْق َبَة ْبَن َعاِم ٍر َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّل‬
‫َم‬
‫ِمِبْثِلِه‬
Terjemahan: ,”Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku 'Amru bin Al
Harits dari Abu 'Ali dari 'Uqbah bin 'Amir dia berkata, "Saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian akan menaklukkan
banyak negeri dan Allah akan menyempurnakan (janji-Nya) kepada kalian, karena
itu janganlah kalian bosan berlatih memanah." Dan telah menceritakan kepada
kami Daud bin Rusyaid telah menceritakan kepada kami Al Walid dari Bakr bin
Mudlar dari Amru bin Al Harits dari Abu Ali Al Hamdani dia berkata; saya pernah
mendengar 'Uqbah bin 'Amir dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits
di atas."

Tahrijul Hadits

Hadits di atas bersumber dari Shohih Muslim kitab shalat bab Imam
mencari pengganti jika ada udzur seperti sakit, safar dan selainnya No. Hadist
633. Dan 1 hadits lainnya dengan jalur yang berbeda. Sumber lain juga
ditemukan pada Shohih Bukhari kitab Adzan bab batasan sakit untuk (tidak)
menghadiri shalat jama'ah No. Hadist 624. Dalam shohih Bukhari ini ditemukan 8
hadits penguat lainnya dengan jalur dan redaksi yang berbeda. Hadits yang sama
juga dapat dilihat pada Sunan Nasa'i kitab keimaman bab mengikuti imam yang
shalat dengan duduk No. Hadist 824. Musnad Ahmad ditemukan 8 hadits, hadits
di atas juga ditemukan pada Sunan Ibnu Majah1 hadits, Muwatho Malik 1 hadits,
dan Sunan Tirmidzi 1 hadits.
Kritik Sanad dan Matan
Hadits di atas disandarkan pada Harun bin Ma'ruf, yang berasal dari
kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, Kuniyah Abu 'Ali, hidup di Baghdad wafat
231 H. Yahya bin Ma'in, Al 'Ajli, Abu Zur'ah, Abu Hatim, Ibnu Hajar al 'Asqalani,
Adz Dzahabi menyebutkannya tsiqah, Ibnu Qani' tsiqah tsabat. Abdullah bin
Wahab bin Muslim, kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, kuniyah Abu
Muhammad, hidup : Maru, Wafat : 197 H Yahya bin Ma'in, Al 'Ajli tsiqah, Al 'Ajli
tsiqah, An Nasa'i la ba`sa bih, Ibnu Hajar tsiqoh hafidz, Adz Dzahabi salah satu
ahli ilmu. Amru bin Al Harits bin Ya'qub, kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua,
Kuniyah Abu Umayyah, Negeri semasa hidup di Maru, Wafat pada 149 H. Yahya
bin Ma'in, Al 'Ajli, Abu Zur'ah dan An Nasa'i menyebutnya Tsiqah Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqoh Faqih Haafid.
Tsumamah bin Syufay, kalangan tabi'in kalangan pertengahan, kuniyah Abu 'Ali,
hidup di Maru. An Nasa'i, Ibnu Hajar al 'Asqalani, Adz Dzahabi,
menyebutkannya Tsiqah, Ibnu Hibban menyebutkan dalam 'ats tsiqaat. Uqbah bin
'Amir bin 'Abs, kalangan Shahabat, kuniyah Abu Hammad, hidup di Maru, wafat
pada 58 H. Matan hadits ini tidak ditemukan kejanggalan dan ditemukan pada
banya sumber.

Pembahasan
Peserta didik sebagai seorang manusia diketahui bahwa memiliki potensi
kemanusiannya, yang sarat dengan keterbatasan. Salah satu keterbatasan manusia
adalah keterbatasan daya ingat. Untuk itu hendaknya terus berlatih agar informasi
dan pengetahuan yang sudah diperoleh yang mengendap di alam bawah sadar,
dapat dipanggil kembali jika informasi tersebut ditemukan pada situasi yang
berkaitan dengan informasi tersebut.
Alpha Edison pada saat menemukan bola lampu mengalami kegagalan
eksperimen berkali-kali, kalau saja pada saat itu ia menyerah, tentu tidak
ditemukannya bola lampu yang sangat bermanfaat bagi kemashlatan manusia.
Hadits di atas mengajarkan agar terus berlatih, jangan pernah merasa bosan
sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat dicapai. Ia
mengungkapkan bahwa kecerdasan hanya berkontribusi 1 %, kerja keras 99 %.
Maha kuasa Allah dengan kebenaran hadits di atas bahwa tidak bosan
berlatih yang diajarkan rasul SAW, dapat memperkuat kemampuan seseorang
dalam memperoleh pengetahuan seperti apa yang dilakukan alpha edison di atas.
Futur, jenuh, rasa bosan adalah manusiawi, akan tetapi itu dapat dilawan dengan
jiwa fighting, semangat kompetitif, budaya rasa malu yang dimiliki manusia.

C. Penutup
Dari pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Peserta didik adalah seseorang yang ingin memperoleh dan diberi pendidikan,
peserta didik salah satunya adalah anak kandung, anggota keluarga, budak
wanita, yang pendidiknya adalah orang tua dan keluarga yang memiliki
kemampuan mendidik. Masyarakat/tetangga, bahkan ummat adalah peserta
didik bagi pemimpinnya.
2. Keutamaan peserta didik tidak mendapatkan kutukan, yang paling baik,
dijanjikan kemudahan surga dan semua penghuni langit, bumi dan air
memohon ampunan bagi kesalahan peserta didik, keutamaan lain akan kiamat
jika tidak ahli. Keutamaan ini harapannya menjadi motivasi bagi peserta didik
dalam perolehan ilmu pengetahunan.
3. Peserta didik memiliki tipologi tertentu, untuk itu pendidik hendaknya
memahami karakteristik tersebut, baik perbedaan kecerdasan, kepribadian,
emosional.
4. Dalam menuntut ilmu hendaknya memiliki etika dan adab yang tinggi, karena
seseorang dengan adab yang tinggi akan mendapatkan kebijaksanaan ilmu
yang tinggi pula seperti sikap duduk di majelis ilmu, antusiasme, tenang,
belajar tuntas, tidak bosan berlatih dan beberapa etika lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawir, Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta,


Pondok Pesantren Krapyak, 1993
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, (terj), Jamaluddin Miri,
Darussalam, Beirut cet III 1994 M, Jakarta, Pustaka Amani, 1999
Abdul Majid khon, Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan, Jakarta, Kencana,
2015
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
File hadis Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Program Kubro
Multimedia.
Forum Mangunwijaya VII, Menyambut Kurikulum, Jakarta, buku kompas, 2013
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta, Pustaka Al-
Husna, 1985
Isjoni, Pendidikan sebagai investasi Masa Depan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2006
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari syarah:Shahih Bukhari (Terj), Gazirah Abdi
Ummah. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.) Jilid 4. Hal 324
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Penafsir Al-Qur'an, 1393/1973
Mohammad annas, Hubungan Kesegaran jasmani, Hemoglobin, Status Gizi, dan
makan pagi terhadap prestasi belajar Siswa, vol.1 no. 2 2011, https:
//journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki/article/view/2034
Mustopa Said Al-Khin, dkk, Imam Nawawi: Syarah dan Terjemah Riyadhus
Shalihin, Nuzhatul Mutaqin (Terj),(Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat,
2006), 2 Jilid: Jilid 2
Munif Chatib. Sekolahnya Manusia: sekolah berbasis multiple intelligences di
Indonesia, Bandung, Kaifa, 2009

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2009
Pamularsih Arni, Hubungan Status Gizi dengan prestasi belajar siswa di Sekolah
Dasar Negeri 2 Selo kecamatan Selo kabupaten Boyolali, tesis (Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009) eprints.ums.ac.id/5923
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2005
Syaful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukakatif: Suatu
Pendekatan Teorits Psikologis, Jakarta, Rineka Cipta, 2010
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran pendidikan Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2004

Tarbiyah Jihadiyah, Abdullah Azzam Asy Syaikh, 2013, solo Jazera, cet.1

WJS Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,


1998.

http://kuliahnyata.blogspot.co.id/2013/07/konsep-fitrah-dalam-al-
quran_8004.html

Anda mungkin juga menyukai