Anda di halaman 1dari 100

HUBUNGAN PERSEPSI SANTRI

TENTANG PENERAPAN TA’ZIR DENGAN KEDISIPLINAN


BELAJAR SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN
AL HUDA PETAK KEC. SUSUKAN, KAB. SEMARANG
TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

Oleh
MASLIHATUL UMAMI
NIM 11108093

JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2013
MOTTO

Setiap Kata adalah Do’a

“Utamakan Sholawat”
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada Bapak dan Ibu tercinta,

Suami dan anakku tersayang,

keluarga besarku di Purwodadi, Susukan dan Semarang.


KATA PENGANTAR

‫الرحيم الرحمن اهلل بسم‬

Segala Puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah serta Karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Sholawat

dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai tauladan kita

untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan karya tulis sederhana ini berkat

motivasi, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih

yang tak terhingga kepada:

1. Yang terhormat Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Yang terhormat Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Agama Islam.

3. Yang terhormat Bapak Dr. M. Zulfa, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang

bersedia meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan

bimbingan.

4. Yang terhormat Bapak Adib Maesur, selaku pengasuh Pondok Pesantren Al huda

yang telah memberi izin untuk penelitian ini.

5. Segenap Staf dan Dosen STAIN Salatiga.


6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan segala kebutuhan lahiriyyah maupun

batiniyyah bagi penulis.

7. Suamiku (Muhamad Irsyadi) dan anakku (Ahmad Hakam Alfaqih Arsyad) tercinta

yang telah memberi motivasi, energi positif dan do’a.

8. Keluarga besar dan teman-temanku terhebat yang telah memberikan motivasi dan

bantuan apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Salatiga, 20 Agustus 2013


Penulis,

Maslihatul Umami
ABSTRAK

Umami, Maslihatul. 2013.11108093. Hubungan Persepsi Santri tentang Penerapan Ta’zir


dengan Kedisiplinan Belajar Santri Putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun
2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
SekolahTinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Zulfa, M.Ag.
Kata kunci: Penerapan Ta’zir dan Kedisiplinan Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:Hubungan Antara Persepsi Santri tentang


Penerapan Ta’zir dengan Kedisiplinan Belajar Santri Putri Pondok Pesantren Al Huda
Tahun 2012. Subjek penelitian sebanyak 50 responden, menggunakan penelitian populasi.
Pengumpulan data menggunakan instrumen observasi dan angket untuk menjaring data
penerapan ta’zir dan kedisiplinan belajar santri.

Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan
korelasional kuantitatif. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis persentase dan hipotesis. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan
prodoct moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan hukuman (ta’zir) di
Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012 berada pada kategori baik/tinggi, hal ini dapat
dilihat dari data 21 responden dengan persentase 42%. Sedangkan kedisiplinan belajar
santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012 berada pada kategori sedang,
yakni mencapai angka frekuensi 29 responden dengan persentase 58%. Uji hipotesis
menunjukkan adanya hubungan antara penerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri
putri Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien
korelasi (rhitung ) sebesar 0,718 lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 1% yaitu
(0,361).

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang
positif antara penerapan hukuman (ta’zir) dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok
Pesantren Al Huda Petak tahun 2012.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………......... i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………….......... ii

HALAMANPENGESAHAN ………………………………………………….......... iii

HALAMANPERNYATAAN ………………………………………………………. iv

HALAMAN MOTTO………………………………………………………………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………… vi

KATA PENGANTAR………………………………………………………………. vii

ABSTRAK…………………………………………………………………………… ix

DAFTAR ISI……………………………………………………………………......... x

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………............. xiii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………..... 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………….. 5

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………... 5

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….. 5

E. Hipotesis…………………………………………………………………. 6

F. Penegasan Istilah………………………………………………………… 7

G. Metodologi Penelitian…………………………………………………… 9

H. Teknik Analisis Data……………………………………………….......... 11

I. Sistematika Penulisan……………………………………………………. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………... 14


A. Ta’zir……………………………………………………………………. 14

1. Pengertian Hukuman (Ta’zir)………………………………………. 14

2. Bentuk Hukuman………………………………………………….… 15

3. Hukuman Dalam Pendidikan ...……………….……………………. 21

B. Kedisiplinan Belajar……………………………………………..………. 23

1. Pengertian Kedisiplinan……………………………………………... 23

2. Pengertian Belajar…………………………………………………... 25

3. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar…………………... 32

C. Hubungan Penerapan Ta’zir Dengan Kedisiplinan Belajar……………. 34

BAB III LAPORAN PENELITIAN………………………………………………… 38

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al Huda………..…………………. 38

1. Sejarah Pondok Pesantren Al Huda ………………………………… 38

2. Sarana dan Fasilitas Pesantren………………………………………. 42

3. ProgramPendidikan dan Pengajaran…………………………………. 43

4. Susunan Kepengurusan……………………………………………… 46

5. Visi dan Misi Pondok Pesantren…………………………………….. 47

6. Tata Tertib Santri……………………………………………………. 48

7. Ta’zir di Pondok Pesantren Al Huda........…………………………... 50

8. Keadaan Objek Responden................................................................. 50

B. Penyajian Data …………………………………………………………... 53

BAB IV ANALISIS DATA .………………………………………………………… 59


A. Analisis Pendahuluan…………………………………………………… 59

B. Analisis Lanjut ..………………………………………………………… 75

C. Pembahasan……………………………………………………………… 80

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………… 81

A. Kesimpulan……………………………………………………................. 81

B. Saran…........……………………………………………………………... 82

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitian

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3 Surat Bukti Penelitian

Lampiran 4 Nota Pembimbing

Lampiran 5 Daftar Nilai SKK


Lampiran 6 Lembar Konsultasi

Lampiran 7 Riwayat Hidup


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses pembentukan diri manusia secara menyeluruh,

bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tetapi mengupayakan

bagaimana agar menjadi manusia yang bermoral baik, mandiri, tanggung jawab

serta mampu menghadapi kehidupan dengan tetap bijaksana. Di Indonesia,

pendidikan diselenggarakan dalam dua bentuk, yaitu pendidikan formal dan

pendidikan nonformal(Nur Salim,2010:1). Pendidikan formal atau lebih dikenal

sebagai pendidikan sekolah contohnya SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah

Menengah Pertama), SMA (Sekoah Menengah Atas) dan Perguruan Tinggi atau

Universitas. Sedangkan contoh dari pendidikan nonformal adalah Pondok

Pesantren, TPA (Tempat Pendidikan Al-Qur’an), Play Group, dan PAUD

(Pendidikan Anak Usia Dini).

Indonesia yang mempunyai penduduk mayoritas beragama Islam,

mempunyai sebuah lembaga pendidikan yang usianya sudah cukup tua yakni

pondok pesantren.Pondok pesantren merupakan salah satu contoh pendidikan

nonformal yang eksistensinya masih diakui masyarakat Indonesia sampai saat ini.

Istilah pondok sendiri berasal dari bahasa arab, “fundug” yang berarti hotel atau

asrama. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri yang diberi awalan pe- dan

akhiran –an, yang berarti tempat tinggal santri (Dhofir, 1983:18). Menurut Profesor
Haidar (2004:27), pesantren berarti tempat orang berkumpul untuk menimba ilmu

agama Islam. Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pondok

pesantren adalah asrama atau tempat yang dijadikan tempat tinggal santri atau orang

yang akan menimba ilmu pengetahuan agama Islam.

Meskipun pada awalnya, nama pondok pesantren hanya dikenal di pulau

Jawa dan Madura, tetapi pondok pesantren diidentifikasikan oleh para ahli dengan

nama yang diberikan untuk lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia.

Keberadaan pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam dalam

proses berdirinya tidak terlepas dari seorang sesepuh (kyai/Ajengan) dengan ilmu

yang dimilikinya serta dengan keikhlasan dalam beramal, prilakunya sesuai dengan

apa yang disampaikan kepada masyarakat sebagai suri tauladan bagi para santri

khususnya dan masyarakat pada umumnya. Maka berdirilah sebuah lembaga

kehidupan masyarakat yang mandiri dan ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk

lancarnya kegiatan belajar mengajar.sebuah Pondok Pesantren pada dasarnya

merupakan sebuah sarana pendidikan Islam tradisional yang para santrinya tinggal

dalam lingkungan pondok bersama-sama dan belajar dibawah lindungan maha guru

(kyai).Asrama tersebut berada dalam lingkungan Pondok Pesantren dan khusus bagi

kyai disediakan tempat tinggal. Dalam lingkungan tersebut disediakan tempat

ibadah bersama (masjid) serta tempat ngaji yang disebut Madrasah Pondok

Pesantren dalam jangka panjang mampu berada dalam lingkungannya dan

kedudukannya relatif lebih kuat dari masyarakat sekitarnya. Ini bisa dilihat dari

kemampuan Pondok Pesantren untuk menciptakan tanpa harusmengorbankan

identitas dirinya.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pesantren mempunyai tujuan yang

dirumuskan sebagai acuan dari program-program yang diselenggarakan. Profesor

Mastuhu menjelaskan bahwa tujuan utama pesantren adalah untuk mencapai

hikmah atau kebijaksanaan berdasarkan pada ajaran islam yang dimaksudkan untuk

meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi peranan dan

tanggung jawab sosial (Dian, 2007:50). Pesantren mempunyai peranan penting bagi

pembentukan akhlak santrinya serta membentuk pribadi yang mampu bersosialisasi

dengan perkembangan yang ada dan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam.

Di lingkungan Pondok Pesantren kyai sangat dihormati dan disegani,

sehingga eksistensi Pondok Pesantren di masyarakat sebagai lembaga pendidikan

islam yang ideal dan disiplin dapat terlaksana. Setiap peraturan di Pondok Pesantren

dimaksudkan untuk menanamkan kedisiplinan.Dalam menegakkan kedisiplinan ini,

diperlukan keteladanan dari kyai dan pengurus Pondok Pesantren.Peraturan yang

telah disepakati merupakan upaya menanamkan tanggung jawab dan pendidikan

yang islami, sehingga Pondok Pesantren sanggup tampil sebagai sebuah lembaga

pendidikan yang ideal.

Sistem penegasan atau hukuman (ta’zir) yang diberikan di Pondok Pesantren untuk

mencapai keberhasilan mempunyai bentuk dan corak yang berbeda-beda antara pondok

yang satu dengan yang lainnya, ini disebabkan karena kondisi pesantren yang berbeda, serta

dari kebijakan-kebijakan yang disepakati oleh para pengurus Pondok Pesantren.Oleh karena

itu kebijaksanaan Kyai sangat menentukan, karena beliau adalah pemegang otoritas

tertinggi dalam menentukan kebijaksanaan mekanisme sebuah lembaga pendidikan Pondok

Pesantren.
Ketika ada santri yang dita’zir, pengurus Pondok Pesantren bermaksud

menghentikan tingkah laku yang salah, supaya tidak diulangi lagi dan santri mempunyai

koreksi bagi dirinya sendiri.Serta bertujuan untuk mendidik supaya bertingkah laku atau

berakhlak yang baik sesuai dengan yang diinginkan. Tetapi terkadang persepsi santri

terhadap ta’zir berbeda dengan pena’zir, santri merasa dihukum, merasa tidak diperlakukan

secara adil, dan yang lebih ekstrim lagi, santri merasa apa yang dilakukannya adalah benar

sehingga istilah ta’zir tidak tepat untuknya.

Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, perlu kiranya dikaji secara mendalam untuk

mendapatkan hasil yang memuaskan dan obyektif dengan memakai pendekatan

ilmiah.Untuk itu penulis mencoba mengkaji persoalan diatas secara sistematis, dengan

membuat skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PERSEPSI SANTRI TENTANG

PENERAPAN TA’ZIR DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI PUTRI

PONDOK PESANTREN AL-HUDA PETAK KEC.SUSUKAN TAHUN 2012”.

B. Rumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, penulis memberikan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana penerapan ta’zir di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun 2012?

2. Bagaimana kedisiplinan santri putri di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun 2012?

3. Adakah hubungan antara persepsi santri tentangpenerapan ta’zir dengan kedisiplinan

belajar santri putri di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun 2012?


C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan ta’zir di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun 2012.

2. Untuk mengetahui kedisiplinan santri putri di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun

2012.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi santri tentang penerapanta’zir

dengan kedisiplinan belajar santri putri di Pondok Pesantren Al-Huda Petak Tahun

2012.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang jelas

tentang ada tidaknya hubungan antara persepsi santri tentang penerapan ta’zir

dengan kedisiplinan belajar santri. Dalam informasi tersebut diharapkan dapat

memberikan manfaat secara teoritik dan praktis, yaitu:

1. Secara teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

signifikan bagi pengamat pendidikan kedisiplinan sebagai suatu analisa

yang bermanfaat, menambah pengetahuan dan wawasan tentang

efektivitas ta’zir terhadap kedisiplinan belajar santri yang ada di Pondok

Pesantren.

2. Secara praktis
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengurus pondok pesantren

dalam menentukan kebijakan yang tepat dan bermanfaat terhadap

pelanggaran yang dilakukan oleh santri.

E. Hipotesis

Menurut Poerwadarminta (2006:420-421) hipotesis dapat diartikan sebagai

sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau untuk menguatkan pendapat

meskipun kebenarannya belum dibuktikan.Dalam penelitian ini, penulis mempunyai

asumsi bahwa ada hubungan positif antara persepsi santri tentang penerapan ta’zir

dengan kedisiplinan belajar santri putri di Pondok Pesantren Al-Huda Petak Tahun

2012.

F. Penegasan Istilah

1. Ta’zir

Dalam pembahasan ini perlu kiranya diberikan penjelasan dari judul diatas,

sebagai berikut:

a) Ta’zir adalah cara menghukum yang menyimpang dari sesuatu yang telah

ditetapkan, dengan perkataan, dengan diperlihatkan kepada umum

(Poerwadarminta, 2005:1186).
Adapun indikator- indikator tingkat persepsi santri tentang penerapan

ta’zir di Pondok Pesantren Al-Huda antara lain:

1) Ta’zir di Pondok Pesantren Al-Huda

a. Tidak mengikuti kegiatan

1) Peringatan (1x)

2) Menguras kamar mandi dan wc

3) Menghafal salah satu surat dalam Al-Qur’an

b. Pulang tanpa ijin

1) Peringatan

2) Membersihkan aula dan masjid

3) Membaca Al-Qur’an satu juz

Dalam hal ini, persepsi santri tentang penerapanta’zir merupakan

variabel bebas atau variabel X dalam rangka untuk memudahkan

penjabarannya.

2. Kedisiplinan belajar santri

a) Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berarti tata tertib, ketaatan

kepada peraturan tata tertib (Depdikbud, 1989:13).

b) Belajar secara etimologi berarti berusaha memperoleh kepandaian ilmu

(Athiyah Abrosyi, 1984:654).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar

adalah ketaatan dan ketertiban dalam belajar dan mentaati peraturan-


peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, kedisiplinan belajar merupakan

variabel Y atau variabel terkait untuk menjabarkan langkah selanjutnya.

Oleh karena itu, untuk memberikan penafsiran tinggi rendahnya kedua

variabel tersebut yaitu X dan Y, maka penulis menggunakan skala

pengukuran dengan kategori sebagai berikut:

a. Baik

b. Cukup/ sedang

c. Kurang

Adapun indikator yang penulis gunakan untuk mengukur variabel

kedua, yaitu kedisiplinan belajar, adalah:

1. Ketertiban dalam belajar

a) Waktu dalam belajar

b) Penyelesaian tugas

2. Keaktifan dalam belajar

c) Santri

Santri dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Santri mukim adalah para santri yang menetap dan tinggal di Pondok

Pesantren.

2. Santri kalong adalah para santri yang tidak tinggal atau menetap di

Pondok Pesantren, mereka hanya datang ketika hendak mengaji (Nur

Salim, 2010:8-9).
Selanjutnya santri sebagai subjek yang diteliti.

3. Pondok Pesantren Al-Huda

Pondok Pesantren merupakan asrama atau tempat orang berkumpul

untuk menimba ilmu agama Islam. Jadi pondok pesantren Al-Huda

adalah tempat pendidikan agama Islam yang di gunakan seseorang untuk

menuntut ilmu, yang beralamat di desa Petak, kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah

pendekatan korelasional kuantitatif.Yang dimaksud dengan pendekatan

korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 1995: 326).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Huda, Desa Petak,

kecamatan Susukan, kabupaten Semarang, dan waktu pelaksanaannya dimulai

dari pembuatan proposal sampai laporan penelitian selesai.

3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah santri putri

pondok pesantren Al-Huda Petak yang berjumlah 50 santri dengan


menggunakan penelitian populasi, karena semua diambil untuk menjadi

responden atau subjek penelitian.

4. Instrument Penelitian

a. Observasi

Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata

atau perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat

indra (Arikunto, 1997:146). Observasi ini digunakan untuk memperoleh data

populasi, keadaan pondok pesantren dan data-data lapangan serta perilaku

santri yang melakukan penyimpangan atau perilaku setelah diberikan ta’zir.

b. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1997:140). Model angket yang

digunakan penulis adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah

disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memiih (Arikunto,

1997:141). Penulis menggunakan angket ini bertujuan untuk menjaring data

tentang persepsi santri tentangpenerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar

santri putri pondok pesantren Al-Huda Petak Tahun 2012.

H. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa digeneralisasikan setiap data

yang masuk harus dianalisis.

1. Analisis Persentase
Yaitu teknik analisis data dengan menggunakan rumus:

P=F/Nx100%

Keterangan:

P: Persentase Perolehan

F: Frekuensi

N: Jumlah Sampel

Rumus presentase ini untuk menganalisis dari tiap-tiap kategori kedua

variabel yaitu ta’zir terhadap kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren

Al-Huda.

2. Analisis Hipotesis

Sesuai dengan jenis data penelitian, maka sebagai tindak lanjut dari data yang

telah dikumpulkan dari kedua variable yaitu ta’zir (variable x) dan kedisiplinan

belajar santri (variable y), peneliti menggunakan rumus korelasi product

moment, dengan angka kasar (Arikunto, 1997:256)

∑𝑥 ∑𝑦
∑𝑥𝑦 −
𝑁
rxy =
(∑𝑥 )2 (∑𝑦 )2
∑𝑥 2 − 𝑁
∑𝑦 2 − 𝑁

Keterangan:
rxy : nilai koefisien korelasi antara x dan y

xy : produk dari x dan y

x : nilai variabel 1

y : nilai variabel 2

N : banyaknya subjek pemilik nilai

∑ : sigma
I. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I : dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, hipotesis penelitian, penegasan istilah, metodologi

penelitian, teknik analisis data, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : dikemukakan tentang kajian pustaka, yang berisi tentang ta’zir (pengertian

ta’zir, bentuk hukuman, hukuman dalam belajar), dan kedisiplinan belajar

santri.

BAB III : Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menyajikan mengenai gambaran umum Pondok

Pesantren Al-Huda Petak (sejarah berdirinya, visi misi, tujuan, susunan

organisasi, program pendidikan), serta penyajian data penelitian.

BAB IV : Analisis Data

Pada bab ini berisi tentang analisi data yang telah terkumpul, untuk

menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui tahapan analisis

pendahuluan, dan analisis lanjut.

BAB V : Penutup

Pada bab ini memuat tentang penutup, kesimpulan, saran, dan lampiran.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ta’zir

1. Pengertian Ta’zir

Istilah ta’zir juga dinamakan hukuman. Istilah nama ta’zir biasanya dipakai

dalam lingkup Pondok Pesantren. Akan tetapi pada dasarnya ta’zir berarti juga

hukuman. Adapun pengertian hukuman adalah sebagai berikut:

a. Hukuman menurut Achmadi (1983: 52).

Hukuman adalah suatu tindakan yang mengakibatkan penderitaan bagi yang

terhukum.

b. Hukuman menurut Ngalim Purwanto (2007: 186).

Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan

sengaja oleh seseorang ( guru, orang tua dan sebagainya) sesudah terjadi suatu

pelanggaran.

c. Hukuman menurut Abu Ahmadi (1991: 150).

Hukuman adalah suatu perbuatan, dimana kita secara sadar, dan sengaja

menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang baik dari segi kejasmanian

maupun segi kerohanian.

d. Hukuman menurut Kartini Kartono (1992: 261).


Hukuman adalah perbuatan yang secara intensional diberikan sehingga

menyebabkan penderitaan lahir batin, diarahkan untuk menggugah hati nurani

dan penyadaran si penderita akan kesalahannya.

Dari beberapa pengertian hukuman diatas dapat disimpulkan bahwa

hukuman merupakan alat pendidikan yang berfungsi untuk menghentikan

tingkah laku yang tidak benar, membantu santri menjadi dewasa,

bertanggungjawab dan bediri secara moril.Selain itu, hukuman bertujuan untuk

merubah santri kepada kebaikan, menjadi manusia yang lebih baik lagi dan

supaya tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama/tindakan yang salah.

2. Bentuk Hukuman di Pesantren

Hukuman secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu hukuman fisik

dan hukuman non fisik.Namun demikian, hukuman dalam bentuk apapun

tujuannya lebih mengarah kepada psikis atau agar santri menyadari kesalahan

yang telah diperbuat bukan karena rasa sakit yang ditimbulkan oleh hukuman.

a. Bentuk Hukuman

Menurut Abu Ahmadi (1978: 50) bentuk hukuman dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Hukuman yang berwujud isyarat

Hukuman ini cukup diberikan dengan pandangan mata, gerakan

anggota badan dan lain-lain.

Setiap anak memiliki pembawaan dan latar belakang yang berbeda,

maka dari itu sebaiknya jika memberikan hukuman disesuaikan dengan

karakter masing-masing anak.Sebagian anak ada yang cukup dengan


diberi isyarat sebagai tanda kalau dia salah, misalnya dengan kedipan

mata.

2) Hukuman dengan perkataan

Hukuman ini cukup diberikan dengan cara memberikan teguran,

perhatian, peringatan dan ancaman.

Sebagaimana anak ada yang tidak memahami isyarat.Menurut Dr.

Abdullah Nashih Ulwan (1981) dalam bukunya yang berjudul Pedoman

Pendidikan Anak Dalam Islam, dikatakan bahwa “terkadang, perbaikan

cukup dengan memberikan nasehat yang jelas dan tegas, dengan

pandangan sekilas, keramah tamahan yang lembut, dengan memberikan

isyarat, atau dengan melontarkan kata-kata yang menjerakan”.

3) Hukuman dengan perbuatan

Hukuman ini diberikan dengan cara memberikan tugas kepada yang

melakukan pelanggaran.

Dalam upaya memperbaiki kekeliruan anak, tidak ada salahnya bila

secara bertahap beralih dengan cara yang lebih keras, seperti

memberikan tugas yang tidak menyenangkan bagi anak.

4) Hukuman badan

Hukuman ini diberikan dengan cara menyakiti badan anak, baik

dengan alat maupun tidak.


Hukuman badan ini terpaksa dilakukan jika dengan cara-cara yang

lembut tidak mampu menyadarkan anak yang melakukan

kesalahan.Pada umumnya, zaman sekarang ini banyak pendidik yang

tidak setuju dengan hukuman yang berbau kekerasan/menyakiti anggota

badan, seperti memukul, dan sebagainya.Namun untuk pelanggaran

yang prinsipil, seperti yang untuk meningkatkan keimanan itu

diperbolehkan.Rasulullah membenarkan hukuman badan, seperti

memukul anak atas kelalaiannya mengerjakan shalat fardhu.

b. Macam-macam Hukuman

Menurut Ngalim Purwanto (2007: 189) macam-macam hukuman ada 2

yaitu:

1) Hukuman Preventif

Hukuman preventif adalah hukuman yang dilakukan dengan maksud

agar tidak terjadi pelanggaran.Hukuman ini bermaksud untuk mencegah

agar jangan sampai terjadi pelanggaran, sehingga hal itu dilakukannya

sebelum pelanggaran dilakukan.

2) Hukuman Represif

Hukuman represif adalah hukuman yang dilakukan oleh karena

adanya pelanggaran yang telah diperbuat.Jadi, hukuman ini dilakukan

setelah pelanggaran terjadi.


William Stern membagi hukuman menjadi 3 macam yang

disesuaikan dengan perkembangan anak dalam menerima hukuman

(Ngalim Nurwanto, 2007: 190).

1) Hukuman Asosiatif

Umumnya, orang mengasosiasikan antara hukuman dan

kejahatan atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan

oleh hukuman dengan perbuatan pelanggaran yang dilakukan.Untuk

menyingkirkan perasaan tidak enak (hukum) itu, biasanya orang

atau anak menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang.

2) Hukuman Logis

Hukuman ini dipergunakan untuk anak yang sudah agak

besar.Dengan ini anak mengerti bahwa hukuman ini adalah karena

kesalahannya sendiri.Anak bisa menerimanya dengan logis.

3) Hukuman Normatif

Hukuman normatif adalah hukuman yang bermaksud

memperbaiki moral. Hukuman ini dilakukan terhadap pelanggaran-

pelanggaran mengenai norma atau etika.

c. Teori Hukuman

Menurut Ngalim Purwanto (1995: 187) teori hukuman ada 5 macam,

yaitu:

1) Teori Pembalasan
Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam

terhadap kelalaian dan pelanggaran yang telah dilakukan

seseorang.Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan di

sekolah.

2) Teori Perbaikan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan.

Jadi, maksudnya adalah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan

berbuat kesalahan semacam itu lagi. Teori inilah yang lebih bersifat

pedagogis, karena bermaksud memperbaiki si pelanggar, baik lahiriyah

maupun batiniyahnya.

3) Teori Perlindungan

Menurut teori ini hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat

dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.Dengan adanya hukuman ini,

masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah

dilakukan oleh si pelanggar.

4) Teori Ganti Kerugian

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-

kerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan-kejahatan atau

pelanggaran itu.Hukuman ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau

pemerintahan.
Dalam proses pendidikan, teori ini masih belum cukup. Sebab, dengan

hukuman semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa bersalah,

karena kesalahannya itu telah terbayar dengan hukuman.

5) Teori Menakut-nakuti

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan

takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar itu,

sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau

meninggalkannya.

Teori ini masih membutuhkan teori perbaikan.Sebab, dengan teori ini

besar kemungkinan anak meninggalkan suatu perbuatan itu hanya

karena takut, bukan karena keinsyafan bahwa perbuatannya memang

buruk.Dalam hal ini anak tidak terbentuk kata hatinya.

d. Akibat Hukuman

Menurut Ngalim Purwanto (1995: 189) akibat hukuman ada 5 yaitu:

1) Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum. Ini adalah akibat dari

hukuman yang sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab. Akibat

inilah yang harus dihindari oleh pendidik.

2) Menyebabkan anak menjadi lebih pandai menyembunyikan

pelanggaran. Ini juga akibat yang tidak baik, bukan yang diharapkan

oleh pendidik.

3) Memperbaiki tingkah laku si pelanggar.


4) Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah, oleh

karena kesalahannya dianggap telah dibayar dengan hukuman yang

telah dideritanya.

5) Memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikan.

3. Hukuman dalam Pendidikan

a. Tujuan Hukuman

Tujuan kita menghukum adalah hendak mencegah dan menjerakan,

agar tidak mengulangi kesalahan. Hukuman itu ada tingkatannya, mulai

dengan cara yang halus dan ringan, sampai dengan cara yang keras dan

berat. Menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan bahwa : “sanksi ini bertahap

mulai dari peringatan keras, dipukul, dipenjarakan dan seterusnya. Sanksi

ini bertahap sesuai dengan perbedaan usia, budaya dan kedudukan

seseorang. Diantaranya ada yang cukup dengan nasehat, ada yang jera

dengan dipenjara dan lain sebagainya.

Menurut Kartini Kartono (1992: 261-262) hukuman akan positif

sifatnya, apabila pelaksanaannya berlangsung bijak dan mengandung tujuan

sebagai berikut:

1. Memperbaiki individu yang bersangkutan agar menyadari

kekeliruannya dan tidak akan mengulanginya lagi.

2. Melindungi pelakunya agar dia tidak melanjutkan pola tingkah laku

yang menyimpang, buruk dan tercela.

3. Melindungi masyarakat luar dari perbuatan-perbuatan salah (nakal,

jahat, asusila, dan sebagainya) yang dilakukan oleh anak.


b. Prinsip Pemberian Hukuman

1) Prinsip Psikologis

Pendekatan ini dilakukan ketika hendak memberikan hukuman

kepada santri yang melakukan pelanggaran. Karena sesungguhnya

setiap anak itu merupakan masalah yang berdiri sendiri, artinya

mungkin suatu hukuman cocok untuk seorang santri tetapi tidak cocok

untuk santri yang lain.

2) Prinsip Keadilan

Yaitu prinsip untuk menyesuaikan antara bentuk pelanggaran serta

siapa yang melakukan pelanggaran.Artinya, hukuman yang diberikan

kepada anak harus disesuaikan dengan macam dan besar kecilnya, serta

siapa yang melakukan pelanggaran. Apabila ada dua anak yang

melakukan pelanggaran sama, maka tidak serta merta memberikan

hukuman yang sama. Sebab apabila jenis kelamin, usiaataupun motivasi

terhadap pelanggaran itu berbeda maka hukuman yang diberikan harus

berbeda.

3) Prinsip Kasih Sayang

Hukuman dalam pendidikan bukan bertujuan untuk menyakiti,

menyiksa atau sebagai sarana bagi seseorang untuk menumpahkan

kekesalan.Penerapan hukuman harus berlandaskan kasih saying.Oleh

karena itu pemberian hukuman harus menjamin cinta kasih.

4) Prinsip Berorientasi Kepada Tuhan


Hukuman dalam penerapannya harus selalu memperhatikan tujuan-

tujuan yang hendak dicapai.Maksud dan tujuan dari pemberian

hukuman adalah sebagai tuntutan dan perbaikan, bukan sebagai

hardikan atau alat untuk balas dendam.

B. Kedisiplinan Belajar

1. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” (artinya: murid)

yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang

pemimpin. Dalam hal ini, orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak

merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup sehingga mampu

mencapai kebahagiaan yang diharapkan, bahkan para ahli mengatakan bahwa

dengan disiplin berbagai kebutuhan dengan sendirinya dapat dipenuhi jika

seseorang telah membiasakan diri melakukan kegiatan dengan terencana, maka

ia akan mulai disiplin atau sudah mulai teratur dengan sendirinya ia tinggal

berlatih mematuhi rencana itu sendiri, seperti ketaatan atau kepatuhan pada

peraturan, tata tertib, dan sebagainya (depdikbud, 1997: 237). Disiplin juga

berarti rentetan peraturan atau latihan yang terencana dianggap perlu dan

penting untuk mencapai tujuan tertentu (Dewa Ketut Sukardjo, 1988: 27).

Menurut Suharsimi Arikunto, disiplin mengandung pengertian kepatuhan

manusia dalam mengikuti peraturan atau tata tertib, karena didorong oleh

kesadaran yang ada pada kata hatinya.


Secara teoritis, kedisiplinan dibagi menjadi dua macam, pertama;

kedisiplinan yang ditegakkan berdasarkan kesadaran sendiri.Kedua;

kedisiplinan yang ditegakkan berdasarkan perintah atau ketentuan yang

ditentukan dari luar diri (Ahmad Syafi’i Ma’arif, 1995: 129).Konsep

kedisiplinan yang pertama pada dasarnya berhubungan erat dengan motivasi

tindakan etis berdasarkan kesadaran yang timbul dari nurani sendiri.Sedangkan

konsep kedua mempunyai korelasi dengan motivasi tindakan etis berdasarkan

tuntutan (yang mengandung imbalan dan atau sanksi) yang datang dari luar diri.

Dalam konteks ini, ada dua prinsip yang menjadi dasar pendorong kedisiplinan,

yaitu:

a. Sikap taqwa, yakni menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang mempunyai

konsekuensi yang membahayakan atau memburuk.

b. Sikap istiqomah, yakni sikap lurus, jujur serta konsisten dalam membela dan

melaksanakan suatu pendirian yang dipandang baik dan benar (Ahmad

Syafi’i Ma’arif, 1995: 135).

2. Pengertian belajar

a. Pengertian

Adapun pengertian belajar menurut beberapa ahli ( Mustaqim, 2004:

33) adalah:

1. Menurut Clifford T. Morgan

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan

hasil pengalaman yang lalu.


2. Menurut Guilford

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan.

3. Menurut Sardiman AM.

Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan

serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar,

dan lain sebagainya.

b. Faktor- faktor belajar

Dalam kegiatan belajar, ada beberapa faktor yang terkait agar

kegiatan individu benar-benar merupakan kegiatan belajar. Morgan (1961)

memaparkan kesamaan pendapat para ahli psikologi bahwa belajar, yang

merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia,

menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabelitas,

kebiasaan, kepekaan, pencetakan (imprinting), dan hambatan (Morgan,

1961: 188-194). Sedikit uraian mengenai faktor-faktor tersebut:

1) Asosiasi

Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan didalam otak,

antara hal satu dengan yang lain.

2) Motivasi

Belajar akan terjadi bila manusia atau binatang terdorong beberapa hal.

3) Variabilitas
Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku yang dapat

dilakukan untuk memecahkan suatu masalah, tergantung pada stimulus

belajar.

4) Kebiasaan

Belajar dapat membentuk suatu kebiasaan yang dapat digunakan untuk

menghadapi situasi berbeda dan memerlukan pertimbangan.

5) Kepekaan

Faktor kepekaan merupakan perasaan atau kognisi yang mudah tersentuh

dan merupakan penentu keberhasilan belajar.

6) Pencetakan

Dalam hal ini, pencetakan berarti semacam proses “memperlihatkan”

sesuatu (yang dipelajari) pada kesan atau otak.

7) Hambatan

Dalam proses belajar, hambatan tertentu terjadi (Morgan, 1961: 194).

c. Teori-teori belajar

Menurut Snelbecker, yang dikutip Dahar (1989), teori adalah

sekumpulan dalil yang mengikuti aturan-aturan tertentu. Aturan tersebut


dapat menghubungkan secara logis dalil satu dengan yang lain pada data

yang diamati (Mulyati, 2005: 8).

Sesuai dengan perkembangan, teori belajar sebagai bagian pokok

bahasannya berkembangpula mulai dari teori-teori yang berdasarkan

pandangan filosofis sampai yang diiringi dan seiring dengan eksperimen-

eksperimen. Dan diantara teori-teori belajar sebelum abad ke 20 dan abad

ke 20 (Mulyati, 2005: 12):

1. Teori belajar sebelum abad 20

a. Teori Disiplin Mental

Belajar berarti mendisiplinkan mental.Misalnya, dalam kegiatan

belajar membaca, teori disiplin mental mengartikan bahwa anak

melatih otot-otot mentalnya mulai dari menghafal huruf-huruf, kata-

kata, kalimat dan seterusnya.

b. Teori Perkembangan Alamiah

Belajar baru akan terjadi dan mendatangkan hasil bila anak telah

benar-benar merasakan kebutuhan untuk belajar. Saat itu ia akan

melakukannya dengan penuh kegembiraan sehingga pengalaman akan

melekat sebagai kecakapan atau ketrampilan.

c. Teori Apersepsi

Belajar adalah suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru

dengan gagasan-gagasan lama, yang sudah terbentuk didalam pikiran.

Misalnya anak akan mempelajari kata “kuda”. Ia diperlihatkan


gambar kuda diatas tulisan kuda. Kemudian ia menganalisis huruf

perhuruf. Demikian sebaliknya, ia dapat menggabungkan huruf-huruf

yang dikenal kedalam kata-kata baru, kalimat, dan seterusnya.

2. Teori belajar abad 20

a. Teori Behavioristik

1) Teori Koneksionisme (Thorndike)

Adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection)

antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Teori

koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training, yaitu

hasil kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan

untuk memecahkan masalah lain.

2) Teori Classical Conditioning (Pavlov)

Merupakan teori berdasarkan pada eksperimennya yang terkenal

tentang berfungsinya kelenjar ludah pada anjing. Kemudian, ia

menyimpulkan bahwa tingkah laku tertentu dapat dengan cara

diulang-ulang, yaitu “dipancing” dengan sesuatu yang memang dapat

menimbulkan tingkah laku tersebut.

3) Teori Operant Conditioning (Skinner)

Memiliki persamaan dengan teori Pavlov dan Watson, tetapi lebih

terperinci.Ia membedakan adanya dua macam respons: respondent

response, yaitu respon yang ditimbulkan stimulus tertentu dan


operant respondent, yaitu respons yang menimbulkan stimulus baru

sehingga memperkuat respons yang telah ditimbukan.

b. Teori Kognitif

1) Teori Gestalt

Awalnya dikembangkan dibidang persepsi penglihatan, selanjutnya

prinsip-prinsip dibidang pengamatan diberlakukan dibidang belajar

dan berfikir. Alasannya apa yang dipikirkan bersumber dari apa

yang dikenal melalui pengamatan dan berpikir pada hakikatnya

adalah melakukan pengubahan stuktur kognitif.

Ada prinsip yang penting pula, yaitu “inti” belajar adalah pada

insight (pengertian, pemahaman).

2) Teori Medan (Kurt lewin)

Pada dasarnya teori Lewin dapat dikatakan sebagai perluasan teori

Gestalt.Sejak zaman kuno, orang telah memikirkan tentang

bagaimana orang memperoleh pengetahuan yang kemudian disebut

belajar.Pemikiran-pemikiran selalu ada di hampir setiap periode

kehidupan atau zaman.

c. Teori Humanistik

Teori ini proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu

sendiri. Teori ini yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia

filsafat daripada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat

mementingkan “isi” dari pada proses belajar, dalam kenyataan teori ini
lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam

bentuknya yang paling ideal (Hamzah, 2008: 13).

Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik padaide belajar dalam

bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa yang biasa

kita amati dalam dunia keseharian. Wajar bila teori ini sangat bersifat

eklektik.Teori ini juga terwujud dalam teori Boom dan Krathwohl

dalam bentuk Taksonomi Bloom. Selain itu empat pakar lain yang juga

termasuk kedalam kubu teori ini adalah Kolb, Honey dan Mumford

serta Habermas. (Hamzah, 2008: 13).

d. Teori Sibernetik

Teori ini mungkin yang paling baru di atara teori beajar yang dikenal,

teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu

informasi.Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi

(Hamzah, 2008: 17).

Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang

mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik.

Namun, yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang

duiproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Asumsi lain

dari teori ini adaah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal

untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karena itu,

sebuah informasi mungkin akan dipelajari siswa ain mealui proses

belajar (Hamzah, 2008: 17).


Dalam bentuknya yang praktis teori ini telah dikembangkan oleh

Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmik dan heuristik), Pask

dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan

tipe serial atau serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang

berorientasi pada pengubahan informasi.

Dengan demikian, kedisiplinan belajar adalah ketekunan yang dilakukan

oleh siswa, baik dalam hal belajar maupun yang berkaitan dengan kewajiban

sebagai siswa (santri) yang menimbulkan perubahan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar

a. Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam diri santri meliputi dua aspek, yakni aspek

fisiologis dan aspek psikologis.

1) Aspek fisiologis

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-

bagiannya atau bebas dari penyakit, kesehatan berpengaruh terhadap

kedisiplinan santri.Jika kesehatan siswa terganggu, misalnya kondisi

pusing, lelah mengantuk, maka perhatian santri dalam belajar berkurang

(Muhibin, 1995: 133).

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam belajar, diantaranya sikap


siswa, minat siswa, motivasi siswa, kesiapan siswa, dan dorongan atau

pengaruh lingkungan atau orang lain (Crow, 1990: 114).

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal santri dapat mempengarui santri dalam belajar.Hal ini

dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu; faktor keluarga, faktor

pondok pesantren dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Lingkungan yang pertama bagi anak adalah keluarga, kalau didalam

keluarga santri sudah biasa dididik berperilaku disiplin dalam aktivitas

apapun, maka anak tersebut akan mudah untuk bersikap disiplin.

Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Suharsimi Arikunto

“kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang orang yang ada

dilingkungan keluarga akan terbawa oleh anak dan sekaligus akan

memberikan warna terhadap perilaku kedisiplinan kelak”.

2) Faktor sekolah atau pondok pesantren

Faktor sekolah atau pondok pesantren yang berperan terhadap

kedisiplinan santri dalam belajar diantaranya:

a. Hubungan ustadz dengan santri

Jika guru memberikan tauladan dalam pelaksanaan

kedisiplinan maka siswa akan cenderung mengikutinya. Hubungan


ustadz dengan santri biasanya santri akan senang belajar kalau ia

suka terhadap pengajarnya.

b. Hubungan santri dengan santri

Hubungan antara sesama santri juga akan berpengaruh

terhadap kondisi pikiran dalam belajar. Kalau santri dekat dengan

santri yang rajin, serius dan ulet dalam belajar, maka santri akan

termotivasi untuk melakukan hal tersebut, begitupun sebaliknya.

Dan kompetisi terhadap sesama santri yang lain akan menjadian

santri semakin rajin dan sungguh-sungguh.

c. Lingkungan tempat belajar

Lingkungan yang bersih, menarik, dan suasana nyaman dan

tenang memudahkan santri untuk memusatkan perhatiannya pada

pelajaran (Crow, 124: 1990).

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

terhadap kedisiplinan belajar santri.Kehidupan masyarakat sekitar

sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan santri, pengaruh

masyarakat diantaranya juga media masa, teman bergaul dan orang-

orang yang ada dilingkungan pondok pesantren.


C. Hubungan Persepsi Santri tentang Penerapan Ta’zir dengan Kedisiplinan

Belajar

Kehidupan sehari-hari di pondok pesantren sangatlah beragam, ini

disebabkan karena banyaknya perbedaan diantara satu dengan yang lainnya,

perbedaan ini bisa dilihat dari usia, perbedaan latar belakang pendidikan, keluarga,

pergaulan sebelumnya dan tujuan tinggal dipondok pesantren. Keberagaman dan

perbedaan tersebut terkadang menyebabkan kegiatan di pondok pesantren tidak

diikuti oleh semua santri, kegiatan yang berbeda-beda tersebutlah yang

mengakibatkan timbulnya perbedaan santri dalam menanggapi salah satu kegiatan

di pondok pesantren. Karena masih terbawa oleh cara pandang sebelum masuk

kedalam pondok atau belum menyesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku di

pondok pesantren.

Kehidupan pondok pesantren yang jauh dari keluarga, disiplin dan penuh

dengan kegiatan baik kegiatan mengaji maupun kegiatan exstra atau tambahan

seperti khitobah, musyawarah, dan lain sebagainya.Dalam pelaksanaan kegiatan

tersebut terkadang tanggapan dari masing-masing santri berbeda-beda, ada yang

termotivasi untuk belajar dan ada pula yang mengesampingkan bahkan tidak

mengikuti kegiatan samasekali.Maka dari itu, terkadang terjadi pelanggaran yang

dilakukan oleh santri yang menyebabkan hukuman atau ta’zir yang dikenakan atau

dibebankan bagi santri yang melanggar aturan tersebut. Banyak sekali model

hukuman atau ta,zir yang diberikan kepada santri yang melanggar aturan, seperti

hafalan surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan, membersihkan halaman pondok


pesantren, dan lain sebagainya tergantung kadar pelanggaran yang dilakukan oleh

santri tersebut.

Dari berbagai macam hukuman yang diberikan oleh pengurus atau dewan

asatidz yang ada dipondok pesantren, semuanya bertujuan memperbaiki dan

menjadikan santri lebih disiplin dalam segala hal, melatih santri berperilaku baik

dan terpuji, melatih santri bermasyarakat, dan yang paling penting memberikan

dorongan kepada santri untuk berdisiplin dalam belajar. Pelaksanaan hukuman

atau ta’zir itu berfungsi juga memberi efek jera kepada santri agar tidak

mengulangi kesalahan dan bersemangat kembali untuk menjadi lebih baik.Semua

itu telah ditentukan dan diatur di pondok pesantren.

Didalam kegiatan sehari-hari di pondok pesantren adalah sebagai

penanaman rasa tanggung jawab santri dan melatih kedisiplinan santri. Rasa

tanggung jawab santri bisa diihat dari berbagai kegiatan yang mereka lakukan

seperti mengerjakan tugas, melaksanakan piket bersih-bersih pondok dan lain

sebagainya. Hal tersebut sangatlah berpengaruh bagi masa depan santri itu sendiri.

Kedisiplinan menjadikan santri lebih baik, memanfaatkan waktu dan menjadikan

santri sukses dalam belajar. Dalam hal ini kedisiplinan santri dapat dilihat dari

kegiatan –kegiatan belajar yang telah diatur dan dijadwalkan oleh pengurus,

seperti kegiatan pengajian Bandongan, setoran dan kegiatan belajar yang lain.

Dalam hal belajar, santri harus selalu disiplin didalam menggunakan waktu

belajar, bermuthola’ah, dan segala hal yang mendukung kegiatan belajar santri.
Kedisiplinan santri dalam belajar sangatlah berbeda-beda dan dipengaruhi

oleh hal-hal yang bermacam.Diantara pengaruh tersebut adalah hukuman atau

ta’zir yang diberlakukan oleh dewan asatidz atau pengurus.Ta’zir atau hukuman

dapat mempengaruhi santri dalam berdisiplin dan menaati peraturan, karena

dengan adanya ta’zir atau hukuman dapat menyebabkan santri takut untuk tidak

melanggar peraturan yang ada dan menyebababkan santri selalu mengikuti dan

patuh terhadap aturan yang ada.Sedangkan bagi santri yang telah melanggar

peraturan, ta’zir atau hukuman dapat menyebabkan mereka jera untuk tidak

melakukan kesalahan lagi, dan memberi semangat baru untuk lebih berdisiplin

dalam belajar.Maka dari itu pelaksanaan hukuman atau ta’zir sangatlah

mempengarui kedisiplinan santri dalam belajar.


BAB III

LAPORAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Huda

Pondok pesantren Al-Huda adalah sebuah pondok pesantren yang beralamat

di dusun petak, kecamatan Susukan kabupaten Semarang Jawa Tengah.Ia terletak di

25 kilometer sebelah selatan-timur Salatiga.Susukan merupakan daerah agraris dan

memiliki tanah yang sangat subur.

Petak Susukan merupakan daerah yang paling timur di Kabupaten

Semarang.Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Karanggede, Kabupaten

Boyolali.Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Suruh.Sebelah selatan

Kecamatan Tengaran.

Sebagai sebuah pondok pesantren, lembaga ini memiliki sejarah, visi, misi

dan tujuan yang tidak jauh berbeda dengan pondok pesantren yang lain. Dalam

penyelenggaraan seluruh kegiatan serta dalam menetapkan seluruh peraturan,

pondok pesantren Al-Huda memiliki pedoman ajaran agama Islam yaitu Al-Qur’an

dan As-Sunnah.

1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Huda

Tegalsari adalah sebuah pondok pesantren yang dirintis oleh Kiai

Muhammad Rozi.Beliau adalah putra Kiai Imam Rozi perintis dan pendiri
Pesantren Tempursari, Klaten.Kiai Imam Rozi merupakan salah satu pengawal setia

Pangeran Diponegoro yang bergelar Singo Manjat.Kiai Imam Rozi kemudian

menikahkan putranya dengan wanita salihah dari dusun Petak, desa Sidoharjo,

kecamatan Susukan yang merupakan wilayah kabupaten Semarang.Pernikahan

itulah yang menjadi awal mula perintisan Pondok Pesantren Al-Huda Petak.Beliau

mengawali rintisannya dengan pembangunan masjid pada tahun 1806 M. Masjid ini

direnovasi yang kedua oleh Syaikh Abdul Djalil.Beliau merupakan pendiri dan

pengasuh pertama Pondok Pesantren al-Huda.Ketika diasuh oleh Syaikh Abdul

Djalil pesantren tersebut mengalami kemajuan yang pesat.Terbukti banyak para

santri yang mondok di pesantren ini.ditengah-tengah masyhurnya pesantren ini,

beliau dipanggil oleh Sang Pemilik-Nya. Tepatnya pada tanggal 1 Muharram 1320

H/1901 M. Beliau memimpin pesantren selama 34 tahun, yaitu mulai tahun 1867

sampai 1901 M. Beliau meninggalkan seorang istri dan delapan putra. Syaikh Abdul

Djalil dimakamkan di kompleks Pesantren Petak tepatnya sebelah selatan Masjid

Petak, dalam usia 79 tahun. Setelah beliau wafat maka digantikan oleh putranya

yaitu KH. Djufri Abdul Djalil. Beliau dilahirkan pada tahun 1877 M/1296 H. Sejak

kecil beliau sudah digembleng oleh sang ayah dalam berbagai hal. Mulai

pengetahuan dasar agama, fiqh, sampai pada tasawuf serta thariqah. Dalam keluarga

syaikh Abdul Djalil, ketika itu berlaku tradisi bahwa ketika anak sudah cukup

dewasa dan cukup pengetahuan agamanya, maka ia akan di baiat (menjadi pengikut

thariqoh). Ditambah memang beliau sejak kecil sudah senantiasa tirakat dan senang

dalam hal amalan/ajaran thariqah.Sehingga beliau menjadi mursyid thariqoh setelah

Syaikh Abdul Djalil.


Pengangkatan KH. Djufri sebagai Mursyid bukan semata-mata karena beliau

adalah putra Syaikh Abdul Djalil, melainkan karena beliau memang mampu dan

terpilih. Beliau diangkat menjadi Mursyid pada usia 24 tahun.

KH. Djufri memiliki 7 orang istri,salah satu diantaranya ada yang berasal dari Bani

Tamim, Makkah, yaitu Ruqayyah Tamim.

Anugrah lain yang diberikan oleh KH. Djufri adalah dari keturunan beliau banyak

yang menjadi ulama atau kiai.Termasuk para murid beliau.Juga banyak dari anak

turun atau murid yang mendirikan pesantren.Salah satunya yaitu KH.Maesur.Beliau

adalah putra ketiga yang meneruskan perjuangan KH.Djufri, dalam memimpin

sekaligus juga menjadi pengganti thariqah bapaknya sendiri.Setelah memimpin

pondok pesantren selama kurang lebih 60 tahun KH.Djufri dipanggil oleh Yang

Maha Kuasa tepatnya pada tanggal 25 Jumadil Awal 1383 H/1962 M. Beliau

disemayamkan di samping makam ayah dan ibunya.

Generasi ketiga pemimpin Pondok Pesantren Al-Huda adalah

KH.Maesur.Beliau adalah purta ketiga dari pasangan KH.Djufri dan Nyai Hj.

Sufinah (istri kedua).Selain sebagai pengasuh pondok pesantren, beliau juga sebagai

Mursyid Naqsyabandiyah Khalidiyah, menggantikan ayahnya.Sebagai penerus

ketiga, beliau memang telah dipersiapkan sejak dini.Beliau sejak kecil sudah dididik

oleh ayahnya.Selain itu juga oleh para paman beliau, yaitu KH.Hawari dan

KH.Hisyam. Kemudian beliau dikirim mondok ke Pondok Pesantren Jampes Kediri,

dibawah asuhan Syaikh Ihsan bin Muhammad Dahlan. Setelah beberapa tahun

dibawah asuhan Syaikh Ihsan, beliau pulang dan belajar kembali dibawah asuhan
sang ayah, KH. Djufri.Selain sebagai Mursyid dan pengasuh Pondok Pesantren,

beliau juga sebagai Mubaligh.Beliau juga aktif di organisasi NU, Persis, PPP, dan

Jam’iyyah AhliThariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah.

Kealiman beliau telah diakui oeh para kiai dan teman-temannya.Beliau juga seorang

yang tegas bila ada orang yang melakukan kesalahan, baik dalam hal thariqah dan

pengalaman agama (fiqh).Setelah memimpin Pondok Pesantren cukup lama, pada

tanggal 2 Muharram 2002 beliau dipanggil ke haribaan Allah dan dimakamkan di

sebelah barat Masjid Petak. Setelah itu digantikan oleh KH. Adib Maesur, putra

tertuadari istri pertama, Nyai Hj. Sunniyati. Riwayat pendidikan beliau dimulai dari

ayahanda sendiri kemudian setelah tamat sekolah tingkat pertama, beliau mondok di

Pesantren Jenengan, Solo.Di pesantren ini, beliau dibawah asuhan KH. Muhammad

Ma’ruf As Syadzali. Empat tahun dibawah asuhan KH.Ma’ruf, beliau pindah ke

Pesantren Gontor, namun hanya satu tahun.Karena waktu itu Gontor rusuh dan tidak

ada aktifitas apapun disana.Pesantren Tebuireng Jombang di Jawa Timur menjadi

persinggahan berikutnya dalam menimba ilmu.Pesantren Tebuireng pada masa itu

diasuh oleh KH. Yusuf Hasyim Asy’ari. Setelah itu beliau mengembara ke banyak

kiai atau pesantren di Madura.

Sebagai pelaksana kegiatan di Petak KH.Adib Maesur selaku pengasuh

pesantren juga dibantu oleh KH. Maghfur (sebagai koordinator dalam

pembangunan), KH. Sidqon Maesur (sebagai koordinator dalam kemasjidan), dan

K. Khusnussyiar ( sebagai koordinator dalam kemadrasahan), dan K. Anhar Maesur

(sebagai koordinator daam kesantrian). Sebagai penerus dibidang thariqah adalah


KH.Maghfur.Beliau adalah santri dari KH. Muslih bin Abdurrahman, pengasuh

Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Semarang.

Saat ini, Pondok Pesantren Al-Huda Petak selain menyelenggarakan

Madrasah Diniyyah, mulai tingkat tamhidi (awaliyyah) sampai tingkat Aliyah, juga

menyelenggarakan program tahfidhul qur’an. Program ini diasuh oleh Nyai

Ta’mirotul Birroh dengan dibantu oleh Gus Fathan Adib.Nyai Ta’miratul Birroh

adalah santri dari KH. Ahmad Umar, Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan

Solo. Sedangkan Gus Fathan Adib adalah santri dari KH. Mufid Mas’ud, Pondok

Pesantren Sunan Pandanaran Sleman Jogjakarta.

2. Sarana dan Fasilitas Pesantren

Pondok Pesantren Al Huda termasuk pondok yang sudah cukup tua

umurnya.|Dengan sarana dan prasarana yang bisa dikatakan terbatas dan seadanya,

namun para santri maupun ustadz/ustadzah tidak merasa kekurangan dan tetap

melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagai suatu keharusan dan misi utama

pesantren. Adapun sarana dan prasarana pondok pesantren Al Huda antara lain:

a. Empat belas kamar untuk para santri

b. Masjid

c. Kantor Pusat

d. Aula

e. Ruang Kelas

f. Ruang Tamu

g. Mading
3. Program Pendidikan dan Pengajaran

a. Metode

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran akan berhasil apabila metode yang

diterapkan efektif dan terarah dengan baik. Untuk itu pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran di Pondok Pesantren Al Huda memakai metode sebagai berikut:

1) Metode sorogan

Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang

lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan, dibawah

bimbingan seorang kyai atau ustadz (Depag, 2003:74). Di Pesantren Al Huda

metode ini dipakai ketika mengaji al-Qur’an, para santri secara bergilir satu

persatu untuk mengaji al-Qur’an dan disimak oleh Ustadznya.

2) Metode bandongan

Metode bandongan disebut juga dengan metode wetonan. Metode

bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok santri

untuk mendengarkan dan menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab

(Depag, 2003:86). Di Pondok Pesantren Al Huda metode ini digunakan ketika

mengaji kitab kuning, Kyai atau Nyai duduk di depan untuk membacakan dan

menjelaskan isi dari kitab yang dipelajari, sedangkan para santri duduk di depan

beliau untuk menyimak, mendengarkan sambil ngesahi.

3) Metode hafalan
Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal

suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang kyai atau

ustadz (Depag, 2003:100). Pada pesantren Al Huda metode ini biasanya

digunakan ketika belajar tajwid, hadits dan nahwu. Santri diharuskan untuk

menghafal, setelah hafal kemudian dihafalkan di hadapan para santri dan kyai

atau ustadz.

b. Materi dan Kurikulum

Materi dan kurikulum di Pesantren Al Huda adalah sebagai berikut:

1) Takhasussiyah

Takhasussiyah adalah madrasah/jenjang pendidikan yang paling dasar di

pesantren Al Huda.Yang mengikuti kelas takhasussiyah ini, santri yang

masih bersekolah pada tingkat Madrasah Tsanawiyah. Pelajaran yang

diberikan antara lain:


a) Nahwu

b) shorof

c) hadits

d) fiqh

e) akhlak

f) tauhid

g) Tafsir

h) Tajwid

i) Bahasa Arab
2) Tsanawiyah

Pada tingkat tsanawiyah, materi yang diajarkan sama dengan pada tingkat

takhasussiyah, hanya saja tingkatannya lebih tinggi.

3) Aliyah

Pada tingkat aliyah, materi yang diajarkan juga sama dengan pada tingkat

takhasussiyah dan tsanawiyah, tetapi materi yang disampaikan tentu saja

tingkatannya lebih tinggi dan materinya lebih banyak, karena pada tingkatan

ini yang mengikuti hanya santri yang menuntut ilmu di pesantren saja.

4. Susunan Kepengurusan

Adapun susunan kepengurusan Pondok Pesantren Al Huda terdiri dari

pengasuh dan penasehat yang membawahi secara langsung pengurus harian. Pengurus

harian ini bertugas melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pengasuh. Adapun

susunan kepengurusan di Pondok Pesantren Al Huda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1Susunan kepengurusan Santri Putri Pondok Pesantren Al Huda


Pengasuh
KH. Drs. Adib Maesur dan Hj. Khidjatun

Penasehat

KH. Maghfur

Ketua

Siti Nur
Hibatun Hidayah
Wafiroh M. Ag

Sekretaris Bendahara
Tutik Kustari Nur Khasanah

Sie. Keamanan Sie.perlengkapan

Eko Puji Winarsih Sakinah

Sie. Kebersihan Sie. Pendidikan

Mu’alimatun Fuadatul Azizah

5. Visi dan Misi Pondok Pesantren

a. Visi Ponok Pesantren


Melahirkan kader yang santri berwawasan Islam

Membentuk karakter santri yang akhlakul karimah

b. Misi Pondok Pesantren

Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Pemeliharaan dan pengembangan tradisi Islam

6. Tata Tertib Santri

Tata tertib santri di Pondok Pesantren Al Huda dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Kewajiban santri, antara lain:

1) Para santri wajib taat kepada pengasuh, ustadz, dan pengurus.

2) Para santri wajib belajar/mengajar.

3) Para santri wajib mengikuti kegiatan pesantren/madrasah yang berupa apa

saja tanpa terkecuali.

4) Para santri wajib mengikuti shalat berjamaah beserta wiridnya.

5) Para santri wajib membayar syahriyah (bulanan) tepat pada waktunya.

6) Para santri wajib membayar iuran lain yang telah diputuskan oleh pengasuh/

pengurus berdasarkan musyawarah.

7) Para santri wajib mendaftarkan diri serta membayar uang pangka paling

lambat 3 hari sejak datangnya.

8) Para santri wajib membawa nama baik pengasuh, ustadz, pengurus,

pesantren, agama, dan berakhlaqul karimah.

9) Para santri wajib izin kepada pengasuh dan pengurus bila bepergian sampai

malam.
10) Para santri wajib menjaga kebersihan lingkungan pesantren dan masjid.

11) Para santri wajib berbusana muslim bila keluar dari pesantren.

12) Para santri wajib hormat-menghormati, bersatu, dan menerima

nasehat/peringatan dari sesama.

13) Para santri wajib tolong menolong kepada sesama berdasarkan Al Qur’an

dan Hadits Nabi SAW.

b. Larangan Santri, antara lain:

1) Para santri dilarang mencuri, bertengkar, dan bergaul bebas dengan lain

jenis.

2) Para santri dilarang merusak/menggunakan barang inventaris pondok yang

berupa apa saja.

3) Para santri dilarang menggunakan milik orang lain tanpa seizin pemiliknya

(ghosob).

4) Para santri dilarang keluar dari pondok setelah sholat maghrib kecuali izin

pengurus.

5) Para santri dilarang menemui keluarganya tanpa pengawal pengurus.

6) Para santri dilarang menonton dan mengadakan kelompok-kelompok.

7) Para santri dilarang dilarag berambut panjang (bagi santri putra).

8) Para santri dilarang beramai-ramai pada waktu berjama’ah bila ia tertinggal,

dan pada waktu tengah malam.

9) Para santri dilarang merokok (bagi santri putra).

10) Para santri dilarang bergaul terlalu erat dengan lingkungan.

11) Para santri dilarang menjemur pakaian diteras-teras kompleks.

12) Para santri dilarang mandi/mencuci ditempat wudhu.


7. Ta’zir di Pondok Pesantren Al Huda

a. Tidak mengikuti kegiatan

1) Peringatan

2) Menguras kamar mandi dan wc

3) Menghafal salah satu surat dalam Al Qur’an

b. Pulang tanpa ijin

1) Peringatan

2) Membersihkan aula dan masjid

3) Membaca Al Qur’an satu juz

8. Keadaan Objek Responden atau Populasi

Penelitian ini mengambil populasi yang dijadikan responden sebanyak 50

santri, yaitu SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan santri yang hanya menuntut ilmu di

pesantren saja.Untuk jenjang SMP ada 22 santri, SMA 10 santri, dan yang hanya

mondok ada 18santri.

Daftar nama santri yang dijadikan responden dapat dilihat dalam tabel dibawah

ini:

Tabel 3.2Data Responden

No Nama Jenjang Pendidikan

1 Mila Kusumawati Mts

2 Nurul Fatimah Mts


3 Sri Hartati Mts

4 Laili Amaliyah MTs

5 Sayidatul Chanifah MTs

6 Nurul Lailatul M. Mts

7 Richatul Jannah Mts

8 Choirunnisa Nur A. Mts

9 Sabila Fella Shufa Mts

10 Nur Fitriyani Mts

11 Tiara Mukti Utari Mts

12 Arihna R.J Mts

13 Nurul Inayah Mts

14 Nurul Malikhatun Mts

15 Wahibatul Aula Mts

16 Ida Utami Mts

17 Ida Zulaikha Mts

18 Emma Mts

19 Muallimatun Mts

20 Endah Mts

21 Malikha Qistiyanah Mts

22 Lala Nur Khafidzoh Mts


23 Sri Hariati SMA

24 Ulfi Hidayatul A. SMA

25 Dewiyana Ningsih SMA

26 Eko Puji Winarsih SMA

27 Novia Ningsih SMA

28 Fuadatul Azizah SMA

29 Istiqomariyah SMA

30 Istiqomah SMA

31 Sakinah SMA

32 Tutik Kustari SMA

33 Umi Nur Wakhidah Santri

34 Aini Syafaah Santri

35 Umi Qoniah Santri

36 Siti Mutmainnah Santri

37 Rini Widiyarni Santri

38 Karmilatus S. Santri

39 Ami Puryanti Santri

40 Sri Mufidatul Ulfa Santri

41 Devi Malia Santri

42 Nurul Latifah Santri


43 Nur Malikhatul Q. Santri

44 Nur Mugiyarti Santri

45 Fatikhatul Lutfi Santri

46 UmiCholisoh Santri

47 Unik Marwati Santri

48 Rafika Isroul Zulfa Santri

49 Titin Fitria Santri

50 Nur Khasanah Santri

B. Penyajian Data

1. Data jawaban angket tentang penerapan hukuman (ta’zir)dan kedisiplinan belajar santri

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4Jawaban Angket Persepsi Santri tentang Penerapan Hukuman (Ta’zir)

No. Urut Nomor Item Soal Jumlah Skor

Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C D

1 C B C C B C B D C D - 3 5 2

2 C B C D B C B D C D - 3 4 3

3 C C B C B C B D C D - 3 5 2

4 C B C C D C B B C D - 3 5 2

5 C B C D C C C D D C - 1 6 3
6 D B D C B D C C D C - 2 4 4

7 D C C C B C B D C B - 3 5 2

8 C B C D B C B C C D - 3 5 2

9 B B D C B D C D C B - 4 3 3

10 C B B C D C B C C D - 3 5 2

11 C A C C C C B D C D 1 1 6 2

12 D B C C A C B D D D 1 2 3 4

13 D C B C B C C D C D - 2 5 3

14 D B C C B C B D C C - 3 5 2

15 C C D C A D C D C D 1 - 5 4

16 D C C C B D C D C D - 1 5 4

17 D C C B A C B D D C 1 2 4 3

18 D B D D B C D D C D - 2 2 6

19 C B C C C D B D C D - 2 5 3

20 C B C B A C B D C B 1 4 4 1

21 D B C A B C B D C A 2 3 3 2

22 C C D C B C D C C D - 1 6 3

23 D B D C D C B D C D - 2 3 5

24 D C C D B C D D D D - 1 3 6

25 D C D C A C B D C B 1 2 4 3
26 C B C C B C B D C D - 3 5 2

27 D B D C B C D B C D - 3 3 4

28 C B C B B D C D C D - 3 4 3

29 C B C C B C B D C A 1 3 5 1

30 D B C B B C B D C B - 5 3 2

31 C B C C B C B C C D - 3 6 1

32 D B C C A C B D C D 1 2 4 3

33 C B C B B C B D C D - 4 4 2

34 D B C C B C B D C D - 3 4 3

35 C C C C B C C D D C - 1 7 2

36 D C C C B C B C C D - 2 6 2

37 D B C C C C D D C D - 1 5 4

38 D C C C B C B D D C - 2 5 3

39 D B C C B C D D C A 1 2 4 3

40 D B C B B C B D D C - 4 3 3

41 C B C C B C B D C D - 3 5 2

42 C C C D B D C D C D - 1 5 4

43 D C C C C C B C D D - 1 6 3

44 D B C D B D C D C D - 2 3 5

45 D B C D C D B D C D - 2 3 5
46 D D B D C C C D D D - 1 3 6

47 D B C C B C C D D C - 2 5 3

48 D B C D B C B D C B - 4 3 3

49 C C C C B C B C C D - 2 7 1

50 D C C C B C C D C D - 1 6 3

Tabel 3.4Jawaban Angket Kedisiplinan Belajar

No. Urut Nomor Item Soal Jumlah Skor

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C D

1 D B C C C D C C B D - 2 5 3

2 C B C D C D C C A D 1 1 5 3

3 C B C C C D C C A D 1 1 6 2

4 C B C D C D D C B D - 2 4 4

5 C C C D C D C D C D - - 6 4

6 C C D D C D C C B D - 1 5 4

7 C B C C C D C C B D - 2 6 2

8 C B C D C D C C B B - 3 5 2

9 C C B D C C C C B D - 2 6 2

10 C B C C C D B C C B - 3 6 1

11 B B C D B C C B B D - 5 3 2

12 C B C D C D C C B C - 2 6 2
13 C B B D C D C C B B - 4 4 2

14 C B C B D D B C A A 2 3 3 2

15 C B C D C C C C B B - 3 6 1

16 D C C D C D C D B C - 1 5 4

17 C C C D C D C C B D - 1 6 3

18 D B D D C D C C C D - 1 4 5

19 C B C D C D C C B D - 2 5 3

20 B B C B B B C A B A 2 6 2 -

21 B A B B C D B C A A 3 4 2 1

22 C B C D C C C C B D - 2 6 2

23 C B C C D D C D B D - 2 4 4

24 C C C D C D C C C D - - 7 3

25 C B C D C D C D B D - 2 4 4

26 B B C D B D C C B D - 4 3 3

27 C B D D C D B C B C - 3 4 3

28 C B C D C D C C C D - 1 6 3

29 C C C D C D C C B A 1 1 6 2

30 D B C C C B C C B D - 3 5 2

31 C B C C C D C C B D - 2 6 2

32 C B C D C D C B B B - 4 4 2

33 C B C D B D C C B D - 3 4 3

34 C D C D C C C C C B - 1 7 2
35 C B C D C D D C B D - 2 4 4

36 D C C B C D C C B D - 2 5 3

37 C B C D C D C C C B - 2 6 2

38 D C C D C D C C B A 1 1 5 3

39 C B C D C D C C B B - 3 5 2

40 C B C D C D C D B D - 2 4 4

41 C D C C C D C C B A 1 1 6 2

42 D C D D D D C C B D - 1 3 6

43 D C C D D C D C D B 1 2 3 4

44 C B C D C D C D C C - 1 6 3

45 D C D C D C C D B D - 1 4 5

46 D C C D C D C C C D - - 6 4

47 C C C D C D B C C C - 1 7 2

48 D B C D B D B C B D - 4 2 4

49 D B C D C C B C B D - 3 4 3

50 C B C D C D C C B D - 2 5 3

BAB IV

ANALISIS DATA
A. Analisis Pendahuluan

Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka langkah selanjutnya adalah

menganalisa data tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir dari penelitian.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data yang telah terkumpul

adalah sebagai berikut:

1. Analisis Persentase

Yaitu teknik analisis data dengan menggunakan rumus:

𝐹
P= 𝑁 x100%

Keterangan:

P : Persentase Perolehan

F : Frekuensi

N : Jumlah Sampel

Rumus ini untuk menganalisis dari tiap-tiap kategori kedua variabel

yaituta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak.

a. Data Tentang Penerapan Hukuman (Ta’zir)

Data tentang penerapan hukuman (ta’zir)diperoleh dari angket yang

penulis bagikan kepada responden. Terdiri dari sepuluh pertanyaan, masing-

masing pertanyaan tersedia empat opsi jawaban, dengan bobot nilai sebagai

berikut:
1) Santri yang menjawab A memiliki bobot nilai 1;

2) Santri yang menjawab B memiliki bobot nilai 2;

3) Santri yang menjawab C memiliki bobot nilai 3;

4) Santri yang menjawab D memiliki bobot nilai 4.

Berikut ini merupakan tabelnilai dari penyebaran angket tentang

hubunganpersepsi santri tentang penerapan hukuman(ta’zir) dengan kedisiplinan

belajar santri putri di Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012.

Tabel4.1

DataPersepsi Santri tentang Penerapan Hukuman (Ta’zir) Pondok Pesantren Al

Huda Petak, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun 2012

No Urut Kategori Jawaban Kategori Nilai Jumlah Nominasi

Resp
A B C D 4 3 2 1

1 - 3 5 2 - 9 10 2 21 B

2 - 3 4 3 - 9 8 3 20 C

3 - 3 5 2 - 9 10 2 21 B

4 - 3 5 2 - 9 10 2 21 B

5 - 1 6 3 - 3 12 3 18 C

6 - 2 4 4 - 6 8 4 17 D

7 - 3 5 2 - 9 10 2 21 B
8 - 3 5 2 - 9 10 2 21 B

9 - 4 3 3 - 12 6 3 21 B

10 - 3 5 2 - 9 10 2 21 B

11 1 1 6 2 4 3 12 2 21 B

12 1 2 3 4 4 6 6 4 20 C

13 - 2 5 3 - 6 10 3 19 C

14 - 3 5 2 - 9 10 2 21 B

15 1 - 5 4 4 - 10 4 18 C

16 - 1 5 4 - 3 10 4 17 D

17 1 2 4 3 4 6 8 3 21 B

18 - 2 2 6 - 6 4 6 16 D

19 - 2 5 3 - 6 10 3 19 C

20 1 4 4 1 4 12 8 1 25 A

21 2 3 3 2 8 9 6 2 25 A

22 - 1 6 3 - 3 12 3 18 C

23 - 2 3 5 - 6 6 5 17 D

24 - 1 3 6 - 3 6 6 15 D
25 1 2 4 3 4 6 8 3 21 B

26 - 3 5 2 - 9 10 2 21 B

27 - 3 3 4 - 9 6 4 19 C

28 - 3 4 3 - 9 8 3 20 C

29 1 3 5 1 4 9 10 1 24 A

30 - 5 3 2 - 15 6 2 23 B

31 - 3 6 1 - 9 12 1 22 B

32 1 2 4 3 4 6 8 3 21 B

33 - 4 4 2 - 12 8 2 22 B

34 - 3 4 3 - 9 8 3 20 C

35 - 1 7 2 - 3 14 2 19 C

36 - 2 6 2 - 6 12 2 20 C

37 - 1 5 4 - 3 10 4 17 D

38 - 2 5 3 - 6 10 3 19 C

39 1 2 4 3 4 6 8 3 21 B

40 - 4 3 3 - 12 6 3 21 B

41 - 3 5 2 - 9 10 2 21 B
42 - 1 5 4 - 3 10 4 17 D

43 - 1 6 3 - 3 12 3 18 C

44 - 2 3 5 - 6 6 5 17 D

45 - 2 3 5 - 6 6 5 17 D

46 - 1 3 6 - 3 6 6 15 D

47 - 2 5 3 - 6 10 3 19 C

48 - 4 3 3 - 12 6 3 21 B

49 - 2 7 1 - 6 14 1 21 B

50 - 1 6 3 - 3 12 3 18 C

Dari data diatas, dapat ditentukan lebar interval untuk membuat tingkat kategori

penerapan hukuman (ta’zir) dengan memperoleh nilai tertinggi 25 dan nilai terendah 15.

Memberikan lebar interval(I) untuk membuat tingkat kategori penerapan hukuman (ta’zir),

dengan rumus :

xt − xr + 1
𝐼=
ki

Keterangan:

I : interval
xt : nilai tertinggi

xr : nilai terendah

ki : kelas interval

xt − xr + 1
𝐼=
ki

25 − 15 + 1
𝐼=
4

11
𝐼=
4

I =2,75=3

Jadi intervalnya adalah 3

Tabel 4.2

Interval Persepsi Santri tentang Penerapan Hukuman (Ta’zir)

Interval Tingkat Penerapan Ta’zir Keterangan

24-26 A Sangat Baik

21-23 B Baik

18-20 C Cukup

15-17 D Kurang
Setelah diketahui masing-masing kategori, maka langkah selanjutnya

menentukan persentase dari masing-masing variabel dengan rumus sebagai

berikut:

F
𝑃= x100%
N

Diketahui:

1) F : Santri (responden) yang memperoleh nilai A pada jawaban angket

tentang persepsi santri tentang penerapan hukuman (ta’zir)sebanyak 3 santri.

N : Banyaknya sampel 50 santri

Maka:

F
𝑃= x100%
N

3
𝑃= x100%
50

𝑃 = 6%

2) F : santri (responden) yang memperoleh nilai B pada jawaban angket tentang

persepsi santri tentang penerapan hukuman (ta’zir)sebanyak 21 santri.

N : Banyaknya sampel 50 santri

Maka,

F
𝑃= x100%
N

21
𝑃= x100%
50
𝑃 = 42%

3) F : santri (responden) yang memperoleh nilai C pada jawaban angket tentang

persepsi santri tentang penerapan hukuman (ta’zir)sebanyak 16 santri.

N : Banyaknya sampel 50 santri

Maka,

F
𝑃= x100%
N

16
𝑃= x100%
50

𝑃 = 32%

4) F : santri (responden) yang memperoleh nilai D pada jawaban angket

tentang persepsi santri tentang penerapan hukuman (ta’zir)sebanyak 10

santri.

N : Banyaknya sampel 50 santri

Maka,

F
𝑃= x100%
N

10
𝑃= x100%
50

𝑃 = 20%

Tabel 4.3

Nilai Persentase Angket Penerapan Hukuman (Ta’zir)


Penerapan

No Hukuman Interval Frekuensi Persentase

(Ta’zir)

1 Sangat Baik 24-26 3 6%

(A)

2 Baik (B) 21-23 21 42%

3 Cukup (C) 18-20 16 32%

4 Kurang (D) 15-17 10 20%

Jumlah 50 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik suatu informasi bahwa di

Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012:

1) Persentase penerapan hukuman (ta’zir) pada santri tingkat sangat tinggi

sebanyak 6%.

2) Persentasepenerapan hukuman (ta’zir) pada santri tingkat tinggisebanyak

42%.

3) Persentase penerapanhukuman (ta’zir)pada santri tingkat sedang sebanyak

32%.

4) Sedangkan persentase penerapan hukuman (ta’zir) pada santri tingkat

rendah sebanyak 20%.

b. Data Tentang Kedisiplinan Belajar


Data tentang kedisiplinan belajar diperoleh dari angket yang penulis

bagikan kepada responden. Terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing

pertanyaan terdiri dari empat opsi jawaban, dengan bobot nilai sebagai berikut:

1) Santri yang menjawab A memiliki bobot nilai 4;

2) Santri yang menjawab B memiliki bobot nilai 3;

3) Santri yang menjawab C memiliki bobot nilai 2;

4) Santri yang menjawab D memiliki bobot nilai 1.

Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi nilai dari penyebaran angket

tentang kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak.

Tabel4.4

Data Tentang Kedisiplinan Belajar Santri Pondok Pesantren Al Huda Petak, Kec.

Susukan, Kab. Semarang Tahun 2012

No Urut Kategori Jawaban Kategori Nilai Jumlah Nominasi

Resp
A B C D 4 3 2 1

1 - 2 5 3 - 6 10 3 19 C

1 1 5 3 4 3 10 3 20 C
2

1 1 6 2 4 3 12 2 20 C
3

- 2 4 4 - 6 8 4 18 D
4

- - 6 4 - - 12 4 16 D
5
- 1 5 4 - 3 10 4 17 D
6

- 2 6 2 - 6 12 2 20 C
7

- 3 5 2 - 9 10 2 21 C
8

- 2 6 2 - 6 12 2 20 C
9

- 3 6 1 - 9 12 1 22 C
10

- 5 3 2 - 15 6 2 23 B
11

- 2 6 2 - 6 12 2 20 C
12

- 4 4 2 - 12 8 2 22 C
13

2 3 3 2 8 9 6 2 25 B
14

- 3 6 1 - 9 12 1 22 C
15

- 1 5 4 - 3 10 4 17 D
16

- 1 6 3 - 3 12 3 18 D
17

- 1 4 5 - 3 8 5 16 D
18

- 2 5 3 - 6 10 3 19 C
19

2 6 2 - 8 18 4 - 30 A
20

3 4 2 1 12 12 4 1 29 A
21

- 2 6 2 - 6 12 2 20 C
22
- 2 4 4 - 6 8 4 18 D
23

- - 7 3 - - 14 3 17 D
24

- 2 4 4 - 6 8 4 18 D
25

- 4 3 3 - 12 6 3 21 C
26

- 3 4 3 - 9 8 3 20 C
27

- 1 6 3 - 3 12 3 18 D
28

1 1 6 2 4 3 12 2 21 C
29

- 3 5 2 - 9 10 2 21 C
30

- 2 6 2 - 6 12 2 20 C
31

- 4 4 2 - 12 8 2 22 C
32

- 3 4 3 - 9 8 3 20 C
33

- 1 7 2 - 3 14 2 19 C
34

- 2 4 4 - 6 8 4 18 D
35

- 2 5 3 - 6 10 3 19 C
36

- 2 6 2 - 6 12 2 20 C
37

1 1 5 3 4 3 10 3 20 C
38

- 3 5 2 - 9 10 2 21 C
39
- 2 4 4 - 6 8 4 18 D
40

1 1 6 2 4 3 12 2 21 C
41

- 1 3 6 - 3 6 6 15 D
42

1 2 3 4 - 3 8 3 16 D
43

- 1 6 3 - 3 12 3 18 D
44

- 1 4 5 - 3 8 5 16 D
45

- - 6 4 - - 12 4 16 D
46

- 1 7 2 - 3 14 2 19 C
47

- 4 2 4 - 12 4 4 20 C
48

- 3 4 3 - 9 8 3 20 C
49

- 2 5 3 - 6 10 3 19 C
50

Dari data diatas, dapat ditentukan lebar interval untuk membuat tingkat kedisiplinan belajar

dengan memperoleh nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 15.

Memberikan lebar interval(I) untuk membuat tingkat kedisiplinan belajar:

Dengan rumus :

xt − xr + 1
𝐼=
ki
Keterangan:

I : interval

xt : nilai tertinggi

xr : nilai terendah

ki : kelas interval

xt − xr + 1
𝐼=
ki

30 − 15 + 1
𝐼=
4

16
𝐼=
4

I =4

Jadi intervalnya adalah 4

Tabel 4. 5

Interval Kedisiplinan Belajar


Interval Kedisiplinan Belajar Keterangan

27-30 A Sangat Baik

23-26 B Baik

19-22 C Cukup

15-18 D Kurang

Setelah diketahui masing-masing kategori, maka langkah selanjutnya

menentukan persentase dari masing-masing variabel dengan rumus sebagai

berikut:

F
𝑃= x100%
N

Diketahui:

1) F : santri (responden) yang memperoleh nilai A pada jawaban angket

kedisiplinan belajar sebanyak 2 santri.

N : banyaknya sampel 50 santri

Maka,

F
𝑃= x100%
N

2
𝑃= x100%
50

𝑃 = 4%
2) F : santri (responden) yang memperoleh nilai B pada jawaban angket

kedisiplinan belajar sebanyak 2 santri.

N : banyaknya sampel 50 santri

Maka,

F
𝑃= x100%
N

2
𝑃= x100%
50

𝑃 = 4%

3) F : santri (responden) yang memperoleh nilai C pada jawaban angket

kedisiplinan belajar sebanyak 29 santri.

N : banyaknya sampel 50 santri

Maka,

F
𝑃= x100%
N

29
𝑃= x100%
50

𝑃 = 58%

4) F : santri (responden) yang memperoleh nilai D pada jawaban angket

kedisiplinan belajar sebanyak 17 santri.

N : banyaknya sampel 50 santri

Maka,
F
𝑃= x100%
N

17
𝑃= x100%
50

𝑃 = 34%

Tabel 4.6

Nilai Persentase Angket Kedisiplinan Belajar

Kedisiplinan
No. Interval Frekuensi Persentase
Belajar

1 Sangat Baik 27-30 2 4%

(A)

2 Baik (B) 23-26 2 4%

3 Cukup (C) 19-22 29 58%

4 Kurang (D) 15-18 17 34%

Jumlah 50 100%

B. Analisis Lanjut

1. Analisis Hipotesis
Pada bagian ini, penulis melakukan analisis data untuk membuktikan diterima

atau tidaknya hipotesis yang penulis ajukan, yaitu ada hubungan antara penerapanta’zir

dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012.

Terlebihdahulu penulis mencari ada tidaknya hubungan antara variabel

(correlation) yaitu ta’zir (variabel x) dan kedisiplinan belajar (variabel y) dengan

menggunakan rumus korelasi product moment. Hasil perhitungan menghasilkan nilai

korelasi r yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antar variabel.

Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan r

tabel. Nilai r tabel untuk sampel 50 dengan taraf signifikansi 1% yaitu 0,361. Jika r

hitung > r tabel maka ada hubungan yang positif antara varibel x dan y. Jika r hitung =

0, maka tidak ada hubungan sama sekali antara variabel x dan y. Jika r hitung < r tabel

maka terdapat hubungan negatif antara variabel x dan y. Sedangkan perhitungan

dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

∑𝑥 ∑𝑦
∑𝑥𝑦 −
𝑁
rxy = (∑𝑥 )2 (∑𝑦 )2
∑𝑥 2 − ∑𝑦 2 −
𝑁 𝑁

Keterangan:

rxy : nilai koefisien korelasi antara x dan y

xy : produk dari x dan y

x : nilai variabel 1

y : nilai variabel 2
N : banyaknya subjek pemilik nilai

∑ : sigma

Maka sebelum melakukan perhitungan, penulis terlebih dahulu melakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat tabel untuk mencari hubungan antara ta’zir dengan kedisiplinan belajar

santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012.

2. Mencari x, y, x2, y2 dan xy dengan cara mengalikannya.

3. Memasukkan nilai x dan y yang sudah ada kedalam rumus korelasi product

momentangka kasar

Tabel 4.7

Koefisien Hubungan Ta’zir Dengan Kedisiplinan Belajar Santri Putri Pondok Pesantren Al

Huda Petak Tahun 2012

Nomor
Responden X Y x2 y2 Xy

1 21 19 441 361 399

2 20 20 400 400 400

3 21 20 441 400 420

4 21 18 441 324 378

5 18 16 324 256 288

6 17 17 289 289 289

7 21 20 441 400 420

8 21 21 441 441 441


9 21 20 441 400 420

10 21 22 441 484 462

11 21 23 441 529 483

12 20 20 400 400 400

13 19 22 361 484 418

14 21 25 441 625 525

15 18 22 324 484 396

16 17 17 289 289 289

17 21 18 441 324 378

18 16 16 256 256 256

19 19 19 361 361 361

20 25 30 625 900 750

21 25 29 625 841 725

22 18 20 324 400 360

23 17 18 289 324 306

24 15 17 225 289 255

25 21 18 441 324 378

26 21 21 441 441 441

27 19 20 361 400 380

28 20 18 400 324 360

29 24 21 576 441 504

30 23 21 529 441 483

31 22 20 484 400 440

32 21 22 441 484 462


33 22 20 484 400 440

34 20 19 400 361 380

35 19 18 361 324 342

36 20 19 400 361 380

37 17 20 289 400 340

38 19 20 361 400 380

39 21 21 441 441 441

40 21 18 441 324 378

41 21 21 441 441 441

42 17 15 289 225 255

43 18 16 324 256 288

44 17 18 289 324 306

45 17 16 289 256 272

46 15 16 225 256 240

47 19 19 361 361 361

48 21 20 441 400 420

49 21 20 441 400 420

50 18 19 324 361 342

Jumlah 988 985 19776 19807 19693

Dari tabel di atas diketahui:

∑x : 988
∑y : 985

∑x2: 19776

∑y2: 19807

∑x.y: 19693

N : 50

Data-data yang telah diketahui kemudian dimasukkan dalam rumus product

moment:

∑𝑥 ∑𝑦
∑𝑥𝑦 −
𝑁
rxy = (∑𝑥 )2 (∑𝑦 )2
∑𝑥 2 − ∑𝑦 2 −
𝑁 𝑁

988 985
19693 −
50
rxy = (988 )2 (985 )2
19776 − 19807 −
50 50

973180
19693 −
50
rxy = (976144 ) (970225 )
19776 − 19807 −
50 50

19693−19463 ,6
rxy=
19776 −19522 ,88 19807 −19404 ,5

229,4
rxy=
253,12 402,5

229,4
rxy= 101880 ,8

229,4
rxy=319,19

rxy=0,718
C. Pembahasan

Setelah data dianalisis, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel,

dengan jumlah responden 50 santri dengan taraf signifikansi 1% diperoleh nilai sebesar

0,361 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai sebesar 0,279.Untuk lebih jelasnya

penulis sajikan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.8 Nilai Product Moment

Taraf Signifikansi

N Ro 1% 5%

50 0,718 0,361 0,279

Maka jika dibandingkan dengan nilai rxy hitung (0,718) lebih besar dari nilai r

tabel pada taraf signifikasi 1% yaitu 0,361dan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,279

atau dapat dikatakan 0,718>0,361, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubunganpositif atau hubunganyang signifikan antara persepsi santri tentang penerapan

ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun

2012, atau hipotesis yang berbunyi “ada hubunganantara penerapan hukuman (ta’zir)

dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012”

dapat diterima.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui tahapan pengumpulan data,

pengolahan data serta analisis data maka penulis selanjutnya dapat menarik kesimpulan

dari penelitian berjudul Hubungan Persepsi Santri tentang PenerapanTa’zir Dengan

Kedisiplinan Belajar Santri Putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012, sebagai

berikut :

1. Pada variabel x yaitu ta’zir atau penerapan hukuman Pondok Pesantren Al Huda

Petak tahun 2012, dapat dikatakan bahwa penerapan hukuman (ta’zir) di Pondok

tersebut cukup baik, hal tersebut ditunjukkan dengan data yang diperoleh, yaitu

pada jawaban angket dengan kategori sangat tinggi (sangat baik) dengan frekuensi

paling rendah yakni 3 responden dengan persentase 6%, dan kategori tinggi

(baik)mencapai angka frekuensi tertinggi yakni 21 responden dengan persentase

42% dan kategori sedang (cukup) mencapai angka frekuensi sedang yakni 16

responden dengan persentase 32%.Sedangkan kategori rendah yaitu 10 responden

dengan persentase 24%.

2. Pada variabel y yaitu kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda

Petak Tahun 2012 dapat dikatakan bahwa mereka mempunyai kedisiplinan belajar

yang cukup baik, hal tesebut ditunjukkan dengan data yang diperoleh, yaitu santri

yang menjawab angket dengan kategori sangat tinggi mencapai angka frekuensi 2

responden dengan persentase 4%, kategori tinggi mencapai angka frekuensi 2


responden dengan persentase 4% kategori sedang mencapai angka frekuensi 29

responden. Sedangkan kategori rendah mencapai 17 responden dengan persentase

34%.

3. Hasil perhitungan analisis data membuktikan bahwa hipotesis yang penulis ajukan

yaitu adakah hubungan antara persepsi santri tentang penerapan

ta’zirdengankedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun

2012 diterima atau tidak ditolak. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi

(rhitung ) sebesar 0,718 lebih besar dari rtabel pada taraf signifikan 1 % (0,361) atau

dapat dikatakan 0,718>0,361. Dengan demikian ada hubungan yang positif antara

persepsi santri tentang penerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri

Pondok Pesantren Al Huda tahun 2012.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Sebagai lembaga pendidikan Islam diPetak, kec. Susukan, Kab. Semarang, Pondok

Pesantren Al Hudamerupakan dambaan umat Islam dalam membentuk insan yang

mempunyai akhlak yang baik. Mengacu pada hal tersebut, penulis mengharap

kepada pengurus pondok pesantren Al Huda untuk tetap mempertahankan

penerapan hukuman (ta’zir) kepada para santrinya yang melakukan pelanggaran.

2. Sebagai seorang santri yang mempunyai beberapa kewajiban, maka taatilah semua

peraturan pondok pesantren yang bertujuan untuk kebaikan bersama yaitu

keberhasilan dan teraturnya tata tertib pesantren.


3. Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap semua santri semakin meningkatkan

kedisiplinan dalam belajarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi.IlmuPendidikan, fakultastarbiyah IAIN Walisongo, Salatiga, 1983..

Ahmadi,abu.DidaktikMetodik, Toha Putra, Semarang, 1978.

Arikunto, Suharsimi, ProsedurPenelitian, RinekaCipta, 1998.

Arikunto, Suharsimi,

ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktekEdisiRevisi,RinekaCipta,

Jakarta, 1999.

B.Uno, Hamzah, OrientasidalamPsikologiPembelajaran, BumiAksara, Jakarta,

2008.

Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam (DalamSistemPendidikanNasional

diIndonesia),Prenada Media, Jakarta, 2004.

Dhofier, Zamakhsyari, TradisiPesantren, LP3ES, 1983.

Kartono, Kartini, PengantarIlmuMendidikTeoritis, MandarMaju, Bandung, 1992.

Mulyati, PsikologiBelajar, Andi, Yogyakarta, 2005.

Nafi’, Dian, dkk.,PraksisPembelajaranPesantren, PT. LKiSPelangiAksara,

Yogyakarta, 2007.

NashihUlwan, Abdullah, Kaidah-kaidahDasar: PendidikanAnakMenurut Islam,

PT.RemajaRosdakarya, Bandung, 1992.


Poerwadarminta, W. J. S., KamusUmumBahasa Indonesia, 2005.

Salim, Nur, PengaruhPenghayatanSantriTentangTa’zirTerhadapAkhlak, Salatiga,

2009.

Suwarno, Wiji, Dasar-dasarlmuPendidikan, Ar-Ruzz, Yogyakarta, 2006.

Syafi’IMa’arif,Ahmad, StudiTentangPercaturandalamKonstituante: Islam

danMasalahKenegaraan, LP3ES, Jakarta, 1995.


BIODATA PENULIS

Nama : Maslihatul Umami

TTL : Kab. Semarang, 07 September 1989

Alamat : Sumber, RT 002/RW 011, Kec. Susukan, Kab. Semarang

Orang Tua :

Ayah : Ahmadi Ilyas, A.Ma.

Pekerjaan : PNS

Ibu : Siti Munawaroh

Pekerjaan : PNS

Alamat : Sumber, RT 002/RW011, Kec. Susukan, Kab. Semarang 50777

Riwayat Pendidikan

1. SDN Timpik IV, lulus tahun 2001

2. MTsN Susukan, lulus tahun 2004

3. MAN Salatiga, lulus tahun 2007

4. STAIN Salatiga, lulus tahun 2013


Salatiga, 20 Agustus 2013

Penulis

Maslihatul Umami

Anda mungkin juga menyukai