Anda di halaman 1dari 1

1. https://www.detik.

com/jabar/berita/d-6968774/suka-duka-jastipers-buku-dari-rebutan-barang-
hingga-dicibir-netizen
Sebagai penyedia jasa, terdapat kendala terutama menghadapi cibiran warganet. Banyak
orang menyebutkan bahwa jastipers kerap kali mencuri start dan mengambil buku-buku
"bagus" yang menjadi incaran banyak orang. Nyatanya memang usaha yang dikerahkan
jastipers lebih besar untuk mendapatkan buku yang banyak diincar itu. "Belakangan ini kita
lagi banyak dinyinyirin di medsos. Kesannya mah jastipers mengakuisisi, ngambilin buku-
buku yang bagus, sampai orang-orang nggak kebagian. Padahal mah kita juga nyari kayak
yang lain," sebut Wulan. Selain membuka jasa titip pada kegiatan bazar buku, ketiganya juga
tergabung sebagai re-seller beberapa penerbit buku di Indonesia. Meskipun begitu, mereka
mengaku tidak mendapatkan perlakuan khusus dari para penerbit untuk mendapatkan buku-
buku bagus. Tak jarang mereka harus bolak-balik ke lokasi bazar hingga tiga kali dalam
seminggu untuk memenuhi wishlist pembeli.

2. https://www.jurnas.com/artikel/144264/Kemdikbudristek-Libatkan-Anak-Hadirkan-Buku-
Bacaan-Menarik/
Pelibatan anak menjadi pendekatan baru yang dilakukan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) dalam menghadirkan buku bacaan
yang menarik dan sesuai dengan usia. Hal ini disampaikan Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Endang Aminudin Aziz dalam konferensi pers
peningkatan literasi di Jakarta pada Sabtu akhir pekan lalu. "Buku anak yang beredar selama
ini adalah buku anak yang berdasarkan perspektif orang tua. Sekarang, kami kembangkan
buku bacaan dengan DKT (diskusi literasi terpumpun, Red) bersama para ahli dan anak
secara langsung," kata Aminudin kepada awak media. Aminudin menilai, pemilihan anak
sebagai sasaran awal pengembangan buku bacaan, diharapkan dapat menanamkan kebiasaan
membaca seseorang hingga dewasa.

Anda mungkin juga menyukai