Anda di halaman 1dari 3

caption caption="BUKU BERJENJANG: Halim Simatupang, salah satu staff USAID

PRIORITAS menunjukkan buku-buku bacaan berjenjang yang akan dihibahkan ke ribuan


sekolah di Sumut. USAID PRIORITAS mengembangkan buku bacaan berjenjang untuk
meningkatkan kemampuan baca siswa."][/caption]

SALAH satu fokus USAID PRIORITAS dan Pemerintah Indonesia saat ini adalah
pengembangan membaca. Karena itu, sejumlah kepala sekolah, guru dan komite sekolah sudah
dilatih dalam membangun budaya membaca. Juga sudah dibagikan sejumlah buku bacaan ke
semua sekolah mitra untuk mendorong tumbuhnya budaya baca.

"Namun, kurangnya jumlah buku yang sesuai untuk anak kelas awal masih problem besar di
tanah air," ujar Halim Simatupang, Teacher Training Officer (TTO) atau penanggung jawab
pelatihan guru untuk tingkat sekolah dasar USAID PRIORITAS.

Demi mewujudkan fokus itu, USAID PRIORITAS bekerjasama dengan Yayasan Literasi Anak
Indonesia (YLAI) untuk mengembangkan buku bacaan berjenjang khusus untuk siswa kelas
awal. Buku tersebut akan dibagikan ke sekolah mitra dan non mitra. Untuk itu, guru dan kepala
sekolah perlu dilatih menggunakannya.

Mengapa?
Banyak buku bacaan beredar di pasar, namun sulit ditemukan buku berjenjang yang disesuaikan
khusus untuk anak kelas awal. Buku berjenjang dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan
membaca (bukan tingkat kelas). Kemampuan membaca harus diajarkan. "Padahal, semakin baik
keterampilan membaca siswa, semakin baik pula keterampilannya mengolah informasi. Semakin
baik keterampilan mengolah informasinya, semakin besar kemungkinannya berhasil dalam
belajar," terangnya.

Lantas bagaimana cara mendapatkan buku berjenjang tersebut. Halim mengatakan, YLAI telah
mengembangkan Buku Bacaan Berjenjang untuk digunakan di Bali. USAID PRIORITAS telah
bekerjasama dengan YLAI untuk menyesuaikan buku ini agar bisa digunakan di seluruh
Indonesia. Reviu dan revisi buku tersebut telah dilakukan beberapa kali dengan melibatkan
perwakilan guru, kepala sekolah, pengawas, mulai dari Aceh sampai Papua, BPSDM, Kemenag,
Kemdikbud, Puskurbuk, P4TK Bahasa, dan dosen-dosen LPTK Mitra.

Juga telah disiapkan modul pelatihan untuk para guru, kepala sekolah dan dosen. Selain itu, telah
disiapkan juga buku panduan guru dan siswa. Lebih jauh Halim menerangkan, ada enam
tingkatan buku tersebut. Setiap jenjang ditandai dengan huruf dan warna sampul berbeda.
"Totalnya 75 judul. Setiap sekolah mendapatkan satu paket. Isi paket berupa dua boks berisi 600
buku dengan rincian 75 judul buku bacaan dengan masing-masing delapan buku per judul,
delapan buku besar (big book), enam buku panduan guru dan lembar kerja siswa," paparnya.
Buku yang enam jenjang ini meliputi jenjang A (21 judul), jenjang B (9 judul), jenjang C (9
judul), jenjang D (14 judul), jenjang E (13 judul) dan jenjang F (9 judul). USAID PRIORITAS
juga menyediakan video contoh penggunaan buku bacaan berjenjang dan big book.

Dukungan Pemerintah

Selain bekerjasama dengan YLAI, dukungan pemerintah juga sangat besar. Itu terbukti dari
beberapa pertemuan dengan Kemdikbud (Staff khusus Mendikbud, BSNP, Puskurbuk dan
Konsultan Kemdikbud) telah dilakukan. Hasilnya, buku bacaan berjenjang telah disetujui
Kemdikbud dan Kemenag untuk dibagikan dan digunakan di sekolah. Dan program membaca
berimbang didukung pelaksanaannya. Logo Kemdikbud dan Kemebag digunakan di sampul
buku.

Adapun sasaran program ini adalah sekolah dan LPTK Mitra. Paket buku berjenjang akan
dibagikan ke semua sekolah mitra (daerah kohor 1,2,3 & sekolah labs LPTK) plus dua paket per
LPTK mitra yang berisi 75 judul buku dikali delapan eksemplar, delapan eksemplar big book,
dan enam buku panduan guru dan buku siswa.

USAID akan mencetak 12.000 paket buku berjenjang. Buku ini akan dibagikan ke sekokah non
mitra di 50 daerah USAID PRIORITAS dan 40 daerah DBE. Guru dan kepala sekolah akan
dilatih dalam penggunaan buku ini selama dua hari di gugus (KKG, pelaksanaan program
berbasis gugus). Pembiayaan kegiatan dilakukan dengan sistem sharing dana. Buku dibagikan ke
sekolah di akhir pelatihan. "Pendampingan dilakukan pasca pelatihan selama dua hari.
Pemilihan sekolah non mitra akan dilakukan bersama Dinas Pendidikan dan Kemenag," pungkas
Halim.

Akademisi Unimed Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd mengatakan setiap siswa memiliki kemampuan
dasar membaca yang berbeda. Tidak bisa setiap anak diajarkan membaca dengan cara dan bahan
yang sama. Kalau pengetahuan awal anak tidak ada, maka pengetahuan yang disampaikan tidak
ada yang dipahami anak. “Jadi dengan adanya buku berjenjang, maka bahan bacaan disesuikan
dengan kemampuan awal anak,” terangnya di Medan, Kamis (13/8) .

Mutsyuhito Solin mengatakan membaca merupakan keterampilan yang penting dikuasai anak.
Keterampilan membaca sangat menentukan hasil membaca. Itu dikarenakan kemampuan
membaca merupakan alat untuk memahami aneka pelajaran. Dengan membaca anak bisa
memahami agama, bahasa, matematika, sosial dan IPA.

“Kalau anak-anak sudah terbiasa membaca dengan buku berjenjang, maka anak-anak tidak akan
frustasi lagi membaca. Selama ini anak-anak frutasi membaca, karena selama ini anak
menganggap membaca itu sulit. Nah buku berjenjang ini akan lebih menarik bagi anak karena
disesuaikan dengan minat anak. Dampak buku berjenjang ini bisa membentuk sikap mandiri
anak untuk membaca,” tukasnya.
AKARTA - Keterampilan membaca menjadi salah satu aspek yang dipelajari oleh siswa tingkat
sekolah dasar (SD). Daya tangkap anak yang berbeda-beda membuat seorang guru mencari
strategi yang tepat sehingga peserta didik juga memiliki minat baca.

Buku bacaan berjenjang menjadi alat bantu belajar yang efektif digunakan guru untuk
membimbing kelompok siswa sesuai tingkat kemampuan membaca dalam pembelajaran di kelas
awal SD dan MI. Terkait hal tersebut, USAID melalui program PRIORITAS membagikan lebih
dari 8 juta buku bacaan berjenjang ke 13 ribu sekolah di berbagai provinsi.

"Buku ini akan membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca dan meningkatkan
kenikmatan membaca. Semakin bagus kemampuan membaca seorang siswa, semakin baik
kemampuan belajar mereka," ujar Wakil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia,
Brian McFeeters, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Okezone, Rabu (25/5/2016).

Penyerahan buku bacaan berjenjang secara simbolis telah dilakukan di SDN 2 Jelupang,
Tangerang Selatan, Banten pada Selasa 22 Mei 2016. Acara serah terima tersebut turut dihadiri
oleh Dirjen Dikdasmen Kemdikbud, Hamid Muhammad; Kepala Biro Komunikasi dan Layanan
Masyarakat Kemedikbud, Asianto Sinambela; Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin
Davnie; Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Engkos Kosasih; beserta Direktur USAID
Indonesia, Andrew Sisson dan Direktur program USAID PRIORITAS, Stuart Weston.

Para siswa di SDN Jelupang 2 antusias menyambut kehadiran tokoh-tokoh tersebut. Apalagi,
Brian yang fasih berbahasa Indonesia turut membacakan salah satu cerita berjudul 'Kebun
Binatang'. "Ayo, anak-anak ikuti saya membaca bersama!" sebutnya.

Sementara Hamid menilai, pemberian buku bacaan berjenjang sebagai bentuk kemitraan antara
Indonesia dan AS sangat membantu pendidikan di Tanah Air. Dia berharap, setiap sekolah bisa
memanfaatkannya sebagai alat bantu mengajar dan sarana meningkatkan minat baca siswa.

"Tujuannya adalah bagaimana semua penduduk termasuk anak-anak di sekolah gemar membaca,
gemar menulis, dan literet. Literet adalah bisa mengakses informasi, memahami informasi yang
dia akses, dan bisa menggunakan informasi tersebut untuk hal-hal yang berguna," paparnya.

Buku bacaan berjenjang sendiri dibagi menjadi enam tingkatan atau jenjang kesulitan, mulai dari
yang sederhana untuk anak yang baru belajar membaca, sampai yang tingkat kesulitannya
semakin tinggi untuk anak yang sudah lancar membaca. Masing-masing jenjang ditandai warna
sampul buku yang berbeda. Sebelum buku-buku tersebut dibagikan ke sekolah dan madrasah,
guru-guru kelas awal penerima buku akan dilatih strategi meningkatkan keterampilan dan minat
membaca anak dengan memanfaatkan buku bacaan berjenjang tersebut. (ira)

(rfa)

Anda mungkin juga menyukai