Anda di halaman 1dari 10

Salah satu pengertian pendidikan yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarkara (1980) yang menyatakan bahwa pendidikan

adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani harus diwujudkan di dalam seluruh proses atau upaya pendidikan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa "Pendidikan adalah Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang". Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah sekolah dasar. Di sekolah inilah anak didik mengalami proses pendidikan dan pembelajaran. Dan, secara umum pengertian sekolah dasar dapat kita katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. Pendidikan ini diselenggarakan untuk anak-anak yang telah berusia tujuh tahun dengan asumsi bahwa anak seusia tersebut mempunyai tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya. Pendidikan dasar memang diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri anak didik. Kita seharusnya memahami pengertian sekolah dasar sehingga dapat mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan di tingkat ini. Walaupun, kita pengenal pendidikan anak usia dini (PAUD), tetapi setidaknya mereka lebih mengedepankan untuk melatih anak bersosialisasi dengan teman dan masyarakat, bukan untuk mengikuti pendidikan dan pembelajaran yang mengarah pada pemahaman pengetahuan. Tujuan Pendidikan Dasar Berkenaan dengan tujuan operasional pendidikan SD, dinyatakan di dalam Kurikulum Pendidikan Dasar yaitu memberi bekal kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar dapat diuraikan secara terperinci, seperti berikut : 1. Memberikan Bekal Kemampuan Membaca, Menulis, dan Berhitung. 2. Memberikan Pengetahuan dan Ketrampilan Dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. 3. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pendidikan di SLTP. Sekolah Dasar Sebagai Pendidikan Dasar Pengertian sekolah dasar dapat dikatakan sebagai kegiatan mendasari tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama. Hal ini karena ketiga aspek tersebut merupakan hal paling hakiki dalam kehidupan. Kita membutuhkan sikap-sikap hidup yang positif agar kehidupan kita lancar. Kita juga membutuhkan dasar-dasar pengetahuan agar setiap kali berinteraksi tidak ketinggalan informasi. Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah keterampilan. Di sekolah dasar, kegiatan pembekalan diberikan selama enam tahun berturut-turut. Pada saat inilah anak didik dikondisikan untuk dapat bersikap sebaik-baiknya. Pengertian sekolah dasar sebagai basis pendidikan harus benar-benar dapat dipahami oleh semua orang sehingga mereka dapat mengikuti pola pendidikannya. Tentunya, dalam hal ini, kegiatan

pendidikan dan pembelajarannya mengedepankan landasan bagi kegiatan selanjutnya. Tanpa pendidikan dasar, tentunya sulit bagi kita untuk memahami konsep-konsep baru pada tingkatan lebih tinggi. mengajarkan Anak SD Amerika Berbagi kepada Kaum Dhuafa Tiap tanggal 15 setiap bulan sebuah kelas di SD Pointers Run di Maryland, dipenuhi sukarelawan. Murid-murid, seperti Campbell Snoddy, mengumpulkan makanan hasil sumbangan anak-anak dan orangtua dari tiap kelas. Pertama, murid-murid memeriksa apakah makanan itu kadaluwarsa atau tidak, lalu mereka memilahmilah sesuai jenisnya, serta menaruh kaleng-kaleng dan kotak-kotak makanan itu ke dalam tas-tas, untuk diantarkan ke warga manula yang kurang mampu. Kegiatan itu dimulai Julie Rosenthal enam tahun lalu dengan mendirikan 'Food on the 15th, program nirlaba yang melibatkan anak-anak sekolah untuk membantu orang-orang yang memerlukan bantuan. "Saya ingin mengajarkan anak perempuan saya menjadi dermawan, menolong sesama yang kurang beruntung dalam komunitas kami. Saya juga ingin mengajarkan hal ini kepada anak-anak lain," paparnya. Pada waktu itu anak perempuan Rosenthal, Jenny Mandle, duduk di kelas 5 SD. Sekarang ia berusia 15 tahun dan masih terlibat dalam program itu. "Jujur saja, dulunya saya kira makanan itu dari lemari makan, seperti uang yang dipetik dari pohon. Saya tidak sadar bahwa ada orang di komunitas tempat saya tinggal, tidak punya makanan tiap bulan," ujar Mandle. Anak-anak dan orangtua mereka selalu mengantarkan makanan kaleng itu sekitar tanggal 15 tiap bulan, ketika uang pensiun bulanan mulai habis dan keputusan sulit harus diambil, apakah uang itu dipergunakan untuk membeli makanan atau keperluan lain. Anak-anak bertemu muka langsung dengan mereka yang kurang beruntung itu. Linda Testerman, salah seorang manula, mengatakan bahwa ia juga senang bertemu anak-anak. Anak-anak juga memperoleh kepuasan tersendiri dapat membantu mereka yang kekurangan. "Sungguh membahagiakan, bisa membuat para manula senang," kata Snoddy. Sofia Merkowitz, relawan 'Food on the 15th', mengaku menyukai kegiatan ini, karena memberinya rasa tenteram dengan memberikan makanan kepada mereka yang membutuhkan. "Kami ingin anak-anak memiliki pengalaman mengantarkan sendiri makanan kepada orang yang memerlukan, sehingga mereka merasa bahwa mereka telah berbuat baik untuk kehidupan seseorang," papar Rosenthal. Program itu dimulai dengan satu sekolah yang mengirimkan 30 tas berisi makanan. Jumlah itu bertambah tiap tahun, dan kini melibatkan sepuluh sekolah dan beberapa gereja. Sejauh ini, sudah lebih dari 12.000 tas berisi makanan disumbangkan. Rosenthal mengatakan, sasarannya adalah memperluas program 'Food on the 15th' itu ke seluruh Amerika dan seluruh dunia.

Pembentukan Budi Pekerti Anak Sekolah Dasar melalui Tembang Macapat ABSTRAK Pendidikak karakter termasuk pendidikan budi pekerti di dalamnya kini sedang marak- maraknya menjadi bahan perbincangan di Indonesia. Hal ini karena terjadinya degradasi moral pada peserta didik maupun lulusan sebagai output pendidikan Indonesia. Pada dasarnya pendidikan karakter termasuk di dalamnya pendidikan budi pekerti sudah ditanamkan sejak dulu oleh Ki Hajar Dewantara, akan tetapi dengan adanya perkembangan jaman, kemajuan ilmu penegetahuan dan teknologi kini budi pekerti yang dimiliki anak Indonesia sudah mulai menurun. Oleh karena itu, Sekarang ini pendidikan karakter termasuk di dalamnya pendidikan budi pekerti masih dipandang sebagai wacana dan belum menjadi bagian yang terintegrasi dalam pendidikan formal, padahal dalam pendidikan di Indonesia sudah terdapat mata pelajaran pancasila, kewarganegaraan, agama islam dll. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi menurunnya budi pekerti pada anak yaitu melalui penggalian nilai- nilai kearifan lokal bangsa Indonesia, yaitu melalui tembang macapat, karena tembang macapat memiliki pesan moral yang sangat bagus. Pengintegrasian nilai-nilai di dalamnya dalam pendidikan di Indonesia akan membuat anak didik memiliki karakter sekaligus menunjukkan kepribadian bangsa. Hal tersebut akan membuat keluaran pendidikan Indonesia memiliki kompetensi yang cukup, bukan hanya dalam kecerdasan kognitif, melainkan juga kecerdasan emosi. Guru sebagai pendidik dan pengajar memiliki peran penting dalam pembentukan budi pekerti Kata kunci: Budi pekerti, Globalisasi, Tembang Macapat PENDAHULUAN Pembentukan budi pekerti perlu diberikan sedini mungkin kepada setiap anak sebagai dasar pembentukan karakter, khususnya di kalangan siswa sekolah dasar. Pendidikan di sekolah dasar merupakan dasar dari pemerolehan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan proses pendewasaan diri melalui berbagai kegiatan belajar mengajar. Namun, belakangan ini kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak usia sekolah sudah semakin terasa. Hal tersebut dapat ditandai dengan banyaknya anak yang sikap dan perilakunya menyimpang dari nilai dan norma di lingkungan masyarakat. Penyimpangan yang dilakukan tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari budaya barat dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut memberikan dampak positif, contohnya untuk mendapatkan informasi, menambah pengetahuan dll, akan tetapi kemajuan tersebut juga memberikan dampak negatif, salah satunya yaitu menurunnya nilai- nilai budi pekerti yang dimiliki oleh anak. Contohnya mereka berbicara kotor, mencontek, tawuran, saling mengejek teman, minum- minuman keras dll. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kemerosotan budi pekerti tersebut yaitu dengan memperkenalkan dan mengajarkan tembang macapat kepada anak, tembang macapat dapat digunakan untuk mengajarkan budi pekerti pada anak karena tembang macapat mengandung nilainilai budi pekerti luhur yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tembang macapat merupakan tembang yang berasal dari masyarakat Jawa. Pembacaan tembang- tembang macapat biasa disebut dengan istilah macapatan. Tembang macapat terdiri atas 11 jenis, yaitu: Maskumambang, mijil, sinom, pangkur, gambuh, dhandanggula, kinanthi, asmaradhana, megatruh, pocung dan durma. Masing- masing jenis tembang tersebut memiliki makna sendiri- sendiri , kemudian jika makna yang terkandung dalam tembang tersebut dipelajari dan dipahami secara mendalam maka akan menghasilakan output peserta didik yang memiliki budi pekerti yang bagus dan nantinya mampu bersaing dalam kancah internasional. PEMBAHASAN

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1991: 150) budi pekerti memuat dua kata yaitu budi dan pekerti. Budi adalah perangkat batin yang merupakan pepaduan antara akal dan peraaan, untuk menimbang baik buruk. Sedangkan pekerti sama artinya dengan tingkah laku, perangai, akhlak, atau watak. Kemudian M.Imarn Pohan dalam buku Budi pekerti dalam Sosialisme Indonesia mendefinisikan budi pekerti adalah Segala tabiat atau perbuatan manusia yang berdasar pada akal atau pikiran. Lebih lanjut Sedyawati dkk (1997) mengemukakan pengertian budi pekerti yang paling hakiki sebagai perilaku. Adapun sikap dan perilaku budi pekerti ini mengandung lima jangkauan sebagai berikut: a. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan b. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri c. Sikap dan perilaku dalam hubungannya denga keluarga d. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa e. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti merupakan suatu tindakan atau tingkah laku seseorang seseorang yang dalam pelaksanaannya dilandasi oleh pikiran yang baik, baik hubungannya Tuhan, lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Budi Pekerti menjadi pusat dari segala etika, tatakrama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan, pekerjaan dan kehidupan seharihari. Budi pekerti pertama kali ditanamkan oleh orang tua dan keluarga di rumah, karena keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi kehidupan seorang anak. setelah itu di sekolah, dan masyarakat yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelajaran budi pekerti di rumah biasanya dilakukan oleh orang tua atau keluarga, misalnya orang tua memerintah kepada anaknya kalau berjalan di depan orang tua badannya sedikit di bungkukan sambil mengucap nuwun sewu( permisi) ataupun nderek langkung (perkenankan lewat sini), selain itu orang tua juga mengajarkan kepada anaknya agar ia berbicara menggunakan bahasa krama atau bahasa yang sopan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Kemudian untuk di sekoalah budi pekerti bisa diajarkan melalui pendidikan budi pekerti atau dalam pelajaran pendidikan pancasila, kewarganegaraan, bahasa jawa ,dll. Akan tetapi, melihat kenyataan di lapangan sekarang ini, budi pekerti yang dimiliki oleh anak Indonesia sungguh sangat memprihatinkan, karena banyak anak- anak indonesia yang berperilaku tidak sopan, berbicara kotor, mencontek, tawuran, minum- minuman keras dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pengaruh budayabudaya baratpun dengan mudahnya masuk ke Indonesia dan mempengaruhi karakter anak- anak Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi menurunnya budi pekerti anak yaitu dengan menggunakan tembang macapat, karena di dalam tembang macapat terdapat nilai- nilai luhur yang patut untuk diteladani dan dicontoh oleh semua orang. Tembang macapat merupakan tembang yang berasal dari masyarakat Jawa. Tembang Macapat seperti semacam pantun, puisi, dan pada masyarakat jawa jaman dahulu tembang macapat biasa digunakan untuk menyampaiakan pesan moral, nasehat,untuk memberi info atau untuk berguarau. Pada zaman Susuhunan Paku Buwono X dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, seni tembang dijadikan sebagai salah satu media untuk menyampaikan ajaran keutamaan. Tembang macapat biasa disebut dengan tembang cilik. Tembang ini mulai digunakan pada awal pergerakan Islam. Menurut cerita, tembang macapat berasal dari kata mocone papat (membaca empat- empat) yang diartikan bahwa cara membacanya terjalin tiap empat suku kata. Padmosoekatjo (1953: 13) mengemukakan bahwa tembang macapat mempunyai konvensi atau aturan yang terdiri dari guru gatra, guru wilangan dan guru lagu. Guru gatra merupakan ketentuan jumlah baris (gatra) tembang pada tiap bait (padha). Guru wilangan yaitu aturan jumlah suku kata

tertentu pada tiap baris (gatra) untuk masing- masing nama dalam tembang macapat. Sedangkan guru lagu adalah konvensi jatuhnya suara pada tiap-tiap akhir baris (gatra), baik terbuka maupun tertutup. Menurut Padmosoekatjo (1953: 12) tembang macapat atau tembang cilik terdiri atas Kinanthi, Pucung, Asmaradana, Mijil, Maskumambang, Pangkur, Sinom, Dhandhanggula, dan Durma. Masing-masing tembang memiliki konvensi yang berbeda terkait dengan tiga konvensi di atas. Adapun konvensi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Kinanthi : 8u, 8i,8a, 8i, 8a, 8i. 2. Pucung : 12u, 6a, 8i, 12 a. 3. Asmaradana : 8i, 8a, 8e (o), 8a, 7a, 8u, 8a. 4. Mijil : 10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u. 5. Maskumambang : 12i. 6a, 8i, 8a. 6. Pangkur : 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i. 7. Sinom : 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8i, 7a, 8i, 12a. 8. Dhandhanggula : 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a. 9. Durma : 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7i. Selain tembang-tembang yang sudah disebutkan di atas, ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa tembang megatruh dan gambuh juga termasuk ke dalam tembang macapat. Konvensi untuk tembang megatruh dan gambuh yakni: 1. Megatruh: 12u, 8i, 8u, 8i, 8o 2. Gambuh : 7u, 10 u, 12i, 8u, 8o. Jadi dapat disimpulkan bahwa tembang macapat terdiri dari 11 macam tembang, yang meliputi: Maskumambang, mijil, pangkur, sinom, dhandanggula, asmaradhana, kinanthi, durma, megatruh, gambuh dan pucung. Ke 11 tembang tersebut memiliki watak, nasehat dan makna yang berbeda-beda. Tembang tersebut menggambarkan proses kehidupan manusia yang dimulai dari proses kelahiran hingga prosese kematian. Untuk penjelasan dari tembang- tembang tersebut akan diuraikan di bawah ini: a. Mijil Mijil menggambaran proses kelahiran manusia, mijil/mbrojol/mencolot dan lahirlah seorang bayi manusia. Tembang mijil berwatak cinta, prihatin. Oleh karena itu cocok untuk memberikan pendidikan/ pengajaran, rasa cinta kasih. Pesan yang dapat diambil dari tembang ini yaitu kita harus selalu bersyukur karena kita sudah dilahirkan ke bumi yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, dan kita juga harus pandai bersikap agar kelak bisa menjadi manusia yang berguna serta dapat mengatasi masalah- masalah yang ada dalam kehidupan. Ada bermacam- macam tembang mijil. Salah satunya yaitu: Dedalane guna lawan sekti Kudu andhap asor Wani ngalah dhuwur wekasane Tumungkula yen dipun dukani Bapang den simpangi Ana catur mungkur b. Maskumambang Maskumambang menggambarkan jabang bayi yang masih ada di dalam kandungan seorang ibu dan belum diketahui jenis kelaminnya. Kumambang diartikan sebagai seorang bayi yang hidup mengambang di dalam perut ibunya.

Pesan atau amanat yang bisa diambil dari tembang ini yaitu seorang anak harus selalu berbakti kepada ke dua orang tua, karena orang tua telah menjaga anak- anak mereka sejak kecil hingga dewasa, sehingga anak harus memberi balas budi kepada orang tua dengan berbakti kepada orang tua dan selalu membuat orang tua bahagia. Selain berbakti kepada orang tua anak juga harus berbakti kepada nusa dan bangsa, karena orang tua menginginkan agar anaknya menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan negara. Ada bermacam- macam tembang maskumambang, salah satu contohnya yakni: Maratani mring anak putu ing wuri Den padha prayitna Ajana kang kuma wani Mring biyung tanapi bapa c. Kinanthi Tembang ini bersifat senang, cinta kasih dan cocok untuk memberikan pendidikan/ pengajaran, rasa cinta kasih. Tembang kinanthi menggambarkan masa pembentukan jati diri pada anak. Dalam mencari jati diri anak memerlukan bimbingan dan arahan dari orang tua atau orang lain yang lebih dewasa. Tembang ini memberikan banyak nasehat tentang bagaiman cara meniti kehidupan yang baik agar hidup seseorang berarti, berguna dan dapat meraih apa yang di cita- citakan. Dibawah ini merupakan salah satu contoh tembang kinanthi, Yeku ilapating wahyu Yen yuwana ing salami Marga wimbuhing nugraha Saking kep Kang Maha Suci Cinancang pucuking rikma Nora ucul- ucul kaki d. sinom Berarti kanoman (usia muda), Jabang bayi berkembang menjadi remaja sang pujaan dan dambaan orang tua dan keluarga. Kemudian menimba ilmu sebanyak- banyaknya di waktu muda. Tembang ini bersifat lincah, ethes, canthas. Cocok untuk menggambarkan suasana kelincahan, berpidato dan memeberikan nasihat. Nasehat dari tembang ini yaitu kita harus menuntut ilmu sebanyak- banyaknya selagi masih muda. Salah satu contoh tembang sinom yakni: Amenengi jaman edan ewuh haya ing pambudi Melu edan ora tahan Kalamun dhatan nglakoni Dhatan kaduman melik Kaliren wekasanipun Dilalah karsa Allah Begja-begjane kang lali Isih begja kang eling lawan waspada e. Dhandhanggula Dhandhanggula berwatak luwes, menyenangkan. Sesuai untuk mengungkapkan segala hal/ keadaan. Dhandhanggula berasal dari kata, Dhandhang yang berarti pengarep-arep (harapan), dan gula yang berarti gula. Jadi dhandsnggula yaitu harapan yang semanis gula. Tembang ini menggambarkan

seseorang yang senang, karena cita- citanya tercapai, memiliki keluarga, memiliki keturunan, hidup berkecukupan dan hidup bahagia dengan keluarga. Biasanya digunakan untuk ungkapan dalam kehidupan sehari- hari yang bernada ringan atau bergurau, selain itu dhandanggula juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan moral kepada semua orang. Salah satu contoh tembang dhandanggula yaitu: Kala sira kadhawuhan mijil Sira ora ngerti apa-apa njur Allah paring rakhmate iku wujud pangrungu paningal lan ati kang suci mula padha nyukurana ing paringan mau kanggo sangu nggonmu mlana lumaku ing alam kadonya puniki supaya nora sasar Arti dari tembang tersebut yaitu bahwa ketika kita dilahirkan ke dunia kita tidak tahu apa- apa, kemudian Allah SWT memberi kita pendengaran, penglihatan, dan hati yang suci. oleh sebab itu kita harus bersyukur dan harus memanfaatkan apa yang sudah kita dapatkan dengan sebaik mungkin agar kita tidak salah melangkah dan kita mendapat kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. f. Asmaradana Berarti perasaan cinta, yaitu Menggambarkan laki- laki dan perempuan yang sedang terbakar oleh api asmara karena mereka saling mencintai , sehingga kehidupan mereka digerakkan oleh motifasi harapan dan rasa asmara. Seolah- olah dunia hanya milik mereka berdua. Tembang ini bersifat sedih, cinta asmara. Amanat dari tembang ini yaitu manusia khususnya remaja tidak boleh terlena dengan dunia yang mengatas namakan cinta. Tetapi arus memikirkan sebab akibat dari perbuatannya agar tidak terjadi hal- hal yang tidak diinginkan. Orang tua juga harus selalu mengawasi pergaulan anakanaknya agar mereka tidak salah dalam pergaulan. Contoh tembang asmaradhana Gegarane wong akrami Dudu bandha dudu rupa Amung ati pawitane Luput pisan kena pisan Yen gampang luwih gampang Yen angel angel kelangkung Tan kena tinumbas arta Kala kula taksih alit Winulang ing wayah rina Dipun gendhong kewer-kewer Yen ngantuk kalela-lela Makaten lampah amba Enjing siyang sonten dalu Sanget ing panuwun kula g. Gambuh Gambuh atau Gampang Nambuh, menggambarkan orang yang memiliki sikap angkuh serta acuh tak acuh dan tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mereka beranggapan bahwa

mereka adalah orang yang kuat dan tangguh sehingga mereka berlagak sombong. Amanat dari tembang ini yaitu, manusia tidak boleh bersikap sombong dengan apa yang mereka miliki, karena pada dasarnya apa yang dimiliki merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Esa yang bisa diambil sewaktuwaktu dan akan dimintai pertanggung jawabannya, selain itu manusia juga harus mampu membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Contoh tembang gambuh Sekar gambuh ping catur Kang cinatur polah kang kalantur Tanpa tutur katulo- tulo katali Kadaluwarso katutur Kapatuh pan dadi awon h. Durma Munduring tata krama, menggambarkan keadaan manusia yang selalu berbuat buruk atau jahat. Manusia yang senang bertengkar, senang bermusuhan, maunya menang sendriri dan tidak mau memahami perasaan orang lain .Tembang ini memiliki watak galak, keras, marah, bergairah. Cocok untuk mengungkapkan kemarahan, cerita perang, perasan jengkel. Amanat dari tembang ini yaitu manusia harus selalu sadar dan waspada, serta tidak boleh menyakiti dan mencelakai orang lain, karena itu merupakan perbuatan yang tidak baik. Contoh tembang durma Ingkang eling iku ngeling ana marang Sanak kadang kang lali Den nedya raharja Mangkono tindak ira Yen tan nggugu iya uwis Teka meneng amung aja sok ngrasani i. Pangkur Tembang pangkur menggambarkan orang yang sedang melakukan instropeksi diri untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di masa yang lalu. Pangkur bersifat keras, bergairah (kereng, nepsu), cocok untuk memberikan nasihat yang keras, cinta berapi-api, cerita hal-hal yahng bersifat keras. Amanat yang bisa diambil dari tembang ini yaitu manusia harus memanfatkan waktu muda dengan sebaik- baiknya dan bisa mengkoreksi dirinya sendiri agar tidak terjadi penyesalan di hari tua. Di bawah ini merupakan salah satu contoh tembang pangkur Sekar pangkur kang winarna Lelabuhan kang kanggo wong ngaurip Ala lan becik puniku Prayoga kawruh ana Adat waton punika dipun kadulu Miwah ingkang tata krama Den kaesthi siyang ratri j. Megatruh Berasal dari kata megat roh , roh atau nyawa yang sudah lepas dari badan jasadnya karena sudah takdiranya kembali ke tempat yang telah digariskan oleh Hyang Maha Kuasa. Megatruh bersifat sedih, prihatin, getun, menyesal. Sehingga cocok untuk mengambarkan cerita yang mengandung rasa penyesalan, prihatin dan sedih.

Amanat dari tembang yaitu bahwa sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa harus memanfaatkan waktu dengan sebaik- baiknya untuk hal- hal yang baik yaitu selalu berbuat baik,beribadah, tawakal, ikhlas dan selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kita tidak menyesal dikemudian hari karena kematian datangnya tiba- tiaba. Contoh tembang megatruh Para janma sajroning jaman pakewuh Kasudra nira andadi Dahurune saya ndarung Keh tyas mirong murang margi Kasetyan wus nora katon k. Pocung/ pucung Menceritakan bahwa seseorang kalau sudah menjadi mayat, sebelum dikubur jasadnya dipocong terlebih dahulu. Setelah di dalam kubur tidak bisa berbuat apa- apa. Bagi orang yang baik kematian justru menyenangkan sebagai kelahirannya kembali, dan merasa kapok hidup di dunia yang penuh derita. Makna yang terkandung di dalam tembang ini yaitu bahwa manusia harus selalu mawas diri / instropeksi diri, adil, jujur tidak boleh menyalahkan orang lain. Karena kalau sudah meninggal tidak bisa berbuat apa- apa, apa yang didapatkan di akhirat tergantung amal perbuatan yang dilakukan ketika di dunia. Kalau ketika di dunia berbuat baik maka di akhirat pun akan merasa senang dan bahagia. Tetapi kalau di dunia selalu berbuat, buruk dan maksiat, maka di akhirat akan menderita. Salah satu contoh tembang pucung, yakni: Ngelmu iku kalakone kanthi laku Lekase lawan khas Tegese khas nyantosani Setya budya pangekese dur angkara Dari beberapa tembang macapat di atas dapat di simpulkan bahwa inti atau pesan moral yang dapat dimbil dari tembang- tembang macapat tersebut yaitu manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa harus selalu berbuat baik kepada siapa saja, kapan saja dan di mana saja, harus selalu bersyukur, berbuat adil, memanfaatkan waktu dengan sebaik- baiknya, sabar, jujur, tidak boleh sombong dan harus selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa agar nantinya tidak menyesal di kemudian hari atau di akhirat kelak. Melihat dari pernyataan tentang nilai-nilai dan falsafah kehidupan yang terdapat dalam masing-masing tembang di atas, tembang- tembang tersebut dapat dijadikan sebagai sarana pembentukan budi pekerti pada anak. III PENUTUP Kesimpulan Indonesia meruapakn negara yang masyarakatnya sangat menjunjung tinggi nilai- nilai budi pekerti. Sehingga segala perbuatan atau tindakan masyarakatnya pun dilandasi dengan nilai- nilai budi pekerti. Akan tetapi, kini nilai- nilai budi pekerti yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia khususnya dikalangan remaja dan anak- anak sudah mulai terkikis seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman. Generasi muda yang seharusnya sebagai generasi penerus bangsa kini telah kehilangan jati diri mereka, mereka tidak dapat mengendalikan emosi mereka, mereka mengikuti trend- trend tetapi mereka tidak tahu dampak positif dan negatinya, karena mereka hanya ikut- ikutan biar tidak dikatakan anak kuper atau kurang pergaulan ataupun tidak gaul.. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi menurunnya budi pekerti yang dimiliki anak Indonesia yaitu melalui tembang macapat, karena tembang macapat memiliki nilai- nilai kehidupan yang sangat bagus untuk dipelajari, dihayati

dan dilaksanakan oleh setiap orang. Secara umum tembang macapat menggambarkan proses kehidupan manusia yang dimulai dari proses kelahiran, kehidupan hingga kematian. Tembang macapat terdiri atas 11 macam tembang dan masing- masing tembang tersebrut memiliki, watak dan makna yang berbeda- beda. Tembang tersebut diantaranya Mijil, maskumambang, kinanthi, sinom, asmaradhana, durma, dhandanggula, gambuh, pangkur, megatruh, dan pucung. Secara umum amanat atau pesan dari tembang- tembang tersebut yaitu bahwa kita sebagai manusia harus selalu bersyukur, selalu berbuat baik, jujur, tidak sombong, menghargai orang lain, dan selalu berserah diri kepada Allah SWT Saran Sebagai masyarakat Indonesia kita harus selalu menjunjung tinggi nilai- nilai budi pekerti dan kesopanan yang sudah dimiliki sejak jaman dahulu oleh masyarakat Indonesia. Agar nilai- nilai budi pekerti tersebut tidak mudah terpengaruh oleh bangsa lain yaitu dengan memperkenalkan, melestarikan dan menghayati makna yang terkandung dalam tembang macapat. Kemudian tembang macapat juga tidak hanya diperkenalkan atau diajarkan di lembaga- lembaga formal atau sekolahsekolah saja, teapi juga di lembaga- lembaga non formal.

Anda mungkin juga menyukai