Anda di halaman 1dari 1

BAB 9 ASPEK YURIDIS TENTANG HAK MILIK, BEZIT, DAN LEVERING A.

Pengertian Benda
Istilah benda merupakan terjemahan dari kata zaak (Belanda) atau material (Inggris). Di dalam berbagai
literatur dikenal tiga macam pengertian benda, yaitu: 1.sebagai barang yang dapat dilihat atau berwujud
(pengertian sempit); 2.sebagai kekayaan seseorang yang berupa hak dan penghasilan; 3.sebagai objek
hukum, lawannya subjek hukum (Subekti, 1984: 60; A. Pengertian Benda Vollmar, 1983:192). Pengertian
benda dalam arti luas dianut oleh KUH Perdata, sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 499 KUH
Perdata. Pasal 499 KUH Perdata berbunyi:"Kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat
dikuasai oleh hak milik." Benda sebagai objek hukum dapat dibedakan menjadi dua macam: (1) benda
yang berwujud, dan (2) benda yang tidak dapat diraba. Benda yang berwujud adalah benda yang dapat
dilihat dan diraba dengan pancaindra, seperti tanah, rumah, binatang, dan lain-lain, sedangkan benda yang
tidak dapat diraba merupakan hasil pikiran dari seseorang, seperti hak pengarang, hak octroi, dan semua
hak-hak tagihan (piutang), dan sebagainya. Namun, pengertian benda sebagai objek hukum yang dianut di
dalam KUH Perdata adalah benda yang dapat diraba. Hal ini disebabkan: (1) Buku II KUH Perdata
berhubungan dengan hak-hak yang melekat pada barang, dan (2) hak-hak yang bersifat inmateriil (tak
dapat diraba), seperti hak pengarang, hak octroi, dan hak-hak semacam itu, tidak diatur di dalam Buku II
KUH Perdata tetapi diatur di dalam UU tersendiri B. Macam-Macam Benda Di dalam Pasal 503, 504, dan
Pasal 505 KUH Perdata telah ditentukan pembagian benda. Benda di dalam ketentuan itu dibagi menjadi
dua macam, yaitu: 1.benda bertubuh dan tidak bertubuh; 2 benda bergerak dan tidak bergerak. Di dalam
berbagai literatur dikenal empat macam benda, yaitu: 1. benda yang dapat diganti (contoh uang) dan yang
tidak dapat diganti (contoh seekor kuda); 2. benda yang dapat diperdagangkan (praktis semua barang
dapat diperdagangkan) dan yang tidak dapat diperdagangkana di luar perdagangan (contoh jalan dan
lapangan umum); 3. benda yang dapat dibagi (contoh beras) dan tidak dapat dibagi (Contoh kerbau); 4
benda bergerak dan tidak bergerak (Subekti, 1984: 61; Vollmar,1983). C. Hak Kebendaan Pada dasarnya,
hak manusia dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: hak perorangan dan hak kebendaan. Pembagian nak
ini berasal dari hukum Romawi. Orang Romawi telah membagi hak penuntutan dalam dua macam:
(1)actiones tn personaanm (penuntutan perorangan) dan (2)actionesin rem. Hak perorangan
(persoonliýkrecht), adalah hak untuk memberikan suatu tuntutan atau penagihan terhadap seseorang. Hak
ini hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu saja atau terhadap sesuatu pihak. Misalnya, A telah
mengadakan jual beli rumah dengan B. Maka. jual beli itu berlaku bagi kedua belah pihak. Yang disebut
dengan hak kebendaan (zakelijkrecht) adalah suatu hak untuk menguasai suatu benda. Hak kebendaan
dibagi dua macam, yaitu: 1. hak menikmati; 2. hak jaminan. Hak menikmati adalah hak dari subjek
hukum untuk menikmati suatu benda secara penuh (hak milik, HGU, HGB, dan hak pakai hasil) maupun
terbatas, seperti hak atas pengabdian pekarangan. Hak jaminan adalah memberi kepada yang
berhak/kreditor hak didahulukan untuk mengambil pelunasan darı hasil penjualan barang yang dibebani,
seperti gadai, hipotek, credietverband, hak tanggungan atas tanah, hak fiducia, dan lain-lain. Hak
tanggungan dan jaminan fiducia dikemukakan dalam Bab 10. D. Hak Milik 1. Pengertian Hak Milik Hak
milik diatur di dalam Buku II KUH Perdata, UU Nomor 5 Tahun 1960, dan Buku III NBW. Di dalam
KUH Perdata hak milik diatur di dalam Pasal 570 KUH Perdata s.d. Pasal 624 KUH Perdata, sedangkan
di dalam UU Nomor 5 Tahun 1960, diatur dalam Pasal 20 s.d. Pasal 27 UU Nomor 5 Tahun 1960. dengan
leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak
bertentangan dengan UU, ketertiban

Anda mungkin juga menyukai