Anda di halaman 1dari 43

HUKUM

BENDA
Wardani Rizkianti SH, MKN.
Hukum Benda
Adalah hukum yang mengatur hubungan subjek
hukum dengan benda, yang menimbulkan hak
kebendaan. Hukum bendar merupakan bagian dari
Hukum Harta Kekayaan. Diatur dalam Buku II
KUHPerdata, Pasal 499 sd Pasal 1232. meliputi
pengertian benda, macam-macam benda serta
pengertian hak kebendaan dan macam-macam hak
kebendaan.
Pengertian Benda

Benda adalah terjemahan dari bahasa Belanda, Benda sifatnya berwujud sedangkan hak sifatnya tidak
Zaak. Pembentuk UU merumuskan (Zaak) berwujud.
dalam Pasal 499 KUHPdt yaitu: semua benda Benda dan hak adalah objek milik.
dan hak. Secara yuridis benda adalah segala sesuatu yang menjadi
objek milik. Semua benda dalam arti hukum dapat
Hak disebut juga bagian dari harta kekayaan. diperdagangkan dapat dialihkan kepada pihak lain dan
Harta kekayaan meliputi benda, hak dan dapat diwariskan.
hubungan hukum tentang benda dan hak diatur Yang dimaksud dengan benda adalah segala sesuatu yang
dalam Buku II dan Buku III KUHPdt. menjadi objek hak milik. Semua benda dalam arti hk dapat
Sedangkan zaak meliputi benda dan hak diatur diperdagangkan, dapat dialihkan kepada pihak lain dan
dalam Buku II KUHPdt. dapat diwariskan.
Pengertian Benda

Namun pengertian “benda” yang dimaksud oleh KUHPdt adalah


benda berwujud seperti kendaraan bermotor, tanah, dll. Sedang benda
tak berwujud seperti hak cipta, paten, tidak diatur oleh KUHPdt,
melainkan diatur dalam Undang-Undang Perlindungan HKI (Hak Atas
Kekayaan Intelektual)
Di luar buku II KUHPdt, terdapat pengertian zaak, tidak dalam
pengertian benda, tetapi dalam pengertian perbuatan hukum (Ps 1354
KUHPdt dan kenyataan hukum (Psl. 1263 KUHPdt)

3
SISTEMATIKA
HUKUM BENDA
• Sistem Pengaturan Hukum Benda adalah sistem tertutup. Artinya orang tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan
baru selain yang sudah ditetapkan dalam undang-undang.
• Berlawanan dengan hukum perjanjian atau perikatan karena menganut sistem terbuka. Yang boleh mengadakan
perjanjian mengenai apapun juga, dengan kata lain mengenal azaz kebebasan berkontrak
• Namun demikian dalam praktik dikenal adanya lembaga hukum baru, yang mempunyai ciri hak kebendaan seperti
Fidusia, sistem resi gudang, dll.
Macam-macam
benda
• Benda dapat dibedakan atas:
• Benda berwujud dan tidak berwujud 9Pasal 503 KUHPdt)
• Benda bergerak dan tidak bergerak (Pasal 504 KUHPdt
• Benda dapat dipakai habis dan tidak dapat dipakai habis (Pasal 505 KUHPdt)
• Benda yang sudah ada benda yang akan ada (Pasal 1334 KUHPdt)
• Benda dalam perdagangan dan diluar perdagangan (Pasal 537KUHPdt, Pasal 1444 dan
Pasal 1445 KUHPdt)
• Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi (Pasal 1296 KUHPdt)
• Benda terdaftar dan tidak terdaftar (UU Hak Tanggungan, Fidusia)
• Benda atas nama dan tidak atas nama (Pasal 613 KUHPdt dijelaskan dalam UU No 5
Tahun 1960 dan PP No 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Dari perbedaan macam2 benda yang terpenting adalah pembedaan atas
benda bergerak dan benda tidak bergerak, serta pembedaan atas benda
terdaftar dan tidak terdaftar.
Penting pembedaan ini terletak pada pembuktian pemilikannya.
Pentingnya pembedaan ini terletak pada pembuktian pemilikannya.
Benda terdaftar dibuktikan dengan tanda pendaftaran, atau sertifikat atas
nama pemiliknya, sedang untuk benda tidak terdaftar berlaku asas yang
menguasai dianggap pemiliknya.
Kedudukan Hukum Benda
Dalam Perspektif Hukum
Perdata
Dalam KUHPdt kata zaak dipakai tidak hanya dalam arti barang yang
berwujud saja, misalnya Psl. 580 KUHPdt menentukan bahwa
beberapa hak yang disebut dalam pasal itu merupakan “benda tidak
bergerak” Pasal 511 KUH Pdt juga menyebut beberapa hak, bunga
uang piutang dan penagihan sebagai benda bergerak.
Dalam ketentuan itu zaak dipakai tidak dalam arti barang yang
berwujud, melainkan dalam arti “bagian dari pd harta kekayaan”.
FH UPN VETERAN JAKARTA

DASAR
HUKUM
BENDA
Wardani Rizkianti SH, MKN.
UUPA dan Buku II KUHPdt

Dengan berlakunya UUPA pada tanggal 24 September 1960, maka didalam buku II
KUHPdt tidak ada lagi ketentuan yang mengatur tentang benda tidak bergerak, yang
ada ialah ketentuan2 tentang benda bergerak.
UUPA menyatakan mencabut buku II KUHPdt Indonesia, sepanjang mengenai
bumi, air, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnay, kec ketentuan
ketentuan mengenai hipotik.
Hipotik ini dinyatakan sudah tidak berlaku oleh Undang-Undang Hak Tanggungan,
UU No 4/1996 Psl.29, sehingga hipotik yang sekarang hanyalah: hipotik untuk
kapal laut isi kotor 20m3/lebih (psl 314 KUHD jo. psl 60 UU No 17/2008 tentang
Pelayaran. Hipotik untuk pesawat terbang dan helikopter UU no 1/2009 tentang
penerbangan.
EKSISTENSI HUKUM BENDA
SETELAH BERLAKUNYA UUPA DAN
UUHT

Apabila membicarakan Hukum Benda sekarang ini, maka yang dimaksud ialah Hukum
Benda yang ada dalam Buku II KUH Pdt dan UUPA, UU Perlindungan Hak Atas Kekayaan
Intelektual, serta peraturan lainnya.
Yang menjadi pokok bahasan adalah Hukum Benda mengenai benda bergerak yang diatur
dalam Buku II KUHPdt.
Berlakunya UUPA yang menganut asas pemisahan horizontal (horizontal scheiding) terhadap
hak atas tanah, membawa perubahan juga terhadap hak atas jaminan, karena sebelumnya
KUHPdt mengenal asas perlekatan vertikal. (Psl. 571 jo Psl 601 KUHPdt.
SIFAT PENGATURAN HAK BENDA DIBANDINGKAN
DENGAN SIFAT PENGATURAN HUKUM PERIKATAN

Bidang Hukum Kekayaan dalam sistematika ilmu pengetahuan hukum, ada yang bersifat mutlak dan ada yang bersifat relatif. 1.
Hak atas harta kekayaan yang bersifat mutlak diatur dalam Buku II KUHPdt.
2. Hak atas harta kekayaan yang bersifat relatif diatur dalam buku III KUHPdt.
Hukum benda mengatur tentang hubungan antara subjek hukum dengan objek hukum (benda) yang melahirkan hak kebendaan,
sedangkan hukum perikatan mengatur hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum, yang melahirkan objek hukum
berupa benda
Untuk hak kebendaan yang memberikan hak jaminan, terdapat ketentuan Pasal 1131 KUHPdt yang
berbunyi :
“Segala barang-barang bergerak dan tidak bergerak memiliki debitor, baik yang sudah ada maupun
yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitor itu”
Demikian pula perjanjian penanggungan (Psl. 1820 KUHPdt, Perjanjian Garansi (Pasal 1316
KUHPdt), Perjanjian Tanggung menaggung (Psl. 1278 KUHPdt) juga memberikan hak jaminan
perorangan. Selain itu Pasal 1537 KUHPdt menentukan bahwa hak mewaris dapat dijual.
Sifat relatif dalam hukum perdata adalah juga benda menurut Buku II KUHPdt, sebagaimana ternyata
dari ketentuan Pasal 508 dan Pasal 511 KUHPdt. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat
hubungan yang sangat erat antara buku II KUHPdt dengan Buku III KUHPdt.
Asas-asas Hukum Benda
Jaminan dalam perspektif yuridis dimaknai sebagai salah satu upaya untuk
memberikan kepastian hukum kepada kreditor (pihak yang berhak) bahwa debitor
(pihak yang memiliki kewajiban) akan melaksanakan kewajibannya.
Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak (absolut) atas suatu benda tertentu yang
menjadi objek jaminan suatu utang, yang suatu waktu dapat diuangkan bagi pelunasan
utang debitur apabila debitur wanprestasi.
Hukum Jaminan merupakan peraturan hukum yang mengatur jaminan-jaminan
piutang seorang kreditur terhadap debitur.
Hukum Hukum jaminan merupakan konsep yuridis yang berkaitan dengan penyusunan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jaminan.
Jaminan Ketentuan hukum yang erat kaitannya dengan hukum jaminan dibedakan menjadi
dua tempat, yaitu (1) di dalam Buku II KUHPerdata dan (2) di luar Buku II
KUHPerdata.
JAMINAN BENDA
BERGERAK
Ada tiga jaminan benda bergerak yang diatur
dalam hukum positif, yaitu:
• Gadai
• Fidusia
• Resi Gudang
Gadai
• Gadai merupakan hak yang diperoleh seorang
yang mempunyai piutang atas suatu barang
bergerak.
• Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang
yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang
mempunyai utang.
• Hukum positif yang mengatur tentang gadai
sebagai jaminan dengan objek benda bergerak
diatur dalam Pasal 1150- 1160 KUHPerdata.

6
FIDUSIA
• Fidusia atau Fiduciaire Eigendomsoverdracht (FEO),
ialah jaminan hak milik berdasarkan kepercayaan, yang
merupakan suatu bentuk jaminan atas benda bergerak
yang lahir dari jurisprudensi.
• Jaminan fidusia ini timbul dalam praktik berkenaan
dengan adanya ketentuan Pasal 1152 ayat (2) KUH
Perdata tentang Gadai, yang mensyaratkan bahwa
kekuasaan atas benda yang digadaikan tidak boleh
berada pada pihak debitur.*
• Dasar hukumnya telah diatur di dalam Undang-undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
diundangkan pada tanggal 30 September 1999.

7
RESI Gudang
• Lahirnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006
tentang Resi Gudang mendeklarasikan munculnya
lembaga jaminan baru, yaitu “Hak Jaminan Resi
Gudang”. Resi Gudang adalah surat berharga yang
mewakili barang yang disimpan di Gudang.
• Kedudukan jaminan Resi Gudang sebagai jaminan
kebendaan tersendiri ditegaskan dalam penjelasan
Pasal 12 Ayat 1 UU Sistem Resi Gudang.
RUUJBB
RUUJBB adalah RUU yang disusun untuk mengintregasikan seluruh pengaturan
dan regulasi penjaminan benda bergerak (Gadai, Fidusia, Resi Gudang).

Urgensitas RUUJBB menurut BPHN:


• Perlunya kompilasi pengaturan jaminan benda bergerak di dalam satu payung
undang-undang yang sama
• Adanya ketimpangan aturan yang diatur oleh regulasi existing, sehingga dalam
praktik berpotensi memunculkan persoalan
• Dinamika dalam masyarakat menjadikan peraturan yang ada usang sehingga
memerlukan pembaruan dan pembenahan

RUUJBB adalah regulasi baru yang disiapkan pemerintah sebagai upaya untuk
menjawab perkembangan ekonomi. Terpisah-pisahnya pengaturan mengenai
jaminan benda bergerak membuat pemerintah harus segera melakukan
harmonisasi lewat RUUJBB ini.
MACAM-
MACAM
BENDA
Wardani Rizkianti SH, MKN.
Macam-macam Benda
Benda dapat dibedakan atas:
• Benda berwujud dan tidak berwujud 9Pasal 503 KUHPdt)
• Benda bergerak dan tidak bergerak (Pasal 504 KUHPdt
• Benda dapat dipakai habis dan tidak dapat dipakai habis (Pasal 505 KUHPdt)
• Benda yang sudah ada benda yang akan ada (Pasal 1334 KUHPdt)
• Benda dalam perdagangan dan diluar perdagangan (Pasal 537KUHPdt, Pasal 1444 dan Pasal 1445
KUHPdt).
• Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi (Pasal 1296 KUHPdt)
• Benda terdaftar dan tidak terdaftar (UU Hak Tanggungan, Fidusia)
• Benda atas nama dan tidak atas nama (Pasal 613 KUHPdt dijelaskan dalam UU No 5 Tahun 1960 dan PP
No 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Dari perbedaan macam2 benda yang terpenting adalah
pembedaan atas :
• benda bergerak dan benda tidak bergerak, serta
• pembedaan atas benda terdaftar dan tidak terdaftar.
Penting pembedaan ini terletak pada pembuktian
pemilikannya (untuk Ketertiban umum)
Benda terdaftar dibuktikan dengan tanda pendaftaran, atau
sertifikat atas nama pemiliknya, sedang untuk benda tidak
terdaftar berlaku asas “yang menguasai dianggap
pemiliknya”.
KUHPdt Indonesia tidak mengenal pembedaan antara benda
terdaftar dan tidak terdaftar, tetapi BW baru (NBW)
mengenalnya.
Benda terdaftar ada yang atas nama dan ada yang tidak atas
nama. Sebaliknya, benda atas nama ada yang terdaftar dan
ada yang tidak terdaftar , contoh saham-saham, piutang atas
nama dll.
• Benda terdaftar dan atas nama ialah benda yang dibuktikan dengan tanda pendaftaran atau sertifikat atas nama pemiliknya, contoh, tanah,
rumah, hak cipta dll. Sedang benda terdaftar tidak atas nama, misalnya, hak tanggungan, fidusia, sistem resi gudang dll, dibuktikan dengan
suatu akta.
• Mengapa penting membedakan benda bergerak dan benda tidak bergerak?
• Benda mana saja yang merupakan benda bergerak dan yang mana merupakan benda tidak bergerak?
• Benda tidak bergerak dapat dibedakan atas:
• Benda tidak bergerak menurut sifatnya: tanah dan sebgala sesuatu yang melekat diatasnya, misalnya: pohon-pohon, tumbuh-tumbuhan dll (Psl.
507 KUHPdt)
• Benda tidak bergerak karena tujuannya, misalnya: mesin-mesin yang dipakai di pabrik (pasal 507 KUHPdt)
• Benda tidak bergerak menurut ketentu UU misal: hak-hak atas benda tidak bergerak, spt hak memungut hasilatas benda tidak bergerak, hak
pakai atas benda tidak bergerak, hipotik dll psl 508 KUHPdt.
Benda bergerak dibendakan atas:
• Benda bergerak karena sifatnya (Pasal 509 KUHPdt) ialah benda yang dapat dipindahkan, spt meja,
kursi dll, atau dapat dipindah dengan sendirinya, spt, ayam kambing (ternak) dll. Pasal 510 KUHPdt:
kapal-kapal dan perahu, dan segala sesuatu yang dipasang pada perahu tersebut adalah benda bergerak.
• benda bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 511 KUHPdt), misal hak atas benda bergerak,
spt hak memungut hasil atas benda bergerak, hak pakai atas benda bergerak, perikatan dan tuntutan
mengenai jumlah uang yang dapat ditagih atau mengenai barang-barang, saham-saham dalam PT dll

Pentingnya membedakan benda:


Pentingnya membedakan benda benda atas benda bergerak dan benda tidak bergerak berkaitan dengan 4
(empat) hal yaitu:
• Bezit (kedudukan berkuasa)
• Levering (penyerahan)
• Verjaring (kadaluarsa/ lewat waktu)
• bezwaring (pembebanan/ jaminan)
HAK
KEBENDAAN
Wardani Rizkianti SH, MKN.
Pengertian dan ciri-ciri
kebendaan
Hak kebendaan ialah: hak mutlak atas suatu benda dimana
hak itu memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan
dapat dipertahankan terhadap siapapun juga
Hak kebendaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam
yaitu:
• Hak menikmati, seperti hak milik, bezit, hak memungut
(pakai), hasil, hak pakai, dan mendiami
• Hak yang memberikan jaminan, seperti gadai, fidusia, hak
tanggungan, hipotik dan sistem resi gudang.
Hak Kebendaan mempunyai sifat atau ciri-ciri yang dapat dibedakan
dengan hak perorangan. Yaitu hak kebendaan adalah absolut, artinya
hak ini dapat dipertahankan terhadap setiap orang, sedang hak
perorangan bersifat relatif.
• Hak kebendaan jangka waktunya tidak terbatas sedangkan hak
perorangan jangka waktunya terbatas
• Hak kebendaan mempunyai droit de suit artinya mengikuti
bendanya dimanapun benda itu berada.
Dalam hal ada beberapa hak kebendaan di atas suatu benda, maka
kekuatan hak itu ditentukan berdasarkan urutan terjadinya (asas
prioritas/ droit de preference). Sedangkan pada hak perorangan ana
lebih dulu terjadi tidak dipersoalkan, karena sama saja kekuatannya.

Hak kebendaan memberikan wewenang yang sangat luas kepada


pemiliknya. Hak ini dapat dijual, dijaminkan, disewakan atau dpt
dipergunakan sendiri, sedang hak perorangan memberikan wewenang
terbatas. Pemilik hak perorangan hanya dapat menikmati apa yang
menjadi haknya. Hak ini dapat dialihkan dengan persetujuan pemilik.
Macam-macam hak
kebendaan
Hak kebendaan yang dapat dinikmati adalah:
• Hak milik
• Bezit
• Hak memungut hasil
• Hak pakai dan mendiami
Pembedaan hak-hak hak kebendaan yang memberikan jaminan adalah:
kebendaan • Gadai
• Fidusia
• Hipotik
Didalam Buku II KUHPdt diatur macam-
• Hak tanggungan
macam hak kebendaan akan tetapi dalam
• Sistem resi gudang
membicarakan macam-macam hak
Buku II KUHPdt juga mengatur hak-hak lain yang bukan
kebendaan dalam buku II itu harus diingat
merupakan hak kebendaan, tetapi mempunyai persamaan (mirip)
berlakunya UU No 5 Tahun 1960 ditentukan
dengan hak kebendaan karena memberikan jaminan (kepada
bahwa semua hak yang bertalian dengan
kreditor) seperti Privilege (hak istimewa), hak retensi, dan hak
bumi, air dan kekayaan alam yang ada
reklame.
didalamnya kec. Ketentuan ahipotek, dicabut
berlakunya dari KUHPdt.
2. Gadai dan hipotek lebih tinggi dari hak istimewa, kecuali dalam hal
Undang-undang dengan tegas menentukan sebaliknya.
Menurut Pasal 1138 KUHPdt ada 2 (dua) macam Privilege yaitu:
• Privilege khusus (Pasal 1139 KUHPdt)
• Privilege umum (Pasal 1149 KUHPdt)
Privilege (hak istimewa) merupakan
hak yang memberi jaminan (seperti Menurut Pasal 1139 KUHPdt Privilege khusus ada 9 macam yaitu:
gadai/ hipotek), walaupun bukan • Biaya perkara
merupakan hak kebendaan, tetapi
ditempatkan dalam buku II KUHPdt. • Tunggakan uang sewa tanah atau bangunan dan biaya untuk
Pasal 1134 KUHPdt, merumuskan memperbaikinya yang dipikul oleh penyewa
pengertian privilege, sbb: • Harga pembelian barang bergerak yang belum dibayar
• Hak istimewa adalah suatuhak yang • Biaya menyelamatkan barang, biaya yang dikeluarkan untuk
diberi jaminan (seperti gadai/ menjaga barang jgn sampai musnah
hipotek), walaupun bukan
merupakan hak kebendaan, tetapi • Upah tukang
ditempatkan dalam buku II KUHPdt • piutang
• upah angkut
• Biaya/upah
• piutang negara
• Ketentuan Pasal 1139 KUHPdt ini tidak berlaku terhadap kapal. Pasal 316a ayat (3)
KUHDagang menentukan privilege kapal laut lebih didahulukan daripada hipotek

• Menurut Pasal 1149 KUHPdt ada 7 macam Privilege umum:


• Biaya perkara,
• biaya penguburan;
• biaya pengobatan dari seorang debitor yang meninggal dunia.
• tahihan buruh atas upahnya
• uang pembelian barang-barang
• tagihan sekolah asrama
• piutang seorang yang belum dewasa.

Privilege ini menentukan urutannya, yang lebih dulu disebut didulukan pembayarannya.
Dalam hubungan ini yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kalau debitor pailit, utang
yang mana yang harus dibayar lebih dahulu?
Hak Retensi

Hak retensi adalah hak untuk menahan suatu benda, sampai suatu piutang yang
bertalian dengan benda itu dilunasi.
Hak retensi diatur di Pasal 572 ayat (2) KUHPdt: hak retensi seorang bezitter
yang beritikat baik, Pasal 1159: hak retensi pemegang gadai, Pasal 1364 ayat (2)
hak retensi seorang yang menguasai barang, Pasal 1576 ayat (2) hak retensi
seorang penyewa, Pasal 1616 hak retensi seorang buruh dll.
Hak retensi merupakan hak perseorangan, namun mempunyai aspek sifat
kebendaan dan karenaitu dibicarakan dalam hukum benda. Hak retensi tidak
menimbulkan hak didahulukan. Kreditor berkedudukan sebagai kreditor
konkuren.
Pasal 1145 KUHPdt memberikan kepada penjual dari
benda-benda bergerak yang belum dibayar suatu
wewenang yang memang tidak termasuk privilege,
tetapi sangat erat hubungannya dengan privilege dari
penjual, hak ini disebut hak reklame.
Ketentuan Pasal 1144 KUHPdt tentang privilege
penjual benbunyi: penjual barang bergerak yang belum
mendapat pelunasan dapat melaksanakan hak
didahulukan atas uang pembelian barang itu, bila
Hak Reklame barang itu masih berada di tangan debitor, tanpa
memperhatikan apakah ia setelah menjual barang-
barang itu dengan tunai atau tanpa penentu waktu.
Ketentuan Pasal 1145 KUHPdt berbunyi: bila penjual
barang itu dilakukan dengan tunai, maka penjual
mempunyai wewenang untuk menuntut kembali
barang-barangnya selama barang-barang itu masih
berada ditangan pembeli, sepanjang penuntutan
kembalinya barang itu dilakukan dalam waktu
tigapuluh hari setelah penyerahan.
Perbedaan antara pasal 1144 KUHPdt (privilege penjual dan Pasal 1145 KUHPdt (hak Reklame) adalah
bahwa hak reklame dimaksudkan agar barangnya bisa kembali, sedangkan privilege maksudnya agar dapat
memperoleh pelunasan lebih dulu dari hasil penjualan barang tersebut.

Pengertian hak milik diatur dalam Pasal 570 KUHPdt yaitu:


Hak Milik Hak milik adalah hak untuk menikmati suatu benda dengan
sepenuhnya dan untuk menguasai benda itu dengan sebebas-
bebasnya, asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang
atau aturan umum yang diadakan oleh kekuasaan yang
mempunyai wewenang untuk itu dan asal tidak mengganggu
hak orang lain, kesemuanya dengan tidak mengurangi
kemungkinanakan pencabutan hak itu untuk kepentingan
umum, dengan pembayaran pengganti kerugian yang layak dan
menurut ketentuan undang-undang.
BEZIT
Wardani Rizkianti SH, MKN.
Pengertian bezit menurut Psl. 529 KUHPdt, yang dimaksud dengan bezit atau kedudukan
berkuasa ialah: kedudukan seseorang yang menguasai suatu kebendaan, baik dengan diri
sendiri, maupun dengan perantara orang lain, dan yang mempertahankan atau
menikmatinya selalu orang yang memiliki kebendaan itu.

Dari ketentuan Pasal 529 KUHPdt dapat diketahui bahwapada dasarnya kedudukan
berkuasa atau hak menguasai memberikan kepada pemegang kedudukan tersebut
wewenang untuk mempertahankan atau menikmati benda yang dikuasainya sebagaimana
layaknya seorang pemilik. Dengan demikian atas suatu benda yang tidak diketahui
pemiliknya secara pasti, seorang pemegang kedudukan berkuasa dapat dianggap sebagai
pemilik dari kebendaan tersebut.

Terhadap benda bergerak berwujud berlaku asas sesuai Pasal 1977 ayat (1) KUHPdt:
pemegang benda bergerak adalah pemilik dari benda itu. Ketentuan ini sebenarnya
demikian pentingnya terutama dalam memperlancar arus lalulintas peredaran barang-
barang bergerak dalam perdagangan, tetapi anehnya peraturannya ditempatkan pada buku
IV KUHPdt (tentang pembuktian dan daluarsa). Mengapa ditempatkan pada buku IV? Ada
pendapat mengatakan karena asa tersebut berkaitan dengan unsur pembuktian.
Cara memperoleh bezit
Untuk benda tidak bergerak tidak Menurut ketentuan Pasal 538 KUHPdt, bezit atas suatu benda itu
berlaku asas tersebut , karena KUHPdt diperoleh dengan tindakan berupa menempatkan suatu benda di
Pasal 620 hanya mengakui pihak yang dlm kekuasaannya dengan maksud mempertahankannya untuk diri
namanya terdaftar dalam daftar sendiri.
pemegang hak sajalah yang merupakan Dari unsur2 Pasal 538 KUHPdt dapat diperinci cara memperoleh
pemilik dari benda tidak bergerak tsb. penguasaan:
Hal ini berarti bahwa KUHPdt • Menguasai benda yang tidak ada pemiliknya
membedakan bezit untuk benda bergerak Disebut “penguasaan originair atau “penguasaan accupatio yaitu
dan bezit atas benda tidak bergerak. memperoleh penguasaan tanpa bantuan orang lain.
2. Menguasai benda yang sudah ada pemiliknya
Disebut “penguasaan traditio” atau penguasaan derivatif” melalui
penyerahan benda.
Memperoleh penguasaan tanpa bantuan orang yang menguasai lebih dulu atau pemiliknya
disebut “penguasaan tanpa lavering” misalnya menguasai benda temuan di jalan, benda orang
lain yang hilang.
Menurut ketentuan Pasal 1977 ayat 1 KUHPdt, penguasaan berlaku sebagai alas hak yang
sempurna. Pasal ini dibatasi Ayat 2, bahwa perlindungan yang diberikan oleh ayat 1 itu tidak
berlaku bagi benda-benda ini, penguasaan sebagai alas hak yang sempurna tidak berlaku.
Siapa yang kehilangan atau kecurian suatu benda, dalam jangka waktu 3 tahun terhitung
sejak hilang atau dicuri bendanya, berhak meminta kembali bendanya yang hilang atau dicuri
itu dari pemegangnya..
Tetapi jika pemegang benda itu diperoleh atau membelinya di pasar tahunan, pelelangan
umum atau dari pedanggang yang lazim memperdagngkan benda itu, pemilik benda itu harus
mengembalikan harga benda yang telah dibayar oleh pemegang itu (Pasal 582 KUHPdt)
Syarat adanya Bezit
Harus ada hubungan antara orang ybs dengan bendanya (corpus) dan hubungan itu harus
dikehendaki oleh orang tersebut (animus). Oleh karena itu orang yang sakit igatan tidak
mungkin mempunyai bezit (Pasal 539 KUHPdt).
Selain itu bezit mempunyai dua fungsi yaitu fungsi polisional (yudisial) artinya bezit
mendapat perlindungan hukum dan fungsi zakenrechtelijk (kebendaan) berarti bezit dapat
berubah menjadi hak milik. Ini hanya berlaku untuk benda bergerak, sedang untuk benda
tidak bergerak sudah tidak mungkin lagi, karena verjaring sebagaimana dimaksud Pasal 1963
KUHPdt sudah tidak berlaku.
Pembedaan Penguasaan (bezit)
Penguasaan dapat dibedakan berdasarkan tujuan dan berdasarkan itikat orang yang menguasai benda itu.
A. Pembedaan berdasarkan tujuan
1. Penguasaan yang bertujuan memiliki benda, terjadi karena undang-undang atau perjanjian. Karena undang-undang misalnya:
penguasaan atas benda milik orang lain yang hilang atau karena ditemukan dijalan. Penemunya dianggap pemilik oleh undang-
undang (Pasal 1977 ayat 1 KUHPdt). Dalam hal ini undang-undang menghendaki bahwa orang yang menguasai benda yang
hilang atau temuan itu dianggap sebagai miliknya, kec. Jika dapat dibuktikan sebaliknya.
Demikian juga benda tidak bergerak, misalnya sebidang tanah, apabila lampau tenggang waktu 20 tahun (dalam hal ada alas
hak) atau 30 tahun (dalam hal tanpa alas hak), tanpa dimintakembali oleh pemiliknya, undang-undang menentukan bahwa
penguasaan berubah menjadi hak milik. Orang yang menguasai benda itu berubah menjadi hak milik karena daluarsa
(verjaring).
2. Penguasaan yang tidak bertujuan memiliki benda umumnya terjadi karena
perjanjian yang berlaku dalam tenggang waktu tertentu saja. Berdasarkan
perjanjian tertentu itu seorang dapat menguasai benda milik orang lain, misal
karena sewa menyewa, pinjampakai, gadai. Orang yang menguasai benda itu tidak
berkehendak memilikinya, melainkan hanya memegang, meelihara, menyimpan,
atau hanya menikmati bendanya saja, penguasaan ini disebut “detensi” orang yang
menguasai benda disebut “detentor” atau houder.
B. Pembedaan berdasarkan itikat baik
Berdasarkan itikat baik orang yang menguasai benda, dibedakan menjadi
• Penguasaan yang jujur (te goed trouw)
Dikatakan penguasaan yang jujur apabila penguasaan itu diperoleh berdasarkan
cara-cara memperoleh hak milik, sedangkan yang memperoleh itu tidak
mengetahui kekurangan (cacat) yang terdapat dalam benda itu (Pasal 531
KUHPdt).
Setiap penguasaan selalu dianggap jujur, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.
Berlaku azas bahwa kejujuran itu dianggap selalu ada pada setiap orang.
Sedangkan ketidak jujuran harus dibuktikan 9Pasal 533 KUHPdt).
2. Pengusaan yang tidak jujur (te kwader trouw)
Apabila orang yang menguasai benda itu mengetahui bahwa benda itu bukan miliknya, atau apabila ia digugat dimuka
pengadilan ia dikalahkan (Pasal 532 KUHPdt).
Hoge raat merumuskan bahwa penguasaan (bezit) itu dikatakan tidak jujur apabila orang pada permulaan menguasai
benda itu mengetahui, atau setidak2nya seharusnya mengetahui bahwa dengan penguasaan benda itu ia merugikan
orang lain.
Ada perbedaan rumusan diatas mengenai penekanan tidak jujur. (Pasal 532 KUHPdt) menekankan pada “orang yang
menguasai benda itu mengetahui bahwa benda itu bukan miliknya”, apakah penguasaan itu merugikan orang lain atau
tidak, bukan persoalan. Sedangkan hoge raad menekankan pada “ orang yang menguasai benda itu mengetahui bahwa
penguasaan itu merugikan orang lain”. Apakah benda yang dikuasai itu bukan miliknya tidak menjadi persoalan.
Bagaimanapun juga penguasaan yang tidak jujur mendapat
perlindungan hukum., tetapi lebih sedikit jika dibandingkan dengan
penguasaan yang jujur. Perlindungan hukum hukum itu berupa hak-
hak (Pasal 549 KUHPdt)
• Orang yang menguasai benda itu dianggap pemiliknya sampai
dapat dibuktikan sebaliknya dimuka pengadilan.
• Orang yang menguasa benda itu apabila telah menikmati segala
hasilnya wajib mengembalikan kepada yang berhak.
• Orang yang menguasai benda itu berhak mempertahankan hak
penguasaannya terhadap gangguan, atau berhak dipulihkan
kembali apabila kehilangan penguasaannya.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai