Anda di halaman 1dari 11

J URNAL INDUST RI AL G AL UH

Eky Aristriyana, S.T., M.T.

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA MENGGUNAKAN


METODE JOB SAFETY ANALYSIS PADA KONVEKSI
CV. JASA KARYA NUSANTARA BANJARSARI
Eky Aristriyana1, Deky Ferdian2
1,2
Teknik Industri Universitas Galuh
Jl. R.E. Martadinata No. 150 Ciamis, Jawa Barat
1ekkyaristriyana@gmail.com

2dekyferdian@gmail.com

Abstract— The basic cause of work accidents is the absence of good management to deal with
occupational hazards. Work safety risk management is an effort to overcome problems in machining,
where risk management is a management effort in an effort to prevent risks that can occur. Selection
of Job Safety Analysis is one technique to identify risks before they occur in an ongoing activity. JSAs
can be used to eliminate or prevent hazards to safety and health in the workplace, making work
methods more effective.
This research was conducted through four main stages. First, choosing the type of work to be
analyzed, the second stage is to describe a job. The third stage, identify the potential hazards in the
work. The final part is to provide preventive measures or efforts to control work accidents.
This study aims to determine the potential hazards in each work process on the CV. Jasa Karya
Nusantara Banjarsari and evaluate work processes that have the potential to cause work accidents.
The final result of this study is to obtain recommendations for the decision-making process based on
risk control priorities to achieve zero accidents in the production department.
Keywords— Job safety analysis; risk management; health safety work; hazard identification.

Abstrak— Penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah tidak adanya manajemen yang baik
untuk menangani risiko-risiko bahaya kerja. Manajemen risiko keselamatan kerja merupakan suatu
upaya untuk mengatasi masalah pada pengerjaan mesin, dimana manajemen risiko merupakan
upaya pengelolaan dalam upaya mencegah risiko yang dapat terjadi. Pemilihan Job Safety Analysis
merupakan salah satu teknik untuk mengidentifikasi risiko sebelum risiko tersebut terjadi pada suatu
kegiatan yang sedang berjalan. JSA dapat digunakan untuk menghilangkan atau mencegah bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan ditempat kerja, membuat metode kerja yang lebih efektif.
Penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan utama. Pertama, memilih jenis pekerjaan yang akan
dianalisis, tahap kedua adalah menguraikan suatu pekerjaan. Tahap ketiga, mengidentifikasi potensi
bahaya pada pekerjaan tersebut. Pada Bagian akhir adalah memberikan tindakan pencegahan atau
upaya pengendalian kecelakaan kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi bahaya di setiap proses kerja pada CV. Jasa Karya
Nusantara Banjarsari serta mengevaluasi proses kerja yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja.
Hasil akhir penelitian ini adalah untuk mendapatkan rekomendasi proses pengambilan keputusan
berdasar prioritas pengendalian risiko untuk mewujudkan zero accident pada bagian produksi.
Kata kunci— Job safety analysis, risk management, healty safety work, hazard identification.

upaya pengendalian yang dilakukan. Setiap


I. PENDAHULUAN tempat kerja mempunyai risiko terjadinya
Perkembangan industri semakin pesat, suatu kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
baik di sektor formal maupun informal turut Secara garis besar kecelakaan kerja
meningkatkan terpaparnya bahaya pada diakibatkan oleh dua faktor yaitu tindakan
pekerja. Besar kecilnya risiko yang terjadi manusia yang tidak memenuhi keselamatan
tergantung dari jenis industri, teknologi serta

1
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

kerja (unsafe action) dan keadaan lingkungan pekerjanya sendiri. Identifikasi bahaya
yang tidak aman (unsafe condition). dilakukan untuk menemukan, mengenali, dan
Penggunaan mesin, alat kerja, material mendeskripsikan potensi bahaya yang
dan proses produksi telah menjadi sumber terdapat dalam setiap tahapan kegiatan atau
bahaya yang dapat mencelakakan, karena itu pekerjaan dan akibatnya yang kemudian
aspek keselamatan telah menjadi tuntutan dapat dilakukan upaya pengendalian untuk
dan kebutuhan umum. mengurangi atau mencegah kecelakaan
Dalam UU NO.1 tahun 1970 tentang kerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
keselamatan kerja, dinyatakan bahwa setiap mengambil judul “Identifikasi Potensi Bahaya
tenaga kerja berhak mendapat perlindungan Menggunakan Metode Job Safety Analysis
atas keselamatan dalam melakukan Pada Konveksi CV. Jasa Karya Nusantara
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan Banjarsari”.
meningkatkan produksi serta produktifitas Berdasarkan uraian dari latar belakang
Nasional. Setiap orang lainnya berada di masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tempat kerja perlu terjamin keselamatannya. rumusan masalah dalam peneitian ini adalah:
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagaimana mencari potensi bahaya di setiap
merupakan suatu upaya untuk menekan atau proses kerja pada Konveksi CV. Jasa Karya
mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit Nusantara Banjarsari dengan menggunakan
akibat kerja yang pada hakikatnya tidak dapat metode Job Safety Analysis, dan Bagaimana
dipisahkan antara keselamatan dan upaya pengendalian kecelakaan kerja pada
kesehatan. konveksi CV. Jasa Karya Nusantara
Setiap pekerjaan selalu mengandung Banjarsari.
potensi bahaya yang dapat mengakibatkan Berdasarkan Rumusan Masalah di atas,
kecelakaan kerja sedang, ringan sampai maka tujuan dari penelitian ini adalah:
dengan fatal. Besarnya potensi kecelakaan mengetahui potensi bahaya di setiap proses
dan penyakit akibat kerja tersebut tergantung kerja pada CV. Jasa Karya Nusantara, dan
dari jenis produksi, teknologi yang di pakai, Mengevaluasi proses kerja yang berpotensi
bahan yang di gunakan, tata ruang dan terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Jasa
lingkungan bangunan serta kualitas Karya Nusantara.
manajemen dan tenaga-tenaga pelaksana.
Selain itu alat, mesin, bahan dan tenaga kerja
merupakan sumber bahaya yang dapat timbul II. LANDASAN TEORI
di tempat kerja dan dapat mengakibatkan 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Terdapat banyak sekali pengertian K3
Bisnis konveksi merupakan salah satu bisnis yang dikemukakan oleh para ahli dan secara
yang cukup popular dengan usaha yang terus definisi sendiri pengertian K3 yang
berkembang di Indonesia, serta bisnis dikemukakan oleh International Labour
konveksi sebagai sumber pendapatan Organization(ILO) kesehatan keselamatan
ekonomi. Bekerja pada industri konveksi kerja atau occupational safety and health
memerlukan kecermatan, konsentrasi, adalah meningkatkan dan memelihara derajat
ketelitian, serta keterampilan yang tinggi semua pekerja baik secara fisik, mental,
memungkinkan timbulnya kelelahan sehingga dan kesejahteraan sosial di semua jenis
dapat memiliki risiko kecelakaan kerja. CV. pekerjaan, mencegah terjadinya gangguan
Jasa Karya Nusantara yang berlokasi di kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan,
Banjarsari-Ciamis merupakan usaha kecil melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari
menengah yang memproduksi perlengkapan risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat
bayi. CV. Jasa Karya Nusantara mengganggu kesehatan, menempatkan dan
menghasilkan dua macam produk yaitu tas memelihara pekerja di lingkungan kerja yang
bayi dan gendongan bayi. sesuai dengan kondisi fisiologis dan
Berdasarkan uraian tersebut, dalam psikologis pekerja dan untuk menciptakan
pelaksanaanya penerapan Keselamatan dan kesesuaian antara pekerja dengan pekerja
Kesehatan Kerja (K3), tidak selalu sektor dan setiap orang dengan tugasnya.
informal membentuk budaya Keselamatan Sedangkan menurut Occupational Safety
dan Kesehatan Kerja (K3). Pada konfeksi CV. Health Administration (OSHA) pengertian K3
Jasa Karya Nusantara mungkin terdapat adalah kesehatan dan keselamatan kerja
potensi bahaya yang mungkin terjadi baik dari adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko
faktor lingkungan kerja maupun dari

2
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

keselamatan manusia dan properti baik dalam pekerjaan yang terlalu berat, terkena aliran
industri maupun bukan. listrik dan terbakar.
Dari kedua definisi diatas dapat
disimpulkan bahwasanya K3 baik menurut Berikut ini definisi kecelakaan kerja yang
WHO-ILO dan OSHA. Pendekatan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya:
diambil oleh WHO-ILO mengarah pada
perlindungan masyarakat pekerja dengan 1. Menurut Suma’mur dalam bukunya
adanya upaya prefentive, promotif, yang berjudul Higiene Perusahaan
rehabilitasi, dan kuratif. Untuk sasaran adalah dan Kesehatan Kerja Tahun 2009
pekerja. Berbeda dengan OSHA yang lebih menjelaskan bahwa kecelakaan kerja
menekankan pada pengendalian lingkungan adalah suatu kejadian atau peristiwa
kerja fisik, kimia, biologi, dan ergonomic yang tidak diinginkan yang merugikan
psikologi yang dapat mengganggu status terhadap manusia, merusak harta
kesehatan dan keselamatan pekerja. benda, atau kerugian terhadap
Sasarannya adalah lingkungan kerja. proses.
Perbedaan lain antara keduanya ialah WHO- 2. Menurut Gunawan dan Waluyo dalam
ILO lebih memfokuskan pada kesehatan kerja buku yang berjudul Risk Based
sedangkan OSHA pada keselamatan kerja. Behavioral Safety Tahun 2015
Namun dari perbedaan tersebut dapat mengatakan bahwa kecelakaan
dicermati bahwasanya masalah pada K3 tidak adalah suatu kejadian yang (tidak
bisa dipisahkan antara kesehatan atau direncanakan) dan tidak diharapkan
keselamatan, karena keduanya saling yang dapat mengganggu proses
berkaitan. produksi atau oprasi, merusak harta
benda atau asset, mencederai
2.3.1 Kecelakaan Kerja manusia, atau merusak lingkungan.
Kecelakaan kerja menurut World Health 3. Menurut (Ervianto, 2005) dalam buku
Organization (WHO) menjelaskan kecelakaan manajemen proyek konstruksi
kerja sebagai suatu kejadian yang tidak dapat mengemukakan bahwa kecelakaan
dipersiapkan penanggulangan sebelumnya kerja adalah kecelakaan dan atau
sehingga menghasilkan cidera yang riil. penyakit yang menimpa tenaga kerja
Sedangkan menurut OHSAS 18001 Tahun karena hubungan kerja di tempat
1999 kecelakaan kerja adalah suatu kejadian kerja.
tiba-tiba yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan kematian, luka-luka, 2.3.2 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja
kerusakan harta benda, dan kerugian waktu. Kecelakaan kerja yang terjadi tidak dapat
Menurut Undang Undang Nomor 3 Tahun ditentukan waktu dan tempat terjadinya
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja kecelakaan namun, terdapat beberapa
bahwasannya Kecelakaan kerja adalah pendekatan teori yang mampu
kecelakaan yang terjadi berhubung dengan mensinkronkan anatara penyebab
hubungan kerja, termasuk penyakit yang kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja
timbul karena hubungan kerja, demikian pula dapat dijelaskan melalui beberapa teori.
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan Terdapat beberapa teori kecelakaan kerja
berangkat dari rumah menuju tempat kerja, yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli
dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa yaitu:
atau wajar dilalui. Adapun definisi lain yang
dikeluarkan oleh Peraturan Menteri Tenaga 1. Teori kecelakaan kerja (Heinrich,
Kerja Nomor 3 Tahun 1998 Tentang Tata 1980)
Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Teori ini biasa disebut juga dengan
Kecelakaan menjelaskan kecelakaan kerja teori domino, dimana teori ini dapat
adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dipakai secara meluas untuk menjadi
dan tidak diduga semula yang dapat salah satu prinsip pencegahan
menimbulkan korban manusia dan atau harta kecelakaan dan pengendalian
benda. Menurut pandangan Thomas dalam kerugian. Penggunaan istilah domino
bukunya kecelakaan kerja dapat yang dikemukakan oleh Heinrich
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menjelaskan terjadinya kecelakaan
diantaranya terbentur, membentur, kerja menimbulkan efek seperti
terperangkap, jatuh dari ketinggian, terjatuh, domino.

3
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

satu faktor saja melainkan interaksi


multifaktor yang merupakan refleksi
dari manajemen. Teori Frank E Bird
merupakan modifikasi dari teori
domino yang sebelumnya
dikemukakan oleh Heinrich.

Gambar 2. 1 Teori Domino Heinrich

Maksud dari gambar domino yang


tertera pada gambar 2.1 menjelaskan
bahwa kecelakaan kerja yang terjadi
diakibatkan oleh sebab yang
berurutan dan menghasilkan dampak Gambar 2. 3 Modifikasi dari Teori Domino
berkepanjangan. Alur teori
kecelakaan kerja yang dikemukakan Maksud dari teori kecelakaan kerja
oleh (Heinrich, 1980) diantaranya Frank E Bird pada gambar 2.3 yang
keturunan, perilaku tidak aman, sudah dimodifikasi dari teori
kondisi tidak aman, kecelakaan dan Heinrich/domino perlu memfokuskan
kerugian. Menurut teori Heinrich pada sistem manajemen dalam
kecelakaan kerja yang terjadi dapat kecelakaan kerja serta perlu dipahami
dicegah melalui pengambilan salah bahwasannya kecelakaan kerja tidak
satu poin domino diatas, misalnya hanya diakibatkan oleh satu aspek.
pada domino nomor 2,ketika kondisi Berikut ini poin-poin dari teori Frank E
tidak aman untuk mengurangi Bird:
dampak dari runtuhan domino a. Lemahnya manajemen
selanjutnya poin nomor 2 dapat pengendalian (Lack of control)
diperbaiki, dipelihara, sehingga dapat b. Penyebab dasar (Basic causes)
memberikan kondisi yang aman bagi c. Penyebab Utama (Immediate
pekerja dan tentunya mencegah causes)
terjadinya kecelakaan kerja. d. Kecelakaan (Incident contact
with energy or substance)
e. Kerugian (Loss)

2.3.3 Faktor Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja yang selama ini terjadi di
lingkungan kerja tentunya memiliki faktor-
faktor yang melatarbelakangi terjadinya
kecelakaan kerja. Berikutini adalah faktor-
faktor kecelakaan kerja yang dikemukakan
oleh para ahli yaitu:

Gambar 2. 2 Teori Domino Heinrich dalam 1. Menurut pandangan dari (Anizar,


Mencegah Kecelakaan Kerja 2009)
Faktor manusia (unsafe action) dapat
Seperti yang terlampir pada gambar disebabkan oleh berbagai hal seperti
2.2 teori domino Heinrich mengambil ketidakseimbangan fisik tenaga kerja
salah satu poin domino yairu perilaku (cacat), kurangnya pendidikan, beban
tidak aman untuk dilakukan kerja berlebih, dan jam kerja yang
pencegahan guna meminimalisir berlebih.
terjadinya kecelakaan kerja. Faktor kondisi lingkungan (unsafe
2. Teori kecelakaan kerja (Bird, 1982) condition) banyak disebabkan oleh
Teori kecelakaan kerja menurut Frank beberapa hal diantaranya terpapar
E Bird lebih sering digunakan di kebisingan, radiasi, peralatan yang
banyak negara. Teori ini menjelaskan sudah tidak layak pakai, peralatan
bahwasannya terjadinya kecelakaan pengaman gedung yang sudah tidak
kerja bukan hanya diakibatkan oleh

4
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

memenuhi standar, pencahayaan, kerjanya, tidak mendapatkan


dan ventilasi yang kurang. intensif produksi, dan terlalu
2. Menurut pandangan dari (Santoso, tertekan.
2004)
Menjelaskan bahwa faktor utama dari 2.3.4 Statistik Kecelakaan Kerja
terjadinya kecelakaan kerja 80-85% Dalam dunia industri kecelakaan kerja
disebabkan oleh faktor manusia. tentunya tidak dapat dihindarkan untuk
Unsur faktor tersebut antara lain: meminimalisir kecelakaan kerja, sistem
a. Ketidakseimbangan fisik pendataan jumlah banyaknya kecelakaan
Faktor ini menjelaskan kerja dengan cara dilakukannya pengumpulan
ketidakseimbangan fisik yang data, pengolahan data, dan interpretasi data
mencakup berat badan yang yang dikemudian hari dapat dilakukan analisis
tidak sesuai, posisi tubuh yang serta menjadi bahan acuan untuk
menyebabkan lebih lemah, perencanaan program Keselamatan dan
kepekaan tubuh, kepekaan Kesehatan Kerja (K3) kedepannya. Beberapa
panca indra terhadap bunyi, tolak ukur yang dapat dipakai untuk
cacat fisik, dan cacat sementara. menghitung atau untuk menilai program
b. Ketidakseimbangan kemampuan dalam K3 adalah sebagai berikut:
psikologi pekerja
Timbulnya rasa takut atau 1. Ratio kekerapan kecelakaan
phobia, sakit jiwa, tidak mampu (frequency rate)
memahami, tingkat kecakapan, Frequency Rate (FR) digunakan
serta gangguan emosional untuk mengidentifikasi jumlah cidera.
merupakan representasi dari Adapun data yang digunakan untuk
ketidakseimbangan kemampuan perhitungan dan menganalisis FR
psikologi pekerja. yaitu jumlah jam kerja yang hilang
c. Kurangnya pengetahuan akibat kecelakaan kerja (lost time
Kurangnya pengetahuan injury), dan jumlah jam kerja orang
disebabkan oleh minimnya yang telah dilakukan (total person-
pengalaman, latihan yang hours worked/man hours), dengan
kurang, kurangnya orientasi, dan rumus sebagai berikut:
tidak memahami simbol-simbol.
d. Kurangnya keterampilan 𝐹𝑅
Kurang terampil atau minimnya Jumlah cidera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja x 1.0
kreatifitas dikarenakan =
jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan
kurangnya mengadakan
pelatihan, penampilan kurang 2. Ratio keparahan kecelakaan (severity
menarik. rate)
e. Stress mental Metode selanjutnya yaitu Severity
Stress mental dapat Rate (SR) metode ini dapat
diindikasikan dari munculnya digunakan sebagai indikator
emosi berlebih, beban mental hilangnya hari kerja untuk per sejuta
berlebih, tertutup dan pendiam, jam kerja orang. Data yang dipakai
frustasi, dan sakit mental. untuk melakukan analisis SR dengan
f. Stress fisik data hilangnya hari kerja akibat
Stress fisik dapat terlihat dari kecelakaan kerja dan jumlah jam
beban pekerjaan berlebih, badan kerja orang yang telah dilakukan
sakit, terpapar panas yang tinggi, (man hours). Berikut adalah uraian
kekurangan oksigen dan cairan, rumus perhitungan Severity Rate:
terpapar bahan berbahaya, dan
kurang istirahat. 𝑆𝑅
g. Motivasi menurun jumlah hari kerja hilang x 1.000.000
Sifat tersebut terjadi pada =
jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan
pekerja bilamana mau bekerja
hanya diberi penghargaan, 3. Persentase kejadian kecelakaan
frustasi berlebihan, tidak kerja (incident rate)
diberikan pujian atas hasil

5
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

Metode Incident Rate (IR) dapat negatif menunjukkan peningkatan


digunakan untuk memberitahu atau rekam sebelumnya. Secara lengkapi
menginformasikan tentang jumlah Safe T Score diantara +2 sampai -2,
persentase jumlah kecelakaan kerja maksudnya yaitu tidak ada perbedaan
yang terjadi saat ditempat kerja. Data yang bermakna, kemudian Safe T
yang dipakai untuk melakukan Score ≥ +2 menunjukkan penurunan
analisis IR didapatkan dari jumlah kinerja, Safe T Score≤ -2,
kasus, dan jumlah tenaga kerja yang menunjukkan peningkatan kinerja.
terpapar. Berikut adalah uraian rumus
untuk perhitungan Incident Rate :
2.3.5 Dampak Kecelakaan Kerja
jumlah kasus x 100 Menurut Hinze (1997), dampak dari
𝐼𝑅 = kecelakaan kerja kira-kira dapat dikategorikan
jumlah tenaga kerja yang terpapar
secara langsung (direct cost) dan secara tidak
4. Rerata hilangnya waktu kerja langsung (indirect cost). Contoh dari direct
(Average Time Lost Rate) cost antara lain adalah ambulance service,
Average Time Lost Rate (ATLR) medical and ancillary treatment, medication,
merupakan ukuran indikator yang hospitalization, and disability benefits.
sering disebut “duration rate” Macam-macam indirect cost:
digunakan untuk mengidikasikan
tingkat keparahan suatu kecelakaan 1. Terkait biaya kehilangan waktu
kerja di suatu perusahaan. Dengan pekerja yang terluka.
menggunakan ATLR yang 2. Terkait biaya kehilangan waktu
dikombinasikan dengan FR akan pekerja lain yang berhenti bekerja.
lebih menjelaskan hasil kinerja 3. Terkait biaya waktu hilang oleh
program K3, ATLR dihitung dengan mandor, pengawas, atau pihak
membagi jumlah hari yang hilang eksekutif lainnya.
akibat kecelakaan kerja dengan 4. Terkait biaya waktu yang dihabiskan
jumlah jam kerja yang hilang. untuk kasus ini oleh petugas
5. Frequency Saverity Indicator (FSI) pertolongan pertama dan petugas
Frequency SaverityIndicator adalah lainnya.
kombinasi dari frequency rate dan 5. Terkait biaya karena kerusakan
saverity rate. Berikut adalah uraian peralatan, properti, dan material.
rumus untuk perhitungan Frequency 6. Terkait biaya insidental karena
Saverity Indicator: FSI = (frequency gangguan pada produksi.
rate X saverity rate) / 1.000. 7. Terkait biaya pemberi kerja dibawah
6. Safe T Score sistem kesejahteraan dan tunjangan
Safe T Score adalah nilai indikator pekerja.
untuk menilai tingkat perbedaan 8. Terkait biaya untuk pekerja yang
antara dua kelompok yang dapat melanjutkan pekerjaan pekerja
dibandingkan. Nilai signifikan yang terluka.
perbedaan ini dalam statistik disebut 9. Terkait biaya karena hilangnya
t-test, adapun nilai perbedaan yang keuntungan akibat berkurangnya
didapat ini dipakai untuk menilai produktivitas pekerja.
kinerja yang telah dilakukan. Berikut 10. Terkait biaya karena kerugian
adalah uraian rumus untuk keuntungan yang akibat peralatan
perhitungan safe T Score: yang menganggur.
11. Terkait biaya yang dikeluarkan akibat
𝑆𝑎𝑓𝑒 𝑇 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 terjadi cidera yang disebabkan oleh
FR sekarang − FR sebelumnya kejadian tertentu.
= 12. Terkait biaya akibat pengeluaran
√FR sebelumnya
berlebihan.
juta jam kerja sekarang
2.3.6 Klasifikasi Jenis Cidera Akibat
Interpretasi hasil dari perhitungan Kecelakaan Kerja
Safe T Score yaitu: Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan
Skor positif mengindikasikan jeleknya tingkat keparahan yang ditimbulkan membuat
rekam kejadian, sebaliknya skor

6
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

perusahaan melakukan pengklasifikasian yang ditangani menggunakan alat


jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan pertolongan pertama pada
pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan kecelakaan setempat, contoh luka
dan pelaporan statistik kecelakaan kerja. lecet, mata kemasukan debu, dan
Banyak standar referensi penerapan yang lain-lain.
digunakan berbagai oleh perusahaan, salah 7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan
satunya adalah standar Australia AS 1885-1 cidera (Non Injury Incident) adalah
(1990). Berikut adalah pengelompokan jenis suatu kejadian yang potensial, yang
cidera dan keparahannya: dapat menyebabkan kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kerja
1. Cidera fatal (fatality) adalah kematian kecuali kebakaran, peledakan dan
yang disebabkan oleh cidera atau bahaya pembuangan limbah.
penyakit akibat kerja.
2. Cidera yang menyebabkan hilang 2.3.7 Pencegahan Kecelakaan Kerja
waktu kerja (Loss Time Injury) adalah Setiap industri dalam proses bekerja setiap
suatu kejadian yang menyebabkan orang atau tenaga kerja tidak menginginkan
kematian, cacat permanen, atau hal buruk terjadi termasuk salah satunya yaitu
kehilangan hari kerja selama satu hari terjadi kecelakaan kerja bahkan mengalami
kerja atau lebih. Hari pada saat kerusakan harta benda. Tanpa sadar
kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak bahwasannya para pekerja terkadang tanpa
dihitung sebagai kehilangan hari sadar melakukan hal-hal yang dapat
kerja. membahayakan pekerja sendiri, walaupun
3. Cidera yang menyebabkan mereka tidak mengharapkan kecelakaan
kehilangan hari kerja (Loss Time Day) terjadi. Maka perlu adanya tindakan dalam
adalah semua jadwal masuk kerja pencegahan kecelakaan kerja untuk menekan
yang mana karyawan tidak bisa tingkat kecelakaan kerja ditempat kerja. Pada
masuk kerja karena cidera, tetapi umumnya kecelakaan juga dapat terjadi
tidak termasuk hari saat terjadi berawal dari kesalahan manusia (human
kecelakaan, dan juga termasuk hilang error). Menurut international labour
hari kerja karena cidera yang kambuh organization (ILO), tahapan dalam tindakan
dari periode sebelumnya. Kehilangan untuk pecegahan kecelakaan kerja dapat
hari kerja juga termasuk hari pada dilakukan dengan cara:
saat kerja alternatif setelah kembali
ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung 1. Peraturan perundang-undangan
sebagai 220 kehilangan hari kerja Dalam ketentuan dan syarat
dimulai dengan hari kerja pada saat keselamatan dan kesehatan kerja
kejadian tersebut terjadi. (K3) dapat mengikuti perkembangan
4. Cidera dengan kerja terbatas atau ilmu pengetahuan, teknik dan
tidak mampu bekerja (Restrictedduty) teknologi, melakukan penerapan
adalah jumlah hari kerja karyawan untuk ketentuan dan syarat K3 dari
yang tidak mampu untuk tahap rekayasa, penyelenggaraan,
mengerjakan pekerjaan rutinnya dan pengawasan, dan pemantauan
ditempatkan pada pekerjaan lain pelaksana K3.
sementara atau yang sudah di 2. Standarisasi
modifikasi. Pekerjaan alternatif Jika standar K3 dapat lebih maju
termasuk perubahan lingungan kerja maka dapat menentukan tingkat
pola atau jadwal kerja. kemajuan dalam pelaksanaan K3.
5. Cidera dirawat di rumah sakit 3. Melakukan inspeksi/pemeriksaan
(Medical Treatment Injury) adalah Kegiatan inspeksi dapat dijadikan
kecelakaan kerja ini tidak termasuk pembuktian untuk melihat sejauh
cidera hilang waktu kerja, tetapi mana kondisi tempat kerja yang
kecelakaan kerja yang ditangani oleh masih memenuhi ketentuan dan
dokter, perawat, atau orang yang persyaratan dari K3.
memiliki kualifikasi untuk memberikan 4. Riset teknis, medis, psikologis, dan
pertolongan pada kecelakaan. statistik
6. Cidera ringan (First Aid Injury) adalah Kegiatan riset dapat menunjang
cidera ringan akibat kecelakaan kerja tingkat kemajuan dalam bidang K3

7
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

yang sesusai dengan perkembangan 2. Tema sentral: merupakan penentuan


ilmu pengetahuan dan juga sesuai tema yang akan diambil dalam
teknologi. penelitian, penulis melakukan
5. Pendidikan dan Latihan penelitian dengan tema: Kesehatan
Melakukan peningkatkan kesadaran, keselamatan kerja. Dimana dalam
kualitas pengetahuan agar penelitian ini penulis menggunakan
bertambah, dan ketrampilan K3 untuk metode Job Safety Analysis (JSA)
para tenaga kerja. 3. Perumusan masalah: dibuat
6. Persuasi berdasarkan dalam lingkup tema
Tindakan dalam tahap ini dapat sentral yang ditentukan di lokasi
dijadikan cara untuk penyuluhan dan penelitian
proses pendekatan dibidang K3, 4. Studi Pusataka: Kegiatan
bukan melalui penerapan dan mempelajari, meneliti, serta mengkaji
pemaksaan melalui sanksi-sanksi. literatur-literatur yang berkaitan
7. Asuransi dengan permasalahan.
Intensif finansial dapat meningkatkan 5. Studi Lapangan: merupakan kegiatan
pencegahan kecelakaan kerja meneliti informasi, data, dan keadaan
dengan cara pembayaran premi yang dari perusahaan yang berkaitan
lebih rendah pada perusahaan yang dengan permasalahan.
memenuhi persyaratan K3. 6. Pengumpulan Data: informasi yang
berkaitan dengan masalah k3,
diantaranya yaitu: Memilih jenis
III. METODE PENELITIAN pekerjaan yang akan dianalisis,
3.1 Flow Chart Penelitian menguraikan suatu pekerjaan,
mengidentifikasi bahaya yang
berpotensi, upaya pengendalian
kecelakaan kerja
7. Pengolahan Data: data-data yang
dikumpulkan diolah menggunakan
metode pemecahan masalah yang
telah ditentukan sebelumnya, yaitu
Job Safety Analysis (JSA).
8. Analisis Hasil Penelitian: Hasil yang
didapatkan dari pengolahan data
kemudian dianalisis.
9. Kesimpulan: Pada tahap kesimpulan
ini yaitu menarik simpulan dari hasil
penelitian dikaitkan dengan
permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya.

IV. HASIL PENELITIAN


4.1 Metode Job Safety Analysis
Identifikasi potensi bahaya menggunakan
metode job safety analysis

Gambar 3.1 Flow Chart

3.2 Uraian Tahapan Penelitian


Penelitian ini melalui beberapa tahapan, di
antaranya:
1. Mulai: merupakan langkah awal
dalam penelitian

8
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

Pengendalian Penilaian Risiko Penilaian


Penilaian Risiko Awal No Langkah Pekerjaan Bahaya Risiko
No Langkah Pekerjaan Bahaya Risiko Dampak yang telah Rekomendasi Pengendalian Akhir Risiko Akhir
dilakukan LL S RR Risk LL S RR Risk
Terpapar Memakai pakaian lengan Bahaya fisik Terpapar sinar UV Low Risk
Bahaya fisik Kulit terbakar Tidak ada 5 1 5 L 2 1 2 L Pemindahan kain dari
Pemindahan kain dari sinar UV panjang serta memakai topi 1
1 mobil box
mobil box Gerakan Nyeri otot, lengan, Bahaya ergonomi Gerakan berulang Low Risk
Bahaya ergonomi Tidak ada 2 1 2 L Melakukan peregangan 1 1 1 L
berulang leher
Mempersiapkan bahan Bahaya kimia Terhirup Gangguan saluran Pastikan semua karyawan Mempersiapkan bahan Bahaya kimia aroma Terhirup aroma
2 Masker 5 2 10 M 2 1 2 L 2 Low Risk
baku yang akan dijahit aroma tidak sedap aroma tidak pernafasan menggunakan masker baku yang akan dijahit tidak sedap tidak sedap
tergores Luka pada tangan atau Simpan gunting pada
Bahaya mekanis Tidak ada 3 2 6 M 2 2 4 L Bahaya mekanis tergores gunting Low Risk
gunting tubuh tempatnya sesudah dip akai
3 Pemotongan kain 3 Pemotongan kain
Bahaya ergonomi Posisi tubuh Nyeri otot, lengan, Melakukan peregangan Bahaya ergonomi Posisi tubuh yang
Tidak ada 5 1 5 L 2 1 2 L Low Risk
yang salah punggung selama 1 menit salah
Memasang jarum pada Tertusuk Fokus, konsentrasi, pasang Memasang jarum pada Moderate
4 Bahaya mekanis Luka pada tangan Tidak ada 4 3 12 H 2 3 6 M
mesin jahit jarum jarum dengan hati-hati 4 Bahaya mekanis Tertusuk jarum
Posisi tubuh Pegal pada tangan, Memberikan eduksi cara
mesin jahit Risk
5 Memasang bobbin Bahaya ergonomi Tidak ada 5 1 5 L 2 1 2 L Posisi tubuh yang
yang salah punggung pinggang postur tubuh yang benar 5 Memasang bobbin Bahaya ergonomi Low Risk
Memasang benang pada Tertusuk Memastikan kembali mesin salah
6 Bahaya mekanis Luka pada jari tangan Tidak ada 3 3 9 M 2 2 4 L Memasang benang pada
mesin jahit jarum jahit sudah mati 6 Bahaya mekanis Tertusuk jarum Low Risk
Tertusuk Memakai bidal atau tudung mesin jahit
Bahaya mekanis Luka pada tangan Tidak ada 3 4 12 H 2 1 2 L
jarum jari, konsentrasi saat menjahit
Bahaya mekanis Tertusuk jarum Low Risk
Tersengat Luka bakar, gangguan Memakai pelindung kabel
Bahaya listrik Tidak ada 2 3 6 M 2 2 4 L
7 Proses menjahit arus lis trik pernafasan, kejang listrik Tersengat arus
Pemberian air Pemberian air minum Bahaya listrik Low Risk
Bahaya fisik Suhu panas Dehidrasi 5 1 5 L 2 1 2 L listrik
minum sebanyak 2 liter 7 Proses menjahit
Posisi tubuh Sakit pinggang, leher, Melakukan peregangan Bahaya fisik Suhu panas Low Risk
Bahaya ergonomi Tidak ada 4 1 4 L 1 1 1 L
yang salah dan punggung selama 1 menit
Pemakaian sumbat atau tutup Posisi tubuh yang
Bahaya fisik
Terpapar Gangguan komunikasi,
Tidak ada 4 3 12 H 2 1 2 L
Bahaya ergonomi Low Risk
kebisingan fisiologis, psikologis telinga salah
Tersengat Luka bakar, gangguan Terpapar
Bahaya listrik Tidak ada 3 3 9 M Memakai pelindung kabel listrik 1 1 1 L Bahaya fisik Low Risk
arus listrik pernafasan, kejang kebisingan
8 Proses bordir
Terjepit Fokus, konsentrasi, ketika Tersengat arus
Bahaya mekanis Luka pada tangan Tidak ada 3 4 12 H 2 3 6 M Bahaya listrik Low Risk
mesin bordir proses bordir listrik
Gerakan Sakit pinggang, leher, 8 Proses bordir
Bahaya ergonomi Tidak ada 2 1 2 L Melakukan peregangan 1 1 1 L Terjepit mesin Moderate
berulang punggung dan tangan Bahaya mekanis
bordir Risk
Bahaya fisik Suhu panas Dehidrasi Tidak ada 4 1 4 L Memasang blower 1 1 1 L
Bahaya ergonomi Gerakan berulang Low Risk
9 Proses finishing
Gerakan Sakit pinggang, leher, Memberikan eduksi cara
Bahaya ergonomi Tidak ada 5 2 10 M 2 1 2 L
berulang punggung dan tangan postur tubuh yang benar Bahaya fisik Suhu panas Low Risk
9 Proses finishing
Gambar 4. 1 Job Safety Analysis Konveksi Bahaya ergonomi Gerakan berulang Low Risk
CV. Jasa Karya Nusantara Banjarsari

Anaisis risiko kecelakaan setelah dilakukan Gambar 4.2 Analisis Risiko Setelah Dilakukan
rekomendasi untuk pengendalian. Rekomendasi Pengendalian

Setelah bahaya dan risiko telah dianalisis


dengan menggunakan metode Job Safety
Analysys terhadap pekerjaan CV. Jasa Karya
Nusantara Banjarsari yang memiliki 9 langkah
pekerjaan didapatkan pekerjaan masih masuk
dalam risiko dengan kategori high risk
sebanyak 4, risiko dengan kategori moderate
risk sebanyak 6 dan risiko dengan kategori
low risk sebanyak 8. Setelah dilakukan
rencana pengendalian tindakan pencegahan
diharapkan risiko kecelakaan kerja menjadi
berkurang seperti pada analisis Job Safety
Analysis yang telah dilakukan. Dari hasil
analisis setelah dilakukan tindakan
pengendalilan didapatkan:

9
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

1. Tidak terdapat pekerjaan dengan Karya Nusantara Banjarsari maka dapat


risiko high. disimpulkan bahwa :
2. Pekerjaan dengan risiko moderate
menjadi 2 jenis pekerjaan yang 1. Identifikasi bahaya pada pekerjaan
memiliki 2 risiko yang berbeda yaitu konveksi CV. Jasa Karya Nusantara
pekerjaan memasang jarum dengan Banjarsari terdapat bahaya mekanis,
risiko tertusuk jarum dan proses bahaya listrik, bahaya fisik, bahaya alat
bordir dengan risiko terjepit mesin kerja, bahaya ergonomi, bahaya
bordir. psikologi dan bahaya kimiawi.
3. Pekerjaan dengan tingkat low risk 2. Penilaian risiko sebelum dan setelah
sebanyak 8 langkah pekerjaan. dilakukan pengendalian rekomendasi
Bila dihitung menggunakan pengendalian mengalami penurunan,
persentase didapatkan hasil sebagai sebelum dilakukan rekomendasi
berikut: pengendalian memiliki 22% high risk,
Sebelum diberikan rekomendasi 33% moderate risk dan 45% low risk.
pengendalian Setelah dilakukan rekomendasi
4 Risiko pengendalian menjadi 0% high risk, 11%
a. High Risk = x 100% =
18 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜
moderate risk, dan 89% low risk.
22% high risk
6 Risiko 3. Rekomendasi yang diberikan
b. Moderate Risk = x 100% diantaranya ialah pastikan semua
18 Risiko
=33% moderate risk karyawan menggunakan APD, memakai
8 Risiko
c. Low Risk = 18 Risiko x 100% = bidal atau tudung jari saat menjahit,
memkai sumbat atau tutup telinga,
45% low risk
memasang blower, memberikan edukasi
Sesudah diberikan rekomendasi
0 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 cara postur tubuh yang benar, perlatan
h. High Risk = 18 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 x 100% = 0% yang sudah dipakai disimpan kembali
high risk pada tempatnya, dan memastikan
2 Risiko kembali mesin jahit atau border sudah off
i. Moderate Risk = 18 Risiko x 100%
atau mati.
= 11% moderate risk
16 Risiko
j. Low Risk = 18 Risiko x 100% =
89% low risk
UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan Terima kasih saya sampaikan kepada
bahwa pekerja tidak mengetahui bahaya yang seluruh sivitas akademika Prodi Teknik
mereka hadapi saat bekerja secara detail. Industri Fakultas Teknik Unigal atas bantuan
dan motivasinya sehigga penelitian ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
V. PEMBAHASAN
Berdasarkan observasi dan wawancara REFERENSI
1. Walujodjati, E., Dan Rahadian, S. P. 2021. Analisis
didapatkan bahwa pekerja hanya mengetahui
Manajemen Risiko K3 Pekerjaan Jalan Tol Cisumdawu
bahaya secara garis besarnya saja. CV. Jasa Phase Tiga. Jurnal Kontruksi.
Karya Nusantara menyatakan bahwa 2. Syamsul Arifin. 2013. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
memang karyawan tidak diberikan edukasi Sarana untuk Produktivitas. Jakarta: Buku International
Labour Organization.
mengenai bahaya apa saja yang ada di tiap 3. Ardinal. 2020. Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety
masing-masing pekerjannya. Maka dari itu Analysis). Jakarta: Yong Ardinal Rhuekamp.
seharusnya pihak konveksi membuat program 4. Slamet Hargiyarto. 2014. Keselamatan dan Kesehatan
edukasi mengenai bahaya apa saja yang Kerja (K3). Yogyakarta: Buku Ajar Universitas Negri
Yogyakarta.
mereka hadapi saat bekrja untuk 5. Elin Herlina. 2019. Implementasi Keselamatan Dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja Kesehatan Kerja (K3) Sebagai Upaya Pencegahan
maupun penyakit akibat kerja sehingga dapat Kecelakaan Kerja (Studi Pada UPTD Laboratorium Dan
melaksanakan K3 dengan baik. Peralatan DPUPRP Kabupaten Ciamis). Ciamis: Jurnal
Universitas Galuh.
6. Ira Sukmawati. 2020. Potensi Bahaya Pada Home
Industry Konveksi. Fakultas Ilmu Keolahragaan
VI. KESIMPULAN Universitas Negeri Semarang Indonesia
Berdasarkan hasil observasi, terkait bahaya 7. Suwondo, Dodi. 2019. Pelaksanaan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Di PT Pelita Citra Mandiri Selaku
dan risiko pada pekerjaan konveksi CV. Jasa

10
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |
J URNAL INDUST RI AL G AL UH
Eky Aristriyana, S.T., M.T.

Vendor Pada PT PLN (Persero) Rayon Ciamis. Jurnal


Dinamika Universitas Galuh.
8. Anita Dewi, P. 2012. Dasar Dasar Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja. Jember: Jurnal Universitas Jember.
9. Abidin, Mahbubah, N. A. 2021. Pemetaan Risiko Pekerja
Kontruksi Berbasis Metode Job Safety Analysis Di PT
BB. Jurnal Serambi Enginering.
10. Mahawati, Eni dkk. 2021. Keselamatan Kerja Dan
Kesehatan Lingkungan Industri. Medan: Yayasan Kita
Menulis.

11
JIG | Vol. 4 (1) 2022 |

Anda mungkin juga menyukai