Anda di halaman 1dari 128

CYBERBULLYING DALAM PERSPEKTIF HADIS

(Studi Ma’anil Hadis)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

oleh :

Vela Qotrun Nada


NIM: 11170360000020

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/ 2021 M

i
LEMBAR PERSETUJUAN

CYBERBULLYING DALAM PERSPEKTIF HADIS

(STUDI MA’ANIL HADIS)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Vela Qotrun Nada


11170360000020

Pembimbing

Syarifah Rusydah, M.Ag.,Ph.D.


NIP. 19720419200032001

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/ 2021 M

ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “CYBERBULLYING DALAM PERSPEKTIF HADIS


(STUDI MA’ANIL HADIS)” telah diujikan di dalam sidang munaqashah
Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 25 November 2021. Skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) di Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 November 2021

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A. Dr. Abdul Hakim Wahid,SHI,M.A.


NIP. 197701202231992031001 NIP. 1978042420150310

Penguji 1 Penguji II

Dr. H. Masykur Hakim, M.Ag. Maulana, M.Ag.


NIP. 195702231992031001 NIP. 196502071999031001

Pembimbing

Syarifah Rusydah, M.Ag.,Ph.D.


NIP. 19720419200032001

iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin.
B = ‫ب‬ z = ‫ز‬ F = ‫ف‬
T = ‫ت‬ s = ‫س‬ Q = ‫ق‬
Ts = ‫ث‬ sy = ‫ش‬ K = ‫ك‬
J = ‫ج‬ ṣ = ‫ص‬ L = ‫ل‬

ḥ = ‫ح‬ ḍ = ‫ض‬ M = ‫م‬


Kh = ‫خ‬ ṭ = ‫ط‬ N = ‫ن‬
D = ‫د‬ ẓ = ‫ظ‬ H = ‫ه‬
dz = ‫ذ‬ ‘ = ‫ع‬ W = ‫و‬
R = ‫ر‬ gh = ‫غ‬ Y = ‫ي‬

Ketentuan alih vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab


dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :
Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan

Arab Latin

‫ا‬ Ā a dengan garis di atas

‫ي‬ Ī i dengan garis di atas

‫و‬ Ū u dengan garis di atas

v
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Cyberbullying dalam perspektif hadis
(Studi Ma’anil Hadis)” menjelaskan larangan seseorang untuk tidak
merendahkan orang lain baik didunia maya ataupun didunia nyata
meskipun konteks hadisnya berbeda akan tetapi pemahamannya sama.
Cyberbullying banyak bermunculan karena mudahnya dalam
mengakses media sosial, akan tetapi cyberbullying ini masih dianggap
sesuatu hal yang sepele di masyarakat. Kajian ini masih perlu
diperkaya lagi dengan mencoba berbagai macam sudut pandang, salah
satunya adalah sudut pandang ḥadis Nabi. Dengan demikian, dianggap
urgen untuk melihat bagaimana ḥadis Nabi berbicara tentang
cyberbullying.
Bentuk penelitian ini adalah Library reseach (penelitian
kepustakaan). Untuk penelitian sanad peneliti menggunakan metode
takhrij dan kritik sanad. Kemudian penelitian matan hadis
menggunakan metode ma’anil ḥadis Yusuf Al-Qardhawi, agar
penyampaian ḥadis dari sanad dan matan lebih jelas dan mendapat
pemahaman terhadap ḥadis.
Kata kunci : Cyberbullying, Hadis

vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skrispi
ini. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada para keluarganya, sahabatnya dan para
umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari betul bahwa skripsi yang berjudul


Cyberbullying dalam Perspektif Ḥadis (Studi Ma’anil Ḥadis) . Ini
tidak akan selesai jika hanya mengandalkan daya yang penulis miliki.
Ada banyak sosok, kerabat, dan orang-orang yang secara langsung
maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis. Ucapan
terima kasih penulis persembahkan kepada :

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A. selaku


Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A. selaku Ketua Jurusan Ilmu
Hadis dan Dr. Abdul Hakim Wahid, SH.I, M.A. selaku
Sekretaris Jurusan Ilmu Hadis yang telah banyak membantu
penulis dan memberikan saran dan masukan serta membantu
dalam pelayanan akademik dengan baik.
4. Ala’i Nadjib, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga
sampai pada titik ini.

vii
5. Syarifah Rusydah, M.Ag, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Kepada kedua orang tua saya Bapak Drs.H. Suntono dan Ibu
Hj. Hanik Laela, SP.d. Kakak saya Shofiatina Qurrota A’yun,
M.Psi dan Zefa Syi’ar Sani, S.H. yang senantiasa memberikan
dukungan lewat doa-doanya. Memberikan saya semangat dan
motivasi sehingga bisa terus istiqomah dalam belajar dan bisa
menyelesaikan studi ini.
7. Kepada teman-teman seperjuangan Ilmu Hadis 2017 , Annisa
Dwi Febriyanti, Fikrani Zakiyyah, Afifah Amaliyah, Mayda
Rani Nur Azizah, Alfiyah, Faisal Izzudin Haq, Dan teman-
teman lainnya. Terkhusus kepada Annisa Dwi Febriyanti saya
ucapkan banyak terima kasih, karena dalam proses penyusunan
skrispsi ini banyak membantu, menjadi teman diskusi sekaligus
menjadi pembimbing secara nonformal.
8. Kepada teman-teman MAPK Surakarta, Insan Hubba Haqiqi,
Nabila Al-haq, Zulfikar El-haq, Muta’ani Az-zahra, Afifatun
Masruroh, Puji Astuti, Risma Eka Malinda, Shovia Nur
Zakiyyah dan teman-teman lainnya yang telah menjadi teman
diskusi dan menjadi motivasi saya untuk melangkah maju.
9. Dan terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada saudara-
saudara saya Ulin Nuha, Muhammad Rifqi Alwy, Waffa Kamal
Sahir, Badruz Zaman, dan Zunnatul Jannah yang telah menjadi
sahabat diskusi sehingga saya terdorong untuk segera
secepatnya menyelesaikan tugas akhir saya ini.

viii
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan
yang luas terkait pengkajian hadis di Indonesia. Semoga Allah
SWT membalas segala kebaikan yang telah dilakukan dengan
pahala yang berlipat ganda di dunia dan di akhirat. Amin

ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................... v
ABSTRAK ................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................ 10
1. Identifikasi Masalah ............................................. 10
2. Pembatasan Masalah ............................................ 10
3. Perumusan Masalah .............................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 11
1. Tujuan Penelitian ................................................. 11
2. Manfaat Penelitian ................................................ 11
D. Tinjauan Pustaka ...................................................... 12
E. Metode Penelitian ..................................................... 17
1. Jenis Penelitian ..................................................... 18
2. Sumber Data ....................................................... 18
3. Analisis Data ......................................................... 19
F. Sistematika Penulisan .............................................. 21
BAB II GAMBARAN UMUM FENOMENA
CYBERBULLYING .................................................... 22
A. Pengertian Cyberbullying .......................................... 22
B. Kategori Cyberbullying ............................................. 28

x
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cyberbullying ... 32
D. Dampak Cyberbullying ............................................ 36
E. Upaya Untuk Mencegah Cyberbullying .................... 40
BAB III KUALITAS DAN HADIS CYBERBULLYING ........ 44
A. Hadis Larangan Mengatakan Perkataan Kotor ............ 44
1. Teks dan Takhrij Hadis ........................................ 44
2. Skema Sanad Hadis ............................................... 47
3. Kritik Sanad Hadits .............................................. 48
4. Penilaian Hadis .................................................... 53
B. Hadis Larangan Menggunjing ................................... 54
1. Teks dan Takhrij Hadis ........................................ 54
2. Skema Sanad Hadis .............................................. 59
3. Kritik Sanad Hadis ............................................... 60
4. Penilaian Hadis .................................................... 64
C. Hadis Larangan Mencela Orang Lain ........................ 65
1. Teks dan Takhrij Hadis ........................................ 65
2. Skema Sanad Hadis .............................................. 72
3. Kritik Sanad Hadis ............................................... 73
4. Penilaian Hadis .................................................... 77
BAB IV PEMAHAMAN HADITS TENTANG FENOMENA
CYBERBULLYING .................................................. 78
A. Pengertian Ma’anil Hadis .......................................... 78
B. Urgensi Ma’anil Hadis ............................................... 79
C. Metode Ma’anil Hadis Yusuf Al-Qardhawi ................. 80
D. Analisis Ma’anil Hadis Fenomena Cyber Bullying ..... 84
E. Kontekstualisasi Hadist ............................................... 97

xi
BAB V PENUTUP ..................................................................... 101
A. KESIMPULAN ........................................................ 101
B. SARAN .................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 103
LAMPIRAN .............................................................................. 108
1. Gambar 1 ................................................................... 108
2. Gambar 2 .................................................................. 110
3. Gambar 3 .................................................................. 111
4. Gambar 4 .................................................................. 113
5. Gambar 5 .................................................................. 115
6. Gambar 6 .................................................................. 116

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, kasus yang marak terjadi dikalangan anak hingga
remaja adalah kasus bullying. Bullying sering disebut dengan
mengolok-olok, penganiayaan1, penindasan2, dan kedzaliman3.
Bullying dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau perilaku
agresif yang sengaja dilakukan oleh sekelompok orang atau seorang
secara berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap seorang
korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah atau
sebuah penyalahgunaan kekuasaan/kekuatan secara sistematik. 4
Cyberbullying merupakan perluasan dari bullying, bullying
yaitu kekerasan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang atau
kelompok orang pada seorang atau kelompok orang lainnya sehingga
korban merasa teraniaya. 5
Cyberbullying sebenarnya tidak lain dari perilaku yang
diidentifikasian sebagai bully yang berarti menggangu, menggertak,
menghina, dan tindakan pelecehan melalui dunia internet.

1 Penganiayaan adalah perlakuan sewenang-wenang (penyiksaan,


penindasan). Lihat. Poerdawinta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 3rd ed. (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007),hal 47.
2 Penindasan adalah perlakuan sewenang-wenang. Poerdawinta, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, hal 1277.
3 Dzalim-mendzalimi, menindas, menganiaya, berbuat sewenang-wenang.
Poerdawinta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 1370.
4 Kathryn Gerald, Intervensi praktis bagi remaja beresiko,
(Yogyakarta:Pustaka pelajar 2012) hal 72.
5 Yesmil Anwar, Saat Menuai Kejahatan; Sebuah Pendekatan Sosiokultural
Kriminologi, Hukum dan HAM, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hal 89.

1
2

Cyberbullying merupakan istilah yang ditambahkan ke dalam kamus


OED (Oxford English Dictionary) pada tahun 2010. Istilah ini merujuk
kepada penggunaan teknologi informasi untuk menggertak orang
dengan mengirim atau posting teks yang bersifat mengintimidasi atau
mengancam.
OED (Oxford English Dictionary) menunjukkan penggunan
pertama dari istilah ini di Canberra pada tahun 1998, tetapi istilah ini
sudah ada pada sebelumnya di Artikel New York Times 1995.6 Para
ahli mendefinisikan cyberbullying sebagai berikut :
1. Cyberbullying yaitu perlakuan kasar yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang, menggunakan bantuan alat
elektronik yang dilakukan berulang-ulang dan terus menerus pada
seorang target yang kesulitan membela diri.
2. Cyberbullying is the use of technology to intimidate,
victimize, or bully an individual or group. Cyberbullying adalah
penggunaan teknologi untuk mengintimidasi, menjadikan korban, atau
menggangu individu atau sekelompok orang.7 Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa cyberbulying adalah intimidasi, pelecehan
atau perlakuan kasar secara verbal yang dilakukan di dunia maya.
Dalam islam, bullying sudah ada sejak zaman dahulu salah satu
contohnya yaitu terjadi pada zaman nabi Yusuf a.s . Nabi Yusuf
mengalami kekerasan yang dilakukan saudara-saudaranya
sebagaimana terekam dalam Al-Qur’an. Hal ini berawal dari

6 Machsun Rifaudin, “Fenomena Cyberbullying pada Remaja (Studi


Analisis Media Sosial Facebook”, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan
Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, 4, (2016), hal 38.
7
Fathur Rahman, “Analisis Meningkatnya Kejahatan Cyberbullying dan
Hatespeech Menggunakan Berbagai Media Sosial dan Metode Pencegahannya”,
SNIPTEK, (2016), hal. 383
3

kecemburuan kakak-kakak Yusuf karena ayah mereka Nabi Ya’kub a.s


lebih menyayangi Nabi Yusuf dan adiknya Benjamin. Sebenarnya hal
ini wajar karena Nabi Yusuf dan Benjamin telah ditinggal wafat oleh
ibunya saat mereka masih kecil. Namun perlakuan special ayahnya
kepada Yusuf membuat saudara-saudaranya cemburu dan dengki.
Kemudian merekapun berkumpul dan merencanakan sesuatu untuk
mencelakakan Yusuf. Awalnya salah satu dari mereka merencanakan
untuk membunuh Yusuf, tetapi akhirnya mereka sepakat
menenggelamkanya kedalam sumur. Akan tetapi sebelum
memasukkan Yusuf ke dalam sumur mereka menganiyaya Yusuf
terlebih dahulu. 8
Cyberbullying sama halnya dengan bullying yang terjadi pada
umumnya, yaitu sama-sama mengintimidasi ataupun mengganggu
orang yang lemah. Yang membedakan antara bullying dan
cyberbullying adalah tempat dimana pelaku melakukan intimidasi,
ancaman dan pelecehan terhadap target atau korban. Alat perantara
yang digunakan pelaku cyberbullying adalah smartphone atau
komputer yang tersambung dengan jaringan internet.9
Bullying maupun cyberbullying tidak peduli umur, usia, dan
jenis kelamin si korban. Di lingkungan pendidikan,masyarakat,tempat
kerja hal tersebut dapat terjadi. Bedanya, bullying terjadi di dunia
nyata, sedangkan cyberbullying terjadi di dunia maya, utamanya di
media sosial (medsos).

8 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith (Jakarta: Gema Insani, 2013), hal.


142-143.
9 Yana Choria Utami, “Cyberbullying di Kalangan Remaja (Studi tentang
Korban Cyberbullying di Kalangan Remaja Surabaya)”, Universitas Airlangga, No.
3, (09, 2014), hal. 3.
4

Perkembangan teknologi Informasi yang semakin pesat mampu


mengubah pola kehidupan masyarakat dalam hal pemenuhan
informasi. Segala bentuk informasi dapat menyebar secara cepat
bahkan sulit untuk dikontrol. Tidak dapat dipungkiri saat ini manusia
semakin “dimanjakan”dengan berbagai kecanggihan teknologi, mulai
dari munculnya alat komunikasi handphone sampai smartphone yang
dilengkapi dengan bebagai fitur dan teknologi internet. Internet dapat
memudahkan penggunannya untuk bertukar informasi tanpa harus
bertatap muka satu sama lain. Selain itu adanya internet juga
mendorong munculnya berbagai media sosial seperti whatshapp,
facebook, tinder, youtube,twitter, instagram, dan sebagainya.
Pesatnya perkembangan jejaring sosial sebagai alat komunikasi
yang mudah digunakan oleh siapa saja dan dapat diakses dimana saja
membuat fenomena besar terhadap arus informasi, tidak hanya itu
pertumbuhan jejaring sosial membawa trend baru dalam masyarakat
sebagai ajang untuk melakukan tindakan penindasan secara online atau
yang lebih dikenal dengan sebutan cyberbullying. Adanya jejaring
sosial memudahkan pengguna untuk melakukan cyberbullying, Bentuk
dari cyberbullying adalah ejekan, ancaman, hinaan, ataupun hacking
dengan tujuan mengintimidasi dan menindas sehingga korban merasa
tersakiti dan malu, sedangkan pelaku merasa puas dan senang karena
tujuannya telah tercapai.
Cyberbullying lebih mudah dilakukan daripada kekerasan
konvensional karena si pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan
orang lain yang menjadi targetnya. Korban yang terkena cyberbullying
juga jarang yang melaporkan kepada pihak yang berwajib, sehingga
banyak orang tua yang tidak mengetahui bahwa anak-anak mereka
5

terkena bullying di dalam dunia maya. Dan akibat fatal dari tindakan
ini adalah bunuh diri.
Fenomena cyberbullying biasanya dilakukan kalangan remaja
beberapa alasannya yakni karena pengaruh lingkungan, perkelahian di
lingkungan sekolah, adanya imitasi dalam penggunaan sosial media
yang berdampak terjadinya cyberbullying, cyberbullyer kurang
memahami dampak penggunaan jejaring sosial , kurangnya perhatian
orang tua dan guru, korban cyberbullying lebih memilih bercerita
kepada teman dan menyimpannya sendiri.
Sejalan dengan data yang diperoleh UNICEF pada 2016,
sebanyak 41 hingga 50 persen remaja di Indonesia dalam rentang usia
13 sampai 15 tahun pernah mengalami tindakan cyberbullying.
Bahkan, satu dari tiga orang di 30 negara telah menjadi korban
intimidasi online karena cyberbullying dan kekerasan.10

Hal ini diperkuat oleh hasil survey Wearesosial (2019)


Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite yang dirilis Januari 2019
pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar
56% dari total populasi. Jumlah tersebut naik 20% dari survei
sebelumnya.
Cyberbullying ini tidak hanya menimpa public figure, tetapi
juga dalam kalangan remaja sebagaimana dilansir dari
https://databoks.katadata.co.id yang mengungkapkan hasil riset
Programme for International Students Assessment (PISA) 2018
menunjukkan siswa di Indonesia mengaku pernah mengalami
perundungan (bullying) sebanyak 41,1%. Selain mengalami
10
Zunari Hamro, Fenomena Cyberbullying Pada Kalangan Remaja di
Dunia Maya dalam https://pilarpkbijateng.or.id, diakses 12 Februari 2021.
6

perundungan, murid di Indonesia mengaku sebanyak 15% mengalami


intimidasi, 19% dikucilkan, 22% dihina dan barangnya dicuri.
Selanjutnya sebanyak 14% murid di Indonesia mengaku diancam, 18%
didorong oleh temannya, dan 20% terdapat murid yang kabar buruknya
disebarkan.
Berbagai macam cara telah dilakukan untuk menanggulangi
kasus yang menjadi problem sosial ini. Oleh sebab itu, khazanah baru
untuk mengatasi problematika ini sangat diperlukan,karena masih
jarang sekali ditemukan pembahasan cyberbullying dari pandangan
ḥadis.
Salah satu cara pandang yang ditawarkan di sini adalah
menempatkan problematika cyberbullying dalam ranah spiritual untuk
ditinjau dengan perspektif ḥadis Nabi. Berbagai solusi telah ditawarkan
sebagai upaya untuk menanggulangi problem ini, baik dengan
pendekatan sosial, psikologis ataupun spiritual. Namun dari setiap
upaya yang telah ditawarkan seolah masih belum efektif jika melihat
masih maraknya kasus ini.
Oleh sebab itu, kajian atas fenomena ini masih perlu diperkaya
lagi dengan mencoba berbagai macam sudut pandang, salah satunya
adalah sudut pandang ḥadis Nabi. Ḥadis Nabi, bagi umat Islam, tidak
hanya difungsikan sebagai pedoman dalam menjalankan syari’at saja,
namun juga digunakan sebagai pedoman ber-mu’amalah. Oleh sebab
itu, dianggap urgen untuk melihat bagaimana ḥadis Nabi berbicara
tentang fenomena cyberbullying. Kajian ini tidak hanya menemukan
adanya fenomena bullying dalam hadis, melainkan juga eksplorasi atas
tindakan preventif yang ditawarkan oleh ḥadis Nabi atas problem ini.
Tujuan dari kajian ini adalah melihat signifikansi ḥadis Nabi sebagai
7

pemecahan masalah atas fenomena bullying yang masih marak di


masyarakat.
Menurut Nadirsyah Hosen, seorang pakar tafsir era kontemporer,
Cyberbullying, pada dasarnya bisa dilakukan oleh siapa saja. Seorang
anak muda atau ibu rumah tangga bisa tiba-tiba menjadi garang dan
melecehkan ulama. Ketidaksetujuan kita terhadap tokoh atau pejabat
pemerintahan diekspresikan lewat gambar/meme yang berbau hujatan
dan hinaan. Kita tidak lagi fokus pada pemikiran, gagasan atau
kebijakan, yang kita serang adalah kehormatan pribadi dan nama baik
orang lain yang hendak kita permalukan karakternya. Sedangkan kita
merasa puas dan tenang-tenang saja seolah tidak terkena dosa atas
pelecehan yang kita lakukan itu.11
Agama islam telah melarang pembullyan dalam bentuk apapun.
Al-qur’an telah menyebutkan dalam surat al-Hujurat ayat 11.

‫ان ِّن همن والن ن ِسَ ءٌۤ س‬


‫س‬ ٍ ‫ان لن ين َخرن قاوم س‬ ‫س‬
‫ن ِّ ْن‬
‫ان خي ًر ن ُ ا ا ن‬ ‫ن عَن ىن انن يَّ ُكوُِن و ا‬ ‫ن ِّ ْن قا وم ا‬ ‫ن‬ ‫يان يَ اهۤن اََّيي ا ْن ا اِّنُو ا ا ا‬
‫ن من‬
‫س‬ ‫ۤ ۗن زسس س‬
‫ن ال‬ ‫ان لالاَا س‬‫ن ان ِّن ُه ََّّۚ ْن والن نال سم ُوون ان اِ ُفَ ُكمن والن ن ناناۤز ُوو س‬
‫ِنسَ ءۤ ٌٍن عَن ىن انن يَّ ُك َّ ْن خي ر س‬
‫ا ا‬
ُ ‫ا‬ ‫ا ا ا‬ ‫َّۚ ا ً ن ا ء‬
‫س‬ ‫س‬
‫اَ ُفَو ُقن ز ع ادن الْيا س‬
‫ن ه ُمن اَظنل ُم ن و ان ن‬
ُ‫ك‬ ‫ۤن ان واِّ ْ َّن َّلن ياتُبن فاُۤوَ ِٕى ا‬ ‫ُ ا‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan
jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan
lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik
dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling
mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujurat:11)

11
Nadirsyah Hosen Tabik, “Ketika Ilmuwan, Ulama, dan Profesor di-bully
di medsos” (Australia: Monash Law School).
8

Mem-bully bukan hanya menimbulkan perasaan malu bagi


korbannya, namun juga terselip perasaan bahwa kita yang membully
ini lebih baik dari padanya. Lebih jauh lagi, surah al-Hujurat ayat 11
mengajarkan agar kita senantiasa introspeksi diri lebih dulu sebelum
menilai baik buruknya orang lain.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa mengintimadasi dan
memperolok-olok orang lain adalah perbuatan yang dilarang. Hal itu
seperti apa yang dikaitkan dengan cyberbullying. Islam sebagai agama
yang menjunjung tinggi kehormatan melarang umatnya untuk
menghasut, menggunjing, berkata kasar, memanggil dengan julukan
tidak baik di hadapan orang, dan perbuatan lain yang menyerang
kehormatan dan kemulian manusia. Islam juga mengingatkan untuk
menjaga lisan yang telah diberikan oleh Allah untuk berkata baik dan
benar agar tidak menimbulkan fitnah dan dosa. Islam juga
menempatkan mereka yang berbuat dosa tersebut kedalam golongan
orang-orang fasik.12
Jika dilihat orientasi dari perilaku bullying yang mengarah
pada suatu tindakan yang merendahkan orang lain, terdapat satu
ḥadits yang secara spesifik menjelaskan tentang hal tersebut. Ḥadis
tersebut terdapat dalam kitab Musnad Aḥmad dengan redaksi sebagai
berikut:
‫س‬
‫ن ع ْن‬،
‫ن علا امةا ا‬ ‫ن ع ْن إزراهي سم ا‬،
‫ن ع ْ ا‬، ‫ش ا‬ ‫ن ع ْن األاع ام س‬،
‫ائل ا‬
‫ن ع ْن إسار ا‬،‫ن ز ْن سۤازس سق ا‬
ُ ‫ن ُما نم ُد‬
ُ ‫اح ادثنۤا‬
‫ن علاي سن وسلَّ ن من قن إس َّنن اَمؤسِّ ْن َاي س‬
‫ن لاَلَّ َّع س‬
‫ۤن ان وان لن‬ َّ َّ‫ن لل‬ ‫اللسن قاۤا ا ن قن قاۤ ا ن سسو ُ َّس‬
‫اعب سد نن‬
‫ُ ا ا‬ ‫ىن اللُ ا ا ا ا‬ ‫ن الل ا‬ ُ‫ا‬
‫ش ان والن اَبا سي سن‬
ٌ‫ي‬ ‫ۤنن والن اَ اف س‬
‫ۤح س‬ ‫س‬
‫اَطَّ َّع ا‬

12
Maulida Nur Muhlishotin, Cyberbullying Perspektif Hukum Pidana
Islam, Jurnal Hukum Pidana Islam vol.3 no 3 (2 Desember 2017) hal. 375
9

Diceritakan dari Muhammad bin Sabiq dari israil, dari


amasy, dari ibrahim dari al- Qamah dari Abdillah ia berkata :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang mukmin
bukanlah orang yang melaknat, mencela, berbuat keji, dan tidak pula
mengatakan perkataan kotor.” (HR.Ahmad:3646)
Dalam pemaknaan ḥadis diperlukan kejelasan apakah suatu
ḥadis akan dimaknai tekstual atau kontekstual . Pemahaman terhadap
kandungan ḥadis apakah suatu hadis termasuk kategori temporal, lokal,
atau universal, Serta apakah konteks tersebut berkaitan dengan pribadi
pengucapnya saja, atau mencakup pula mitra bicara dan kondisi sosial
ketika teks itu muncul. 13
Pemaknaan ḥadis menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak
ketika teks-teks keagamaan yang lahir banyak mengutip literatur-
literatur hadis yang pada gilirannya mempengaruhi pola pikiran dan
tingkah laku masyarakat. Sebagai salah satu contoh tentang upaya
memahami ḥadis secara lebih tepat dengan menggunakan metode
pemaknaan ḥadis adalah bagaimana memahami ḥadis tentang
cyberbullying.
Dalam penelitian ini saya menggunakan teori pemikiran ulama’
kontemporer yaitu Yusuf Al-Qardhawī untuk menganalisa dan
memahami ḥadits. Ada beberapa metode yang dipaparkan oleh Yusuf
Al-Qardhawī antara lain yaitu : Memahami hadis sesuai petunjuk Al-
Qur’an, Mengumpulkan hadis yang satu tema, Memahami hadis
berdasarkan latar belakang, kondisi dan tujuan, dan yang terakhir
memahami makna kata per kata.
Berangkat dari latar belakang masalah yang dipaparkan diatas
maka dalam penelitian ini, penulis bermaksud meneliti dan mengkaji

13
M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung:Mizan, 1999), hal.
124
10

pemaknaan dan pemahaman yang tepat terhadap ḥadis-ḥadis yang


berkaitan dengan cyberbullying.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Di dalam kitab-kitab hadits belum di jelaskan secara jelas
makna bullying . Kebanyakan hanya menjelaskan yakhsar,
istihza’ah, talmizu’ atau yang lebih dikenal dengan
mengolok-olok dan mempermalukan seseorang di khalayak
umum dengan tujuan kepuasan pribadi.
Dengan demikian skripsi ini akan mengulas dan mendalami
penelitian mengenai makna ḥadis tentang cyberbullying.
2. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, untuk
menghindari pembahasan yang tidak mengarah kepada
maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka penulis
perlu membatasi pembahasan yang akan dibahas, yaitu
penulis lebih memfokuskan dan menitik-beratkan terhadap
makna hadis tentang cyberbullying. Adapun ḥadis-ḥadis
diatas penulis batasi pada pada kalimat mengolok-olok.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifiksi masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya maka penulis mencoba mengambil
beberapa rumusan masalah yang menjadi kajian dalam
penelitian ini. Adapun yang menjadi rumusan masalah di
dalam penelitian ini adalah :
11

a. Bagaimana pemaknaan dan pemahaman ḥadis tentang


fenomena cyberbullying melalui ma’anil ḥadis ?
b. Bagaimana kontekstualisasi ḥadis tentang fenomena
cyberbullying dalam realita sekarang ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini tentu tidak terlepas dari tujuan yang hendak
dicapai, sehingga dapat bermanfat bagi penulis sendiri
ataupun bagi para pembaca. Adapun yang menjadi tujuan
dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui makna fenomena cyberbullying
dalam pandangan hadis

b. Untuk mengetahui kontekstualisasi ḥadis tentang


cyberbullying dalam realitas kekinian
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dalam skripsi ini diharapkan dapat berguna
dalam hal-hal :
a. Secara Teoritis : Dengan adanya penelitian ini diharapkan
bisa menjadi sumbangan sederhana dalam pengembangan
studi ilmu hadis dan menambah khazanah literatur untuk
fakultas ushuluddin. Selain itu, diharapkan dapat berguna
sebagai pedoman dalam rangka memahami dan
mengamalkan hadis-hadits Nabi SAW, untuk mewujudkan
pembumian hadis yang rahmatan li al-alamin.
b. Secara Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan landasan atau pedoman yang layak sebagai
12

khazanah intelektual islam. Khususnya para remaja supaya


menggunakan media sosial dengan baik dan bijak.
c. Secara Khusus : Penelitian ini menjadi salah satu
persyaratan akhir program S1 guna memperoleh gelar
Sarjana Agama (S.Ag) di Fakultas Ushuluddin, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka
Sebelum saya melakukan penelitian ini, sebelumnya sudah
terdapat beberapa penelitian yang terkait masalah cyberbullying
yang dibahas dan dikemas memenuhi khazanah koleksi
kepustakaan dengan baik dalam bentuk buku-buku, artikel, jurnal,
hingga karya ilmiah. Akan tetapi penulis menemukan beberapa
literatur yang mengangkat permasalahan dengan pandangan yang
berbeda. Diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Skripsi dengan judul “Cyberbullying di Media Sosial Youtube
(Analisis Interaksi Sosial Laurentius Rando terhadap Haters)”
Tahun 2017 karya Widyawati MP Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar .
Fokus penelitian ini yaitu mengenai cyberbullying di media
sosial dengan analisis interaksi sosial Laurentius Rando
terhadap haters. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi
ini adalah penelitian bersifat deskriptif, sumber data penelitian
ini adalah vidio Laurentius Rando dan komentar-komentar
haters pada akun Youtube nya. Sedangkan teknik pengumpulan
data yaitu observasi non partisipasi. Dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa interaksi sosial Laurentius Rando terhadap
13

haters dalam vidio “Baca Comment Hate” terjadi karena


adanya beberapa faktor pendorong dan juga bentuk dari
interaksi sosial.
2. Jurnal dengan judul “Fenomena Bullying pespektif Hadis:
Upaya Spiritual sebagai Problem Solving atas Tindakan
Bullying” Tahun 2019 karya Aunillah Reza Pratama dan
Wildan Hidayat Universitas Islam Negeri Yogyakarta .
Penelitian ini mengkaji bullying dengan perspektif hadis Nabi.
Kajian ini berusaha menemukan signifikasi fenomena bullying
dengan hadis. Sedangkan metode yang digunakan adalah
deskriptif-analisis . Dan hasil dari penelitian ini adalah Hadis
riwayat ibnu majah :3203, ide dasar hadis yang dikaji adalah
nilai humanise, dan Tindakan preventif yang ditawarkan hadis
tersebut.
3. Skripsi dengan judul “Bullying dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Psikologi” Tahun 2018 karya Mokhammad Ainul Yaqien
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Sunan
Ampel Surabaya. Penelitin ini mengkaji makna bullying dalam
perspektif Al-qur’an dan psikologi. Jenis penelitian ini adalah
library research (penelitian kepustakaan) penyajian tafsiranya
dengan pendekatan tematik analisis. Penelitian ini dilakukan
untuk menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran secara
keseluruhn dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang
mempunyai pengertian sama. Dan hasil penelitiannya yaitu
Menurut para mufassir orang yang melakukan bullying akan
mendapat balasan pada hari pembalasan,kemudian menurut
psikologi orang yang melakukan bullying dan orang yang
14

menjadi korban bullying akan mempunyai dampaknya yang


berpengaruh pada masa depannya.
4. Skripsi dengan judul “Bullying dan Solusinya dalam Al-Qur’an
” Karya Sindy Kartika Sari Fakultas Ushuluddin Institut Agama
Islam Negeri Surakarta. Penelitian ini fokus mengkaji pesan
Alquran tentang bullying dan solusinya dengan menggunakan
metode tafsir tematik. Beberapa ayat-ayat yang terdapat makna
kata seperti yaskhar,istahza’a,dan derivasinya dikumpulkan
kemudian dianalisa. Dan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa beberapa ayat Alquran mengindikasikan bahwa bullying
memang sudah terjadi pada masa-masa terdahulu, bahkan
sebelum al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad.
5. Skripsi dengan judul “Analisis Perilaku Cyberbullying Remaja
di Jejaring Sosial Instagram di Sekolah Madrasah Aliyah
Islamiyah Sunggal“ Tahun 2019 Karya Krismun Nazara
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Medan Area.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi pada remaja di Madrasah Aliyah
Islamiyah Sunggal, serta melalui dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian ini. Sehingga dalam penelitian ini
ditemukan beberapa jenis cyberbullying yakni harassment serta
body shaming.
6. Skripsi dengan judul “Cyberbullying sebagai Dampak Negatif
Penggunaan Teknologi Informasi” Karya Florensia Sapty
Rahayu Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Fokus penelitian ini yaitu untuk memperoleh
gambaran tentang fenomena cyberbullying di Indonesia. Untuk
15

mendapatkan data digunakan kuesioner yang didistributorkan


kepada siswa-siswi SMP dan SMA di kota Magelang,
Yogyakarta dan Semarang. Dan hasil dalam penelitian ini yaitu
menunjukkan bahwa cyberbullying telah terjadi dengan angka
yang cukup besar (28%) namun dampaknya tidak begitu serius.
Dari jawaban-jawaban yang didapatkan dapat disimpulkan
bahwa banyak remaja yang belum memahami tentang
cyberbullying dan potensi dampak yang dapat ditimbulkannya.
7. Skripsi dengan judul “Fenomena Perilaku Cyberbullying dalam
Jejaring Sosial Twitter“ Tahun 2014 Karya Salshabila Putri
Persada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro Semarang. Fokus penelitian ini yaitu untuk
memahami motivasi pelaku dalam melakukan cyberbullying
dijejaring sosial twitter. Dalam penelitian ini teori yang
digunakan adalah motif sosiogenis, yaitu motif cinta, motif
kompetensi, dan motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari
identitas. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara
mendalam terhadap lima orang informan yang masing-masing
merupakan pelaku cyberbullying didalam jejaring sosial twitter.
Dan hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
jejaring sosial twitter, pelaku cyberbullying terjadi karena
adanya motivasi yang ada dalam diri informan. Seperti motif
sosiogenis dan motif afektif.
8. Jurnal dengan judul “Fenomena Cyberbullying pada Remaja
(Studi Analisis Media Sosial Facebook). Tahun 2016 karya
Machsun Rifauddin Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
16

Yogyakarta. Fokus penelitian ini yaitu menggambarkan


fenomena cyberbullying terhadap para remaja di sosial media
facebook beserta dengan beberapa contoh nyata yang pernah
terjadi di Indonesia. Dan hasil dalam penelitian ini adalah
tindakan cyberbullying yang dilakukan remaja di media sosial
facebook sudah semakin mengkhawatirkan. Dampak
cyberbullying pada korban antara lain mereka mengalami
depresi, kecemasan, ketidaknyamanan, prestasi disekolah
menurun, tidak mau bergaul dengan teman sebaya, menghindar
dari lingkungan sosial, dan adanya upaya bunuh diri. Dan untuk
menanggulangi cyberbullying pada remaja di media sosial
facebook maka perlu diadakan tindakan preventif melalui
pendidikan etika.
9. Skripsi dengan judul “ Pengaruh Pola Komunikasi Orang Tua
Terhadap Perilaku Cyberbullying Siswa SMPI Singosari
Malang” Tahun 2019 Karya Anggi Citra Alfiroh Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Fokus penelitian ini yaitu Untuk mengetahui tingkat
perilaku cyberbullying siswa serta untuk melihat masing-
masing pengaruh pola komuikasi orang tua terhadap perilaku
cyberbullying siswa SMPI Singosari Malang. Penelitian ini
menggunakan jenis pendekatan kuantitatif korelasional. Dan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi yang
diberikan pola konsensual terhadap perilaku cyberbullying
siswa SMPI Singosari Malang sebesar 7,2% dengan hubungan
negatif (Beta=-0,269).
17

10. Skripsi dengan judul “ Hubungan Parental Support Autonomy


dengan Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Remaja ”
Tahun 2018 karya Abdurrohman Malik Ibrahim Fakultas
Psikologi Universitas Sunan Ampel Surabaya. Fokus penelitian
ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara parental support
autonomy dengan kecenderungan perilaku cyberbullying.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif berjenis
korelasi. Dan hasil dalam penelitian ini bahwa data yang
digunakan yaitu analisis product moment dengan diperoleh
harga koefisien korelasi sebesar -0,627 dengan signifikasi
0,000, artinya terdapat hubungan antara parental support
autonomy dengan kecenderungan perilaku cyberbullying
remaja.
Dari berbagai karya ilmiah yang penulis temukan,
belum terdapat penelitian mengenai pandangan hadis terhadap
cyberbullying. Sehingga penelitian ini menjadi sangat penting
untuk diteliti dengan harapan dapat memberikan solusi dan
khazanah keilmuan yang baru.

E. Metodologi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif menyajikan data dalam bentuk kata verbal
bukan dalam bentuk angka, 14 yang pada umumnya lebih

14
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan
Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi
Teks dan Penelitian Agama (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hal. 29
18

mengedepankan perolehan data asli. Pengambilan data pun


dilakukan secara natural.15
Karakteristik penelitian kualitatatif naturalistik, antara lain
adalah sebagai berikut: Mempunyai sifat induktif, yaitu
pengembangan konsep yang didasarkan atas data yang ada,
mengikuti desain penelitian yang fleksibel sesuai konteksnya
dan penelitian kualitatif sangat menekankan pada perolehan
data asli.
2. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini yaitu menggunakan penelitian
kepustakaan (library research) yakni menelusuri hadits yang
dimaksud pada kitab-kitab aslinya yaitu al-kutub al-tis’ah serta
buku-buku atau tulisan-tulisan yang mendukung pendalaman dan
ketajaman analisis seperti kitab-kitab syarah, kamus bahasa arab,
serta artikel-artikel yang menunjang penelitian ini. Kemudian
data yang diperoleh dibedah dan dianalisis dengan teori ilmu
hadits, khususnya ma’anil hadis dengan teori pemahaman ulama’
kontemporer Yusuf Al-Qardhawi. Dalam hal ini teori penelitian
yang dipakai adalah teori pemaknaan atau disebut dengan
ma’anil hadis.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini, saya membagi sumber data kedalam dua
sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber Primer adalah : Sumber data yang diperoleh dari
sumber asli yaitu, al-kutub al-tis’ah.

15
Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruz
Media, 2012), hal. 13
19

b. Sumber Sekunder adalah : Data yang mendukung dan


melengkapi data primer yaitu buku-buku, artikel, jurnal, dan
karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan objek kajian
penelitian. Antara lain yaitu Taḥzib al- Taḥzib karangan Ibnu
Ḥajar al-Asqalanī, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW
karangan Yusuf Al-Qardhawī, Ilmu Ma’anil Hadis Paradigma
Interkoneksi Berbagai Teori dan Metode Memahami Hadis
Nabi karangan Abdul Mustaqim dan lain sebagainya.
4. Analisis Data
Pengumpulan data dalam penelitian kepustakaan adalah dengan
tekhnik dokumenter yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, skripsi, buku dan
sebagainya. 16
Untuk mengetahui kualitas ḥadis, saya menggunakan beberapa
langkah untuk menganalisisnya, antara lain yaitu sebagai
berikut :
1. Tahrij al-hadits : Merupakan penelusuran atau pencarian hadis
dalam berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang
bersangkutan. Yang didalamnya dikemukakan secara lengkap
matan dan sanad hadits yang bersangkutan.17
Maka tahrij hadis merupakan langkah awal dalam
pengumpulan data untuk mengetahui kualitas jalur sanad dan
matan hadis. Adapun metode takhrij yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode lafaz : Mencari kata dari bagian

16
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek
(Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 234
17
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992),hal. 41
20

matan hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah


kitab Mu’jam Mufahras Li-alfaz al Hadith Al-nabawi karya
Arent Jan Wensink (w.1358 H).18
2. I’tibar : Untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya
dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung berupa
periwayat yang berstatus mutabi’ atau syahid. 19
3. Kritik Sanad : untuk penelitian aspek sanad, menggunakan
kitab tadzib al-kamal atau tadzib al-tadzhib.
Kemudian untuk memahami suatu ḥadis terdapat dua metode
dalam memahami teks ḥadis yaitu :
1. Tekstual
Metode ini adalah suatu cara untuk memahami teks ḥadis
berdasarkan yang tertulis dalam teks, dengan kata lain
maksud pemahaman tekstual adalah pemahaman lahiriah
nash.
2. Kontekstual
Metode ini adalah suatu cara memahami teks dengan
memperhatikan sesuatu yang ada disekitarnya karena ada
indikasi makna-makna selain tekstual. Kontekstualisasi ḥadis
terbagi menjadi dua macam yaitu :
a. Konteks internal : mengandung bahasa kiasan, majazi,
metafora dan simbol.
b. Konteks eksternal : seperti kondisi kultur, sosial serta
historis.

18
Mahmud al-Tahan,Ushul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid,terj M.Ridwan
Nasir (Surabaya:IMTIYAZ,2015),hal.72
19
Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan
Bintang 1992), hal 52.
21

E. Sistematika Penulisan
Adapun penelitian ini, terdapat sistematika penulisan yang
bertujuan agar penyusunan penelitian lebih terarah dan sesuai
dengan bidang kajian yang akan dibahas supaya memudahkan
pembaca untuk memahami skripsi ini. Dalam penelitian ini terbagi
menjadi lima Bab, dari Bab 1 sampai Bab V yang masing-masing
bab akan memperinci semua hal yang berkaitan dengan penelitian.
Sistematika penulisan tersebut adalah :
BAB 1, yaitu Pendahuluan, yang terdiri dari pembahasan
latar belakang penulisan skripsi ini. Kemudian pembatasan
masalah yang berfungsi untuk membatasi masalah yang akan
diteliti agar fokus dan tidak melebar. Kemudian pada bab ini
membahas rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II, yaitu Membahas mengenai gambaran umum
fenomena cyberbullying serta tinjauan umum ḥadis-ḥadis tentang
cyberbullying. Hal ini bertujuan agar ḥadis yang diteliti benar
bersumber dari Nabi dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB III, yaitu Dalam melakukan analisis terhadap ḥadis
tentang cyberbullying, dilakukan analisis sanad meliputi penelitian
terhadap kualitas periwayatan dan persambungan sanad.
Melakukan i’tibar dan meneliti pribadi periwayat hadis serta
kualitas sanad hadis.
BAB IV, Membahas mengenai pemahaman ḥadis
cyberbullying dengan menggunakan metode Yusuf Al-Qardhawī.
Serta menarik ide dasar pemahaman ḥadis untuk mengetahui
tujuannya.
22

BAB V, yaitu Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.


Pada kesimpulan akan memaparkan inti dari hasil penelitian yang
telah dilakukan. Sedangkan pada saran berisi penjelasan kepada
pembaca untuk ikut menyempurnakan penelitian ini dengan
memberikan kritik dan masukan yang membangun bagi penulis.
BAB II
GAMBARAN UMUM CYBERBULLYING

A. Pengertian Cyberbullying

Secara etimologis, kejahatan diartikan sebagai perbuatan atau


tindakan jahat, di mana suatu perbuatan dianggap sebagai kejahatan
berdasarkan pada sifat perbuatan tersebut, apabila perbuatan itu
merugikan masyarakat atau perorangan baik secara materil, misalnya
mencuri, membunuh, merampok, memperkosa dan lain-lain. 1
Kata cyber dalam cyberspace, cyber crime, dan cyberlaw, serta
istilah lain yang menggunakan kata cyber berkembang dari
penggunaan terminologi cybernetics oleh Norbert Wiener pada tahun
1948 dalam bukunya yang berjudul Cybernetics or Control and
Communication in the Animal and the Machine. 2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memang belum
ada terjemahan resmi kata cyber. Akan tetapi, KBBI sudah memuat
kata “sibernetika” yang merupakan terjemahan resmi dari cybernetics,
yaitu; “ilmu pengetahuan tentang komunikasi dan pengawasan yang
khususnya berkenaan dengan studi bandingan atas sistem pengawasan
otomatis (seperti sistem saraf dan otak)”3

1
Muliadi, S. Aspek Kriminologis Dalam Penanggulangan Kejahatan. Fiat
Justitia Jurnal Ilmu Hukum. Volume 6 No. 1 (1996), hal. 1-11
2
Sitompul, J. Cyberspace, Cybercrimes, Cyberlaw: Tinjauan Aspek Hukum
Pidana ( PT Tatanusa,2012)
3
Abdul sakban,Sahrul,Pencegahan Cyberbullying di Indonesia, (CV. Budi
Utama Yogyakarta,2012), Hal. 2

23
24

Kata cyber merupakan singkatan dari cyberspace yang berasal


dari kata cybernetics dan space, istilah cyberspace muncul pertama kali
pada tahun 1984 dalam novel Willian Gibson yang berjudul
Neuromancer. Pada karya tersebut, ia mendefinisikan cyberspace
sebagai; “Cyberspace. A consensual hallucination experienced daily by
billions of legitimate operators, in every nation….. A grapic
representation of data abstracted from banks of overy computer in the
human system. Unthinkable complexity. Lines of light ranged in the
nonspace of the mind, clusters and constellations of data. Like city
light, receding.”
Pada dasarnya, Gibson menggambarkan cyberspace bukan
ditujukan untuk menggambarkan interaksi yang terjadi melaui jaringan
komputer, melainkan sebagai sebuah representasi grafis dari data yang
diabtraksikan dari wadah penyimpanan di setiap komputer dalam
sistem manusia. Sebuah kompleksitas yang tidak dapat dipecahkan.
Kemudian pada tahun 1990, John Barlow mengaplikasi- kan istilah
cyberspace untuk dunia yang terhubung atau online ke internet. 1
Dapat disimpulkan bahwa cyberspace adalah sebuah media
elektronik dalam sebuah jaringan komputer yang banyak dipakai untuk
keperluan komunikasi satu arah maupun timbal-balik secara online
(terhubung langsung). Cyberspace menawarkan dimensi baru yang
terkomputerisasi dimana kita dapat dengan bebas memindahkan
informasi dan mengakses data.2

4
Barlow, J. P. Appendix : Crime and Puzzlement. High Noon on the
Electronic Frontier: (Conceptual Issues in Cyberspace , 459)1996
5
Abdul sakban,Sahrul,Pencegahan Cyberbullying di Indonesia, (CV. Budi
Utama Yogyakarta,2012), Hal. 3
25

Sedangkan arti bullying menurut KBBI adalah perundungan3


Menurut KBBI edisi ke-5, kata rundung memiliki arti menganggu, dan
mengusik terus menerus.
Menurut Ken Rigby dan Astuti 4adalah “sebuah hasrat untuk
menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan
seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh
seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,
biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang”.
Sedangkan menurut Riauskina, Djuwita, dan Soesetio
5
mendefinisikan bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan
berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki
kekuasaan, terhadap seseorang yang lebih lemah, dengan tujuan
menyakiti orang tersebut. Mereka kemudian mengelompokkan
perilaku bullying ke dalam 5 kategori:
1. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit,
menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan,
mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak
barang-barang yang dimiliki orang lain).
2. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan,
merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-
calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/
mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip)

6
Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet 9, Balai Pustaka,
Jakarta, 1996,
7
Astuti, P. R. Meredam Bullying 3 Cara Efektif Meredam K. P.
A.Kekerasan Pada Anak. (Jakarta: Grasindo,2008)
8
Riauskina, I.I., Djuwita, R., dan Soesetio, S.R.. “Gencet-gencetan” dimata
siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti, scenario, dan dampak
“gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial, 1 (2006), hal. 1-13
26

3. Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan


lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan,
mengejek, atau mengancam; biasanya diertai oleh bullying fisik
atau verbal).

4. Perilaku non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang,


memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja
mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).

5. Pelecehan seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik


atau verbal).

Di bawah ini adalah karakteristik yang pada umumnya ditemui


pada pelaku bullying, sehingga seseorang yang belum melakukan
bullying, namun memiliki beberapa karakteristik berikut:
a. Cenderung hiperaktif, disruptive, impulsif, dan overactive
b. Memiliki temperamen yang sulit dan masalah pada atensi/
konsentrasi
c. Pada umumnya juga agresif terhadap guru, orangtua, saudara,
dan orang lain
d. Gampang terprovokasi oleh situasi yang mengundang agresi
e. Memiliki sikap bahwa agresi adalah sesuatu yang positif
f. Pada anak laki-laki, cenderung memiliki fisik yang lebih kuat
daripada teman sebayanya
g. Pada anak perempuan, cenderung memiliki fisik yang lebih
lemah daripada teman sebayanya
h. Berteman dengan anak-anak yang juga memiliki kecenderungan
agresif
i. Kurang memiliki empati terhadap korbannya dan tidak
menunjukkan penyesalan atas perbuatannya.
27

j. Biasanya adalah anak yang paling insecure, tidak disukai oleh


teman- temannya, dan paling buruk prestasinya di sekolah
hingga sering terancam drop out
k. Cenderung sulit menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan
dalam hidup
Dari berbagai karakteristik yang dimiliki pelaku di atas, dapat
kita lihat bagaimana para pelaku tersebut sebenarnya juga adalah
korban dari fenomena bullying. “Pelaku” yang sebenarnya bisa
dikatakan adalah mereka yang menutup mata terhadap fenomena
ini atau menganggapnya normal dan membiarkannya terus-
menerus terjadi. Mereka seringkali adalah orang-orang terdekat
pelaku dan korban, yaitu teman sebaya, orangtua, dan guru. 6
Sedangkan Cyber bullying itu sendiri merupakan tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang
melalui text, gambar/foto, atau video yang cenderung merendahkan
dan melecehkan.7 Cyber bullying dapat dilakukan melalui media
seperti pesan teks, gambar video, panggilan telepon, e-mail, chat room,
Instant Messaging (IM), Situs Media Sosial, dan website. Media yang
dicatat paling banyak terjadi cyberbullying adalah situs media sosial.
Situs media sosial dipercaya sebagai salah satu penyebab utama
maraknya cyberbullying.
Selain itu juga, Tosun mengemukakan bahwa cyber bullying
mainly occurred through e-mail, text messages, and phone calls.

9
Astuti, Ponny Retno. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi
Kekerasan Pada Anak. (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.2008)
10
Hidajat, M., Adam, Ronald A., Danaparamita, M., & Suhendrik. Dampak
Media Sosial Dalam Cyber Bullying. Jurnal ComTech, Vol. 6 No. 1 (2015), hal. 72-
81
28

Although most cyber bullying victims talked with others about their
experience, most cyber bullies did not talk about their harmful
behavior to others. Victims often did not know the cyber bully and
ignored the cyber bullying when it occurred.8
Jadi dari berbagai definisi di atas , saya menarik kesimpulan
bahwa pengertian cyberbullying merupakan tindakan kejahatan
(penghinaan , pelecehan , intimidasi, fitnah dan mengolok-olok) yang
dapat dilakukan melalui berbagai media berupa video gambar, text, e-
mail, telephone dan sejenisnya yang ditujukan baik kepada perorangan
, ataupun kelompok dengan tujuan mempermalukan korban sehingga
pelaku merasa puas.

B. Kategori Cyberbullying
Perilaku cyberbullying yang terjadi saat ini, sudah termasuk
pada tahap yang mencemaskan. Kasus yang terjadipun juga dapat
dikatakan beragam, seringkali kita mendengar baik di media elektronik
atau cetak, bahwa cyberbullying kerap terjadi di sekeliling kita. Guna
mengenali berbagai jenis perilaku cyberbullying,
Notar9 mengemukakan beberapa hal yang dapat dikategorikan
sebagai cyberbullying yaitu terdapat 7 (tujuh) karakteristik cyber
bullying, yakni flaming,harassment, denigration, impersonation, outing
and trickery, exclusion, dan cyberstalking.
1. Flaming

11
Tosun, N. Cyberbully and Victim Experiences of Pre-service Teachers.
(European Journal of Contemporary Education. Vol. 15 No. 1, (2016), hal. 136-146
12
Notar, Charles E., Padgett, Sharon., and Roden, Jessica. Cyberbullying: A
Review of the Literature. Dimuat dalam Universal Journal of Educational Research.
Vol.1 No. 1 (2016), hal. 1-9
29

Flaming merupakan perilaku yang berupa mengirim pesan teks


dengan katakata kasar, dan frontal. Perlakuan ini biasanya
dilakukan di dalam chat di media sosial seperti mengirimkan
gambar-gambar yang dimaksudkan untuk menghina orang yang
dituju dan menggunakan kata-kata yang penuh amarah.
2. Harassment
Harassment merupakan perilaku mengirim pesan-pesan dengan
kata-kata tidak sopan, yang ditujukan kepada seseorang yang
berupa gangguan yang dikirimkan melalui email, sms, maupun
pesan teks, di jejaring sosial secara terus menerus. Harassment
merupakan hasil dari tindakan flaming dalam jangka panjang.
Harassment dilakukan dengan saling berbalas pesan atau bias
disebut perang teks.
3. Denigration
Denigration merupakan perilaku mengumbar keburukan seseorang
di internet dengan maksud merusak reputasi dan nama baik orang
yang dituju. Seperti seseorang yang mengirimkan gambar-gambar
seseorang yang sudah diubah sebelumnya menjadi lebih sensual
agar korban diolo-kolok dan mendapat penilaianburuk dari orang
lain.
4. Impersonation
Impersonation merupakan perilaku berpura-pura menjadi orang
lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik.
5. Outing
Outing merupakan perilaku menyebarkan rahasia orang lain, atau
foto-foto pribadi milik orang lain.
6. Trickery
30

Trickery merupakan perilaku membujuk sesorang dengan tipu


daya agar mendapatkan rahasia atau foto pribadi orang tersebut.
7. Exclusion
Exclusion merupakan perilaku dengan sengaja dan kejam
mengeluarkan seseorang dari grup online.
8. Cyberstalking
Cyberstalking merupakan perilaku berulang kali mengirimkan
ancaman membahayakan atau pesan-pesan yang mengintimidasi
dengan menggunakan komunikasi elektronik.

Dari beberapa bentuk cyberbullying yang telah dijelaskan di


atas, bahwa cyberbullying menitikberatkan kepada kekerasan secara
verbal secara tidak langsung yang akan berdampak kepada kondisi
emosional atau psikis dari korbannya.
Adapun aspek-aspek cyberbullying dikemukakan oleh Chadwick10
diantaranya adalah :
1. Harassment
Perilaku mengirim pesan-pesan dengan kata-kata tidak sopan,
yang ditujukan kepada seseorang yang berupa gangguan yang
dikirimkan melalui email, sms, maupun pesan teks, di jejaring sosial
secara terus menerus.
2. Denigration
Perilaku mengumbar keburukan seseorang di internet dengan
maksud merusak reputasi dan nama baik orang yang dituju. Seperti
seseorang yang mengirimkan gambar-gambar seseorang yang sudah

10
Chadwick, S. Impacts of Cyberbullying, Building Social and Emotional
Resilence. North Ryde Australia : Springer.2014
31

diubah sebelumnya menjadi lebih sensual agar korban diolok-olok dan


mendapat penilaian buruk dari orang lain.
3. Flaming
Perilaku yang berupa mengirim pesan teks dengan kata-kata kasar,
dan frontal. Perlakuan ini biasanya dilakukan di dalam chat group di
media sosial seperti mengirimkan gambar-gambar yang dimaksudkan
untuk menghina orang yang dituju.
4. Impersionation
Perilaku berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-
pesan atau status yang tidak baik.
5. Masquerading
Tindakan berpura-pura menjadi orang lain dengan menciptakan
alamat email palsu, atau juga dapat menggunakan ponsel orang lain
sehingga akan muncul seolah-olah ancaman yang dikirim oleh orang
lain.
6. Pseudonyms
Perilaku menggunakan nama online untuk menutupi identitas
mereka. Secara online orang lain hanya dikenal dengan nama samara,
dan hal ini mungkin akan menjadi berbahaya dan bermaksud untuk
menghina
7. Outing dan trickery
Outing merupakan perilaku menyebarkan rahasia orang lain, atau
foto-foto pribadi milik orang lain, sedangkan trickery merupakan
perilaku membujuk sesorang dengan tipu daya agar mendapatkan
rahasia atau foto pribadi orang tersebut.
32

8. Cyber stalking
Perilaku berulang kali mengirimkan ancaman mebahayakan atau
pesan-pesan yang mengintimidasi dengan menggunakan komunikasi
elektronik.
Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebelumnya,
terdapat tujuh aspek cyberbullying menurut Notar yaitu flaming,
harassment, denigration, impersonation, outing and trickery, exclusion,
dan cyberstalking, selain itu cyberbullying mencangkup aspek lainnya
yang dikemukakan Chadwick yaitu Harassment, denigration,
flaming,impersionation, masquerading,pseudonyms, outing dan
trickery, dan cyber stalking.
Dari aspek-aspek perilaku cyberbullying yang telah dijabarkan,
maka peneliti memilih untuk menggunakan aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Notar yaitu flaming, harassment, denigration,
impersonation, outing andtrickery, exclusion, dan cyberstalking. Aspek
tersebut dirasa cocok sebagai acuan yang digunakan peneliti untuk
mengukur perilaku cyberbullying pada seseorang didunia maya.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Cyberbullying


Faktor kejahatan cyber bullying dapat dengan mudah terjadi
karena ada rasa iri, tidak punya pencapaian, iseng, dan
mempermalukan tanpa ketahuan.11
1. Iri
Iri Ini jadi alasan yang cukup kuat mengapa bully terjadi, korban
sering sekali jadi rasa iri dari pem-bully. Pelampiasannya ialah

13
Abdul sakban,Sahrul,Pencegahan Cyberbullying di Indonesia, (CV. Budi
Utama Yogyakarta,2012), Hal. 34
33

pada sejumlah media sosial korban, bisa saja kata-kata sindiran,


meremehkan, hingga penghinaan. pelaku akan mencari celah
menjatuhkan korban, apalagi tidak berani di dunia nyata bisa
lampiaskan di dunia maya. Cukup mencari nama korban, dan
langsung serang dengan sporadis akun korban.

2. Tidak Punya Pencapaian


Di dunia maya alasan orang melakukan bully secara sepihak
akibat rasa iri hati. Iri yang paling besar ialah karena tidak punya
karya atau prestasi serupa. Caranya dengan menjelekkan hasil
orang lain secara sepihak. Tujuannya beragam dan yang pasti
korban tertekan saat membacanya. Misalnya saja korban punya
prestasi mentereng, bisa saja pelaku mem-bully setiap posting-
annya atau bahkan mengancam melalui instan messaging korban.
Alhasil korban sedikit tertekan melanjutkan pencapaian atau karya
yang dimiliki.
3. Iseng
Pem-bully kadang ingin menguji diri Anda dengan iseng
mengganggu dan menunggu respons yang Anda berikan. Bila
Anda menanggapi dengan serius, maka pelakunya makin
merajalela. Sudah cukup membuat harimu buruk sepanjang hari.
Sebaiknya tak perlu menggubris sesuatu yang terlihat tidak
penting karena itu menguras pikiran dan perasaan.
4. Mempermalukan Tanpa Ketahuan
Media sosial punya kemampuan ajaib salah satunya mem-bully
orang lain tanpa ketahuan siapa pelakunya. Bisa dengan
menggunakan akun media sosial palsu atau dengan menggunakan
34

akun anonim. Jelas itu sangat mengganggu terutama hasil posting-


an Anda yang dipenuhi komentar miring dan menjatuhkan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)
menyebutkan, serangan yang berdampak pada 10 juta lebih identitas
terus meningkat. Tahun 2014, serangan berdampak pada 11 juta
identitas, 2015 naik menjadi 13 juta identitas, dan 2016 naik lagi
menjadi 15 juta identitas. Kominfo bahkan menyatakan, Indonesia
merupakan salah satu dari 10 besar negara-negara di dunia yang masuk
dalam target perang cyber.
Adapun media yang biasa digunakan dalam cyberbullying adalah
sebagai berikut:12
a. Instan Message (IM)

Instant Message (IM) ini meliputi email dan akun tertentu di


internet yang memungkinkan penggunanya mengirimkan pesan
atau teks ke pengirim lainnya yang memiliki ID di website
tersebut.
b. Chatroom

Masih berhubungan dengan Instant Message (IM) sebelumnya,


chatroom merupakan salah satu fasilitas website tertentu di mana
pengguna yang memiliki ID di sana dapat bergabung dalam satu
kelompok chatting. Di sini pelaku cyber bullying dapat
mengirimkan kata-kata gertakan di mana orang lain dalam grup
chatting tersebut dapat membaca dengan mudah, dan korban
merasa tersudutkan.

14
Darly Albert Reppy, “Cyber-Bullying sebagai Suatu Kejahatan Teknologi
ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik”. Journal Lex Privatium, Vol. 4, No. 7, (Agustus, 2016), hal. 64
35

c. Trash Polling Site

Mungkin ini masih jarang di Indonesia, ada beberapa pelaku


cyberbullying yang membuat poling tertentu dengan tema yang
diniatkan untuk merusak reputasi seseorang.
d. Blog

Blog merupakan website pribadi yang bisa dijadikan seperti buku


harian atau diary. Di sini pelaku bullying bebas mem-posting apa
saja termasuk konten yang mengintimidasi seseorang.
e. Bluootooth Bullying

Praktiknya dengan mengirimkan gambar atau pesan yang


mengganggu kepada seseorang melalui koneksi bluetooth yang
sedang aktif.
f. Situs Jejaring Sosial

Ini yang paling marak di Indonesia, situs jejaring sosial yang


berisi banyak fitur banyak disalahgunakan pelaku bullying
dengan mem-posting status, komentar, posting dinding,
testimony, foto, dan lain-lain yang mengganggu, mengintimidasi,
menyinggung, dan merusak citra seseorang.
g. Game Online

Cyber bullying juga banyak ditemukan pada game online. Cyber


bullying dapat terjadi pada software game di PC dengan koneksi
internet seperti Nintendo, Xbo 360, and Playstation 3. cyber
bullying ini dilakukan pada pemain yang kalah yang biasanya
pemain baru dan muda.
h. Mobile Phone
36

Fitur yang digunakan dalam mengintimidasi adalah mengirimkan


pesan teks atau sms, gambar, ataupun video yang mengganggu
korban. Media komputer beserta aplikasi di dalamnya dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan tujuan dan kepentingan dari
pihak pemberi pesannya. Cyberbullying berupa hinaan, ejekan,
pelecehan, dan ancaman dilakukan melalui pesan teks. Teks
seolah-olah menjadi sebuah bahasa lisan yang disampaikan
dalam komunikasi tatap muka dan dapat dimaknai secara
beragam.

D. Dampak cyberbullying
Tindakan cyberbullying mempunyai dampak bagi kehidupan
korban. Dampak tersebut dapat bertahan lama dan memengaruhi
seseorang dalam banyak cara:
1. Dampak Psikologis

Penelitian yang dilakukan oleh Fahy, Stansfeld, Smuk, Smith,


Cummins, dan Clark 13 menyatakan bahwa ada hubungan antara
cyberbullying dengan kesehatan mental. Dengan tingginya prevalensi
cyberbullying, hal ini berpotensi lebih besar untuk membuat korban
mengalami gejala depresi, gejala kecemasan, dan kesejahteraan remaja
di bawah rata-rata hal ini juga didukung oleh meningkatnya
penggunaan perangkat seluler dan internet pada remaja.

15
Fahy, A. E., Stansfeld, S. A., Smuk, M., Smith, N. R., cummins, S., &
Clark, C.Longitudinal associations between cyberbullying involvement and
adolescent mentalhealth. Journal of Adolescent Health. (2006), hal. 502-509
37

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Desmet, Deforche,


Hublet, Tanghe, Stremersch, dan Bourdeaudhuij14 menyatakan bahwa
adanya hubungan antara cyberbullying victimization dengan kesehatan
mental seperti adanya keinginan untuk bunuh diri.
Elgar, Napoletano, Saul, Dirks, Craig, Poteat, Holt, dan
15
Koening dalam penelitiannya juga menemukan bahwa cyberbullying
victimization berhubungan dengan masalah kesehatan mental pada
remaja seperti, kepuasan hidup, kesejahteraan emosional dan perilaku
sosial.
2. Dampak Psikososial
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safaria, Tentama dan
16
Suyono menunjukkan bahwa cyberbullying memberikan dampak
psikososial yang negatif pada korban. Dampak negatif akibat
cyberbullying tergantung frekuensi, durasi dan keparahan dari
cyberbullying itu sendiri. Korban cyberbullying mengalami tekanan
emosional dan perilaku mereka.

16
Desmet, A., Deforche, B., Hublet, A., Tanghe, A., Stremersch, E., &
Bourdeaudhuij, I. D.Traditional and cyberbullying victimization as correlates of
psychological distress and barriers to a helathy lifestyle among severely obese
adolescents-a matched casecontrol study on prevalence and results from a cross-
sectional study. Journal BioMed Central Public Health. (2014), hal. 1-12.
17
Elgar, J, F., Napoletano, A., Saul, G., Dirks, M. A., Craig, W., Poteat, P.,
Holt, M., & Koening,
B. W. Cyberbullying victimization and mental health in adolescents and the
moderating role of family dinners. Journal JAMA Pediatrics, Vol. 1678 No. 11
(2014), hal. 1015-1022
18
Safaria, T. Prevalence and Impact of Cyberbullying in a Sample of
Indonesian Junior High School Students. TOJET: The Turkish Online Journal of
Educational Technology, Vol. 15 No. 1 (2016), hal. 82-91
38

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Syah &


Hermawati17 membuktikan bahwa korban cyberbullying mempunyai
pengalaman buruk berupa dimarahi orang lain di dunia online dapat
menyebabkan hilangnya kepercayaan, atau mereka sebagai korban
akan menjadi cyberbullies atau terus menjadi korban.
Selain itu, ketika kekerasan secara online terjadi korban hingga
menangis, merasa malu, kehilangan teman di sekolah, tertekan, dan
mengalami insomnia setelah perlakuan cyberbullying
3. Dampak Akademik
Cyberbullying berdampak dimana korban merasa tidak nyaman
dan tertekan, kondisi tersebut membuat korban tidak semangat untuk
melakukan aktifitas dan jarang masuk kelas. Banyak korban yang
mengalami kegagalan dalam akademik dan memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolah. Kondisi tersebut dapat meningkatkan angka
pengangguran sehingga semakin banyak kasus kenakalan pada
remaja.18
Hasil penilitian Laeheem19 menunjukkan bahwa adanya gejala
lain yang dimunculkan diantaranya merasa terancam, sulit
berkonsentrasi, penurunan prestasi akademik dan merasa sendiri .
Selaras dengan penilitian Aisiyai20 yang menyatakan bahwa
korban tidak berani berangkat sekolah, mengalami penurunan prestasi

19
Syah, R., & Hermawati, I. Upaya Pencegahan Kasus Cyberbullying Bagi
Remaja Pengguna Media Sosial di Indonesia. Jurnal PKS, Vol. 17 No. 2 (2008), hal.
131-146
20
Omniyi, I. Bullying in schools: psychological implications and
counselling interventions. Journal of Education and Practice, Vol. 4 No. 8 (2013),
hal. 2222-1735
21
Laeheem, K.. Guidelines for solving bullying behaviors among islamic
private school
students in songkhla province. Journal Asian Social Science, Vol. 9 No. 11 (2013)
39

akademik. Penyerangan yang berulang ini akan dapat mempengaruhi


rasa kepercayaan diri seseorang menjadi rendah.
4. Dampak Fisik
Hasil penelitian Triyono, Rimadani21 diketahui bahwa korban
mengalami berbagai dampak fisik cyberbullying yaitu dampak fisik
seperti sakit kepala yang tidak mengenakan, gangguan tidur atau sulit
tidur yang berakibat pada kesehatan tubuh korban seperti terkadang
merasa ngantuk di pagi hari, mata memerah, berkantung mata, dan
mata seperti ditusuk-tusuk dan korban juga kehilangan nafsu makan
dan merasa mual, dimana hal tersebut saling keterkaitan satu sama lain
sehingga membuat diri korban merasa tidak baik.
Menurut Townsend, M.C.22cyberbullying bisa menyebabkan
gangguan fisik yang menyertai anoreksia, makan berlebihan, insomnia,
sakit kepala, sakit punggung dan nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dampak fisik cyberbullying di media sosial pada remaja korban ini
yaitu korban yang sulit untuk mengontrol pikirannya dan sikapnya
terhadap apa yang dilakukan oleh teman-temannya sehingga membuat
korban merasakan dampak fisik yang tidak mengenakkan tersebut,
selain itu dengan tipe kepribadian korban yang pemikir membuat
korban mudah mendapatkan beban pikiran yang berpengaruh terhadap

22
Aisiyai & Ifeoma. Exploring bullying in nigerian secondary school and
school administrators strategies for its’ management department of educational
administration and policy studies. Journal of Educational and Social Research, Vol. 5
No. 2 (2015)
23
Triyono, Rimadani. Dampak Cyberbullying di Media Sosial pada Remaja
dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus pada
Klien Xdi Padang Utara Kota Padang). Jurnal Neo Konseling, Vol. 1 No. 1 (2019),
hal. 1-5
24
Townsend, M.C. Psychiatric Mental Health Nursing: Conceps of Care in
Evidence-Based Practice. Philadelphia: F.A Davis Company.2019
40

kesehatan fisik. Dampak dari cyberbullying yaitu remaja mengalami


sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan, sakit punggung,
kehilangan nafsu makan dan masalah pencernaan.

E. Signifikasi Hadis Sebagai Problem Solving atas Cyberbullying


Cyberbullying muncul karena berkorelasi dengan teknologi
yang berkembang. Perkembangan tersebut memberikan akses kepada
orang-orang untuk dapat menggunakannya dengan bebas, yang pada
akhirnya dapat berefek pada cyber bullying.
Dalam hal ini kita harus lebih ekstra dan dimulai dari sejak dini
untuk selalu menanamkan nilai-nilai keluhuran pada pribadi maupun
orang lain, baik itu nilai keluhuran yang berasal dari agama ataupun
kebudayaan adat-istiadat. Nilai keluhuran itu sendiri antara lain:
kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, cinta, empati, toleransi,
kesabaran, respek, kerendahan hati, murah hati, keikhlasan, ketakwaan
terhadap Tuhan.
Hadis riwayat Ahmad b. Hambal secara fokus menjelaskan
tentang bagaimana hadis Nabi memandang tindakan cyberbullying
mengarah pada perilaku merendahkan seperti sikap iri, membenci,
meremehkan dan menzalimi orang lain. Sikap-sikap tersebut adalah
benih-benih dari permusuhan dan perpecahan antar umat. Oleh sebab
itu perlu adanya tindakan preventif dalam rangka mencegah ataupun
mengatasi tindakan cyberbullying ini.
1. Memberikan Kesadaran Spiritual tentang Pencegahan Perilaku
Cyberbullying
Riwayat Bukhori no 6484
‫س‬ ‫س س س سس س س‬ ‫اَمَلسمن ِّ ْ س‬
ُ ‫ن عنن‬
‫ىن اللُ ا‬
َّ ‫ن ِّۤن ِا اه‬
‫ن َجار ا‬
‫ن ه ا‬
‫ن ِّ ْ ا‬
‫ن واَ ُم اهۤج ُر ا‬،
‫ن سل امن اَ ُمَل ُمو انن ِّ ْن َ اَِۤ ان وياده ا‬
‫ُ ُا ا‬
41

"Muslim (orang yang beragama Islam) adalah orang yang orang-


orang muslim lainnya selamat dari lisan dan
tangannya. Muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang
meninggalkan larangan Allah."

Hadis di atas senada dengan makna dasar perilaku cyber bullying


yang mengarah pada tindakan agresif terhadap orang lain baik berupa
fisik maupun verbal. Core value atau nilai utama dari hadis tersebut
adalah memberikan kesadaran bahwa menjaga lisan dan tangan
sangatlah penting. Sebab segala akar permasalahan antar sesama
manusia bermula dari segala bentuk ucapan yang tidak baik dan
perilaku yang tidak etis. Begitu juga cyberbullying, dampak yang
dapat diakibatkan dari tindakan tersebut dapat membentuk suatu
hubungan menjadi tidak harmonis.
Oleh sebab itu, tindakan pencegahan atas perilaku
cyberbullying perlu dilakukan dengan memberikan pemahaman akan
efek yang ditimbulkan olehnya, salah satunya adalah memberikan
kesadaran spiritual. Sebab manusia cenderung sensitif, peka dan
mudah menerima sesuatu jika sudah disentuh sisi spiritualitasnya
2.Mendukung Sikap Bekerjasama dan Memutus Lingkaran Konflik
Cyberbullying juga disebabkan kurang terbangunnya rasa
persaudaraan diantara sesama. Maka dari itu, salah satu usaha yang
perlu dilakukan adalah memutus lingkaran konflik dengan
menumbuhkan sikap bekerjasama sedini mungkin dalam hal-hal yang
positif. Jika sikap bekerjasama sudah tertanam dalam diri, maka secara
bersamaan akan terbangun lingkaran persaudaraan yang kuat dan
tentunya mampu meminimalisir konflik.

Dalam hal ini, hadis Nabi riwayat Imam Bukhari dan Muslim
telah menjelaskan pentingnya bekerjasama:
42

‫ن أن ان س ُسوا ن هللاس ن للني ن هللاُ ن علي سن‬ َّ .ۤ‫ن ع ُنه ام‬ ‫ض ن هللاُ ا‬ ‫ن ع امار ان س س‬ ‫ح سد ن يث س س‬
ُ ْ ‫ن عبدهللا ن ز س‬‫ا‬ ‫ا‬
‫ ان واِّ ْ ن اكۤ ان سن‬. ‫ ان ولا ن يَُلس ُم ُ ن‬، ‫ ان ل ن ياظلس ُم ُ ن‬، ‫اخواَ ُمَلسسم ن‬
‫ن ف‬ ‫س‬
ُ ‫ ن قاۤ ا ن ق ن اَ ُمَل ُم ن أ‬، ‫او اسلن ام ن‬
‫ ن فا َّر اج ن‬، ‫ن ع ْن ن َُِّلسٍم ن ُكرزاةً ن‬
ُ‫ن هللا‬
‫ ن اكۤ ان ن هللا سن ف ن ح س س‬. ‫حۤج سة ن أ ساخي س ن‬
‫ ان واِّ ْ ن فا َّر اج ا‬. ‫ۤجت ن‬
‫ا ا‬ ُ ‫ا ا‬
.‫تن ياوسمن ا سَايا اِّۤن ةس‬
‫عن ن ُكرزةً سن ِّ ْن ُكرلا س‬
‫ُا‬ ‫اُ ا‬
“Abdullah bin Umar r.a. berkata : Rasulullah saw. Bersabda :
Seorang muslim saudara terhadap sesama muslim, tidak
menganiyayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain. Dan
siapa yang menyampaikan hajat saudaranya, maka Allah akan
menyampaikan hajatnya. Dan siapa yang melapangkan kesusahan
seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari
qiyamat, dan siapa yang menutupi aurat seorang muslim maka Allah
akan menutupinya di hari qiyamat.”( (HR. Bukhari dan Muslim)

Secara sosiologis (h{abl min al-na>s), cyberbullying hanya akan


menimbulkan hilangnya ketenteraman di tengah masyarakat,
menghancurkan perdamaian, merenggangkan persaudaraan, dan
mencederai kemanusiaan. Karena pada dasarnya fitrah manusia adalah
makhluk yang mendambakan hidup damai dan tenteram, maka dapat
dipastikan bahwa keduanya adalah musuh kemanusiaan. Agama
apapun tidak pernah mengajarkan umatnya untuk melakukannya.
3.Menghilangkan Sikap Pesimis
Jika seseorang telah dan masih menjadi korban cyberbullying,
tindakan yang perlu dilakukan adalah menghilangkan sikap inferior
atau pesimis diri sendiri serta mengasah kemampuan asertif sebagai
usaha mempertahankan kehormatan diri. Kemampuan asertif yaitu
kemampuan untuk menyampaikan pendapat atau opini pada orang lain
dengan cara yang tepat. Hal ini termasuk kemampuan untuk
mengatakan “Tidak” atas tekanan-tekanan yang didapatkan dari teman
atau pelaku cyberbullying.
43

Bercanda atau bersenda gurau merupakan salah satu bumbu


dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat. Ia terkadang diperlukan
untuk menghilangkan kejenuhan dan menciptakan keakraban, namun
tentunya bila disajikan dengan bagus sesuai porsinya dan melihat
kondisi yang ada. Sebab, setiap tempat dan suasana memang ada
bahasa yang tepat untuk diutarakan. Nabi pun juga bercanda dengan
para Sahabatnya, hal ini sebagai bentuk kedekatan dan keterbauran
Nabi dengan para sahabatnya. Namun cara Nabi bercanda selalu dalam
taraf etis.
Oleh sebab itu, ketika dalam konteks saling komunikasi
hendaknya perlu adanya timbal balik berupa klarifikasi. Klarifikasi
informasi diperlukan ketika terjadi keraguan akan keabsahan infonya.
Mendudukkan pemahaman secara proporsional dari hasil
berkomunikasi memungkinkan tidak adanya kesalahpahaman, baik itu
pada satu pihak atau pada kedua belah pihak yang saling
berkomunikasi. Sebab kesalahpahaman pun bisa menyebabkan
ketersinggungan antar pihak yang akhirnya dapat menjadi alasan untuk
saling membenci. Benih-benih tersebut bisa menjadi suatu hal yang
menyebabkan seseorang saling melakukan perundungan.
BAB III
KUALITAS ḤADIS CYBERBULLYING

A. Teks dan Takhrij Ḥadis Āḥmad bin Ḥambal\


1. Hadis tentang larangan berbuat keji dan mengatakan
perkataan yang kotor
‫س‬
‫ن‬،‫ن علا امةا‬
‫ن ع ْ ا‬، ‫ن ع ْ ن إزراهي سم ا‬، ‫ش ا‬ ‫ن ع ْ ن األاع ام س‬،
‫ائل ا‬ ‫ن ز ْ ن سۤازس سق ا‬
‫ن ع ْ ن إسار ا‬، ُ ‫ن ُما نم ُد‬ ُ ‫اح ادثنۤا‬
‫ن علاي س ان و اسلَّ ام ن ق ن إس َّن ن اَ ُمؤسِّ ا ْ ن َاي ا ن‬ َّ ‫ن للَّى‬ ‫ع ْ ن عب سداللسن قان ۤا ا ن ق ن قاۤ ا ن سسو ُ َّس‬
‫ن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ُ‫ا‬ ‫ا ا ن‬
‫ش ان والن اَبا سي سن‬
‫يٌ ن‬ ‫ۤنن والن اَ اف س‬
‫ۤح س‬ ‫س‬ ‫س س‬
‫لاَلَّ َّعۤن ان والن اَطَّ َّع ا‬
Diceritakan dari Muhammad bin Sabiq dari israil, dari amasy,
dari ibrahim dari al- Qamah dari Abdillah ia berkata :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang
mukmin bukanlah orang yang melaknat, mencela, berbuat keji,
dan tidak pula mengatakan perkataan kotor.” (HR.Ahmad:3646)
a) Takhrij Hadis Berdasarkan Lafadz

Kitab yang digunakan adalah kitab al-Mu’jam al-Mufharras li-


Alfaz al-Ḥadith al-Nabawī karya Arent Jan Wensink (w.1358H),
dengan penelusuran menggunakan lafadz 1‫ للَّعَّان‬adalah sebagai berikut :

ْ ‫ن لا ۗن ِّۤجٌۤن يفن اَلنع ْن واَطنع‬-‫اَربواَصلة‬


‫ن ن‬-‫ت‬
Penelusuran Terhadap Kitab Hadis:

a. Redaksi hadits dalam kitab sunan al-Timidhī

1
AJ. Wensink, Al-Mu’jam Al-Mifahras Lialfadz Al-Hadits Al-
Nabawai,(Leiden :Maktabah Barel,1936) hal 335

44
‫‪45‬‬

‫ن ُممدن ز ْن َي اَين األزدين اَبصرين حدثنۤن ُممدن ز ْن سۤزقن ع ْن إسرائيلن ع ْن األعمشن ‬


‫ا‬ ‫اح ادثنۤا‬
‫ع ْن إزراهيمن ع ْن علامةن ع ْن عبدن هللان قۤ ن قۤ ن سسو ن هللان للىن هللان علي ن وسلمن َاي ا ن ‬
‫شن ولان اَبيي‬ ‫س‬ ‫املؤسِّ ْ س س‬
‫ۤنن والن اَا ن س‬
‫لعۤن ان ولان اَ افۤح ا‬
‫ن لاَطا اع ا ا‬ ‫ُ ا‬

‫ن علاي س ان و ان سلَّ امن ‬‫ن للَّ َّن ‬‫سسو ُ َّس‬


‫ىن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫)‪ (W. 32 H‬عبدن هللا‬ ‫عن‬

‫)‪ ( W. 61 H‬علامة‬ ‫عن‬

‫)‪ ( W. 50 H‬إزراهيم‬ ‫عن‬

‫)‪ (W. 60 H‬األعمش‬ ‫عن‬

‫)‪ (w.160 H‬إسرائيل‬ ‫عن‬

‫‪ُ(w.213‬ممدن ز ْن سۤزق‬ ‫عن‬


‫)‪HH‬‬ ‫‪H‬‬

‫ُممدن ز ْن َي اَين ‬
‫ا‬ ‫‪(w.525‬‬ ‫حدثنا‬
‫)‪H‬‬
46

b) I’tibar Hadis
Kata al-i’tibar (‫ )اإلعتبار‬merupakan masdar dari kata ‫( اعتبر‬i’tabaro).
Menurut bahasa, arti al-i’tibar adalah “peninjauan terhadap berbagai hal
dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”.
i’tibar menurut istilah yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain untuk
suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanad-nya tampak hanya
terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-
sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang
lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis dimaksud. 1
Hadis yang diteliti ini diriwayatkan oleh satu sahabat yaitu
Muhammad b. Ishaq dan hadisnya diriwayatkan oleh satu periwayatan
yaitu, Tirmidzi. Hadis tersebut termasuk hadis ahad gharib yaitu hadis
yang diriwayatkan oleh 1 orang perawi pada tiap tabaqat (tingkatan
sanad).
Untuk melihat gabungan transmisi transmisi hadis di atas, dapat di
lihat dalan diagram berikut ini:

2
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits. (Semarang: Pustaka Rizki Putra)
‫‪47‬‬

‫ن علاي س ان ‬
‫ن و اسلَّ امن ‬ ‫ن للَّ َّن ‬‫سسو ُ َّس‬
‫ىن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫)‪ ( W. 31 H‬عبدن هللان َِّعود‬ ‫عن‬

‫)‪ ( W. 61 H‬غلامة‬ ‫عن‬

‫)‪ ( W. 50 H‬إزراهيم‬ ‫عن‬

‫)‪ ( W. 60 H‬أعمش‬ ‫عن‬

‫)‪ ( W. 160 H‬إسرائيل‬ ‫عن‬

‫‪ُ(W. 213‬ممدن ز ْن سۤزقن ن ن ‬ ‫عن‬


‫)‪H‬‬

‫ُممدن ز ْن َيين األزدين اَبصري‬


‫عن‬
‫)‪(W. 252 H‬‬

‫)‪ ( W. 279 H‬ت‬ ‫عن‬ ‫)‪ ( W. 241 H‬حم‬ ‫حدثنا‬


48

c) Kritik Sanad
Kritik sanad jalur Āḥmad bin Ḥambal
1) Āḥmad b. Ḥambal
Kunyah beliau Ābū Abdillah, namanya Āḥmad bin Muḥammad b.
Ḥambal bin Hilal b. Āsad Al Marwazī Al Baghdādī2. Ayah beliau
seorang komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti
Abbasiyah. Kakeknya mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti
Bani Umayyah, dan di masa Dinasti Abbasiyah menjadi da‟i yang
kritis.3 Wafat pada tahun 241 H. Guru-guru Beliau: Imam Aḥmad b.
Ḥanbal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua
ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di
Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di
antara mereka adalah: Īsmail bin Ja’far, Ābbad bin Ābbad Al-Atakī,
Umar bin Ābdillah bin Khalid Ābū Muḥammad al-Mu’dib,
Muḥammad b. Sabiq al- Tamim, Hushaim b. Bashir b. Qasim b.
Dinar As-Sulamī, Īmam Asy- Syafi’i, Waki’b. Jarrah, Īsmail b.
Ulayyah, Sufyan b. Uyainah, Abdurrazaq, dan Ībrahim b. Ma’qil.
Sighat tahammul wa al-ada‟ : hadatsana

2) Muḥammad b. Sabiq

Nama lengkapnya adalah Muḥammad b. Sabiq al-Tamimī al-


Baghdadī. Wafat pada tahun 213 H.4

2
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983),Juz 18 hal. 180
3
Muqaddimah kitab Āḥmad bin Ḥanbal, Musnad li Imam Āḥmad bin Ḥanbal,
Beirut:1996
4
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 34 hal. 449
49

Guru-gurunya: Ībrahim bin Ṭhaḥaman, Īsrail b. Yunus, Khasyaraj


b. Nabaṭah, Rabi’ Ābī Said Al Basrī, Zaīdaḥ b. Qadamah, Sharik b.
Ābdullah, Ābi Muawiyah Syaiban b. Ābdul Raḥman, Ā’shim b.
Muḥammad b. Zaid Al Āmri, Ābi Zubaid Abtsar b. Qashim, Īsya b.
Dinar Al Muadzin.
Murid- muridnya : Ībrahim b. Abdul Raḥman, Āḥmad b. Ibrahim,
Āḥmad bin Ḥambal, Muḥammad b. Yahya al- Āzdī, Āḥmad b.
Khalid al-Hilali, Āḥmad b. Khaisamah, Āḥmad b. Ziyad, Īshaq b.
Ḥasan, Ābu Ja’far Āḥmad b. Musa, Āsad b. Umar, Āḥmad b. Ali al-
Ḥasan.
Sighat tahammul wa al-ada‟ : haddatsana
Penilaian para ulama:
Ābu Ḥatim b. Ḥiban al-Bastī : Tsiqah
Āḥmad b. Ḥambal : Tsiqah
Āḥmad b. Syuaib : Tsiqah
Āḥmad b. Abdullah al-Ajalī : Tsiqah
Ībn Ḥajar al-Asqalanī : Shaduuq
Āl- Dzahabī : Tsiqah
3) Īsrail

Nama lengkapnya Īsrail bin Yunus bi. Ābi Ishaq Al- Ḥamdani Al
Syabi’i Ābu Yusuf al- Kufī saudaranya Isya b. Yunus. Wafat pada
tahun 160 H.5
Guru gurunya : Ībrahim b. Abdul A’la, Ībrahim b. Muhajir, Ādam b.
Sulaiman, Ādam b. Ā’la, Sulaiman āl-amasī, Īsmail b. Sulaiman al-
Āsraq, Īsmail b. Sami’, Īsmail b. Abdul Raḥman, Al Sadi, Ash’ast b.

5
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 30 hal. 551
50

Ābi Al- Sya’tsa, Tsiyar b. Ābi Fakhtah, Jabir b. Yazid al-Ja’fi.


Murid-muridnya : Āḥmad b. Khalid al-Wahabī, Āḥmad b. Abdullah
b. Yunus, Ādam b. Ābi Iyas, Īshaq b. Manṣur, Muḥammad b.
Sabiq al- Baghdadī, Āsad b. Musa, Īsmail b. Ja’far al- Madanī,
Muḥammad b. Katsir, Ābu Ḥamam Muḥammad b. Maḥbub.
Sighat tahammul wa al-ada‟ : an
Penilaian para ulama:
Ābu Ḥatim al-Razī : Tsiqah Shaduuq
Ābu Ḥatim b. Ḥiban al-Bastī : Tsiqah
Ābu Abdullah al- Ḥakim : Tsiqah Hujjah
Ābu Isa al- Tirmidzī : Tsiqah
Āḥmad b. Ḥambal : Tsiqah
4) Amasy
Nama lengkapnya Sulaiman b. Maḥram al- Asdi al- Kaḥli al-
Amasy. Wafat pada tahun 60 H.6
Gurunya-gurunya : Āban bin Āyyash, Ībrahim al-Nakhai, Īsmail
bin Rija‟ Al- Zubaidī, Ānas bin Malik, Tamim bin Salamah,
Mundzir bin Al-Tsaury, Musa bin Ābdullah, Nafi’ Ābī Dawud Al-
Amy, Halil bin Yusuf, Yaḥya b. Sam, Ābī Sufyan Ṭhalhah b. Naïf,
Ābī Ḥazim Salman, Ābi Wail Syauqi b. Salamah, Ābī Qais’abd al-
Raḥman b. Tsanaranī Al-Ady, Qais b. Ābi Ḥazim, Qais b. Ābī
Ḥazim, Qais b. Muslim, Ābī Umair b. al-Ḥamdaīi.
Murid muridnya : Ābu Īshaq Ibrahim b. Muḥammad, Asbath b.
Muḥammad, Ishaq b. Yusuf, Īsrail b. Yunus, Jabir b. Nuḥ, Jarir b.
Ḥazim, Ja’far b. Aun, Jarir b. Abd al-Ḥamid, Ḥasan b. Ausy, Hasim

6
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 34 hal. 449
51

b. Basḥir.
Sighat tahammul wa al-ada’ : an
Penilaian para ulama:
Yaḥya b. ma’in: Tsiqah
Muḥammad b. Īsḥaq b. khuzaimmah : Shahih
Ābu Ḥatim al-Razy: Tsiqah
Āḥmad b. syuaib : Tsiqah Āḥmad b. abdullah al-jlī : Tsiqah
5) Ībrahim
Nama lengkap : Ībrahim b. Yazid b. Qiyas b. Āswad b. Amrū b.
Rabi’ah al- Nakha’i. Wafat pada tahun 50 Hijriyah. 7
Guru-gurunya : Khalil al-Āswad, Khaisamah b. Abd al-Rahman,
Rabi’ b. Khasim, Ābī al-Syatsa‟ Salim b. Āswad al- Maḥaribi, Sahim
b. Manjab, Suwaida b. Ghaflah, Ārayah b. Artah, Sarayah b. al-
Kharis, Abas b. Rabi’ah, Ābī Mu’mar Abdullah b. Sakharabah al-
Azdi.
Murid muridnya : Ībrahim b. Muhajir al-Bajalī, Kharis b. yazid al-
Akali, al- Khar b. Maskin, Ḥasan b. Abdullah al- Nakha‟i, Ḥakim b.
Utaibah, Ḥakim b. Jabir, Ḥamid b. Ābī Sulaiman, Zaid b. al-Yamī,
Zubair b. Adī, Ābu Mu’sar Ziyad b. Khalib, Sulaiman al-Amasy,
Samak b. Ḥarib.
Sighat tahammul wa al-ada’ : an
Penilaian para ulama:
Ābū Ḥatim b. Ḥiban al-busti : Tsiqah
Ābū zar’ah al-razī : alim di bidang ilmu islam dan fiqih
Ābū said al’alanī : Shahih

7
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 23 hal. 886
52

Āḥmad b. Abdullah al-ajalī : Shalih


Ībnu ḥajar al-asqolanī : tsiqah
Al dzahabī : Ahli fiqih
Al mazī : Ahli fiqih
6) Alqamah
Nama lengkap : Al-Qamah b. Qais b. Abdullah b. Malik b. al-
Qamah b. Salamanī b. Kahil b. Bakar b. Auf b. Khauf b. Nahi’.
Wafat pada tahun 61 H.8
Guru gurunya : Ḥudaifah b. al-Yaman, Ḥalid b. Walid, Ḥabab b. al-
Arath, Said b. Ābi Waqos, Sulaiman al-Faris, Salamah b. Yazid al-
Ja’fi, Sarayah b. Artha al-Naha’i, Abdillah b. Mas’ūd, Ūstman b.
Affan, Ali Bin Ābī Thalib
Murid Muridnya : Ībrahim Bin Mas’ud Al-Naha’ī, Ībrahim b.
Yazid al- Nakha’i, Basir b. Ūrwah Al-Naha’i, Ḥasan al-A’ranī, Ābī
Dzibyan Ḥasidin, Rayah Ābū Matsna, Salamah b. Kahailī, Amir al-
Syuabi, Ābū al-Zanad Abdullah.
Sighat tahammul wa al-ada’: an
Penilaian para ulama:
Ābū Ḥatim b. Ḥiban al-Bustī : Tsiqah
Āḥmad b. Ḥambal : Tsiqah
Ībnu Ḥajar al asqalanī : tsiqah Adzarqhatni : Tsiqah
Ūstman b. said adzarimī : Tsiqah
Ali b. al madanī : Tsiqah
7) Abdillah b. Mas’ūd
Nama lengkap : Abdillah b. Mas’ud b. Ḥabib b. Samah b. Mahzum,

8
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 16 hal. 454
53

Shahilah b. Kahal b. Ḥarist b. Tamim b. Said b. Mudrikah b. Īlyas b.


Mudzir. Wafat pada tahun 32 H.9
Guru-gurunya : Nabi Muḥammad SAW, Said b. Muad al-Ansharī,
Ṣafwan b. Asal al-Muradī, Ūmar b. Khatab.
Murid-muridnya : al-Ahnaf bin Qiyas, Al-Qamah b. Qais, Āswad
b. Yazid, Ānas b. Malik, Bara‟ b. Azib, Bara‟ b. Najiyah, Balad b.
Ashamah, Jabir b. Abdul Al-Ansharī, Ḥarist b. Suwaida al-Tamimī,
Ḥaris b. Abdullah al- Uwara, Ḥarist b. Madzrib al-Ibadī.
Sighat tahammul wa al-ada‟ : an
Ābū Ḥatim b. Ḥiban al-bustī : Tsiqah
Ībnu abi Ḥatim al-razī : Ahli fiqh
Ībnu hajar al asqalanī: Tsiqah
Adzahabī : Tsiqah
al- Mazī : Tsiqah10

d) Penilaian Hadis
Seluruh periwayat ḥadis kualitasnya Tsiqah . Kriteria kesahihan
ḥadis terdapat beberapa syarat yaitu: bersambungnya sanad, diriwayatkan
oleh perawi yang dhabit, tidak ada kejanggalan (Syadz) maupun cacat
(illat). Sesuai dengan penjelasan kritik ḥadis diatas dapat disimpulkan
bahwa: Pertama, semua sanad mempunyai hubungan antara guru dan
murid sehingga bisa di pastikan bahwa semuanya adalah bersambung
sanadnya dari awal hingga akhir (ittishal al-sanad). Kedua, ditinjau dari
segi intelektual (dhabith) para perawi pada hadits tersebut baik (tam al-

9
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 18 hal. 645
10
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 18 hal. 645
54

dhabt). Ketiga, ditinjau dari segi kredibilitas semua sanad dari hadits
tersebut di pandang positif (ta’dil), jadi kualitas hadits tersebut adalah
shahih.

2. Hadis tentang larangan untuk berbuat ghibah

‫كتۤ ۗن األد ۗ ن‬
‫لا ۗن يفن اَغيبة‬

‫ۤن َيَي ن ع ْ ن سفيۤ ان ن قاۤ ا ن ح َّدثاسِن س‬


‫ن ع ْن‬ ُ ‫ن ع ْ ن أساِب‬
‫ن ح ايي افةا ا‬ ‫ن عل َي ن ز ُ ْ ن األاق ام سر ا‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ن حدَّثانا ا ا ا ُ ا‬ ‫ۤن ِّ اَدَّد ا‬
ُ ‫احدَّثانا‬
‫ن ل سفيَّةا ن اك ايا ان واك ان يا ن قاۤ ا ن اغي ُرن‬ ‫ن الل ن علاي س ن وسلَّم ن حَب س‬
‫ك ن ِّ ْ ا‬ ‫ن للَّى َُّ ا ا ا ا ا ُ ا‬ ‫َّب ا‬ ‫اعۤئس اشةا ن قاَۤات ن قُل ُ س س‬
‫ت ن َلن سن‬
‫س س‬ ‫س س‬ ‫س‬ ٍ
ُ ‫ن ِّ سو اجتن ِباٌۤن اَباح سرن َا اماو اجت ُن قاَۤات ان و اح اكي‬
‫تن ن َا ُن‬ ُ ‫ُِّ اَدَّدن ناع سِنن قاص اريًةن فا اۤ ا ن َاادن قُلتن اكل امةًن َاو‬
‫تن إسَِ ً س‬
‫ًۤن ان وأ َّانن ِلن اك اي ا‬
‫ان واكي‬ ‫ن ح اكي ُ ا‬
‫اّن ا‬ َ ‫ن ِّۤن أ سُح‬
‫بن أسن‬ ً َ‫إسِ ا‬
‫ًۤنن فا اۤ ا ا‬
Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Sufyan ia berkata; telah
menceritakan kepadaku Ali Ībnul Aqmar dari Ābu Hudzaifah dari 'Aisyah
ia berkata; aku berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
"cukuplah Shafiah bagimu seperti ini dan seperti ini- maksudnya pendek-
." Beliau lalu bersabda: "Sungguh engkau telah mengatakan suatu
kalimat, sekiranya itu dicampur dengan air laut maka ia akan dapat
menjadikannya berubah tawar." 'Aisyah berkata, "Aku juga pernah
mencerikan orang lain kepada beliau, tetapi beliau balik berkata, "Aku
tidak menceritakan perihal orang lain meskipun aku begini dan
begitu”(HR.AbuDawud:4232)

a) Takhrij Ḥadis Berdasarkan Lafadz

Kitab yang digunakan adalah kitab al-Mu’jam al-Mufharras li-Alfaz


al-Ḥadits al-Nabawī karya Arent Jan Wensink (w.1358H), dengan
penelusuran menggunakan lafadz ‫ كلم‬11 adalah sebagai berikut :

11
AJ. Wensink, Al-Mu’jam Al-Mifahras Lialfadz Al-Hadits Al-Nabawai,
(Leiden :Maktabah Barel,1936) hal. 59
‫‪55‬‬

‫ن ت‪-‬ن لفةن اَايِّۤ ن واَرقۤئقن واَوسع‬


‫د‪-‬ن األد ۗ‪-‬ن لا ۗن يفن اَغي‬
‫حم‪-‬ن لاقين َِّندن األِصۤسن ‬
‫‪Penelusuran Terhadap Kitab Ḥadis:‬‬
‫‪1. Redaksi ḥadis dalam kitab sunan al-Tirmidhī‬‬

‫َي ن ز ْن سعيدن وعبدن اَرمح ْن ز ْن ِّهدين قۤلن حدثنۤن سفيۤنن ‬


‫ۤن َي ان ‬
‫ۤسن ح ادن ن ثنا ان ‬
‫نۤن ُممدن ز ْن زا اشن ان ‬
‫ن ‬ ‫ان ح ان دن ثا‬
‫ع ْن علين ز ْن األقمرن ع ْن أِبن حييفةن وكۤن ن ِّ ْن ألحۤ ۗ ن از ْ ن َِّعودن ع ْن عۤئشةن قَۤتن ‬
‫حكيتن َلنبن للىن هللان علي ن وسلمن سجالن فاۤ ن ِّۤن يَرّنن أّنن حكيتن سجالن وأنن ِلن كيان ‬
‫وكيان قَۤتن فالتن ين سسو ن هللان إنن لفيةن اِّرأةن وقَۤتن زيدهۤن هكيان كأهنۤن نعِنن قصريةن فاۤ ن ‬
‫َادن ِّوجتن زكلمةن َون ِّوجتن هبۤن ٌِّۤن اَبحرن ملوج‬

‫ن علاي س ان و اسلَّ امن ‬ ‫ن للَّ َّ‬


‫ىن اللُ ان ‬ ‫سسو ُ َّس‬
‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫)‪ ( W. 58 H‬عۤئشة ن ‬ ‫عن‬ ‫عن‬

‫عن‬
‫)‪ ( W. 12 H‬أِبن حييفة‬ ‫عن‬

‫علين ز ْن األقمر‬ ‫عن‬

‫حدثنا ‪ ( W. 161‬سفيۤن‬
‫)‪H‬‬ ‫حدثنا‬

‫) ‪ ( W. 198 H‬عبدن اَرمح ْن ز ْن ِّهدي‬ ‫حدثنا‬


‫حدثنا‬

‫) ‪َ ( W. 198 H‬يَين ز ْن سعيد‬ ‫حدثنا‬


‫‪56‬‬

‫)‪ُ ( W. 120 H‬ممدن ز ْن زشۤس‬ ‫حدثنا‬

‫) ‪ ( W. 279 H‬ت‬

‫‪2. Redaksi ḥadis dalam kitab sunan Ābū dawūd‬‬


‫ۤن َيَين ع ْن سفيۤ انن قاۤ ا ن ح َّدثاسِن س‬
‫ن ع ْن ن ‬ ‫ن ع ْن أساِب ُ‬
‫ن ح ايي افةا ا‬ ‫ن عل َن ين ز ُ ْن األاق ام سر ا‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ن حدَّثانا ا ا ا ُ ا‬ ‫ۤن ِّ اَدَّد ا‬
‫احدَّثانا ُ‬
‫ن َِّد ٍ‬ ‫ىن اللن علاي سن وسلَّمن حَن بك سن ِّ ْ س‬ ‫اعۤئس اشةان قاَۤاتن قُلن ُ س س‬
‫َّدن ‬ ‫ان واك ايان قاۤ ا ن اغي ُر ُن ا‬
‫ن لفيَّةان اك اي ا‬
‫ا‬ ‫ن للَّ َُّ ا ا ا ا ا ُ ا‬ ‫َّب ا‬
‫تن َلن سن‬
‫س س‬ ‫س س‬ ‫س‬
‫تن َا ُن إسِن اَ ً‬
‫ًۤنن ‬ ‫ن ِّ سو اجتن ِباٌۤن اَباح سن رن َا اماو اجت ُن قاَۤات ان و اح اكي ُ‬
‫ناع سِنن قاص اريًةن فااۤ ا ن َاادن قُلتن اكل امةًن َاو ُ‬
‫ان واك ايا‬ ‫تن إسَِ ً س‬
‫ًۤن ان وأ َّانن ِلن اك اي ا‬ ‫ن ح اكي ُ ا‬
‫اّن ا‬‫بن أسن‬
‫ُح َ‬‫ن ِّۤن أ سن ‬
‫فا اۤ ا ا‬

‫ن علاي س ان و ان سلَّ امن ‬‫ن للَّ َّن ‬‫سسو ُ َّس‬


‫ىن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫) ‪ ( W. 58 H‬اعۤئس اشن ةا‬


‫عن‬

‫) ‪ ( W. 12 H‬أساِب ُ‬
‫ن ح ايي افن ةا‬ ‫عن‬

‫اعلس َين ز ُ ْن األاق ام سرن ‬ ‫حدثني‬

‫) ‪ُ ( W. 161 H‬سفياۤ انن ‬ ‫عن‬

‫) ‪ ( W. 198 H‬اَي اَين ‬ ‫حدثنا‬


‫‪57‬‬

‫) ‪ ُِّ ( W. 228 H‬اَدَّدن ‬ ‫حدثنا‬

‫) ‪ ( W. 275‬د‬

‫‪3.‬‬ ‫‪Redaksi ḥadis dalam kitab Musnad Āḥmad‬‬

‫حدثنۤن عبدن اَرمح ْن قۤ ن مسعتن سفيۤنن َيدثن قۤ ن حدثنۤن علين ز ْن األقمرن ع ْن أِبن حييفةن ‬
‫وك ۤنن ِّ ْن ألحۤ ۗن عبدن هللان وكۤنن طلحةن َيدثن عن ن ع ْن عۤئشةن قَۤتن حكيتن َلنبن للىن ‬
‫هللان علي ن وسلمن سجالن فاۤ ن ِّۤن يَرّنن أّنن حكيتن سجالن وأنن ِلن كيان وكيان قَۤتن فالتن ين ‬
‫سسو ن هللان إنن لفيةن اِّرأةن وقۤ ن زيدهن كأِ ن يعِنن قصريةن فاۤ ن َادن ِّوجتن زكلمةن َون ِّوجن هبۤن ‬
‫ٌِّۤن اَبحرن ِّوجت‬

‫ن علاي س ان و ان سلَّ امن ‬‫ن للَّ َّن ‬‫سسو ُ َّس‬


‫ىن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫) ‪ ( W. 58 H‬عۤئشةن ‬ ‫عن‬

‫) ‪ ( W. 36 H‬طلحة‬ ‫عن‬

‫عبدن هللا‬ ‫عن‬

‫) ‪ ( W. 12 H‬أِبن حييفة‬ ‫عن‬


58

‫علين ز ْن األقمر‬ ‫حدثنا‬

‫ ( سفيۤن‬W. 161 H ) ‫سمعت‬

ْ ‫ ( عبدن اَرمح‬W. 43 H ) ‫حدثنا‬

‫ ( حم‬W. 241 H )

b) I’tibar Hadis

Kata al-i’tibar (‫ )اإلعتبار‬merupakan masdar dari kata ‫( اعتبر‬i’tabaro).


Menurut bahasa, arti al-i’tibar adalah “peninjauan terhadap berbagai hal
dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”.
i’tibar menurut istilah yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain untuk
suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanad-nya tampak hanya
terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-
sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang
lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis dimaksud. 12
Hadis yang diteliti ini diriwayatkan oleh Aisyah dan hadisnya
diriwayatkan oleh satu periwayatan yaitu, Tirmidzi, Abi Daud, Ahmad b.
Hambal. Hadis tersebut termasuk hadis masyhur yaitu hadis yang
diriwayatkan lebih dari dua orang perawi pada tiap tabaqat (tingkatan
sanad).

12
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits. (Semarang: Pustaka Rizki Putra)
59

Untuk melihat gabungan transmisi transmisi hadis di atas, dapat di


lihat dalan diagram berikut ini:

‫ن علاي س ان و اسن لَّ امن‬ ‫ن للَّ َّن‬‫سسو ُ َّس‬


‫ىن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ُ‫ا‬

‫ ( عۤئشة‬W. 58 H )

‫ ( أِبن حييفة‬W. 12 H )

‫علين ز ْن األقمر‬

‫ ( سفيۤن‬W. 161 H ) ‫َيَي‬


‫ا‬

ْ ‫ ( عبدن اَرمح‬W. 43 H
‫ ( ُممدن ز ْن زشۤس‬W. ‫( َِّدد‬ W. 228 H )
)
120 H )
‫ ( حم‬W. 241 H ) ‫ ( ت‬W. 279 H ) ‫ ( د‬W. 275 H )
60

c) Kritik sanad
Kritik sanad jalur Tirmidzi
1. Tirmidzī
Nama lengkapnya adalah Muḥammad b. Isa b. Saurah b.
Mūsa b. al-Dhahhak dan ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa nama Imam Tirmidzi adalah
Muḥammad b. Isa bin Yazid b. Saurah b. Sakan As-
Sulamī. 13
Īmam Tirmidzī termasuk dalam thabaqat kedua belas
(Shigharul Akhidzin ‘an Taba’il Atba’) yang merupakan
thabaqat juniornya orang-orang yang mengambil hadis dari
taba’ al-atba’, sekaligus thabaqat terakhir dari periwayat
hadis menurut al-Ḥafizh Ībnu Hajar.
Beliau dilahirkan di desa Tirmidzī yang terletak di
pinggiran sungai Jihon (Amoderia) sebelah utara Iran,
pada tahun 209 H dan wafat di daerah Tirmidz pada
malam Senin 13 Rajab 279 H. Beliau wafat pada usia 70
tahun dan dimakamkan di Uzbekistan.
Jamaluddin Al-Mizzī mengatakan, Muḥammad b. Isa
adalah seseorang yang buta, dan seorang pengembara.
Beliau mengembara ke Khurasan, Iraq, Hijaz dan lain-lain.
Selama perjalanan pengembaraannya, Imam al-tirmidzi
belajar dari banyak guru.

13
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 26, hal. 250
61

Guru-gurunya diantaranya: Muḥammad b. Basyar,


Abdurraḥman b. al-Aswad Ma’mul al-Qurasy, Sufyan b.
Waqi’, Ābū Said al-Asyaj Abdullah b. Said al-Kindī, Īshaq
b. Mashur, Muḥammad b. Ma′mar al-Qoisī al-Bahranī,
Nashr b. Ali al-Jahdhamī, Qutaibah b. Said b. Jamil b.
Thariq b. Abdullah al-Tsaqafī.
Murid-muridnya diantaranya; Ābū Bakar Ahmad b. Īsmail
bib Amar As-Samarqandī, Āḥmad b. Yusuf an-Nasafī,
Daud b. Nashr b. Suhail al-Bazdawī, Rabi’ah b. Ḥayan al-
Bahalī, Āḥmad b. ‘Ali al-Muqarra, Ābū Harits Asad b.
Ḥamdawi, Rabi’ b. Ḥayyan.
Penilaian para ulama’ :
Al-Khalilī berkata Tirmidzi adalah seorang yang “Tsiqah
muttafaq ‘alaih”. Ībnū Fadil mengatakan bahwa Tirmidzī
adalah ulama yang paling berpengetahuan.
Dan Ībnū Ḥibban menjelaskan bahwa Īmam Tirmidzī
adalah seseorang yang mengumpulkan, mengklasifikasikan
melestarikan, dan menghafalkan hadis sekaligus penulis
kitab “Tsiqah”.
2. Muḥammad b. Basyar
Nama lengkapnya adalah Muḥammad b. Basyar b.
14
Furafishah b. Mukhtar Wafat pada tahun 120 H.
Guru-gurunya yaitu : Īshaq b. sulaiman ar-Razzī, Īsmail b.
Ābī Khalid, Sufyan ats-Tsaurī, Zakaria b. Ābi Zaidah,
Ṣyu’bah b. al-Hajjaj, Yunus b. Ābī Īshaq.

14
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 24, hal. 521
62

Murid-muridnya yaitu : Alī b. al-Madaniy, Muḥammad b.


Abdullah b. Numair, Harun b. Abdullah al-Ḥammal.
Penilaian para ulama’ :
Utsman b. sa’idal-Darimī dan Yahya b. Ma’in : Tsiqah
3. Yaḥya
Nama lengkapnya adalah Yaḥya b. Abdurraḥman khatib
bin Ābī Balta’ah15
Guru-gurunya adalah : Ḥasan b. Tsabit al-Anshaī,
Abdullah Ībnū Zubair, Ābū Said al-Khudrī, Aisyah binti
Rasulullah .
Murid-muridnya adalah : Ūsamah b. Zaid, Ja’far b.
Abdullah b. Hakim al-Ansharī, Khalid b. Īlyas,
Muḥammad b. Āmru b. Alqamah, Yahya b. Sa’id al-
Ansharī.
Penilaian para ulama’ :
Al-Ījliy : Tsiqah
Muḥammad b. Sa’id : Tsiqah
Al-Nasa’ī, al-Daruquthnī : Tsiqah
4. Alī b. Aqmar
Nama lengkapnya adalah Alī b. aqmar b. Amrū b. Kharis
b. Muawiyah b. Amrū b. Kharis Rabiah b. Abdullah.16
Guru-gurunya adalah : Usamah b. Ṣyarik, Abdullah b.
amrū b. khattab, Muawiyah b. Ābī sofyan, Ābī athiya al-
Wadi’ī.

15
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 31, hal. 435
16
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983), Juz 20, hal.323
63

Murid-muridnya adalah : Ḥasan b. Shalih b. hayyī, Sufyan


ats-Tsaurī, Ṣyu’bah b. al-Hajjaj, Sulaiman al-A’mas,
Shalih b. Shaliḥ b. hayyī, Abdurraḥman b. Abdullah b.
Mas’udī, Manshur b. al-Mu’tamir, Ābū malik al-Nakha’i.
Pendapat para ulama’ :
Īshaq b. Manshur, Āḥmad b. Sa’id b. Ābī Manshur, Yahya
b. ma’in, Ābū Ḥatim, Yaqub b. Sufyan, An-Nasaī : Tsiqah
Ābī maryam an-Yahya : Hujjah
Ībnū khibban : Tsiqah
5. Ābū Hudzaifah
Nama lengkapnya adalah Ābū Ḥudzaifah an-Nahdī17 Wafat
pada tahun 12 H.
Guru-gurunya adalah : Sufyan ats-Tsaurī.
Murid-muridnya adalah: Īmam bukhorī.
6. Aisyah
Nama lengkapnya adalah Aisyah bt. Ābū bakar as-
Siddiq.18
Mempunyai gelar ummul mukminin yang artinya ( ibu dari
orang-orang mukmin). Wafat pada tahun 58 H. Ibunya
bernama Ūmmu Ruman bt. Amir al-Kinaniyah.
Guru-gurunya adalah : Fatimah az-Zahra bt. Rasulullah
SAW, Ābū Bakar as-Siddiq, Ūmar b. khattab, Said b. Ābī
Waqqash, Hamzah b. Amrū al-Aslamī.

17
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 33, hal. 229
18
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 35, hal. 227
64

Murid-muridnya adalah : Abdurraḥman b. Ḥarits b.


Hisyam, Ībrahim b. Yazid, Ayman al-Makkī, Sulaiman b.
Buraidah, Sulaiman b. Yasar, Tolhah b. Abdullah b.
Usman b. Ubaidillah b. Ma’mar, Amir b. Said b. Ābī
waqqash, Abdullah b. Ūmar b. Khattab, Hilal b. Yasaf,
Yahya b. Abdurrahman b. Khatab, Ūmmu Kulsum bt. Ābū
Bakar as-Siddiq.
Penilaian para ulama’ :
Al-Sya’bi berkata dari Maṣyruq bahwa ketika ia menerima
Hadits dari Aisyah, Maṣyruq berkata: “Telah memberikan
Hadis kepadaku seorang perempuan yang sangat jujur
kekasih Allah SWT.”
Ābū Dhūha yang juga dari Maṣyruq menerangkan bahwa
ia adalah seseorang yang tidak boleh diragukan karena ia
adalah sahabat terdekat Nabi SAW.
d). Penilaian Ḥadis
Seluruh periwayatan ḥadis kualitasnya adalah Tsiqah.
Kriteria kesahihan ḥadis terdapat beberapa syarat yaitu:
bersambungnya sanad, diriwayatkan oleh perawi yang dhabit,
tidak ada kejanggalan (Syadz) maupun cacat (illat). Sesuai
dengan penjelasan kritik hadis diatas dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, semua sanad mempunyai hubungan antara guru dan
murid sehingga bisa di pastikan bahwa semuanya adalah
bersambung sanadnya dari awal hingga akhir (ittishal al-sanad).
kedua, ditinjau dari segi intelektual (dhabith) para perawi pada
hadits tersebut baik (tam al-dhabt). Ketiga, ditinjau dari segi
65

kredibilitas semua sanad dari hadis tersebut di pandang positif


(ta’dil), jadi kualitas hadis tersebut adalah shahih.
C. Ḥadis tentang larangan mencela orang lain

ۗ ‫كتۤ ۗن األد‬
ْ ‫لا ۗن ِّۤن ينهىن ِّ ْن اََبۤ ۗن واَلع‬
‫ن ع ْن‬
‫ث ان‬ ‫ن مسعتن أالان وائس ٍل ُ س‬‫س‬ ٍ ُ ‫ن ِّن‬ ٍ ْ ‫حدَّثاناۤن سلايمۤ ُنن ز‬
ُ ‫ن َيا ند‬ ‫صوسن قاۤ ان ا ُ ا ا‬ ‫ن ع ْ ا‬
‫ۤن شعباةُ ا‬
ُ ‫ن حدَّثانا‬
‫ن حر ۗ ا‬‫ُ ا ُ ا‬ ‫ا‬
‫س‬ ‫س‬
‫ۤ ۗن اَ ُمَل سمن فُ َُوق ان وقتاَُۤ ُن ن ن ُكفرن‬ ‫س‬ ‫ىن الل س‬ ‫س‬ ‫س‬ ‫س‬
ُ ‫ن علاي ان و اسلَّ امن ن سبا‬
‫ن للَّ َُّ ا‬
‫ن الل ا‬
َّ ُ ‫ن اللن قاۤ ا ن قاۤ ا ان س ُسو‬
َّ ‫اعبد‬
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Manshur dia berkata; saya
mendengar Abu Wa`il bercerita dari Abdullah dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mencela orang
muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran." (HR.
Bukhori:5584)
a). Takhrij Ḥadits Berdasarkan Lafadz

Kitab yang digunakan adalah kitab al-Mu’jam al-Mufharras li-Alfaz al-


Ḥadith al-Nabawī karya Arent Jan Wensink (w.1358H), dengan
penelusuran menggunakan lafadz ….. adalah sebagai berikut :

‫ن اَنبن للىن اللن علي ن وسلنمن سبۤ ۗن املَلمن فَوقن وقتَۤ ن كفر‬
‫ن‬ ‫ن لا ۗن زيۤنن قو‬-‫ن اإلْيۤن‬-‫م‬
‫ن لا ۗن ِّۤجٌۤن سبۤ ۗن املؤِّ ْن فَوق‬-‫ن اإلْيۤن‬-‫ت‬
‫ن لا ۗن قتۤ ن املَلمن‬-‫حترمين اَ ندم‬-‫ن‬
‫ن لا ۗن سبۤ ۗن املَلمن فَوقن وقتَۤ ن كفر‬-‫اَفنت‬-‫ِّج‬
‫ن َِّندن املكثري ْن ِّ ْن اَصحۤزة‬-‫حم‬
Penelusuran Terhadap Kitab Ḥadis:
a. Redaksi ḥadis dalam kitab Shahih Muslim
‫‪66‬‬

‫حدثنۤن ُممدن ز ْن زكۤسن ز ْن اَرينن وعونن ز ْن سالمن قۤلن حدثنۤن ُممدن ز ْن طلحةن وحدثنۤن ‬
‫ُممدن ز ْن املثىنن حدثنۤن عبدن اَرمح ْن ز ْن ِّهدين حدثنۤن سفيۤنن وحدثنۤن ُممدن ز ْن املثىنن ‬
‫حدثنۤن ُممدن ز ْن جعفرن حدثنۤن شعبةن كلهمن ع ْن ززيدن ع ْن أِبن وائلن ع ْن عبدن هللان ز ْن ‬
‫ن وسلمن سبۤ ۗن املَلمن فَوقن وقتَۤ ن كفرن قۤ ن ‬
‫ن ‬ ‫َِّعودن قۤ ن قۤ ن سسو ن هللان للىن هللان علي‬
‫ززيدن فالتن ألِبن وائلن أِتن مسعت ن ِّ ْن عبدن هللان يروي ن ع ْن سسو ن هللان للىن هللان علي ن وسلمن ‬
‫قۤ ن ِعمن وَي ن يفن حديثن شعبةن قو ن ززيدن ألِبن وائلن حدثنۤن أزون زكرن ز ْن أِبن شيبةن واز ْن ‬
‫املثىنن ع ْن ُممدن ز ْن جعفرن ع ْن شعبةن ع ْن ِّنصوسن وحدثنۤن از ْن منرين حدثنۤن عفۤنن حدثنۤن ‬
‫شعبةن ع ْن األعمشن كالمهۤن ع ْن أِبن وائلن ع ْن عبدن هللان ع ْن اَنبن للىن هللان علي ن وسلمن ‬
‫ِبثل‬

‫ىن اللُن اعلاي س ان و اسن لَّ امن ‬


‫ن للَّ َّن ‬‫سسو ُ َّس‬
‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫) ‪ ( W. 32 H‬عبدن هللان ز ْن َِّعود‬ ‫عن‬

‫) ‪ ( W. 82 H‬أِبن وائل‬
‫عن‬

‫ززيد‬ ‫عن‬

‫) ‪ ( W. 160 H‬شعبة‬
‫حدثنا‬

‫) ‪ُ( W. 645 H‬ممدن ز ْن جعفر‬ ‫حدثنا‬

‫ُممدن ز ْن املثىن‬ ‫حدثنا‬

‫) ‪ ( W. 161 H‬سفيۤن‬ ‫حدثنا‬


‫‪67‬‬

‫‪(W.198 H‬عبدن اَرمح ْن ز ْن ِّهدي‬


‫حدثنا‬

‫) ‪ُ ( W. 252 H‬ممدن ز ْن املثىن‬ ‫حدثنا‬

‫) ‪ُ ( W. 656 H‬ممدن ز ْن طلحة‬ ‫حدثنا‬

‫عونن ز ْن سالم‬
‫حدثنا‬

‫) ‪ُ ( W. 38 H‬ممدن ز ْن زكۤس‬ ‫حدثنا‬

‫) ‪ ( W. 261 H‬م‬

‫‪b.‬‬ ‫‪Redaksi hadis dalam kitab Sunan al-Tirmidhi‬‬


‫حدثنۤن ُممدن ز ْن عبدن هللان ز ْن زويعن حدثنۤن عبدن احلكيمن ز ْن ِّنصوساَواسطين ع ْن عبدن امللكن ز ْن ‬
‫ع ْن عبدن اَرمح ْن ز ْن عبدن هللان ز ْن َِّعودن ع ْن أزي ن قۤ ن قۤ ن سسو ن هللان للىن هللان علي ن عمري‬
‫وسلمن قتۤ ن املَلمن أخۤهن كفرن وسبۤز ن فَوقن ويفن اَبۤ ۗن ع ْن سعدن وعبدن هللان ز ْن ِّغفلن قۤ ن ‬
‫أزون عيَىن حديثن از ْن َِّعودن ‬
‫حديثن حَ ْن لحيحن وقدن سوين ع ْن عبدن هللان ز ْن َِّعودن ِّ ْن غرين وج‬
‫ن ‬

‫ن علاي س ان ‬
‫ن و اسلَّ امن ‬ ‫ن للَّ َّن ‬‫سسو ُ َّس‬
‫ىن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫) ‪ (W. 32 H‬عبدن هللان ز ْن َِّعود‬ ‫عن‬

‫عبدن اَرمح ْن ز ْن عبدن هللا‬


‫عن‬

‫)‪(W. 136 H‬عبدن امللكن ز ْن عمري‬


‫‪68‬‬

‫عن‬

‫عبدن احلكيمن ز ْن ِّنصوس‬


‫حدثنا‬

‫ُممدن ز ْن عبدن هللان ز ْن زويع‬


‫حدثنا‬

‫) ‪ ( W. 279 H‬ت‬

‫‪a.‬‬ ‫‪Redaksi hadis dalam kitab Sunan an-Nasa’i‬‬

‫أخربًنن ُممدن ز ْن زشۤسن قۤ ن حدثنۤن عبدن اَرمح ْن قۤ ن حدثنۤن شعبةن ع ْن أِبن ‬


‫إسحقن قۤ ن مسعتن ألان األحوصن ع ْن عبدن هللان قۤ ن سبۤ ۗن املَلمن فَوقن وقتَۤ ن ن ‬
‫كفر‬
‫ن علاي س ان ‬
‫ن و اسلَّ امن ‬ ‫ن للَّ َّن ‬‫سسو ُ َّس‬
‫ىن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫) ‪ ( W. 32 H‬عبدن هللا‬
‫ع ْ‬

‫ألان األحوص‬
‫مسعت‬
‫) ‪ ( W. 151 H‬أِبن إسحق‬

‫) ‪ ( W. 160 H‬شعبة‬ ‫حدثنۤ‬

‫) ‪ ( W. 198 H‬عبدن اَرمح ْ‬


‫حدث نا‬

‫) ‪ُ ( W. 252 H‬ممدن ز ْن زشۤس‬


‫‪69‬‬

‫أخ رب ان‬

‫) ‪ ( W. 303 H‬ن‬

‫‪b.‬‬ ‫‪Redaksi hadis dalam kitab Sunan ibn Majah‬‬

‫حدثنۤن هشۤمن ز ْن عمۤسن حدثنۤن عيَىن ز ْن يوِ ن حدثنۤن األعمشن ع ْن شايقن ‬


‫ع ْن از ْن َِّعودن قۤ ن قۤ ن سسو ن هللان للىن هللان علي ن وسلمن سبۤ ۗن املَلمن ‬
‫فَوقن وقتَۤ ن كفر‬

‫ن علاي س ان و ان سلَّ امن ‬‫ن للَّ َّن ‬‫سسو ُ َّس‬


‫ىن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫) ‪ ( W. 32 H‬از ْن َِّعود‬
‫عن‬

‫) ‪ ( W. 149 H‬شايق‬

‫عن‬
‫عيَىن ز ْن يوِ‬

‫) ‪ ( W. 245 H‬هشۤمن ز ْن عمۤس‬ ‫حدثنا‬

‫) ‪ِّ ( W. 209 H‬ج‬


‫حدثنا‬

‫‪c.‬‬ ‫‪Redaksi hadis dalam kitab Musnad Ahmad‬‬


70

‫حدثنۤن َيَين ع ْن شعبةن حدثِنن ززيدن ع ْن أِبن وائلن ع ْن عبدن هللان ع ْن اَنبن للىن هللان‬
‫ن قلتن ألِبن وائلن أِتن مسعتن‬
‫ن‬ ۤ‫علي ن وسلمن قۤ ن سبۤ ۗن املَلمن فَوقن وقتَۤ ن كفرن ق‬
‫ِّ ْن عبدن هللان قۤ ن ِعم‬

‫ن علاي س ان و اسن لَّ امن‬ ‫ن للَّ َّن‬


‫ىن اللُ ان‬ ‫سسو ُ َّس‬
‫ن الل ا‬ ُ‫ا‬

‫ ( عبدن هللا‬W. 32 H )
‫عن‬
‫ ( أِبن وائل‬W. 82 H )

‫ززيد‬
‫عن‬

‫َيَي‬ ‫حدثني‬

‫ ( حم‬W. 241 H ) ‫حدثنا‬

b). I’tibar Hadis

Kata al-i’tibar (‫ )اإلعتبار‬merupakan masdar dari kata ‫( اعتبر‬i’tabaro).


Menurut bahasa, arti al-i’tibar adalah “peninjauan terhadap berbagai hal
dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”.
i’tibar menurut istilah yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain
untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanad-nya tampak
hanya terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-
71

sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang
lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis dimaksud. 1
Hadis yang diteliti ini diriwayatkan Sulaiman bin Harb dan
hadisnya diriwayatkan oleh lima periwayatan yaitu, Tirmidzi, Muslim,
Abi Daud, Ibn Majah dan Ahmad bin Hambal. Hadis tersebut termasuk
hadis masyhur yaitu hadis yang diriwayatkan lebih dari dua orang perawi
pada tiap tabaqat (tingkatan sanad).
Untuk melihat gabungan transmisi transmisi hadis di atas, dapat di lihat
dalan diagram berikut ini:

1
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits. (Semarang: Pustaka Rizki Putra)
‫‪72‬‬

‫ن علاي س ان و اسن لَّ امن ‬‫ن للَّ َّن ‬‫سسو ُ َّس‬


‫ىن اللُ ا‬ ‫ن الل ا‬ ‫اُ‬

‫)‪ (W. 32 H‬عبدن هللا‬

‫أ االا ان وائس ٍلن ‬ ‫) ‪( W. 82 H‬‬ ‫ألان األحوص‬ ‫شايق‬ ‫عبدن اَرمح ْن ز ْن َِّعود‬
‫)‪(W. 149 H‬‬ ‫) ‪( W. 32 H‬‬

‫ع‬ ‫ززيد‬ ‫ِّنصوس‬ ‫إسحق‬


‫ن‬
‫)‪(W. 151 H‬‬

‫) ‪ ( W. 160 H‬شعبة‬
‫) ‪ ( W. 161 H‬سفيۤن‬
‫عبدن امللك‬
‫عبد الرحمن‬ ‫األعمش‬ ‫)‪( W. 136 H‬‬
‫بن مهدي‬
‫)‪( W. 198 H‬‬
‫عي‬ ‫عبدن احلكيم‬
‫محمد بن‬
‫بشار‬
‫َيي‬ ‫سليمۤن‬
‫) ‪( W. 252 H‬‬
‫ِّشۤم‬ ‫ُممدن ز ْن عبدن ‬
‫حم‬ ‫خ‬
‫هللا‬
‫) ‪ ( W. 303 H‬ن‬ ‫)‪(W.241 H‬‬ ‫‪(W. 256‬‬
‫)‪H‬‬ ‫جه‬
‫) ‪( W. 209 H‬‬
‫ت‬
‫‪ُ (W. 645‬ممدن ز ْن طلحة‬ ‫)‪( W. 279 H‬‬

‫)‪H‬‬

‫ُممدن ز ْن ‬ ‫عونن ز ْن سالم‬ ‫ُممدن ز ْن ‬


‫زكۤس‬ ‫َيي‬
‫م‬ ‫) ‪( W.261 H‬‬
73

c). Kritik Sanad


Kritik sanad jalur An-Nasa’i
1. Nasa’i
Nama lengkapnya adalah Āḥmad b. Ṣyu’aib b. Alī bin Sinan b.
Bahr b. Dinar Ābū Abd al-Raḥman al-Nasa’i al-Qadhy al-Hafidh
(penyusun kitab Sunan) 2 Wafat pada tahun 303 H.
Dia mendengarkan dan meriwayatkan ḥadīṡ dari banyak Ulama
ḥadīṡ yang tidak terhitung jumlahnya, kesemuanya tercantum di
dalam kitabnya al-Sunan. Dia meriwayatkan ilmu Qiraat dari
Āḥmad b. Nashr al-Naisabury dan Abu sy’aib al-Susy.
Murid-muridnya adalah : putranya Abd al-Karim, Ābū Bakar
Āḥmad b. Muḥammad b. Īshaq b. al-Sunny, Ābū Ali al-Ḥasan Ībn
al-Khadhr al-Asyuthy,al-Ḥasan b. Rasyiq al-Askary, Ābū al-
Qasim Hamzah b. Muḥammad b. Ali al-Kannany al-Hafidh, Ābū
al-Ḥasan Muḥammad b. Abd Allah b. Zakariya b. Habuyah,
Muḥammad b. Mu’awiyah b. al-Āhmar, Muḥammad Ībn Qasimal-
Andalusy, Ali b. Abī Ja’far al-Thahawy, Ābū Bakar Āḥmad b.
Muḥammad b. al-Muhandis (kesemuanya merupakan periwayat
dari kitab al-Sunan karya al-Nasa’i) dan lain-lain.
Penilaian para ulama’
Ībn Ady berkata : Aku mendengarkan Mansur al-Faqih dan
Āḥmad bin Muḥammad bin Salamah al-Thahawy keduanya
berkata: Ābū Abd al-Raḥman adalah soerang Imam kaum
muslimin.

2
Āḥmad bin Alī bin Ḥajar al-Asqalany, Tahdzib al-Tahdzib. (Cet. I; Beirut: Dar
al-Fikr, 1404 H / 1984 M) juz I, hal. 31-32
74

Muḥammad b. Sa’ad al-Barudy berkata: Aku menanyakan kepada


Qashim al-Muthraz perihal al-Nasa’i, beliau berkata: dia adalah
seorang Imam atau lebih pantas menjadi seorang Imam.
2. Muḥammad b. Basyar
Nama lengkapnya adalah Muḥammad b. Basyar b. Furafishah b.
3
Mukhtar Beliau wafat pada tahun 252 H.
Guru-gurunya yaitu : Īshaq b. Sulaiman ar-Razzī, Īsmail b. Ābī
Khalid, Sufyan ats-Tsauri, Zakaria b. Ābī Zaidah, Ṣyu’bah bin al-
Hajjaj, Yunus b. Ābī Īshaq.
Murid-muridnya yaitu : Alī b. al-Madaniy, Muḥammad b.
Abdullah b. Numair, Harun b. Abdullah al-Ḥammal.
Penilaian para ulama’ :
Utsman b. sa’idal-Darimī dan Yahya b. Ma’in : Tsiqah
Ībn Ḥibban : Tsiqah
An-Nasa’ī : Shalih
3. Abdurraḥman
Abdurraḥman b. Mahdi b. Ḥassan Al-Anbari Al-Luklu’i Al-Hafizh
Al-Kabir Imamul Ilmi, Asy-Syahir. Beliau memiliki Kun-yah “Ābū
Sa’id”4 Beliau seorang ulama hadis yang memiliki beberapa tulisan
dalam masalah hadis. Beliau wafat pada tahun 198 H.
Guru-gurunya adalah : Aiman b. Nabil, Mu’awiyah b. Shaleh, Ābū
Khaldah, Ṣyu’bah, Sufyan Ats-Tsauri, dan beberapa ulama
lainnya. Murid-muridnya adalah : Abdullah bin Mubarak, Āḥmad b.

3
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 24, hal. 521
4
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 17, hal. 279
75

Ḥambal, Īshaq b. Rahawaih, Alī b. Al-Madini, dan masih banyak


ulama lainnya.
Penilaian para ulama’
Ībn Ḥibban : Mutqin dan Tsiqah
Muḥammad b. Abī Bakar al-Muqaddamī : Tsabit ( terjaga
hafalannya )
4. Ṣyu’bah
Nama lengkapnya adalah Ṣyu’bah b. al-Hajjaj b. al-Ward al- Ataky
al-Azdy Abu Bistham al-Washithy5
Syu’bah adalah seorang periwayat ḥadīṡ yang terpuji integrasi
pribadi dan kemampuan intelektualnya. Beliau wafat pada tahun
160 H.
Guru-gurunya adalah : Ānas b. Sirin, Qatadah b. Du’amah, Sofyan
al-Staury, Sulaiman b. al-Amasy, ayahnya al-Hajajjaj b. al-Ward,
Sa’id b. Masruq, Sammak bin Harb, Abdullah b. Dinar, Atha b. Abi
Muslim al-Khurasany, Umar b. Dinar, ‘Ashim b. Bahdalah, Ashim
b. Ubaidillah, Ashim b. Sulaiman al-Aḥwal.
Murid-muridnya adalah : al-A’masy, Ayyub, Sa’ad bin Ībrahim,
Muḥammad b. Īshaq, Jarir Ībn Ḥazim, al-Ḥasan b. Shalih (dari yang
seangkatan dengannya), Muḥammad bin Basyar, Yahya al-
Qaththan, Waki’, Ībn alMubarak dan lain-lain.
Penilaian para ulama’
Yahya bin Ma’in berkata : Ṣyu’bah adalah Imam orang-orang yang
bertaqwa

5
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz , hal. 301
76

Ḥammad b. Zaid berkata : Jika terjadi perbedaan antara aku dengan


syu’bah dalam masalah ḥadīṡ, maka aku merujuk kepada
perkataannya
Ābū Abdullah al-Ḥakim berkata : Ṣyu’bah adalah Imam para ulama
ḥadīṡ di bashrah
Sofyan berkata: Ṣyu’bah amir al-mu’minin fi al-ḥadīṡ.
5. Abī Īshaq
Nama lengkapnya adalah Muḥammad b. Abī Īshaq b. Yasar atau
lebih dikenal dengan Ībn Ābī Īshaq6 wafat pada tahun 151 H.
Guru-gurunya adalah : Ubaidillah b. mughirah, Yazid b. Ḥubaib,
Tsamamah bin syafi’i.
Murid-muridnya adalah : al-Khalil b. Āḥmad al-Farahidi, Sibawaih.
6. Ābū al-Aḥwas
Ābū Al Aḥwas merupakan nama kuniyahnya, sedangkan nama
lengkapnya adalah Auf b. Malik b. Naḍolah. Beliau merupakan dari
kalangan Tabi’in7 Dan beliau merupakan kalangan Tabi’ul Atba’
Kalangan Tua.
Guru-gurunya adalah Umar, Abī Żar, Abī Abas, Ābū Al Aḥwas,
dan masih banyak lagi.
Murid-murid beliau adalah Qotādah, Ᾱṣim Al-Aḥwal, Mujahid, dan
Isma’il b. Abi Kholid.
Penilaian para ulama’
An-Nasa`i : Tsiqah
Ībn Ḥajar al-Asqalani dan Az-Zahabi : Tsiqah dan ahli ibadah

6
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 34, hal. 422
7
Syihab al-Din Āḥmad , Alī bin Ḥajar al-Asqalani, Tahżib al-Tahżib, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1995) juz 5, hal. 157
77

7. Abdullah
Nama lengkapnya adalah Abdullah b. Mas'ud b. Ghafil bin Ḥabib8
Termasuk salah satu sahabat Rasulullah SAW, muhaddis dan
mufassir di era permulaan islam. Beliau memiliki kuniyah yaitu
Abu 'Abdur Raḥman. Semasa hidupnya tinggal di Kufah dan wafat
pada tahun 32 H.
Guru-gurunya adalah : Rasulullah SAW, Sa’ad b. muadz al-
Anshari, Umar b. Khattab dan Shafwan b. ‘assal.
Murid-muridnya adalah : Aṣwad b. yazid, Anas b. malik, Jabir b.
Abdullah al-Anshari, Ābū Sa’id Sa’id b. Malik al-Khudri, Sulaiman
b. jabir, Ābū wail Syaqiq b. Salamah, Abdullah b. Abbas, Īmron b.
Ḥusain.
d). Penilaian Ḥadis
Seluruh periwayatan ḥadis kualitasnya adalah Tsiqah. Kriteria
kesahihan hadis terdapat beberapa syarat yaitu: bersambungnya
sanad, diriwayatkan oleh perawi yang dhabit, tidak ada kejanggalan
(Syadz) maupun cacat (illat). Sesuai dengan penjelasan kritik ḥadis
diatas dapat disimpulkan bahwa: Pertama, semua sanad mempunyai
hubungan antara guru dan murid sehingga bisa di pastikan bahwa
semuanya adalah bersambung sanadnya dari awal hingga akhir
(ittishal al-sanad). kedua, ditinjau dari segi intelektual (dhabith)
para perawi pada ḥadis tersebut baik (tam al-dhabt). Ketiga, ditinjau
dari segi kredibilitas semua sanad dari ḥadis tersebut di pandang
positif (ta’dil), jadi kualitas hadis tersebut adalah shahih.

8
Jamal al-Din Ābū al-Hajjaj Yūsuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal fi Asma` al-
Rijal, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1983) Juz 16, hal. 121
78

BAB IV
PEMAHAMAN ḤADIS TENTANG FENOMENA
CYBERBULLYING

A. Pengertian Ma’anil Ḥadis


Ma’anil ḥadis terdiri dari dua kata yaitu ma’anil dan ḥadis.

Ma’anil berasal dari bahasa Arab yakni ‫ﻣﻌﺎﻧﻰ‬ jamaknya ‫ﻣﻌﺎن‬ yang

berarti: arti atau makna.1


Dalam KBBI “arti” adalah maksud yang terkandung. 14 Sedangkan
“makna” ialah arti.2
Menurut Abdul Mustaqim, ma’anil ḥadis adalah sebuah ilmu
yang mengkaji tentang pemahaman hadis Nabi Muḥammad SAW,
dengan mempertimbangkan struktur linguistik teks hadits, konteks
munculnya ḥadis (asbabul wurud), kedudukan Nabi Muḥammad Saw.
Ketika menyampaikan ḥadis, dan bagaimana menghubungkan teks
hadits masa lalu dengan konteks kekinian, sehingga diperoleh
pemahaman yang relatif tepat, tanpa kehilangan relevansinya dengan
konteks kekinian.3Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian ma’anil ḥadis adalah sebuah ilmu pengetahuan untuk
memahami pemaknaan dan pemahaman ḥadits secara tepat dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang berhubungan dengannya, dan

1
Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Multi Karya
Grapika, Yokyakarta, 1996, hal. 747
2
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet 9, Balai
Pustaka, Jakarta, 1996, hal. 57
3
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadits Paradigma Interkoneksi
(Berbagai Teori Dan Metode Memahami Hadits), IDEA Press, Yogyakarta, 2008,
hal. 5

78
79

mempertimbangkan beberapa indikasi untuk menghindari terjadinya


kesalahan dan kekeliruan dalam memahami sebuah teks ḥadis.
B. Urgensi Ma’anil Ḥadis
Ma’anil ḥadits sangat penting dalam konteks pengembangan
studi ḥadits, antara lain yaitu :
a. Untuk memberikan prinsip-prinsip metodologi dalam memahami
ḥadis.
Yaitu prinsip tidak terburu-buru menolak suatu ḥadits sebelum
benar-benar melakukan verifikasi secara mendalam dan detail.
b. Untuk mengembangkan pemahaman ḥadis secara kontekstual dan
progresif, terutama untuk ḥadits-ḥadits yang berkaitan dengan
masalah mu’amalah, persoalan lingkungan hidup, isu gender,
sosial dan politik. Aspek-aspek tersebut sangat penting
diperhatikan sehingga dialetika teks dan konteks serta
kontekstualisasi menjadi sebuah keniscayaan untuk menemukan
maqashid dan spirit makna dibalik teks ḥadits Nabi SAW.
c. Untuk melengkapi kajian ilmu ḥadis riwayah, sebab kajian adits
riwayah saja tidak cukup. Maka ilmu Ma’anil Ḥadits menjadi
penting dalam rangka menangkap pesan-pesan ideal tyang tersurat
dan tersirat dalam teks hadits menjadi sangat penting.
d. Sebagai kritik terhadap model pemahaman hadis yang rigid dan
kaku. Dengan ilmu Ma’anil Ḥadits, pembacaan terhadap hadits-
hadits Nabi SAW menjadi lebih hidup dan terhindar dari model
pembacaan yang mati.4

4
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadits Paradigma Interkoneksi
(Berbagai Teori Dan Metode Memahami Hadits), IDEA Press, Yogyakarta, 2008,
hal. 13-14
80

C. Metode Ma’anil Ḥadis Yusuf Al-Qardhawī

Dalam melakukan tela’ah ma’ani, penulis menggunakan metode


yang dipaparkan oleh Yusuf Al-Qardhawī, dalam bukunya
“Bagaimana Memahami Ḥadits Nabi SAW” metode pemahaman
ḥadis terbagi menjadi delapan, yaitu sebagai berikut:
1. Memahami As-Sunnah sesuai Petunjuk Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah “ruh” dari eksistensi islam, dan merupakan
asas bangunanya. Ia merupakan konstitusi dasar yang paling
pertama dan utama, yang kepadanya bermuara perundang-
undangan islam. Sedangkan As-sunnah adalah penjelas terinci
tentang isi konstitusi tersebut, baik dalam hal-hal yang bersifat
teoritis ataupun penerapannya secara praktis. Itulah tugas
Rasulullah SAW menjelaskan bagi manusia apa yang diturunkan
kepada mereka’.5
2. Menghimpun Ḥadis-Ḥadis yang Terjalin dalam Tema yang Sama
Untuk berhasil memahami As-sunnah secara benar, harus
menghimpun dan memadukan beberapa ḥadits sahih yang
berkaitan dengan suatu tema tertentu (satu topik). Kemudian
mengembalikan kandungan ḥadis yang mutasyabihat (belum jelas
artinya) disesuaikan dengan ḥadits yang muḥkam (jelas
maknanya), mengaitkan yang mutlak (terurai) dengan yang
muqayyad (terbatas), dan menafsirkan yang ‘am dengan yang
khash. Dengan cara itu dapatlah dimengerti maksudnya lebih
jelas.6

5
Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, Diterjemahkan
oleh Muhammad Al-Baqir, Karisma, Bandung, 1993, hal. 92
6
Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, Diterjemahkan
oleh Muhammad Al-Baqir, Karisma, Bandung, 1993, hal. 106
81

3. Penggabungan atau Pentarjihan antara Ḥadis-Ḥadis yang


Bertentangan
Pada dasarnya, nash-nash syariat tidak mungkin saling
bertentangan. Sebab kebenaran tidak akan bertentangan dengan
kebenaran. Walaupun ada itu terbatas pada lahirnya saja bukan
pada hakikat dan realitas. Dan apabila terdapat hadits yang seperti
itu, maka wajib menghilangkannya dengan cara sebagai berikut: 7
a. Penggabungan Didahulukan Sebelum Pentarjihan
Hal yang sangat penting memahami As-Sunnah secara
baik, yaitu dengan cara menyesuaikan antara berbagai hadis
sahih yang redaksinya tampak saling bertentangan, begitu juga
dengan makna kandungannya, yang sepintas lalu tampak
berbeda. Kemudian semua hadis dikumpulkan dan masing-
masng dinilai secara proporsional, sehingga dapat dipersatukan
dan tidak saling berjauhan, saling menyempurnakan dan tidak
saling bertentangan.
b. Soal Nask dalam Ḥadis
Pada hakekatnya naskh dalam hadits tidak sebesar yang
didakwahkan dalam Al-Qur’an. Hal ini mengingat bahwa Al-
Qur’an adalah pegangan hidup yang bersifat universal dan
abadi. Sedangkan sunah adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan Nabi Saw. Jika ada dua hadits dan dapat
diamalkan keduanya maka diamalkanlah, dan tidak boleh salah
satu dari keduanya mencegah diamalkannya yang lain.
4. Memahami Ḥadis dengan Mempertimbangkan Latar Belakangnya,

7
Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, Diterjemahkan
oleh Muhammad Al-Baqir, Karisma, Bandung, 1993, hal. 117
82

Situasi dan Kondisinya ketika Diucapkan, serta Tujuannya.


Diantara cara-cara yang baik untuk memahami ḥadis Nabi
SAW ialah memperhatikan sebab-sebab khusus yang
melatarbelakangi diucapkannya suatu ḥadits atau kaitannya
dengan suatu ‘illah (alasan sebab) tertentu yang dikemukan dalam
riwayat atau dari pengkajian terhadap suatu ḥadits. Selain itu,
untuk memahami hadits harus diketahui kondisi yang meliputinya
serta di mana dan untuk tujuan apa diucapkan. Dengan demikian,
maksud ḥadits benar-benar menjadi jelas dan terhindar dari
berbagai perkiraan yang menyimpang.8
5. Membedakan antara Sarana yang Berubah-ubah dan Sarana yang
Tetap
Diantara penyebab kekacauan dan kekeliruan dalam
memahami As-sunnah adalah sebagian orang mencampuradukkan
antara tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, sunah dengan
prasarana temporer atau lokal dan kontekstual yang kadangkala
menunjang pencapaian sasaran yang dituju. Mereka memusatkan
diri pada berbagai prasarana ini, seakan-akan sarana itulah satu-
satunya tujuan. Padahal, siapapun yang benar- benar berusaha
untuk memahami hadis Nabi Muḥammad SAW. serta rahasia-
rahasia yang dikandungnya akan mendapat kejelasan bahwa yang
paling pokok adalah tujuannya. Sedangkan yang berupa prasarana
adakalanya berubah seiring perubahan lingkungan, zaman, adat
kebiasaan, dan sebagainya.9

8
Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, Diterjemahkan
oleh Muhammad Al-Baqir, Karisma, Bandung, 1993, hal. 131
9
Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, Diterjemahkan
oleh Muhammad Al-Baqir, Karisma, Bandung, 1993, hal. 147
83

6. Membedakan antara Ungkapan yang Bermakna Sebenarnya dan


yang Bersifat Majaz dalam Memahami Ḥadis
Yang dimaksud disini adalah yang meliputi majaz Lughawy,
‘Aqly, isti’arah, kinayah, dan berbagai macam ungkapan lainnya
yang tidak menujukkan makna sebenarnya secara langsung, tetapi
hanya dapat dipahami dengan berbagai indikasi yang
menyertainya, baik yang besifat tekstual maupun kontekstual. 10
Menurut Al-Qardhawī ada ḥadis Nabi yang sangat jelas maknanya
dan sangat singkat bahasanya, sehingga pembaca ḥadits tidak
memerlukan penafsiran atau ta’wilan untuk memahami makna dan
tujuan Nabi Muḥammad Saw. Selain itu, ada juga redaksi Nabi
Muḥammad SAW. yang menggunakan kata majazi, sehingga tidak
mudah dipahami dan tidak semua orang dapat mengetahui secara
pasti tujuan Nabi Muhammad SAW. Ḥadis dalam kategori kedua
biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan yang sarat dengan
simbolisasi. Ungkapan-ungkapan semacam itu sering
dipergunakan Nabi Muḥammad SAW. karena bangsa Arab pada
masa itu sudah terbiasa dengan menggunakan kiasan atau
metafora dan mempunyai rasa bahasa yang tinggi terhadap bahasa
Arab.
7. Membedakan antara Alam Gaib dan Alam Kasatmata
Di antara kandungan-kandungan ḥadis Nabi Muḥammad
SAW. adalah hal-hal yang berkenaan dengan alam ghaib yang
sebagiannya menyangkut makhluk-makhluk yang tidak dapat
dilihat di alammaya. Seperti, Malaikat yang diciptakan Allah

10
Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, Diterjemahkan
oleh Muhammad Al-Baqir, Karisma, Bandung, 1993, hal. 167
84

SWT. dengan tugas-tugas tertentu, begitu juga Jin dan Setan yang
diciptakan untuk menyesatkan manusia, kecuali mereka hamba-
hamba Allah SWT. yang berbeda jalannya. 11
8. Memastikan Makna dan Konotasi dalam Ḥadis
Penting untuk memahami As-sunnah dengan sebaik-
baiknya, memastikan makna dan konotasi kata-kata yang
digunakan dalam susunan As-sunnah, sebab Adakalanya konotasi
kata-kata tertentu berubah karena perubahan dan perbedaan
lingkungan. Masalah ini tentunya akan lebih jelas diketahui oleh
mereka yang mempelajari perkembangan bahasa serta pengaruh
waktu dan tempat hidupnya.
Adakalanya suatu kelompok manusia menggunakan kata-
kata tertentu untuk menunjukkan makna tertentu pula. Sementara
itu, tidak ada batasan untuk menggunakan istilah atau kata-kata
tertentu. Akan tetapi yang dikhawatirkan disini adalah menafsiri
lafadz-lafadz yang tertentu dalam hadits (termasuk pula dalam al-
Qur’an), dengan menggunakan istilah modern. Dari sinilah
seringkali nampak adanya penyimpangan dan kekeliruan. Oleh
karena itu, penguasaan arti dan makna pada dasarnya akan
membantu memahami apa sesungguhnya yang dimaksud oleh
ḥadits secara propesional. 12

D. Analisis Ma’anil Ḥadis Fenomena Cyberbullying


1. Memahami ḥadis sesuai petunjuk al-Qur’an
Untuk memahami hadis tentang cyberbullying didukung oleh

11
Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, Diterjemahkan
oleh Muhammad Al-Baqir, Karisma, Bandung, 1993, hal. 188-189
12
Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW,
Diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir, Karisma, Bandung, 1993, hal. 195
85

al-Qur’an. Al-qur’an telah menyebutkan dalam surat al-Hujurat


ayat 11.
‫ء‬ ‫ان ِّن همن والن ِسَ ءٌۤ س‬ ٍ ‫ان لن يَخرن قاوم س‬
‫ن ِّ ْن ِنس اَۤ ٍن ٌن‬ ‫س‬
‫ن ان خن ي ًر ن ُ ا ا ن‬ ‫ن ع اَىن انن يَّ ُكوُِو ا‬ ‫ن ِّ ْن قا وم ا‬‫ن‬
‫س‬
‫ايايَ اهۤن اََّيي ا ْن ا اِّنُو ا ا ا‬
‫ۤ ۗن زسس س‬
‫ن الس ُمن اَ ُف َُن و ُقن‬ ‫ان ِّن ُه ََّّۚ ْن والن نال سم ُواوان اِ ُفَ ُكمن والن ناناۤز ُن وو س‬
‫ان لالاَا س‬ ‫س‬
‫ن خي ًر ن‬ ‫اع اَىن انن يَّ ُك َّ ْ ا‬
‫ا‬ ‫ا ا ا‬ ‫ءا‬
‫ن ه ُمن اَظنلس ُمو ان ن‬ ‫ك‬
‫ا‬ ‫ى‬ِٕ َ ‫و‬ُۤ‫ا‬‫ف‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ت‬
ُ ‫ن ي‬ َّ
‫ن َّل‬ْ ِّ
‫ن و‬ ‫ن الْيا َّۚس‬
‫ۤن‬ ‫ز ع اد س‬
ُ ‫اا ا‬ ‫ا‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan
jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan)
perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-
olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).
Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah
saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman.
Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang
yang zhalim.”
(QS. Al-Hujurat:11)
Menurut penafsiran Ibn katsir Allah SWT melarang kita
mengejek dan menghina orang lain. Kesombongan ini hukumnya
haram. Boleh jadi orang di hina itu kedudukannya lebih mulia disisi
Allah. Itulah Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, janganlah
kamu mengolok- olokkan kaum yang lain, karena boleh jadi mereka
yang diolok-olok lebih baik dari pada mereka yang mengolok-
olokkan itu. Dan jangan pula wanita mengolok- olokkan wanita
yang lain karena boleh jadi wanita yang diperolok-olok itu lebih
baik daripada wanita yang memperolok-olokkan.” Ayat diatas
berupa larangan bagi laki-laki maupun wanita.13
Firman Allah SWT, “dan janganlah kamu mencela dirimu

13
Muḥammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:
Maktabah Ma’arif, Riyadh, 2000), hal .430.
86

sendiri” ini seperti firman-Nya, “dan janganlah kamu membunuh


dirimu sendiri.” maksud dari penggalan diatas adalahsatu sama lain
saling mencela. Al-Hamz adalah mencela dengan perbuatan.
Sedangkan Al-Lamz adalah mencela dengan sewenang-wenang
terhadap mereka. Dan mengadu domba manusia termasuk mencela
lewat perkataan. Sebagaimana yang telah difirmankan-Nya,
“kecelakaanlah bagi setiap pencela dengan ucapan dan pencela
dengan perbuatan.” (Al-Humazah:1)
Firman Allah selanjutnya, janganlah kalian memanggil
sebahagian kalian dengan gelar yang buruk, “yaitu, janganlah kalian
memanggil sebahagian kalian dengan sebutan yang buruk yang
tidak enak bila di dengar oleh seseorang. Firman Allah selanjutnya,
“seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah
iman.” Yaitu sejelek-jelek sifat dan nama ialah yang buruk. Yaitu
saling memanggil dengan sebutan yang buruk, sebagaimana sifat-
menyifati yang dilakukan oleh orang jahiliyah, setelah kalian masuk
Islam dan kamu memahami keburukannya. “Dan barang siapa yang
tidak bertaubat” dari kelakuan seperti ini,” maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”14
Dalam penafsiran Īmam Jalaluddin Al-Mahalli dan Īmam

Jalaluddin As-Suyuti dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa ‫اين أايَ اهۤن‬

‫ي ْ ن آا اِّنُوا ان ل ن ياَ اخرن‬ ‫َّ س‬


‫اَي ا‬ (Hai orang-orang yang beriman janganlah

berolok-olok) ayat ini diturunkan berkenaan dari deleasi Bani


Tamim sewaktu mereka mengejek orang-orang muslim yang

14
Muḥammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:
Maktabah Ma’arif, Riyadh, 2000), hal.431.
87

miskin, sperti Ammar Ībn Yasir dan Suhaib Ar-Rumī. As-

Sukhriyah artinya merendahkan dan menghina ( ‫ )قا ومن‬suatu kaum,

‫سِّ ْ ن ِسَ ٌٍۤ ن عَىن أان ن ي ُك َّ ْ ن خي ر س‬


‫ان ِّن ن ُه َّ ْن‬
yakni sebahagian diantara kalian.
ً‫ا ا‬ ‫ا اا‬ (

kepada kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang mengolok-
olokkan disisi Allah.15

‫اوال ن ِس اٌَۤن‬ (dan jangan pula wanita-wanita) di antara kalian

َّۚ ‫س‬ ٍ ‫س‬ ‫ء‬


mengolok-olokkan ‫ن والن نان ل سم ُواوا‬
‫ان ِّن ُه َّ ْ ا‬
‫ن خي ر ن‬
ً ‫ن ع اَىن انن يَّ ُك َّ ْ ا‬
‫ ( م ْن ِنٌَۤ ا‬Wanita-
‫ا‬
wanita lain karena boleh jadi Wanita-wanita yang diperolok-
olokkan itu lebih baik dari yang memperolok-olok dan janganlah
ۡ ۡ
‫ن زسٱألان َا سن‬
memanggil kalian janganlah dan ( ‫ب‬ ‫اولا ن نان ناۤزا ُووا‬ lain yang

sebahagian mencela kalian sebahagian yang lain dengan gelar yang


buruk) yaitu janganlah sebagian di antara kalian memanggil
sebagian yang lain dengan nama julukan yang tidak disukainya,
antara lain: hai orang fasik, atau hai orang kafir.
‫زسس س‬
‫ن الس ُمن‬ (seburuk-buruk nama) panggilan yang telah
‫ا‬
disebutkan di atas, yaitu memperolok-olokkan orang lain, mencela

dan memanggil dengan julukan yang buruk ‫ن الْيا َّۚس‬


‫ۤنن‬ ‫( اَ ُفَو ُقن ز ع اد س‬nama
‫ُ ا‬
yang buruk sesudah iman) lafaz al-fusuq merupakan badal dari al
ismu, karena nama panggilan yang dimaksud memberikan
pengertian fasik, juga karena panggilan itu biasanya diulang-ulang

15
Īmam Jalaluddin Al-Maḥalli dan Īmam Jalaluddin As-Sayutī, Terjemahan
Tafsir Jalalain,hal.342
88

َٰٓ
‫ فَأ ُ ْولَئكَ ھُ ُم‬tersebut pebuatan dari) bertaubat tidak yang siapa barang
ۡ
‫ن ياتُبان وُن منسل َّن‬
dan (َّ‫ٱ‬ ‫) اواِّ ْ َّۡن َّل‬ maka mereka itulah orang-orang yang

zalim).
Sedangkan penafsiran Quraish Shihab dalam Tafsir Al-
Misbah bahwasanya surat Al-Ḩujurat ayat 11 ini memberi petunjuk
tentang beberapa hal yang harus dihindari untuk mencegah
timbulnya pertikaian. Allah SWT berfirman memanggil kaum
beriman dengan panggilan mesra: Hai orang-orang yang beriman
janganlah suatu kaum, yakni kelompok pria, mengolok-olok kaum
kelampok pria yang lain karena hal tersebut dapat menimbulkan
pertikaian – walau yang diolok-olok kaum yang lemah – apalagi
boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang
mengolok-olok sehingga dengan demikian yang berolok-olok
melakukan kesalahan berganda.
Pertama mengolok-olok dan kedua yang diolok-olokan lebih
baik dari mereka dan jangan pula wanita-wanita, yakni mengolok-
olok terhadap wanita-wanita lain karena ini menimbulkan keretakan
hubungan antar mereka apalagi boleh jadi mereka, yakni wanita-
wanita yang diperolok-olokan itu, lebih baik dari, yakni wanita
yang mengolok-olok itu, dan janganlah kamu mengejek siapapun
secara sembunyi-sembunyi dengan ucapan, perbuatan, atau isyarat
karena ejekan itu akan menimpa diri kamu sendiri dan janganlah
kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang dinilai buruk
oleh yang kamu panggil walau kamu menilainya benar dan indah –
baik kamu yang menciptakan gelarnya maupun orang lain.
Seburuk-buruk pangilan ialah pangilan kefasikan, yakni
panggilan buruk sesudah iman. Siapa yang bertaubat sesudah
89

melakukan hal-hal buruk itu, maka mereka adalah orang-orang


yang menelusuri jalan lurus dan barang siapa yang tidak bertaubat,
maka mereka itulah orang-orang yang zhalim dan mantap
kezhalimannya dengan menzhalimi orang lain serta dirinya
sendiri. 16

Kata (‫خر‬
‫ )ياَ ا‬yaskhar memperolok-olokan yaitu menyebut
kekurangan pihak lain dengan tujuan menertawakan yang
bersangkutan, baik dengan ucapan, perbuatan, atau tingkah laku.

Kata (‫ )قا وٍن م‬qaum biasa digunakan untuk menunjukan sekelompok

manusia. Bahasa menggunakannya pertama kali untuk kelompok


laki-laki saja karena surat Al-Hujurat ayat 11 ini menyebut pula
secara khusus wanita. Memang, wanita dapat saja masuk dalam
pengertian qaum – bila ditinjau dari penggunaan sekian banyak kata
yang menunjuk kepada laki laki misalnya kata al-mu’minun dapat
saja tercakup di dalamnya al-mu’minat atau wanita-wanita
mu;minah. Namun, ayat di atas mempertegas penyebutan kata nisa’/
perempuan karena ejekan dan “merumpi” lebih banyak terjadi di
kalangan permpuan di bandingkan kalangan laki-laki.

Kata (‫ )نال سم ُواوا‬talmizu terambil dari kata al-lanz. Para ulama

berbeda pendapat dalam memaknai kata ini. Ibn’ Asyur misalnya,


memahaminya dengan arti ejekan yang langsung dihadapkan
kepada yang diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan, atau kata-
kata yng dipahami sebagai ejekan atau ancaman. Ini adalah salah

16
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati 2009) hal 605-
607
90

satu bentuk kekurang ajaran dan penganiyayaan.


Ayat diatas melarang melakukan al-lamz terhadap diri
sendiri sedang maksudnya adalah orang lain. Redaksi tersebut
dipilih untuk mengisyaratkan kesatuan masyarakat dan bagaimana
seharusnya seseorang merasakan bahwa penderitaan dan kehinaan
yang menimpa orang lain menimpa pula dirinya sendiri. Di sisi lain,
tentu saja siapa yang mengejek orang lain maka dampak buruk
ejekan itu menimpa si pengejek, bahkan tidak mustahil ia
memperoleh ejekan yang lebih buruk daripada yang diejek itu. Bisa
juga larangan ini memang ditujukan kepada masing-masing dalam
arti jangan melakukan sesuatu aktivitas yang mengundang orang
menghina dan mengejek anda karena, jika demikian, anda bagaikan
mengejek diri sendiri.
‫س‬
Firman-Nya : ( ‫ن ِّن ُهمن‬
‫ن خي را ن‬
‫ ) اع اَى ن ان ن يَّ ُكوُِوا ا‬Asa an yakunu
ً
khairan min hum/ boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik
dari mereka yang mengolok-olok mengisyaratkan tentang adanya
tolak ukur kemulyaan yang menjadi dasar penilaian Allah yang
boleh jadi berbeda dengan tolak ukur manusia secara umum.
Memang, banyak nilai yang dianggap baik oleh sementara orang
terhadap diri mereka atau orang lain justru sangat keliru. Kekeliruan
itu mengantar mereka menghina dan melecehkan pihak lain.
Padahal, jika mereka menggunakan dasar penilaian yang ditetapkan
Allah, maka mereka, tidak akan menghina atau mengejek.

Kata (‫)ناناۤزا ُووا‬ tanabazu terambil dari kata an-nabz, yakni

gelar buruk. at-tanabuz adalah saling memberi gelar buruk.


Larangan ini menggunakan bentuk kata yang mengandung makna
91

timbal balik, berbeda dengan larangan al-lanz pada penggalan


sebelumnya. Ini bukan saja karena biasanya disampaikan secara
terang-terangan dengan memanggil yang bersangkutan. Hal ini
mengundang siapa yang tersingung dengan panggilan buruk itu
membalas dengan memangil yang memanggilnya pula dengan gelar
buruk sehingga terjadi tanabuz.
Perlu dicatat bahwa terdapat sekian gelar yang secara
lahiriah dapat dinilai gelar buruk tetapi karena ia sedemikian
popular dan penyandangnya pun tidak lagi keberatan dengan gelar
itu maka di sini menyebut gelar tersebut dapat ditoleransi oleh
agama.
Misalnya, Ābū Hurairah, yang nama aslinya adalah 66
Abdurrahman Ībn Shakhr, atau Ābū Turab untuk sayyidina Alī Ībn
Abi Thalib. Bahkan, al-A’raj (si pincang) untuk perawi ḥadist
kenamaan Abdurrahman Ībn Hurmuz dan al-A’masy (si rabun) bagi
sulaiman Ībn Mahran, dan lain sebagainya.
Kata (‫ )اِل ْس ُم‬al-ism yang dimaksud oleh ayat ini bukan dalam
arti nama tetapi sebutan. Dengan demikian, ayat di atas bagaikan
menanyakan:”seburuk-buruk sebutan adalah menyebut seseorang
dengan sebutan yang mengandung makna kefasikan setelah ia
disifati dengan sifat keimanan.”Ini karena keimanan bertentangan
dengan kefasikan. Ada juga yang memahami kata al-ism dalam arti
tanda dan jika demikian ayat ini berarti:”Seburuk-buruk tanda
pengenalan yang disandangkan kepada seseorang setelah ia beriman
adalah memeperkenalkannya dengan perbuatan dosa yang pernah
dilakukannya.” Misalnya dengan memperkenalkan seseorang
dengan sebutan si Pembobol bank atau pencuri dan lain-lain.
92

Jika dikaitkan dengan ḥadits dalam pembahasan ini, maka


akan didapati bahwasannya ayat al-Qur’an meyebutkan bahwa
seorang muslim dilarang untuk saling mencela, mengolok-olok,
mengucapkan perkataan yang kotor. Perbuatan tersebut merupakan
sebuah perbuatan keji dan dilarang oleh Allah SWT .
2. Mengumpulkan ḥadis yang satu tema
Untuk memahami hadis secara sempurna menurut Yusuf Al-
Qardhawī harus dihimpun semua dalam tema yang sama, sehingga
bisa dilakukan untuk pemahaman mutasyabih dibawa ke muḥkam,
mutlak ke muqayyad, ‘Am ke khas, karena memahami hadis hanya
dari sisi lahiriahnya saja seringkali menjerumuskan pada
pemahaman yang salah dan jauh dari konteks ḥadis.17
Langkah yang ditempuh adalah mengumpulkan ḥadis yang satu
tema dalam pencarian ḥadits tentang cyberbullying menggunakan
kitab Mu’jam Al-Mufarras li Al-Fadzi Al-Hadits An-Nabawi yang
disusun A.J Wensik bahwa hadits utama dalam penelitian ini
terdapat dalam kitab Al-Tirmizī dan Āḥmad b. Ḥambal dengan
diriwayatkan oleh 7 jalur periwayat.
Jika dilihat dari jalur Āḥmad b. Ḥambal, sanad hadis adalah
shahih begitupun dari jalur Tirmidzi. Ḥadits-ḥadis tersebut sudah
dipaparkan didalam bab 3 poin A. Ḥadis tersebut tidak ada yang
bertentangan dan semua ḥadits tersebut memberikan makna bahwa
Rasulullah SAW melarang kaum muslimin untuk tidak
mengucapkan perkataan kotor, mengolok-olok dan saling mencela.

17
Yusuf al-Qardhawī, Kajian Kritik Pemahaman Hadis: Antara Pemahaman
Tekstual dan Kontekstual, terj. A. Najuyullah dan Hidayatullah, (Jakarta: Islamuna
Press, 1991) hal 113
93

3. Memahami ḥadis berdasarkan latar belakang, kondisi dan


tujuan
Langkah-langkah yang ditempuh oleh para ahli ḥadits untuk
mengetahui makna ḥadis, salah satunya adalah mencari latar
belakang diriwayatkan ḥadis tersebut. Diketahuinya asbabul wurud
ḥadis, maka akan mempermudah dalam memahami makna sebuah
ḥadits. 18 Tetapi tidak semua ḥadits mempunyai asbabul wurud,
untuk itu ada tiga hal pokok yang melatarbelakangi timbulnya suatu
hadis yakitu :
a) Ḥadis yang mempunyai asbabul wurud
b) Ḥadis yang tidak mempunyai asbabul wurud secara
khusus
c) Ḥadis yang diriwayatkan sesuai dengan keadaan yang
terjadi atau keadaan yang sedang berkembang.
Ḥadis yang berkenaan dengan cyberbullying ini termasuk pada
bagian ḥadits yang memiliki asbabul wurud secara khusus, dan
ḥadis tersebut merupakan ḥadis yang disabdakan Rasulallah SAW
kepada Ābū bakar sebagai nasihat pentingnya menjalin kerukunan
satu sama lain dan menghindari segala bentuk perbuatan yang dapat
mengakibatkan perpecahan, salah satunya yaitu merendahkan satu
sama lain. Seorang Muslim tidak semestinya mengucapkan hal yang
sia-sia, apalagi sampai menyakiti hati orang lain dengan cara
melaknat, mengolok-olok dan mengatakan perkataan yang kotor.
Rasulullah SAW bersabda ”Seorang mukmin bukanlah
pengutuk”. Aisyah RA, berkata ketika Rasulullah mendengar Ābū

18
Arifuddin Āḥmad, Paradigma Baru Memahami Hadits Nabi,Insan
Cemerlang (Jakarta, 2005) hal 234
94

Bakar mengutuk sebagian budaknya, maka Rasulullah SAW.


menoleh kepadanya seraya berkata, “Wahai Ābū Bakar, apakah
orang siddiq itu pengutuk? Demi tuhan yang mempunyai ka`bah,
janganlah sekali-kali berbuat demikian.” Rasulullah mengulangi
kata-katanya hingga dua sampai tiga kali. Lalu Abu Bakar
memerdekakan budaknya pada hari itu juga. Ia mendatangi
Rasulullah kemudian berjanji, ”Aku tidak akan mengulangi”
Kutukan yang ditujukkan kepada orang tertentu tidak diperbolehkan
kecuali kepada golongan yang menjauhkan diri dari Allah Azza wa
Jalla, sebagaimana orang kafir atau orang zalim. Perumpamaan
perkataan “Mudah-mudahan kutukan Allah menimpakan orang
kafir dan orang zalim.” Mengutuk hendaknya diikuti dengan
keterangan yang telah dijelaskan dalam syariat, karena dalam
kutukan terdapat bahaya yaitu menghukumi orang yang terlaknat
jauh dari Allah Taala. Padahal hukum yang demikian perkara gaib,
hanya Allah yang mengetahui. 19
4. Memahami makna kata per-kata
Dalam pemaparan ini, penulis menggunakan hadis riwayat
Āḥmad bin Ḥambal yang merupakan ḥadits utama dalam penelitian
ini.
Secara kebahasaan sebagaimana istilah yang disebut dalam teks
matan hadis yang dijadikan kajian. Sebagaimana disyaratkan
sebagai berikut :

19
Īmam al-Ghazalī, Mencegah & Mengatasi Bahaya Lisan terj. Muḥammad
Nuh, hal 77-78.
95

‫ن‬. ‫ن أيقن فۤعلن اَفحشن أون قۤئل‬.)‫قۤ ن از ْن زطۤ ن يفن قوَ قن (ولن اَفۤحش‬
َّ
‫اَظۤهرن أنن‬
‫ن و‬.‫ن قيلن أيقن اَشۤمت‬، َۤ‫ن وفع‬، ِّ‫ويفن اَنهۤيةن أيقن ِّ ْن َ ن اَفحشن يفن كال‬
.‫املرادن ز ن اَشتمن اَابيحن اَيين يابحن ذكره‬
‫ن زعضن اَشن َّراح‬
ُ َۤ‫ن كمۤن ق‬، َ ‫ن وهون اَيين لن حيٌۤن‬...)ٌ‫ن (ولن اَبيي‬.
‫ اَلا َّعۤن‬Dalam kamus bahasa arab adalah melaknat.20
Laknat adalah menjauhkan dan membuang dari kebaikan. Sinonim
melaknat antara lain: mengutuk, menyerapahi, menyumpahi.
Kesemuanya merupakan kata-kata yang jauh dari kebaikan. Laknat
atau kutukan adalah sebuah ungkapan mengusir atau menjauhkan
yang dilaknat dari rahmat Allah. Melaknat sama halnya dengan
mendoakan agar orang jauh dari rahmat Allah. Dalam kamus bahasa

arab, kata ٌ‫ زيي‬yang mempunyai arti tidak sopan, jahat, keji, kotor

21
(tajam) lidah, cabul, hina, sangat rendah Kata-kata cabul biasanya
menyangkut alat kelamin, aurat, dan hubungan suami istri yang
diungkapkan dengan kata-kata yang vulgar. Allah menyebut
persetubuhan dengan lamasa an-nisa’ (menyentuh wanita)
atau dukhul (masuk). Kata-kata yang tidak sopan adalah ungkapan
tentang hal-hal yang dianggap buruk dengan kata-kata yang jelas atau
vulgar.

20
Mahmud Yunus, Kamus arab indonesia(Jakarta:Mahmud yunus wa
dzuriyyah,2010) hal 398
21
Mahmud Yunus, Kamus arab indonesia(Jakarta:Mahmud yunus wa
dzuriyyah,2010) hal 59
96

Demikian juga dengan kata ‫ فۤحش‬berarti yang kotor, yang keji, yang

jahat,melaknat, melampaui batas, diluar batas kewajaran. 22 Bisa juga

berarti cacian atau celaan. Jika orientasi dari makna ‫فۤحش‬ ditarik

yaitu merendahkan suatu hal, maka dapat ditemukan korelasi makna


dengan tindakan cyberbullying, yaitu merendahkan orang lain.
ٍ ‫اَطا َّع‬
‫ۤنن‬ adalah mencela, mencerca.23 Orang yang suka berkata-

kata yang menyinggung kehormatan orang lain dengan mencela,


mencaci, menghibah, dan lain-lain yang sejenis dengannya. Cela
adalah sesuatu yang menyebabkan kurang sempurna. Padan katanya
adalah, aib, cacat, borok, keburukan, kejelekan, kekurangan,
kenistaan, kritik, noda, retak. Mencela adalah mengatakan bahwa
pada sesuatu ada celanya.

Budi pekerti dalam Islam mempunyai prioritas yang utama,


karena diutusnya Nabi untuk menyempurnakan Budi pekerti dan
memperindah serta melengkapinya. Maka seyogyanya setiap orang
yang beriman untuk berbudi pekerti yang mulia dan meninggalkan
sikap yang tercela.

Dan dalam ḥadis ini Rasulullah bersabda: "Bukanlah orang


yang beriman" menjadi sebab belum purnanya iman seseorang, atau
bukan menjadi Budi pekertinya seorang yang beriman adalah menjadi
sang pencerca. Maksudnya adalah mencerca setiap manusia dan

22
Mahmud Yunus, Kamus arab indonesia(Jakarta:Mahmud yunus wa
dzuriyyah,2010) hal 308
23
Mahmud Yunus, Kamus arab indonesia(Jakarta:Mahmud yunus wa
dzuriyyah,2010) hal 236
97

menyebarkan aib mereka serta melakukan hal yang sedemikian rupa


agar mereka terancam dan memfitnah mereka. Dan bukanlah orang
yang suka melaknat, dan bukan tanda orang yang mempunyai budi
pekerti yang luhur ketika sering melaknat manusia dan mencercanya,
dan mendoakan mereka agar jauh dari kasih sayang Allah.
Bukan orang yang keji, bukan tanda seorang mempunyai budi
pekerti yang luhur ketika tercela perbuatan dan perkataannya atau
tidak menjadi sang pencaci manusia. Dan bukan sang mulut kotor,
Lancang dan tak mempunyai malu, atau kejinya ucapan serta
kotornya lisannya, keduanya mempunyai makna berdekatan
mencakup arti tercelanya ucapan dan tindakan, dan hal semacam ini
seyogyanya dijauhi seorang yang benar benar beriman.
Secara umum, ḥadis tersebut menjelaskan bahwa mencela
orang lain, berbuat keji dan mengatakan dengan perkataan yang kotor
merupakan suatu bentuk sikap merendahkan orang lain.
Cyberbullying merupakan tindakan yang berorientasi pada sikap
merendahkan korbannya dimedia sosial, baik secara fisik maupun
psikisnya.

E. Kontekstualisasi Ḥadis
Di zaman modern saat ini, berkembang pula cara orang dapat
membully sesamanya. Media sosial merupakan sebuah media online
dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi
dan menciptakan isi. Bullying mengunakan media sosial sering
dikenal dengan sebutan cyberbullying. Istilah ini merujuk pada
penggunaan teknologi informasi untuk menggertak orang dengan
98

mengirim atau posting teks yang bersifat mengintimidasi atau


mengancam.24
Dengan adanya sosial media dan internet, seseorang dengan
mudah berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Di sosial media
lebih mudah menyampaikan aspirasi dan pendapat. Akan tetapi sosial
media ada juga sisi negatifnya, yaitu setiap orang bebas berbicara
negatif, mencaci dan mencela. Lebih bebas daripada di dunia nyata
karena ia bisa sembunyi di balik akun sosial media yang ia punya,
bisa lebih berani karena tersembunyi dan bisa lebih lari dari tanggung
jawab.
Sebagai seorang mukmin, tentu sangat tidak layak berbicara
kasar, mencela dan melaknat kapanpun dam di mana pun, baik di
dunia nyata maupun dunia maya.
Perlu ditegaskan di sini bahwa praktik kehidupan zaman Nabi
Muḥammad SAW tentu sangat berbeda dengan kehidupan zaman
sekarang. Cyberbullying sebagai suatu tindak kejahatan siber
(cybercrime) merupakan bentuk kejahatan konvensional yang
dilakukan melalui dunia internet. Pada zaman Rasulullah SAW
belum ditemukan teknologi komputer dan internet sebagai alat dalam
melakukan kejahatan tersebut. Maka dari itu tidak ada satu ayat atau
ḥadits yang menyebutkan secara jelas mengenai eksistensi kejahatan
siber seperti kasus cyberbullying yang marak terjada pada era digital
seperti saat ini.
Memang, dalam Ḥadis tidak disebutkan secara eksplisit tentang

cyberbullying, namun terdapat kata-kata seperti ‫اَطا َّع ٍن‬


‫فۤحش‬, ٌ‫زيي‬, ‫ۤن‬

24
Donna Cross dan Jenny Walker Sheri Bauman, Principles of Cyberbullying
(New York: Taylo ang Francis Group, 2013), hal 23
99

dan ‫اَلا َّعۤن‬ yang mempunyai arti kotor, mencela, keji, melaknat. Hal

tersebut, tentu saja sejalan dengan fenomena cyberbullying saat ini


yaitu menghina dan merendahkan orang lain disosial media.
Hadis riwayat Āḥmad b. Ḥambal yang menjadi objek utama
kajian ini telah menjadi starting point atas ḥadits-ḥadits lain yang
membahas tentang tindakan ihtiqar atau merendahkan orang lain.
Permulaan pembahasan ini adalah ḥadis riwayat Āḥmad b. Ḥambal
yang menjustifikasi perbuatan merendahkan orang lain dengan label
“orang jelek” secara perilaku. Lalu berangkat dari justifikasi yang
masih bersifat umum tersebut, ḥadits-ḥadits tentang merendahkan
orang lain dimunculkan oleh penulis dan saling bertautan satu sama
lain dalam rangka menjelaskan tentang fenomena bullying yang pada
era saat ini popular dengan cyberbullying (pembullyian disosial
media).
Secara tersirat, hadis Āḥmad b. Ḥambal yang kemudian konten
atau isinya dilengkapi oleh ḥadis Tirmidzī, menunjukkan makna
larangan untuk berbuat keji dengan saling benci, saling mengejek dan
mengatakan perkataan yang kotor dengan berlaku baik terhadap
sesama manusia. Hingga pada akhirnya, ḥadits tersebut secara
spesifik berpesan agar jangan merendahkan orang lain. Jika
dicermati, sikap saling dengki, saling benci, saling ejek dan
mengambil hak orang lain adalah sikap yang berorientasi pada
perendahan atas orang lain. Ḥadits tersebut memberikan final
statement berupa urgensi untuk menghargai sesama manusia, atau
lebih kepada nilai manusiawi yang harus tetap dijaga untuk tetap
memanusiakan manusia
100

Dari berbagai nash-nash tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa


seseorang tidak boleh menghina atau melecehkan (mem-bully) orang
lain secara verbal ataupun fisik, baik itu karena kemiskinannya,
karena keturunan agamanya, strata sosialnya atau karena keluarganya
memiliki aib/cela.25 Membully dilarang bukan saja karena
menimbulkan perasaan malu bagi korban karena kehormatan dirinya
dijatuhkan, tapi juga terselip perasaan bahwa pelaku yang membully
lebih baik dari orang lain sehingga seseorang berhak melecehkan
mereka, atau bisa jadi terselip perasaan iri hati bahwa orang lain itu
lebih baik dari pelaku dan untuk menutupi ketidaksukaan akan
kelebihan mereka, maka orang tersebut mem-bully mereka. Merusak
kehormatan orang lain, memiliki perasaan sombong lebih baik dari
orang lain atau dengki/iri hati akan kelebihan yang lain semuanya
tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.

25
Hosen, N, Tafsir Al-Quran di Medsos : Mengkaji Makna dan Rahasia Ayat
Suci pada Era Media Sosial, (Bentang pustaka : Yogyakarta), 2017
101

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya dapat
diberikan beberapa poin kesimpulan sebagai jawaban atas sub-sub
masalah yang dibahas dalam penelitian tentang cyberbullying dalam
perspektif ḥadis dengan kajian ma’anil ḥadis. Dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Hadis tentang Cyberbullying (kajian ilmu ma’anil ḥadis) adalah
ḥadis yang kualitasnya shahih karena setelah dianalisis, perawi
dalam jalur sanadnya dinilai tsiqah dan adil oleh ulama ḥadis.
2. Seiring dengan perkembangan teknologi, informasi, dan
komunikasi serta kemajuan masyarakat yang terus berkembang
justru memberikan pengaruh yang berkebalikan. Jika zaman
sekarang seseorang dengan mudah melakukan tindakan
merendahkan orang lain disosial media tanpa harus mengetahui
siapa pelakunya.
Berbeda dengan zaman Nabi Muhammad SAW yang belum
ditemukan teknologi, tindakan merendahkan orang lain
dilakukan secara langsung dan secara terus terang.
Penelitian ini menjelaskan larangan seseorang untuk tidak
merendahkan orang lain baik didunia maya ataupun didunia
nyata meskipun konteks hadisnya berbeda akan tetapi
pemahamannya sama.

101
102

B. Saran
Dari hasil uraian tentang ḥadis cyberbullying yang menjadi
tema dalam skripsi ini, penulis menganjurkan pembaca untuk
mentaati perintah Allah SWT dan meneladani Nabi Muhammad
SAW dengan menaati sunnah beliau yakni menjaga lisan, tidak
berlebihan dalam berbicara sesuatu yang tidak penting, menjauhi
perkataan yang kotor di sosial media agar tidak terjerumus oleh
dampak yang ditimbulkan oleh kesalahan lisan sendiri.
Penelitian skripsi ini tentunya masih banyak kekurangannya.
Skripsi ini dibuat oleh penulis dengan segala kemampuan dan
keterbatasan. Maka dari itu, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan-kekurangan sehingga untuk mencapai kesempurnaan itu
diharapkan agar pembaca dapat memberi saran dan kritik untuk
membangun dan lebih sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini
bisa bermanfaat bagi para pembaca sebagai sumber referensi untuk
penyusunan skrispi selanjutnya.
103

DAFTAR PUSTAKA

Aisiyai & Ifeoma. 2015. Exploring bullying in nigerian secondary school


and school administrators strategies for its’ management
department of educational administration and policy studies.
Journal of Educational and Social Research volume. 5 no. 2

Anwar, Yesmil. 2009. Saat Menuai Kejahatan; Sebuah Pendekatan


Sosiokultural Kriminologi, Hukum dan HAM. Bandung: PT
Refika Aditama

AJ. Wensink. 1936. Al-Mu’jam Al-Mifahras Lialfadz Al-Hadits Al-


Nabawai. Leiden:Maktabah

Al-Asqalany, Ahmad bin Ali bin Hajar. 1984. Tahdzib al-Tahdzib. Beirut:
Dar al-Fikr

Al-Asqalany, Ahmad bin Ali bin Hajar. 1984. Tahdzib al-Tahdzib. Beirut:
Dar al-Fikr

Arikunto, Suharsini. 1996. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Astuti, Ponny Retno. 2008. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif
Menanggulangi Kekerasan Pada Anak. Jakarta:Gramedia
Widiasarana Indonesia

Barlow, J. P. Appendix. 1996. Crime and Puzzlement. High Noon on the


Electronic Frontier: Journal Conceptual Issues in Cyberspace
Chadwick. 2014. Impacts of Cyberbullying, Building Social and
Emotional Resilence. North Ryde Australia : Springer

Choria Utami, Yana. 2014. Cyberbullying di Kalangan Remaja (Studi


tentang Korban Cyberbullying di Kalangan Remaja Surabaya).
Jurnal Universitas Airlangga, volume 3 nomor 3

Darly Albert Reppy. 2016. Cyber-Bullying sebagai Suatu Kejahatan


Teknologi ditinjau dari UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Journal Lex Privatium
Volume. 4 Nomor. 7
104

Donna Cross dan Jenny Walker Sheri Bauman. 2013. Principles of


Cyberbullying . New York: Taylo ang Francis Group

Elgar, J, F, Napoletano, A, Saul, G, Dirks, M. A, Craig, W, Poteat, P,


Holt, M, & Koening. 2014. Cyberbullying victimization and mental
health in adolescents and the moderating role of family dinners.
Journal JAMA Pediatrics volume .11 no. 168

Fahy, A. E, Stansfeld, S. A, Smuk, M., Smith, N. R, cummins, S, &


Clark. 2006. C.Longitudinal associations between cyberbullying
involvement and adolescent mentalhealth. Journal of Adolescent
Health

Flourensia Sapty Rahayu. 2012. Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif


Penggunaan Teknologi dan Informasi, Journal of Information
Systems volume. 8 nomor. 1

Gerald, Kathryn. 2017. Intervensi praktis bagi remaja beresiko.


Yogyakarta: Pustaka pelajar

Al-Ghazali, Imam. Mencegah & Mengatasi Bahaya Lisan terj


Muhammad Nuh

Ghony, Djunaidi. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:


Ar-Ruz Media

Rahman, Fathur. 2016. Analisis Meningkatnya Kejahatan Cyberbullying


dan Hatespeech Menggunakan Berbagai Media Sosial dan Metode
Pencegahannya. SNIPTEK

Hidajat, M., Adam, Ronald A, Danaparamita, M, & Suhendrik.


2015.Dampak Media Sosial Dalam Cyber Bullying. Jurnal
ComTech Volume. 6 Nomor. 1

Hosen, N. 2017. Tafsir Al-Quran di Medsos : Mengkaji Makna dan


Rahasia Ayat Suci pada Era Media Sosial. Yogyakarta:Bentang
pustaka
Hosen Tabik, Nadirsyah. Ketika Ilmuwan, Ulama, dan Profesor di-bully
di medsos. Australia: Monash Law School.
105

Jalaluddin Al-Mahalli, Imam. dan Jalaluddin As-Sayuti, Imam.


Terjemahan Tafsir Jalalain

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi. 1983. Tahdzîb al-Kamâl fȋ


Asmâ` al-Rijâl. Beirut: Mu`assasah Risalah

Laeheem, K. 2013. Guidelines for solving bullying behaviors among


islamic private schoolstudents in songkhla province. Journal Asian
Social Science volume. 9 no. 11

Nurhadiyanto, Lucky. 2020. Analisis Cyberbullying Dalam Perspektif


Teori Aktivitas Rutin Pada Pelajar SMA di Wilayah Jakarta
Selatan. Jurnal IKRA-ITH Humaniora Volume. 4 No. 2

Rifaudin, Machsun. 2016. Fenomena Cyberbullying pada Remaja (Studi


Analisis Media Sosial Facebook). Jurnal Ilmu Perpustakaan,
Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, vol 4

Majid Khon, Abdul. 2005. Ulumul Hadis . Jakarta: PSW UIN Jakarta

Muhadjir ,Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan


Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme
Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama. Yogyakarta:
Rake Sarasin.

Muliadi. 1996. Aspek Kriminologis Dalam Penanggulangan Kejahatan.


Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1
Mustaqim,Abdul. 2016. Ilmu Ma’anil Hadis Paradigma Interkoneksi.
Yogyakarta:Idea Pres

Nasib Ar-Rifa’i, Muhammad. 2000. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.


Jakarta: Maktabah Ma’arif

Nur Muhlishotin, Maulida. 2017. Cyberbullying Perspektif Hukum


Pidana Islam. Jurnal Hukum Pidana Islam vol.3 no 3

Notar, Charles E, Padgett, Sharon, Roden, Jessica. 2016. Cyberbullying:


A Review of the Literature. Journal of Educational Research volume
1 nomor 1
106

Omniyi, I. 2013. Bullying in schools: psychological implications and


counselling interventions. Journal of Education and Practice
volume. 4 no. 8

Al-Qardhawi, Yusuf. 1991. Kajian Kritik Pemahaman Hadis: Antara


Pemahaman Tekstual dan Kontekstual, terj. A. Najuyullah dan
Hidayatullah. Jakarta: Islamuna Press

Al-Qardhawi, Yusuf.1993. Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, terj.


Muhammad Al- Baqir. Bandung : Karisma

Quraish Shihab, Muhammad. 1999. Membumikan al-Qur’an,


Bandung:Mizan.
Quraish shihab, Muhammad. 2009. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera
Hati

Riauskina, I.I. Djuwita, R. dan Soesetio, S.R.2006. Gencet-gencetan


dimata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti,
scenario, dan dampak gencet-gencetan. Jurnal Psikologi Sosial.
Volume. 12 nomor 1

Safaria, T. 2016. Prevalence and Impact of Cyberbullying in a Sample of


Indonesian Junior High School Students. Journal of Educational
Technology volume. 15 nomor. 1
Sakban,Abdul.Sahrul. 2012. Pencegahan Cyberbullying di Indonesia.
Yogyakarta:Budi Utama.

Sitompul. 2012. J. Cyberspace, Cybercrimes, Cyberlaw: Tinjauan Aspek


Hukum Pidana. PT Tatanusa

Syah, R., & Hermawati. 2008. Upaya Pencegahan Kasus Cyberbullying


Bagi Remaja Pengguna Media Sosial di Indonesia. Jurnal PKS
volume. 17 no. 2

Syuhudi Ismail, Muhammad. 1992. Metodologi Penelitian Hadis Nabi .


Jakarta: Bulan Bintang.
Al-Tahan, Mahmud. 2015. Ushul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, terj.
M.Ridwan Nasir Surabaya:IMTIYAZ.
107

Tosun, N. 2016. Cyberbully and Victim Experiences of Pre-service


Teachers. European Journal of Contemporary Education. Volume
15 nomor 1

Townsend, M.C. 2019. Psychiatric Mental Health Nursing: Conceps of


Care in Evidence-Based Practice. Philadelphia: F.A Davis
Company

Triyono, Rimadani. 2019. Dampak Cyberbullying di Media Sosial pada


Remaja dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan
Konseling (Studi Kasus pada Klien Xdi Padang Utara Kota
Padang). Jurnal Neo Konseling volume. 1 no. 1

Hamro, Zunari . 2021. Fenomena Cyberbullying Pada Kalangan Remaja


di Dunia Maya dalam https://pilarpkbijateng.or.id,
Yunus, Mahmud. 2010. Kamus arab Indonesia. Jakarta:Mahmud yunus
wa dzuriyyah
Az-Zuhaili, Wahbah. 2013. Tafsir Al-Wasith. Jakarta: Gema Insani
108

Lampiran 1

1. Flaming (Amarah)

Berikut adalah contoh dari fenomena cyberbullying kategori Flaming


yaitu diambil dari kasus penyanyi Nissa Sabyan, setelah beberapa waktu
yang lalu mendapatkan kasus yang santer dimedia sosial. Kemudian akun
instagram Nissa sabyan di banjiri oleh komentar negatif dari netizen.
109

Gambar komentar netizen di akun instagram pribadi Nissa Sabyan


(Sumber Instagram)
110

Lampiran 2

a. Online Harassment (Pelecehan)

Berikut adalah contoh dari fenomena cyberbullying kategori Online


Harassment yaitu diambil dari kasus presenter olahraga Fina Phillipe yang
mengalami pelecehan seksual setelah dirinya mengupload foto taekwondo
di akun Instagram pribadinya.

Gambar komentar salah satu netizen di akun Instagram pribadi Fina


Phillipe
(Sumber Instagram)
111

Lampiran 3
b. Outing (Tipu Daya)
Berikut adalah contoh dari fenomena cyberbullying kategori Outing yaitu
diambil dari kasus Betran Peto/anak angkat dari artis Ruben Onsu yang
mengalami tindakan cyberbullying berupa fotonya diedit seperti hewan
babi dan artis Nagita Slavina yang fotonya diedit menggunakan kalung
salib.

Gambar tipu daya (editan) di akun Instagram yang tidak diketahui siapa
pemiliknya
(Sumber Instagram)

111
112

Gambar tipu daya (editan) di akun Instagram yang tidak diketahui siapa
pemiliknya
(Sumber Instagram)

112
113

Lampiran 4

c. Dinegration (Fitnah atau hoax)

Berikut adalah contoh dari fenomena cyberbullying kategori Dinegration


yaitu diambil dari kasus Adelia Pasha yang merupakan isteri dari
penyanyi Pasha Ungu yang mengalami tindakan cyberbullying berupa
hoax dan kasus hoax banner peraturan mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah diubah oleh oknum yg tidak bertanggung
jawab sehingga viral disosial media.

Gambar hoax di akun Facebook yang menginformasikan bahwa Adelia


Pasha meninggal dunia
(Sumber Facebook)

113
114

Gambar hoax berupa mengubah peraturan yang ada dibanner sehingga


viral dimedia sosial
(Sumber WhatsApp)

114
115

Lampiran 5
d. Cyberstalking (Penguntitan)
Berikut adalah contoh dari fenomena cyberbullying kategori
Cyberstalking yaitu diambil dari kasus selebgram Nora Alexandra yang
mengalami penguntitan berupa pengancaman diakun Instagram
pribadinya.

Gambar penguntitan yang berupa ancaman membahayakan atau pesan-


pesan yang mengintimidasi
(Sumber Instagram)

115
116

Lampiran 6
e. Exclusion (Pengucilan)

Berikut adalah contoh dari fenomena cyberbullying kategori Exclusion


yaitu diambil dari kasus penyanyi cilik Adyla Rafa Naura Ayu yang
mengalami pengucilan di online grub atau forum media sosial.

Gambar yang berupa pengucilan dari para haters (pembenci) Adyla Rafa
Naura Ayu di beberapa akun Instagram
(Sumber Instagram)

116

Anda mungkin juga menyukai