Anda di halaman 1dari 55

BAB III

PELAKSANAAN RENCAN TINDAK LANJUT


PROGRAM PENGAWASAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Guru Melalui Supervisi Akademik


3.1.1 Deskripsi Persiapan Pembinaan Guru
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki pengawas adalah Kompetensi
Supervisi Akademik diantaranya membimbing guru dalam menyusun rencana
pembelajaran (RPP), membimbing guru dalam memilih dan menggunakan media
pendidikan yang sesuai, membimbing guru dalam melaksanakan Strategi/ metode
/teknik pembelajaran, membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Pembinaan guru melalui supervisi akademik yang merupakan salah satu tugas calon
pengawas sekolah dilaksankan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tahapan persiapan
1) Calon pengawas sekolah menyusun Rencana Pengawasan Akademik
(RPA).
2) Menyampaikan permohonan izin kepada kepala sekolah untuk
melaksanakan kegiatan supervisi akademik.
3) Menentukan sasaran kegiatan, yaitu lima guru supervisi akademik.
4) Mensosialisasikan jadwal pelaksanaan supervisi kepada kepala sekolah
dan guru yang di supervisi.
5) Menyiapkan instrumen supervisi akademik, meliputi instrumen telaah
RPP, instrument pra observasi, instrumen observasi pelaksanaan
pembelajaran, instrument pasca observasi, dan monov pelaksanaan
supervisi akademik.
6) Membuat daftar hadir pelaksanaan supervisi akademik
7) Membuat surat keterangan melaksanakan tugas pembinaan guru melaului
supervisi akademik

36
37

b. Palaksanaan Supervisi
Supervisi akademik dilaksanakan sebanyak satu kali untuk masing-
masing guru. Kegiatan supervisi ini dilakukan terhadap lima orang guru yang
bersedia sebagai subyek pengamatan. Guru yang bersedia untuk di supervisi
merupakan guru junior. Adapun langkah-langkah kegiatan pada kedua siklus itu
sama, yaitu sebagai berikut:
1) Pertemuan pra observasi (pertemuan awal)
2) Observasi (pengamatan pembelajaran)
3) Pasca observasi (pertemuan umpan balik)
Langkah 1. Pertemuan pra observasi (Pertemuan Awal)
Pertemuan awal dilakukan sebelum pelaksanaan observasi, pada
pertemuan awal ini terjalin komunikasi yang akrab antara supervisor dengan
guru, guru meraasa tidak canggung. Pada pertemuan awal ini disepakati bersama
tentang persiapan yang dibuat guru, rencana waktu pelaksanaan, serta instrumen
yang akan digunakan.
Langkah 2. Observasi (Pengamatan Pembelajaran)
Pada pelaksanaan pengamatan pembelajaran, supervisor membiarkan
guru melakukan aktivitasnya sesuai yang sudah dipersiapkan. Supervisor
mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa menggunakan instrumen
observasi pembelajaran apa adanya tanpa interpretasi pribadi. Kegiatan
pengamatan tidak mengganggu aktivitas pembelajaran.
Langkah 3. Pasca Observasi (Pertemuan Umpan Balik)
Tahap ini dilakukan setelah supervisor selesai malakukan observasi.
Pertemuan umpan balik dilaksanakan langsung pada hari itu juga. Pada kegiatan
ini supervisor bertemu dengan guru untuk melakukan hal-hal berikut:
1. Menanyakan pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang baru
selesai dilaksanakan.
2. Supervisor menunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan),
memberikan kesempatan pada guru untuk mencermatinya.
38

3. Berdisikusi secara terbuka membahas tentang hasil observasi terutama pada


fokus yang telah disepakati, dengan menghindari kesan menyalahkan, guru
diusahakan menemukan sendiri kekurangannya.
4. Memberikan dorongan moral bahwa guru mampu memperbaiki.
5. Menyepakati bersama supervisi selanjutnya.
3.1.2 Waktu Pelaksanaan
Supervisi Akademik dilaksanakan mulai Hari Kamis, tanggal 15 Juli
2021 yang diawali dengan persiapan Supervisi Akademik. Pada tanggal 17 Juli
2021 dan dilanjutkan pada tanggal 22 s/d 24 Juli 2021 dilaksanakan supervisi
akademik, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1 Nama Guru dan Waktu Pelaksanaan Supervisi Akademik
No Nama Guru Mata Pelajaran Waktu Supervisi Keterangan

1. Drs. Karim PPKn Sabtu, 17 Juli 2021


2. Sri Idayani, S.Ag PAI Kamis, 22 Juli 2021

3. Bahasa Kamis, 22 Juli 2021


Jumilah, S.Pd
Indonesia
4. Junita, S.Pd Matematika Jum’at, 23 Juli 2021
5. Zuraida, S.Pd IPA Sabtu, 24 Juli 2021

3.1.3 Sasaran Pembinaan


Sasaran pembinaan dalam supervisi akademik adalah lima orang guru,
yaitu:
a) Bapak Drs. Karim selaku guru mata pelajaran PPKn mengajar di kelas VIII
b) Ibu Sri Indayani, S. Ag selaku guru mata pelajaran PAI menhajar di kelas
VIII
c) Ibu Jumilah, S. Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mengjara di
kelas VIII
d) Ibu Junita, S. Pd selaku guru mata pelajaran Matematika mengajar di kelas
VII
e) Ibu Zuraida, S. Pd selaku guru mata pelajaran IPA mengajar di kelas VII
39

3.1.4 Pendekatan dan Metode


3.1.4.1 Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan Supervisi akademik ini
menggunkan pendekatan Kolaboratif. Pendekatan kolaboratif adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi
pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-
sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam
melaksanakna proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Perilaku
supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan,
memecahkan masalah, dan negosiasi.
3.1.4.2 Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan supervisi akademik ini
menggunakan metode supervisi individual dengan teknik observasi kelas.
Metode supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada
guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.
Supervisor hanya berhadapan dengan seorang guru yang memiliki persoalan
tertentu.
Sedangkan teknis observasi kelas merupakan teknik yang secara
sederhana bias diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala
yang nampak selama proses pembelajaran berlangsung. Secara umum, aspek-
aspek yang diamati selama proses pembalajaran yang sedang berlangsung
adalah:
a. Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran
b. Cara penggunaan media pembelajaran
c. Reaksi mental para siswa dalam proses pembelajaran
d. Media pembelajaran yang dipakai
3.1.5 Capaian Target Keberhasilan
Target dari kegiatan supervisi klinis ini adalah 5 orang guru dari SMP
Negeri 4 Penanggalan dalam pengelolaan pembelajaran khususnya dalam
meningkatkan keaktifan siswa (interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa
40

dengan siswa) meningkat baik, serta penerapan model-model pembelajaran


terlaksana dengan baik dengan capaian nilai 85 %
3.1.6 Hasil Pelaksanaan Pembinaan Guru
Supervisi klinis individu dengan pendekatan kolaboratif berjalan dengan
baik, semua guru melakukan dengan senang hati, antusias, tahapan dan jadwal
pelaksanaan supervisi ditaati dan tidak ada guru yang nampak ogah-ogahan
dalam mempersiapkan pembelajaran. Fenomena dilapangan bahwa guru malas
menerapkan pembelajaran saintifik sedikit-demi sedikit mulai berubah, meraka
mulai antusias waktu merancang, melaksanakan, dan menerapkan model-model
pembelajaran saintifik.
Berdasarkan langkah-langkah dalam kegiatan supervisi akademik dapat
diketahui bahwa hasil pra observasi terhadap lima guru dalam merencanakan
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 : Rakaptulasi Hasil Pra Observasi Telaah RPP
Sri
Drs. Jumilah, Junita, Zuraida,
No Aspek Pembinaan Indayani,
Karim S.Pd S.Pd S.Pd
S.Ag
A. Identitas Sekolah
Sekolah, mata pelajaran, kelas/
1. semester, materi pokok, dan 2 2 2 2 2
alokasi waktu
B. Perumusan Indikator
Kesesuaian dengan SKL, KI
1. 2 2 2 2 2
dan KD
Kesesuaian penggunaan kata
2. kerja operasional dengan 2 2 2 2 2
kompetensi yang diukur
Kesesuaian dengan aspek
3. sikap, pengetahuan, dan 2 2 2 2 1
keterampilan
C. Perumusan Tujuan Pembelajaran
Kesesuaian dengan proses dan
1. hasil belajar yang diharapkan 2 2 2 2 2
dapat dicapai
Kesesuaian dengan kompetensi
2. 2 2 1 2 2
dasar
3. Kesesuaian dengan indikator 2 2 2 2 1
Kesesuaian dengan cakupan
4. aspek audience (peserta didik) 1 2 1 1 1
dan behavior (kemampuan)
D. Identifikasi Materi Pembelajaran
41

Sri
Drs. Jumilah, Junita, Zuraida,
No Aspek Pembinaan Indayani,
Karim S.Pd S.Pd S.Pd
S.Ag
Adanya relevansi dengan
1. 2 2 2 2 2
tujuan pembelajaran
Memuat fakta yang relevan,
2. konsep, prinsip dan prosedur 1 2 2 2 2
yang relevan
Mempertimbangkan
3. 1 2 2 1 2
karakteristik daerah
Memperhatikan tingkat
perkembangan fisik,
4. 2 1 2 2 1
intelektual, emosional, sosial,
dan spiritual peserta didik
Memiliki manfaat bagi peserta
5. 2 1 2 2 2
didik
Mempertimbangkan struktur
6. 2 1 2 1 2
keilmuan
Mempertimbangkan aktualitas,
7. kedalaman, dan keluasan 2 2 2 1 2
materi pembelajaran
Adanya relevansi dengan
8. kebutuhan peserta didik dan 1 2 2 1 2
tuntutan lingkungan
Mempertimbangkan alokasi
9. 2 2 2 2 1
waktu
E. Metode Pembelajaran
Kesesuaian dengan tujuan
1. 2 2 2 2 2
pembelajaran
Kesesuaian dengan materi
2. 2 2 2 2 2
pembelajaran
Menggunakan pendekatan
saintifik, discovery learning,
3. 1 2 2 1 2
project based learning, problem
based learning
Menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi
4. 2 2 1 1 2
sehingga membuat peserta
didik aktif belajar
F. Pemilihan Media Belajar
Kesesuaian dengan tujuan
1. 2 2 2 2 2
pembelajaran
Kesesuaian dengan materi
2. 2 2 2 2 2
Pembelajaran
Kesesuaian dengan pendekatan
3. 2 2 2 2 1
saintifik
G. Pemilihan Sumber Belajar
1. Kesesuaian dengan KI dan KD 2 2 2 2 2
Kesesuaian dengan materi
2. 2 2 2 2 2
pembelajaran
3. Kesesuaian dengan pendekatan 1 2 1 1 1
42

Sri
Drs. Jumilah, Junita, Zuraida,
No Aspek Pembinaan Indayani,
Karim S.Pd S.Pd S.Pd
S.Ag
saintifik
H. Skenario Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
1. dirancang membuat peserta 2 2 2 2 2
didik aktif belajar
Menampilkan kegiatan
2. pendahuluan, inti, dan penutup 2 2 2 2 2
dengan jelas
Kegiatan pendahuluan telah
3.
mencakup :
Menyiapkan peserta didik
a. secara psikis dan fisik untuk 2 1 1 2 2
mengikuti pembelajaran
Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang materi yang
b. sudah dipelajari dan terkait 2 2 2 2 1
dengan materi yang akan
dipelajari
Menjelaskan tujuan
c. pembelajaran atau KD yang 2 2 2 2 2
akan dicapai
Menyampaikan cakupan materi
d. 2 2 2 2 2
yang akan dipelajari
Kegiatan inti memuat rincian
dari kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan
4. informasi (eksperimen), 2 1 1 2 1
mengolah informasi
(mengasosiasikan), dan
mengkomunikasikan
Kegiatan penutup telah
5.
mencakup :
Membuat rangkuman/ simpulan
a. 2 1 2 2 2
pelajaran
Melakukan penilaian dan/ atau
b. refleksi terhadap kegiatan yang 2 2 2 2 2
sudah dilaksanakan
Memberikan umpan balik
c. terhadap proses dan hasil 2 1 2 2 2
belajar
Merencanakan kegiatan tindak
d. lanjut (remedial, pengayaan, 1 2 2 2 1
konseling, dan/ atau tugas)
Menyampaikan rencana
e. pembelajaran pada pertemuan 2 2 2 2 2
berikutnya
Kesesuaian penyajian dengan
6. 1 2 2 2 2
sistematika materi
7. Kesesuaian alokasi waktu 2 2 2 2 2
43

Sri
Drs. Jumilah, Junita, Zuraida,
No Aspek Pembinaan Indayani,
Karim S.Pd S.Pd S.Pd
S.Ag
dengan cakupan materi
I. Penilaian
Kesesuaian penilaian dengan
1. indikator pencapaian 2 2 2 2 2
kompetensi
Penilaian diarahkan untuk
2. mengukur pencapaian 2 2 2 2 2
kompetensi dasar
Penilaian menggunakan acuan
3. 2 2 2 1 0
kriteria
Memungkinkan hasil penilaian
4. dianalisis untuk menentukan 1 2 2 1 2
tindak lanjut
Kesesuaian dengan jenis/teknik
5. dengan bentuk penilaian 0 1 1 2 0
autentik
Kesesuaian kunci jawaban
6. 2 2 2 2 2
dengan soal
Kesesuaian pedoman
7. 2 1 2 2 2
penskoran dengan soal
Jumlah 84 87 89 86 82
Nilai Capaian 87,5 % 90,6 % 92,7 % 89, 5 % 85,4 %

Berdasarkan Tabel 3.2. Rekapitulasi Hasil Pra Observasi Telaah RPP


dapat diidentifikasi beberapa kegiatan yang memerlukan perhatian dan
pembinaan diantaranya:
 Memuat materi faktual, konseptual, prosedural, dan/atau metakognitif
 Menerapkan pembelajaran aktif, PPK, literasi, HOTS.
 Kegiatan inti (pembelajaran aktif, berbagai model, pendekatan dan
mengintegrasikan PPK, literasi, HOTS)
 Memuat prosedur, jenis, alat penilaian, kunci jawaban, rubrik

Grafik 3.1 : Nilai Pra Observasi Telaah RPP


44

Grafik Telaah RPP

95%
85%
75%
65%
55%
45%
35%
25%
15%
5%
Drs. Karim Sri Indayani, Jumilah, S.Pd Junita, S.Pd Zuraida, S.Pd
S.Ag Tabel
3.3
Series1 0.875 0.906 0.927 0.895 0.854
Hasil
Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Sri
Drs. Jumilah, Junita, Zuraida,
No Aspek Pembinaan Indayani,
Karim S.Pd S.Pd S.Pd
S.Ag
Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi
I
dan Motivasi)
Menyiapkan fisik dan psikis peserta
1. didik dalam mengawali kegiatan 1 1 1 1 1
pembelajaran
Mengaitkan materi pembelajaran
2. sekarang dengan pengalaman peserta 1 1 1 1 1
didik
Mengajukan pertanyaan menantang
3. 1 1 1 1 1
(motivasi)
Memberikan permasalahan atau tugas
4. 1 1 1 1 1
yang akan dilakukan
Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. 1 1 1 1 1
atau KD yang akan dicapai
Menyampaikan garis besar cakupan
6. 1 1 1 1 1
materi
Menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan peserta didik untuk
7. 1 1 1 1 1
menyelesaikan permasalahan atau
tugas.
II Kegiatan Inti
A. Meguasai Materi Pelajaran
Kemampuan menyesuaikan materi
1. 1 1 1 1 1
dengan tujuan pembelajaran.
2. Kemampuan mengaitkan materi 0 1 1 0 1
dengan pengetahuan lain yang
relevan, perkembangan iptek dan
45

Sri
Drs. Jumilah, Junita, Zuraida,
No Aspek Pembinaan Indayani,
Karim S.Pd S.Pd S.Pd
S.Ag
kehidupan nyata
Menyajikan pembahasan materi
3. 1 1 1 1 1
pelajaran dengan tepat.
Menyajikan materi secara sistematis
4. (mudah ke sulit dan dari konkret ke 1 1 1 1 0
abstrak).
Menerapkan Strategi Pembelajaran
B.
yang Mendidik
Melaksanakan pembelajaran sesuai
1. 1 1 1 1 1
dengan kompetensi yang akan dicapai
Memasilitasi kegiatan yang memuat
2. 0 1 1 1 1
pendekatan scientifik.
Melaksanakan pembelajaran secara
3. 1 1 1 1 1
runtut
4. Menguasai kelas (pengelolaan kelas) 1 1 1 1 1
Melaksanakan pembelajaran yang
5. 1 1 0 0 1
bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang
6. memungkinkan tumbuhnya kebiasaan 1 1 1 1 1
positif (nurturant effect)
Melaksanakan pembelajaran sesuai
7. dengan alokasi waktu yang 1 1 1 1 1
direncanakan
C. Menerapkan Pendekatan Saintifik
Memfasilitasi peserta didik untuk
mengamati melalui kegiatan melihat,
1. menyimak, mendengar, dan membaca 1 1 1 0 1
hal-hal yang penting dari suatu benda
atau obyek. (Mengamati)
Memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya
2. mengenai apa yang sudah dilihat, 1 1 1 1 1
disimak, dibaca atau dilihat.
(Menanya)
Memfasilitasi peserta didik untuk
menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber
3. 1 1 1 0 1
melalui berbagai cara.
(Mengumpulkan informasi/
eksperimen)
Memasilitasi peserta didik mengolah
informasi yang sudah dikumpulkan
baik terbatas dari hasil kegiatan
4. mengumpulkan/eksperimen maupun 0 0 1 0 1
dari kegiatan mengamati dan mencari
solusi. (Mengasosiasi/mengolah
informasi).
5. Menyampaikan hasil pengamatan, 1 1 1 1 1
kesimpulan berdasarkan hasil analisis
46

Sri
Drs. Jumilah, Junita, Zuraida,
No Aspek Pembinaan Indayani,
Karim S.Pd S.Pd S.Pd
S.Ag
secara lisan, tertulis atau media
lainnya. (Mengkomunikasikan).
Menerapkan Problem Base
D.
Learning
Melakukan orientasi peserta didik
1. 1 1 0 1 1
kepada masalah
2. Mengorganisasikan peserta didik 1 1 1 1 1
Memfasilitasi peserta didik
3. 1 0 0 0 1
melakukan penyelidikan
Memfasilitasi peserta didik
4. mengembangkan dan menyajikan 0 0 1 1 1
hasil karya
Melakukan analisis dan evaluasi
5. 1 1 1 1 1
proses pemecahan masalah
Memanfaatkan Sumber Belajar/
E.
Media Pembelajaran
Menggunakan buku peserta didik dan
1. 1 1 1 1 1
buku guru.
Menunjukkan keterampilan dalam
2. 1 1 1 1 1
penggunaan sumber belajar.
Melibatkan peserta didik dalam
3. 0 1 1 1 1
pemanfaatan sumber belajar
Melibatkan peserta didik dalam
4. 0 1 1 1 1
pemanfaatan media pembelajaran.
Memanfaatkan media pembelajaran
5. yang bervariasi (baik sederhana 0 1 0 1 1
maupun canggih)
6. Menghasilkan pesan yang menarik 1 1 1 1 1
Media yang digunakan sesuai dengan
7. materi pembelajaran dengan 0 1 1 1 1
pendekatan pembelajaran saintifik
Melibatkan Peserta Didik dalam
F.
Pembelajaran
Menumbuhkan partisipasi aktif
1. peserta didik melalui interaksi guru, 1 1 1 1 1
peserta didik, media pembelajaran
Merespon secara positif
2. 1 1 1 1 1
partisipasi/keaktifan peserta didik
Menunjukkan sikap terbuka terhadap
3. 1 1 1 1 1
respon peserta didik
Menunjukkan hubungan antarpribadi
4. 1 1 1 1 1
yang kondusif
Menumbuhkan keceriaan peserta
5. 1 1 1 1 1
didik dalam belajar
Menggunakan Bahasa yang Benar dan
G. 1 1 1 1 1
Tepat dalam Pembelajaran
Menggunakan bahasa lisan secara
1. 1 1 1 1 1
jelas, lancar, baik, dan benar
47

Sri
Drs. Jumilah, Junita, Zuraida,
No Aspek Pembinaan Indayani,
Karim S.Pd S.Pd S.Pd
S.Ag
Menggunakan bahasa tulis yang baik
2. 1 1 1 1 1
dan benar
Kegiatan Penutup (Menutup
III
Pembelajaran)
Melakukan refleksi atau membuat
1. rangkuman dengan melibatkan peserta 1 1 1 1 1
didik
Memberikan tes sesuai dengan teknik
2. 0 0 0 0 1
dan bentuk penilaian autentik
Penilaian sesuai dengan indikator
3. 1 0 1 1 1
pencapaian kompetensi
Penilaian sesuai dengan pedoman
4. 1 1 1 1 1
pensekoran dengan soal
Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan tugas individual maupun
5. 1 1 1 1 1
kelompok, remidi, program
pengayaan, dan layanan konseling
Menyampaikan rencana pada
6. 1 1 1 1 1
pertemuan berikutnya

Jumlah 39 43 44 81 47

Nilai 81,25 % 89,58 % 91,67 % 85,42 % 97,92 %

Berdasarkan Tabel Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Proses pembelajaran


dapat diidentifikasi beberapa kegiatan yang memerlukan perhatian dan
pembinaan diantaranya:
 Memotivasi peserta didik
 Menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
 Menggunakan metode pembelajaran bervariasi
 Menggunakan media/alat bantu
 Memberikan tindaklanjut: penugasan, KMTT, remedial, pengayaan

Grafik 3.2 : Nilai Observasi Pelaksanaan Pembelajaran


48

Grafik Nilai Pelaksanaan Observasi


Pembelajaran

85.00%
65.00%
45.00%
25.00%
5.00%
Drs. Karim Sri Indayani, Jumilah, S.Pd Junita, S.Pd Zuraida, S.Pd
S.Ag

Series1 0.8125 0.8958 0.9167 0.8542 0.9792

3.1.7 Tindak Lanjut


Sebagai tindak lanjut dari kegiatan supervisi akademik terhadap guru di
SMP Negeri 4 Penanggalan, yang bernama Bapak Drs. Karim dan Ibu Junita,
S.Pd, maka guru tersebut akan diikut sertakan dalam kegiatan Workshop
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran
Kontekstual, sedangkan untuk Ibu Zuraida, S.Pd dijadikan tutor sebaya bagi
guru yang lain dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Pelaksanaan supervisi akademik dengan tahapan pra observasi, observasi
dan pasca observasi terhadap beberapa catatan indikator komponen RPP dan
kegiatan pembelajaran belum maksimal diperbaiki. Hasil RPP dan pelaksanaan
pembelajaran yang sudah baik sekali menjadi acuan untuk pemantauan dan
pembinaan selanjutnya terhadap guru-guru yang lain.
3.1.8 Kesimpulan
Hasil supervisi akademik pra observasi berupa telaah RPP dan observasi
terhadap pelaksanaan pemebelajaran sudah termasuk kategori baik untuk telaah
RPP dan baik untuk pelaksanaan pembelajaran. Kelemahan yang ditemukan
pada kegiatan pra observasi maupun observasi dari lima guru sudah mencapai
target lebih dari 75%, yaitu pra observasi nilai 85,40 % dan 92,70 %. Sedangkan
pelaksanaan pembelajaran dengan nilai 81,25 % dan 97,92 %.
49

Berdasarkan hasil pelaksanaan observasi yang telah diuraikan maka


dapat ditemukan kesimpulan yaitu supervisi akademik dapat meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran.
3.1.9 Rekomendasi
a. Supervsi akademik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pemebelajaran.
b. Pelaksanaan supervisi akademik perlu direncanakan dengan matang agar
dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
3.2 Pelaksanaan Penilaian Kinerja
3.2.1 Deskripsi Persiapan Penilaian Kinerja
3.2.1.1 Deskripsi Persiapan Penilaian Kinerja Guru
1) Tahapan Persiapan
Dalam tahap persiapan, hal-hal yang harus dilakukan oleh tim penilaian
maupun guru yang akan dinilai, meliputi:
a) Memahami pedoman PK guru, terutama tentang system yang
diterapkan dan posisi PK Guru dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan profesi guru.
b) Memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan
kedalam bentuk indikator kinerja
c) Memahami penggunaan instrumen PK guru dan tata cara penilaian
yang akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua hasil pengamatan
dan pemantauan, serta mengumpulkan dokumen dan bukti fisik
lainnya yang memperkuat hasil penilaian, dan
d) Memberitahukan rencana pelaksanaan PK guru kepada guru yang
akana dinilai sekaligus menentukan rentang waktu jadwal
pelaksanaannya.
2) Tahap Pelaksanaan
Beberapa tahapan penilaian kinerja guru yang harus dilalui oleh penilai
sebelum menetapkan nilai untuk setiap kompetensi adalah sebagai berikut:
a) Sebelum Pengamatan
50

Pertemuan awal antara penilai dengan guru yang dinilai sebelum


dilakukan pengamatan dilaksanakan di ruang khusus tanpa ada orang
ketiga. Pada pertemuan ini, penilai mengumpulkan dokumen
pendukung dan melakukan diskusi tentang berbagai hal yang tidak
mungkin dilakukan pada saat pengamatan. Semua hasil diskusi, wajib
dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi.
b) Selama Pengamatan
Selama pengamatan dikelas dan/atau diluar kelas, penilai wajib
mencatat fakta semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran atau pembimbingan, dan/atau dalam
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Penilai wajib mencatat hasil pengamatan pada
format laporan dan evaluasi per kompetensi.
c) Setelah Pengamatan
Pada pertemuan setalah pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa
aspek tertentu yang masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua
hasil pertemuan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi
tersebut.
3) Tahap Pemberian Nilai
a) Penilaian. Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap
kompetensi dengan skala nilai, 1, 2, 3, dan 4. Sebelum pemberian
nilai tersebut, penilai terlebih dahulu memberikan skor 0, 1, atau 2
pada masing-masing indikator untuk setiap kompetensi. Pemberian
skor ini harus didasarkan kepada catatan fakta hasil pengamatan dan
pemantauan serta bukti-bukti berupa dokumen lain yang
dikumpulkan selama proses PK Guru.
b) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masing-masing indikator setiap
kompetensi. Pemberian skor ini dilakukan dengan cara
51

membandingkan rangkuman catatan hasil pengamatan dan


pemantauan dilembar format laporan dan evaluasi per kompetensi
dengan indikator kinerja masing-masing kompetensi. Aturan
pemberian skor untuk setiap indikator adalah: Skor 0 menyatakan
indikator tidak dilaksanakan, atau tidak menunjukkan bukti, skor 1
menyatakan indikator dilaksanakan sebagian, atau ada bukti tetapi
tidak lengkap, skor 2 menyatakan indikator dilaksanakan sepenuhnya,
atau ada bukti yang lengkap.
c) Nilai setiap kompetensi tersebut kemudian direkapitulasikan dalam
format hasil penilaian kinerja guru.
d) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala nilai sesuai
dengan Permeneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, selanjutnya dapat
ditetapkan sebutan dan persentase angka kreditnya.
e) Setelah melaksanakan penilaian, penilai wajib memberitahukan
kepada guru yang dinilai tentang nilai hasil PK Guru berdasarkan
bukti catatan untuk setiap kompetensi. Penilai dan guru yang dinilai
melakukan refleksi terhadap hasil PK Guru, sebagai upaya untuk
perbaikan kualitas kinerja guru pada periode berikutnya.
f) Jika guru yang dinilai dan penilaian telah sepakat dengan hasil
penilaian kinerja, maka keduanya menandatangani format laporan
hasil penilaian kinerja guru tersebut dan diketahui oleh kepala
sekolah. Khusus bagi guru yang mengajar di 2 (dua) sekolah atau
lebih (guru multi sekolah/madrasah), maka penilaian dilakukan di
sekolah/madrasah induk. Meskipun demikian, penilaian dapat
melakukan pengamatan serta mengumpulkan data dan informasi dari
sekolah/madrasah lain tempat guru mengajar atau membimbing.
4) Konversi Nilai Penilaian Kinerja Guru ke Angka Kredit
Nilai hasil penilaian kinerja guru perlu dikonversikan ke skala nilai
menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
52

Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional


Guru dan Angka Kreditnya. Hasil konversi ini selanjutnya digunkan
untuk menetapkan sebutan hasil penilaian Kinerja Guru dan persentase
perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan fungsional guru.
3.2.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
1) Persiapan, menyampaikan pemberitahuan kepada kepala sekolah,
mengumpulkan dan mempelajari laporan kinerja kepala sekolah, serta
mengamati kelengkapan dan keabsahan dokumen bukti fisik
pendukungnya.
2) Pelaksanaan Penilaian, diawali dengan pemaparan laporan kinerja oleh
kepala sekolah yang dinilai dengan fokus pada komponen penilaian dan
bukti-bukti yang relevan. Penilai dapat melakukan konfirmasi dan
meminta penjelasan atas laporan kinerja secara tertulis dan lisan. Penilai
melakukan pengamatan dan pencatatan bukti-bukti lain yang ada di
lingkungan sekolah yang belum atau tidak dapat disertakan dalam
laporan tertulis. Bukti-bukti ini dapat diidentifikasi melalui pengamatan
terhadap kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah atau meminta
informasi dari orang-orang yang relevan yang ada di lingkungan
sekolah sperti guru, karyawan sekolah, komite sekolah atau peserta
didik.
Penilai mengkonfirmasikan keabsahan bukti-bukti yang dikumpulkan
oleh kepala sekolah yang dinilai dengan menggali informasi dari
responden lainnya, mencatat semua bukti fisik maupun nonfisik ke
dalam format penilaian yang relevan, dan mencermati semua bukti yang
tercatat dan mencocokkannya dengan indikator dari komponen yang
dinilai.
3) Penentuan Nilai Akhir, selain menentukan nilai akhir juga dilakukan
konfirmasi hasil penilaian pada kepala sekolah yang dinilai. Pengawas
sekolah melakukan penilaian secara objektif, terbuka, dan dapat
dipertanggung jawabkan.
53

4) Skor penilaian diberikan pada rentang 1-4 dengan ketentuan sebagai


berikut :
 Skor 4 diberikan apabila kepala sekolah mampu menunjukkan
bukti-bukti yang lengkap dan sangat meyakinkan bahwa kepala
sekolah yang bersangkutan berkinerja sesuai dengan setiap kriteria
komponen yang dinilai.
 Skor 3 diberikan apabila kepala sekolah mampu menunjukkan
bukti-bukti yang lengkap dan cukup meyakinkan bahwa kepala
sekolah yang bersangkutan berkinerja sesuai dengan setiap kriteria
komponen yang dinilai.
 Skor 2 diberikan apabila kepala sekolah mampu menunjukkan
bukti-bukti yang kurang lengkap dan cukup meyakinkan bahwa
yang bersangkutan berkinerja sesuai dengan setiap kriteria
komponen yang dinilai.
 Skor 1 diberikan apabila ditemukan bukti yang snagat terbatas dan
kurang meyakinkan atau tidak ditemukan bukti bahwa kepala
sekolah yang bersangkutan berkinerja sesuai dengan setiap kriteria
komponen yang dinilai.
 Konversi nilai hasil penilaian kinerja ke angka kredit instrumen
terdiri dari atas 6 (enam) aspek penilaian dengan menggunakan
skala penilaian 1 sampai dengan 4 dengan rentang jumlah skor 6
sampai dengan 24.
3.2.2 Waktu dan Tenpat Pelaksanaan
Penilaian kinerja ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu : tanggal 26 s.d 27
Juli 2021 dan tempat penilaian kinerja di SMP Negeri 4 Penanggalan
3.2.3 Sasaran Penilaian Kinerja
Sasaran penilaian kinerja adalah satu Kepala Sekolah dan lima orang
guru yaitu:
a) Bapak Henrijal Harahap, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4
Penangglan
54

b) Bapak Drs. Karim selaku guru mata pelajaran PPKn mengajar di kelas VIII
c) Ibu Sri Indayani, S.Ag selaku guru mata pelajaran PAI menhajar di kelas
VIII
d) Ibu Jamilah, S. Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mengjara di
kelas IX
e) Ibu Junita, S. Pd selaku guru mata pelajaran Matematika mengajar di kelas
VII
f) Ibu Zuraida, S. Pd selaku guru mata pelajaran IPA mengajar di kelas VII
3.2.4 Pendekatan dan Metode
Penilai Kinerja Guru (PKG) dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
memperoleh gambaran tentang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap guru
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam penampilan,
perbuatan, dan prestasi kerjanya. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, menegaskan bahwa penilaian kinerja
guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka
pembinaan karier, kepangkatan, dan jabatanya.
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) adalah proses pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data tentang kualitas pekerjaan kepala
sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai kepala sekolah.
Calon Pengawas sekolah melakukan penilaian kinerja guru dan kepala
sekolah dengan pendekatan kolaboratif, metode wawancara dan studi dokumen
serta teknik pemantauan dan pengamatan.
3.2.5 Hasil Penilaian Kinerja
3.2.5.1 Hasil Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
Setelah dilakukan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah, di peroleh rekap
Nilai Kinerja Kepala Sekolah sebagai Berikut :
Tabel 3.4 : Hasil Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
No Kompetensi Penilaian Kode Skor
1 Kepribadian Sosial PKKS 1 3,57
55

2 Kepemimpinan PKKS 2 3,60


3 Pengembangan Sekolah PKKS 3 3,57
4 Pengelolaan Sumber Daya PKKS 4 3,13
5 Kewirausahaan PKKS 5 3,60
6 Supervisi PKKS 6 3,67
Total Skor 21,14
NKKS 88,06
Sebutan NKKS Baik

Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa Kinerja Kepala sekolah sudah
“Baik” untuk keenam Kinerja Kepala sekolah yang sudah dinilai. Namun begitu
masih perlu ditingkatkan untuk masa yang akan datang terutama untuk sasaran
kerja: Pengelolaan Sumber Daya.
3.2.5.2 Penilaian Kinerja Guru (PKG) Yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah
Hasil Penilaian kinerja guru dapat di lihat di tabel berikut ini:
Tabel 3.5 : Hasil Penilaian Kineja Guru
Kompetensi
No Nama Guru Skor Nilai Predikat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Drs. Karim 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 46 82,14 Baik
2 Sri Indayani, S.Ag 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 48 85,71 Baik
3 Jumilah, S.Pd 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 48 85,71 Baik
Amat
4 Junita, S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 54 96,42
Baik
Amat
5 Zuraida, S.Pd 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 51 91,07
Baik

Kompetensi 2, 3, 5, 6, dan 7 merupakan ranah kompetensi pedagogik dan


kompetensi 13 dan 14 untuk ranah Profesional guru masih perlu di tingkat. Guru
masih perlu meningkatkan kompetensi :
1. Ranah Pedagogik Kompetensi 2 yaitu Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, dengan indikator yang
perlu ditingkatkan.
56

a) Guru perlu merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling,


terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran
maupun proses belajar peserta didik.
b) Guru perlu memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang
memahani materi pembelajaran yang diajarkan dan
menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran
berikutnya.
c) Ranah Pedagogik Kompetensi 3 yaitu pengembangan kurikulum,
dengan indikator yang diperlu ditingkatkan:
2. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum
a) Guru dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan silabus
untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat
mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan.
3. Ranah Pedagogik Kompetensi 4 yaitu Kegiatan Pembelajaran yang
mendidik dengan indikator yang diperlu ditingkatkan:
a) Guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi
kurikulum dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-
hari peserta didik.
b) Guru dapat melakukan aktifitas pembelajaran secara bervariasi
dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan
perhatian peserta didik.
c) Guru dapat menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio-
visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motvasi belajar peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran
4. Ranah Pedagogik Kompetensi 5 yaitu Memahami dan mengembangkan
potensi, dengan indikator yang diperlu ditingkatkan:
a) Guru perlu menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk
penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat
kemajuan masing-masing
57

b) Guru dapat merancang dan melaksanakan aktifitas pembelajaran


untuk memunculkan daya kreatifitas dan kemampuan berfikir
kritis peserta didik.
c) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat,
minat,potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
d) Guru dapat memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta
didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunalan
informasi yang disampaikan.
5. Ranah Pedagogik Kompetensi 6 yaitu Komunikasi dengan peserta didi,
dengan indikator yang diperlu ditingkatkan:
a) Guru dapat menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat
menumbuhkan kerja sama yang baik antar peserta didik
b) Guru perlu mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap
semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang
dianggab salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
6. Ranah Pedagogik Kompetensi 7 yaitu Penilaian dan Evaluasi, dengan
indikator yang diperlu ditingkatkan:
a) Guru dapat menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang
tertulis dalam RPP
b) Guru dapat menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi
topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan
kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial
dan pengayaan
7. Ranah Profesional Kompetensi 13 yaitu Penilaian dan , dengan
indikator yang diperlu ditingkatkan:
a) Guru dapat melakukan pemetaan standar kompetensi dan
kompetensi dasar untuk mata pelajaran yang diampunya, untuk
mengidentifikasi materi pembelajaran yang dianggab sulit,
58

melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan


memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan.
b) Guru menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang berisi informasi yang tepat, muthtahir, dan yang
membantu peserta didik untuk memahami konsep materi
pembelajaran.
8. Ranah Profesional Kompetensi 14 yaitu Penilaian dengan indikator
yang diperlu ditingkatkan:
a) Guru melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap, dan
didukung dengan contoh pengalaman diri sendiri.
b) Guru dapat melakukan penelitian, mengembangkan karya innovasi,
mengikuti kegiatan ilmiah (misalnya seminar, konferensi), dan
aktif dalam melaksanakan PKB.

3.2.6 Tindak Lanjut


Tabel 3.6 : Tindak Lanjut Analisis Penilaian Kinerja Guru
No Nama Skor Nilai Temuan Tindak Lanjut
1 Drs. Karim 46 82 Guru belum Guru dapat melaksanakan
melaksanakan penilaian dengan berbagai
penilaian dengan teknik dan jenis penilaian,
berbagai teknik dan selain penilaian formal yang
jenis penilaian, selain dilaksanakan sekolah, dan
penilaian formal yang mengumumkan hasil serta
dilaksanakan sekolah, implikasinya kepada peserta
dan mengumumkan didik, tentang tingkat
hasil serta pemahaman terhadap materi
implikasinya kepada pembelajaran yang telah dan
peserta didik, tentang akan dipelajari.
tingkat pemahaman Gurr dapat dilatih untuk
59

No Nama Skor Nilai Temuan Tindak Lanjut


terhadap materi meningkatkan kemampuan
pembelajaran yang guru dalam penilaian.
telah dan akan
dipelajari.

2 Sri Idayani, S.Ag 48 86 Guru belum Guru dalam melakukan


memanfaatkan penilaian harus
masukan dari peserta memanfaatkan masukan
didik dan dari peserta didik dan
mereflekdikannya mereflekdikannya untuk
untuk meningkatkan meningkatkan
pembelajaran pembelajaran selanjutnya,
selanjutnya, dan dan dapat
dapat membuktikannya melalui
membuktikannya catatan, jurnal
melalui catatan, pembelajaran, rancangan
jurnal pembelajaran, pembelajaran, materi
rancangan tambahan, dan sebagainya
pembelajaran, materi
tambahan, dan
sebagainya
3 Jumilah, S.Pd 48 86 Guru belum dapat Guru perlu melakukan
menyusun alat penyusun alat penilaian
penilaian yang sesuai yang sesuai dengan tujuan
dengan tujuan pembelajaran untuk
pembelajaran untuk mencapai kompetensi
mencapai tertentu seperti yang
kompetensi tertentu tertulis dalam RPP
seperti yang tertulis
60

No Nama Skor Nilai Temuan Tindak Lanjut


dalam RPP
5 Junita, S.Pd 54 96 Guru belum Guru dalam melakukan
memanfaatkan penilaian harus
masukan dari peserta memanfaatkan masukan
didik dan dari peserta didik dan
mereflekdikannya mereflekdikannya untuk
untuk meningkatkan meningkatkan
pembelajaran pembelajaran selanjutnya,
selanjutnya, dan dan dapat
dapat membuktikannya melalui
membuktikannya catatan, jurnal
melalui catatan, pembelajaran, rancangan
jurnal pembelajaran, pembelajaran, materi
rancangan tambahan, dan sebagainya
pembelajaran, materi
tambahan, dan
sebagainya
5 Zuraidah, S.Pd 51 91 Guru dapat Melalui pelatihan
merancang dan penyusunan RPP dengan
melaksanakan model pembelajaran yang
aktifitas tepat diharapkan guru
pembelajaran untuk dapat merancang dan
memunculkan daya melaksanakan aktifitas
krestifitas dan pembelajaran untuk
kemampuan berfikir memunculkan daya
kritis peserta didik krestifitas dan kemampuan
berfikir kritis peserta didik
61

Setelah melakukan analisis kinerja guru di SMP Negeri 4 Penanggalan


masih ditemukan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran diantaranya:
a) Guru belum melakukan aktifitas pembelajaran secara bervariasi.
b) Guru sulit mendorong siswa untuk belajar tuntas sesuai dengan kecakapan
dan pola belajarnya senidiri.
c) Guru belum melakuan penilaian dengan berbagai teknik penilaian.
d) Guru juga belum melakukan analisis hasil penilaian dan memanfaatkannya
untuk merencanakan pembelajaran yang akan datang
3.2.7 Simpulan
Hari hasil Pelaksanaan kinerja di SMP Negeri 4 Penanggalan terhadap
kepala sekolah dan analisis hasil penilaian kinerja guru di peroleh kesimpulan
sebagai berikut:
a) Calon Pengawas sekolah sudah dapat melakukan penilaian terhadap kepala
sekolah sesuai dengan aplikasi PKKS.
b) Calon Pengawas sekolah sudah dapat melakukan analisis hasil penilaian
guru, sehingga menemukan kendala yang di hadapi guru serta melakukan
tindak lanjut.
c) Calon Pengawas sekolah sudah dapat memberikan rekomendasi dari hasil
analisis penilaian kinerja guru.
3.2.8 Rekomendasi
Rekomendasi yang di berikan dari penilaian kinerja Kepala sekolah dan
melakukan analisis hasil penilaian kinerja guru adalah:
a) Kepala sekolah perlu melakukan supervisi Manajerial untuk tugas
administrasi dan Supervisi Akademik untuk meningkatkan hasil proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
b) Kepala sekolah dapat bekerja sama dengan pengawas sekolah dalam
melakukan Pembinaan terhadap guru.
3.3 Pembimbingan dan Pelatihan (Bimlat) Profesional Guru
3.3.1 Deskripsi Pelaksanaan Bimlat
62

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah adalah
melakukan Bimbingan dan Pelatihan bagi guru. Pembinaan yang dilakukan oleh
pengawas sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru berdasarkan hasil
pembinaan supervisi akademik dan analisi penilaian kinerja guru.
Persiapan yang dilakukan oleh calon pengawas sekolah adalah:
a) Menentukan sasaran pembimbingan dan Pelatihan
b) Waktu Pelatihan
c) Bahan Tayang presentasi Bimlat
d) Modul Bimlat
e) Lembar kerja Bimlat
3.3.2 Waktu dan Tempat
Pembimbingan dan Pelatihan di laksanakan oleh calon pengawas sekolah
di SMP Negeri 4 Penanggalan, selama empat hari mulai tanggal 26 s/d 29 Juli
2021.

3.3.3 Sasaran Bimlat


Guru SMP Negeri 4 Penanggalan merupakan sasaran Pembimbingan dan
Pelatihan yang dilaksanakan oleh Calon pengawas sekolah.
3.3.4 Pendekatan dan Metode
Dalam pelaksanaan pembimbingan guru dan kepala sekolah ini penulis
sebagai calon pengawas sekolah akan menggunakan beberapa pedekatan.
Pendekatan ini akan disesuaikan dengan kondisi setiap sekolah. Pendekatan
tersebut antara lain pendekatan kolaboratif. Pendekatan kolaboratif adalah “cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi
cara pendekatan baru”. Pada pendekatan jenis ini, pengawas dan kepala sekolah
binaan bersama-sama menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melakuka
percakapan terhadap masalah yang dihadapi oleh sekolah. Pada intinya dalam
pendekatan ini, kepala sekolah dan pengawas berbagi tanggung jawab. Dalam
63

urutan kerjanya adalah menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan


masalah dan negosiasi.
Metode yang digunakan dalam pembimbingan dan pelatihan (Bimlat)
Profesional Guru adalah Workshop.
3.3.5 Target Keberhasilan
Target yang diharapkan pada pelaksanaan program bimbingan dan
pelatihan guru adalah seluruh guru (100%) guru di SMP Negeri 4 Penanggalan
mampu menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam pelaksanaan
pembelajaran.
3.3.6 Hasil Pelaksanaan Bimlat
Hasil yang diperoleh dari Pembimbingan dan Pelatihan ini adalah:
a) Guru dapat menyusun langkah-langkah kegiatan inti dalam RPP sesuai
dengan sintak model pembelajaran kontekstual
b) Guru sudah melaksanakan proses Pembelajaran sesuai sintak model
pembelajaran kontekstual yang telah disusun dalam RPP.
c) Guru sudah dapat mengidentifikasi teknik penilaian pada ranah koqnitif.
3.3.7 Tindak Lanjut
a) Dilakukan pemantauan secara berkala untuk meningkatkan kompetensi
padagogik Guru.
b) Memberikan motivasi kepada guru untuk lebih maksimal dalam
menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa
3.3.8 Simpulan
Simpulan yang dapat di ambil dari kegiatan Calon pengawas Sekolah
adalah Pembimbingan dan Pelatihan yang dilakukan dapat meningkatkan
kompetendi Guru bila dilakukan secara berkesinambungan dan di evaluasi.
3.3.9 Rekomendasi
a) Kepala sekolah perlu melakukan pendampingan dan bimbingan
berkelanjutan terhadap guru dalam memilih model pembelajaran yang
sesuai dengan KD yang akan diajarkan terutama untuk guru pemula.
64

b) Mengadakan kegiatan Workshop sekolah sebagai forum berbagi antar guru


untuk menambah kompetensi guru termasuk peningkatan kemampuan
penerapan model pembelajaran.
3.4 Penyusunan Proposal Penilitian Tindakan Kelas
3.4.1 Bab I Pendahuluan
3.4.1.1 Latar Belakang
Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat banyak unsur yang saling
berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Unsur-
unsur tersebut adalah: pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum,
pengajaran, tes, dan lingkungan. Siswa sebagai subjek dalam proses tersebut
juga sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar (Sudjana,
2001:2). Prinsip pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mengajar
mampu mengembangkan konsep generalisasi dari bahan abstrak menjadi hal
yang jelas dan nyata. Maksudnya proses belajar mengajar dapat membawa
perubahan pada diri anak dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari pemahaman
yang bersifat umum menjadi khusus. Adanya kenyataan di atas, maka diperlukan
suatu inovasi strategi belajar yang diharapkan lebih efektif dan efisien sebagai
alternative yaitu pembelajaran konseptual.
Pembelajaran kontekstual Nugroho (2003: 1) bahwa telah terjadi
pergeseran dalam praksis pembelajaran dan yang bersifat konservatif, yaitu
ditandai dengan dominannva peran aktif siswa dalam pembelajaran atau student
centered Relasi peran guru dan siswa dalam pembelajaran memang telah jauh
berubah, dari yang semula murid hanya diposisikan sebagai objek, kini tidaklah
lagi dernikian. Sejalan dengan hal tersebut telah banyak diperkenalkan berbagai
metode baru dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu metode pembelajaran
yang memposisikan peran aktif siswa dalam pembelajaran ini adalah metode
pembelajaran kontekstual atau Contextual teaching and learning. Metode
(Contextual Teaching Learning) yang sering disingkat CTL merupakan suatu
model pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
65

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam


kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam hal pembelajaran di sekolah, fakta menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran telah mengalami perubahan yang cukup pesat. Hal ini
tampak dari perubahan orientasi pembelajaran yang dahulu bersifat sangat
konservatif telah bergeser kepada upaya meningkatkan peran aktif siswa dalam
pembelajaran. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh pembelajaran yang
menekankan pada kegiatan siswa untuk menenemukan diri mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi ini diharapkan
dapat memacu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, sehingga
sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Melalui pembelajaran di sekolah diharapkan siswa dapat mengambil nilai
yang bermanfaat bagi kehidupannya. Salah satu pembelajaran yang dapat
memfasilitasi siswa untuk menjalin kerjasama dan keaktifan adalah pendekatan
kontekstual (CTL). Wina Sanjaya (2008: 255) mengemukakan bahwa
pendekatan kontekstual (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Berdasarkan pendapat tersebut pembelajaran kontekstual
dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran karena pembelajaran ini
menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh. Menurut Wina Sanjaya
(2008: 261), melalui pendekatan kontekstual siswa belajar melalui kegiatan
kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi.
Kegiatankegiatan tersebut akan mendorong siswa untuk berinteraksi dengan
siswa lainnya. Dalam pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
66

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak
sekonyong-konyong (Depdiknas 2002:2). Dengan paham konstruktivisme, siswa
diharapkan dapat membangun pemahaman sendiri dari pengalaman
/pengetahuan terdahulu pendekatan kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata secara riil sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman yang
bermakna bagi hidupnya.
Ellaine B Johnson (2007:65) mengemukakan bahwa bekerja sama
merupakan salah satu asas/komponen dari pembelajaran kontekstual.
Diharapkan dengan pembelajaran kontekstual siswa dapat membiasakan
kerjasama baik di dalam maupun di luar kegiatan belajar mengajar.
Dari sini, penerapan metode kontekstual dan reposisi peran guru dan
siswa dalam pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran itu akan menjadi efektif
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu
meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi siswa. Ahmad Munif (2003: 4)
mengatakan bahwa sekolah dikatakan efektif bilamana proses pembelajaran
dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dengan baik yang berimplikasi pada
upaya guru dalam mengembangkan system pembelajaran secara profesional
berdasarkan kurikulum yang ditetapkan. Seharusnya dalam proses (Nurhadi,
2003:8).
Isjoni (2007:11) dalam bukunya mengemukakan bahwa pembelajaran
merupakan upaya yang dilakukan pendidik (guru) untuk membantu siswa untuk
melakukan kegiatan belajar. Tujuan dari pembelajaran adalah mewujudkan
efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
Berdasarkan hasil pemantauan melalui supervisi kepala sekolah terhadap
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di SMP Negeri 4 Penanggalan,
masih ditemukan ada guru yang mengajar selalu memberikan tugas saja, hanya
ceramah saja sehingga anak-anak menjadi bosan dan bingung, peserta didik
hanya diberi soal disuruh mengerjakan tanpa ada kegiatan yang dapat menarik
minat ataupun motivasi peserta didik untuk belajar. Hal ini dapat diketahui dari
kegiatan supervisi akademik, diperoleh data hasil analisis proses pembelajaran
67

bahwa penggunaan media/alat bantu pembelajaran mendapat nilai perolehan 70


dengan katagori C atau cukup. Dari 15 guru dan 7 guru yang sudah disupervisi
masih ada 2 orang guru masuk kualifikasi cukup dan 1 orang guru masuk
kualifikasi kurang dalam penggunaan media pembelajaran.
Berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi di SMP Negeri
4 Penanggalan, maka dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang berlangsung
secara baik jika dilaksanakan oleh guru yang memiliki kualitas kompetensi
akademik dan profesional yang tinggi atau memadai.
Berdasarkan pernyataan di atas mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian tindakan sekolah dengan menerapkan Workshop yang merupakan
program pelatihan yang diselenggarakan di tempat sendiri yaitu SMP Negeri 4
Penanggalan sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, dalam
menjalankan pekerjaannya dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada.
Dengan harapan melalui kegiatan Workshop ini dapat memberikan pengetahuan
bagi para guru dalam menerapkan metode pembelajaran konstekstual.
Dari permasalah yang dikemukakan di atas, penulis tertarik mengadakan
penelitian tindakan sekolah dengan judul: “Meningkatkan Kemampuan Guru
Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kontekstual Melalui Program
Workshop di SMP Negeri 4 Penanggalan”.
3.4.1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah Melalui
Workshop Dapat Meningkatkan Kemampuan Guru SMP Negeri 4 Penanggalan
dalam Menerapkan Metode Pembelajaran Kontekstual”
Secara operasional rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah melalui Workshop dapat Meningkatkan Kemampuan Guru SMP
Negeri 4 Penanggalan dalam Menerapkan Metode Pembelajaran
Kontekstual?
68

2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan Model


Pembelajaran Kontekstual?
3.4.1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui apakah melalui Workshop dapat Meningkatkan
Kemampuan Guru SMP Negeri 4 Penanggalan dalam Menerapkan Model
Pembelajaran Kontekstual.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dalam
Menerapkan Model Pembelajaran Kontekstual
3.4.1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan dengan harapan memberikan
manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah.
a. Manfaat bagi siswa:
1) Memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik.
2) Meningkatkan aktivitas siswa di dalam belajar.
3) Meningkatkan penguasaan konsep.
4) Menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat dalam kelompok/
membiasakan bekerja sama dengan teman.
b. Manfaat bagi guru:
1) Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
2) Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru untuk
peningkatan mutu pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah:
1) Meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademis.
2) Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru
3.4.2 Bab II Kajian Pustaka
3.4.2.1 Kajian Teori dan Hasil Penilitan yang Relevan
A. Kajian Teori
69

1. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran
sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa
dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran
merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut pada tujuan khusus.
Menurut para ahli,model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014, hlm. 48).
Menurut Trianto (2015, hlm. 51) Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.”
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir pembelajaran dan didesain serta disajikan secara khas.
Sedangkan menurut Hamiyah dan Jauhar (2014, hlm. 58) ciri-ciri model
pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
b) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.
c) Memiliki perangkat bagian model.
d) Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran baik
langsung maupun tidak langsung.
Fungsi model pembelajaran adalah pedoman dalam perancangan hingga
pelaksanaan pembelajaran. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Trianto
(2015, hlm. 53) yang mengemukakan bahwa fungsi model pembelajaran adalah
sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
2. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
70

Model belajar mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan


prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas
pembelajaran (Winatapura, 1993:34). Guru hanya membimbing, menunjukkan
jalan dengan memperhatikan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan
aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa, daripada teori yang lain. Hal
ini terjadi disekolah-sekolah (Slameto, 2003:30).
Menurut Hudojo (2001:113) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dan mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melakukan aktivitas pembelajaran. Lebih lanjut, Hudojo (2001:113)
menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematik dan mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melakukan aktivitas pembelajaran. Untuk itu, agar siswa memiliki bekal dan
kompetensi untuk memecahkan masalah atau persoalan dan kehidupan di
masyarakat perlu dicari model pendekatan pengajaran dalam pembelajaran yang
dapat menumbuhkan kompetensi tersebut pada diri siswa. Dari sekian banyak
teori pendekatan pembelajaran yang ada, contextual teaching and learning atau
yang oleh Depdiknas (2001:1) disebut pendekatan kontekstual diharapkan dapat
menjawab tantangan tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan
kontekstual ini disebut dengan pendekatan pembelajaran kontekstual karena
pendekatan ini digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Sarwiji
Suwandi (2004:1) berpendapat bahwa ada suatu pandangan yang menyatakan
bahwa anak akan belajar lebih baik melalui kegiatan mengalami sendiri dalam
lingkungan yang alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami”
apa yang dipelajarinya “bukan mengetahuinya”. Pendekatan pembelajaran yang
71

dipandang sesuai dengan praktik pembelajaran tersebut adalah pendekatan


kontekstual atau contextual teaching learning.
Selanjutnya, pembelajaran mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama,
berpikir kritis dan kreatif memelihara atau merawat pribadi siswa, mencapai
standar yang tinggi, dan menggunakan asesmen autentik. Sementara Nurhadi,
Burhanuddin, dan Senduk (2003;13) memberikan batasan tentang pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning) sebagai berikut. Pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar di mana
guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari sementara siswa memperoleh kontekstual
merupakan suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata
ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat pengetahuan dan (Nurhadi, 2003:4). Keterampilan
dan konteks yang terbatas. sedikit-demi-sedikit, dan dari proses mengkonstruksi
sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota. Pembelajaran kontekstual yang dimaksud adalah: Menemukan
(Inquiry), Bertanya (Questioning), Masyarakat Belajar (Learning Community),
Permodelan (Modelling), Refleksi (reflection), dan Penilaian yang Sebenarnya
(Authentic Assesment).
Sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan
membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari,
yaitu, dengan konteks masyarakat.
Sumarwan (2004:1) menjelaskan pendekatan pembelajaran kontekstual
atau contextual teaching and learning lingkungan merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyatasiswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
72

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai


anggota keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan uraian pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud pendekatan pembelajaran kontekstual pribadinya, sosialnya, dan
budayanya.Untuk mencapai tujuan tersebut sistem CTL akan menuntun siswa
melalui kedelapan komponen utama CTL: melakukan hubungan yang bermakna,
mengerjakan pekerjaan yang berarti, yaitu Pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan guru mengaitkan content atau isi materi pelajaran dengan dunia
nyata siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan siswa baik sebagai
anggota keluarga maupun masyarakat.
3. Komponen Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran CTL menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari
dan sekaligus memperhatikan kebutuhan individual siswa dan peranan guru.
Berkaitan dengan itu, maka pendekatan CTL harus menekan hal-hal sebagai
berikut:
1) Belajar berbasis masalah, yaitu suatu pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi
dari materi pelajaran.
2) Pengajaran autentik, yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan
siswa untuk mempelajari konteks bermakna, sesuai dengan kehidupan
nyata.
3) Belajar berbasis inkuiri mengikuti metodologi sains dan menyediakan
kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4) Belajar berbasis proyek atau tugas. Pendekatan ini memperkenankan
siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengontruks (membentuk)
pembelajarannya.
73

5) Belajar kooperatif yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui


penggunaan kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Menurut Nurhadi (2003)pendekatan CTL dilakukan dengan melibatkan
komponen utama pembelajaran efektif yakni:
1) Konstruktivisme (Contructivism). Konstruktivisme merupakan landasan
berpikir pendekatan CTL, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau
kaidah yang siap diambil dan diingat. Tetapi manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
permasalahan, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Untuk itu
tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: a) Menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. b) Memberikan
kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. c)
Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi sendiri dalam belajar.
2) Bertanya (Questioning). Bertanya merupakan strategi utama
pembelajaran yang berbasis pendekatan CTL. Dalam sebuah
pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: a)
Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik. b) Melihat
pemahaman siswa. c) Membangkitkan respon pada siswa. d) Mengetahui
sejauh mana keingintahuan siswa. e) Mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa. f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru. g) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3) Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran menggunakan pendekatan CTL. Pengetahuan dan
keterampilan yang didapatkan siswa diharapkan bukan hanya hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan
sendiri. Siklus Inquiry adalah: a) Observasi, b) Bertanya, c) Mengajukan
74

pertanyaan, d) Pengumpulan data, e) Penyimpulan. Kata kunci dari


strategi inquiry adalah menemukan sendiri, adapun langkah-langkah
kegiatan menemukan sendiri adalah: a) Merumuskan masalah dalam
mata pelajaran apapun, b) Mengamati atau melakukan observasi, c)
Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan dan karya lainnya, d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
karya.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community). Guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Siswa yang pandai
mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberikan
informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga
meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
5) Pemodelan (Modeling). Pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru.
Model memberi peluang bagi guru untuk memberi contoh mengerjakan
sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara
belajar. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
6) Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang
bermakna diperoleh dari proses belajar. Pengetahuan yang dimiliki siswa
diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit
demi sedikit sehingga semakin berkembang. Guru perlu melaksanakan
refleksi diakhir program pembelajaran.
7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment). Penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment) adalah kegiatan menilai siswa yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
75

dengan berbagai instrumen penilaian. Karakteristik authentic assessment


adalah:
a) Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung.
b) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.
c) Keterampilan dan performansi merupakan ukuran, bukan hanya
mengingat fakta.
d) Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan terintegrasi.
e) Hasil penilaian dapat digunakan sebagai umpan balik.
4. Kelebihan dan Kekuran Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Kelebihan Pendekatan CTL memiliki kelebihan antara lain:
a) Meningkatkan akademik siswa
b) Siswa menjadi lebih aktif.
c) Lebih mengutamakan praktik daripada hafalan.
d) Melatih siswa berpikir kritis
e) Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kontekstual adalah sebagai
berikut:
a) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran
Kontekstual berlangsung.
b) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan
situasi kelas yang kurang kondusif.
c) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam CTL, guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolah
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang
B. Pengertian Workshop
76

Workshop adalah suatu kegiatan dimana beberapa orang yang ahli di


bidang tertentu berkumpul dengan sekelompok orang dengan latar belakang
profesi yang sama dan melakukan interaksi satu sama lain untuk membahas
masalah tertentu. Pada praktiknya, kegiatan workshop biasanya lebih fokus
mengupas secara tuntas masalah tertentu dan disertai dengan pelatihan kepada
peserta. Para peserta workshop akan mendapatkan pengetahuan baru yang
bermanfaat dan dapat diterapkan sesuai dengan bidang profesinya.
Adapun ciri-ciri workshop adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan workshop harus dihadiri oleh beberapa ahli atau pakar di
bidang tertentu yang sesuai dengan topik yang akan dibahas.
2) Topik atau masalah yang akan dikupas dalam workshop biasanya sangat
fokus dan berasal dari para peserta workshop itu sendiri (life centered).
3) Kegiatan workshop biasanya dilakukan dengan cara komunikasi dua arah
(musyawarah) antara pemateri dan peserta, sehingga dibutuhkan
keaktifan para peserta agar workshop tidak membosankan.
4) Kegiatan workshop menggunakan metode resource materials dan
resource person sehingga para pesertanya harus berpartisipasi aktif agar
kegiatan tersebut dapat mencapai hasil yang baik bagi semua pesertanya.
Pada dasarnya kegiatan workshop bertujuan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan baru kepada para peserta sesuai dengan bidang
profesinya melalui pelatihan. Misalnya, workshop penguasaan model-model
pembelajaran saintifik dan inovatif. Kegiatan workshop juga bermanfaat untuk
menambah kualifikasi profesi seseorang sesuai dengan bidang kerjanya. Dengan
kata lain, kegiatan workshop dapat memberikan dan meningkatkan kecakapan
dan kualitas diri seseorang.Selain itu, kegiatan workshop juga dapat bermanfaat
sebagai wadah dalam membangun kemitraan, kebersamaan, dan kerjasama antar
peserta. Kegiatan workshop juga merupakan media yang efektif untuk
mendiskusikan dan merumuskan metode strategis serta mensosialisasikan suatu
program kepada para pesertanya
77

C. Hasil Penelitian Yang Relevan


Beberapa hasil penelitian terdahulu yang terdapat kaitannya dengan
penelitian ini antara lain:
1. Penerapan Model Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap Hasil
Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Handayani Sungguminasa
Kabupaten Gowa oleh Nurhidayah, dkk. Menyimpulkan bahwa Hasil belajar
fisika siswa kelas XI SMA Handayani Sungguminasa sebelum diajar
menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
dalam kategori yang rendah, hasil belajar fisika siswa kelas XI SMA
Handayani Sungguminasa sesudah diajar menggunakan model pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL) meningkat dan dalam kategori
sedang, dan terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas XI SMA
Handayani Sungguminasa setelah diajar menggunakan model contextual
teaching and learning (CTL) dalam kategori sedang sehingga model
contextual teaching and learning (CTL) dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif model yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika.
2. Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pendidikan Sosial Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas Vii Smpn 11 Bandar Lampung
oleh Siti Robiah, menyimpulkan bahwa Pembelajaran IPS dengan
menerapkan pembelajaran Contectual Teaching and Learning (CTL) yang
telah dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 11 Bandar Lampung dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada materi Sumber Daya Alam. Hal
ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata kelas dan ketuntasan
klasikal dari siklus I sampai siklus III. Nilai rata-rata pada siklus I adalah
69,29 dengan ketuntasan klasikal mencapai 80%, dan pada siklus III
diperoleh nilai rata-rata kelas 81,57 dengan ketuntasan klasikal mencapai
91,43%.
3.4.2.2 Penyelesaian Masalah
Berdasarkan kajian teori di atas, agar pembelajaran di kelas menjadikan
siswa aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan maka dengan melalui
78

kegiatan yang berkesinambungan kepala sekolah dapat meningkatkan


kemampuan professional guru. Dengan program yang tersusun dengan baik
mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran akan terjamin
kualitasnya. Workshop bisa menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah
untuk membekali guru dalam berbagai masalah tentang pembelajaran.
Kurangnya minat belajar siswa di sekolah sangat mungkin terjadi karena
rendahnya kemampuan guru dalam penguasaan kelas ataupun tekhnik mengajar.
Berdasarkan kajian teori di atas, maka penyelesaian masalah yang
digunakan adalah dengan mengadakan workshop tentang penerapan Model
Pembelajaran Kontekstual di SMP Negeri 4 Penanggalan.
3.4.3 Bab III Metode Penelitian
3.4.3.1 Subyek, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan Sekolah ini dilaksanakan di SMP Negeri 4
Penanggalan. Subjek penelitian ini adalah guru-guru di SMP Negeri 4
Penanggalana , sebanyak 10 orang guru. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2021/2022. Waktuyang diperlukan untuk
penelitian tindakan sekolah adalah 3 (tiga) bulan.
3.4.3.2 Prosedur Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian tindakan sekolah, dengan empat
langkah pokok yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
(observasi), dan refleksi, dengan melibatkan 10 orang guru SMP Negeri 4
Penanggalan. Penelitian dilakukan tahapan secara berkelanjutan selama 3 (tiga)
bulan. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah meningkatkan kemampuan guru
dalam menerapan model pembelajaran kontekstual melalui kegiatan Workshop
di SMP Negeri 4 Penanggalan. Aspek yang diukur dalam observasi adalah
antusiasme guru SMP Negeri 4 Penanggalan dalam mengikuti Workshop dan
mengimplementasikan hasil Workshop. Pemantauan selanjutnya peneliti akan
melihat interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar, interaksi
dengan siswa dengan siswa dalam kerja sama kelompok, dan aktivitas siswa
dalam diskusi kelompok dan aktivitas lain yang mendukung.
79

3.4.3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi berupa hasil
karya penyusunan RPP, wawancara dan instrument analisis penilaian.
3.4.3.4 Teknik Analisis Data
Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuantitatif
yang berupa perhitungan dan teknik kualitatif yang berupa uraian. Setelah data
terkumpul dan diperiksa, bila memenuhi persyaratan maka data tersebut
ditabulasikan dalam tabel yang telah siap untuk pengolahan. Setelah dicek
kebenarannya kemudian dihitung persentasenya.

3.4.4 Daftar Pustaka


Ali, S dan Khaeruddin. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Makassar: Universitas
Negeri Makassar.
Aqib, Zaenal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual. Bandung: Yrama Widya
Arikonto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara
D, Yulianti, dkk. 2011. Penerapan Jigsaw Puzzle Competition dalam
Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Minat dan Hasil
BelajarFisika Siswa SMP.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.6 (1):8489.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Musfiqon. 2011. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Sidoarjo: PT.
Prestasi Pustaka.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Kencana.
3.5 Peningkatan Kompetensi Calon Pengawas Sekolah Berdasarkan Hasil Analisis
Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK)
3.5.1 Persiapan
80

Langkah pertama yang penulis lakukan pada tahap ini adalah


menganalisa hasil AKPK yang dikeluarkan oleh LPPKSPD tentang kelemahan-
kelemahan yang calon pengawas miliki yaitu kompetensi evaluasi pendidikan
yang memiliki nilai yaitu 67,50. Sekolah yang calon pengawas pilih adalah SMP
Negeri 1 Penanggalan karena sekolah tersebut memilki keunggulan dalam
pelaksanaan Evaluasi Pendidikan.

Gambar 3.1 :
Indikator AKPK yang akan di tingkatkan oleh calon pengawas sekolah
adalah : Komptensi Evaluasi Pendidikan.
81

Gambar 3.2. : Indikator AKPK yang akan ditingkatkan


Tema yang menjadi fokus peningkatan AKPK adalah : Penilaian untuk
menperbaiki mutu pendidikan.
1. Membuat Daftar Pertanyaan Untuk Wawancara
Daftar Pertanyaan sebagai Panduan Wawan cara di Sekolah SMP Negeri
1 Penanggalan sebagai Sekolah Magang
Tabel 3.7 : Panduan Wawancara di SMP Negeri 1 Penanggalan

No Pertanyaan/Pernyataan Tanggapan

Guru
1. Apakah guru di sekolah anda sudah
menyusun Silabus?
2. Apakah guru di sekolah anda sudah
menyusun RPP sesuai dengan
karakteristik peserta didik?
3. Apakah Guru sudah melakukan
penilaian hasil belajar?
4. Apakah guru di sekolah anda sudah
1 melakukan analisis hasil penilaian
(ujian) sebagai acuan untuk
pembelajaran yang akan datang
5. Apa yang Kepala sekolah lakukan untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam
melakukan penilaian?
6. Apakah guru di sekolah anda sudah
melakukan berbagai teknik penilaian?
7. Apakan Kepala sekolah sudah
melakukan penilaian kinerja guru?
Tenaga perpustakaan
1. Apakah Kepala sekolah sudah
melakukan penilaian kinerja tenaga
perpustakaan
2. Apakah kepala perpustakaan di sekolah
2 Anda sudah merencanakan
penyelenggaraan kegiatan Perpustakaan
3. Apakah Kepala Perpustakaan di sekolah
anda menyelenggarakan monitoring dan
Evaluasi penyelenggaaraan kegiatan
perpustakaan
82

No Pertanyaan/Pernyataan Tanggapan

Tenaga Laboratorium
1. Apakah kepala Laboratorium
merencanakan kegiatan dan
pengembangan laboratorium sekolah
Tenaga Administrasi
1. Apakah kepala sekolah melakukan
penilaian kinerja Tenaga Administrasi?
3 2. Apakah tenaga Administarsi di sekolah
anda membuat Administrasi Persuratan
dan pengarsipan?
3. Apakah tenaga Administarsi di sekolah
Anda membuat Administrasi Sarana dan
Prasarana
4. Apakah tenaga Administarsi di sekolah
anda membuat Administrasi Keuangan

2. Membuat Instrumen mengidentifikasi AKPK di sekolah Magang


LEMBAR OBSERVASI PENINGKATAN AKPK Evaluasi Pendidikan
Nama Sekolah : ....................................................
Tahun : ....................................................
Cara Pengisian :
1. Isilah Identitas sekolah yang terdiri dari nama Sekolah dan Tahun pengisian
2. Isi tabel ketepenuhan dengan tanda contreng ( √ )
Tabel 3.8 : Lembar Observasi Peningkatan AKPK Evaluasi Pendidikan
Keterpenuhan
No Pertanyaan /Pernyataan
0 1 2
1 Guru memiliki sertifikat Kompetensi
2 Guru yang memanfaatkan waktu secara
Bermanfaat
3 Guru yang tepat waktu masuk dan keluar dalam
mengajar
4 Guru disiplin dalam kepatuhan pada aturan sekolah
5 Guru menguasai materi pelajaran
6 Guru menguasaan dan penerapan metode
83

Keterpenuhan
No Pertanyaan /Pernyataan
0 1 2
pembelajaran yang kreatif
7 Guru mampu membangkitkan antusiasme siswa
mengikuti proses belajar
8 guru mampu menggunakan sumber belajar yang
bervariasi
9 Sekolah memiliki dokumen rencana kerja sekolah
dalam bentuk RKS (Rencana Kerja Sekolah 4-
tahunan) dan RKA-S (Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah) atau rencana kerja tahunan)
10 Penyusunan rencana kerja sekolah (RKS)
memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah,
disetujui oleh Dewan Pendidik, dan disahkan
berlakunya oleh Dinas Pendidikan kab/kota atau
oleh penyelenggara sekolah bagi sekolah swasta
11 Sekolah menyusun pedoman-pedoman pengelolaan
sekolah
12 Sekolah melakukan evaluasi rencana kerja sekolah
2 kali setahun
13 Program supervisi dan evaluasi meliputi:
pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut
14 Sekolah melakukan tindak lanjut hasil evaluasi
pelaksanaan program/kegiatan sekolah.
15 Sekolah melakukan evaluasi pendayagunaan
pendidik dan tenaga kependidikan pada setiap
akhir semester
16 Guru dilibatkan dalam perumusan visi, misi dan
tujuan, serta penyusunan rencana kerja sekolah.
17 Sesuai kompetensinya kepala sekolah dapat
dijadikan teladan bagi semua warga sekolah
18 Sekolah menyusun laporan pengelolaan
pembiayaan terutama dana BOS
19 Guru menyusun Instrumen Penilaian dimana
terdapat kesesuaian instrumen penilaian dengan
standar isi dan proses pembelajaran
20 Guru menyusun instrumen penilaian sesuai dengan
kompetensi yang diukur
21 tersedia pedoman yang jelas untuk pelaksanaan
penilaian
22 Guru menggunakan hasil penilaian untuk
84

Keterpenuhan
No Pertanyaan /Pernyataan
0 1 2
memperbaiki proses belajar mengajar
23 tersedia prosedur, kisi-kisi, dan kriteria penilaian
24 Penilaian yang dilakukan Guru menggunakan
beberapa instrumen sesuai dengan elemen
kompetensi, yakni: kognitif, psikomotor, dan
afektif
25 Guru melakuan penilaian secara berkesinambungan
selama proses belajar mengajar
26 Guru melakukan penilaian secara terencana mulai
dari tahap penetapan indikator, pemilihan jenis
instrumen, penyusunan instrumen, dan pembahasan
instrumen bersama teman sejawat
27 Guru membuat rancangan penilaian yang
menggunakan berbagai teknik penilaian
28 Guru menyampaikan hasil penilaian akhir kepada
peserta didik dalam bentuk satu nilai disertai
deskripsi
29 Guru menggunakan berbagai teknik penilaian
untuk menilai hasil belajar kognitif, keterampilan,
dan afektif
30 Kepala sekolah melakukan penilaian kinerja tenaga
Kependidikan
31 Kepala perpustakaan merencanakan
penyelenggaraan kegiatan Perpustakaan
32 Kepala Perpustakaan menyelenggarakan
monitoring dan Evaluasi penyelenggaaraan
kegiatan perpustakaan
33 Kepala Perpustakaan melakukan pelayanan Teknis
34 Kepala perpustakaan melakukan pelayanan
perpustakaan
35 Kepala Laboratorium merencanakan kegiatan dan
pengembangan laboratorium sekolah
36 Tenaga Administarsi membuat Administrasi
Kesiswaan
37 Tenaga Administarsi membuat Administrasi
Persuratan dan pengarsipan
38 Tenaga Administarsi membuat Administrasi
Sarana dan Prasarana
39 Tenaga Administarsi membuat Administrasi
85

Keterpenuhan
No Pertanyaan /Pernyataan
0 1 2
Keuangan
40 Tenaga Administarsi membuat Administrasi
Kepegawaian
41 Kepala Sekolah melakukan Penilaian Kinerja guru
dan TAS ( Ka. TU, Ka.Pustaka, Ka. Laboratoriun)
42 Kepala sekolah menunjukkan pemahaman dan
kemampuannya mengenai cara memanfaatkan hasil
penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan, dan mampu
memfasilitasi pendidik memanfaatkan hasil
penilaian tersebut.
43 Kepala Sekolah menunjukkan pemahaman dan
kemampuannya mengenai cara
memfasilitasi pendidik dalam melakukan refleksi
diri terhadap hasil penilaian pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan.
44 Kepala Sekolah dapat menunjukkan Pemahaman
dan kemampuan mengenai konsep, aspek-aspek
penting dan cara melaksanakan penilaian kinerja
kepala sekolah , guru, TU, pengelola Perpustakaan
dan tenaga Laboratorium
45 Kepala Sekolah melakukan Analisis hasil Penilaian
Kinerja guru dan TAS ( Ka. TU, Ka.Pustaka, Ka.
Laboratoriun)
Skor yang di peroleh
Nilai = skor yang di peroleh/ skor seluruhnya x 100% = /90 x 100% =

Kesimpulan:

Tindak lanjut:

Keterangan:
Skor 2, Apabila semua dokumen ada, lengkap dan baik sesuai rambu-rambu
Skor 1, Apabila memenuhi sebagian kecil dokumen dan sesuai dengan rambu-
rambu
Skor 0, Apabila tidak memenuhi dokumen dan tidak sesuia dengan rambu-
rambu.
86

Mengetahui ......, .................. 2021


Calon Pengawas Kepala sekolah

Fajriani, S.Pd.I (...................................)


NIP. 19670314 199103 2 002 NIP

3.5.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan Peningkatan AKPK Calon Pengawas sekolah di lakukan di
SMP Negeri 1 Penanggalan sebagai sekolah magang, dengan Evaluasi
Pendidikan sebagai Indikator AKPK yang harus ditingkatkan. Tema yang
menjadi fokus peningkatan AKPK Calon Pengawas Sekolah adalah Penilaian
untuk memperbaiki Mutu Pendidikan.

Kegiatan peningkatan AKPK berlangsung selama 10 JP dengan rincian


aktifitas:
a) Melakukan wawancara dengan kepala SMP Negeri 1 Penanggalan
dengan panduan wawancara yang sudah di persiapkan.
b) Mengisi lembar Observasi Peningkatan AKPK
c) Mengidentifikasi Analisis hasil Penilaian Kinerja Guru di SMP Negeri
1 Penanggalan
d) Wawancara dan diskusi dengan guru SMP Negeri 1 Penanggalan
pelaksanaan Evaluasi Penilaian dalam pembelajaran.
e) Wawancara dan Diskusi dengan tenaga TU, Pustaka dan Laboratorium
terhadap pelaksanaan Penilaian Kinerja yang sudah dilakukan.
3.5.3 Hasil Pelaksanaan
Setelah melakukan kegiatan di SMP Negeri 1 Penanggalan selama 10 JP
untuk meningkatkan AKPK Calon pengawas sekolah di peroleh Hasil.
87

1. Calon pengawas sekolah mendapat informasi bahwa salah satu kegiatan


yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru
terutama dalam penilaian adalah guru mengikuti MGMP. Calon pengawas
sekolah menemukan bahwa guru sudah melakukan penilain dan membuat
analisi penilaian serta memanfaatkannya untuk merencanakan pembelajaran
yang akan datang.
2. Berdasarkan lembar Observasi Peningkatan AKPK yang sudah diisi oleh
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Penanggalan diperoleh Nilai 72% atau Baik.
Calon pengawas Sekolah mendapatkan pengetahuan bagaimana menyusun
Program Supervisi dan Evaluasi serta tindak lanjutnya.
3. Calon Pengawas sekolah memperoleh informasi cara melakukan penilaian
Kinerja dan cara menganalisisnya.
88

Berikut Hasil penilaian Kinerja Guru di SMP Negeri 1 Penanggalan.


Tabel 3.9 : Analisis Penilaian Kinerja Guru
Kompetensi

Tindak
Lanjut
SKor

Nilai
No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Elvira Syam, S.Pd 89
4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 50
%
2 Evarina, S.Pd 87
4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 49
%
3 82
Fitwah Afandi, S.Si 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 46
%
4 Halimatussakdiah, 87
4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 49
S.Pd.I %
5 M. Nur, S.Pd 87
4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 49
%
6 Sariana Siahaan, 87
4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 49
S.Pd %
7 83
Sariati Selian, S.Pd 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 47
%
8 Surya Ningsih 78
Ambarita, S.Pd
3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 44
%
89

9 Upi Robayanti, 78
S.Pd
3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 44
%
10 Yusniar Sinaga, 78
S.Pd.I
3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 44
%
90

4. Hasil diskusi dan wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa kepala
sekolah sudah melakukan penilaian Kinerja terhadap guru. Penilaian hasil
belajar yang dilakukan oleh guru sudah dilakukan dan menyusun Instrumen
Penilaian sesuai dengan kompetensi yang diukur. Hasil penilaian digunakan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
5. Kepala sekolah sudah melakukan penilaian Kinerja terhadap TU, Laboran
dan kepala perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai