Anda di halaman 1dari 9

JURNAL

MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK MKP


KETERLAMBATAN PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA
PADA SISTEM TREASURY SINGLE ACCOUNT (TSA): ANALISIS TEKNIS
DAN YURIDIS

Iskandar
Politeknik Keuangan Negara STAN
kandar@kemenkeu.go.id

INFORMASI ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima Pertama
[17 05 2017] Pelimpahan Penerimaan Negara dari Rekening Penerimaan
pada Bank Persepsi ke Subrekening Kas Umum Negara pada
Dinyatakan Diterima
[17 05 2017] Bank Indonesia (Sub RKUN BI) merupakan salah satu
aktivitas dalam penerapan Treasury Single Account (TSA)
KATA KUNCI: dalam bidang penerimaan negara. Keterlambatan
keterlambatan, kiriman uang, penerimaan negara,
pelimpahan, termasuk transaksi outstanding yang berakibat
treasury single account
pada denda keterlambatan menjadi issue yang
dipermasalahkan Bank/Pos Persepsi kepada otoritas
KLASIFIKASI JEL: pengelola penerimaan negara dan kas negara. Paper ini
H680, H290
menganalisis faktor keterlambatan pelimpahan penerimaan
negara ke Sub RKUN BI melalui BI-RTGS tersebut, ditinjau
dari aspek teknis maupun yuridis. Hasil penelitian
menunjukkan dari sisi teknis, proses pelimpahan melalui
Bank Indonesia – Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
memiliki beberapa permasalahan teknis yang terkait. Dari
aspek yuridis, perlakuan hukum terhadap keterlambatan
pelimpahan negara menjadi faktor penting dalam rangka
TSA bidang penerimaan negara.

Halaman 1
KETERLAMBATAN PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA Jurnal Manajemen Keuangan Publik
SISTEM TREASURY SINGLE ACCOUNT (TSA): ANALISIS TEKNIS DAN Vol.1, No.1, (2017), Hal.1-9
YURIDIS
Iskandar Halaman 2

1. PENDAHULUAN operasional yang ditunjuk. Pengelolaan penerimaan


negara dilakukan secara sentralisasi oleh KPPN Khusus
1.1. Latar Belakang Penerimaan sebagai unit yang secara khusus bertugas
Tujuan pengelolaan kas negara adalah untuk menatausahakan penerimaan negara.
memastikan adanya jumlah uang yang tepat pada
tempat dan waktu yang tepat pula, sehingga mampu Salah satu titik kritis yang perlu dicermati dalam
memenuhi kewajiban dengan cara yang paling efektif. pelaksanaan kiriman uang/pelimpahan penerimaan
Tujuan tersebut antara lain dicapai dengan negara oleh Bank/Pos Persepsi ke Rekening Sub RKUN
mempercepat penguasaan kas. Pengelolaan kas BI melalui BI RTGS adalah pelimpahan dinyatakan
meliputi berbagai prosedur dan sistem pemungutan, terlambat masuk Rekening Sub RKUN BI. Sesuai
pengumpulan, serta pencairan kas. Fitur utama dalam dengan Nota Debet Bank/Pos Persepsi bahwa
pengelolaan kas yang efisien adalah Treasury Single penerimaan negara telah dilimpahkan dan telah
Account (TSA) yang mengkonsolidasi saldo-saldo kas terkirim sesuai dengan batas waktu pelimpahan,
pemerintah. TSA terkait dengan arus kas masuk dan tetapi belum diterima/tercatat pada Rekening Sub
arus kas keluar yang diperoleh dari pemungutan RKUN BI. Transaksi kiriman uang/pelimpahan tersebut
pendapatan, belanja, utang, dan transaksi keuangan seolah-olah masih di ‘perjalanan’ (outstanding)
lainnya. karena uang tersebut sudah tidak ada di Rekening
Bank Persepsi, tetapi belum masuk ke Sub RKUN di BI.
Dalam bidang penerimaan negara, prinsip TSA Keterlambatan kiriman/pelimpahan penerimaan
adalah rekening penerimaan pada Kantor Pelayanan negara ini menjadi semakin sensitif ketika nilainya
Perbendaharaan Negara (KPPN) bersaldo nihil dan sangat besar karena dendanya juga akan besar.
seluruh penerimaan negara wajib dilimpahkan ke Berdasarkan data pada MPN G2, dalam tahun 2016
Rekening Sub Rekening Kas Umum Negara (SubRKUN) jumlah penerimaan negara melalui Bank/Pos Persepsi
pada Bank Indonesia (BI) paling lambat pada akhir hari sebesar Rp. 1.346 T, yang berasal dari 81 Bank/Pos
kerja. Setoran/pembayaran penerimaan negara dari Persepsi. Bila di rata-rata, per hari kerja sebesar Rp.5,6
para penyetor yang diterima melalui berbagai channel trilyun, atau Rp.69 milyar per hari per bank. Untuk
pembayaran pada Bank Umun/Pos (sebagai collecting bank besar, nilai pelimpahan penerimaan negara
agent) masuk pada Rekening Penerimaan. Bank dapat mencapai 1,36 trilyun per hari kerja.
Umum/Pos yang ditunjuk oleh Kementerian Keuangan
untuk melayani setoran pembayaran penerimaan Penelitian yang terkait dengan TSA bidang
negara dikenal dengan istilah Bank/Pos Persepsi. Uang penerimaan masih jarang ditemui. Hasil penelitian
yang terkumpul pada Rekening Penerimaan pada Purnaningrum (2010), menyimpulkan bahwa secara
masing-masing Bank/Pos Persepsi dilimpahkan ke Sub umum ketentuan yang berhubungan dengan
Rekening Kas Umum Negara (Sub RKUN) pada BI pada penerapan TSA telah mencerminkan terwujudnya
sore hari. prinsip efektif dan efisien dalam pengelolaan kas
negara. Prinsip efektif memastikan pemerintah
Pelimpahan Penerimaan Negara dari Rekening membayar kewajiban tepat waktu, prinsip efisien
Penerimaan pada Bank Persepsi ke Sub RKUN BI tercipta dengan pemanfaatan semaksimal mungkin
melalui BI RTGS merupakan salah satu prosedur dalam sumber dana pada kas negara. Penerapan TSA juga
penerapan Treasury Single Account (TSA) dalam telah mencerminkan asas keterbukaan sebagai asas-
bidang penerimaan negara. Sebelum adanya TSA, asas umum pemerintahan yang baik. Anam, Saiful
terdapat inefisiensi pada pengelolaan penerimaan dan (2012) meneliti penerapan TSA Rekening Penerimaan,
pengeluaran. Pada sisi penerimaan, awalnya bank/pos yaitu menguji tambahan biaya dan tambahan manfaat
persepsi masih diperbolehkan untuk memegang dana penerapan TSA Rekening Penerimaan di Wilayah
mengambang (floats) dalam saldo-saldo pemerintah Jakarta dibandingkan dengan Kebijakan Non TSA.
yang disimpan pada bank tersebut, karena prosedur Penelitian ini menggunakan data penerimaan kas
pemindahbukuan dana (pelimpahan) ke Rekening TSA negara yang diadministrasikan oleh KPPN-KPPN di
di BI memungkinkan dilakukan dua atau tiga kali dalam Wilayah Jakarta. Hasil pengujian statistik
seminggu. Penerapan TSA Penerimaan secara penuh perbandingan antara tambahan biaya dan tambahan
telah dimulai awal tahun 2010. Saat itu sampai dengan manfaat penerapan TSA Rekening Penerimaan
pertengahan tahun 2016, rekening masih tersebar menunjukkan bahwa kedua pengujian baik parametrik
pada Kantor Cabang Bank yang bermitra dengan KPPN maupun nonparametrik memberikan kesimpulan
setempat. Pelimpahan ditujukan ke Rekening Sub bahwa tambahan manfaat penerapan TSA Rekening
RKUN pada Kantor BI setempat. Dengan berlakunya Penerimaan adalah lebih besar daripada tambahan
Sistem Penerimaan Secara Elektronik atau lebih biayanya. Indra dan Adam melakukan evaluasi
dikenal dengan Modul Penerimaan Negara Generasi 2 implementasi manajemen kas pemerintah pusat
(MPN G2), untuk setiap Bank/Pos Persepsi hanya ada dengan studi kasus pada Direktorat Pengelolaan Kas
satu Rekening Penerimaan (rupiah) yang berada Negara Ditjen Perbendaharaan. Hasil evaluasi atas TSA
kantor pusat atau di salah satu kantor cabang/kantor bidang Penerimaan Negara tersebut, ditemukan
KETERLAMBATAN PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA Jurnal Manajemen Keuangan Publik
SISTEM TREASURY SINGLE ACCOUNT (TSA): ANALISIS TEKNIS DAN Vol.1, No.1, (2017), Hal.1-9
YURIDIS
Iskandar Halaman 3

adanya kendala yaitu Bank Persepsi terlambat dalam


melimpahkan penerimaan ke rekening kas negara di Pada sisi penerimaan, manfaat TSA dapat dicapai
BI. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan ketika melalui kecepatan pengumpulan dan penguasaan kas
penatausahaan penerimaan masih tersebar di KPPN untuk dikonsolidasikan pada TSA. Menteri Keuangan
daerah yang bermitra dengan Cabang Bank Persepsi memiliki kewenangan untuk mengelola dan
dengan menggunakan sistem MPN G1. Penelitian mengoperasikan suatu rekening tunggal (disebut
terhadap TSA penerimaan setelah sentralisasi Rekening Kas Umum Negara, RKUN) di bank sentral.
Rekening Penerimaan dengan berlakunya MPN G2 Seluruh penerimaan dan pengeluaran wajib
belum ditemui. Selain itu, belum ada yang mengkaji menggunakan RKUN. RKUN digunakan untuk
lebih detail mengenai proses pelimpahan penerimaan memenuhi kebutuhan kas pemerintah. Selain itu,
negara dan perlakuan atas keterlambatan pelimpahan terkait TSA bidang penerimaan terdapat Rekening
penerimaan negara. SubRKUN pada BI dan Rekening Penerimaan pada
setiap Bank/Pos Persepsi. Menurut Peraturan
Mencermati permasalahan tersebut, penulis
Pemerintah nomor 39 tahun 2007 tentang
bermaksud menganalisis keterlambatan pelimpahan
Pengelolaan Uang Negara/Daerah, guna
penerimaan negara ke Sub RKUN BI melalui BI-RTGS,
memperlancar pelaksanaan penerimaan dan
termasuk yang masih berstatus oustanding tersebut,
pengeluaran negara, Bendahara Umum Negara dapat
baik dari segi yuridis maupun teknis. Tulisan ini dapat
membuka Subrekening Kas Umum Negara (RKUN) dan
bermanfaat, baik secara keilmuan dalam manajemen
rekening lainnya di Bank Sentral. RKUN merupakan
keuangan publik maupun dalam praktik
bagian dari Rekening Kas Umum Negara.
penatausahaan penerimaan dan pengelolaan kas
negara.

2. KERANGKA TEORI Gambar 3 : Rekening pada TSA


2.1. TSA Penerimaan dan Kiriman Uang Pelimpahan

TSA merupakan salah satu komponen awal dan


terpenting dalam pengelolaan kas negara. TSA sebagai
suatu struktur terpadu dari berbagai jenis rekening
pemerintah yang memberikan suatu pandangan
terkonsolidasi atas sumber kas pemerintah.
(Pattanayak & Fainboim, 2010). Berdasarkan prinsip
kesatuan kas dan perbendaharaan, TSA adalah sebuah
atau sejumlah rekening yang saling terhubung yang
diperlukan pemerintah untuk melakukan seluruh
transaksi penerimaan dan pengeluarannya. Tujuan Sumber: “Diolah dari Reformasi Pengelolaan Kas di
utama TSA adalah untuk memastikan kendali agregat Indonesia: Dari Administrasi Kas Menuju Pengelolaan
yang efektif atas saldo-saldo kas pemerintah. Upaya Kas Secara Aktif”
pemerintah dalam meningkatkan pengelolaan kas
negara berfokus pada TSA yang sesuai dengan praktik Rekening Penerimaan pada Bank/Pos Persepsi untuk
internasional yang baik. Keterkaitan pengelolaan kas menampung transaksi setoran penerimaan negara
dengan TSA digambarkan berikut. (pajak dan bukan pajak). Rekening Sub RKUN
digunakan untuk penampungan sesaat (temporary
Gambar 2 deposit) setoran penerimaan negara dari Rekening
Keterkaitan Pengelolaan Kas dengan TSA
Penerimaan sebelum dikonsolidasikan ke dalam
RKUN. Pemindahan dana dari Rekening Penerimaan
pada setiap Bank Persepsi ke Rekening SubRKUN
dilakukan dengan mekanisme transfer, dan dikenal
dengan istilah Kiriman Uang/Pelimpahan Penerimaan
Negara. Pelimpahan Penerimaan Negara ke Sub RKUN
BI dilakukan melalui Sistem BI RTGS. Selanjutnya,
saldo pada Sub RKUN dipindahbukukan ke RKUN
secara otomatis (by system).
Pelimpahan Penerimaan Negara merupakan
Sumber: “Reformasi Pengelolaan Kas di Indonesia: salah satu kegiatan dalam rangkaian proses penerapan
Dari Administrasi Kas Menuju Pengelolaan Kas Secara Treasury Single Account (TSA) dalam bidang
Aktif” penerimaan negara. Mengacu PMK Nomor
KETERLAMBATAN PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA Jurnal Manajemen Keuangan Publik
SISTEM TREASURY SINGLE ACCOUNT (TSA): ANALISIS TEKNIS DAN Vol.1, No.1, (2017), Hal.1-9
YURIDIS
Iskandar Halaman 4

32/PMK.05/2010 dan PER-32/PB/2010, prinsip dalam terdapat dua subsistem, yaitu pada sisi penyelenggara
TSA Penerimaan adalah rekening penerimaan KPPN (BI) disebut RTGS Central Node (RCN), dan sisi peserta
bersaldo nihil dan seluruh penerimaan negara wajib (bank) yang disebut RTGS Participant Platform (RPP).
dilimpahkan ke Rekening SUBRKUN KPPN pada BI RCN yaitu Sistem BI-RTGS pada BI yang menyediakan
paling lambat pada akhir hari kerja. Penerapan TSA fungsi penatausahaan Rekening Setelmen Dana,
Penerimaan secara penuh telah dimulai awal tahun Setelmen Dana, dan fungsi-fungsi lain dalam rangka
2010. Saat itu sampai dengan tahun pertengahan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS. RPP adalah Sistem
tahun 2016, rekening masih tersebar pada Kantor BI-RTGS pada Peserta yang terhubung dengan RCN dan
Cabang Bank yang bermitra dengan KPPN setempat. digunakan oleh Peserta untuk melakukan kegiatan
Pelaksanaan pelimpahaan ditujukan ke Rekening Sub pengiriman instruksi Setelmen Dana, akses informasi,
RKUN pada Kantor BI setempat. Dengan berlakunya dan/atau pengelolaan data Peserta. Dalam
Sistem Penerimaan Secara Elektronik atau lebih penggunaannya, Sistem BI RTGS terdapat 2 (dua) jenis
dikenal dengan Modul Penerimaan Negara Generasi 2 user, yaitu Connected User dan Unconnected User.
(MPN G2), untuk setiap Bank/Pos Persepsi hanya ada Connected User adalah user yang ditatausahakan dan
satu Rekening Penerimaan (rupiah) yang berada diberikan oleh Penyelenggara kepada Peserta untuk
kantor pusat atau di salah satu kantor cabang/kantor melakukan akses ke RCN melalui RPP serta memiliki
operasional yang ditunjuk. Rekening tersebut dibuka Digital Certificate untuk mekanisme pengamanan
dan ditatausahakan oleh KPPN Khusus Penerimaan pengiriman instruksi Setelmen Dana dari RPP ke RCN
sebagai unit yang secara khusus bertugas serta penerimaan dan pengiriman administrative
menatausahakan penerimaan negara. message dari dan ke RCN. Unconnected User adalah
user yang didaftarkan oleh Peserta pada RPP yang
memiliki fungsi membuat instruksi dan melakukan
2.2. Sistem BI RTGS kegiatn yang bersifat lokal, namun tidak dapat
mengirimkan instruksi ke RCN.
Pelimpahan Penerimaan Negara ke Sub RKUN BI Dalam Sistem BI-RTGS terdapat ketentuan
dilakukan melalui Sistem BI RTGS. Menurut Peraturan tentang antrian (queue mechanism). Sistem antrian
Bank Indonesia Nomor 17/18/PBI/2015 Sistem Bank tersebut menetapkan level transaksi yang masuk
Indonesia-Real Time Gross Settlement yang berdasarkan tingkat kepentingan transaksi. Tingkat
selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah kepentingan transaksi yang masuk dalam sistem
infrastruktur yang digunakan sebagai sarana transfer antrian dibedakan menjadi level high priority, priority
dana elektronik yang setelmennya dilakukan seketika dan normal. Transaksi yang dikirimkan pada kondisi
per transaksi secara individual. Transfer dana melalui saldo giro tidak mencukupi akan masuk dalam sistem
Sistem BI-RTGS adalah rangkaian kegiatan yang antrian. Waktu layanan (window time) BI-RTGS adalah
dimulai dengan perintah dari Peserta pengirim yang antara pukul 06.30 s.d. 16.30, sehingga transaksi yang
bertujuan memindahkan sejumlah dana kepada masuk setelah pukul 16.30 akan diproses pada hari
Peserta penerima yang disebutkan dalam perintah berikutnya.
transfer sampai dengan diterimanya dana oleh
penerima. Peserta Sistem BI-RTGS adalah bank dan 2.3. Pelimpahan Penerimaan Negara
pihak selain bank yang telah memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh BI. Settlement atau penyelesaian Setoran/pembayaran penerimaan negara masuk
akhir adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan dan terkumpul dalam Rekening Peneriman pada
Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia. masing-masing Bank/Pos Persepsi. Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014
Salah satu persyaratan untuk menjadi peserta tentang Sistem Penerimaan Negara secara Elektronik,
dalam Sistem BI-RTGS adalah memiliki Rekening penerimaan Negara yang diterima oleh Bank/Pos
Setelmen Dana di Bank Indonesia sebagai sarana Persepsi setelah Pukul 15.00 waktu setempat pada
untuk penyelesaian akhir transaksi Sistem BI-RTGS. hari kerja sebelumnya sampai dengan Pukul 15.00
Rekening Setelmen Dana adalah rekening Peserta waktu setempat hari kerja berkenaan wajib
Sistem BI-RTGS dalam mata uang Rupiah dan/atau dilimpahkan dari rekening penerimaan dan harus
valuta asing yang ditatausahakan di Bank Indonesia diterima di rekening sub Rekening KUN paling lambat
untuk pelaksanaan setelmen dana. Setelmen dana pukul 16.30 WIB. Pelimpahan penerimaan negara
hanya dilakukan apabila dana yang terdapat pada tersebut dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Persepsi
Rekening Setelmen Dana mencukupi untuk atau kantor cabang yang ditunjuk sebagai koordinator
pelaksanaan Setelmen dana. penatausahaan penerimaan negara secara elektronik.
Sejak 16 November 2015, Bank Indonesia Pelimpahan penerimaan negara dalam mata uang
mengimplementasikan Sistem BI RTGS Generasi II rupiah dilakukan menggunakan sistem BI-RTGS.
(Bank Indonesia Resmikan Sistem Penyelesaian Bank/Pos Persepsi yang terlambat/kurang
Transaksi Generasi Baru , 2016). Dalam sistem BI RTGS melakukan pelimpahan penerimaan negara dikenai
KETERLAMBATAN PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA Jurnal Manajemen Keuangan Publik
SISTEM TREASURY SINGLE ACCOUNT (TSA): ANALISIS TEKNIS DAN Vol.1, No.1, (2017), Hal.1-9
YURIDIS
Iskandar Halaman 5

sanksi administratif berupa denda. Besaran denda proses dan kondisi yang terkait dengan teknis
ditetapkan dalam perjanjian kerja sama antara permasalahan yang dikaji yaitu transfer kiriman uang
Direktur Jenderal Perbendaharaan pelimpahan penerimaan melalui BI RTGS. Spesifikasi
KementerianKeuangan selaku Kuasa BUN Pusat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis,
dengan Bank/Pos Persepsi. Sesuai dokumen Perjanjian sehingga diharapkan dapat memperoleh gambaran
Jasa Layanan Perbankan dalam rangka TSA yang jelas, rinci, dan sistematis.
Penerimaan, keterlambatan pelimpahan akan Teknis pengumpulan yang digunakan adalah
dikenakan denda keterlambatan oleh KPPN Khusus studi pustaka, pengamatan langsung, dan wawancara.
Penerimaan. Besarnya denda keterlambatan adalah Studi pustaka peraturan perundangan, regulasi, buku,
satu per mil (1/1000) dikalikan jumlah hari jurnal, dan sumber lainnya. Pengumpulan data
keterlambatan dan nilai pelimpahan. Bila terdapat pengamatan secara langsung di KPPN Khusus
gangguan jaringan sistem BI-RTGS, Bank/Pos Persepsi Penerimaan, wawancara dengan pegawai pada KPPN
dapat mengajukan pembebasan denda Khusus Penerimaan dan beberapa Bank Persepsi, serta
keterlambatan. penggalian informasi secara elektronik dengan BI.

3. METODOLOGI PENELITIAN 4. HASIL PENELITIAN


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif Untuk menganalisis permasalahan tersebut,
deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan metode- perlu dicermati hal-hal yang terkait dengan
metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna pelaksanaan kiriman uang/pelimpahan penerimaan
yang dianggap berasal dari masalah sosial dan negara oleh Bank Persepsi ke Sub RKUN BI melalui
kemanusiaan. Salah satu karekteristik penelitian sistem BI RTGS, baik dari aspek teknis kiriman uang
kualitatif adalah berusaha membuat gambaran melalui BI-RTGS maupun aspek yuridis.
kompleks dari suatu masalah atau isu yang diteliti,
4.1. Tinjauan Aspek Teknis
Creswell (2009). Hal ini melibatkan usaha pelaporan
Dari aspek teknis, maka perlu dicermati alur dan hal-
perspektif-perspektif, pengidentifikasian faktor-faktor
hal yang terkait dengan pelimpahan melalui BI RTGS
yang terkait dengan situasi tertentu, dan secara umum
berikut.
usaha pensketsaan atas gambaran besar yang muncul.
Dari sisi tujuan, penelitian ini adalah penelitian a. Alur Transaksi Pelimpahan dari Bank ke Sistem BI-
deskriptif yaitu penelitian yang mencoba menemukan RTGS
jawaban atas pertanyaan siapa, apa, kapan, dimana,
dan kadang-kadang bagaimana (Cooper dan Schindler, Kepesertaan perbankan dalam BI-RTGS adalah
2001). Strategi penelitian yang dipilih adalah pada level Bank (pusat). Setiap bank terdaftar sebagai
pendekatan studi kasus, yaitu mengeksplorasi proses, peserta dengan 1 (satu) member code. Transaksi
aktivitas, dan peristiwa, Creswell (2009, 264). Strategi dengan BI untuk kepentingan terkait Pemerintah
tersebut dinilai sesuai dengan obyek dan tujuan (pelimpahan penerimaan) menggunakan satu
penelitian, yaitu kasus keterlambatan pelimpahan kepesertaan yaitu INDOIDJA. Secara teknis, hubungan
penerimaan negara dalam rangka TSA bidang antara Kantor Pusat Bank dengan Kantor Pusat BI (KBI)
penerimaan. adalah secara host to host dengan menggunakan
Metode yang digunakan adalah pendekatan jaringan komunikasi leased line.
yuridis-normatif dan teknis. Pendekatan yuridis- Dengan sentralisasi penerimaan, setiap Bank
normatif adalah penelitian dengan melihat dari segi Persepsi memiliki 1 (satu) Rekening Penerimaan
ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu (rupiah) yang tercatat pada salah satu Cabang yang
apakah dan bagaimana ketentuan hukum mengatur ditunjuk. Proses pelimpahan pada internal Bank pada
suatu hal, dan penerapannya, dalam hal ini perlakuan Kantor Pusat atau salah satu Cabang Koordinator yang
hukum terhadap keterlambatan pelimpahan negara ditunjuk. Bagian Operation atau Back Office,
termasuk kiriman yang berstatus oustanding. Untuk melakukan konsolidasi data transaksi penerimaan
memahami penerapan norma-norma hukum terhadap negara, cut off transaksi pada tanggal buku berkenaan,
fakta-fakta hukum, data yang ada dihubungkan satu yaitu transaksi penerimaan setelah pukul 15.00 hari
sama lain melalui studi kepustakaan (library research), kerja sebelumnya sampai dengan pukul 15.00 hari
dikaji, diinterpretasi, dan dianalisis untuk selanjuntnya kerja berkenaan.
ditarik kesimpulannya (Soerjono Soekanto & Sri Prosedur membuat transaksi pada BI RTGS
Mamuji, 1990). Menurut Sunaryati Hartono (1994) Generasi II adalah sebagai berikut:
pendekatan yuridis-normatif adalah penelitian yang 1. Petugas bank membuat dokumen/warkat/data
mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat elektronik sebagai dasar perekaman data
pada peraturan perundangan-undangan, dan transaksi. Pilihan cara ini tergantung kebijakan
perjanjian. Metode pendekatan teknis, meneliti dan teknologi dari masing-masing bank. Secara
KETERLAMBATAN PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA Jurnal Manajemen Keuangan Publik
SISTEM TREASURY SINGLE ACCOUNT (TSA): ANALISIS TEKNIS DAN Vol.1, No.1, (2017), Hal.1-9
YURIDIS
Iskandar Halaman 6

umum, sistem ini telah diintegrasikan dengan core eksekusi. Dalam sistem BI RTGS, transaksi pelimpahan
banking. penerimaan negara dari bank ke Sub RKUN BI
2. Operator (non connected user) melakukan merupakan jenis transaksi antara peserta/bank
perekaman data transaksi (transaksi disimpan di dengan pemerintah dan merupakan transaksi dengan
database lokal) tingkat kepentingan high priority.
3. Supervisor (non connected user) melakukan Semua transaksi RTGS pada dasarnya akan
persetujuan, penolakan atau pembatalan diproses apabila saldo rekening giro Bank tersebut
transaksi pada BI mencukupi. Apabila pengecekan kecukupan
4. Sender (connected user) melakukan pengiriman saldo rekening giro tidak terpenuhi, maka transaksi
transaksi ke CN BI-RTGS. masuk dalam antrian (queueing). Transaksi
pelimpahan penerimaan negara diperlakukan sebagai
Jika proses settlement berhasil, transaksi antrian high priority, artinya transaksi tersebut
pembayaran akan diteruskan secara otomatis dan mendapat prioritas utama untuk diproses terlebih
elektronis kepada peserta penerima. Karena dulu. Dengan mekanisme penyelesaian transaksi yang
hubungan/model komunikasi data antara Bank bersifat real time gross, saldo Rekening Giro Peserta
dengan BI RTGS melalui pusat Bank, maka transaksi akan ter-update secara real time.
kiriman pelimpahan penerimaan negara yang Berdasarkan informasi BI, rata-rata kecepatan
dieksekusi dari Bank cabang ke Sistem RTGS harus penyelesaian transaksi terhitung cepat, yaitu dalam
melalui release/approval oleh bagian treasury kantor hitungan detik per transaksi. Antrian pada jaringan
pusat bank. komunikasi data leased line kemungkinannya kecil,
kecuali apabila bank sedang menggunakan fasilitas
b. Perlakuan transaksi pelimpahan penerimaan dial up. Terhadap hal tersebut, BI juga tidak akan
negara dan mekanisme antrian dalam BI RTGS mengkategorikan sebagai gangguan jaringan sistem BI
RTGS. Sehingga, tidak ada dasar bagi Bank Persepsi
Dalam sistem BI RTGS, transaksi pelimpahan untuk menyatakan adanya gangguan jaringan sistem
penerimaan negara dikelompokkan berdasarkan zona BI RTGS.
waktu berikut window time-nya. Format transaksi
(Transaction Reference Number/TRN) pelimpahan c. Status Pelimpahan Penerimaan Negara
penerimaan negara dibagi berdasarkan zona waktu, Proses settlement berhasil bila telah dilakukan
yaitu transaksi dari Bank dengan zona WIB : BIRSA501, pendebetan Rekening Giro Peserta pengirim dan
WITA = BIRSB501 dan WIT = BIRSC501. Secara sistem, secara simultan mengkredit rekening Peserta
dengan penyederhanaan jumlah (dikelompokkan penerima. Pada Sistem BI RTGS I, bukti settlement
berdasarkan jenis/karakteristik transaksi), TRN akan terdiri dari completion advice yang dapat dicetak oleh
dikonversi menjadi TTC. Tiap TTC didaftarkan ke Bank Peserta atau re-print confirmation advice yang
priority group tertentu yang menentukan mekanisme tercetak di Bank Indonesia. Dalam Sistem Bi RTGS II,
settlement yang akan digunakan. Konversi dan dengan basis SWIFT bukti tersebut digantikan oleh
window time untuk transaksi pelimpahan penerimaan Debit/Credit confirmation (MT900/MT910). Bank akan
negara adalah sebagai berikut: menerima konfirmasi Setelmen Dana yang terdiri atas
- BIRSA501 (WIB) menjadi TTC 200, dengan window debit confirmation (MT900) untuk Peserta yang
time 06.30 sd. 16.30 WIB, rekeningnya didebit dan credit confirmation (MT910)
- BIRSB501 (WITA) menjadi TTC 201, dengan untuk Peserta yang rekeningnya dikredit.
window time 06.30 sd. 15.30 WIB, Dalam pelimpahan/kiriman penerimaan negara,
- BIRSC501 (WIT) menjadi TTC 202, dengan window transaksi yang masuk ke BI-RTGS selanjutnya diproses
time 06.30 sd. 14.30 WIB. ke dalam sistem BI SOSA (Sentralisasi Otomasi Sistem
Akunting). Debit/Credit confirmation (MT900/MT910)
Instruksi settlemen dana (Message Type /MT di-generate oleh Sistem BI RTGS, sedangkan Advis
202), termasuk kiriman uang pelimpahan penerimaan Debet Kredit dan RK dihasilkan dari sistem BI SOSA.
negara yang melewati window time tidak akan Debit/Credit confirmation berisi uraian bank pengirim,
diproses. Apabila window time telah berakhir, maka nilai uang, uraian, nomor sakti, dan waktu settlement.
transaksi yang masih dalam antrian akan dibatalkan Waktu settlement pada BI RTGS di-capture secara
secara otomatis oleh sistem. Transaksi pelimpahan detail dalam tanggal, jam, menit, dan detik. Sedangkan
yang dilakukan pada last minute mendekati batas akhir Advis Debet Kredit dan RK hanya sampai tanggal.
window time, ditambah kemungkinan adanya antrian Mengikuti alur TSA, setiap akhir hari, saldo pada
maka berpotensi tertundanya proses settlement. SubRKUN dipindahkan ke Rek KUN secara otomatis (by
Selain window time, proses settlement BI RTGS system). Berdasarkan proses ini, maka tanggung jawab
antara lain juga tergantung level prioritas Bank Persepsi seharusnya terbatas sejak dari
pembayaran, order yang disampaikan, opposing dikirimkan sampai dengan settlement pada BI RTGS.
payments, limit pengiriman, dan setting waktu Secara teknis, kasus tersebut dimungkinkan terjadi
KETERLAMBATAN PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA Jurnal Manajemen Keuangan Publik
SISTEM TREASURY SINGLE ACCOUNT (TSA): ANALISIS TEKNIS DAN Vol.1, No.1, (2017), Hal.1-9
YURIDIS
Iskandar Halaman 7

akibat poses sinkronisasi data ke BI SOSA mengatur pelimpahan secara berkala. Pemindah-
terlambat/gagal, sehingga tertunda dan masuk hari bukuan dana dari rekening penerimaan dan rekening
kerja berikutnya. Proses dari BI RTGS ke dalam sistem pengeluaran pada Bank Umum ke Rekening Kas Umum
BI SOSA sepenuhnya tanggung jawab BI. Oleh karena Negara pada Bank Sentral dilakukan atas perintah
itu, dengan mempertimbangkan aspek fairness, maka Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
acuan dalam pelimpahan penerimaan negara oleh atau Kuasa Bendahara Umum Negara pusat. Dalam
Bank Persepsi ke Sub RKUN melalui BI RTGS adalah pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
respon real time atas transaksi tersebut, yaitu 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Ngera
Debit/Credit confirmation (MT900/MT901). Pada secara Elektronik, Penerimaan Negara yang diterima
kasus tersebut, kesalahan terjadi bukan pada Bank oleh Bank/Pos Persepsi setelah pukul 15.00 waktu
Persepsi, tetapi pada sistem internal BI. setempat pada hari kerja sebelumnya sampai dengan
Pukul 15.00 waktu setempat hari kerja berkenaan
wajib dilimpahkan dari rekening penerimaan dan
4.2. Tinjauan Yuridis
harus diterima di rekening sub Rekening KUN paling
lambat Pukul 16.30 WIB. Dalam Perjanjian Jasa
Pembentukan TSA memerlukan dasar hukum
Layanan Perbankan dalam rangka TSA Penerimaan
untuk memastikan kehandalan dan stabilitasnya.
dinyatakan bahwa kewajiban Bank/Pos Persepsi
Dengan demikian, pengaturan secara hukum
melakukan pelimpahan penerimaan dan harus sudah
merupakan prasyarat yang sangat penting bagi
diterima pada ke rekening SubRKUN KPPN pada BI
institusi dalam implementasi TSA (Pattanayak &
selambat-lambatnya pukul 16.30 waktu setempat.
Fainboim, 2010). TSA termasuk dalam fungsi
Pelimpahan dilakukan melalui Sistem BI RTGS, sistem
pengelolaan kas yang telah diatur dalam Undang-
transfer dana elektonik antar peserta dalam mata
undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara
Negara. TSA bidang Penerimaan, termasuk
seketika per transaksi secara individu.
pelimpahan secara prinsip diatur dalam Undang-
Berdasarkan uraian tersebut, dari sisi redaksional,
undang tersebut, dan secara lebih detail
ketentuan peraturan tersebut telah dinyatakan secara
pelaksanaannya diatur dalam ketentuan peraturan
tegas, yaitu dengan bahwa ‘pelimpahan dilakukan
lebih lanjut.
paling lambat dan harus telah diterima di rekening Sub
Pasal 7 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004
RKUN KPPN pukul 16.30 waktu setempat’. Dari
tentang Perbendaharaan Negara mengatur
cakupan prosesnya, pelimpahan meliputi pengiriman
kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara
uangnya sampai masuk/diterima di Sub RKUN KPPN.
Umum Negara (BUN), antara lain menetapkan sistem
Berangkat dari maksud TSA, bahwa uang seharusnya
penerimaan dan pengeluaran kas negara,
bermuara pada satu rekening, maka yang dimaksud
mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan
adalah pada tujuan akhir pengiriman. Sistem yang
dalam pelaksanaan anggaran negara, menyimpan
memfasilitasi pelimpahan dengan pemrosesan
uang negara, dan menunjuk Kuasa BUN. Pada pasal 8,
’seketika’ menunjukkan bahwa antara dikirim dan
Kuasa BUN melaksanakan penerimaan dan
diterima terjadi dalam waktu yang sangat cepat.
pengeluaran kas negara tersebut. Lebih lanjut, dalam
Sehingga, tidak ada celah adanya keterlambatan,
pengelolaan kas umum negara, pasal 22 dinyatakan
termasuk transaksi kirman uang yang masih di
bahwa uang negara disimpan dalam Rekening Kas
‘perjalanan’ karena uang tersebut sudah tidak ada di
Umum Negara pada bank sentral. Dalam operasional
Rekening Bank Persepsi tetapi belum masuk ke Sub
penerimaan negara dibuka Rekening Penerimaan pada
RKUN di BI.
bank umum. Rekening Penerimaan digunakan untuk
Sesuai pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan
menampung penerimaan negara setiap hari. Pada poin
Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan
6 pasal 22 tersebut, dinyatakan bahwa saldo Rekening
Negara secara Elektronik, kepada Bank/Pos Persepsi
Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan
yang terlambat/kurang melakukan pelimpahan
seluruhnya ke Rekening Kas Umum Negara pada bank
penerimaan negara dikenai sanksi administratif
sentral
berupa denda. Pengenaan denda juga sejalan dengan
Menurut pasal 16 Peraturan Pemerintah nomor
salah satu azas umum dalam UU Perbendaharaan
39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara, yaitu keterlambatan pembayaran atas tagihan
Negara/Daerah, Rekening Penerimaan dioperasikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan APBN dapat
sebagai rekening bersaldo nihil yang seluruh
mengakibatkan pengenaan denda. Ketentuan dan
penerimaannya dilimpahkan ke Rekening Kas Umum
besaran denda dimaksud ditetapkan dalam perjanjian
Negara sekurang-kurangnya sekali sehari pada akhir
kerja sama antara Direktur Jenderal Perbendaharaan
hari kerja sebagaimana yang ditetapkan dalam
selaku Kuasa BUN Pusat dengan Bank/Pos Persepsi.
perjanjian dengan Bank Umum bersangkutan. Dalam
Sesuai Perjanjian Jasa Layanan Perbankan dalam
hal kewajiban pelimpahan secara teknis belum dapat
rangka TSA Penerimaan, keterlambatan pelimpahan
dilakukan setiap hari, Bendahara Umum Negara
akan dikenakan denda keterlambatan oleh KPPN
KETERLAMBATAN PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA Jurnal Manajemen Keuangan Publik
SISTEM TREASURY SINGLE ACCOUNT (TSA): ANALISIS TEKNIS DAN Vol.1, No.1, (2017), Hal.1-9
YURIDIS
Iskandar Halaman 8

Khusus Penerimaan. Besarnya denda keterlambatan saldo rekening giro mencukupi. Pada kasus
adalah satu per mil (1/1000) dikalikan jumlah hari pelimpahan yang menurut Nota Debet telah terkirim
keterlambatan dan nilai pelimpahan. tetapi berdasarkan Rekening SubRKUN dinyatakan
Terkait adanya gangguan dalam pelimpahan, terlambat, maka keterlambatan/kesalahan tersebut
pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor tidak hanya andil Bank Persepsi (cabang), tetapi
32/PMK.05/2014 mengatur bahwa dalam hal terjadi disebabkan oleh Bank pusatnya dalam melakukan
gangguan yang mengakibatkan terganggunya proses settlement atau penyediaan saldo pada rekening giro.
pelimpahan Penerimaan Negara, Bank/Pos Persepsi Secara teknis, dengan kehandalan sistem BI RTGS
memberitahukan terjadinya gangguan dimaksud dalam merespon transaksi secara seketika, maka
kepada KPPN Khusus Penerimaan secara tertulis pada alasan Bank Persepsi bahwa keterlambatan
hari berkenaan. Dalam hal gangguan tersebut disebabkan oleh antrian pada jaringan sistem BI RTGS
disebabkan oleh gangguan komunikasi data dengan adalah argumentasi yang lemah. Sehingga, alasan
Bank Indonesia, Bank/Pos Persepsi memberitahukan keterlambatan pelimpahan karena antrian kecukupan
terjadinya gangguan dimaksud kepada KPPN Khusus saldo dan/ atau antrian proses BI-RTGS tidak dapat
Penerimaan dengan disertai surat keterangan dari diterima.
Bank Indonesia yang menyatakan telah terjadi Tujuan akhir pelimpahan adalah pada SubRKUN,
gangguan komunikasi data dalam pelaksanaan yang tercermin dalam Rekening Koran. Dalam kondisi
pelimpahan berkenaan. Pada pasal 40, dalam hal tertentu dengan mempertimbangkan aspek fairness,
terjadi Keadaan Kahar (Force Majeure), Bank/Pos maka acuan untuk status pelimpahan penerimaan
Persepsi dibebaskan dari tanggung jawab atas negara oleh Bank Persepsi ke Sub RKUN adalah respon
keterlambatan atau kegagalan dalam melaksanakan real time atas transaksi tersebut, yaitu Debit/Credit
ketentuan. Dari uraian tersebut, keterlambatan confirmation (MT900/MT901) bukti/status BI RTGS
pelimpahan yang dibebaskan dari sanksi denda adalah yang mencantumkan informasi waktu detail sampai
karena adanya gangguan jaringan sistem BI RTGS detik.
dan/atau adanya Force Majeure. Dalam kondisi Terhadap permasalahan dan hasil kajian
tersebut, pelimpahan dapat dilakukan dengan bilyet dimaksud, dapat diberikan beberapa saran sebagai
giro. Untuk menghindari keterlambatan pelimpahan berikut:
karena antrian pada sistem BI RTGS, Bank Persepsi/Pos 1. Untuk menjunjung aspek fairness dalam bermitra
juga diminta melakukan pelimpahan secara bertahap. antara Bank Persepsi dengan Kementerian
Dari sisi BI, keterlambatan pelimpahan melalui BI Keuangan, keterlambatan akibat anomali sistem
RTGS bukan menjadi tanggung jawab BI. Sesuai agar diakomodir dengan kriteria teknis yang jelas.
Peraturan BI, BI dibebaskan dari segala tuntutan atas Hal tersebut, dapat digunakan dalam
kerugian Peserta atau pihak ketiga yang timbul pertimbangan untuk pembebasan denda karena
dan/atau yang akan timbul akibat keterlambatan atau permasalahan jaringan dan sistem pada BI.
tidak terlaksananya Setelmen Dana yang diakibatkan
2. Untuk menghindari/mengurangi keterlambatan
karena kelalaian, keadaan tidak normal, dan/atau
pelimpahan yang berakibat denda, Bank Persepsi
keadaan darurat yang disebabkan antara lain oleh
disarankan untuk melakukan pelimpahan
penggunaan Fasilitas Guest Bank oleh Peserta; atau
bertahap, dan tidak melakukan pelimpahan
penggunaan Cek BI dan/atau Biro Gilyet BI oleh
mendekati akhir (last minute) window time.
peserta/bank.
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini hanya membahas pelimpahan
Mencermati prinsip TSA dan proses pelimpahan penerimaan negara dalam mata uang rupiah, belum
dilakukan secara langsung dan seketika serta secara termasuk pelimpahan dalam mata uang asing (dolar)
teknis didukung oleh sistem yang memadai, karena proses pelimpahannya secara teknis agak
menunjukkan bahwa yang dimaksud pelimpahan berbeda. Hal tersebut dapat menjadi materi penelitian
adalah meliputi proses dikirim dan diterimanya. Hal selanjutnya.
tersebut juga dipertegas dengan klausul “harus telah
____________________________________________
diterima pada Rekening SubRKUN”. Ketentuan
peraturan yang ada dan materi Perjanjian Kerja sama
juga telah dinyatakan secara tegas dan jelas. Sehingga DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)
keterlambatan pelimpahan, termasuk transaksi yang Anam, S. (2012). Analisis Biaya dan Manfaat
masih dalam proses, maka tetap dinyatakan terlambat Penerapan Treasury Single Account Untuk
dan dikenakan denda keterlambatan. Penerimaan Kas Negara Studi Kasus di
Settlement transaksi pelimpahan penerimaan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
negara pada BI RTGS diperlakukan khusus sebagai Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
antrian prioritas dan akan diproses lebih dahulu bila
KETERLAMBATAN PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA Jurnal Manajemen Keuangan Publik
SISTEM TREASURY SINGLE ACCOUNT (TSA): ANALISIS TEKNIS DAN Vol.1, No.1, (2017), Hal.1-9
YURIDIS
Iskandar Halaman 9

Bank Indonesia. (2015). Peraturan Bank Indonesia Negara. Jakarta: Lembaran Negara Republik
Nomor: 17/18/PBI/2015 Tentang Indonesia tahun 2004 nomor 5 tanggal 14
Penyelenggaraan Transaksi, Penatausahaan Januari 2004.
Surat Berharga, dan Setelmen Dana Seketika. Republik Indonesia. (2007). Peraturan Pemerintah
Jakarta: Bank Indonesia. Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007
Bank Indonesia. (2015). Surat Edaran Nomor Tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah.
17/30/DPSP Perihal Penyelenggaraan Jakarta: Kementerian Keuangan.
Setelmen Dana Seketika Melalui Sistem Bank
Indonesia-Real Time Gross Settlement.
Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. (2016.). Surat Edaran
Nomor18/8/DPSP Perihal Perubahan atas
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
17/30/DPSP tanggal 13 November 2015
perihal Penyelenggaraan Setelmen Dana
Seketika melalui Sistem Bank Indonesia-Real
Time Gross Settlement. Jakarta: Bank
Indonesia.
Creswell, J. W. (2009). RESEARCH DESIGN: Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Edisi Ketiga
ed.). California: Sage Publications.
Indra, Rolly dan Adam, Helmi. (n.d.). Evaluasi
Implementasi Manajemen Kas Pemerintah
Pusat (Studi Kasus pada Direktorat
Pengelolaan Kas Negara Ditjen
Perbendaharaan
Kementerian Keuangan. (2010). Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 32/PMK.05/2010 tentang
Pelaksanaan Rekening Penerimaan KPPN
Bersaldo Nihil Dalam Rangka Penerapan
Treasury Single Account (TSA). Jakarta:
Kementerian Keuangan.
Kementerian Keuangan. (2014). Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 tentang
Sistem Penerimaan Negara secara Elektronik.
Jakarta.
Kementerian Keuangan. (2016.). Kementerian
Keuangan. Perjanjian Jasa Layanan
Perbankan sebagai Bank Persepsi dalam
rangka Pelaksanaan TSA Penerimaan, antara
Kementerian Keuangan dengan Bank/Pos
Persepsi. Jakarta: Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Kementerian Keuangan dan World Bank Group.
(2014). Pengelolaan Kas di Indonesia: Dari
Administrasi Kas Menuju Pengelolaan Kas
Secara Aktif. Jakarta.
Pattanayak, Sailendra & Fainboim, Israel. (2010).
Treasury Single Account: Concept, Design and
Implementation Issues. IMF Working Paper
Fiscal Affairs Department.
Purnaningrum. (2010). Kajian Yuridis tentang Sistem
Treasury Single Account dalam rangka
Mewujudkan Pengelolaan Kas Negara yang
Baik. Magister Ilmu Hukum. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Republik Indonesia. (2004). Undang-undang Nomor 1
Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai