Anda di halaman 1dari 10

Study Self Purification Sungai Brantas Akibat Pembuangan Intalasi

Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan Gadang, Kota Malang


Dengan Metode Streeter-Phelps.
Moh. Ridha Pratama1, Rini Wahyu S.2, Riyanto Haribowo2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
e-mail: ridhapratama27@gmail.com

ABSTRAK
Kebutuhan masyarakat terhadap produk industri peternakan semakin meningkat, hal
ini menyebabkan keberadaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sangat diperlukan dalam
proses pemotongan hewan. Setiap pemotongan hewan yang dilakukan oleh RPH
menghasilkan limbah dan dibuang ke sungai yang menyebabkan penurunan kualitas air
sungai dan kemampuan memurnikan diri, seperti Perusahaan Daerah RPH Kota Malang
yang telah membuang limbah RPH ke sungai Brantas. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membandingkan baku mutu yang diatur dalam 173/Men.Kes/Per/VIII/77 dan
Peraturan Menteri LH 02 tahun 2001 dengan hasil laboratorium dari kualitas pembuangan
IPAL RPH dan mengetahui kemampuan sungai untuk Self Purification (waktu dan jarak
pemurnian air) setelah tercampur dengan pembuangan dari Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) RPH. Metode yang digunakan untuk menentukan Self Purification air
sungai dengan cara matematis yaitu Metode Streeter-Phelps. Dari proses pengolahan
sampel air pembuangan IPAL RPH di laboratorium menghasilkan BOD = 435 mg/l, COD
= 636 mg/l, TSS = 560 mg/l, NH3-N = 8,696 mg/l, Minyak Lemak = 121,261 mg/l, dan
e.coli = 36x105 /1l sampel dari keseluruhan hasil menunjukkan air pembuangan IPAL RPH
tidak sesuai baku mutu kelas III dan dari hasil Metode Streeter-Phelps dihasilkan jarak Self
Purification 20,46314 km dengan waktu 17 jam, 45 menit, 47 detik

Kata Kunci: RPH, Baku Mutu, Self Purification, Streeter-Phelps.

ABSTRACT
The social demand for the products livestock industry is increasing, this causes the
existence of slaughterhouse (RPH) is indispensable in the process of slaughterhouses.
Each slaughter carried out by the slaughterhouse waste produced and discharged into the
river causing a decrease in river water quality and ability to Self Purification, for regional
companies RPH Malang city dump waste into rivers Brantas. The purpose of this study
was to compare the quality standards regulated in 173/Men.Kes/Per/VIII/77 and PerMen
LH 02 in 2001 with the laboratory results of the quality of wastewater disposal RPH and
determine the ability of the river to Self Purification (time and distance of self purification)
after mixed with the disposal of Wastewater Treatment Plant (WWTP) RPH. The method
used to determine Self Purification of river water by means of a mathematical method that
Streeter-Phelps. Processing of samples of wastewater WWTP RPH in the laboratory
resulted are BOD = 435 mg / l, COD = 636 mg / l, TSS = 560 mg / l, NH3-N = 8.696 mg /
l, Oils Fats = 121.261 mg / l, and e.coli = 36x105 / 1l sample of the overall results show
wastewater of WWTP RPH not appropriate quality standards class III and The result of
Streeter-Phelps method produced within Self Purification 20.46314 km with a time of 17
hours, 45 minutes, 47 seconds

Keywords: Slaughterhouse, Standard quality, Self Purification, Streeter-Phelps.


PENDAHULUAN
Kebutuhan masyarakat terhadap produk Rumah Potong Hewan (RPH) dapat
industri peternakan semakin meningkat. mempengaruhi kualitas air dari sungai
Daging adalah salah satu produk industri Brantas.
peternakan yang dihasilkan dari usaha Rumah Potong Hewan (RPH) dalam
pemotongan hewan. Seiring bertambahnya pengolahan limbah dan standart baku mutu
permintaan masyarakat terhadap daging kualitas air limbah diatur oleh Peraturan
yang sehat khususnya daging sapi dan babi Menteri Kesehatan RI No. 173 Tahun 1977
terus meningkat, hal ini menyebabkan tentang pencemaran air dari badan air
intensitas pemotongan juga meningkat, untuk berbagai kegunaan yang
oleh karena itu keberadaan Rumah berhubungan dengan kesehatan dan
Pemotongan Hewan (RPH) yang sangat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI
diperlukan dalam pelaksanaannya harus No. 02 Tahun 2006 tentang persyaratan air
dapat menjaga kualitas, baik dari tingkat limbah Rumah Potong Hewan (RPH) yang
kebersihannya, kesehatannya, ataupun diperuntukkan memenuhi kebutuhan air
kehalalan daging untuk dikonsumsi. baku kelas tiga. Tujuan dari penelitian ini
Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah adalah mengamati limbah organik yang
mendirikan Rumah Pemotongan Hewan dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan
(RPH) di berbagai daerah seluruh (RPH) yang sudah sesuai dengan baku
Indonesia. Rumah Potong Hewan (RPH) mutu Air Limbah Rumah Bagi Kegiatan
juga menghasilkan limbah yang dapat Rumah Potong Hewan sesuai Peraturan
menjadi sumber pencemaran. Kotoran sapi Menteri Lingkungan Hidup RI No. 02
yang terdiri dari feces dan urine Tahun 2006 dan Peraturan Menteri
merupakan limbah ternak yang terbanyak Kesehatan RI No. 173 Tahun 1977 serta
dihasilkan dan sebagian besar manure mengetahui jarak dan kemampuan Sungai
dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti dalam (Self Purification).
sapi, kerbau kambing, dan domba.
Proses pembusukan mikroba di dalam METODE PENELITIAN
air limbah, mengakibatkan terjadinya 2.1. Lokasi Pengambilan dan Analisa
kenaikan BOD, COD, NH3, H2S, Sampel.
perubahan pH, serta menimbulkan bau Letak geografis dari PD. RPH Kota
busuk seperti bau urea dan belerang. Selain Malang, Jl. Kolonel Sugiono no. 176
itu juga terjadi pemanfaatan oksigen Kecamatan Sukun, Malang, Jawa Timur
terlarut yang berlebihan, yang dapat pada koordinat 8°0'16"LS,
mengakibatkan terjadinya degradasi 112°37'46"BT.
kualitas air. Pada penelitian ini dilakukan analisa
Rumah Potong Hewan (RPH) adalah sampel pada beberapa laboratorium yaitu:
bangunan kompleks dengan desain dan Laboratorium Air Tanah Teknik
konstruksi khusus yang memenuhi Pengairan FT-UB yang meliputi analisa
persyaratan teknis dan higienis tertentu, BOD, COD, dan NH3-N kemudian
yang digunakan sebagai tempat memotong Laboratorium Mikrobiologi ITN Malang
hewan potong selain unggas bagi konsumsi untuk analisa Total Bakteri Kloroform
masyarakat serta Laboratorium Kimia analisa ITN
Objek kajian pada studi ini adalah RPH Malang untuk analisa Minyak Lemak
Gadang Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan 2.2. Persiapan Alat dan Bahan
Kedungkandang yang menghasilkan Alat dan Bahan yang digunakan pada
limbah hewan ternak (sapi dan babi). penelitian ini sebagai berikut Meteran
Kemudian limbah hewan tersebut
untuk mengukur kedalaman serta jarak
ditampung pada sebuah IPAL dari Rumah
pengambilan sampel, Botol Plastik
Potong Hewan (RPH). Selanjutnya limbah
dari IPAL tersebut dialirkan ke sungai
Polietilina untuk menyimpan sampel air
Brantas yang kemungkinan air limbah dari sungai yang akan di uji pada
laboratorium, Kayu dan Bambu untuk tawar, peternakan, air untuk mengaliri
mengukur panjang basah dalam sebuah pertanaman, dan atau peruntukan lain
ketinggan, Currentmeter untuk mengukur yang mempersyaratkan air yang sama
kecapatan air sungai, Horiba (Water dengan kegunaan tersebut.
Quality Monitor) untuk mengukur (pH, Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Bagi
DO, dan Temperatur) dan Model 3150 Kegiatan Rumah Potong Hewan
Suspended Solids untuk mengukur TSS. Jenis Kadar Maksimum
Satuan
2.3. Lokasi Pengambilan Sampel Parameter yang Diperbolehkan
Pada penelitian ini dilakukan sekali BOD mg/l 100
pengambilan sampel dalam satu waktu COD mg/l 200
dan sampel yang diambil sebanyak Dua TSS mg/l 100
Belas (12) sampel dan Delapan (8) Minyak
sampel pada 4 titik, jarak pengambilan mg/l 15
Lemak
sampel 5m sebelum pembuangan IPAL NH3-N mg/l 25
RPH dan setelah pembuangan IPAL RPH pH - 6–9
sejauh 20m masing-masing sampel Volume air limbah maksimum untuk sapi,
berjarak, seperti pada Gambar berikut. kerbau dan kuda : 1,5 m3/ekor/hari
Volume air limbah maksimum untuk
kambing dan domba : 0.15 m3/ekor/hari
Volume air limbah maksimum untuk babi
: 0.65 m3/ekor/hari
Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup RI No. 02 Tahun 2006
Gambar 1. Titik Pengambilan Sampel
Tabel 2. Parameter Baku Mutu air sungai
2.4. Pengolahan Data Primer. untuk standart TBC
Berikut data primer yang diuji pada Kadar
penelitian ini: Jenis Maksimum
Satuan
a. Biological Oxygen Demand (BOD) Parameter yang
b. Chemical Oxygen Demand (COD) Diperbolehkan
c. Total Suspended Solid (TSS) Total
Jumlah per 1
d. Minyak Lemak Bakteri 10.000
liter sampel
e. Amoniak Nitrogen (NH3-N) Koliform
f. Derajat Keasaman (pH) Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI
g. Total Bactery Coloform (TBC) No. 173 Tahun 1977
2.5. Analisis Pencemaran Air Sungai 2.6. Analisis Self Purification dengan
Berdasarkan Peraturan Menteri. Metode Streeter-Phelps.
Untuk menetapkan pemurnian kembali Pemodelan kualitas air sungai
(Self Purification) air sungai setelah mengalami perkembangan yang berarti
tercampur Air Limbah dari IPAL RPH, sejak diperkenalkannya perangkat lunak
maka hasil uji sampel dari laboratorium DOSAGI pada tahun 1970. Prinsip dasar
dianalisa dengan mengacu pada standar dari pemodelan tersebut adalah penerapan
baku mutu Air Limbah yang telah neraca massa pada sungai dengan asumsi
ditetapkan oleh Peraturan Menteri dimensi satu dan kondisi tunak.
Lingkungan Hidup RI No. 02 Tahun Pertimbangan yang dipakai pada
2006 dan Peraturan Menteri Kesehatan pemodelan tersebut adalah kebutuhan
RI No. 173 Tahun 1977. Baku mutu air oksigen pada kehidupan air tersebut
yang digunakan adalah baku mutu kelas (BOD) untuk mengukur terjadinya
III yaitu air yang peruntukannya dapat pencemaran dibadan air.
digunakan untuk pembudidayaan ikan air
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.2. Pengambilan Sampel.
3.1. Kondisi Daerah Penelitian (RPH Pengambilan sampel yang dilakukan
dan Sungai Brantas pada penelitian ini mengacu terhadap
Perusahaan Daerah Rumah Pemotongan debit yang dihasilkan pada section
Hewan Kota Malang (PD. RPH) pertama yaitu debit pada titik l sungai
merupakan RPH milik pemerintah Kota brantas sebelum tercampur dengan
Malang mulai dibangun sejak tahun 1937, buangan dari IPAL RPH, yaitu :
dan mulai beroperasi pada tahun 1938 n
hingga saat ini. Waktu operasional RPH Q = ∑ Vi . Ai
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu operasional n+1
kantor pada pukul 09.00 – 16.00 WIB dan Q = ∑( V1 . A1 ) + ( V2 . A2 ) + ( V3 . A3 )
proses pemotongan pada pukul 23.00 –
Q = 1,434954 m3/det
07.00 WIB, dengan rincian pada pukul
23.00 – 05.00 dilakukan pemotongan sapi, Perhitungan debit selanjutnya
sedangkan pada pukul 05.00 – 07.00 dilakukan adalah perhitungan debit air
dilakukan pemotongan babi. dari IPAL RPH yang akan dibuang ke
Sungai Brantas memiliki Daerah sungai brantas.
Aliran Sungai (DAS) seluas 11.800 km2 Q=V.A
dan panjang utama 320 km. Sungai Q = 0,12 x 0,0701
Brantas bermata air di Desa Sumber Q = 0,008412 m3/det
Brantas, Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Debit sebesar 1,434954 m3/det
Sungai Brantas yang menjadi objek pada termasuk pada debit kurang dari 5 m3/det,
penelitian ini mengaliri di depan Rumah maka pengambilan sampel dilakukan
Potong Hewan. Rumah Potong Hewan pada tengah sungai dengan dilakukan
tersebut membuang limbahnya ke sungai pegambilan secara merata sampai dasar
Brantas. Air limbah tersebut mengalir sungai, sampel yang diambil sebanyak 4
melalui gorong-gorong IPAL sepanjang titik pengambilan sampel, yaitu seperti
±150m sampai menuju pembuangan ke pada keterangan berikut.
Sungai Brantas. Sungai Brantas yang
digunakan untuk pengambilan sampel
pada penelitian yaitu sepanjang 25m
sebelum dan sesudah pembuangan IPAL
RPH dengan lebar sungai sebesar 5,63 m,
dan berikut adalah tabel pengukuran
lapangan dari setiap section :
Tabel 3. Data Fisik Sungai Brantas
daerah RPH Kota Malang
Gambar 2. Titik Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan
dengan mengambil air Sungai Brantas
pada lokasi penelitian dengan
menggunakan botol putih polietilina
masing-masing sebanyak 3 kali
pengulangan (BOD, COD, NH3-N) dan 2
kali pengulangan (Minyak Lemak dan
Sumber : Hasil Pengukuran di Lapangan TBC) untuk pengujian sampel air di
laboratorium dan juga dilakukan
pengukuran langsung di lokasi penelitian
dengan menggunakan alat Model 3150
Suspended Solids dan Horiba berturut
dilakukan di 4 titik pengambilan sampel 3.3.4. Analisa Minyak Lemak
yang dilakukan pada pukul 07.00-08.30
tanggal 3 September 2015.
Pendistribusian sampel ke
laboratorium dilakukan secara hati-hati
agar menjaga kualitas dari sampel dan
dilakukan secara tertutup agar tidak
terkontaminasi dengan zat-zat lain dari
luar sampel kemudian sampel
dimasukkan ke laboratorium langsung Gambar 6. Grafik Kadar Minyak Lemak
pada hari pengambilan sampel. 3.3.5. Analisa NH3-N

3.3. Analisis Data Hasil Laboratorium

Gambar 7. Grafik Kadar NH3-N


3.3.6. Analisa pH

Gambar 3. Grafik Kadar BOD

Gambar 8. Grafik Kadar pH


3.3.7. Analisa TBC
Tabel 4. Tabel Kadar TBC

Gambar 4. Grafik Kadar COD

Sumber : Hasil Laboratorium

3.4. Perbandingan Pengukuran dengan


Standart Baku Mutu
Rumah potong hewan dalam
pengolahannya diatur oleh Peraturan
Gambar 5. Grafik Kadar TSS Menteri Lingkungan Hidup RI No. 02
Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi Kegiatan Rumah Potong dalam mendegradasikan bahan organik
Hewan untuk kegiatan pemotongan dan yang ada dalam air dan proses
Peraturan Menteri Kesehatan No 173 peningkatan oksigen terlarut (reaerasi)
Tahun 1977 untuk mengetahui tingkat yang disebabkan turbulensi yang terjadi
bakteri yang ada pada pembuangan IPAL pada aliran sungai.
tersebut, dan berikut ini adalah tabel Langkah–langkah penggunaan metode
perbandingan antara Baku Mutu yang Streeter – Phelps :
ditetapkan dengan hasil lapangan yang  Menentukan Temperatur, DO dan
telah diukur dari pembuangan Instalasi BOD setelah pencampuran antara air
Pengolahan Air Limbah atau IPAL RPH. limbah dan air sungai
Tabel 5. Perbandingan Standart Baku Qs Ts + Ql Tl
Tc =
Mutu pada IPAL RPH. Qs + Ql
Standar 38.97335 + 0.23124588
No. Parameter Baku
Hasil
Keterangan Tc =
Mutu
Lab 1.443366
Tc = 27,16192281ºC
Melebihi
Kadar
BOD
1 100 435 Maksimum
(mg/l)
yang Qs BODs + Ql BODl
diperbolehkan BODc =
Melebihi
Qs + Ql
530.93298+3.65922
Kadar BODc =
COD 1.443366
2 200 636 Maksimum
(mg/l)
yang
BODc = 370,3788228 mg/l
diperbolehkan
Melebihi Qs DOs + Ql DOl
DOc =
TSS
Kadar Qs + Qs
3 100 560 Maksimum 7.3900131+0.016596876
(mg/l)
yang DOc =
1.443366
diperbolehkan DOc = 5.131484305 mg/l
Melebihi
Kadar
4
Minyak
Lemak
15 121.261 Maksimum  Penentuan Konstanta laju
yang Deoksigenasi
diperbolehkan
Tidak Penentuan harga K’ mengacu pada
Melebihi buku Metcalf dan Eddy. Menurut
5
NH3-N
25 8.696
Kadar Metcalf dab Eddy, nilai K’ (basis
(mg/l) Maksimum
yang logaritmit, 20⁰C) berkisar antara 0,05
diperbolehkan sampai 0,3 hari-1, maka pada
Sesuai penelitian ini digunakan nilai K’
dengan Kadar
6 pH 6-9 7.42 Maksimum sebesar 0,3 hari-1
yang  Penentuan Konstanta Reaerasi
diperbolehkan Penentuan konstanta Reaerasi dilakukan
Melebihi
TBC Kadar dengan persamaan berikut.
36 x 1
7 (/1 liter 10.000
105
Maksimum 294 (𝐷𝐿 𝑈) ⁄2
sampel) yang 𝐾′2 = 3
diperbolehkan 𝐻 ⁄2
1
Sumber : Hasil Laboratorium dan 294 (2,2831 x 10−4 0,32) ⁄2
𝐾′2 = 3
Pengukuran Lapangan 0,946567 ⁄2
K’2 = 2,72871 hari-1
3.5. Analisis dengan Metode Streeter-  Menentukan nilai BOD ultima
Lo = BODc⁄
Phelps

Pemodelan Streeter-Phelps hanya 1 − e−5 k
terbatas pada dua fenomena yaitu proses Lo = 476,757788
pengurangan oksigen terlarut
(deoksigenasi) akibat aktivitas bakteri
 Menentukan defisit DO setelah v = 0.32 m/s = 1.152 m/jam
pencampuran dengan menggunakan
tabel kejenuhan oksigen. Xc = tc v
Defisit DO = DO jenuh – DO Xc = 17,763144 x 1.152
Xc = 20,46314 km
campuran
Defisit DO = 7.96 – 5.131484305  Menentukan defisit oksigen kritik :
𝐾′ ′
Defisit DO = 2.828515695 mg/l 𝐷𝑐 = 𝐿𝑜 𝑒 −𝐾 𝑡𝑐
𝐾′2
 Melakukan perhitungan laju reaksi
Dc = 47,74814166 mg/l
terhadap temperatur campuran antara
air sungai dan air limbah.
K`T = K` (1,047) T-20
K`T = 0,416848 hari-1

K`2T = K`2 (1,016) T-20


K`2T = 3,057241 hari-1
 Menentukan waktu kritis air sungai
terhadap campuran air limbah agar
mengetahui Self Purification
(Pemurnian air ).
1 K`2 Do (K`2 −K`)
tc = ln { (1 − )}
K`2 −K` K` K`Lo
tc = 0,37873 ln{7,334186 (0,962421)}
tc = 17 jam, 45 menit, 47 detik
 Menentukan jarak kritis air sungai
terhadap campuran air limbah agar
Gambar 9. Kurva Karakteristik Oksigen
mengetahui Self Purification
(Pemurnian air ).

Gambar 10. Denah Hasil Pengamatan


KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium Hendrasarie, Novirina dan Cahyarani.
dan analisis data, maka dapat diambil 2007. Kemampuan Self Purification
kesimpulan sebagai berikut: Kali Surabaya,Ditinjau Dari
 Hasil analisis laboratorium untuk Parameter Organik Berdasarkan
standart baku mutu air kelas tiga yang Model Matematis Kualitas Air .
mengacu pada Peraturan Menteri Surabaya.
Kesehatan RI No. 173 Tahun 1977 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
untuk parameter Total Bakteri Coliform 110 Tahun 2003, Pedoman
dan Peraturan Menteri Lingkungan Penetapan Daya Tampung Beban
Hidup RI No. 02 Tahun 2006 Pencemaran Air Pada Sumber Air.
menunjukkan hasil sebagian besar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No
parameter tidak sesuai standart yang 02 Tahun 2006, Baku Mutu Air
ditentukan.
Limbah Bagi Kegiatan Rumah
 Total Waktu yang dibutuhkan untuk
Pemotongan Hewan.
Pemurnian Diri (Self Purification)
Peraturan Menteri Kesehatan No 173
Sungai Brantas setelah tercampur
Tahun 1977, Pencemaran Air dari
limbah Rumah Potong Hewan (RPH)
Gadang dengan analisa menggunakan Badan Air untuk Berbagai
Metode Streeter-Phelps dimana Kegunaan yang Berhubungan
diketahui nilai BOD dan DO yaitu dengan Kesehatan.
sebesar 17jam, 45menit, 47detik, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
jarak yang dibutuhkan untuk Pemurnian No. 82 Tahun 2001, Pengelolaan
Diri (Self Purification) Sungai Brantas Kualitas Air dan Pengendalian
yaitu sebesar 20,46314 km. Pencemaran Air.
Widya, N . Budiarsa, W . dan Mahendra,
MS. 2008 . Studi Pengaruh Air
Limbah Pemotongan Hewan Dan
Unggas Terhadap Kualitas Air
Sungai Subak Pakel I Di Desa
Darmasaba Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung. Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai