Anda di halaman 1dari 14

0

JURNAL

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BIOFILTER SISTEM ANAROB DAN AEROB


UNTUK MENURUNKAN KADAR NITRAT DAN FOSFAT PADA LIMBAH
RUMAH POTONG HEWAN (RPH) SEBAGAI MEDIA HIDUP Haemotococcus
pluvialis

OLEH

RIKA VEBRIYANTI BR GINTING


1404110751

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
1

Efektivitas penggunaan biofilter sistem anaerob dan aerob untuk menurunkan


kadar nitrat dan fosfat pada limbah rumah potong hewan (RPH) digunakan
sebagai media hidup Haemotococcus pluvialis

Oleh :

Rika Vebriyanti Br Ginting 1), Sampe Harahap 2),Eko Purwanto


Email: rikavebriyantibrginting@gmail.com

Abstrak

Limbah cair rumah potong hewan banyak mengandung nitrat dan fosfat dan
membutuhkan proses sebelum dibuang ke lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengurangi kadar nitrat dan fosfat dalam limbah yang telah dilakukan pada Maret-
April 2018. Limbah (315 L) dilakukan dengan menggunakan sistem batch yang terdiri
dari 2 tangki anaerob dan 2 tangki aerob.Limbah cair rumah potong hewan itu
didiamkan selama 10 hari dalam tangki anaerob, 7 hari dalam tangki aerob. Pada akhir
penelitian, nitrat berkurang dari 39 menjadi 12,4 mg/l (nilai efektivitasnya adalah
83,21%). Sedangkan fosfat berkurang dari 15,4 mg/l – 2,9 mg/l (nilai efektivitasnya
adalah 81,16 %. Parameter kualitas air lainnya seperti Do ditingkatkan (dari1 mg/l
menjadi 5 mg/l. pH juga meningkat (dari 6 ke -8). Limbah yang diolah digunakan
sebagai media untuk mengkultur Haemotococcus pluvialis dilakukan selama 8 hari.
Puncak pertumbuhan Haemotococcus pluvialis terjadi pada hari ke 6, yaitu 963,33
sel/ml. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kombinasi biofiter
efektif untuk mengurangi nitrat dan fosfat dalam limbah cair rumah potong hewan.

Kata kunci: Limbah organik, tangki Anaerob, tangki Aerob, Haemotococcuspluvialis


2

The effectiveness of biofilter to reduce the level of nitrate and phosphate content in
the butchery liquid waste

By :

Rika Vebriyanti Br Ginting 1), Sampe Harahap 2),Eko Purwanto


Email: rikavebriyantibrginting@gmail.com

Abstract

The butchery liquid waste is rich in nitrate and phosphate and it need to be processed
before being flown to the environment. To understand the effectiveness of combined
anaerob-aerob biofilter in reducing the nitrate and phosphate content in the butchery
liquid waste, a study was conducted in March – April 2018. The waste (315 L) was
treated using a batch system that was consisted of 2 aerob and 2 anaerob tanks. The
butchery liquid waste was kept for 10 days in anaerobtanks, 7 days in aerob tanks. By
the end of the experiment, the nitrate reduced from 39 mg/l to 12.4 mg/l (the
effectiveness was83.21%). While the phosphate reduced from 15.4 mg/l to2.9 mg/l (the
effectiveness was 81.16%). Other water quality parameters such as pH was normal and
DO was improved (from 1 mg/L to 5 mg/L). The treated waste was used as a mediafor
culturingH. pluvialis. Observations of H. pluvialiswere conductedfor 8 days. The
H.pluvialis density peaked by the 6th day, it was963,33 cells / ml. Based on data
obtained, it can be concluded that the useof anaerob -aerob biofilter was effective
forimproving the butchery waste water quality .

Keyword : Organic waste, Anaerob tank, Aerob tank, Haemotococcus pluvialis


3

I. PENDAHULUAN biologis melalui penggunaan


biofilter.Biofilter merupakan salah satu
1.1 Latar Belakang pengolahan air limbah dengan
Dalam era globalisasi masalah memanfaat kanperanan mikroorganisme
lingkungan terutama mengenai (bakteri) pada media hidup yang
penanganan limbah merupakan salah diberikan.
satu aspek penting yang banyak Penggunaan media yang telah
mendapat perhatian masyarakat pernah dilakukan dalam penelitian
Indonesia khususnya dan masyarakat sebelumnya yaitu ban bekas dalam
dunia pada umumnya.Menurut pengolahan limbah industri tahu
Peraturan Pemerintah Republik (Gultom, 2011), batu kali dalam
Indonesia nomor 82 tahun 2001, air pengolahan air limbah RPH ayam
limbah adalah sisa dari suatu atau (Siwiendrayanti et al., 2005).
kegiatan yang berwujud cair, air limbah Penggunaan biofilter dengan
dapat berasal dari rumah tangga kombinasi anaerob dan aerob ini
maupun industri.Salah satu industri memanfaatkanmikroorganisme (bakteri)
yang banyak di temukan di Indonesia yang melekat pada suatu media untuk
ialah agroindustri. Limbah cair mendegradasi polutan yang terkandung
agroindustri pada umumnya kaya akan dalam limbah cair rumah potong hewan.
nutrien N (Nitrat), P (Fosfat), C Selanjutnya, hasil olahan limbah cair
(Karbon) dan K (kalium) yang dengan gabungan biofilter bermedia
merupakan nitrit bagi pertumbuhan sel batu bata, kerikil, pasir, arang bakau,
mikroalga (Kabinawa dan Agustini, dan sabut kelapa maka dilakukan uji
2005). Salah satu agroindustri dengan biologis pada mikroalga
kategori nutrien tinggi adalah limbah Haemotococcus pluvialis.Berdasarkan
RPH. uraian di atas, penulis tertarik untuk
Rumah Potong Hewan (RPH) melakukan penelitian dalam pengolahan
sapi merupakan salah satu industri limbah mengenai efektivitas biofilter
pangan yang memberikan pelayanan untuk menurunkan kadar nitrat dan
dalam penyediaan daging yang aman, fosfat pada limbah rumah potong hewan
sehat, utuh dan berperan penting digunakan sebagai media hidup
terhadap terjaminnya kehidupan Haemotococcus pluvialis.
masyarakat yang sehat (Djajadiningrat 1.2 Perumusan masalah
dan Amir, 1989). RPH sapi Pekanbaru Limbah cair rumah potong
yang terletak di jalan Cipta Karya hewan mengandung kadar nitrat dan
Ujung sejak tahun 2003 sampai fosfat yang tinggi. Keadaan limbah cair
sekarang menyembelih 15 sampai 20 ini apabila dibuang langsung ke
ekor/hari untuk diperjual belikan perairan dapat menyebabkan
dagingnya di pasar Kota Pekanbaru, pencemaran perairan.
sehingga diperkirakan kebutuhan air per Menurut Peraturan Pemerintah
hari untuk memotong hewan sebanyak No. 28 Tahun 2001kadar nitrat yaitu
22.500-30.000 liter/hari yang akan 20mg/L sedangkan kadar fosfat yaitu 5
menjadi air limbah. Air limbah tersebut mg/L. Sehingga perlu dilakukan
apabila dibuang ke perairan tanpa pengolahan dengan harapan kadar nitrat
melakukan proses pengolahan akan dan fosfat dibawah baku mutu yang
menimbulkan masalah bagi sudah ditentukan. Selanjutnya dengan
lingkungan.Salah satu upaya untuk menurunnya nitrat dan fosfat dengan
menurunkan nitrat dan fosfat adalah limbah rumah potong hewan tidak
dengan melakukan pengolahan secara
4

mencemari perairan dan dapat menjadi Nitrat dan Fosfat dilakukan di


media hidup bagi organisme.Maka Laboratorium Pengujian Bina Marga
rumusan masalah dalam penelitian ini Pekanbaru.
adalah “mencari efektivitas penggunaan 2.2 Bahan dan Alat
biofilter dengan proses anaerob dan 2.2.1 Bahan pada unit biofilter
aerob dalam menurunkan kadar nitrat a. Limbah Cair
dan fosfat pada limbah rumah potong Limbah cair yang digunakan
hewan digunakan sebagai media hidup pada penelitian ini adalah limbah cair
Haemotococcus pluvialis”. Rumah potong hewan yang diperoleh
1.3 Tujuan penelitian dari tempat pemotongan hewan di jalan
Penelitian ini bertujuan untuk Cipta Karya Pekanbaru. Volume limbah
mengetahui efektivitas penggunaan cair RPH olahan yang digunakan
biofilter dengan proses anaerob, aerob, selama penelitian adalah 315 L. Limbah
dalam menurunan kadar Nitrat dan tersebut dimasukkan ke dalam 9 jerigen
Fosfat pada limbah rumah potong berukuran 35 L dan diangkat ke Jalan
hewan. Sehingga hasil biofilter ini dapat Naga Sakti (lokasi penelitian).
dijadikan media hidup Haemotococcus
pluvialis. b. Alat dan media pada unit
1.4 Manfaat Penelitian biofilter
Manfaat penelitian ini adalah: Alat biofilter terbuat dari drum
1. Untuk memperoleh informasi plastik dengan ukuran tinggi 95 cm dan
mengenai pengolahan limbah diameter 55 cm dan bervolume 200 liter
cair rumah potong hewan. sebanyak 4 drum diisi dengan media
2. Menambah ilmu pengetahuan penyaring yang sudah dibersihkan
tentang penggunaan biofilter terlebih dahulu. Didalamnya terdapat
dengan proses anaerob, aerob material sebagai penyaring yang terdiri
dalam menurunkan kadar Nitrat dari batu bata, pasir, kerikil, arang
dan Fosfat yang terkandung bakau dan sabut kelapa dengan
dalam limbah cair rumah potong ketebalan masing-masing 20 cm. Serta
hewan. pemakaian aerator untuk proses aerasi.
1.5.Hipotesis a. Sistem anaerob
Hipotesis yang diajukan dalam Dua buah drum plastik
penelitian ini adalah : berukuran tinggi 95 cm dan diameter
H1 : Biofilter sistem anaerob dan tengah 55 cm dengan volume 200 liter.
aerob dapat menurunkan kadar Media yang digunakan adalah batu bata
nitrat dan fosfat dibawah kerikil, dan pasir.Batu bata yang
ambang baku mutu (Peraturan digunakan dalam penelitian ini didapat
Pemerintah No. 28 Tahun 2001). dari toko bangunan berada di Jalan
delima pekanbaru.Kerikil yang
II. METODOLOGI PENELITIAN digunakan juga berasal dari toko
bangunan dengan diameter berkisar
2.1 Waktu dan Tempat antara 1- 3 cm yang dimasukkan
Penelitian ini dilaksanakan pada kedalam drum pada lapisan dengan
bulan Maret – April 2018 di lapangan ketebalan 20 cm.Pasir yang digunakan
dan berlokasi di Jalan Naga Sakti Kota berasal dari toko bangunan dengan jenis
Pekanbaru. Analisis kualitas limbah pasir sungai dengan diameter berkisar
RPH untuk parameter suhu, pH, DO antara 0.50- 0,85 mm yang dimasukkan
dilakukan di lapangan sedangkan untuk kedalam drum dengan ketebalan 20 cm.
5

b. Sistem aerob 2.3. Model Alat Pengolahan


Pada penelitian ini media saring Biofilter Sistem Anaerob dan
selanjutnya adalah penggunaan Aerob
arang.Arang yang digunakan pada Wadah unit pengolahan limbah
penelitian ini adalah arang cair RPH ini terbuat dari drum plastik
bakau.Adapun arang bakau dibeli dari sebanyak 4 buah berukuran tinggi 95
pasar selasa panam pekanbaru dengan cm dan diameter 55 cm yang dirancang
diameter 1-4 cm. Sabut kelapa diperoleh dengan volume 157,5 liter. Sedangkan
dari pasar selasa panam pekanbaru wadah yang digunakan dalam proses
dengan ketebalan 20 cm. kelulushidupan mikroalga terbuat dari
2.2.2 Bahan dan Alat untuk Kelulus toples plastik yang mempunyai panjang
Hidupan Haemotococcus 14,5 cm, lebar 14 cm, dan tinggi 18,5
pluvialis cm. Dalam penelitian skala kecil ini,
a. Bahan unit pengolahan terdiri dari bak
Bahan yang digunakan sebagai penampungan (1 unit), reaktor sistem
media hidup Haemotococcus anaerob dengan media batu bata,
pluvialisadalah limbah cair RPH yang kerikil, dan pasir (2 unit), reaktor sistem
sudah diolah dan sudah melewati proses bermedia aerob arang bakau dan sabut
alat biofilter sistem anaerob dan aerob. kelapa ( 2 unit) yang dilengkapi dengan
Mikroorganisme yang digunakan adalah aerator (2 unit), dan 3 toples untuk uji
jenis fitoplankton kelulushidupan mikroalga
Haematococcus pluvialis, Haemotococcus pluvialis.
sebanyak 1 liter yang diperoleh dari
plankton shop Jawa Barat 2.4 Metode penelitian
Bogor.Haemotococcus pluvialis ini Metode yang digunakan dalam
diuji menggunakan limbah yang telah penelitian ini adalah metode deskriptif
diolah terlebih dahulu melalui melihat efektivitas biofilter yang
pengolahan secara biofilter.Mikroalga menggunakan sistem anaerob, dan
tersebut di masukkan ke dalam toples sistem aerob secara parsial maupun
dan diberi aerator untuk diuji secara keseluruhan untuk mereduksi
kelulushidupannya, setelah itu dilihat Nitrat dan Fosfat. Secara parsial , drum
perkembangannya selama 8 hari untuk pertama terdiri dari dua buah drum
mengetahui kelimpahan selnya. sebagai biofilter anaerob akan diisi
b. Alat dengan batu bata, kerikil, dan pasir
Alat untuk menguji dengan masing-masing ketebalan 20
kelulushidupanHaemotococcus pluvialis cm, sedangkan untuk drum kedua
pada penelitian ini menggunakan toples terdiri dari dua buah drum yaitu
plastik diperoleh dari toko toserba biofilter sistem aerob yang diisi media
panam yang mempunyai ukuran arang bakau dan sabut kelapa dengan
panjang 14,5 cm, lebar 14 cm dan tinggi ketebalan 20 cm (Harahap, 2014).
18,5 cm. Selain itu untuk mendukung Kemudian dilanjutkan uji
kelulushidupan Haemotococcus kelulushidupan toples mikroalga
pluvialis ini juga menggunakan bantuan Haemotococcus pluvialis. Limbah cair
aerator sebagai proses aerasi, RPH yang sudah dimasukkan ke dalam
haemocytometer dan mikroskop sebagai drum pertama atau sistem anaerob akan
tempat untuk mengamati sel serta hand dialirkan ke dalam drum yang kedua
counteruntuk memudahkan menghitung yaitu pada sistem aerob dengan arah
sel. aliran dari atas ke bawah (down flow
6

2.4.1. Teknik pengambilan sampel lambung, darah, afkiran daging atau


lemak dan air cuciannya. Adapun warna
Sampel yang digunakan dalam yang dihasilkan dari air limbah RPH
penelitian ini terdapat pada kolam tersebut bewarna coklat dan gas berbau
pertama tempat penampungan kotoran busuk.Limbah tersebut dapat bertindak
padat hewan sapi yang berasal dari sebagai media pertumbuhan serta
urine, isi rumen atau isi lambung, darah, perkembangan mikroba sehingga
afkiran daging, atau lemak, dan air limbah tersebut mudah mengalami
cuciannya.Sampel tersebut terletak di pembusukan.
jalan Cipta Karya Ujung sejak tahun 2.5 Prosedur Penelitian
2003.Pengambilan sampel hanya 2.5.1. Sistem anaerob dan aerob
dilakukan sekali saja yaitu pada pagi pada biofilter
hari pukul 10.00 WIB.Air limbah yang Pada kerja proses unit biofilter
dijadikan sampel tersebut diambil yaitu pertama-tama limbah sudah yang
menggunakan jerigen sebanyak 9 buah tersedia ditampung di dalam suatu
berukuran 35 L diangkat ke Jalan Naga wadah, setelah itu limbah cair RPH
Sakti (lokasi penelitian) menggunakan tersebut dipompakan ke dalam drum
mobil pick-up. sistem anaerob dengan arah aliran dari
Lalu limbah tersebut atas ke bawah (Down flow) dan
dimasukkan ke dalam drum plastik yang didiamkan selama 10 hari agar terjadi
telah disediakan di lokasi penelitian. pembiakan mikroorganisme dan bakteri
Adapun drum yang digunakan dalam tumbuh. Kemudian setelah 10 hari
penggunaan biofilter ini sebanyak 4 berikutnya dialirkan kembali ke dalam
drum yaitu pada masing-masing sistem unit sistem aerob selama 7 hari, setelah
anaerob dan sistem aerob berjumlah 2 7 hari dialirkan ke dalam toples
buah drum dengan ukuran tinggi 95 cm mikroalga untuk melihat pertumbuhan
dan diameter 55 cm. Masing – masing selnya selama 8 hari pengamatan.
drum berisi limbah sebanyak 157,5 liter. Mendiamkan (waktu tinggal)
Pengolahan limbah RPH sapi yang limbah cair RPH selama 10 hari
pertama yaitu pada sistem anaerob dibiofilter guna menumbuhakan bakteri
selama 10 hari.Setelah limbah tersebut sesuai rujukan Harahap (2014).
melewati sistem anaerob dan kadarnya Berdasarkan penelitian terdahulu
sudah menurun maka limbah dialirkan dengan menggunakan biofilter sistem
kesistem aerob selama 7 hari.Hasil anaerob, dan aerob ini yang menyatakan
olahan limbah dengan penggunakan bahwa penurunan pencemaran yang
biofilter sistem anaerob dan sistem terjadi pada limbah RPH antara 7 hari
aerob tersebut diuji sebagai media hidup dan 10 hari tidak jauh berbeda dimana
mikroalga Haemotococcus pluvialis. waktu penurunannya dapat dikatakan
2.4.2 Kriteria sampling area uji sudah efektif.
Limbah RPH termasuk kategori Analisis kualitas air dilakukan
limbah industri pangan.Adapun ciri dari diawal sebelum pemasukan limbah
limbah industri pangan yaitu (inlet) setelah 10 hari pada unit biofilter
mengandung bahan organik yang cukup anaerob dilakukan analisis kembali pada
tinggi. Pada penelitian ini sampel area hari ke 7 berikutnya untuk air limbah
uji yang digunakan sebagian besar yang berada pada unit biofilter sistem
dihasilkan dari air limbah rumah aerob guna mengetahui efektivitas dari
pemotongan hewan yang berasal dari tiap biofilter yang ada pada limbah RPH
Feces, urine, isi rumen atau isi dilakukan di Laboratorium Pengujian
7

Bina Marga Pekanbaru. Sedangkan uji juga menggunakan media seperti arang
biologis yang dilakukan pada mikroalga bakau yang mempunyai pori-pori
selama 8 hari untuk mengetahui sehingga dapat melekatnya
pertumbuhan selnya dilakukan mikroorganisme untuk melakukan
pengamatan di Laboratorium aktivitas.Menurut Said (2005) proses
Produktivitas Perairan Fakultas dalam sistem aerob lebih sederhana
Perikanan dan Kelautan Universitas dengan beban pengolahan limbah yang
Riau. lebih ringan. Sistem aerob ini
III. HASIL DAN PEMBAHASAN melanjutkan upaya untuk mendegradasi
senyawa-senyawa organik dan
3.1. Hasil analisis parameter kualitas anorganik yang masih tersisa dari
limbah cair RPH sistem anaerob dan diuraikan lagi oleh
Pengujian paket alat pengolahan mikroorganisme yang ada pada sistem
limbah RPH terdiri dari unit biofilter aerob. Selanjutnya ditambahkan alat
sistem anaerob dan aerob. Pengukuran seperti aerator guna menyuplai oksigen
kualitas limbah cair RPH yang untuk mikroorganisme pada proses
dilakukan selama penelitian meliputi aerob karenaselama dalam proses
Nitrat, Fosfat, suhu, pH, dan DO. pengolahan mikroorganisme
Adapun hasil dari analisis kualitas memanfaatkan hasil pendegradasian
limbah olahan dari tiap biofilter adalah dari sistem anareob sebagai sumber
sebagai berikut : nutrien terhadap berlangsungnya
3.1.1. Nitrat metabolisme untuk tumbuh dan
Pengamatan Kadar Penurunan berkembang sehingga dapat
Nitrat (mg/L) menguraikan senyawa organik dan
(mg/L) anorganik yang masih tersisa dari
Kadar awal 39 - sistem anaerob.
Sistem 16 23 Menurut PP No. 28 Tahun 2001
anaerob nitrat yang boleh dibuang ke perairan
Sistem 12,4 3,6 yaitu 20 mg/L. berdasarkan peraturan
aerob tersebut, konsentrasi nitrat pada limbah
Berdasarkan penjelasan diatas cair RPH sebelum diolah sudah
penurunan nilai nitrat ini karena adanya melebihi batas baku mutu. Setelah
penggunaan batu bata, kerikil, dan pasir melihat data Tabel 6 diatas, pada limbah
sebagai media melekatnya bakteri cair RPH ini telah mengalami
(mikroorganisme). Dimana bakteri yang penurunan yang baik.
tumbuh melekat membentuk lapisan 3.2.2. Fosfat
biofilm pada permukaan dan dinding Pengamatan Kadar Penurunan
drum yang menandakan adanya Fosfat
mikroorganisme yang melakukan (mg/L)
penguraian padatan organik berupa Kadar awal 15,.4 -
minyak lemak serta nitrat dan fosfat Sistem 4,3 11,1
semakin berkembang selama anaerob
pengamatan sehingga polutan nitrat Sistem 2,9 1,4
yang terkandung dalam limbah cair aerob
yang dapat diuraikan semakin besar
Berdasarkan penjelasan diatas
(Khusnuryani, 2008).
penurunan nilai nitrat ini karena adanya
Penguraian bahan organik dalam
penggunaan batu bata, kerikil, dan pasir
proses aerob merupakan lanjutan dari
sebagai media melekatnya bakteri
proses anaerob. Pada sistem aerob ini
8

(mikroorganisme). Dimana bakteri yang cair RPH ini telah mengalami


tumbuh melekat membentuk lapisan penurunan yang baik.
biofilm pada permukaan dan dinding 3.3. Hasil efektivitas penurunan
drum yang menandakan adanya kadar nitrat, fosfat pada unit biofilter
mikroorganisme yang melakukan 84

Efektivitas %
penguraian padatan organik berupa
82
minyak lemak serta nitrat dan fosfat
semakin berkembang selama 80
pengamatan sehingga polutan nitrat Nitrat Fosfat
yang terkandung dalam limbah cair
yang dapat diuraikan semakin besar Berdasarkan Gambar efektivitas
(Khusnuryani, 2008). 18 menunjukan bahwa unit biofilter
Penguraian bahan organik dalam memiliki nilai efektivitas penurunan
proses aerob merupakan lanjutan dari kadar Nitrat dan fosfat sangat baik.
proses anaerob. Pada sistem aerob ini Nilai efektifitas penurunan kadar nitrat
juga menggunakan media seperti arang mencapai 83,21% sedangkan kadar
bakau yang mempunyai pori-pori fosfat mencapai 81,16%. Penurunan
sehingga dapat melekatnya nitrat dan fosfat ini terjadi karena
mikroorganisme untuk melakukan adanya proses penyaringan dan adanya
aktivitas.Menurut Said (2005) proses proses penguraian oleh mikroorganisme
dalam sistem aerob lebih sederhana baik pada proses anaerob maupun
dengan beban pengolahan limbah yang penambahan aerator yang terdapat pada
lebih ringan. Sistem aerob ini sistem aerob. Suriawiria, (2003)
melanjutkan upaya untuk mendegradasi menjelaskan bahwa mikroorganisme
senyawa-senyawa organik dan membutuhkan nutrisi untuk
anorganik yang masih tersisa dari pertumbuhan dan perkembangan dalam
sistem anaerob dan diuraikan lagi oleh proses metabolisme sel. Hal ini dapat
mikroorganisme yang ada pada sistem disebabkan oleh tingginya kadar fosfat,
aerob. Selanjutnya ditambahkan alat sehingga mempengaruhi tingkat
seperti aerator guna menyuplai oksigen pertumbuhan bakteri. Penurunan fosfat
untuk mikroorganisme pada proses terjadi karena adanya bakteri yang
aerob karenaselama dalam proses menguraikan limbah cair RPH.Dimana
pengolahan mikroorganisme bakteri tersebut memanfaatkan fosfat
memanfaatkan hasil pendegradasian sebagai sumber energinya
dari sistem anareob sebagai sumber (Khusnuryani, 2008).
nutrien terhadap berlangsungnya 3.4. Hasil Parameter Pendukung
metabolisme untuk tumbuh dan 3.4.1. Suhu
berkembang sehingga dapat
28.5
menguraikan senyawa organik dan
anorganik yang masih tersisa dari 28
Suhu

sistem anaerob. 27.5


Menurut PP No. 28 Tahun 2001 27
nitrat yang boleh dibuang ke perairan 26.5
yaitu 20 mg/L. berdasarkan peraturan Inlet Sistem Sistem
tersebut, konsentrasi nitrat pada limbah anaerob aerob
cair RPH sebelum diolah sudah Pengukuran suhu pada limbah
melebihi batas baku mutu. Setelah awal dilakukan di tempat sumber
melihat data Tabel 6 diatas, pada limbah limbah diambil yaitu 28o C. Setelah itu
9

pada waktu inlet di pada sistem Herlambang (2002) maka hasil nilai pH
anaerob, dilakukan pengukuran suhu di air limbah yang telah diolah dengan
dalam drum penampungan limbah cair proses anaerob dan aerob telah sesuai
RPH sebelum dialirkan ke unit biofilter untuk pertumbuhan bakteri.
sistem aerob.Adapun suhu pada inlet Nilai pH pada reaktor anaerob
sistem anaerob adalah 28oC.Pada olahan dan aerob telah mampu mendukung
sistem aerob suhu turun menjadi 27oC pertumbuhan mikroorganisme yang
jadi untuk pengukuran suhu selama dimanfaatkan untuk menurunkan
penelitian ini tidak tetap melainkan polutan organik/anorganik berupa
mengalami fluktuasi. padatan tersuspensi maupun terlarut.Hal
Effendi (2003) menyatakan ini sesuai dengan pendapat (Wardoyo
bahwa suhu yang naik akan dalam Febryanti, 2016) yang
meningkatkan laju reaksi oleh mikroba menyatakan bahwa pH perairan yang
dan membantu menghasilkan stabilisasi mendukung kehidupan organisme
bahan organik cepat dan destruksi adalah 5-9.
patogen. Selain itu naiknya suhu akan
mengakibatkan berkurangnya 3.4.3 DO (Dissolved Oxigen)
kekentalan dari padatan total yang 6
tinggi. Namun terhadap kadar oksigen DO (Dissolved
Oxygen) 4
terlarut dalam air akan turun bersamaan
dengan kenaikan suhu air (Wardhana, 2
1995). Selanjutnya menurut Syawal
(2005), perubahan suhu yang mendadak 0
dan mencolok akan berpengaruh Inlet Sistem Siistem
terhadap prosos metabolisme tubuh anaerob aerob
ikan, perkembangbiakan
mikroorganisme, kandungan oksigen Berdasarkan hasil penelitian
dalam perairan dan sistem pertahanan nilai DO pada kadar awal yaitu 1mg/l
tubuh. Suhu optimum untuk sebelum diolah. Rendahnya nilai DO
perkembangan mikroorganisme adalah disebabkan tingginya polutan organik
25-30oC (Salmin, 2005). yang terkandung dalam limbah cair
3.4.2. Derajat keasaman(pH) RPH. Hal ini sesuai dengan pendapat
10 Wigyanto et al.,(2009) yang
menyatakan semakin besar bahan
organik dalam air limbah maka nilai
BOD akan semakin tinggi sedangkan
pH

5
nilai DO akan semakin rendah.
Rendahnya DO disebakan oleh adanya
0 penambahan oksigen yang dilakukan.
Inlet Sistem anaerob
Sistem aerob Penambahan oksigen perlu dilakukan
pada proses aerob. Tetapi pada proses
Hasil pengujian pH
anaerob tingginya nilai DO dapat
menunjukkan adanya peningkatan
menyebabkan kegagalan bakteri dalam
reaktor anaerob dan aerob dengan hasil
mendegradasi polutan organik (Silalahi,
yang sama yaitu 7-8. Herlambang
2012). Secara keseluruhan, kandungan
(2002) menyatakan bahwa bakteri akan
oksigen terlarut selama pengujian pada
tumbuh dengan baik pada kondisi pH
reaktor proses aerob telah mampu
sedikit basa sekitar 7-8. Jika
mendukung untuk kehidupan
dibandingkan dengan pendapat
10

mikroorganisme yaitu sebesar 5 mg/l. dilakukan setiap 24 jam sekali dari hari
Selain itu, jika limbah cair RPH tersebut 1 sampai hari ke 8. Pengamatan
dibuang ke perairan tidak akan dilakukan di Laboratorium
mengganggu kehidupan Produktivitas Perairan Fakultas
mikroorganisme perairan. Hal ini sesuai Perikanan Dan Kelautan Universitas
dengan pernyataan Salmin (2005) yang Riau pada pukul 15.00 WIB selama 8
menyatakan bahwa kandungan oksigen hari.
terlarut (DO) minimal 2 mg/L dalam 3.6. Kualitas air
keadaan normal dan tidak tercemar oleh
bahan racun (toksik). Kandungan Lingkungan yang dibutuhkan
oksigen terlarut minimum ini sudah untuk mendukung pertumbuhan
mendukung kehidupan organisme Haemotococcus pluvialisadalah
perairan. lingkungan yang mampu menyediakan
kondisi fisika, kimia dan biologi yang
3.5. Kelulushidupan mikroalga
optimal. Parameter fisika yang
Haemotococcus pluvialis
dimaksud antara lain suhu dan
3.5.1 Perhitungan pertumbuhan sel
parameter kimia meliputi pH,
Haemotococcus pluvialis
sedangkan parameter biologi yaitu
Hari Toples Toples Toples Rata-
menghitung kepadatan
1 2 3 rata
selHaemotococcus pluvialisAdapun
1 30 42 45 390.000 data hasil pengukuran kualitas air dapat
Sel/ml dilihat pada Tabel 8 yaitu :
Hari pH Suhu (oC)
2 51 53 37 470.000
Sel/ml 1. 8 25
3 66 70 72 693.33 2. 8 25
Sel/ml
3. 8 25
4 75 79 82 783.66
Sel/ml 4. 8 25

5 84 87 89 866.66 5. 8 25
Sel/ml 6. 8 25
6 90 97 102 963.33 7. 8 25
Sel/ml
8. 8 25
7 64 65 66 650.000
Sel/ml Pada saat pengukuran kualitas
air saat pengamatan pertumbuhan
8 54 37 55 486.66 mikroalga Haemotococcus pluvialis
Sel/ml selama penelitian didapatkan hasil suhu
Masa puncak sel alga tersebut yang diukur setiap harinya selama 8
diketahui dari perhitungan yang telah hari yaitu 25oC, sedangkan derajat
dilakukan.Mikroalga Haemotococcus keasaman (pH) yang didapatkan yaitu 8.
pluvialis yang telah diukur pada
masing-masing toples dengan volume IV. KESIMPULAN DAN SARAN
air limbah 2 liter, diamati kepadatan 4.1. Kesimpulan
selnya guna mengetahui pola Berdasarkan hasil penelitian
pertumbuhan yang terjadi. Pengamatan yang dilakukan dengan
11

penggunaanbiofilter sistem anaerob dan Teknologi Industri Kimia Dan


aerob bermedia batu bata, kerikil, pasir Kemasan.
arang bakau dan sabut kelapaselama 17 Alaerts, G. dan Santika, S. S
hari dengan volume limbah yang diolah 1984.Metode Penelitian Air
sebanyak 315 liter sangat efektif dalam Usaha Nasional. Surabaya. 309
menurunkan kadar Nitrat, dan hal.
Fosfatpada limbah cair rumah potong Asmadi, Khayan, Kasjono H.S. 2011.
hewan. Teknologi Pengolahan Air
Air hasil olahan dari pengolahan Minum.Yogyakarta: Gosyen
Air rumah potong hewan ini aman Publishing.
digunakan untuk media hidup Astari, Safira dan Iqbal.2009.
mikroalga Haemotococcus pluvialis. Kehandalan Saringan Pasir
Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan Lambat Dalam Pengolahan Air.
mikroalga yang mengalami puncak Program Studi Teknik
pertumbuhan pada hari ke 5 yaitu Lingkungan. Fakultas Teknik
866.66 Sel/ml dan hari ke 6 yaitu dan Sipil dan Lingkungan.ITB.
963.000 Sel/ml selama 8 hari Basmi, H.J. 2000. Planktonologi:
pengamatan. Berdasarkan hasil plankton sebagai indicator
penelitian penurunan kadar limbah cair kualitas perairan. Fakultas
rumah potong hewan ini sudah sesuai Perikanan Dan Ilmu Kelautan,
dengan baku mutu yang telah IPB. 8(2): 77-88.
ditetapkan. Bewick. M. W. M. 1980. Hanbook.Of
4.2. Saran organic Waste Convertion Litton
Adapun saran setelah penelitian Educational publishing, Inc.
ini yaitu melakukan penelitian lanjutan New York.
menggunakan limbah cair RPH dengan Boroh, R. 2012. Pengaruh Pertumbuhan
variasi mikroalga.Selain itu disarankan Chlorella sp. Pada Beberapa
juga melakukan penelitian limbah RPH Kombinasi Media
secara kontinue. Kultur.Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Brotowidiovo. M. D.. D. Triwibowono
DAFTAR PUSTAKA dan E. Mulbvantoro. 1995.
Pengantar Lingkungan Perairan
Agus, M. 2015. Kadar lipida dan Budidaya Air. Liberty.
Scenedesmus sp. pada kondisi Yogyakarta.
miksotrof dan penambahan Harahap, S. 2014. Pengaruh Reaktor
sumber karbon dari hidrolosat Biofilter Bermedia Zeolit Dan
pati singkong.Jurnal ilmu Arang Aktif serta Tumbuhan Air
kimia ISSN 1979-8911.Vol.IX Dalam Pengolahan Limbah
No.2. CairIndustriTahuUntukMenurun
Agustina,S.Pudji, R. S. Widianto, T, kanTingkatPencemaranPerairan.
danTrisna, A, 2008. Pengunaan Disertasi.Universita.Padjajara,
TeknologiMembranPadaPengola Bandung.
hanAirLimbahIndustri Kelapa Herlambang, A. 2002 Pengaruh
Sawit. Makalah Workshop Pemakaian Biofilter Struktur
Sarang Tawon Pada Pengolah
12

Limbah Organik Sistem Lingkungan Hidup Universitas


Kombinasi Anaerobik-Aerobik Mulawarman.
Studi Kasus Limbah Tahu dan MetCalf dan Eddy, 2003, Wastewater
Tempe). Disertai Program Pasca Enginering:Treatment,Disposa,
Sarjana IPB, Bogor. 340 hal. and Reuse, 4th ed., McGraw
Ikhwan.2016. Efektivitas Penggunaan Hill Book Co., New York.
Arang Batok Kelapa Sebagai Mochtar H., Wiharyanto O., Alloysius
Media Penyaring Penurunan RP, Bernadette NP, Dan
Kadar Besi Dan Mangan Pada IsmaryantoG.2012. Pengolahan
Penjernihan Air Kolam Air Lindi Dengan Proses
PenambanganBatuBauksit.Kese KombinasiBiofilter An-Aerob-
hatan Lingkungan Poltekkes Aerob Dan Wetland. Jurnal
Kemenkes Tanjungpinang. PRESIPITASI. Vol. 9 No.2
Jenie, Betty dan winiaty Rahayu. 1993. September 2012, ISSN 1907-
Penanganan Limbah Industri 187X.
Pangan. Yogyakarta: Penerbit Orosa, M., J.F. Valero, C. Hererro and
Kanisius. J. Abalde. 2001. Comparison of
Junaidi, 2006, “Proses Pengolahan Air the accumulation of astaxanthin
LimbahSecaraBiologi Aerobik; in Haemotococcus pluviales and
Materi Pelatihan Operator other green mikroalga under N-
Instalasi Pengolahan Limbah starvation and high light
Industri”, Teknik Lingkungan, condition. Biotechnology letter.
Universitas Diponegoro, 23(13); 1,079-1,081.
Semarang. Panggabean.2007.PotensiPemanfaatan
Kawaroe, M., T. Partono, A. Sanuddin Alga Laut Sebagai Penunjang
danD.W.Dina.2010.Mikroalga: Perkembangan Sektor Industri.
Produksi dan Pemanfaatannya Makalah Ilmiah Ketua Jurusan
untuk Bio Bahan Kimia. Universitas Lampung
Bakar.Bogor,IPBPress. Bandar Lampung.
Keputusan Menperindag RI No. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
231/MPP/Kep/7/1997.Tentang No. 02 Tahun 2006 Tentang
Prosedur Impor Limbah. Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kesmavet, Manual. 1993.Pedoman Kegiatan Rumah Potong Hewan.
PembinaanKesmavet.Direktorat Peraturan PemerintahNomor 18 Tahun
BinaKesehatanHewanDirektorat 1999, tentang Pengelolaan
Jendral Peternakan. Jakarta : LimbahBahanBerbahayadanBer
Departemen Pertanian. acun,Sekretariat Bapedal,
Khusnuryani. A. 2008. Mikrobia Jakarta.
Sebagai Agen Penurun Fosfat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Pada Pengolahan Limbah Cair No. 82 Tahun 2001 Tentang
Rumah Sakit. Fak.Sains dan Pengertian Air Limbah
Teknologi UIN Sunan Kaliijaga Rino(2010dalamhttp://rino14.blogspot.c
Yogakarta. om/2010/08/pengolahanlimbah-
Kusnoputranto dan Haryoto. 1997. cair.html)diakses 26 januari
Limbah industri dan B-3 2018.
Dampaknya Terhadap Kualitas Rizaldy.(2012. Daya Serap Batu Bata
LingkungandanUpayaPengelola dalamhttp://berbagidata.Scribd.c
annya.Pusat Penelitian
13

om.html) diakses 26 januari


2018.
Ritmann, B.E., and, McCarty, P.I.,2001,
Environmental Biotechnology :
Princeples and Aplications,
McGraw Hill International Ed.,
New York.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi.
Fakultas Peternakan dan
Pertanian UNDIP. Semarang.
Saeni, M. S. 1988. Kimia Lingkungan.
Departemen P dan K.
Dirjen.Dikti.Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Said, N, I. 2005. Aplikasi Bio-ball
untuk media Biofilter studi
kasus pengolahan air limbah
pencucian jean. Jurnal Air
Indonesia.Vol.1, No.1.Pusat
Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Lingkungan.BPPT.
Suriawira, U., 2003, Mikrobiologi Air
dan Dasar-Dasar Pengolahan
Buangan Secara Biologis,
Bandung, Alumni.
Syahriartato.2010. Mengolah Limbah
Cair Domestik Dengan
Filter Biogeokimia.https://syahri
artato.wordpress.com/2010/01/2
1/sesaji/.Diakses 15 Desember
2018.
Tjiptadi,W.1990 Pengendalian Limbah
Pertanian.Makalah pada
Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Bagi
Wydiaswara Sespa, Sepadya,
Sepala dan Sespa Antar
Departemen.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai