Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ENVIROTEK VOL 11 NO 1

PENURUNAN AMMONIA PADA LIMBAH CAIR RUMAH


PEMOTONGAN HEWAN (RPH) DENGAN MENGGUNAKAN
UPFLOW ANAEROBIC FILTER

Aulia Ulfah Farahdiba, Eva Jauharotul Latifah dan M. Mirwan

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294
Telp (031)8782087 .Fax (031)8782087
E-mail : auliaulfah.tl@upnjatim.ac.id

ABSTRAK
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan dari rumah pemotongan hewan (RPH) yang
sering ditemukan pada air limbah industri pemotongan hewan (RPH) yaitu ammonia (NH3-
N), dimana ammonia merupakan senyawa yang bersifat toksik atau berbahaya bagi
manusia. Penelitian ini menganalisis kemampuan penurunan kadar ammonia dengan
menggunakan reaktor anaerob atau UAF (Upflow Anaerobic Filter) dengan jenis media
bioball bentuk bola dan ketinggian media (15 cm, 25 cm dan 35 cm) untuk mendapatkan
hasil yang paling efektif. Awal dari proses ini yaitu dengan menumbuhkan biofilm pada
media, proses ini meliputi seeding atau mengembangbiakan bakteri alami (biofilm) dan
aklimatisasi atau proses adaptasi biofilm terhadap air limbah. Hasil dari penelitian ini
didapatkan penurunan NH3-N sebesar 75,16 % dengan menggunakan jenis media bioball
bentuk rambutan.

Kata kunci : Upflow Anaerobic Filter, ammonia, Media Bioball

ABSTRACT
The characteristics of liquid waste produced from the animal slaughter industry (RPH) is
higher ammonia (NH3-N), where ammonia is a compound that is toxix or dangerous to
humans. This study analyze removal of ammonia levels using an aerobic reactor or UAF
(Upflow Anaerobic Filter) by varying the type of media (bioball ball shape and bioball
hairan shape) and media height (15 cm, 25 cm and 35 cm) to obtain results most effective.
The beginning of this process is by growing biofilms on the media, the process includes
seeding or breeding of natural bacteria (biofilm) and acclimatization or biofilm adaptation
processes to wastewater. The results of this study found a decrease of ammonia by 70,42%
by using type of media bioball.

Keywords : Upflow Anaerobic Filter, ammonia, bioball

31
JURNAL ENVIROTEK VOL 11 NO 1

PENDAHULUAN bioball bentuk bola dan bioball bentuk rambutan


Seiring meningkatnya kebutuhan daging di aliran upflow, dengan cara mengalirkan air
Indonesia yang berbanding lurus dengan limbah ke dalam reaktor anaerob yang telah di
peningkatan populasi penduduk. Berdasarkan isi media untuk mengembangbiakkan
hal tersebut, maka kebutuhan akan rumah mikroorganisme tanpa supply aerasi.
pemotongan hewan (RPH) merupakan bagian
integral yang tidak bisa dipisahkan dalam Penyaringan secara anaerobik dengan aliran dari
produksi daging. Meningkatnya kebutuhan akan bawah atau Upflow Anaerobic filter merupakan
daging mengakibatkan angka pemotongan salah satu jenis teknologi pengolahan limbah
ternak bertambah. Setiap ada peningkatan secara biologis dengan menumbuhkan dan
produksi berarti ada peningkatan limbah yang mengembangbiakkan mikroba pada suatu media
dihasilkan. Meningkatnya limbah berarti filter sehingga membentuk lapisan biofilm.
meningkatnya kerusakan dan makin merosotnya Beban pencemar zat organik akan didegradasi
kualitas hidup, untuk mengatasi hal ini perlu oleh mikroorganisme yang terdapat dalam
adanya pengelolaan atau subsidi energi baik dari biofilm tersebut. Pengolahan air limbah dengan
dalam maupun dari luar (Soerjani, 1985). menggunakan UAF mampu menurunkan COD
Limbah yang dihasilkan industri RPH ada dua sebesar 98,40 % dengan HRT 9,5 hari (Balai
jenis, yaitu limbah padat berupa bulu, isi rumen industri semarang, 1998). Kemudian menurut
dan kotoran hewan serta limbah cair bekas Sumansah (2014), menggunakan media pecahan
pencucian hewan yang bercampur dengan darah batu kali mampu menurunkan kandungan BOD5
dan lemak (Al Kholif, 2015). Menurut Said 71,24 %, menggunakan tempurung kelapa
(2005), limbah cair organik yang dihasilkan mampu menurunkan BOD5 sebesar 50,1 %, serta
industri RPH memiliki parameter chemical menurut Al-Kholif (2015), pecahan batu kali
oxygen demand (COD), serta kandungan zat dan bioball mampu menurunkan kadar amonia
organik yang tinggi. Oleh karena itu pengolahan sebesar 90,05%.
limbahnya harus baik, sehingga ketika dibuang
langsung ke lingkungan akuatik tidak akan Berbeda dengan penelitian terdahulu, pada
merusak lingkungan tersebut, termasuk biota penelitian ini akan menurunkan ammonia pada
yang hidup didalamnya. limbah cair rumah pemotongan hewan (RPH)
menggunakan sistem UAF (Upflow Anaerobic
Karakteristik parameter limbah cair RPH Filter) dengan variabel perlakuan jenis media
memiliki kandungan ammonia yang cukup dan ketinggian media. Penelitian ini diharapkan
tinggi. Berdasarkan hasil analisa awal di dapat memberi masukan dalam pengoptimalan
Laboratorium Teknik Lingkungan UPN, limbah pengolahan limbah cair rumah pemotongan
cair RPH terkandung nilai ammonia sebesar hewan agar buangan tersebut aman untuk
36,88 mg/liter, nilai COD sebesar 1190,7 dibuang langsung ke badan air serta pengolahan
mg/liter serta nilai pH sebesar 8,0, suhu 29oC. yang ramah lingkungan dengan biaya yang
Sedangkan menurut Al-kholif (2015), limbah rendah.
cair rumah pemotongan hewan mengandung
nilai COD sebesar 656 mg/liter serta nilai Limbah Cair Rumah Pemotongan Hewan
ammonia sebesar 75 mg/liter. Nilai parameter Sudah menjadi pengetahuan publik bahwa
pencemar tersebut masih diatas baku mutu industri peternakan, mulai dari hulu hingga hilir
berdasarkan Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013 turut menyumbang emisi gas rumah kaca yang
yang mensyaratkan BOD5 100 mg/liter, COD merupakan penyebab bagi pemanasan global
200 mg/liter, TSS 100 mg/liter, minyak dan (global warming). Termasuk ke dalam jenis
lemak 15 mg/liter serta ammonia 25 mg/liter. industri peternakan tersebut adalah proses
Berdasarkan data tersebut maka diperlukan produksi, distribusi dan pembuangan atau
suatu pengolahan sehingga efluen yang pemusnahan limbah rumah potong hewan
dihasilkan memenuhi Pergub Jatim No. 72 (RPH) maupun rumah potong unggas
Tahun 2013. (RPU)/rumah potong ayam (RPA), baik berupa
limbah padat maupun cair (Goodland dan
Teknologi pengolahan limbah cair dengan beban Anhang, 2009).
organik tinggi dapat dilakukan dengan (UAF). Pemotongan hewan akan menghasilkan limbah
Pengolahan air limbah RPH akan diproses cair terutama di proses pemotongan dan
menggunakan reaktor anaerob tercelup media pencucian karkas. Kandungan limbah cair RPH

32
JURNAL ENVIROTEK VOL 11 NO 1

diantaranya adalah limbah kimia-fisik dan vector, baunya tidak mengganggu masyarakat
mikrobiologi. Mikroba yang terkandung dalam setempat.
limbah cair RPH diantaranya adalah Bacillus Selain limbah cair dan limbah padat yang
subtilis, Bacillus thuringiensis, dan dihasilkan, aktivitas industri RPH juga dapat
Lysinibacillus fusiformis (Tarntip dan menghasilkan gas methane. Gas methane ini
Thungkao, 2011). berpotensi menghasilkan salah satu sumber
Dalam proses produksi RPH menghasilkan penyebab efek rumah kaca jika terbuang ke
limbah cair yang berasal dari darah hewan, atmosfer. Disamping itu limbah padat RPH juga
proses pencelupan, pencucian hewan dan mengandung protein yang dapat digunakan
peralatan produksi. Limbah ini dapat bertindak sebagai bahan pakan ternak. Sehingga limbah
sebagai media pertumbuhan dan perkembangan RPH dapat diolah untuk menghasilkan sumber
mikroba sehingga limbah tersebut mudah pendapatan dan tidak mengotori lingkungan.
mengalami pembusukan. Selain menimbulkan
gas berbau busuk juga adanya pemanfaatan Amonia (NH3-N)
oksigen terlarut yang berlebih dapat Amonia merupakan gas yang tak berwarna dan
mengakibatkan kekurangan oksigen bagi biota mudah larut dalam air (dengan membentuk
air. Limbah cair mengandung BOD (Biological larutan basa), amonia mudah bereaksi dengan air
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen dan membentuk larutan amonium hidroksida.
Demand), TSS (Total Suspended Solid), minyak Adanya amonia didalam air erat hubungannya
dan lemak yang tinggi, dengan komposisi dengan siklus pada N (nitrogen) di alam ini.
berupa zat organik. Pembuangan air limbah Amonia juga merupakan suatu zat yang
yang mengandung nutrien yang tinggi ke menimbulkan bau yang sangat tajam sehingga
perairan akan menimbulkan eutrofikasi dan kehadiran bahan ini dalam air adalah
mengancam ekosistem akuatik. Untuk menyangkut perubahan fisik dari pada air
mencegah hal itu, maka diperlukan cara agar tersebut yang akan mempengaruhi ekosistem di
komposisi padatan organik tersuspensi dapat badan air (Simbolon, 2016).
dikurangi (Laksono dan Kirana, 2010). Amonia merupakan spesies yang beracun atau
toksik dengan LD50 adalah 1 µg/L. Sebagai gas,
Banyaknya jumlah zat organik sangat ammonia dapat menyebabkan iritasi pada
dipengaruhi oleh besarnya konsumsi air bersih. saluran pernafasan misalnya bronchitis dan
Limbah RPH yang tidak dikelola dengan baik asma, iritasi mata dan kulit, dapat menyebabkan
akan menimbulkan gangguan terhadap mata dan hidung berair, batuk, sesak nafas dan
lingkungan dan kehidupan. Beberapa gangguan bahkan kematian.
yang timbul sebagai efek dari limbah adalah
gangguan terhadap kesehatan, gangguan UAF (Upflow Anaerobic Filter)
terhadap kehidupan biotik, dan gangguan Upflow Anaerobic Filter merupakan
terhadap masalah estetika (Rosalia, 2006). pengembangan pengembangan dari sistem ABR
(Anaerobic Baffle Reactor). UAF pertama kali
Karakteristik Biologi Limbah Cair RPH ditemukan oleh Young dan MC Carty pada
Kandungan bakteri patogen serta organisme tahun 1962. Proses berlangsung dalam sebuah
golongan coli juga terdapat dalam air limbah reaktor bersekat yang diisi dengan filter
tergantung darimana sumbernya, namun material. Filter material yang bisa digunakan
keduanya tidak berperan dalam proses adalah batu, PVC, keramik atau media plastik
pengolahan air limbah industri. Untuk dengan berbagai konfigurasi (Suwarnarat dan
mencegah atau mengurangi dampak negatif Weyrauch, 1978). Filter berperan sebagai
tersebut, perlu diperhatikan kondisi sistem permukaan tempat melekatnya mikroba dan
pembuangan air limbah yang memenuhi syarat tumbuh membentuk lapisan lendir, semacam
sehingga air limbah tersebut tidak film yang menyelimuti seluruh permukaan filter.
mengkontaminasi sumber air minum, tidak Semakin luas permukaan film semakin banyak
mengakibatkan pencemaran permukaan tanah, bidang kontak antara mikroba dengan air
tidak menyebabkan pencemaran air untuk limbah. Filter media selalu terendam penuh oleh
mandi, perikanan, air sungai, atau tempat- cairan sehingga kontak antara mikroba dengan
tempat rekreasi, tidak dapat dihinggapi serangga oksigen terhindar. Dengan demikian kondisi
dan tikus dan tidak menjadi tempat akan tetap terpelihara dalam suasana anaerob.
berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan

33
JURNAL ENVIROTEK VOL 11 NO 1

METODE PENELITIAN laktat dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh


bakteri asam laktat. Hal tersebutlah yang
Bahan mengakibatkan pH terus mengalami peningkatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini menuju kisaran pH pertumbuhan bakteri asam
adalah limbah RPH daerah krian, sidoarjo. laktat (Ferdaus dkk, 2008).

Alat
8
Peralatan yang digunakan dalam penelitian 7
ini adalah sebagai berikut : 6
 Reaktor UAF
5
Terbuat dari kaca aquarium dengan
4

pH
tebal 5 mm; ukuran p x l x t = 20
3
cm x 20 cm x 60 cm.
2
 Bak penampung limpahan = 50
Liter 1

 Bak penampung pengatur debit = 50 0


0 5 10 15
Liter
Waktu sampling (hari ke -)
 Bak penampung effluen = 50 Liter
 Media yang digunakan : Gambar 1 Peningkatan pH pada media
Bioball bentuk bola dan Bioball bioball bentuk bola
bentuk rambutan.
 Keran pengatur aliran
 Selang bening berdiameter 1 cm Parameter Suhu
 Pipa PVC dan sambungannya Gas dapat dihasilkan jika suhu antara 4-50oC dan
 Pompa Air suhu dijaga konstan. Bakteri akan menghasilkan
enzim yang lebih banyak pada suhu optimum.
 Penyaring untuk menyaring di bak
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan semakin
penampung limpahan dan cepat tetapi bakteri akan semakin berkurang.
 pengatur debit. Proses pembentukan metana bekerja pada
rentang suhu 30-40oC, tetapi dapat juga terjadi
pada suhu rendah yaitu 4oC. Laju produksi gas
HASIL PEMBAHASAN akan naik 100-400% untuk setiap kenaikan suhu
Parameter pH 12oC pada rentang suhu 4-65oC.
Dalam proses pengolahan limbah secara
anaerobik, dilakukan analisa pH selama 14 hari. Berdasarkan tabel 4.3 terjadi peningkatan suhu
Dari data yang dihasilkan dapat diketahui bahwa dari suhu awal limbah sebesar 29oC menjadi
pH pada proses seeding memiliki 34oC pada hari ke-14 pada proses seeding. Suhu
kecenderungan yang sama, dimana semakin ini berpengaruh pada daya tahan hidup
limbah melewati tahapan proses pengolahan mikroorganisme. Dimana mikroorganisme yang
limbah, maka pH akan semakin naik. berjenis thermophilic lebih sensitif terhadap
Peningkatan pH tersebut menunjukkan bahwa perubahan suhu daripada mikroorganisme jenis
mikroorganisme sudah aktif dan dapat digunakan mesophilic. Pada temperatur 30oC, jenis
untuk tahap selanjutnya (Munawaroh dkk, 2013). mesophilic dapat bertahan pada perubahan suhu
Meningkatnya nilai pH pada tahap seeding ini ± 2,8oC. Sedangkan untuk mikroorganisme jenis
karena penambahan nutrien serta terjadinya thermophilic pada suhu 40oC, perubahan suhu
proses fermentasi. Proses fermentasi yang terjadi bertahan ± 0,8 oC.
yaitu pengaktifan bakteri asam laktat
(Lactobacillus sp.) yang didalamnya terjadi Parameter COD dan TDS
proses glikolisis, karena pada tahap seeding Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa
dilakukan penambahan larutan gula yang untuk mengetahui kemampuan biofilm dalam
mengakibatkan pemecahan karbohidrat menjadi pengolahan limbah, dalam penelitian ini
glukosa yang kemudian diubah menjadi asam dilakukan uji parameter pada tahap aklimatisasi.

34
JURNAL ENVIROTEK VOL 11 NO 1

Parameter yang digunakan adalah parameter 70%


COD dan TDS pemilihan parameter tersebut
karena COD dan TDS merupakan indikator 60%
pencemar yang dapat menunjukkan banyak 50%

% penurunan
sedikitnya zat organik yang terkandung dalam
40%
limbah dengan waktu uji yang relatif cepat yaitu
± 3 jam. Selain itu nilai COD dan TDS yang 30%
diukur digunakan sebagai indikator keberhasilan 20%
aklimatisasi sekaligus penanda bakteri sudah
dalam kondisi steady state. 10%
0%
0 5 10 15
70% Waktu sampling (hari ke-)
Hmedia = 15 cm Hmedia = 25 cm
60%
Hmedia = 35 cm
% Penurunan COD

50% Gambar 3 Efisiensi penurunan TDS pada media


40% bioball bentuk bola
30%
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa
20% efisiensi penurunan TDS pada jenis media
10% bioball bentuk bola dengan ketinggian media 15
0%
cm, 25 cm, dan 35 cm mengalami penurunan
0 5 10 15 yang cukup signifikan, dimana nilai TDS awal
sebesar 1102 mg/L setelah reaktor beroperasi
Waktu sampling (hari ke-)
selama 24 jam terjadi penurunan mulai dari hari
Hmedia = 15 cm Hmedia = 25 cm ke-4 sampai dengan hari ke-14 yaitu berkisar
Hmedia = 35 cm 58%.
Gambar 2 Efisiensi penurunan COD pada
media bioball bentuk bola Pengaruh media bioball jenis bola dan
ketinggian media terhadap penurunan
Dalam proses aklimatisasi terlihat penurunan Ammonia
COD pada media bioball bentuk bola terjadi Pada penelitian ini, penurunan Ammonia terjadi
pada hari ke-1, dimana COD awal sebesar karena proses penguraian bahan organik oleh
1190.7 mg/L dan pada hari ke-1 dengan mikroorganisme yang terbentuk dalam lapisan
ketinggian media 15 cm, 25 cm, dan 35 cm biofilm. Proses degradasi dimulai saat sudah
sebesar 1010,2 mg/L, 943,2 mg/L dan 920,07 terbentuk lapisan biofilm berupa selaput tipis
mg/L. Efisiensi penurunan COD pada media berlendir pada permukaan media.
bioball bentuk bola pada ketinggian media 15 Mikroorganisme yang ada pada lapisan biofilm
cm, 25 cm, dan 35 cm hanya sebesar 15,16%, menggunakan bahan-bahan organik yang
20,79%, dan 22,73%. terlarut dalam air limbah untuk dikonsumsi.

35
JURNAL ENVIROTEK VOL 11 NO 1

80% tinggi media filter, maka semakin banyak


luasan permukaan media yang ditumbuhi oleh
70%
mikroorganisme.
60% Keberhasilan dari penurunan konsentrasi
% penurunan

50% AMMONIA menggunakan jenis media dan


40% ketinggian media yaitu bioball bentuk
30% rambutan dan ketinggian media yaitu 35 cm
20%
dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain debit
aliran limbah yaitu 100 ml/menit, dimana pada
10%
penelitian yang dilakukan oleh Sarasdewi,
0% (2014) yaitu semakin lambat debit aliran maka
0 2 4 6 efektivitas penurunan pencemar semakin tinggi
Waktu sampling (hari ke-) dan sebaliknya jika debit aliran semakin cepat
Hmedia = 15 cm maka efektivitas penurunan kadar
Hmedia = 25 cm
Hmedia = 35 cm pencemarannya semakin rendah. Hal ini terjadi
karena semakin lambat debit aliran maka waktu
Gambar 4 Pengaruh media bioball jenis kontak yang dilakukan antara air limbah
rambutan (BR) dan ketinggian dengan mikroorganisme semakin lama. Karena
media, Efisiensi Penurunan NH3-N proses penyaringan tidak akan berjalan dengan
pada media BR baik apabila debit aliran terlalu cepat melewati
rongga media.
Dilihat dari gambar 4 bahwa penurunan kadar Faktor keberhasilan lainnya yaitu pH dan
ammonia menggunakan media bioball bentuk temperatur, seperti pernyataan peneliti
rambutan dengan ketinggian media 15 cm, 25 sebelumnya yaitu Sopiah, (2006) bahwa pH
cm dan 35 cm yaitu sebesar 62,01 %, 64,61 % optimum untuk proses denitrifikasi adalah
dan 75,16 %. Dimana nilai kadar AMMONIA antara 6,5-7,5 dimana pada pH optimum
awal sebelum proses pengolahan yaitu sebesar efisiensi dapat mencapai 80-90%. Kemudian
36,88 mg/L menjadi 9,16 mg/L. Hal ini temperatur optimum bagi bakteri nitrosomonas
membuktikan pernyataan dari peneliti adalah 35oC.
sebelumnya yaitu Benyounchef, (2013) Pada Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
proses pengolahan air limbah menggunakan Ratri, (2017) faktor yang mempengaruhi suatu
sistem biofilter mampu menyisihkan keberhasilan untuk menyisihkan kadar
AMMONIA sebesar 99%. Sedangkan menurut AMMONIA yaitu lapisan biofilm, dimana
Han, (2013) Proses penyisihan nitrogen (N) lapisan biofilm ini membuat lingkungan yang
pada lindi menggunakan biofilter dengan aman untuk bakteri tinggal diam dalam reaktor
sistem A2O mempunyai efisiensi 95,46%. dan mereduksi bahan organik dengan proses
Dari hasil efisiensi penurunan kadar denitrifikasi.
AMMONIA menggunakan media bioball
bentuk bola dan bentuk rambutan dapat KESIMPULAN
disimpulkan bahwa efisiensi penurunan bentuk Media bioball dapat menurunkan kadar
rambutan dengan ketinggian media 35 cm yaitu ammonia pada limbah cair rumah pemotongan
sebesar 75,16 %. Dimana nilai tersebut diambil hewan dengan efisiensi penyisihan sebesar
pada pengamatan hari ke-5 pada proses 75,16 % Ketinggian media yang paling efektif
menggunakan reaktor anaerobik. Hasil tersebut untuk menurunkan kadar ammonia Media pada
membuktikan pernyataan peneliti sebelumnya limbah cair rumah pemotongan hewan yaitu 35
yaitu Nurulitta, (2010) bahwa semakin cm. Semakin tinggi media yang digunakan maka
tinggi/tebal lapisan media filter maka akan semakin besar luas permukaan yang dapat
efektivitas penurunan kadar pencemar semakin ditumbuhi oleh mikroorganisme, sehingga
tinggi. Hal ini dapat terjadi karena semakin proses degradasi akan berjalan semakin baik.

36
JURNAL ENVIROTEK VOL 11 NO 1

DAFTAR PUSTAKA
Reuse. Inc. Fourth Edition,
Asdar, Z., (2014), Analisis Proses Pengolahan International Edition. McGraw
Pemotongan Sapi dan Kerbau di - Hill Companies, Inc. New
Rumah Potong Hewan York.
Tamangapa Kecamatan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72
Manggala Makassar. tahun 2013, Baku Mutu Air
Apriyanti, D., Santi, V. I. dan Siregar, Y. D. Limbah Bagi Industri dan/atau
(2013), Pengkajian Metode Kegiatan Usaha Lainnya.
Analisis Amonia Dalam Air Rifia, T. dkk. (2011). Penurunan kadar BOD,
Dengan Metode Salicylate Test COD, TSS, dan warna limbah
Kit, Ecolab, Vol. 7, No.2, 49- industri kampung batik giriloyo
108. menggunakan reaktor kombinasi
Al Kholif M.; Hermana J. (2013). Aplikasi anaerob-aerob. Jurnal Teknik
Biofilter Anaerob Pada Air Lingkungan. Yogyakarta.
Limbah cucian dari Rumah Said, N. I. (2005), Aplikasi Bio-ball untuk
Potong Ayam. Thesis Media Biofilter Kasus
Al Kholif, M. (2015), Pengaruh Penggunaan Pengolahan Air Limbah
Media Dalam Menurunkan Pencucian Jean, JAI. 1 (1): 1-11.
Kandungan Amonia Pada Said, N. I. dan Firly. (2005), Uji Performance
Limbah Cair Rumah Potong Biofilter Anaerobik Unggun
Ayam (RPA) Dengan Sistem Tetap Menggunakan Media
Biofilter Anaerob, Jurnal Teknik Biofilter Sarang Tawon untuk
Waktu, Vol: B (01) Januari 2015- Pengolahan Air Limbah Rumah
ISSN 1412-1867:13-18, Potong Ayam. Jurnal Air
Universitas PGRI Adibuana, Indonesia, 1 (3): 1-6.
Surabaya. Sugito (2013), Pengembangan Reaktor
Bakhtra, A. D., Rusdi. dan Mardiah, A. (2016), Biofilter Terpadukan dengan
Penetapan Kadar Protein dalam Teknologi Filtrasi untuk
Telur Unggas Melalui Nitrogen Mengolah Air Limbah Domestik
Menggunakan Metode menjadi Air Bersih. Jurnal
Kjeldahl", Higea, Vol. 8, No. 2. WAHANA, 59 (2): 37-43.
Eddy. (2008). “Karakteristik Limbah Cair”. Sugito, Karunia, B. D., dan Kholif, M. A.
Jurnal Ilmiah Teknik (2016), The effect of BOD
Lingkungan, Vol 2, No 2, p.20. Concentrate influetn to Remove
Elida N, dkk. (2018). Variasi komposisi input Pollutant Load in Wastewater of
proses anaerobik untuk produksi a Chicken Slaughterhouse.
biogas pada penanganan limbah ARPN Journal of Engineering
cair kopi. Jurnal Agroteknologi and Applied Sciences. 11 (5):
Vol:12 (01). Jember. 3519-3524.
Kholif, M.A., dan Ratnawati, R. (2017), Sugito dan Binawati, 2015, “Pengembangan
Pengaruh Beban Hidrolik Media Reaktor Biofilter Anaerob Untuk
dalam Menurunkan Senyawa Mengolah Limbah Cair Industri
Ammonia pada Limbah Cair RPA”. Laporan Penelitian Dikti
Rumah Potong Ayam (RPA). Hibah Bersaing Tahun 2015,
Jurnal Waktu, 15 (1): 1-9. FTSP-UNIPA, Surabaya.
Masse, D.I., dan Masse, L. (2001), The Effect Singgih M. L dan M. Kariana, (2008),
of Temperature on Peningkatan Produktifitas dan
Slaughterhouse Wastewater Kinerja Lingkungan Dengan
Treatment in Anaerobic Pendekatan Green Productivity
Sequencing Batch Reactors. Pada Rumah Pemotongan Ayam
Bioresour. Technol. 6: 91–98. XX, Purifikasi :Jurnal
Metcalf, and Eddy. (2004), “Wastewater Manajemen Lingkungan, . 9 (2)
Engineering, Treatment and :1-2, FTSP-ITS & Ikatan Ahli

37
JURNAL ENVIROTEK VOL 11 NO 1

Teknik Penyehatan & Teknik Air Limbah Domestik Dengan


Lingkungan Indonesia, Proses Moving Bed Biofilm
Surabaya. Reactor (MBBR). Jurnal
Said, N. I. (2005), Pengolahan Air Limbah Lingkungan, 7, 44-65.
Industri Kecil Tekstil Dengan Titiresmi & Nida Sopiah. (2006). Teknologi
Proses Biofilter Anaerob-Aerob biofilter untuk pengolahan
Tercelup Menggunakan Media limbah ammonia. Jakarta :
Plastik Sarang Tawon, Jurnal Balai Teknologi Lingkungan.
Teknologi Lingkungan. 2 (2) : Jurnal Lingkungan Vol.7 (02).
124-135 , BPPT, Jakarta.
Soeprijanto, & Karnaningroem, N. (4).
Perencanaan Penerapan
Constructed Wetland Pada
Efluen Tangki Septik.
Said, N. I., & Ineza. (2002). Uji Performance
Air Limbah Rumah Sakit
dengan Proses Biofilter
Tercelup. Jakarta: Balai
Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Lingkungan.
Said, N. I., & Sya'bani, M. (2014).
Penghilangan Amonia di dalam

38

Anda mungkin juga menyukai