Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM BAGI PELAKU YANG MELAKUKAN

TRANSAKSI JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN MATA UANG ASING

(RINGGIT) DI WILAYAH SEBATIK YANG MERUPAKAN WILAYAH

PERBATASAN ANTARA MALAYSIA DAN INDONESIA

A. Pertanggungjawaban Hukum

Tanggungjawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung

segala sesuatunya. Bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah

berkewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya dan menanggung

akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya

yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai

perwujudan kesadaran atau kewajiban

Dalam kamus hukum ada dua istilah yang menunjukan pada pertanggungjawaban,

yakni liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang di

dalamnya antara lain mengandung makna bahwa yang paling komprehensif, meliputi hampir

setiap karakter resiko atau tanggung jawab yang pasti. Liability didefinisikan untuk menunjuk

semua karakter hak dan kewajiban. Disamping itu liability juga merupakanan secara aktual

atau potensial yaitu kondisi bertanggung jawab terhadap hal-hal yang aktual seperti ganti

rugi, ancaman, kejahatan, biaya, atau beban. Kondisi ini yang menciptakan tugas untuk

melaksanakan undang-undang dengan segera atau pada masa yang akan datang.

Responsibility juga berarti kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang

dilakasanakan dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan apapun

yang telah ditimbulkannya. Dalam kamus hukum bertanggung jawab menurut hukum atas

atas kesalahan atau akibat suatu perbuatan. Pertanggungjawaban menurut undang-undang


yaitu kewajiban mengganti kerugian yang timbul karena perbuatan melanggar hukum, untuk

menanggung kerugian yang muncul baik dalam hukum maupun dalam hubungan

pemerintah.1

B. Pertanggungjawaban Hukum Pidana

Menurut teori hukum pertanggungjawaban hukum terdapat pertanggungjawaban

hukum pidana, di mana Hukum pidana mempunyai tujuan mencari dan mendapatkan suatu

kebenaran materil dan suatu kebenaran selengkap-lengkapnya tentang perkara pidana dengan

menerapkan ketentuan-ketentuan hukum acara pidana itu dengan tepat. Salah satu ciri dari

hampir semua sistem hukum adalah pertanggungjawaban secara pribadi terhadap perbuatan

pidana yang telah dilakukan selalu dikaitkan pada kaedah tertentu dari mentalnya.

Masalah pertanggungjawaban disebut doktri Mens rea ini disebut sebagai dasar dari

hukum pidana dalam praktek bahkan ditambahakan orang bahwa pertanggungjawaban pidana

menjadi lenyap jika ada salah satu keadaan-keadaan atau kondisi tersebut.

Asas actus reus dan mens rea itu menjadi suatu sendi, dimana actus reus berarti

perbuatan atau kelalaian yang dilarang oleh hukum pidana. Acta reus ini harus dilengkapi

dengan mens rea yang harus dibuktikan dengan penuntutan bahawa dalam melakukan niat

kejahatan secara kesengajaan untuk melakukan tindak pidana. Secara keseluruhan artinya

adalah perbuatan tidak dapat dinyatakan orang itu bersalah kecuali bila dilakauakn dengan

niata jahat.

Mens rea adalah suatu unsur yang mutlak dalam pertanggungjawaban pidana dana

harus ada lebih dulu sebelum adanya tuduhan. Ini suatu yang harus diperhatikan di dalam

menentukan pidana atau melepas terdakwa dari tuduhan, dan tujuan pidana itu sendiri

1
Ridwan HR,2006, Hukum Administrasi Negara,Jakarta, PT. Raja Grafindo,Hlm.334-337
merupakan hukum pidana harus dapat menjamin bahwa ia menggunakan dokrin dengan

kesungguhan dan keikhlasan.2

C. Pertanggungjawaban Hukum Dalam Pengguna Mata Uang asing di Indonesia

Uang adalah salah satu simbol negara Republik Indonesia yang harus dijunjung tinggi

dan dipergunakan dengan baik di wilyah Indonesia. Dalam pengguna uang yang telah diatur

dalam Undang-Undang No 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang dan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 17/3/PBI/15.

Dalam penulisan ini, penulis meneliti pertanggungjawaban hukum terhadap pengguna

mata uang asing di wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, di mana pengguna

mata uanga asing ini dilakukan dalam wilayah NKRI dengan melanggar aturan yang ada

yaitu Pasal 21 Ayat (1) Undang-Undang No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang yang

menjelaskan tentang penggunaan rupiah “ Rupiah wajib digunakan dalam :

a. Setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;

b. Penyelesaian kewajiban lainnya dengan uang;

c. transaksi keuangan lainnya. Hal ini dilakukan di Wilayah Republik Indonesia

Dalam penggunaan mata uang asing seperti dijelaskan dalam Pasal 21 Kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi:

a. transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja negara;

b. penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;

c. transaksi perdagangan internasional;

d. simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau

2
Tina Asmarawati,2015, Pidana Dan Pemidanaan Dalam Sistem Hukum Di Indonesia,Yokyakarta,Cv Budi
Utama,hlm.57-60
e. transaksi pembiayaan internasional

penjelasan pasal tersebut sangat jelas bahwa ada aturan yang melarang

penggunaan mata uang asing di wilayah Indonesia, hal tersebut sudah dijelaskan dalam

Pasal 21 Ayat (1) dan (2) bahwa ada larangan, bayaknya beredar mata uang asing di

wilayah Indonesia dalam hal ini di Sebatik tentu akan berdampak terhadap rupiah yang

mana masyarakat lebih banyak memilih menggunakan ringgit dibanding rupiah dalam

berbelanja kebutuhan sehari.

Peraturan Bank Indonesia Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 Tentang

Bank Indonesia dalam pejelasan bahwa Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai negara

yang merdeka dan berdaulat memiliki simbol kedaulatan negara yang harus dihormati oleh

seluruh Warga Negara Indonesia. Salah satu simbol negara tersebut adalah Rupiah sebagai

mata uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang

dijelasakan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 dalam Peraturan Bank Indonesia diantaranya sebagai

berikut:

(1) Setiap pihak wajib menggunakan Rupiah dalam transaksi yang dilakukan di

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;

b. penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang;dan/atau

c. transaksi keuangan lainnya

Transaksi yang dimaksud terdapat dalam Pasal 3 peraturan Bank Indonesia

yang telah dijelaskan


(1) Kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi sebagaimanadimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku untuk:

a. transaksi tunai; dan

b. transaksi nontunai

(2) Transaksi tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup

transaksi yang menggunakan uang kertas dan/atau uanglogam sebagai alat

pembayaran.

(3) Transaksi nontunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bmencakup

transaksi yang menggunakan alat dan mekanisme pembayaran secara nontunai

Pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NegaraKesatuan

Republik Indonesia diperlukan untuk mendukung kestabilan nilai tukar Rupiah yang

merupakan bagian dari

tujuan yang diamanatkan kepada Bank Indonesia dalam Undang-Undang mengenai

Bank Indonesia, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Pengaturan

kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara\Kesatuan Republik Indonesia juga

dimaksudkan untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan ketentuan dalam Undang-

Undang mengenai mata uang yang mewajibkan penggunaan Rupiah dalamsetiap

transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran, penyelesaian kewajiban lainnya yang

harus dipenuhi dengan uang, dan/atau transaksi keuangan lainnya, yang dilakukan di

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Melihat adanya Undang No 11 Tahun 2007 Tentang Mata Uang adapun

pertanggungjawaban pidana dengan adanya pengguna mata uang asing di wilayah

perbatsan. Adanya sanksi terhadap pelaku yang melakukan transanksi di Wilayah

indonesia seperti yang dimaksud dalam Pasal Pasal 33 ayat (1) “ Setiap orang yang

tidak menggunakan Rupiah dalam:


a. setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;

b. penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau

c. transaksi keuangan lainnya

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).. Adanya undang-undang ini mewajibkan

pengguna rupiah yang mempunyai tujuan pembayaran, penyeleseain kewajiban

lainnya yang harus dipenuhi dengan uang rupiah dan dilakukan di Wilayah Indonesia.

Kenyataan yang terjadi adalah banyak terjadi peredaran mata uang asing di

Wilayah Indonesia khususnya di wilayah Sebatik yaitu masyarakat lebih banyak

menggunakan mata uang ringgit. Dalam pengguna mata uang asing yang di wilayah

perbatasan yaitu Sebatik, hal ini tentu sangat memprihatinkan untuk Indonesia di

mana pengguna mata uang asing lebih bnyak digunakan dibandingkan dengan rupiah

yaitu salah satu lambang Negara Republik Indonesia. Pengguna mata uang asing

sudah jelas melanggar aturan yang telah ada.

Secara materiil pengaturan tentang macam dan harga mata uang didalam

Peraturan Bank Indonesia dan Undang-undang mata uang dirasakan telah mencukupi,

akan tetapi dalam perkembangannya pengaturan yang demikian itu dianggap kurang

pas dan tidak sesuai dengan semangat UUD 1945 yang mengamanatkan

pengaturannya dengan Undang-Undang tersendiri yang secara khusus mengatur

materi tersebut. Ada alasan-alasan baik secara yuridis normatif, sosiologis maupun

historis yang dapat digunakan sebagai dasar agar pengaturan mata uang dituangkan

dalam Undang-Undang tersendiri, terlepas dari Peraturan Bank Indonesia.

Selanjutnya materi muatan yang sebaiknya dimuat atau diatur di dalam undang-
undang Mata Uang yang terdapat sanksi pidana terhadap pengguna mata uang asing

di Wilayah Indonesia.

Dengan melihat peraturan Bank Indonesia Perlu melakukan pengawasan

terhadap penggunaan uang asing di wilayah NKRI diantaranya adalah:

a. Bank Indonesia dapat meminta laporan, keterangan, dan atau data kepada
pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah.
b. Permintaan tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa melibatkan instansi
terkait.
c. Bilamana terdapat pihak yang diminta oleh Bank Indonesia untuk
menyampaikan laporan, keterangan dan data tertentu maka pihak tersebut
wajib memenuhi permintaan Bank Indonesia.
d. Melakukan pengawasan langsung terhadap setiap pihak.
e. Menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian dalam rangka pengawasan
terhadap kepatuhan setiap pihak.3

Untuk pengenaan sanksi ini seharusnya ada kerja sama dengan Polri, dan juga

minta kantor perwakilan wilayah kerjasama dengan Kapolda. Kalau dalam undang-undang

sudah jelas sehingga harus mempertegas mengenai dengan adanya denda dan kurungan.

Meski sudah ada undang-undangnya, hal tersebut terus digalakan untuk memberikan edukasi

dan memberikan sosialisasi sambil memenuhi ketersediaan (rupiah) tersebut.4

3
http://www.bi.go.id/id/peraturan/sistempembayaran/Documents/faq_pbi_170315.pdf, Tanggal 28 Mei
2016.
4
http://finance.detik.com/read/2015/10/18/133917/3046739/6/jalan-panjang-rupiah- berdaulat-di-
wilayah-perbatasan, tanggal 28 mei 2016

Anda mungkin juga menyukai