Anda di halaman 1dari 4

PENGELOLAAN PERBANKAN TAAT HUKUM

Bahwa berdasarkan UU RI No: 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No: 7


Tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 1 angka (2) Bank adalah Badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. PD. BKK (Perusahaan Daerah. Badan Kredit
Kecamatan) Klaten merupakan salah satu bentuk Bank yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat Kab. Klaten.
Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan PD BKK Klaten yang
permodalan/penyertaan modal dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengan dan Kab. Klaten,
sehingga pertanggungjawaban keuangan kepada pemilik modal (Pemprov Jateng dan
Pemkab.Klaten) dan merupakan keuangan Negara.
Bahwa menurut pasal 1 angka 1 UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyebutkan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut.
Bahwa dalam pasal 2 angka 1 UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyebutkan bahwa Keuangan negara meliputi : Hak Negara untuk memungut
pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan pinjaman; Kewajiban
negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pajak ketiga; Penerimaan Negara; Pengeluaran Negara; Penerimaan
Daerah; Pengeluaran Daerah; Kekayaan Negara/Kekayaan Daearah yang dikelola
sendiri atau pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang serta hak-hak lain
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara / perusahaan daerah; Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh Pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas Pemerintahan dan atau kepentingan umum; Kekayaan
pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
Kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud huruf (i) meliputi kekayaan yang dikelola
oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, Yayasan-yayasan di
lingkungan Kementrian Negara / Lembaga, atau perusahaan negara / daerah.
Bahwa Keuangan Negara dalam hal ini adalah Keuangan Negera yang meliputi
kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah,
yayasan-yayasan di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga, atau perusahaan
negara/daerah.
Bahwa Pengertian Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam penjelasan
umum Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, sebagai berikut :
”Keuangan Negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang
dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan
negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena :
a. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat
lembaga negara, baik ditingkat pusat maupun di daerah;
b. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban Badan Usaha
Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum dan
perusahaan yang menyertakan modal negara atau perusahaan yang
menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara”.

Tindakan dan Perbuatan hukum:


Bahwa dalam melaksanakan kegiatan dalam perbankan ataupun kegiatan lain
dalam pemerintahan atau dunia usaha ada kegiatan yang merupakan “ Tindakan Hukum
atau Perbuatan Hukum” yang berdampak hukum. Bentuk Tindakan atau Perbuatan
Hukum dalam perbankan yang berdampak hukum, antara lain:
1. Perjanjian kredit dengan nasabah
2. Transaksi teller dengan nasabah
3. Perjanjian simpanan/pengumpulan dana masyarakat
4. Pengadaan barang dan jasa kantor
5. Perbuatan hukum lainnya.
Tindakan atau perbuatan hukum yang berdampak hukum dapat berupa dampak hukum
Pidana maupun Perdata.

Tindakan hukum yang berdampak pada pertanggungjawaban secara hukum


pidana, dalam bahasan ini pada prespektif hukum pidana (yang merupakan kejahatan)
yaitu
1. Pada Pasal 46 ayat (1) UU RI No: 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No: 7
Tahun 1992 tentang Perbankan.
“Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari
pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dalam pasal 16”
2. Pada Pasal 47 ayat (1) dan (2) UU RI No: 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas
UU No: 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
3. Pada Pasal 47 A UU RI No: 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No: 7 Tahun
1992 tentang Perbankan.
4. Pada Pasal 48 UU RI No: 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No: 7 Tahun
1992 tentang Perbankan
5. Pada Pasal 49 UU RI No: 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No: 7 Tahun
1992 tentang Perbankan
6. Pada Pasal 50 UU RI No: 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No: 7 Tahun
1992 tentang Perbankan
7. Pada Pasal 50 A UU RI No: 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No: 7 Tahun
1992 tentang Perbankan

Bahwa dari keterangan pasal-pasal diatas dalam UU RI No: 10 tahun 1998


tentang Perubahan atas UU No: 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (yang merupakan
kejahatan), apabila kita tarik dalam prespektif hukum tindak pidana khusus (Korupsi),
yaitu pada penerapan Pasal 49 dapat masuk dalam delik tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh komisaris, direksi maupun pegawai bank, pada:
1. Pada pasal 49 ayat (1) dapat ditarik dalam delik tindak pidana korupsi yaitu:
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
sebagai berikut :
1. Pegawai Negeri atau selain Pegawai Negeri.
2. Yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
sementara waktu.
3. Dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan
karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil
atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan
tersebut.
2. Pada pasal 49 ayat (2) dapat ditark dalam delik tindak pidana korupsu yaitu:
Pasal tentang gratifikasi pada pasal 11 dan pasal 12 Undang-Undang Nomor 20
tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang
pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Dalam kegiatan lain yang merupakan tindakan atau perbuatan hukum yang berdampak
pada hukum yang dapat ditarik dalam prespektif tindak pidana korupsi adalah
pengadaan barang dan jasa.
Efektifitas Dalam Pencegahan
Dalam usaha pencegahan tindakan atau perbuatan hukum yang tidak berdampak
pada pertanggungjawaban hukum yang merugikan Perusahaan (Bank) atau diri sendiri
(juga keluarga) hanya satu hal bekerjalah dengan hati bahwa “setiap pekerjaan (jabatan)
merupakan amanah yang ada tanggungjawabnya dan bertanggungjawablah pada
pemberi amanah (Tuhan)”.

Anda mungkin juga menyukai