Anda di halaman 1dari 132

KATA PENGANTAR

PUJI SYUKUR kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga upaya untuk menerbitkan buku "Himpunan
Peraturan Bidang Kemasjidan Tahun 2015 dapat terlaksana dengan baik. Selanjutnya shalawat
serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu 'Aiaihi
Wasallam, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyambut baik dan berbahagia atas selesainya buku "Himpunan
Peraturan Bidang Kemasjidan" ini. Buku yang diterbitkan dalam rangka mensosialisasikan
produk hukum terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Agama dalam membina
Masjid-Masjid di Indonesia. Buku ini memuat peraturan, norma, dan standar, bidang
Kemasjidan diantaranya mengenai penetapan status masjid di wilayah, pedoman bantuan
pemerintah, pengaturan tentang izin mendirikan rumah ibadah dan lainnya.

Penerbitan "Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan" diharapkan dapat menjadi


sumber informasi dan Edukasi tentang regulasi bidang kemasjidan sebagai bagian dari tugas
fungsi Kementerian Agama dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan pemberdayaan
Masjid. Selain itu Buku ini dapat menjadi sumber rujukan bagi para takmir masjid, pejabat
teknis bidang kemasjidan, lembaga-lembaga kemasjidan, para pemerhati masalah masjid,
pemerintah daerah dan umat Islam secara keseluruhan dalam menyikapi masalah-masalah
aktual Kemasjidan dan meningkatkan fungsi Masjid sebagai pusat pembinaan dan
kesejahteraan Umat.

Demikian, Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa membimbing kita dalam


memajukan masjid.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

PUJI SYUKUR kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yang atas kehendak-
Nya kita dapat menerbitkan buku "Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan': Shalawat serta
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu 'Alai hi Wasallam
keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Kehidupan keberagamaan dan keagamaan di Indonesia mengalami dinamika


perkembangan yang pesat dan kompleks. Masjid sebagai rumah ibadah tempat umat Islam
dapat merefleksikan nilai-nilai kehidupan spiritual dan sosial umat, memiliki peran dan fungsi
yang strategis sehingga diatur secara nasional dalam peraturan perundangan. Tujuan
pengaturan dimaksudkan dalam rangka memberikan perlindungan terhadap umat sekaligus
membangun nilai kerukunan inter maupun antar umat dalam beragama.

Buku Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan merupakan buku yang penting untuk
dipedomani oleh Pejabat Teknis Bidang Kemasjidan, Para Takmir Masjid dan pemerhati
Masjid sebagai rujukan dalam menyikapi persoalan-persoalan bidang Kemasjidan yang saat
ini semakin dirasakan kompleks. Kehadiran buku ini diharapkan dapat memberikan
pencerahan dan memperluas khazanah regulasi bidang Kemasjidan sebagai rujukan bagi para
pemangku kepentingan.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberkahi niat baik dan upaya yang kita
lakukan. Amin.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


DAFT AR lSI
Kata Pengantar 01
- Sambutan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah
Sambutan Dirjen Bimas Islam 03
Daftar lsi 05
1. PMA No 67 2015 tentang bantuan pemerintah pada kementerian agama. 07
2. Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor Dj.ll/622 Tahun 2015 Tentang Juknis 19
Bantuan Pemerintah di Lingkungan Ditjen Bimas Islam
..........................................................................................................................................................................................................................•....................•...........

3. Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor Dj.ll/802 Tahun 2014 Tentang 41


Standar Manajemen Masjid
....................................

4. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia Salinan Surat Menteri 91


Dalam Negeri Nomor SK.178/DJN1982 Tentang Penunjukan BKM Pusat
Sebagai Badan Hukum yang Dapat Mempunyai Tanah Dengan Hak Milik.
5. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 394 Tahun 2004 95
Tentang Penetapan Status Masjid Wilayah.
6. lntruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: 97
KEP/D/101/75 Tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara Di Masjid
dan Mushalla.
7. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 99
Tahun 2006, Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
Kepala Daerah /Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan
Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan
Pendirian Rumah lbadat.
8. lntruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 113
D/INS/62/1975 Tentang Pengelolaan Kemakmuran Masjid.
9. lntruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 121
D/INST/1 00/75 Tentang Pendirian/Penyediaan Tempat-Tempat Shalat.
........................................................................... ........................................................................................................................................................
10. lntruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/Tahun 723
2014Tentang Penerapan Sistem lnformasi Masjid Pada KantorWilayah
Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67TAHUN 2015
TENTANG
BANTUAN PEMERINTAH PADA KEMENTERIAN AGAMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa dalam rangka efektivitas, efisiensi, transparansi, dan akunt-


abilitas pemberian bantuan pemerintah pada Kementerian Agama
serta untuk menjamin penyaluran bantuan pemerintah tepat sasaran,
tepat waktu dan tepat jumlah, perlu pengaturan mengenai bantuan
pemerintah pada Kementerian Agama;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama tentang Bantu an
Pemerintah pada Kementerian Agama;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nom or 47, Tambah-
an Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);
5. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

Himpunan Peratu ran Bidang KemaSJidan •


dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubah-
an Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 5);
6. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
7. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi
Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 592) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2015
tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Agama Nomor
10Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 348);
8. PeraturanMenteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi
dan Tata Kerja lnstansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 851 );
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.OS/2012 tentang Tata
Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.OS/2013 tentang Bagan
Akun Standar;
11. Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pengang-
katan Pejabat Perbendaharaan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1740);
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.OS/2014 tentang
Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.OS/2015 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada
Kementerian Negara/Lembaga;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG BANTUAN


PEMERINTAH PADA KEMENTERIAN AGAMA.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


BABI
KETENTUAN UMUM

Pasal1
Dalam Peraturan Menteri Agama ini yang dimaksud dengan:
1. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang
diberikan oleh Kementerian Agama kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau
lembaga pemerintah/non pemerintah.
2. Perseorangan adalah orang yang aktifitas/peran dan keberadaanya memberikan
kontribusi/sumbangan terhadap program pembangunan di bidang agama.
3. Kelompok Masyarakat adalah sekumpulan orang yang dibentuk oleh masyarakat untuk
mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan,
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, dan kemanusiaanyang tidak membagi-
kan keuntungan kepada anggotanya.
4. Lembaga Pemerintah adalah Lembaga yang dibentuk dengan Undang-Undang/
Peraturan Pemerintah/Peraturan Presiden/Keputusan Presiden/Peraturan Menteri/
Peraturan Ketua Lembaga/Keputusan Menteri/Keputusan Ketua Lembaga untuk melak-
sanakan sebagian tugas dan fungsi pemerintah di bidang agama.
5. Lembaga Non Pemerintah adalah badan hukum yang dibentuk oleh masyarakat untuk
mewujudkan maksud dan tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, pendidikan agama
dan pendidikan keagamaan, serta kemanusiaan yang bersifat mendukung pelaksanaan
tugas dan fungsi pemerintah di bidang agama.
6. Daftar lsian Pelaksanaan Anggaran Kementerian Agama yang selanjutnya disingkat
DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai acuan pengguna
anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
7. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Menteri Agama yang
bertanggung jawab atas Pengelolaan Anggaran pada Kementerian Agama.
8. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang mem-
peroleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggungjawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Agama.
9. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PNKPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.
10. Bank/Pos Penyalur adalah banklpos mitra kerja yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Keuangan sebagai tempat dibukanya rekening atas nama Satuan Kerja untuk menam-
pung dana belanja bantuan pemerintah yang akan disalurkan kepada penerima atau
atas nama penerima bantuan pemerintah.
11. Menteri adalah Menteri Agama.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Pasal2
Bantuan Pemerintah dilaksanakan berdasarkan asas kepastian bentuk, kepastian identitas
penerima, kejelasan tujuan, kejelasan penanggung jawab, dan ketersediaan anggaran.

Pasal3
(1) Bantuan Pemerintah diberikan dalam bentuk uang, barang, dan/atau jasa.
(2) Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang sosial
keagamaan, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, serta kemanusiaan.
(3) Jenis Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:
a. pemberian penghargaan;
b. beasiswa;
c. tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya;
d. bantuan operasional;
e. bantuan sarana/prasarana;
f. bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan; dan
g. bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah.

Pasal4
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. penerima bantuan pemerintah;
b. tata cara pengalokasian;
c. prosedur penyaluran;
d. bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah; dan
e. pertanggungjawaban; dan
f. monitoring

BABII
PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH

PasaiS
(1) Bantuan Pemerintah berupa pemberian penghargaan diberikan kepada perseorangan,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah, dan lembaga non pemerintah.
(2) Bantuan Pemerintah berupa beasiswa diberikan kepada:
a. siswa/mahasiswa Warga Negara Indonesia yang berprestasi yang belajar di dalam/
luar negeri yang belajar pada madrasah/sekolah/Perguruan Tinggi Keagamaan
Negeri;dan
b. mahasiswa asing yang belajar pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri di
Indonesia.
(3) Bantuan Pemerintah berupa tunjangan profesi guru diberikan kepada:

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


a. guru non PNS yang mengajar pada lembaga pendidikan agama/keagamaan yang
didirikan oleh masyarakat yang terdaftar pada Kementerian Agama; dan
b. guru agama non PNS yang mengajar pada sekolah umum.
(4) Bantuan Pemerintah berupa tunjangan lainnya diberikan kepada perseorangan (non
PNS) yang bertugas pada lembaga keagamaan non formal.
(5) Bantuan Pemerintah berupa bantuan operasional diberikan kepada lembaga pendidi-
kan dan lembaga keagamaan yang didirikan oleh masyarakat yang terdaftar pada
Kementerian Agama.
(6) Lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dapat merupakan lembaga pemerintah atau lembaga non pemerintah.
(7) Bantuan Pemerintah berupa bantuan sarana dan prasarana diberikan kepada kelompok
masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, lembaga keagamaan, yang dibentuk oleh
masyarakat, lembaga Pemerintah dan lembaga Non Pemerintah yang melaksanakan
sebagian tugas dan fungsi Kementerian Agama.
(8) Bantuan Pemerintah berupa bantuan rehabilitasi/ pembangunan gedung/bangunan
diberikan kepada lembaga pendidikan agama/keagamaan, lembaga keagamaan yang
dibentuk oleh masyarakat atau lembaga keagamaan non formal yang melaksanakan
sebagian tugas dan fungsi Kementerian Agama.
(9) Bantuan Pemerintah berupa bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan
Pemerintah diberikan kepada perorangan (non PNS), kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah, dan lembaga non pemerintah yang ditetapkan oleh Menteri dalam rangka
menunjang sebagian tugas dan fungsi Kementerian Agama.

BAB Ill
TATA CARA PENGALOKASIAN

Pasal6
(1) Bantuan Pemerintah berupa penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 ayat (3)
huruf a dialokasikan pada kelompok akun belanja barang non operasional.
(2) Bantuan Pemerintah berupa beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 ayat (3)
huruf b dialokasikan pada kelompok akun belanja barang non operasional.
(3) Bantuan Pemerintah berupa tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya sebagaima-
na dimaksud dalam Pasal3 ayat (3) huruf c dialokasikan pada kelompok akun belanja gaji
dan tunjangan pegawai non Pegawai Negeri Sipil.
(4) Bantuan Pemerintah berupa bantuan operasional sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat
(3) huruf d, dialokasikan pada kelompok akun belanja barang non operasional.
(5) Bantuan Pemerintah berupa bantuan sarana/prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3) huruf e dialokasikan pada kelompok akun belanja barang untuk diserah-
kan kepada masyarakat.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


(6) Bantuan Pemerintah berupa bantuan rehabilitasi/ pembangunan gedunglbangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 ayat (3) huruf f dialokasikan pada kelompok akun
belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat.
(7) Bantuan Pemerintah berupa bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan
pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf g dialokasikan pada
kelompok akun belanja barang lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat.

Pasal7
(1) Pengalokasian Bantuan Pemerintah pada kelompok akun belanja sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 6 dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran/DIPA pada Satuan
Kerja Kementerian Agama.
(2) Pengalokasian Bantuan Pemerintah pada Satuan Kerja Kementerian Agama sebagaima-
na dimaksud pada ayat (1) ditempatkan pada:
a. Satuan Kerja Eselon I Pusat;
b. KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi;
c. Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota; dan
d. Perguruan TinggiKeagamaan Negeri.

Pasal 8
Pengalokasian belanja Bantuan Pemerintah berupa bantuan operasional dan bantuan
rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal6 ayat (4)
dan ayat (6) didasarkan pada usulan/proposalyang diterima oleh satuan kerja sesuai dengan
wewenang, tugas dan fungsinya masing-masing.

BABIV
PROSEDUR PENYALURAN

Pasal9
(1) Bantuan Pemerintah disalurkan berdasarkan:
a. usulan/proposal; atau
b. kebijakan Menteri.
(2) Penyaluran Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan berdasarkan usulan/proposal yang diterima pada tahun anggaran
sebelumnya dan tahun anggaran berjalan.
(3) Penyaluran Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) huruf b meliputi ban-
tu an lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal10
(1) Perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/non pemerintah men-

II Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


gajukan usulan/proposal Bantuan Pemerintah kepada Pimpinan/Kepala Satker.
(2) Usulan/proposal Bantuan Pemerintahdilengkapi dengan persyaratan administratif dan
rencana penggunaan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dalam petunjuk teknis.

Pasal11
(1) Usulan/proposal Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 di
verifikasi oleh PPK.
(2) Dalam hal diperlukan, PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat membentuk Tim
Verifikasi.
(3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kelengkapan persyaratan
administrasi dan dokumen pendukung.
(4) Dalam hal diperlukan verifikasi terhadap kelayakan sasaran Bantuan Pemerintah, dapat
dilakukan visitasi lapangan.
(5) Penyaluran bantuan dalam bentuk pemberian penghargaan, PPK dapat berkoordinasi
dengan pihak terkait untuk memastikan kebenaran penerima penghargaan.
(6) PPK menetapkan Keputusan Penerima Bantuan Pemerintah yang disahkan oleh KPA.
(7) Format Keputusan PPK tentang Penetapan Penerima Bantuan Pemerintah tercantum
dalam Lampi ran I yang merupakan bag ian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(8) Ketentuan lebih lanjut tentang Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) ditetapkan dalam petunjuk teknis.

Pasal12
(1) Penetapan penerima Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(6) antara lain memuat identitas penerima, ala mat, jumlah/besaran, dan bentuk bantuan
pemerintah.
(2) Dalam hal Bantuan Pemerintah berbentuk uang, penetapan penerima bantuan pemerin-
tah selain mencantumkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), wajib
mencantumkan nomor rekening penerima bantuan pemerintah pada Bank Persepsi.
(3) Dalam hal Bantuan Pemerintah berbentuk barang, penetapan penerima bantuan
pemerintah selain mencantumkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib mencantumkan nama barang, jenis barang, harga barang, dan spesifikasi barang.
(4) Dalam hal Bantuan Pemerintah berbentuk jasa, penetapan penerima bantuan pemer-
intah selain mencantumkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), wajib
mencantumkan nama lembaga penyedia jasa dan nama/jenis jasa.

Pasal13
(1) Penerima Bantuan Pemerintah berupa bantuan operasional berbentuk uang/barang,

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


bantuan sarana/prasarana, bantuan rehabilitasi/ pembangunan gedunglbangunan, dan
bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah berbentuk uang yang
telah ditetapkan oleh PPK wajib menandatangani Perjanjian Kerja Sarna (PKS) dengan
PPK, Surat Pernyataan Tanggungjawab Mutlak (SPTJM) dan Surat Pernyataan Tanggung-
jawab Belanja (SPTJB).
(2) PKS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berisi:
a. hak dan kewajiban penerima Bantuan Pemerintah;
b. komitmen/kesanggupan untuk menggunakan bantuan sesuai rencana peng-
gunaan bantuan yang tercantum dalam usulan/proposal; dan
c. sanksi, apabila penerima Bantuan Pemerintah tidak menepati PKS.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan dalam petunjuk teknis.
(4) Format PKS Penerima Bantuan Pemerintah dengan PPK, SPTJM, dan SPTJB sebagaima-
na dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampi ran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal14
Pemberian Bantuan Pemerintah dalam bentuk barang/jasa yang dilaksanakan oleh PPK
dengan mekanisme pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BABV
BANTUAN LAIN NYA YANG MEMILIKI KARAKTERISTIK
BANTUAN PEMERINTAH

Pasal15
Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3) huruf g meliputi:
1. Bantuan yang diamanatkan oleh Undang-Undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan
Presiden/Keputusan Presiden/lnstruksi Presiden;
2. Bantuan yang ditujukan untuk menanggulangi kebutuhat:~ yang ditimbulkan karena
adanya keadaan darurat (forcemajeur);
3. Bantuan yang ditujukan untuk menanggulangi kebutuhan pelaksanaan program
pemerintah yang bersifat mendesak;
4. Bantuan yang merupakan pelaksanaan program bidang agama tingkat nasional!
internasional;
5. Bantuan yang ditujukan untuk mendukung ketertiban dan keamanan nasional; dan
6. Bantuan yang diberikan atas dasar pertimbangan terlaksananya program/kegiatan yang
merupakan faktor penting tercapainya tujuan pembangunan di bidang agama.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Pasal16
Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal15 ditetapkan oleh Menteri.

BABVI
PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal17
(1) Penerima Bantuan Pemerintah wajib membuat dan menyampaikan laporan per-
tanggungjawaban kepada PPK.
(2) Laporan pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah dalam bentuk penghargaan,
beasiswa, tunjangan profesi guru/tunjangan lainnya berupa uang sebagaimana di-
maksud pada ayat (1) paling sedikit memuat tanda terima bantuan dan/atau bukti pem-
bayaran.
(3) Laporan pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah dalam bentuk bantuan
operasional, bantuan sarana/prasarana, bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung/
bangunan, dan bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantu an pemerintah berupa
uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat bukti penerimaan
bantuan disertai dengan berita acara serah terima uang, rincian penggunaan, dan bukti
pembayaran.
(4) Laporan pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah berbentuk barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat tanda terima barang disertai informasi
data barang yang meliputi nama, spesifikasi, dan jumlah.
(5) Laporan pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah berbentuk jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat bukti bahwa kegiatan pemberian jasa
telah dilaksanakan disertai keterangan volume, waktu, dan nama lembaga pemberi jasa.

Pasal18
(1) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 disimpan oleh
penerima bantuan sebagai dokumen untuk kelengkapan administrasi dan keperluan
pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
(2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dokumen yang sah dan
dapat dipertanggungjawabkan menu rut hukum.

Pasal19
Dalam hal pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah berbentuk uang kepada lembaga
pemerintah/non pemerintah terdapat sisa uang, penerima bantuan wajib mengembalikan ke
Kas Negara secepatnya dengan menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP).

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


BABVII
MONITORING

Pasal20
PPK dapat menugaskan pejabat/pegawai/non PNS untuk melakukan monitoring Bantuan
Pemerintah.
BABVIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal21
Terhadap anggaran bantuan sosial yang dialokasikan pada Akun 52 (belanja barang) yang
telah dilaksanakan sebelum ketentuan ini berlaku ketentuan menu rut peraturan perundang-
undangan tentang Bantuan Sosial.

BABIX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal22
(1) Pejabat Eselon I Pusat selaku penanggungjawab program menetapkan Petunjuk teknis
pelaksanaan penyaluran setiap jenis Bantuan Pemerintah.
(2) Petunjuk teknis Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. dasar hukum;
b. tujuan;
c. penggunaan bantuan;
d. persyaratan penerima bantuan;
e. bentuk bantuan;
f. alokasi anggaran dan rincian jumlah bantu an;
g. tata kelola pencairan dan bantuan;
h. penyaluran dana bantuan pemerintah;
i. pertangggung jawaban; dan
j. ketentuan perpajakan.

Pasal23
Peraturan Menteri Agama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
Agama ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

II Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 02 November 2015
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,

WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

H1mpunan Peraturan Biaang KemaSJidan


KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NOMOR DJ.II/6 2 2 TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PEMERINTAH Dl LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKA T ISLAM,

Menimbang bahwa dalam rangka tertib administrasi, transparansi, dan akuntabilitas


pelaksanaan program bantuan dilingkungan Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, perlu menetapkan Kepu tusan Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam tentang PetunjukTeknis Pemberian
Bantuan Pemerintah di Lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam;
Mengingat 1. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian sebagaimana telah diubah lima kali terakhir
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
3. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama;
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah empat kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015;
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 20 10 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Agama, sebagaimana telah diubah tiga
kali terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi
dan Tata Kerja lnstansi Vertikal Kementerian Agama;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PM K.OS/ 2012 tentang Tata
Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


8. Keputusan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2014 tentang Penunjuk-
an Kuasa Pengguna Anggaran dan Pelaksana Tugas Kuasa Pengguna
Anggaran di Lingkungan Kementerian Agama;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PM K.05/2015 Tahun 2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Negara/Lembaga;
10. Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Agama;

MEM UTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM


TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PEMERINTAH
Dl LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT
ISLAM.
KESATU Menetapkan Petunjuk Teknis Pemberian Bantuan Pemerintah di
Lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU me-
rupakan pedoman bagi pihak terkait dalam pelaksanaan program
bantuan di lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam.
KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tang gal


DIREKTUR JENDERAL
SELAKU KUASA PENGGUNA ANGGARAN,

V/Juj~~
Prof. Dr. H. ~HASIN, M.A.Jl'

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


LAMPIRANI
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NOMOR DJ.II/ 62 2 TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUKTEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PEMERINTAH 01 LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial
keagamaan yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang
ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/ atau masyarakat sebagai dampak
krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam, dan bencana alam diperlukan
adanya bantuan pemerintah kepada masyarakat.

Sejatinya, bantuan pemerintah khususnya Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam kepada masyarakat memang telah lama menjadi
program. Namun dikarenakan kurangnya kontrol, dampak positif dari bantuan tersebut
dirasa kurang menyentuh langsung kepada masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam menggunakan pola pemberian bantuan
yang bersifat bantuan sosial dengan menggunakan akun 57 sehingga menyulitkan
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dalam melakukan evaluasi terhadap
bantuan yang telah disalurkan.

Dimulai pada tahun 2015 ini, pola bantuan sosial yang menggunakan akun 57 tersebut
diganti dengan pola akun 52 yang mewajibkan mekanisme pencairannya dilaksanakan
oleh pihak Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam sesuai dengan pengajuan
pihak penerima bantuan dengan berpedoman kepada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 190/PMK.05/ 2012 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-168/ PMK.05/
2015. Sehingga dengan itu, mudah bagi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam untuk melakukan kontrol kepada penerima bantuan, walaupun pelaksanaan
pencairannya lebih sulit dibandingkan menggunakan akun 57.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, agar pengalokasian dan pengelolaan dana


belanja bantuan pemerintah di Lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dapat dikelola secara tertib, transparan, dan akuntabel perlu menetapkan petunjuk
teknis pemberian bantuan yang merupakan petunjuk teknis umum bagi aparatur
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan bidang/seksi yang mengurus
kebimasislaman dalam mengelola belanja bantu an pemerintah.

Himpunan Peraturan Bidang KemaSJtdan II


B. Dasar Hukum
1. Peraturan Presiden Nom or 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah lima kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13Tahun 2014;
2. Peraturan Presiden Nomor 83 Tah un 20 15 tentang Kementerian Agama;
3. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Agama, sebagaimana telah diubah tiga kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Agama Nomo r 21 Tah un 20 14;
4. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 ten lang Organisasi dan Tata Kerja
lnstansi Vertikal Kementerian Agama;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/ PMK.05/ 2012 Tentang Tata Cara Pem-
bayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
6. Keputusan Menteri Agama Nomor 20 tahun 2014 tentang penunjukan Kuasa
Pengguna Anggaran dan Pelaksana Tugas Kuasa Pengguna Anggaran di Lingkungan
Kernenterian Agama.

C. Maksud dan Tujuan


Maksud ditetapkannya Petunjuk Teknis Pemberian Bantuan ini sebagai acuan bagi pihak
terkait dalam melaksanakan pengelolaan pemberian bantuan kepada masyarakat dan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan secara tertib, transparan, dan akun
tabel. Pemberian Bantuan Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
kehidupan beragama.

D. Sasaran
Sasaran bantuan pemerintah pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
adalah lembaga/organisasi/yayasan/masjid/mushalla/kelompok!perorangan yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memenuhi persyaratan serta
dinilai layak.

E. Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis Pemberian Bantuan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
ini diperuntukkan sebagai acuan penyelenggaraan programbantuan pemerintah
Bimbingan Masyarakat Islam. Ruang lingkup petunjuk teknis ini mengatur:
1. Pemberi Bantuan, 6. Ketentuan Perpajakan, dan
2. Tata Kelola Pemberian Bantuan, 7. Sanksi.
3. Pembinaan,
4. Laporan Pertanggungjawaban,
5. Monitoring dan Evaluasi,

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


BAB II
PEMBERI BANTUAN

Pemberi bantuan adalah Kementerian Agama yang berada pada Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam:
1. Tingkat Pusat yang dilaksanakan oleh Direktorat pada Direkorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam .
2. Tingkat Provinsi yang dilaksanakan oleh KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi.
3. Tingkat KabupateniKota yang dilaksanakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupatenl
Kota.
BABIII
TATA KELOLA PEMBERIAN BANTUAN

Bantuan Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Tahun Anggaran
2015 meliputi:
a. Pemberian penghargaan.
b. Bantuan operasional.
c. Bantuan saranal prasarana.
d. Ban tuan rehabilitasi I pembangunan gedungl bangunan.

Adapun mekanisme pengelolaannya sebagai berikut:


A. Bentuk Bantuan
1. Tingkat Pusat
a. Pembangunan I Rehab Masjid dan Mushalla
b. Pembangunan I Rehab Masjid dan Mushalla Pasca Bencana
c. Sanitasi Masjid I Mushalla dan Operasional Masjid lstiqlal
e. Operasional Masjid dan Mushalla
f. Lokakarya Nasional Pengelolaan Aset Masjid
g. Operasional BP4
h. Penghargaan KUA Teladan, Keluarga Sakinah Teladan, dan Masjid Percontohan
i. Organisasi Masyarakat/ LembagaiYayasan Sosial Masyarakat Islam
j. Majelis Ulama Indonesia
k. Majelis Taklim
I. Penyelenggara MTQI STQ Nasional
m. Penghargaan Peserta MTQ/ STQ Nasionalllnternasional
n. Penghargaan Penyuluh Teladan
o. Operasional Baznas
p. Operasional Badan Wakaf Indonesia

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


2. Tingkat Provinsi
a. Pembangunan/ Rehab Masjid dan Mushalla
b. Honor Imam Masjid Besar
c. Penghargaan KUA teladan, Keluarga Sakinah Teladan, dan Masjid Percontohan
d. Operasional BP4
e. Sertifikasi Halal
f. Pangan Halal dan Sehat bagi Masyarakal kurang mampu
g. Modal Usaha Kelompok Keluarga Pra Sakinah
h. Organisasi Masyarakat/ Lembaga/Yayasan Sosial Masyarakat Islam
i. Majelis Ulama Indonesia
j. Lembaga Pengembangan Tilawatil AI-Qur'an
k. Majelis Taklim
I. Guru Ngaji
m. Lembaga Seni Islam
n. Penghargaan Penyuluh Teladan
o. Pemberdayaan Usaha Produktif bagi Lembaga/ Kelompok Mustahik (Fakir Miskin)
p. Operasional Baznas
q. Wakaf Produktif
r. Sertifikasi Tanah Wakaf
s. Midis BillboardTanah Wakaf (Papanisasi)
t. Penyuluhan Perwakafan
u. Pembinaan Nadzir
v. Operasional Badan Wakaf Indonesia Perwakilan Provinsi

3. Tingkat Kabupaten I Kota


a. Pembangunan/ Rehab Masjid dan Mushalla
b. Honor Imam Masjid Besar
c. Sertifikasi Halal
d. Pangan Halal dan Sehat bagi Masyarakat kurang mampu
e. Modal Usaha Kelompok Keluarga Pra Sakinah
f. Organisasi Masyarakat/ Lembaga!Yayasan Sosial Masyarakat Islam
g. Majelis Ulama Indonesia
h. Lembaga Pengembangan Tilawatil AI-Qur'an
i. Majelis Taklim
j. Guru Ngaji
k. Lembaga Seni Islam
Pemberdayaan Usaha Produktif bagi Lembaga/ Kelompok Mustahik (Fakir Miskin)
m. Operasional Baznas Kabupaten/ Kota
n. Wakaf Produktif

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


o. Sertifikasi Tanah Wakaf
p. Midis Billboard Tanah Wakaf (Papanisasi)
q. Penyuluhan Perwakafan
r. Pembinaan Nadzir
s. Operasional Badan Wakaf Indonesia Perwakilan Kabupaten/ Kota

B. Kriteria Penerima Bantuan


1. Tingkat Pusat
Penerima Bantuan pada tingkat pusat meliputi; Pembangunan/Rehab Masjid dan
Mushalla, Pembangunan/Rehab Masjid dan Mushalla Pasca Bencana, Sanitasi
Masjid I Mushalla, Operasional Masjid lstiqlal, Operasional Masjid dan Mushalla,
Lokakarya Nasional Pengelolaan Aset Masjid, Operasional BP4, Penghargaan KUA
Teladan, Keluarga Sakinah Teladan, dan Masjid Percontohan, Organisasi Masyarakatl
Lembaga/ Yayasan Sosial Masyarakat Islam, Majelis Ulama Indonesia, Majelis Taklim,
Penyelenggara MTQ/ STQ Nasional, Penghargaan Peserta MTQ/STQ Nasional/
lnternasional, Penghargaan Penyuluh Teladan, Operasional Baznas, Operasional
Badan Wakaf Indonesia yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Pejabat Pembuat
Komitmen dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran pada Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
2. Tingkat Provinsi
Penerima Bantuan pada tingkat provinsi meliputi; Pembangunan/ Rehab Masjid
dan Mushalla, Honor Imam Masjid Besar, Penghargaan KUA Teladan, Keluarga
Sakinah Teladan, dan Masjid Percontohan, Operasional BP4, Sertifikasi Halal,
Pangan Halal dan Sehat bagi Masyarakat kurang mampu, Modal Usaha Kelompok
Keluarga Pra Sakinah, Organisasi Masyarakatl Lembaga/Yayasan Sosial Masyarakat
Islam, Majelis Ulama Indonesia, Lembaga Pengembangan TIIawatil ai-Qur'an,
Majelis Taklim, Guru Ngaji, Lembaga Seni Islam, Penghargaan Penyuluh Teladan,
Pemberdayaan Usaha Produktif bagi Lembaga/ Kelompok Mustahik (Fakir Miskin),
Operasional Baznas, Wakaf Produktif, Sertifikasi Tanah Wakaf, Midis Billboard
Tanah Wakaf (Papanisasi), Penyuluhan Perwakafan, Pembinaan Nadzir, Operasional
Badan Wakaf Indonesia Perwakilan Provinsi yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Pejabat Pembuat Komitmen dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran pada
KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi.
3. Tingkat Kabupaten I Kota
Penerima Bantuan pada tingkat Kabupaten/ Kota meliputi; Pembangunan/ Rehab
Masjid dan Mushalla, Honor Imam Masjid Besar, Sertifikasi Halal, Pangan Halal dan
Sehat bagi Masyarakat kurang mampu, Modal Usaha Kelompok Keluarga Pra
Sakinah, Organisasi Masyarakatl Lembaga/ Yayasan Sosial Masyarakat Islam,
Majelis Ulama Indonesia, Lembaga Pengembangan TIIawatil AI-Qur'an, Majelis

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


Taklim, Guru Ngaji, Lembaga Seni Islam, Pemberdayaan Usaha Produktif bagi
Lembaga/ Kelompok Mustahik (Fakir Miskin), Operasional Baznas Kabupatenl
Kota, Wakaf Produktif, Sertifikasi Tanah Wakaf, Midis Billboard Tanah Wakaf
(Papanisasi), Penyuluhan Perwakafan, Pembinaan Nadzir, Operasional Badan
Wakaf Indonesia Perwakilan Kabupaten I Kota yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Pejabat PI Pembuat Komitmen dan disahkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten I Kota.

C. Alokasi Anggaran dan Rincian


Alokasi anggaran bantuan pemerintah terdapat dalam DIPA Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam yang diberikan kepada penerima bantuan sesuai dengan
bentuk bantuan mulai dari Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sampai dengan
Rp 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Bantuan pemerintah tersebut, terdiri dari belanja barang non operasional lainnya
(521219) dan belanja barang (526xxx), dengan rincian sebagai berikut:
1. Akun Belanja bantuan operasional yang digunakan, yaitu:
a. 521219 (Belanja Barang Non Operasional Lainnya)
b. 526xxx (Belanja Barang Fisik Lainnya untuk diserahkan kepada Masyarakat/Pemda)
2. Akun 521219 digunakan untuk belanja barang non operasional meliputi:
a. belanja pemeliharaan, e. belanja bahan,
b. belanja daya dan jasa, f. belanja honor, dan
c. belanja perjalanan dalam dan luar kota, g. belanja jasa profesi.
d. belanja sewa,
3. Akun 526xxx digunakan untuk pembayaran pengadaan barang fisik yang proses
pengadaannya melekat pada Ditjen Bimas Islam dengan mengacu pada Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangiJasa Pemerintah
berikut dengan perubahannya.
4. Belanja bantuan dengan akun 521219 pada jenis bantuan:
a. pembangunan/rehab masjid dan mushalla, pembangunan/rehab masjid dan
mushalla pasca bencana, pembangunan/rehab sanitasi masjid dan mushalla
digunakan terbatas pada belanja barang dan ongkos tukang;
b. bantuan honor imam masjid besar, guru ngaji, digunakan terbatas pada
belanja honor;
c. bantuan operasional masjid istiqlal digunakan untuk operasional termasuk
kegiatan peribadatan;
d. bantuan wakaf produktif 1 (satu) paket maksimal untuk 3 (tiga) lokasi dan
digunakan tidak untuk keperluan rehabilitasi/ pembangunan gedung/bangunan;
e. bantuan usaha produktif mustahik (fakir miskin) dalam bentuk barang
yang tidak habis pakai.

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


D. Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah
1. Mekanisme Pengajuan
Bagi pemohon yang berbentuk badan hukumllembaga, mengajukan surat per-
mohonan yang dilengkapi dengan proposal bantuan kepada Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam atau Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi atau Kepala Kantor Kementerian Agama kabupatenl Kota (sesuai dengan
bentuk dan kriteria bantuan) dengan persyaratan minimal sebagai berikut:
1. Melampirkan susunan Pengurusl Akta pendirian yang masih berlaku.
2. Melampirkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai jumlah nominal bantuan.
3. Melampirkan rekomendasi dari Kementerian Agama dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. bantuan pada tingkat pusat rekomendasi diberikan oleh Kepala
KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi;
b. bantuan pada tingkat provinsi rekomendasi diberikan oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten I Kota; atau
c. bantuan pada tingkat kabupaten/kota rekomendasi diberikan oleh
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat.
4. Melampirkan surat pernyataan kebenaran dokumen bermeterai Rp 6000,00.
5. Surat Permohonan berikut proposal yang telah disampaikan menjadi dokumen
pemberi bantuan yang tidak dapat ditarik kembali.
Adapun untuk pemohon bantuan non badan hukumllembaga yaitu pemohon
peroranganlkelompok mengajukan surat permohonan yang dilengkapi dengan
proposal bantuan kepada Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam atau
Kepala KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi atau Kepala Kantor Kementerian
Agama kabupateniKota (sesuai dengan bentuk dan kriteria bantuan) dengan
persyaratan minimal sebagai berikut:
1. Melampirkan fotocopy KTP (ketual pengurusl pribadi untuk bantuan yang
bersifat perorangan);
2. Melampirkan fotocopy kartu keluarga (untuk bantuan yang bersifal perorangan);
3. Melampirkan keterangan domisili;
4. Melampirkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai jumlah nominal bantuan.
5. Melampirkan rekomendasi dari Kementerian Agama dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. bantuan pada tingkat pusat rekomendasi diberikan oleh Kepala
KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi;
b. bantuan pada tingkat provinsi rekomendasi diberikan oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten I Kota; atau
c. bantuan pada tingkat kabupaten/ kota rekomendasi diberikan oleh
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat.

H1mpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


6. Melampirkan surat pernyataan kebenaran dokumen bermeterai Rp 6000,00.
7. Surat Permohonan berikut proposal yang telah disampaikan menjadi dokumen
pemberi bantuan yang tidak dapat ditarik kembali.

2. Seleksi Penerima Bantuan


Seleksi penerimaan bantuan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pejabat Pembuat Komitmen membentuk tim seleksi calon penerima bantuan;
2. Tim seleksi membuat formulir berupa cek list calon penerima bantuan yang
disesuaikan dengan persyaratan;
3. Tim seleksi memverifikasi kebenaran dokumen yang terdapat dalam
proposal pengajuan bantuan;
4. Tim seleksi menyampaikan laporan hasil kerja tim kepada Pejabat Pembuat
Komitmen yang dilengkapi dengan Berita Acara Hasil Seleksi;
5. Berita Acara Hasil Seleksi merupakan dasar untuk menetapkan penerima
bantuan.
Dalam hal calon penerima bantuan adalah mitra kerja Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam atau lembaga/organisasi yang pembentukannya
ditetapkan dengan Undang-Undang/ Keputusan Presiden/ Peraturan Presiden,
tugas tim seleksi hanya melakukan verifikasi proposal.
Dalam hal bentuk bantuan yang bersifat penghargaandari hasillomba, tidak
diperlukan proposal.

3. Penetapan Penerima Bantuan


Setelah Berita Acara Hasil Seleksi ditandatangani oleh tim seleksi dan Pejabat
Pembuat Komitmen, Pejabat Pembuat Komitmen menetapkan Surat Keputusan
penerima bantuan yang disahkan oleh Kuasa Penggunan Anggaran sesuai dengan
prosedur dan mekanisme yang berlaku pada satuan organisasi/ satuan kerja
masing-masing
Penetapan penerima Bantuan Pemerintah antara lain memuat identitas penerima,
alamat, jumlah I besaran, dan bentuk bantuan pemerintah. Selain ketentuan ter-
sebut juga diatur:
a. Dalam hal Bantuan Pemerintah berbentuk uang, wajib mencantumkan nomor
rekening penerima bantuan pemerintah pada Bank Persepsi.
b. Dalam hal Bantuan Pemerintah berbentuk barang wajib mencantumkan
nama barang, jenis barang, harga barang, dan spesifikasi barang.
c. Dalam hal Bantuan Pemerintah berbentuk jasa, wajib mencantumkan nama
lembaga penyedia jasa dan nama /jenis jasa.
Setelah ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA, untuk proses pencairan
bantuan, penerima bantuan wajib menyiapkan hal-hal sebagai berikut:

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


a. Surat Perjanjian Kerjasama antara penerima bantuan dengan PPK, Surat
Pernyataan Tanggu ngjawab Mutlak (SPTJM) dan Surat Pernyataan Tanggung-
jawab Belanja (SPTJB) .
b. Format Surat Perjanjian Kerjasama Penerima Bantuan Pemerin tah dengan
PPK, SPTJM, dan SPTJB sebagaim ana tercantum dalam Lampiran Ill yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.

4. Pencairan Dana Bantuan


Pencairan dana bantuan disampaikan melalui Bendahara Pengeluaran Pembantu
setelah diverifikasi dengan tahapan sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/ PMOK.OS/ 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/ PMK.05.2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah
pada Kementerian Negara/Lembaga, dan berpedoman pada Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahu n 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah berikut
dengan perubahannya.

BABIV
PEMBINAAN

Pem binaan pelaksanaan program bantuan dilakukan pada:


1. tingkat pusat oleh Direktorat Jenderal;
2. tingkat provinsi oleh KantorWilayah Kementerian Agama; dan
3. tingkat kabupaten/kota oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota;

BABV
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

Penerima Belanja Bantuan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada


Pejabat Pembuat Komitmen paling lambat 3 (tiga) bulan sejak dana bantuan diterima oleh
penerima bantuan dan wajib menyetorkan ke kas negara apabila terdapat sisa anggaran
kegiatan /jasa giro/ bunga.
Laporan pertanggungjawaban berisi penjelasan sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. ringkasan pelaksanaan kegiatan; dan
2. bukti-bukti berupa:
a) berita acara serah terima uang/ barang;
b) rincian penggunaan dana bantuan;
c) foto copy bukti setor pengembalian ke kas negara;
d) kuitansi penerimaan bantuan;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


e) dokumentasi pelaksanaan kegiatan;
f) sisa anggaran /jasa giro kegiatan dikembalikan kepada kas negara dengan melampirkan
bukti pengembalian ke kas negara untuk kegiatan sisa anggaran yang tidak digunakan

BABVI
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Monitoring pelaksanaan bantuan dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan
telah dilaksanakan sesuai dengan Surat Keputusan Pejabat Pem buat Komitmen dan
disahkan oleh Kuasa pengguna Anggaran tentang Penetapan Penerima Bantuan
pemerintah.
Monitoring dilakukan oleh pembina pelaksanaan program sesuai dengan tingkatan dan
bidang tugas fungsinya.
B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kualitas output pelaksanaan bantuan dan meningkatkan
kualitas kegiatan.
BABVII
KETENTUAN PERPAJAKAN
Ketentuan Perpajakan dalam bantuan pemerintah ini mengacu kepada peraturan tentang
perpajakan.
BABVIII
SANKSI
Penerima Bantuan pemerintah bertanggung jawab penuh atas penggunaan dana bantuan. Apa-
bila terjadi penyalahgunaan bantuan yang mengakibatkan kerugian negara, maka penerima
bantu an dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BABIX
PENUTUP
Petunjuk Teknis Pemberian Bantuan Pemerintah ini dibuat untuk dapat dipedomani.

Ditetapkan di Jakarta
pada tangga l

DI REKT UR .JEND8RAL
I. SELAI<U I<UASA PSNUGUNA ANGGA I~AN '

v~~,
Prof. Or. 1-l . MACI-IASIN, M.A . 9('

II Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


LAMPIRAN II
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NOMOR DJ.II/ 62 2 TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUKTEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PEMERINTAH 01 LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

Bentuk dan format Keputusan PPK tentang Penetapan Penerima Bantuan Pemerintah.

KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)


........... (Satker Pemberi Bantuan)
......... (nama satkef)
NOMOR ............. TAHUN 2015 (sesuai dengan penulisan nomor SK)
TENTANG
PENETAPAN ...........

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
......... (Satker Pemberi Bantuan)
........... (nama satkef),
Menimbang a. bahwa untuk mendukung program dan kegiatan di bidang agama
pada Lembaga Keagamaan memberikan bantuan pemerintah
agar program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga
keagamaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan;
b. bahwa berdasarkan basil verifikasi terhadap proposal permohonan
bantuan pemerintah yang diterima oleh Kementerian Agama,
nama lembaga keagamaan dengan data sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini dinyatakan memenuhi syarat
administrasi dan kelayakan untuk diberikan bantu an pemerintah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan hurup b, perlu menetapkan Keputusan Pejabat Pem-
buat Komitmen ............ tentang Penetapan ..............;

Mengingat : 1. Undang-U ndang Nomor 17Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;


2. Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama;
4. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi
Tata Kerja Kementerian Agama, sebagaimana telah diu bah em pat
kali terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2015;
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja lnstansi Vertikal Kementerian Agama;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/ 2012 tentang
Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran

Himpunan Peraturan B1dang KemaSJidan


Pendapatan dan Belanja Negara;
7. Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Pengangkatan Pejabat Perbendaharaan (Serita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nom or 1740);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/ PM K.05/ 2015 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada
Kementerian Negara/ Lem baga;
9. Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan
Pemerintah Pad a Kementerian Agama;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSA N PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN .....:................................. TENTANG
PENETAPAN .............................................. (disesuaikan dengan judul SK)

KESATU Menetapkan ........................... (penerima bantuan Pemerintah) sebagaimana


tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.

KEDUA Penerima Bantuan pemerintah wajib:


a. menggunakan Bantuan sesuai dengan rincian rencana penggunaan
yang tercantum dalam proposal permohonan Bantuan Pemerintah;
b. membuat Laporan Pertanggungjawaban penggunaan Bantuan
Pemerintah disertai bukti-bukti pengeluaran/pembayaran;
c. menyimpan bukti penerimaan bantuan, bukti penggunaan Bantuan,
dan dokumen lainnnya yang dianggap perlu; dan
d. menjamin bukti-bukti penggunaan Bantuan Pemerintah merupakan
bukti yang sah yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

KETIGA Segala biaya yang dilimbulkan sebagai akibat dari Keputusan ini di
bebankan pada Angga ran Pend apatan dan Belanja Kementerian Agama
tahun 2015 dengan Mata Anggaran .............................................................................

KEEMPAT Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Disahka n oleh Di tetapkan di Jakarta pada tanggal


KUASA PENGGUNA ANGGARAN, PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

......................................... (namaKPA) ......................................(NamaPPK)

Ill Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidar.


LAMPIRAN
KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

NOMOR .................................. TAHUN 2015


TENTANG
PENETAPAN ...........................................

Nama Bentuk Nilai Bantuan


No Alamat No. Rekening Jumlah
Lembaga Bantuan

Disahka n oleh
KUASA PENGGUNA ANGGARAN, PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

.................................. (namaKPA) ...................................... (namaPPK)

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


LAMPIRAN Ill
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NOMOR DJ.ll/622 TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUKTEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PEMERINTAH Dl LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

A. Bentuk dan format perjanjian kerjasama dengan PPK

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA Nomor: ...................................(1)

Antara
Pejabat Pembuat Komitmen ................... (2)
Dengan
Nama Pimpinan/ Ketua Lembaga .................. (3)
Tentang
Bantuan Pemerintah untuk........................................... (4)

Pada hari, ......................... (Sa) tanggal .....................(Sb) bulan ............................(Sc) tahun


........................(Sd) bertempat di Kantor Kementerian Agama Jalan ............................. (6) kami yang
berlanda tangan di bawah ini:
...................................... (7) : Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada .......................................................
............................ {8) Kementerian Agama.
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kuasa Pengguna Anggaran {KPA) .........................
................................................................{9), DIPA Nomor..........................................................................{1 0)
yang berkedudukan di Jalan ................................. (11) yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
......................................................... {12) Pimpinan/ Ketua Lembaga Penerima Bantuan Pemerintah
Dalam hal bertindak untuk atas nama Lembaga .................................................................................13)
Berkedudukan di jalan.
Yang berkedudukan di Jalan ..........................................................................{14) disebut PIHAK KEDUA.

yang selanjutnya
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengikatkan diri dalam sebuah Perjanjian
Kerjasama pelaksanaan Bantuan Pemerintah, dengan ketentuan sebagai berikut:

Pasal1
Hak Dan Kewajiban:
a. PIHAK PERTAMA memberikan Bantuan Pemerintah berupa ............... {15) senilai Rp..............
{16), sesuai dengan alokasi anggaran yang ditetapkan.
b. PIHAK PERTAMA bertanggungjawab untuk mengirimkan bantuan kepada PIHAK KEDUA
sesuai dengan rencana penyaluran bantuan yang telah ditetapkan.
c. PIHAK KEDUA bersedia menerima Bantuan Pemerintah berupa ..................... { 17) dan

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


menggunakan sesuai dengan rencana penggunaan yang termuat dalam proposal per-
mohonan bantuan.
d. PIHAK KEDUA bertanggu ng jawab untuk menggunakan Bantuan Pemerintah yang
diberikan oleh PIHAK PERTAMA secara efektif, efisien dan akuntable.
e. PIHAK KEDUA bertanggungjawab atas kerugian negara yang diakibatkan dari
penggunaan Bantuan Pemerintah yang diterima dari PIHAK PERTA MA, dan bersedia
mengganti kerugian Negara dimaksud.
f. PIHAK KEDUA bertanggungjawab untuk menyetorkan kepada Kas Negara apabila terdapat
sisa dana penggunaan Bantuan Pemerintah yang diterima dari PIHAK PERTAMA.
g. PI HA K KED UA bersedia diaudit oleh pengawas internal/eksternal pemerintah.

Pasal2
(1) Apabila terjadi perselisihan, kedua belah pihak bersedia untuk menyelesaikan secara
musyawarah dan mufakat, dan apabila tidak tercapai kesepakatan maka diselesaikan
melalui Pengadilan Negeri .............................................. ( 18)
(2) Perjanjian kerjasama ini dibuat asli rangkap 2 (dua), bermaterai cukup, dibubuhi stem pel
dinas mempunyai kekuatan hukum yang sama dan diberikan kepada para pihak.

Perjanjian ini di buat dan ditandatangani PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam keadaan
cakap menurut hukum, bermeterai cukup, dibubuhi cap dinas, dihadapan 2 (dua) orang
saksi, asli rangkap 2 (dual dan mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya.

PIHAKKEDUA PIHAK PERTAMA


saksi-saksi

Penerima Bantuan Pejabat Pemhuat


Lembaga .................. (19) Komitmen .................. (20)

( ..............................................) (21) ( ..............................................) (22)

1................................................................. (23) ...............................................................(24)

2................................................................. (25) ...............................................................(26)

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


PETUNJUK PENGISIAN PERJANJIAN KERJASAMA

No. URAIAN lSI

(1) Diisi dengan Nomor Surat pada Satuan Kerja PKK

(2) Diisi Pejabat Pembuat Komitmen pada KPNSatker

(3) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan pemerintah

(4) Diisi dengan nama penggunaan bantuan pemerintah

(5) Diisi dengan nama hari, tempat, tanggal, bulan, dan tahun (Sa, b, c, d)

(6) Diisi dengan ala mat kantor tempat dilaksanakan pernjanjian

(7) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai PPK

(8) Diisi dengan nomen klatur satuan kerja keberadaan PPK

(9) Diisi dengan nomen klatur satuan kerja keberadaan PPK

(10) Diisi dengan nomor dan tanggal DIPA

(11) Diisi dengan ala mat kantor keberadaan PPK

(12) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai pimpinan lembaga

penerima bantuan pemerintah

(13) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan pemerintah

(14) Diisi dengan ala mat keberadaan lembaga penerima bantuan pemerintah

(15) Diisi dengan nama bantuan pemerintah berupa uang/barang/jasa

(16) Diisi dengan nilai bantuan pemerintah dalam rupiah

(17) Diisi dengan nama bantuan pemerintah berupa uang/barang/jasa

(18) Diisi dengan nama kabupaten/kota wilayah hukum pengadilan negeri yang disepakati

(19) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan pemerintah

(20) Diisi dengan nomen klatur satuan kerja keberadaan PPK

(21) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai pimpinan lembaga penerima

bantuan pemerintah

(22) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai PPK

(23) Diisi dengan saksi (nomor 23 dan 25)

(24) Diisi dengan tanda tangan saksi (nomor 24 dan 26)

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


B. Bentuk dan format Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)

KOP SURAT LEMBAGA PENERIMA BANTUAN


SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama Pimpinan/ Ketua Lembaga ........................................................................... (1)


sebagai pimpinan ...................................... (2)

Ala mat ........................................................................... (3)

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya bertanggungjawab penuh atas
penggunaan dana Bantuan Pemerintah yang saya terima dari........................
.......................................... (4) Kementerian Agama dengan nilai Rp...............................(S)
(terbilang: ....................................................................................................................................)(6).

Apabila di kemudian hari, atas penggunaan dana Bantuan Pemerintah yang saya terima
tersebut di atas mengakibatkan kerugian negara saya bersedia mengganti kerugian negara
dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Saya bertanggungjawab atas bukti-bukti penggunaan dana Bantuan Pemerintah dari


........................... (7) Kementerian Agama, dan saya simpan sebagai dokumen yang sah untuk
kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional serta
dapat dipertanggungjawabkan menu rut hukum .

Demikian Surat Pernyataan ini kami dibuat dengan sesungguhnya .

.............................., ........................................... (8)


Pimpinan/ Satuan Lembaga .................. (9)

....................... (10)

....................................................................... ( 11)

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

No. URAIAN lSI


(1) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai pimpinan/ketua lembaga

penerima bantuan pemerintah

(2) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan pemerintah

(3) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan pemerintah

(4) Diisi dengan nama nomenklatur satuan kerja pemberi bantuan pemerintah

(5) Diisi dengan nilai nominal bantuan pemerintah

(6) Diisi dengan nilai nominal dalam tulisan huruf bantuan pemerintah

(7) Diisi dengan nama nomenklatur satuan kerja pemberi bantuan pemerintah

(8) Diisi dengan tempat dan tanggal surat pernyataan di tandatangani

(9) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan pemerintah

(10) Diisi dengan ditempelkan materai

(11) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai pimpinan/ketua lembaga

penerima bantuan pemerintah

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


C. Bentuk dan format Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja

KOP SURAT LEMBAGA PENERIMA BANTUAN


SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA (SPTJB)

1. Nama Lembaga ................................................................................................... (1)


2. Ala mat Lembaga ................................................................................................... (2)
3. Bentuk Bantuan ................................................................................................... (3)
4. Nilai Bantuan Rp............................................................................................ (4)

( ....................................................................................... ) (5)

Yang bertanda tang a n di bawah ini Pimpinan I Ketua Lem baga penerima bantuan dari ......
................................................ (6) Kementerian Agama, menyatakan bahwa saya:
1. Bertanggung jawab penuh atas pengeluaran yang telah kami bayarkan kepada pihak
yang berhak menerima;
2. Bersedia menyimpan dengan baikseluruh bukti-bukti pengeluaran belanja/pembayaran
yang telah dilaksanakan;
3. Bersedia untuk dilakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti pengeluaran oleh aparat
pengawas fungsional Pemerintah.

Demikian Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya .

............, ............................................................ (7)


Pimpinan I Satuan Lembaga ................. (8)

................. (9)

....................................................................... ( 10)

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAN BELANJA

No. URAIAN lSI

(1) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan pemerintah

(2) Diisi dengan ala mat lembaga penerima bantuan pemerintah

(3) Diisi dengan nama bantuk (uanglbarang/jasa) bantuan pemerintah

(4) Diisi dengan nilai nominal bantuan pemerintah

(5) Diisi dengan nilai nominal (dengan huruf) bantuan pemerintah

(6) Diisi dengan nama nomenklatur satuan kerja pemberi bantuan pemerintah

(7) Diisi dengan tempat dan tanggal surat pernyataan di tandatangani

(8) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan pemerintah

(9) Diisi dengan ditempelkan materai

(10) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai pimpinan/ketua lembaga

penerima bantuan pemerintah

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NOMOR DJ.11/ 802TAHUN 2014
TENTANG
STANDAR PEMBINAAN MANAJEMEN MASJID

DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,

Menimbang: a. bahwa masjid memiliki peran strategis sebagai pusat pembinaan


umat dalam upaya melindungi, memberdayakan, dan mem-
persatukan umat untuk mewujudkan umat yang berkualitas,
moderat dan toleran;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pembinaan peran dan


fungsi Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah ritual (mahdhah)
tapi juga ibadah sosial yang lebih luas (Ghair mahdhah) dibidang
ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lainnya, maka diperlukan
penyempurnaan terhadap tolak ukur atau standar pembinaan
manajemen I pengelolaan yang menyeluruh, rinci dan berlaku
secara nasional didasarkan pada tipologi masjid dan pengemba-
ngannya;

c. bahwa untuk menetapkan tolak ukur atau standar dalam pem-


binaan masjid atau pengelolaan masjid tersebut, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam tentang
Standar Pembinaan Manajemen Masjid;

Mengingat 1. Penetapan Presiden Nomor 1/ PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan


Penyalahgunaan Dan I Atau Penodaan Agama;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang


Cagar Budaya Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 130;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan a


3. Peraturan Presid en Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah
lima kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014
(Lembaran Negara Republik Tahun 2014 Nomor 24);

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,


Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana
telah diubah lima kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
14 Tahun 20 14 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor25);

5. Keputusan Menteri Agama Nomor 394 Tahun 2004 tentang


Penetapan Status Masjid Wilayah;

6. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri


Nom or 9 dan Nomor 8 tahun 2006 tentang pedoman Pelaksanaan
Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharan
Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan
Umat Beragama, dan Pendirian Rumah lbadat;

7. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 201 0) Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 592), sebagaimana telah diubah dua kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 80 Tahun 2013 ( Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 20 13 Nom or 1202);

8. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 20 12 tentang


Organisasi dan Tata Kerja lnstansi Vertikal Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 12 Nom or 851 );

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM


TENTANG PEMBINAAN STAN DAR MANAJEMEN MASJID

KESATU Menetapkan Standar Pembinaan Manajemen Masjid sebagaimana


tercantum dalam lampiran yang merupakan bag ian tidak terpisahkan
dari keputusan ini.

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


KEDUA Penerapan Standar Pembinaan Manajemen Masjid berlaku secara
nasional, dilaksanakan oleh Pembina Kemasjidan pada Kementerian
Agama berdasarkan wilayah kerjanya, bekerjasama dengan Pengurus
Masjid, Pemerintah Daerah setempat, Tokoh Agama dan Masyarakat.
KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Desember 2011,

DIREKTUR JENDERAL
A_BIMBINGANr-.:ASYARAKAT ISLAM t;t

Af!ft;jC
~ Prof. Dr. H. MACHASIN, MA1
• NIP. 195610131981031003 f

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NOMOR DJ.II/ 802 TAHUN 2014
TENTANG
STANDAR PEMBINAAN MANAJEMEN MASJID

BABI
PENGERTIAN UMUM

1. Standar Pembinaan Manajemen Masjid adalah batasan atau parameter kualifikasi


Pembinaan dan pengelolaan manajemen Masjid berdasarkan tipologi dan perkembangan-
nya, ditinjau dari aspek idarah (manajemen), imarah (kegiatan memakmurkan), dan
riayah (pemeliharaan dan pengadaan fasilitas).
2. Masjid adalah bangunan tempat ibadah umat Islam yang dipergunakan untuk shalat
rawatib (lima waktu) dan shalat jum'at.
3. Mushalla adalah tempat atau ruangan yang dipergunakan untuk shalat rawatib yang
terletak di tempat-tempat tertentu seperti, kantor, pasar, stasiun dan tempat pendidikan
yang ukurannya lebih kecil dari bangunan masjid.
4. ldarah adalah kegiatan pengelolaan yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian,
pengadministrasian, keuangan, pengawasan dan pelaporan.
5. lmarah adalah kegiatan memakmurkan masjid seperti peribadatan, pendidikan,
kegiatan sosial dan peringatan hari besar Islam.
6. Ri'ayah adalah kegiatan pemeliharaan bangunan, peralatan, lingkungan, kebersihan,
keindahan dan keamanan Masjid termasuk penentuan arah kiblat.

BABII
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

1. Standar Pembinaan Manajemen Masjid bertujuan untuk memberikan pedoman tentang


pembinaan dan pengelolaan masjid dibidang idarah, imarah, dan riayah kepada
aparatur pembina kemasjidan maupun pengurus masjid dalam rangka meningkatkan
kualitas pembinaan dan bimbingan untuk terwujudnya kemakmuran masjid dan
kehidupan umat Islam yang moderat, rukun dan toleran baik di pusat, provinsi,
kabupaten/ kota, maupun kecamatan dan desa.
2. Ruang lingkup Standar Pembinaan Manajemen Masjid meliputi:
a. Standar Masjid di Indonesia berdasarkan tipologi (struktur, sektoral, teritorial
dan sejarah) dan perkembangannya terdiri dari Masjid Negara, Masjid Nasional,
Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, Masjid Jami: Masjid Bersejarah, dan
Masjid di tempat Publik;

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


b. Standar Pembinaan Manajemen atau pengelolaannya ditinjau dari aspek
idarah (manajemen), imarah (memakmurkan), dan riayah (pemeliharaan dan
pengadaan fasilitas).

BAB Ill
TIPOLOGI MASJID

A. MASJID NEGARA
1. Masjid Negara adalah masjid yang berada di lbu Kata Negara Indonesia, menjadi
pusat kegiatan keagamaan tingkat Kenegaraan dengan kriteria :
a. Dibiayai dari subsidi Negara melalui APBN dan APBD serta bantuan masyarakat;
b. Berfungsi sebagai pembina masjid-masjid yang ada diwilayah provinsi;
c. Kepengurusannya ditetapkan dan dilantik oleh Menteri Agama atau yang
mewakilinya;
d. Menjadi contoh dan rujukan masjid yang ideal;
e. Memiliki fasilitas/ bangunan penunjang seperti kantor, bank syariah, toko,
aula, hotel atau penginapan, poliklinik, sekolah atau kampus;
f. Memiliki nilai budaya, arsitektur nasional dan memiliki potensi sebagai
tempat tujuan wisata, baik domestik maupun mancanegara;
g. Memiliki nilai sejarah kebangsaan.

2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Menteri
Agama untuk waktu 5 tahun, dan dapat dipilih kembali maksimal2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representasi dari perwakilan
pemerintah, organisasi Islam dan perwakilan masyarakat;
c. Memiliki sistem adiministrasi perkantoran dan kesekretariatan serta keatata-
usahaan yang akuntabel;
d. Memiliki uraian kerja dari struktur kepengurusan dan menempatkan personil
pengurus sesuai dengan kompetensinya pada uraian kerja;
e. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
f. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
g. Menunjuk pelaksana harian untuk menjalankan roda organisasi kepengurusan
dan pelayanan terhadap segala aktivitas masjid yang bersifat teknis harian;
h. Memiliki sistem pengelolaan bangunan;
i. Memiliki Imam Besar, Wakil Imam Besar dan 6 orang imam yang ditetap-
kan oleh Menteri Agama;
j. Memiliki Muadzin minimal4 (em pat) orang;
k. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


I. Status tanah bersertifikat tanah wakaf;
m. Membuka kritik dan saran dari jamaah.

3. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
c. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Presiden,
Wakil Presiden, Pejabat Negara dan Wakil Negara Sahabat;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
f. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Kuliah Dhuha, Kajian
Kelslaman sehabis shalat, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam dan
Tabligh Akbar;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan, baik formal seperti TK s.d Perguruan
Tinggi maupun pendidikan non formal seperti Madrasah Diniyah, TPQ
Majelis Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan Kursus-Kursus;
h. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
lembaga zakat, BMT, Bank Syariah, Koperasi, ATM;
i. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban dan menyalur-
kan kepada yang berhak, dll;
J. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah kelslaman;
k. Menyelenggarakan pembinaan Pemuda/ Remaja Masjid;
I. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan pemulasaran jenazah;
m. Menyelenggarakan bimbingan I pelatihan manasik haji dan umroh;
n. Menyelenggarakan siaran dakwah melalui media televisi dan radio, minimal
dalam bentuk radio yang disiarkan secara luas;
o. Menyelenggarakan dakwah melalui website yang dikelola secara aktif;
p. Menyiarkan khutbah dan ceramah melalui internet (streaming dan youtube);
q. Mengelola sosial media seperti facebook dan twitter.

4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 20.000 jamaah,
lengkap dengan garis-garis shaf, bersih dan nyaman;
2. Memiliki minimal 2 ruang tamu khusus (VIP);

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


3. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah} bersih minimal 500 unit
serta tempat penyimpanannya;
4. Memiliki Ruang Serbaguna (aula};
5. Memiliki tempat wudhu yang terpisah untuk pria dan wanita sebanyak
600 kran, tempat buang air kecil150 unit dan MCK sebanyak 150 unit
yang mudah dijangkau oleh jamaah, termasuk di setiap lantai atas dan
ruang imam serta kantor. Dijamin kebersihan dan kenyamanannya;
6. Memiliki sound sistem dengan kapasitas 12.000 MW yang telah diakustik
dan memiliki ruangan khusus;
7. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset;
8. Memiliki sarana jalan untuk penyandang cacat;
9. Memiliki lift/escalator;
10. Memiliki infokus dan layar besar yang terpasang secara permanen.
b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam dan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
4. Memiliki Ruang perkantoran yang dapat menunjang pemakmuran masjid;
5. Memiliki halaman parkiryang luas;
6. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah di setiap
pintu masuk masing-masing 5000 kotak;
7. Memiliki minimal2 Ruang konsultasi;
8. Memiliki minimall 0 kamar penginapan;
9. Memiliki minimal2 unit mobil ambulan;
10. Memiliki sarana bermain dan olahraga;
11. Memiliki kendaraan operasional.

B. MASJID NASIONAL
1. Masjid Nasional adalah masjid di lbu Kata Provinsi yang ditetapkan oleh Menteri
Agama sebagai Masjid Nasional dan menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat
Pemerintahan Provinsi dengan kriteria:
a. Dibiayai dari Pemerintah Provinsi melalui APBD dan bantuan masyarakat;
b. Berfungsi sebagai pembina Masjid Agung yang ada diwilayah provinsi
bersama dengan Masjid Raya;
c. Kepengurusannya ditetapkan oleh Gubemur atau yang mewakilinya atas
rekomendasi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam berdasarkan
usul Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi dengan mempertimbang-
kan saran dan pendapat masyarakat;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


d. Menjadi contoh dan rujukan masjid yang ideal dalam wilayah Nasional;
e. Memiliki fasilitas/ bangunan penunjang seperti kantor, bank syariah, toko,
aula, hotel atau penginapan, poliklinik, sekolah atau kampus;
f. Memiliki nilai budaya, arsitektur nasional dan memiliki potensi sebagai
tempat tujuan wisata, baik domestik maupun mancanegara;
g. Memiliki nilai sejarah kebangsaan.

2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Gubernur
atau yang mewakilinya untuk waktu 3 (Tiga) tahun, dan dapat dipilih kembali
maksimal 2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representatif dari perwakilan
pemerintah, organisasi Islam dan perwakilan masyarakat;
c. Memiliki uraian kerja dari struktur kepengurusan dan menempatkan
personil pengurus sesuai dengan kompetensinya pada uraian kerja;
d. Memiliki sistem adiministrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntabel;
e. Menunjuk pelaksana harian untuk menjalankan roda organisasi kepengurus-
an dan pelayanan terhadap segala aktivitas masjid;
f. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
g. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
h. Merumuskan program jangka pendek, menengah dan panjang;
i. Memiliki sistem pengelolaan bangunan (building management);
j. Memiliki Imam Besar, Wakillmam Besar dan 3 orang Imam serta 3 orang Muazin
yang ditetapkan Gubernur atas rekomendasi Kementerian Agama Provinsi;
k. Memiliki Muadzin minimal 3 (tiga) orang;
I. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
m. Status tanah bersertifikat tanah wakaf;
n. Menerima kritik dan saran dari jamaah.

3. Standar lmarah:
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Menampung perbedaan pend apat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh
Gubernur, Wakil Gubernur, Pejabat Provinsi dan masyarakat umum;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian keislaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


f. Menyiapkan khatib dan cadangan khatib yang berkepribadian shaleh,
berwawasan luas dan memiliki kemampuan dakwah yang baik;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Kuliah Dhuha, kajian
kelslaman sehabis shalat, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam dan
Tabligh Akbar;
h. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan, baik formal seperti TK Perguruan
Tinggi maupun pendidikan non formal seperti Madrasah Diniyah, TPQ Majelis
Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan Kursus-Kursus;
i. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara
lain lembaga zakat, BMT (Baitul Mal Wat Tanwil), Bank Syariah, Koperasi, ATM;
j. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti santunan
fakir, miskin dan yatim piatu, menghimpun hewan qurban dan menyalurkan
kepada yang berhak, dll;
k. Menyelenggarakan Pembinaan Pemuda/ Remaja Masjid;
I. Menyelenggarakan Pelayanan kesehatan dan pemulasaran jenazah;
m. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah keislaman;
n. Menyelenggarakan bimbingan I pelatihan manasik haji dan umroh;
o. Menyelenggarakan siaran dakwah melalui media televisi dan radio, minimal
dalam bentuk radio yang disiarkan secara luas;
p. Menyelenggarakan dakwah melalui website yang dikelola secara aktif;
q. Menyiarkan khutbah dan ceramah melalui internet (streaming dan you tube);
r. Mengelola sosial media seperti facebook dan twitter.

4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 10.000 jamaah, lengkap
dengan garis shaf, bersih dan nyaman;
2. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih minimal 100 unit
serta tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimal2 ruang tamu khusus (VIP);
4. Memiliki Ruang Serbaguna (Aula) dengan kapasitas minimal 500
tempat duduk;
5. Memiliki tempat wudhu yang terpisah untuk pria dan wan ita sebanyak
300 kran, tempat buang air kecil sebanyak 150 unit dan MCK sebanyak
100 unit yang mudah dijangkau oleh jamaah, termasuk di setiap lantai
atas dan ruang imam serta kantor, dijamin kebersihan dan kenyamannya;
6. Memiliki sound sistem dengan kapasitas 10.000 MW yang telah
diakustik dan memiliki ruangan khusus;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


7. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset;
8. Memiliki sarana jalan untuk penyandang cacat.

b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam dan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
4. Memiliki minimaiS kelas belajar;
5. Memiliki Ruang perkantoran yang dapat menunjang pemakmuran
masjid;
6. Memiliki halaman parkir yang luas;
7. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah di setiap
pintu masuk masing-masing 3000 kotak;
8. Memiliki minimal2 Ruang konsultasi;
9. Memiliki minimaiS kamar penginapan;
10. Memiliki minimall unit mobil ambulan;
11. Memiliki sarana bermain dan olahraga;
12. Memiliki kendaraan operasional.

C. MASJID RAYA
1. Masjid Raya adalah masjid yang berada di lbu Kota Provinsi, ditetapkan oleh
Gubernur atas rekomendasi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
sebagai Masjid Raya, dan menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat Pemerintah-
an Provinsi dengan kriteria:
a. Dibiayai oleh Pemerintah Provinsi melalui APBD dan dana masyarakat;
b. Berfungsi sebagai pembina Masjid Agung yang ada diwilayah provinsi;
c. Kepengurusannya ditetapkan oleh Gubernur atau yang mewakilinya atas
rekomendasi Kepala Kantor Wilayah Kernen terian Agama Provinsi berdasar-
kan usulan jamaah/ masyarakat;
d. Menjadi contoh dan rujukan masjid yang ideal dalam wilayah provinsi;
e. Memiliki fasilitas/ bangunan penunjang seperti kantor, bank syariah, toko,
aula, hotel atau penginapan, poliklinik, sekolah atau kampus;
f. Memiliki nilai budaya, arsitektur nasional dan memiliki potensi sebagai tern-
pat tujuan wisata, baik domestik maupun mancanegara;
g. Memiliki nilai sejarah kebangsaan.

2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Gubernur

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


atau yang mewakilinya untuk waktu 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali
maksimal2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representative dari perwakilan
pemerintah, organisasi Islam dan perwakilan masyarakat;
c. Memiliki uraian kerja dari struktur kepengurusan dan menempatkan personil
pengurus sesuai dengan kompetensinya pada uraian kerja;
d. Sistem administrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketatausahaan
yang akuntabel;
e. Menunjuk pelaksana harian untuk menjalankan roda organisasi kepengurusan
dan pelayanan terhadap segala aktivitas Masjid;
f. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam seta hun;
g. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
h. Merumuskan program jangka pendek, menengah dan panjang;
i. Memiliki sistem pengelolaan bangunan (building management);
J. Memiliki Imam Besar, 3 orang imam dan 3 orang Muazin yang ditetapkan oleh
Gubernur atas rekomendasi Kementerian Agama Provinsi;
k. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
I. Status tanah bersertifikat tanah wakaf;
m. Menerima kritik dan saran dari jamaah.

3. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat, shalat
tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Gubernur,
Wakil Gubernur, Pejabat Provinsi dan masyarakat umum;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
f. Menyiapkan khatib dan cadangan khatib yang berkepribadian shaleh,
berwawasan luas dan memiliki kemampuan dakwah yang baik;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Kuliah Dhuha, kajian
kelslaman sehabis shalat, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam dan
Tabligh Akbar;
h. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan, baik formal seperti PAUD Perguruan
Tinggi maupun pendidikan non formal seperti Madrasah Diniyah, TPQ Majelis
Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan Kursus-Kursus;
i. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
lembaga zakat, BMT (Baitul Mal WatTamwil), Bank Syariah, Koperasi, ATM;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


j. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim piatu, menghimpun hewan qurban dan
menyalurkan kepada yang berhak, dll;
k. Menyelenggarakan pembinaan Pemuda/ Remaja Masjid;
I. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan pemulasaran jenazah;
m. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah keislaman;
n. Menyelenggarakan bimbingan/ pelatihan manasik haji dan umroh;
o. Menyelenggarakan siaran dakwah melalui media televisi dan radio, minimal
dalam bentuk radio yang disiarkan secara luas;
p. Menyelenggarakan dakwah melalui website yang dikelola secara aktif;
q. Menyiarkan khutbah dan ceramah melalui internet (streaming dan youtube);
r. Mengelola sosial media seperti facebook dan twitter.

4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 10.000 jamaah, lengkap
dengan garis shaf, bersih clan nyaman;
2. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih minimal 100 unit
serta tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimal 2 ruang tamu khusus (VIP);
4. Memiliki Ruang Serbaguna (Aula) dengan kapasitas minimal 500
tempat duduk;
5. Memiliki tempat wudhu yang terpisah untuk pria dan wanita sebanyak 300
kran, tempat buang air kecil sebanyak 150 unit clan MCK sebanyak 100
unit yang mudah dijangkau oleh jamaah, termasuk di setiap lantai atas dan
ruang imam serta kantor, dijamin kebersihan dan kenyamannya;
6. Memiliki sound sistem dengan kapasitas 10.000 MWyang telah diakustik
dan memiliki ruangan khusus;
7. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset;
8. Memiliki sarana jalan untuk penyandang cacat.

b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam clan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
4. Memiliki minimal 5 kelas belajar;
5. Memiliki Ruang perkantoran yang dapat menunjang pemakmuran masjid;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


6. Memiliki halaman parkir yang luas;
7. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milik jamaah di setiap
pintu masuk masing-masing 3000 kotak;
8. Memiliki minimal 2 Ruang konsultasi;
9. Memiliki minimal 5 kamar penginapan;
10. Memiliki minimall unit mobil ambulan;
11. Memiliki sarana bermain dan olahraga;
12. Memiliki kendaraan operasional.

D. MASJID AGUNG
1. Masjid Agung adalah masjid yang terletak di lbu Kota Pemerintahan Kabupatenl
Kota yang ditetapkan oleh Bupatil Walikota atas rekomendasi Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten I Kota, menjadi pusat kegiatan sosial keagamaan
yang dihadiri oleh pejabat Pemerintah Kabupaten I Kota dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten I Kota dan swadaya masyarakat Muslim;
b. Menjadi pusat kegiatan keagamaan Pemerintahan Kabupaten I Kota atau
masyarakat muslim dalam wilayah Kabupaten I kota;
c. Menjadi pembina masjid-masjid yang ada di wilayah Kabupaten I Kota;
d. Kepengurusan masjid ditetapkan oleh Bupatil Wali Kota atas rekomendasi
Kepala Kantor Kementerian Agama KabupateniKota berdasarkan usulan
KUA Kecamatan, lembaga masyarakat, baik organisasi kemasyarakatan
maupun yayasan;
e. Menjadi contoh dan rujukan masjid yang ideal dalam wilayah KabupateniKota;
f. Memiliki fasilitasl bangunan penunjang seperti kantor, bank syariah, toko,
aula, hotel atau penginapan, poliklinik, sekolah atau kampus.

2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Walikotal
Bupati atau yang mewakilinya untuk waktu 3 (Tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali maksimal 2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representative dari perwakilan
pemerintah, organisasi Islam dan perwakilan masyarakat;
c. Memiliki uraian kerja dari struktur kepengurusan dan menempatkan personil
pengurus sesuai dengan kompetensinya pada uraian kerja;
d. Memiliki sistem administrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntable;
e. Menunjuk pelaksana harian untuk menjalankan roda organisasi kepengurus-
an dan pelayanan terhadap segala aktivitas masjid;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan II


f. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
g. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
h. Merumuskan program jangka pendek. menengah dan panjang;
i. Memiliki sistem pengelolaan bangunan (building management);
j. Memiliki imam besar dan dan 3 orang imam rawatib yang ditetapkan oleh
Bupati/ Walikota atas rekomendasi Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/ Kota;
k. Memiliki Muadzin minimal 2 orang;
I. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
m. Memiliki legalitas status tanah, diutamakan bersertifikat tanah wakaf;
n. Menerima kritik dan saran dari jamaah.

3. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan dengan baik: shalat fardhu lima waktu,
shalat jumat, shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat
gerhana;
b. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Bupati/
Walikota, Pejabat Kab/ Kota dan masyarakat umum;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
f. Menyiapkan khatib dan cadangan khatib yang berkepribadian shaleh,
berwawasan luas dan memiliki kemampuan dakwah yang baik;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Kuliah Dhuha, kajian
kelslaman sehabis shalat, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam dan
Tabligh Akbar;
h. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan, baikformal sepertiTKs.d Perguruan
Tinggi maupun pendidikan non formal seperti Madrasah Diniyah, TPA, Majelis
Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan Kursus-Kursus;
i. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
lembaga zakat, BMT, Bank Syariah, Koperasi, ATM;
J. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban dan menyalur-
kan kepada yang berhak, dll;
k. Menyelenggarakan Pelayanan kesehatan dan pemulasaran jenazah;
1. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah keislaman;
m. Menyelenggarakan bimbingan/ pelatihan manasik haji dan umroh;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


n. Menyelenggarakan pembinaan Pemuda/ Remaja Masjid;
o. Menyelenggarakan siaran dakwah melalui media televisi dan radio, minimal
dalam bentuk radio yang disiarkan secara luas;
p. Menyelenggarakan dakwah melalui website yang dikelola secara aktif;
q. Menyiarkan khutbah dan ceramah melalui internet (streaming dan youtube);
r. Mengelola sosial media seperti facebook dan twitter.

4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 8.000 jamaah,
lengkap dengan garis-garis shaf;
2. Menyediakan alat shalat wan ita (mukenah) bersih minimal 50 unit serta
tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimal 2 ruang tamu khusus (VIP);
4. Memiliki Ruang Serbaguna (aula) dengan kapasitas minimal 300
tempat duduk;
5. Memiliki tempat wudhu yang terpisah untuk pria dan wanita minimal
memiliki kran sebanyak 100 kran, tempat buang air kecil minimal 40
unit dan MCK minima 130 unit yang mudah dijangkau oleh jamaah,
termasuk di setiap lantai atas dan ruang imam serta kantor;
6. Memiliki sound sistem dengan kapasitas 5.000 MW yang telah
diakustik dan memiliki ruangan khusus;
7. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset;
8. Memiliki sarana jalan untuk penyandang cacat.

b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam dan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
4. Memiliki Ruang perkantoran yang dapat menunjang pemakmuran masjid;
5. Memiliki halaman parkir yang luas;
6. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah di setiap
pintu masuk masing-masing 750 kotak;
7. Memiliki minimall Ruang konsultasi;
8. Memiliki minimal 5 kamar penginapan;
9. Memiliki minimallunit mobil am bulan;
10. Memiliki sarana bermain dan olahraga;
11. Memiliki kendaraan operasional.

Himpunan Peraturan Bidang KemasJidan •


E. MASJID BESAR
1. Masjid besar adalah masjid yang berada di kecamatan dan ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah setingkat Camat atas rekomendasi Kepala KUA Kecamatan
sebagai Masjid Besar, menjadi pusat kegiatan sosial keagamaan yang dihadiri oleh
camat, pejabat dan tokoh masyarakat tingkat kecamatan dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Dibiayai atau disubsidi oleh Pemerintah Kecamatan atau organisasi
kemasyarakatan dan yayasan;
b. Menjadi pusat kegiatan keagamaan Pemerintahan Kecamatan;
c. Menjadi pembina masjid- masjid yang ada diwilayah Kecamatan;
d. Kepengurusan Masjid dipilih oleh jamaah dan dikuatkan oleh Camat atas
usul Kepala KUA Kecamatan.

2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Pemerintah
Daerah setingkat Camat untuk waktu 3 (Tiga) tahun dan dapat dipilih kembali
maksimal2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representative dari perwakilan
pemerintah, organisasi Islam dan perwakilan masyarakat;
c. Memiliki sistem adiministrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntable;
d. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
e. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
f. Merumuskan program jangka pendek, menengah dan panjang;
g. Memiliki sistem pengelolaan bangunan (building management);
h. Memiliki Imam Besar, dan 2 orang imam yang ditetapkan oleh Camat atas
usul Kepala KUA Kecamatan;
i. Memiliki Muadzin minimal 2 orang;
J. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
k. Memiliki legalitas status tanah, diutamakan bersertifikat tanah wakaf;
1. Membuka kritik dan saran dari jamaah.

3. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Camat,
Pejabat Kecamatan dan masyarakat umum;

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
f. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Kuliah Dhuha, kajian
kelslaman, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam dan Tabligh Akbar;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan seperti Madrasah Diniyah, TPQ
Majelis Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan Kursus Kursus;
h. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
lembaga zakat, Koperasi, dll;
i. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti santunan
fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban dan menyalurkan
kepada yang berhak, dll;
j. Menyelenggarakan Pelayanan kesehatan dan pemulasaran jenazah;
k. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah keislaman;
1. Menyelenggarakan pembinaan Pemuda/ Remaja Masjid;
m. Menyelenggarakan bimbingan I pelatihan manasik haji dan umroh;
n. Menyelenggarakan siaran dakwah melalui media yang dapat diakses masyarakat;
o. Menyelenggarakan dakwah melalui website yang dikelola secara aktif;
p. Menyiarkan khutbah dan ceramah melalui buletin atau selebaran yang
mudah untuk dibagikan kepada masyarakat.

4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 5.000 jamaah, lengkap
dengan garis-garis shaf;
2. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih minimal 30 unit serta
tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimall ruang tamu khusus (VIP);
4. Memiliki Ruang Serbaguna (Aula);
5. Memiliki tempat wudhu sebanyak 50 kran dan MCK sebanyak 20 unit
yang mudah dijangkau oleh jamaah, termasuk di setiap lantai atas dan
ruang imam serta kantor;
6. Memiliki sound sistem dengan kapasitas 4.000 MW yang telah
diakustik dan memiliki ruangan khusus;
7. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset;
8. Memiliki sarana jalan untuk penyandang cacat;
9. Memiliki infokus dan layarnya yang terpasang secara permanen atau ti-
dak permanen.
b. Fasilitas Penunjang

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam dan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
4. Memiliki Ruang perkantoran yang dapat menunjang pemakmuran masjid;
5. Memiliki halaman parkir yang luas;
6. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah di setiap
pintu masuk masing-masing 500 kotak;
7. Memiliki minimall Ruang konsultasi;
8. Memiliki minimal 2 kamar penginapan;
9. Memiliki 1 unit mobil am bulan;
10. Memiliki sarana bermain dan olahraga;
11. Memiliki kendaraan operasional.

F. MASJID JAM I
1. Masjid Jami adalah masjid yang terletak di pusat pemukiman di wilayah pedesaan
I kelurahan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Berada di pusat Pedesaanl Kelurahanl pemukiman warga, dibiayai oleh
Pemerintahan Desai Kelurahan dan atau swadaya masyarakat;
b. Menjadi pusat kegiatan keagamaan Pemerintahan Desai Kelurahan dan warga;
c. Menjadi pembina masjid, mushalla dan majelis taklim yang ada diwilayah
Desai Kelurahanl Pemukiman;
d. Kepengurusan Masjid dipilih oleh jamaah dan ditetapkan oleh pemerintah
setingkat kelurahanl Desa atas rekomendasi Kepala KUA Kecamatan.

2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh pemerintah
daerah setingkat kelurahanl Desa untuk waktu 3 (Tiga) tahun dan dapat
dipilih kembali maksimal2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representative dari perwakilan,
mushalla, majelis taklim dan tokoh masyarakat;
c. Memiliki sistem adiministrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntable;
d. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
e. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
f. Merumuskan program jangka pendek, menenangah dan panjang;
g. Memiliki sistem pengelolaan bangunan (building management);
h. Memiliki 1 orang imam yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setingkat
kelurahan I Desa setelah memperoleh sertifikasi dari KUA atau ulama setempat;

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


i. Memiliki Muadzin minimal 2 orang;
j. Memiliki Minimal4 orang khatib dan cadangannya;
k. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
I. Memiliki legalitas status tanah, diutamakan bersertifikat tanah wakaf;
m. Membuka kritik dan saran dari jamaah.

3. Standar lmarah:
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Menampung perbedaan pend apat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Lurah I
Kepala Desa/ RW dan masyarakat umum;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
f. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Majelis Taklim, Kuliah
Dhuha, kultum sehabis shalat, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam
dan Tabligh Akbar;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan, khususnya non formal seperti
Madrasah Diniyah, TPQ Majelis Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat), dan Kursus-Kursus yang dibutuhkan jamaah;
h. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
UPZ (Unit Pengumpulan Zakat), BMT, Koperasi, dll;
1. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban dan
menyalurkan kepada yang berhak, dll;
J. Menyelenggarakan Pembinaan Pemuda/ Remaja Masjid;
k. Menyelenggarakan Pelayanan kesehatan dan pemulasaran jenazah;
1. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah keislaman;
m. Menyediakan Buletin Jum'at yang dibagikan kepada Jamaah.

4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 1.000 jamaah,
lengkap dengan garis-garis shaf;
2. Menyediakan alat shalat wan ita (mukenah) bersih minimall 0 unit serta
tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimall ruang tamu;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


4. Memiliki Ruang Serbaguna (Aula);
5. Memiliki tempat wudhu sebanyak 20 kran dan MCK sebanyak 5 unit;
6. Memiliki sound sistem yang memadai dan telah diakustik;
7. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset.
b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam dan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
4. Memiliki klas/ ruang belajar;
5. Memiliki halaman parkir yang cukup untuk mobil, sepeda motor dan sepeda;
6. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah di setiap
pintu masuk masing-masing 100 kotak;
7. Memiliki sarana bermain dan olahraga;
8. Memiliki kendaraan operasional.

G. MASJID BERSEJARAH
1. Masjid Bersejarah adalah masjid yang berada dikawasan peninggalan Kerajaan/
Wali/ penyebar agama Islam/ memiliki nilai besar dalam sejarah perjuangan
bangsa. Dibangun oleh para Raja/ Kesultanan/ para Wali penyebar agama Islam
serta para pejuang kemerdekaan.
2. Kriteria Masjid Bersejarah:
a. Memiliki ciri-ciri arsitektural yang khas sesuai dengan zamannya serta latar
belakang historis, budaya pada zaman Kerajaan Islam maupun zaman
revolusi kemerdekaan;
b. Tercatat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat sebagai eagar
budaya dan memiliki nilai sejarah;
c. Pembiayaan pemeliharaan dan biaya operasional didanai oleh pemerintah
dan/ atau swasta (swadaya masyarakat), dan dari pihak swasta I masyarakat;
d. Menjadi pusat kajian I informasi bagi wisatawan I pengunjung;
e. Kepengurusan masjid ditetapkan oleh Gubernur atas usulan Kemen-terian
Agama Provinsi.

3. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Pemerintah
Daerah (Gubernur/Walikota/ Bupati/ Dinas kebudayaan dan pariwisata serta
Kemeterian Agama) setempat untuk waktu 3 (Tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali maksimal 2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representative dari perwakilan

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


pemerintah, Tokoh Masyarakat atau Ulama, organisasi Islam dan perwakilan
masyarakat;
c. Memiliki sistem adiministrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntable;
d. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
e. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
f. Merumuskan program jangka pendek, menengah dan panjang;
g. Memiliki sistem pengelolaan bangunan (building management);
h. Memiliki Imam Besar, dan 2 orang imam yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat;
i. Memiliki Muadzin minimal2 orang;
J. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
k. Memiliki legalitas status tanah, diutamakan bersertifikat tanah wakaf;
I. Menerima kritik dan saran membangun dari jamaah.

4. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
c. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Pejabat
Pemerintahan setempat;
d. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
e. Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam: Peringatan Maulid, lsra Mi'raj
dan Tahun Baru Islam;
f. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban dan
menyalurkan kepada yang berhak, dll;
g. Melayani konsultasi jamaah seputar informasi dan sejarah masjid;
h. Mensyiarkan khutbah dan ceramah melalui buletin atau selebaran yang
mudah untuk dibagikan kepada masyarakat/ jamaah.

5. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang utama shalat, lengkap dengan garis-garis shaf;
2. Memiliki tempat wudhu minimal 20 kran dan MCK bersih minimal 10
unit yang mudah dijangkau oleh jamaah;
3. Memiliki sound sistem yang telah diakustik dan memiliki ruangan
khusus penyimpanannya;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan a


4. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset.
b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang penyimpanan benda-benda bersejarah;
3. Memiliki halaman parkir yang luas;
4. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah di setiap
pintu masuk;

H. MASJID 01 TEMPAT PUBLIK


1. Masjid ditempat publik adalah masjid yang terletak dikawasan publik untuk mem-
fasilitasi masyarakat dalam melaksanakan ibadah, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Berada di kawasan tertentu seperti kantor perusahaan, pabrik, perbankan,
kampus, sekolah I madrasah I pondok pesantren, rumah sa kit, hotel, bandar
udara, pelabuhan, terminal bus, stasiun kereta api, mall/ plaza, pasar tradisional,
SPBU, Rest Area, Kapal Laut dan tempat umum lainnya;
b. Dibangun I dibiayai oleh pemerintah I perusahaan I instansi terkait/ biaya
dari pihak swasta/ masyarakat;
c. Diusahakan merupakan bangunan tersendiri terpisah dari bangunan utama,
atau ruangan khusus yang memang diperuntukan untuk ibadah;
d. Memiliki ruang ganti/ ruang khusus bagi khatib, imam yang memadai;
e. Berfungsi untuk pembinaan keagamaan, karakter dan tradisi keilmuan/
budaya kerja bagi para karyawan, jamaah, mahasiswa/ i dan masyarakat;
f. Pengurus dipilih oleh jamaah atau pimpinan perusahaan I instansi/ kampus
yang sesuai dengan otoritas kerjanya.
2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh kepala
instansi atau yang mewakilinya atas usul dari jamaah;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan reprentative dari perwakilan
manajemen dan karyawan I dosen atau mahasiswa;
c. Memiliki Sistem administrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntable;
d. Melakukan rapat/ musyawarah kerja minimal sekali dalam setahun;
e. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam tiga bulan;
f. Merumuskan program jangka pendek, menangah dan panjang;
g. Memiliki minimum 1 orang imam, 1 orang Muazin dan 1 orang petugas
kebersihan;
h. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
i. Menyediakan kotak amal dan kotak saran .

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


3. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat Jum'at, shalat
tarawih/ shalat ldul Fitri/ shalat ldul Adha bila memungkinkan;
b. Selain waktu-waktu shalat, dianjurkan membuka fasilitas masjid 24 jam setiap
hari jika memungkinkan;
c. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
d. Menentukan tema materi khutbah, ceramah dan kajian kelslaman lainnya
sesuai dengan kebutuhan jamaah;
e. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti kajian setelah shalat
dzuhur atau ashar dan Peringatan Hari Besar Islam;
f. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
lembaga zakat, BMT Baitul Mal Wat Tamwil), Koperasi, dll;
g. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin, dhuafa dan yatim, menghimpun hewan qurban dan
menyalurkan kepada yang berhak, dll;
h. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah keislaman;
i. Mensyiarkan khutbah dan ceramah melalui buletin atau selebaran yang mu-
dah untuk dibagikan kepada masyarakat/ jamaah.

4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung minimum 100 jamaah,
lengkap dengan garis-garis shaf;
2. Memiliki tempat wudhu minimum 10 kran, toilet bersih minimum 5
unit dan MCK sebanyak minimum 5 unit yang mudah dijangkau oleh
jamaah;
3. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih serta tempat
penyimpanannya;
4. Memiliki sound sistem dengan kapasitas dan ruangan khusus;
5. Memiliki infokus dan layarnya yang terpasang secara permanen atau
tidak permanen bila dimungkinkan;
6. Memiliki peralatan kebersihan, keindahan lingkungan, keamanan dan
kenyamanan jamaah, dll.
b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam dan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;

H1mpunan Peraturan 81dang KemaSJidan •


4. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah;
5. Memiliki ruang konsultasi jamaah.

I. MUSHALLA
1. Mushalla adalah masjid kecil yang terletak di kawasan pemukiman maupun publik
untuk memfasilitasi masyarakat melaksanakan ibadah dengankriteria sebagai
berikut:
a. Berada di kawasan tertentu seperti pemukiman setingkat RT, kantor,
perusahaan, pabrik, kampus, sekolah, rumah sakit, hotel, bandar udara,
pelabuhan, terminal bus, stasiun, mall, SPBU, Restoran dan tempat umum
lainnya;
b. Dibangun I dibiayai oleh Pemerintahl lnstansi, perusahaan atau swadaya
masyarakat;
c. Bangunannya tersendiri atau berupa ruangan khusus pada bangunan I
gedung yang diperuntukkan untuk ibadah;
d. Berfungsi sebagaimana umumnya masjid, yakni sebagai tempat shalat
berjamaah masyarakat dan untuk pembinaan kelslaman, akhlak, dan tradisi
keilmuan;
e. Pengurus ditetapkan dan dilantik oleh jamaah atau pimpinan perusahaan,
instansi yang sesuai dengan otoritas kerjanya;
f. Mushalla di lingkungan masyarakat menjadi bagian dari pembinaan masjid
disekitarnya.
2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid dilantik clan ditetapkan oleh kepala
instansi, Kepala Perusahaan atau tokoh masyarakat atas usul dari jamaah;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan masyarakat atau kar-yawan
sebagai penanggungjawabnya;
c. Melakukan rapat sesuai kebutuhan;
d. Merumuskan program jangka penjang yang bersifat rutin dan kegiatan
penunjang lainnya;
e. Memiliki minimall orang imam clan termasuk menjadi ustadz di mushalla
tersebut;
f. Memiliki Muadzin minimal2 orang;
g. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama
setempat;
h. Memiliki legalitas status tanah, diutamakan bersertifikat tanah wakaf;
i. Menyediakan kotak amal dan kotak saran.

3. Standar lmarah :

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat tarawih
bagi mushalla di lingkungan masyarakat;
b. Selain waktu-waktu shalat, dianjurkan membuka fasilitas masjid 24 jam setiap
hari jika memungkinkan;
c. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
d. Menentukan tema materi, ceramah clan kajian keislaman lainnya sesuai
dengan kebutuhan jamaah;
e. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti kajian keislaman setelah
shalat dzuhur atau ashar, Peringatan Hari Besar Islam, Tabligh Akbar dan Maj-
lisTaklim;
f. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi yang
merupakan turunan program dari masjid;
g. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban clan menyal-
urkan kepada yang berhak.

4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung minimum 20 orang
jamaah, lengkap dengan garis-garis shaf, terjamin kebersihan dan
kenyamanannya;
2. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih serta tempat
penyimpanannya;
3. Memiliki tempat wudhu minimal 5 kran, tempat buang air kecil minimal
2 unit clan MCK bersih minimal sebanyak 1 unit yang mudah dijangkau
oleh jamaah;
4. Memiliki sound sistem yang memadai dan telah diakustik.

b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah.

BABIV
PEMBINAAN IDARAH

1. Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah shalat, tempat mengayomi dan membina
umat sekitarnya secara aktif. Fungsi masjid sangat luas, maka perlu adanya idarah
(pengelolaan).

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


2. ldarah ialah kegiatan mengembangkan dan mengatur kerjasama dari banyak orang
guna mencapai suatu tujuan tertentu.
3. Tujuan idarah masjid ialah agar lebih mampu mengembangkan kegiatan, makin dicintai
jamaah dan berhasil membina dakwah di lingkungannya. Termasuk dalam pengertian
idarah ialah, perencanaan, pengorganisasian, pengadministrasian, keuangan dan
pengawasan.

A. PERENCANAAN
1. Pengurus Masjid dalam jabatan apapun hendaknya memiliki keahlian memimpin
(leadership), mampu memahami seluruh tugas dan permasalahan dalam bidang-
nya dan merumuskan rencana yang akan dilakukan bersama secara baik, efisien
dan efektif.
2. Semua unit kepengurusan harus mempunyai rencana yang jelas dan kongkret
dalam bidangnya. Suatu rencana yang kongkret berisi beberapa aspek yaitu :
a. Apa isi rencana, tujuan dan target dari rencana tersebut;
b. Mengapa rencana tersebut dibuat, apa alasan-alasan atau latar belakangnya;
c. Bagaimana rencana itu dilaksanakan dijelaskan secara lengkap teknik dan
tahap-tahapnya;
d. Oleh siapa dilaksanakan dan siapa atau apa sasarannya. Apakah seorang
atau satu kelompok orang atau suatu organisasi atau panitia. Dijelaskan
organisasinya, baik yang melaksanakan maupun sasarannya;
e. Kapan dilaksanakan. Hal ini meliputi berapa lama dan kapan. Sebaliknya
dilengkapi dengan jadwal dari hari ke hari, semenjak persia pan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan;
f. Dimana hal itu dilaksanakan. Sebutkan nama kota, desa, ruang dan
semacamnya;
g. Berapa biaya, semuanya dinyatakan secara mendetail, dari mana sumber
biaya tersebut dan untuk apa.

3. Pengurus Masjid perlu mengadakan rapat-rapat Untuk mempersiapkan dan


merealisasikan suatu rencana. Rapat pengurus masjid sebaiknya dilaksanakan
secara periodik baik sekali dalam sebulan atau sekali dalam dua minggu. Waktu
rapat ditetapkan dalam rapat sebelumnya.

4. Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam rapat :


a. Acara yang jelas. Kapan dimana Siapa yang berbicara? Siapa panitianya?
Siapa saja yang diundang? Apa alat yang diperlukan? Kegiatan apa yang
perlu diadakan? Berapa biaya yang dibutuhkan? Untuk apa biaya tersebut?
Dari mana sumbernya?

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


b. Target rapat harus kongkret;
c. Pemimpin rapat hendaknya menghayati betul apa yang ingin dicapai;
d. Ketegasan pemimpin rapat. Tegas dalam arti harus selalu mengarahkan rapat
kepada tujuan dan target yang telah ditentukan di atas;
e. Menjaga waktu. Rapat sebaiknya diadakan tepat pada waktu yang telah
ditetapkan seperti tertulis dalam undangan. Lama suatu rapat sebaiknya
antara dua jam dan maksimum tiga jam;
f. Pemimpin rapat harus mempersiapkan beberapa pilihan keputusan rapat.
Suatu rapat dapat dimaksudkan sebagai wahana untuk menguji pemecahan-
pemecahan yang sudah dipikirkan atau bahkan ditulis. Pemimpin rapat harus
bijaksana, agar sifat suatu rapat tetap terpelihara;
g. Semua keputusan dan jalannya rapat dicatat dalam notulen rapat. Notulen
memuat ikhtisar ringkas isi pembicaraan, kesimpulan dan data waktu dan
peserta rapat. Notulen dapat segera disusun oleh sekretaris begitu selesai
rapat, diperbanyak dan dikirimkan kepada peserta rapat, baik yang hadir
maupun yang tidak hadir dalam rapat. Manfaat notulen adalah merekam
semua kesimpulan rapat sehingga dapat dikoreksi dan yang tidak hadir dapat
segera mengetahui keputusan rapat.
5. Pengurus Masjid dalam melaksanakan suatu kegiatan dapat membentuk suatu
panitia, yaitu organisasi yang sifatnya sementara. Masa jabatan suatu panitia
dapat satu bulan atau sampai selesainya tugas yang dibebankan. Susunan dan luas
kepanitiaan disesuaikan dengan luasnya tugas. Tugas-tugas masjid yang
memerlukan kepanitiaan adalah:
a. Peringatan Maulid Nabi, lsra Mi'raj dan lain-lain;
b. Membangun sekolah, tempat wudlu, menara;
c. Rehabilitasi masjid;
d. MembuatTaman Pendidikan AI-Qur'an.

B. ORGANISASI KEPENGURUSAN
1. Struktur Kepengurusan sekurang-kurangnya terdiri dari Penasihat, Ketua,
Sekretaris/ Ketua Bidang ldarah, Bendahara, Ketua Bidang lmarah dan Ketua Bi-
dang Ri'ayah dengan jumlah pengurus yang disesuaikan pada luasnya pekerjaan;
2. Masa jabatan Pengurus masjid berkisar antara 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun atau
selama-lamanya 5 tahun. Pada akhir masa jabatannya pengurus wajib menyampaf-
kan pertanggung jawaban;
3. Pemilihan pengurus dapat dilaksanakan ba'da shalat Jum'at maupun shalat rawatib
dengan cara musyawarah antara jamaah masjid;
4. Pengurus yang akan dipilih hendaknya bertempattinggal di sekitar masjid;
5. Pengorganisasian pengurus harus jelas dan mengikut sertakan jamaah secara lebih

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


luas dalam batas keahlian dan kemampuannya;
6. Tugas masjid secara umum sekurang-kurangnya adalah:
a. Pembinaan Organisasi dan Administrasi atau idarah. Tugasnya meliputi
masalah organisasi, kepengurusan, personalia, perencanaan, sarana
(perlengkapan), administrasi keuangan dan semuanya.
b. Pembinaan kemakmuran atau imarah. Tugasnya meliputi masalah
pembinaan. peribadatan, pembinaan pendidikan formal (baik pendidikan
agama maupun pendidikan umum), pendidikan luar sekolah, majelis taklim,
pembinaan remaja, wanita, perpustakaan, taman kanak-kanak peringatan
hari besar Islam, peringatan hari besar nasional dan pembinaan ibadah sosial.
7. Susunan struktur organisasi pen gurus masjid sekurang-kurangnya terdiri atas:

KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA

Bidang ldarah Bidang Ri'ayah

Bidang lmaroh

Badan-Badan/
Lembaga-Lembaga

C. ADMINISTRASI
1. Administrasi Masjid adalah kegiatan mencatat dan mendokumentasikan pekerjaan
untuk mengetahui secara pasti pekerjaan dan keadaan yang sedang berjalan dan
akan dilakukan, mengevaluasi kemajuan serta sejarah perkembangan masjid.
2. Tujuan Administrasi Masjid adalah:
a. Masjid terawat dengan baik dan selalu bersih;
b. Roda organisasi dan administrasi masjid berjalan lancar;
c. Peribadatan terlaksanakan dengan baik;
d. Program pendidikan dan sosial berhasil sebagaimana direncanakan.
3. Administrasi Jamaah adalah pencatatan data jamaah tetap dan tidak tetap yang
tinggal disekitar masjid dan secara tetap ataupun sewaktu waktu datang ke
masjid baik dalam kegiatan shalat rawatib atau shalat jum'at. Administrasi jamaah
memuat data kehadiran, jumlah jamaah, nama jamaah, pekerjaan, keahlian dan
latar belakang pendidikannya yang dicatatkan pada buku besar.

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjiddn


4. Administrasi Surat Menyurat adalah kegiatan pencatatan dan penyimpanan surat
masuk dan surat keluar yang dilakukan oleh Pengurus Masjid dengan sistem
kearsipan dinamis dengan tata cara sebagai berikut:
a. Surat hendaknya ringkas, padat, tidak perlu memakai banyak kalimat, cukup
2 alinea atau lebih, tergantung pada isi surat;
b. Model surat tidak penting, yang pokok mengungkapkan masalah dengan jelas;
c. Surat diberi nomor, agar memudahkan penyimpanan Kode surat tergantung
masing-masing, sesuai dengan masalahnya;
d. Surat dibuat sedikitnya dua eks. Satu dikirim ke alamat dan yang satu untuk
arsip, disimpan guna pengecekan kemudian hari;
e. Semua surat yang dikirim, demikian juga yang diterima harus dicatat;
f. Semua surat disimpan dalam map snelhechter atau map ordner, agar
gam pang mengambil kembali di kemudian hari.
5. Jumal masjid adalah ikhtisar kegiatan masjid. Baik oleh pimpinan, bidang-bidang
atau siapa saja di lingkungan pengurus masjid. Kemanfaatannya ialah sebagai
suatu rekaman kegiatan untuk bahan evaluasi kemudian hari. Jurnal juga berg una
untuk menyusun laporan bagi pengurus masjid.

No. Hari & Tgl. Peristiwa lkhtiar Singkat

1. Sen in Peringatan Acara diadakan di dalam


12 Desember lsro Mi'raj. Masjid, Pembicara adalah:
2014 a.......................................................
Jam : 20.00 s/d b......................................................
23.00

Hadir masyarakat .......................


Hadir pejabat, yaitu ..................

2. Dst-dst.

6. Administrasi Khatib merupakan bagian dari administrasi kemasjidan yang menjadi


tugas Sekretaris. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut diadakan pembagian
tugas diantara para sekretaris. Kegiatan administrasi tersebut dapat dilakukan pada
jam-jam tertentu sehabis Jum'at, atau sore hari. Administrasi Khatib meliputi:
a. Daftar Khatib terdiri dari nama dan jadwal khatib untuk tiap minggu dalam satu
tahun. Setiap sebulan daftar ini diumumkan di papan pengumuman terutama
nama khatib yang berkhutbah pada hari tersebut;
b. Terna/ Judul Khutbah yang disusun selama satu tahun untuk menghindari
agar khatib tidak membahas tema yang sama dengan khatib sebelumnya.

H1mpunan Peraturan 61dang KemaSJidan •


7. Administrasi perlengkapan masjid dibuat dalam bentuk daftar inventaris Barang-
barang untuk memudahkan kontrol dan pemeliharaan. Barang barang yang
menjadi perlengkapan Masjid pengadaannya diprogramkan secara berangsur,
baik dari dana masjid atau bantuan masyarakat yaitu :
a. Gedung kantor atau ruangan untuk kantor;
b. Komputer/ Laptop; k. Meja dan kursi untuk bekerja;
c. Printer; 1. Meja dan kursi untuk tamu;
d. Pengeras suara; m. Pesawat telepon;
e. Alat-alat perkantoran; n. Buku kepustakaan, majalah
f. Papan tulis (White board); dan surat kabar;
g. Papan pengumuman; 0. Penyimpanan surat kabar;
h. Papan nama khatib; p. Mimbar;
i. Kamera; q. Perlengkapan shalat;
J. Papan nama masjid; r. Keranjang sampah;

Contoh Daftar lnventaris :

No. Nama Barang Jml Merek Keadaan


1. Komputer 1 As us baik
2. Printer 1 HP baik
3. Pengeras Suara 2 TOA baik
4. Microphone 4 TOA baik
5. dll.

D. KEUANGAN
1. Pengelolaan Keuangan meliputi pengadaan uang, pembelanjaan yang tepat dan
administrasi keuangan yang baik;
2. Tujuan pengelolaan keuangan adalah untuk menumbuhkan kepercayaan antar
pengurus masjid dan masyarakat sehingga mendorong orang agar lebih senang
beramal;
3. Uang masjid adalah uang amanat, karena itu pengeluarannya didasarkan pada
prinsip kehati-hatian berdasarkan suatu rencana yang sungguh sungguh jelas, dan
nyata untuk keperluan masjid;
4. Prinsip-prinsip umum dalam keuangan Masjid :
a. Pos pengeluaran hendaknya disusun tiap awal tahun anggaran menjadi
suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Masjid (APBM), yaitu suatu program
yang menyangkut program pemasukan dan pengeluaran uang;
b. Anggaran belanja masjid disusun berdasarkan program masjid. Artinya kegiatan
apa saja yang akan dikerjakan masjid dalam seta hun yang akan datang;

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


c. Tahun Anggaran Masjid dapat dimulai pada Muharram s/d DzuiHijjah,
Januari s/d Desember ataupun Aprils/ d Maret.
5. Dalam administrasi keuangan terdapat pos-pos pengeluaran masjid yang tidak
termasuk dalam pengeluaran rutin antara lain;
a. Pemeliharaan dan pembangunan fisik;
b. Pembinaan peribadatan;
c. Pembinaan pendidikan;
d. Pembinaan sosial;
e. Pembinaan organisasi dan administrasi.
6. Seluruh pemasukan dan pengeluaran uang hendaknya dicatat dalam buku kas
setiap terjadi pemasukan dan pengeluaran. Buku kas hendaknya secara terbuka
dapat dikontrol oleh pengurus, bahkan bila perlu oleh jamaah. Buku kas tiap bulan
ditutup, ditandatangani oleh bendaharawan dan ketua masjid.
7. Khatib diberikan honorarium yang besarnya tergantung kelaziman di lingkungan
untuk pembelian buku/ kitab/ majalah, agar khatib mempersiapkan diri
berkhutbah atau berceramah.
8. Pedoman umum pengeluaran adalah :
a. Semua pengeluaran hendaknya memakai kwitansi;
b. Pembelian barang dari luar, selain kwitansi menyertakan juga faktur tanda
pembelian dari toko;
c. Pengeluaran kurang dari Rp.l 00.000,- memakai materai Rp. 3.000,
Pengeluaran di atas Rp. l.OOO.OOQ- memakai materai Rp. 6.000,-;
d. Pengeluaran hendaknya sesuai dengan program yang direncanakan.
Pembelian yang diinginkan tapi belum masuk program, hendaknya masuk
program bulan depan. Kecuali bila nyata-nyata sangat mendesak;
e. Semua bukti pengeluaran hendaknya disimpan dalam file tersendiri yang
sewaktu-waktu dapat dicek;
f. Uang tunai sebaiknya disimpan dalam brankas di kantor atau disimpan
di bank. Sebaiknya tidak menyimpan uang kas di rumah. Selain dapat
berbahaya bila ada pencuri, kebakaran dan sebagainya juga mudah kena fitnah;
g. Uang kas tidak dapat dipinjamkan baik pribadi ketua, bendahara, pengurus
lain atau anggota jamaah;
h. Semua kwitansi diberi nomor sendiri.
9. Tromol dan Pengumuman Keuangan dibuat beberapa buah dan diberi nomor.
Usahakan bentuknya yang baik dan man is, terkunci dan suaranya tidak menggang-
gu jamaah. Pembukaan tromol hendaknya disaksikan beberapa orang dan segera
sesudah shalat Jum'at berlangsung setelah dihitung kemudian dibuat berita
acara atau catatan pendapatan yang ditandatangani beberapa orang dan menjadi
bukti pemasukan uang dalam buku kas. Hasil pengumpulan dari tromol maupun

Himpunan Peraturan Btdang Kemasjtdan a


penerimaan lain-lain ditulis dengan jelas dan ditandatangani untuk diumumkan
kepada jamaah.

Contoh berita acara :

Pada hari Jum'at, tanggal .......................................................... telah dibuka tromol


masjid dan tercatat hasilnya sebagai berikut:
1. Tromol No. 1 sebesar Rp......................................................................................................
2. Tromol No.2 sebesar Rp......................................................................................................
3. Tromol No.3 sebesar Rp......................................................................................................
dan seterusnya ........................................................................................................................
( .............................................................................................................................................. )
............................... 20..........
Tanda tang an

1. 2. 3.

(..................) (. ....................) (......................)

E. PENGAWASAN
1. Pengawasan adalah salah satu fungsi idarah yang penting. Semua rencana
pelaksanaan kegiatan organisasi kepengurusan, administrasi, dan keuangan harus
ada pengawasan;
2. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan oleh pengawas khusus atau oleh
pimpinan itu sendiri. Pengurus secara keseluruhan juga harus mengadakan
pengawasan secara menyeluruh dan terus menerus.

BABY
PEMBINAAN IMARAH
Kegiatan lmarah meliputi :
a. Kegiatan Peribadatan; g. Pembinaan lbadah Sosial;
b. Majlis Taklim; h. Peringatan HBI dan Hari Besar Nasional;
c. Remaja Masjid; i. Pembinaan Wan ita;
d. Perpustakaan; J. Koperasi;
e. Taman Kanak-Kanak; k. Kesehatan.
f. Madrasah Diniyah;

A. Kegiatan Peribadatan
1. Dalam peribadatan yang terpenting adalah shalat fardhu. Pelaksanaan ibadah shalat
fardhu 5 waktu, seharusnya lebih utama dikerjakan secara berjamaah. Sumber
utama keberhasilan shalat 5 waktu adalah banyaknya pengunjung jamaah masjid
dan jamaah dapat mencapai tingkat kesempurnaan yang maksimal dalam shalatnya,

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


untuk itu perlu dilakukan bimbingan dan tuntunan shalat secara tertib dan benar
sesuai dengan tuntunan yang digariskan dalam AI-Qur'an dan Had its Nabi.
2. Kegiatan Peribadatan meliputi:
a. Pembinaan Shalat Fardlu (5 Waktu) meliputi kegiatan;
b. Pembinaan Shalat Jum'at;
c. Pembinaan Muadzin/Bilal;
d. Pembinaan Imam;
e. Pembinaan Khatib;
f. Pembinaan Jama'ah.
3. Pembinaan Shalat Fardhu dilakukan dengan cara:
a. Memperbaiki bacaan dan kaifiyat shalat Imam. Bacaan Imam sangat
menentukan sahnya pelaksanaan shalat jamaah, karena jamaah akan mal as
datang ke masjid, jika bacaan lmamnya tidak fasih. Demikian pula tentang
kaifiyat shaf (barisan shalat) berjamaah, sering dilihat keadaan shof yang tidak
sempurna. Kebanyakan orang berjamaah tidak mengindahkan keutamaan
shaf sehingga dalam barisnya bengkok;
b. Membagi-bagikan buku pedoman shalat praktis kepada jamaah;
c. Menulis bacaan-bacaan shalat di papan tulis, misalnya do'a lftitah, bacaan
tahiyyat dst;
d. Mengadakan pengajian sing kat tentang agama dan syari'at dengan uraian
yang menarik, setelah shalat maghrib dan subuh;
e. Panggilan shalat melalui pengeras suara biasanya dilakukan sebelum waktu
shalat tiba dengan menghidupkan pengeras suara/ kaset mengumandang-
kan ayat-ayat suci AI Qur'an. Baru setelah benar-benar diketahui bahwa waktu
shalat telah masuk segera dilakukan adzan;
f. Penunjukan Imam tetap rawatib dan marbot sekaligus muadzin untuk shalat
tiap-tiap waktu.
4. Pembinaan Shalat Jum'at merupakan fardlu 'ain bagi setiap Muslim yang tidak
udzur atau berhalangan maupun sakit, dilakukan secara berjamaah pada hari
Jum'at waktu dzuhur yang bagi Umat Islam merupakan hari yang mulia (Sayyidul
Ayyam) hari yang paling baik. Sebelum dimulai shalat jum'at perlu diadakan
ceramah agama untuk meningkatkan pemahaman ajaran agama bagi masyarakat.
5. Penyelenggaraan shalat jum'at dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengadaan Seksi Jum'at yaitu penunjukkan petugas sebanyak 2 orang atau
lebih yang tugasnya adalah untuk mengurus persiapan-persiapan pelaksana-
an shalat jum'at. Misalnya mengadakan inventarisasi khatib selama satu
tahun, menunjuk khatib pengganti dan imam pengganti;
b. Penyiapan Sarana yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan kesiapan
dan kebersihan ruang dan sarana shalat Jum'at seperti tikar, karpet, permadani,

Himpunan Peraturan B1dang Kemasj1dan


mihrab, sajadah Imam, tempat Wudlu dan WC, alat alat elektronik dengan
melakukan testing amplifier, speaker, tape recorder dan kasetnya;
c. Pemberitahuan Khatib sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati minimal
2 hari sebelum dilaksanakannya shalat jum'at. Seksi jum'at berkewajiban
untuk menghubungi khatib yang bersangkutan, dan agar segera dicarikan
penggantinya apabila khatib yang bersangkutan berhalangan serta meng-
upayakan jemputan bagi khatib agar kedatangannya bisa tepat waktu;
d. Melaksanakan pengumuman-pengumuman yang dianggap penting sebelum
khatib naik mimbar, seperti mengumumkan uang kas masjid yang diperoleh
dari pendapatan kotak amal jum'at yang lalu, mencakup pengeluaran dan
berapa sisa yang ada agar seluruh jamaah mengetahuinya, Imam dan
khatib yang bertugas sekarang dan jum'at yang akan datang serta peringatan
kepada jamaah agar barisan shalat/ shaf yang di depan yang masih kosong
supaya dipenuhi dengan lurus dan tertib.
6. Mu'adzin/ bilal adalah orang yang melakukan adzan. Adapun adzan ialah suatu
cara untuk menyeru bahwa shalat telah tiba dan akan segera dimulai shalat,
kecuali shalat jamaah, adzan adalah untuk memberitahukan bahwa khutbah akan
dimulai. Setiap orang Islam boleh menjadi muadzin asal dia memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan menu rut Hukum Islam. Yaitu harus tamyiz hafallafal adzan
dan bersuara nyaring sehingga terasa enak di dengar. Saat ini sudah ada speaker,
maka dengan sendirinya bagi seorang mu'adzin tidak harus suaranya keras tetapi
cukup dan terasa enak di dengar. Bahkan akhir-akhir ini banyak perkembangan
seruan/ panggilan di setiap masjid sebelum waktu shalat tiba dengan menghidup-
kan pengeras suara/ kaset yang mengumandangkan ayat-ayat suci AI Qur'an. Baru
setelah diketahui bahwa waktu shalat telah masuk segera adzan dilakukan. Untuk
meningkatkan pembinaan bagi para mu'adzin, dapat dilakukan dengan berlatih
dapat juga dengan mengadakan Iomba adzan yang bertujuan mencari ahli adzan
yang baik, kemudian pemenangnya ditetapkan menjadi muadzin tetap pada
masjid tersebut.
7. Imam sebagai orang yang mengimami shalat berjamaah dalam masjid, mushalla/
langgar dan ditempat lain. Dalam shalat jum'at biasanya pengurus masjid meminta
kepada khatib untuk langsung mengimami. Tetapi adakalanya juga masjid
menetapkan yang menjadi Imam shalat jum'at adalah Imam rawatib tersebut.
Adapun persyaratan Imam menu rut ketentuan Fikih Islam antara lain:
a. Orang yang paling banyak mengerti Fikih Islam;
b. Orang yang paling banyak hafal surat AI Qur'an;
c. Orang yang paling luhur akhlaknya;
d. Orang yang paling tua umurnya;
e. Orang yang paling sempurna fisik dan pakaiannya;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


f. Orang yang paling Wara';
g. Orang yang paling baik suaranya;
h. Orang yang paling banyak mengetahui tata cara shalat berjamaah.
8. Khatib sebagai orang yang memberikan nasihat agama mengenai takwa, iman,
ahlak, tauhid dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah agama mengikuti
situasi setempat serta hal-hal yang aktual dalam masyarakat pada waktu shalat
Jum'at, shalat ldul Fitri, ldul Adha, shalat gerhana dan lain-lain. Penyampaian
khutbah menggunakan bahasa yang dapat difahami oleh jamaah kecuali dalam
melafalkan rukun-rukun khutbah jum'at yang lima macam itu harus menggunakan
bahasa arab. Kedudukan khatib sangat mulia karena sebagai penyambung lidah
Rosulullah SAW untuk memberikan bimbingan serta pembinaan umat Islam dalam
mengamalkan ajaran Islam secara baik. Persyaratan khatib menurut ketentuan fikih
Islam antara lain :
a. Menguasai ilmu agama Islam;
b. Berakhlak mulia;
c. Sewaktu berkhutbah dengan berdiri jika kuasa;
d. Hendaklah dengan suara yang keras, jelas agar terdengar oleh bilangan jama'
ah yang sah untuk shalat jum'at;
e. Khatib hendaklah duduk di antara dua khutbah, sekurang kurangnya
berhenti sebentar;
f. Suci dari pada hadats dan najis;
g. Menutup aurat.
9. Pembinaan pada Jamaah merupakan salah satu tugas pengurus masjid untuk
membina jamaah, agar menjadi orang shaleh yang berfikir dan berbuat sesuai
dengan ajaran Islam yang dapat membina, memelihara clan membiayai serta
mengembangkan fungsi Masjid. Ada 3 macam usaha membina jamaah yaitu :
a. Melakukan perbaikan roda organisasi dan pengaturan masjid. Mengorganisasi
masjid berarti menghimpun semua urusan yang menyangkut masjid ke
dalam satu kesatuan yang berjalan lancar dibawah pimpinan satu badan
hukum seperti Yayasan atau pengurus yang dapat bertindak mewakili semua
unsur jamaah yang ada.
b. Masyarakat sekitarnya hendaknya ditarik berkunjung ke masjid secara
kontinu dengan kegiatan-kegiatan yang menarik dan memikat hati jamaah.
Kegiatan-kegiatah dimaksud meliputi :
1. Pelaksanaan shalat rawatib dan shalat Jum'at;
2. Pengajian tetap, remaja, kaum ibu dan pendidikan praktis yang bersifat
meningkatkan kesejahteraan hidup;
3. Amaliyah Islam, umpamanya zakat, penyembelihan qurban khitanan
massal dan lain-lain.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


c. Pendaftaran jamaah meliputi nama, umur, alamat. jenis, peke~aan, pendidikan,
keahlian dan lain-lain. Hal itu diperlukan agar pembinaan jamaah masjid
dapat dilaksanakan secara terencana, kontinu dan sistimatis. Para jamaah
akan sa ling mengenal dan memiliki ikatan emosional antara jamaah dengan
masjid sehingga mereka menjadi senang, kerasan dan cinta kepada masjid.

B. Kegiatan Majelis Taklim


1. Majelis Taklim merupakan salah satu kegiatan yang penting/ pokok bagi
masjid baik di perkotaan maupun di pedesaan yang diikuti oleh seluruh
Ia pi san masyarakat pria, wan ita, pemuda dan remaja.
2. Standar Pengelolaan Majelis taklim adalah :
a. Majelis taklim harus memiliki pedoman yang jelas;
b. Majelis taklim harus punya kurikulum agama dan umum;
c. Methode mengajar terdiri atas ceramah, Tanya jawab/ dialogis dan media
audio visual untuk menyampaikan materi pembelajaran;
d. Materi yang diajarkan hendaknya dibuatkan modul ataupun buku
pegangan agar menjadi pedoman bagi pengajar, dapat dibaca ulang oleh
peserta dan dapat diajarkan kepada keluarga di rumah;
e. Tenaga pengajar, peserta dan lain-lain di administrasikan;
f. Diadakan sistim evaluasi.

C. Kegiatan Remaja Masjid


1. Pembinaan remaja merupakan kegiatan yang perlu mendapat perhatian di
lingkungan masjid. Karena remaja adalah harapan orang tua, harapan bangsa
dan negara. Peranan pemuda dalam meneruskan perjuangan bangsa sangat
diharapkan, ditangan pemudalah terletak kemajuan dan kemunduran bangsa.
Sesuai dengan yang dikatakan Ulama sesungguhnya di tangan pemudalah
terletak kehidupan dan kejayaan bangsa, dan di pundak pemudalah terletak
kehidupan bangsa:·
2. Pembinaan remaja Islam meliputi pembinaan ibadah, diskusi, pembinaan
kewarga negaraan, kesenian, olah raga, rekreasi, latihan bela diri dan pembinaan
ibadah sosial dalam bentuk kegiatan pengajian, tilawatil Qur'an, rebana,
kasidah, olah raga, membagi zakat, dan pengetahuan umum yang sesuai
dengan perkembangan imu pengetahuan dan teknologi yang pelaksanaan-
nya dipusatkan di Masjid.
3. Pembinaan ibadah dilakukan dengan shalat berjamaah pada waktunya,
melibatkan remaja dalam kegiatan peringatan hari besar Islam, pembangunan
masjid, pengumpulan zakat, infak dan shadaqah, pemotongan hewan
kurban dan lain-lain.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


4. Diskusi merupakan salah satu cara untuk menerima pengetahuan dan
bertukar pikiran. Kegiatan ini dapat memberikan cakrawala berpikir, mampu
mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, serta dapat
menerima kebenaran hakiki.
5. Pembinaan kewarganegaraan dimaksud agar remaja Islam memiliki tingkat
kesadaran yang tinggi untuk bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
6. Kesenian seperti drama, qasidah, MTQ dan lain-lain, banyak meminta
perhatian para pembina remaja masjid dan orang tua. Masyarakat kita masih
banyak menilai bahwa musik dianggap perbuatan kontroversial {tidak sesuai)
dengan agama. Maka pelaksanaan kegiatan musik tersebut sebaiknya
dilaksanakan di luar masjid.
7. Olah raga di lingkungan halaman masjid bisa berupa ten is meja, bulu tangkis
dan bola volly. Dengan tujuan untuk mengarahkan mereka kepada hal-hal
yang sportif dan dinamis serta menghindarkan mereka dari kegiatan-
kegiatan negatif.
8. Rekreasi dapat dilakukan dengan cara berkemah, darmawisata. Kegiatan
ini penting bagi remaja untuk mengenal dan mencintai alam sekitar, yang
akhirnya dapat menghayati kebesaran dan kekuasaan llahi, yang dapat
membuahkan keteguhan iman kepada Allah SWT.

D. Kegiatan Perpustakaan
1. Perpustakaan masjid didirikan di lingkungan I lokasi masjid untuk digunakan
oleh jamaah masjid khususnya dan masyarakat umumnya. Perpustakaan masjid
tersebut diharapkan dapat menjaring informasi informasi yang merupakan
konsumsi bagi masyarakat yang dilayaninya.
2. Perpustakaan masjid diarahkan untuk dapat menyediakan bahan pustaka
selengkap mungkin mengenai masalah yang diperlukan oleh para jamaah
masjid dan masyarakat setempat di sekitarnya, sehingga kebutuhan akan
bahan bacaan yang diperlukan oleh masyarakat pemakai itu dapat terpenuhi.
3. Petugas perpustakaan masjid diharapkan mempunyai kualifikasi sebagai
berikut:
a. Sedikit banyak memahami ilmu agama islam dan bahasa Arab;
b. Tingkat pendidikan sekurang-kurangnya sederajat SLTA;
c. Mempunyai minat terhadap buku dan perpustakaan.
4. Perpustakaan masjid harus mempunyai organisasi yang jelas dengan struktur
organisasi dan menggambarkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
perpustakaan masjid sebagai berikut:

Himpunan Peraturan Bidang KemasJidan


PERPUSTAKAAN MASJID
KEPALA

URUSAN TEKNIS URUSAN PELAYANAN

PENGADAAN LOKASI KEANGGOTAAN

KATALOGISASI SIRKULASI

KLASIFIKASI PINJAM ANTAR


PERPUSTAKAAN
PENYELESAIAN REFERENSI

PENYUSUNAN BUKU STATISTIK


DAN KARTU KATALOG PELAYANAN

Analisa Pekerjaan.
a. Urusan Teknis.
Tugas lata Usaha meliputi pekerjaan surat menyurat, administrasi umum,
penyediaan sarana dan prasarana serta pemeliharaan.
b. Pengadaan Koleksi.
Tugas pengadaan meliputi pemeliharaan bahan pustaka, usaha-usaha penambahan
koleksi buku dan inventarisasi. Cara mencari buku antara lain dengan jalan
membeli dan meminta sumbangan bisa didapat dari jamaah atau bisa juga dengan
meminta bantuan pemerintah seperti Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pertanian,
Kementerian Kesehatan, Kantor BKKBN dan lain-lain.
c. Pengelolaan Teknis.
Tugas pengelolaan teknis adalah mempersiapkan bahan. pustaka sedem.ikian
rupa sehingga mudah diatur dan didayagunakan. Untuk itu sudah ada peraturan
baik yangmenyangkut carapenyusunan uraian katalog maupun klasifikasi buku-
buku.
d. Peminjaman/ Sirkulasi.
Tugas peminjaman adalah mengatur sirkulasi buku-buku sehingga koleksi yang
ada dapat didayagunakan secara tertib, maksimal dan keutuhan koleksi Relatif
terjaga. Untuk itu masalah keanggotaan tata tertib dan tata cara peminjaman
perlu diatur dengan ketentuan tersendiri.
e. Kesiagaan informasi (pelayanan Referensi).
Kesiagaan informasi adalah kesiagaan perpustakaan dalam menyediakan data dan
informasi yang diminta pengunjung, melalui pelayanan referensi buku.
f. Komisi Perpustakaan.
Tugas komisi perpustakaan adalah sebagai badan penasihat pimpinan

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


perpustakaan dalam rangka mengelola dan mengembangkan perpustakaan.
Untuk menjaga perpustakaan sebaiknya dari orang yang sedikit banyak
memahami ilmu perpustakaan. Untuk memperoleh pengetahuan itu perlu
mengikuti pendidikan perpustakaan baik yang ber sifat penataran, kursus maupun
formal.

E. Kegiatan Pendidikan Berbasis Masjid


1. Masjid sebagai tempat yang terbuka untuk masyarakat dapat memainkan
peranan penting bukan saja merupakan tempat ibadat, tetapi dapat diting-
kat kan menjadi pusat pendidikan masyarakat Islam berbasis Masjid dalam
rangka pembinaan umat.
2. Pendidikan berbasis masjid adalah kegiatan belajar mengajar non formal
yang diselenggarakan di masjid untuk anak-anak remaja, orang dewasa atau
campuran semuanya yang bentuknya bermacam-macam, yaitu :
a. Taman Pendidikan Al-qur'an d. Madrasah Diniyah Wustha;
b. TK I RA (Raudlatul Athfal) I; e. Madrasah Diniyah Ulya.
c. Madrasah Diniyah Awaliyah I Ml;

F. Taman Pendidikan Alqur'an


1. Taman Alqur'an merupakan pendidikan non formal di lingkungan masjid
yang diselenggarakan untuk semua usia dan dikelompokkan menurut
kategori usia peserta yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua.
2. Materi Pembelajarannya meliputi kemampuan membaca huruf Al-qur'an,
ilmu tajwid, hafalan dan ilmu tafsir atau memahami makna ayat-ayat AI qur'an.
3. Kegiatan pembelajaran baca tulis Al-qur'an di Taman Pendidikan Al-qur'an
dikelola langsung oleh pengurus masjid atau mengundang guru yang
berkompeten.

G. Taman Kanak- Kanak


1. TK I RA (Raudlatul Athfal) adalah Taman Kanak-kanak mendidik anak usia
4-6 tahun yaitu menjelang masuk SD, lamanya belajar 2-3 jam sehari, ber-
langsung darijam 7 hingga jam 10.00 dengan mengambil tempat di
ruangan depan masjid, atau boleh juga dilakukan di luar masjid sepanjang
tidak mengganggu pelaksanaan shalat.
2. Pelajaran-pelajaran yang diberikan bersifat hafalan dan praktek ibadah,
seperti belajar hafalan AI-Qur'an, do'a-do'a shalat, belajar bersuci, belajar
Umroh, praktek manasik haji, dan pengamalan keagamaan lainnya sehingga
akan berbekas seumur hidupnya.
3. Hakekatnya semua masjid dimana saja dapat dijadikan tempat pendidikan

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


TK dengan membentuk pengurus khusus untuk membina dan menyiapkan
kebutuhan yang diperlukan dalam pengelolaan TK sebagai berikut:
a. Guru ahli (lulusan sekolah guru TK)
b. Tenaga administrasi
c. Alat tulis seperlunya.
d. Alat bermain ringan di halaman.

H. Madrasah Diniyah
1. Madrasah Diniyah I Ml adalah Lembaga pendidikan dan pengajaran Agama
Islam, berfungsi terutama untuk membantu orang tua dalam memberikan
tambahan pendidikan agama pada anak-anak dengan memanfaatkan
waktu yang tersedia secara optimal dan berencana bagi kegiatan belajar dan
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tenaga guru yang dibutuhkan oleh suatu Madrasah Diniyah adalah
tergantung kepada banyaknya kelas di madrasah tersebut. Dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kepala Madrasah dengan latar belakang pendidikan yaitu untuk
madrasah Diniyah Awaliyah dari lulusan PGAN/ SMTP/ SMTA sederajat
ditambah dengan pengalaman sebagai guru minimal 3 tahun dan
untuk Madrasah Diniyah Wustha dari lulusan PGA 6 Tahun/ SMA
sederajat atau Sarjana Muda;
b. Guru Madrasah Diniyah;
c. Tenaga Tata Usaha.
3. Madrasah Diniyah Awaliyahadalah Madrasah Diniyah tingkat permulaan atau
Sekolah Dasar (SO) dengan masa belajar 4 (empat) tahun dari kelas 1 sam-
pai dengan IV dengan jumlah jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam
seminggu.
4. Tujuan khusus Diniyah Awaliyah ialah:
a. Agar anak cinta terhadap Agama Islam dan berkeinginan untuk
melakukan ibadah shalat dan ibadah lainnya;
b. Memiliki pengetahuan dasar tentang Agama Islam;
c. Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Arab sebagai alat untuk
memahami ajaran agama Islam;
d. Dapat mengamalkan ajaran agama Islam.
5. Pelajaran pada tingkat Madrasah Diniyah Awaliyah adalah (peraturan
Menteri Agama Nomor 3 tahun 1983 pasal8) sebagai berikut:
a. AI-Qur'an;.
b. Hadits;
c. Terjemah;

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


d. Tajwid;
e. Aqidah Akhlak;
f. lbadah Syari'ah;
g. Tarikh Islam;
h. Bahasa Arab;
i. Praktek lbadah.

I. Pembinaan lbadah Sosial


lbadah Sosial adalah ibadah yang umumnya dilakukan di Masjid menyangkut
kepentingan orang banyak (masyarakat) meliputi kegiatan mengurus zakat,
qurban, kematian, membantu fakir miskin, yatim piatu, gotong royong, khitanan
masal, membantu anak terlantar, pelayanan kesehatan penyediaan tempat untuk
akad nikah dengan upacara ritual tanpa mengurangi fungsi masjid sebagai tempat
ibadah.

J. Peringatan RBI dan Hari Besar Nasional


1. Peringatan hari besar Islam (HBI) dan hari besar nasional sudah cukup
melembaga menjadi bagian kegiatan pengurus masjid. Peringatan ini adalah
merupakan usaha memelihara syi'ar Islam dan untuk menyegarkan kembali
penghayatan seseorang terhadap makna dan nilai peristiwa bersejarah dalam
agama lslampelaksanaannya bisa sendiri sendiri atau digabung manakala
memungkinkan dari segi waktunya.
2. Peristiwa bersejarah yang lazim diperingati adalah maulid Nabi, lsro' Mi'roj,
Nuzulul Qur'an dan tahun baru hijriyah, termasukjuga kegiatan menyeleng-
garakan shalat ldul Fitri, ldul Adha dan penyelenggaraan Qurban.
3. Peringatan hari besar Islam luas kegiatannya, maka perlu dilembagakan
sedemikian rupa dalam satu panitia. Panitia bekerja untuk setiap peringatan
Hari Besar Islam dan kemudian kepanitiaan bisa dibentuk kembali pada acara
peringatan berikutnya.
4. Susunan kepanitiaan pada umumnya terdiri dari ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan anggota dan mengikutsertakan banyak unsur seperti Pemuda,
Pengurus, Masjid, Remaja masjid, pejabat setempat dan organisasi sosial. Dalam
pelaksanaannya, Kepanitiaan membuat pembagian tugas agar kegiatan yang
dilakukan berjalan dengan Ia ncar.
5. Pola peringatan hari besar Islam hendaknya tidak semata-mata
pidato/ ceramah kemudian diakhiri dengan makan-makan bersama, tetapi
dengan kegiatan yang bermanfaat seperti kerja bakti bersama remaja dan
pemuda masjid dan jamaah pada umumnya untuk membersihkan ling-
kungan setempat dalam rangka pengamalan dakwah bilhal, kegiatan menanam

Himpunan Peraturan Bidang KemasJidan •


pepohonan/ penghijauan dilingkungan tanah masjid, sambil membuat
penerangan jalan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat
banyak atau juga peresmian seperti meresmikan poliklinik. balai kesehatan,
perpustakaan masjid, membuka sekolah TK, Diniyah dan lbtidaiyah yang
mencerminkan gairah baru di masyarakat karena agama sendiri selalu
mendorong adanya dinamika dan pergaulan dengan lingkungan masyarakat.
6. Shalat ldul Fitri atau ldul Adha bisa diselenggarakan di masjid atau tanah
lapang untuk menumbuhkan syi'ar Islam secara lebih luas dan sekaligus
menampung jamaah sebanyak-banyaknya. Menjelang shalat ldul Fitri atau
ldul Adha dikumandangkan takbir secara tertib dan teratur.
7. Hart Raya ldul Adha ditandai dengan pelaksanaan Qurban yang dilaksanakan
oleh Panitia Qurban yang terdiri dari Pengurus (Takmir) Masjid I Mushalla dan
unsur masyarakat. Tujuannya untuk mendidik umat agar memiliki rasa cinta
berkurban sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Allah Ibrahim dan Ismail,
serta menumbuhkan rasa kebersamaan untuk saling berbagi kebahagiaan
kepada orang yang tidak mampu.
8. Panitia perlu mencatat data qurban dari tahun ke tahun karena kondisi
ekonomi masyarakat kota cenderung lebih banyak kemampuannya untuk
membeli hewan qurban. Panitia melakukan perencanaan pembagian daging
qurban dengan melibatkan Kantor Agama Kabupaten atau PHBI kabupaten
setidak-tidaknya pada tingkat kecamatan untuk menyusun satu daftar
prioritas misalnya rumah yatim/ baitul Aitam,lembaga pemasyarakatan panti
asuhan, panti Werda, asrama pelajar, fakir miskin dan seterusnya agar sasaran-
nya lebih luas.
9. Pelaksanaan pemotongan hewan qurban harus memenuhi syarat secara syar1.
dan memperhatikan tata cara pemotongan dan kesejahteraan hewan qurban
agar tidak menimbulkan atau menularkan penyakit.

K. Pembinaan Wanita
1. Islam telah menempatkan kaum wanita pada kedudukan yang mulia, yaitu
sebagai tiang negara. Apabila wanitanya baik maka keadaan negarapun
baik, dan bila wanitanya buruk maka rusak pulalah negara itu. Untuk itu,
pengurus masjid perlu meningkatkan pengetahuan ibu ibu, baik Agama
maupun umum serta menganjurkan untuk mengikut sertakan para ibu
dalam tugas-tugas bangsa dan negara menurut kemampuan dan bidang
yang dikuasainya.
2. Pengurus masjid perlu mengadakan macam-macam kursus, seperti menjahit,
memotong ram but, merias pengantin, membuat aneka makanan. Ceramah
khusus tentang cara memelihara badan dan mendidik anak, penataran

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Undang-undang perkawinan, tata boga dan lain-lain Untuk lebih meningkat-
kan kualitas kaum wan ita.

L. Koperasi
1. Masjid di samping sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai forum komunikasi
jamaah, forum ini dikembangkan fungsinya sebagai kontak para jamaah dalam
bidang ekonomi antara lain dengan mendirikan koperasi di lingkungan masjid
dan kegiatan kontak usaha antar jamaah untuk meningkatkan kesejahteraan
taraf hid up di antara mereka.
2. Koperasi merupakan suatu unit usaha yang dikelola secara bersama oleh
anggota atas prinsip kekeluargaan disamping kegiatan ekonomi. Koperasi
ini dapat berupa : koperasi simpan pinjam, konsumsi, jasa dan koperasi serba
usaha.
3. Pengurus masjid perlu mensosialisasikan tujuan diadakannya koperasi
bahwa hal tersebut dianjurkan dan sesuai dengan ajaran Islam yaitu untuk
menggairahkan kesadaran umat dan jamaah akan pentingnya usaha
peningkatan ekonomi dan koperasi, memberi keterampilan mereka dalam
bidang usaha dan sebagai sumber dana untuk membiayai kegiatan dan
kebutuhan masjid dalam rangka kesejahteraan umat dan jamaah atau anggota.

M. Kesehatan
1. Salah satu sarana yang amat penting guna meningkatkan kesejahteraan
umat adalah adanya penanganan kesehatan baik yang menyangkut fisik
masjid yaitu kebersihan serta keindahannya maupun yang menyangkut
kesehatan jamaahnya.
2. Bagi masjid yang mampu langsung dapat menangani kesehatan tersebut
dengan membuka poliklinik yang menyediakan ruangan khusus untuk
pemeriksaan, tempat tidur pasien, ruang dokter, ruang tunggu, peralatan,
obat, kemudian tersedia dokter dan perawat.
3. Harl praktek diatur berdasarkan kesediaan dokter, juga memperhatikan
waktu-waktu jamaah berkumpul.
4. Tarif dokter harus terjangkau masyarakat atau gratis sama sekali.
5. Masjid dapat melakukan pengumpulan dana kesehatan bagi jamaah
menggunakan prinsip asuransi kesehatan, yang dikaitkan dengan dana
jaminan kesehatan masyarakat melalui Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS), adapun dananya diperoleh dari Jama'ah peserta BPJS ataupun
dari bantuan dana Baznas/ Bazda dan Jama'ah donator atas dasar gotong
royong dan tolong menolong.
6. Masjid dapat menunjukkan perhatian lebih nyata terhadap jamaah yang

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


sa kit yang tidak mampu berobat dengan menyiapkan klinik kesehatan gratis.
Demikian juga hendaknya pengurus masjid menggerakkan jamaahnya untuk
ikut andil dalam kegiatan donor darah yang diadakan dilingkungan masjid.

N. Penggunaan Pengeras Suara


1. Pengertian Pengeras Suara adalah perlengkapan teknik yang terdiri dari
mikropon, amplifier dan loud speaker yang digunakan untuk memperluas
jangkauan penyampaian dari apa-apa yang disampaikan di dalam masjid,
langgar atau mushalla seperti adzan, iqomah, do'a, sholat berjamaah, takbir,
pengajian dan lain-lain;
2. Syarat-syarat penggunaan pengeras suara dengan ketentuan sebagai berikut:
a. lnstalasi dan perawatan pengeras suara dilakukan oleh tenaga ahli
dengan menggunakan teknik akustik sehingga berfungsi dengan baik
dan menghasilkan suara yang jernih serta enak didengar;
b. Penggunaan pengeras suara oleh muadzin, pembaca Qur'an dan Imam
sholat, hendaknya memiliki suara yang fasih, merdu dan enak didengar
sehingga meningkatkan keimaman bagi siapapun yang mendengarkan;
c. Penggunaan pengeras suara disesuaikan dengan waktu dan per-
untukannya, sehingga tidak mengganggu masyarakat baik muslim
ataupun non muslim disekitar masjidl mushalla. Khusus suara adzan
sebagai tanda masuknya shalat sesuai dengan waktu masuknya waktu
shalat dan dikumandangkan dengan baik, merdu dan syahdu sehingga
meningkatkan keimanan bagi siapapun yang mendengarkan;
d. Ketentuan penggunaan pengeras suara sebagai berikut:
1) Paling awal 15 men it sebelum masuk waktu shalat, digunakan
untuk membaca ayat-ayat suci AI-Qur'an dengan suara yang fasih,
merdu dan lembut menggunakan pengeras suara untuk suara
keluar masjid I mushalla;
2) Suara adzan bilamana telah tiba waktu shalat, menggunakan
pengeras suara baik keluar maupun di dalam masjid I mushalla;
3) Panggilan lqomah sebelum shalat berjamaah, dapat mengguna-
kan pengeras suara baik keluar maupun di dalam masjidl
mushalla, 1 s.d 4 men it setelah adzan;
4) Bacaan Imam Shalat, doa, pengumuman clan khutbah mengguna-
kan pengeras suara yang ditujukan ke dalam;
5) Takbir ldul Fitri dan ldul Adha dilakukan dengan pengeras suara
ke luar dengan ketentuan dilakukan pada malam 1 Syawal sampai
dengan menjelang shalat I'd pada ldul Fitri clan 4 hari berturut-
turut sejak malam 10 Dzulhijjah.

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


6) Tarhim yang berupa doa menggunakan pengeras suara ke dalam,
sedangkan tarhim dzikir tidak perlu menggunakan pengeras suara;
7) Tadarus dan pengajian, cukup menggunakan pengeras suara dalam;
8) Peringatan hari besar Islam atau tabliq akbar menggunakan
pengeras suara di dalam, namun jika jamaah melimpah sampai
dengan keluar masjid I mushalla maka penggunaan pengeras
suara ke luar boleh dilakukan.
3. Untuk tercapainya fungsi pengeras suara perlu standar pengaturan
pemasangan sebagai berikut:
a. lnstalasi pengeras suara dilakukan tenaga ahli atau setidak tidaknya
orang yang memahami pengaturan suara (akustik) pada speaker.
b. Diatur sedemikian rupa sehingga terbagi dalam 2 corong/ speaker
untuk 2 peruntukan, suara keluar dan suara kedalam masjid/
mushalla. Suara ke dalam diperuntukan untuk keperluan di dalam
masjid I mushalla dan suara keluar ditujukan untuk syiar ke luar masjid/
mushalla secara luas;
c. lnstalasi keperluan speaker di dalam ruangan, di setting sedemikian
hingga enak didengar oleh jamaah masjid/ mushalla di dalam ruangan
masjid/ mushalla dan tidak terdengar ke luar;
d. lnstalasi speaker untuk keperluan syiar keluar, diletakkan menghadap
keluar masjid/ mushalla, dengan ketinggian tertentu sehingga me-
mungkinkan suara azan dapat terdengar dengan jelas sejauh mung kin.
4. Pada dasarnya hanya suara adzan yang disalurkan ke luar masjid I
mushalla, adapun sholat dan doa pada dasarnya hanya untuk kepentingan
jamaah di dalam dan tidak perlu ditujukan ke luar untuk tidak melanggar
ketentuan syari'ah yang melarang bersuara keras dalam sholat dan doa.
Sedangkan dzikir pada dasarnya adalah ibadah individu langsung dengan
Allah SWT karena itu tidak perlu menggunakan pengeras suara baik ke dalam
atau ke luar.
5. Dalam hal penggunaan media kaset/ CD pengajian dalam pemakaian
pengeras suara dapat dilakukan baik menggunakan suara keluar maupun
ke dalam masjid/ mushalla dengan syarat dan ketentuan waktu dengan
memperhatikan kualitas mutu CD/ Kaset sehingga terjaga kualitas suara yang
dihasilkan.
BABVI
PEMBINAAN RI'AYAH

1. Ri'ayah bertujuan untuk memelihara masjid dari segi bangunan, keindahan dan
kebersihan. Dengan adanya pembinaan ri'ayah masjid, masjid sebagai baitullah (rumah

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Allah) yang suci dan mulia akan nampak bersih, cerah dan lndah, sehingga dapat
memberikan daya tarik, rasa nyaman dan menyenangkan bagi siapa saja yang
memandang, memasuki dan beribadah di dalamnya.
2. Pemeliharaan bangunan masjid meliputi antara lain:
a. Bentuk Bangunan I Arsitektur;
b. Pemeliharaan dari kerusakan;
c. Pemeliharaan kebersihan.

A. Arsitektur dan Desain.


1. Arsitektur merupakan seni bangunan. Arsitektur masjid adalah seni bangunan
masjid. Seni membangun masjid di Indonesia dipengaruhi oleh:
a. Peran dan perkembangan kebudayaan daerah sebagai bagian dari
kebhinekatunggalikaan bangsa Indonesia;
b. Peran dan pengaruh ilmu dan teknologi;
c. Campuran.
2. Norma penilaian arsitektur terbaik untuk masjid ditentukan menu rut seni budaya
yang berkembang di daerah. Seni membangun suatu masjid bukanlah merupakan
suatu yang mutlak dalam Islam. Ia termasuk golongan masalah yang oleh
Rasulullah dikatakan "antum a'lamu bi umuri dunyakum' {kamu lebih tahu urusan
duniamu), kecuali arah kiblat yang merupakan hukum tetap yang tidak dapat diu bah.
3. Dalam disain masjid yang perlu diperhatikan antara lain adalah adanya ruang-
ruang sebagai berikut:
a. Ruang Utama; c. Ruang Pelayanan;
b. Ruang Wudhu; d. Ruang Penunjang.
4. Ruang Utama mempunyai fungsi ganda antara lain:
a. Kegiatan sehari-hari dipakai untuk ibadah shalat lima waktu yang dilakukan
secara berjamaah ataupun munfarid;
b. Kegiatan shalat Jum'at;
c. Kegiatan Ramaclhan:
Bulan Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Selama bulan
Ramadhan orang lebih banyak berkunjung ke masjicl untuk shalat berjama'ah,
tarawih, shalat witir, membaca AI-Qur'an, i'tikaf, terutama 10 hari terakhir.
d. Kegiata pada hari raya masjid dipergunakan sebagai tempat shalat hari raya,
upacara keagamaan seperti : lsra' Mi'raj, Maulid Nabi, Nuzulul Qur'an dan lain-
lain.

B. Pemeliharaan Peralatan dan Fasilitas.


1. Peralatan clan fasilitas masjid merupakan sarana untuk menunjang fungsi
masjid, baik sebagai tempat ibadah maupun untuk memancarkan syi'ar agama

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Islam. Oleh karenanya, segala peralatan clan fasilitas masjid harus selalu dipelihara
clan clirawat clengan sebaik-baiknya, antara lain:
a. Tikar Sembahyang; d. Rak sepatu/ sandal;
b. Peralatan Elektronik; e. Bedug dan Papan Pengumuman.
c. Almari Perpustakaan;
2. Tikar sembahyang baik tikar biasa maupun karpet atau permadani, merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari masjid. Oleh karena itu, baik kebersihan mau-
pun kerapian dan keserasian masjid harus dipelihara. Ruangan masjid, khususnya
tempat shalat agar selalu bersih, rapi dan serasi. Penggunaan tikar harus diatur
sedemikian rupa; misalnya, tikar digulung atau dilipat dengan rapi setelah selesai
dipergunakan. Tikar baru dibentang kembali menjelang shalat berjamaah atau k
egiatan keagamaan lainnya. Tikar karpet yang sudah di lem dengan lantai masjid,
pemeliharaan kebersihannya supaya benar-benar diperhatikan, tidak diperguna-
kan untuk tiduran, berm ain anak-anak, terkena abu rokok atau kotoran lainnya.
3. Penggunaan peralatan elektronik, seperti pengeras suara, hendaknya dibatasi
dalam hal-hal yang penting saja, seperti untuk keperluan adzan, khutbah Jum'at,
tarkhim, perayaan hari-hari besar Islam. Demikian pula waktu penggunaannya
harus diatur supaya tidak mengganggu ketenangan warga masyarakat sekitarnya.
Misalnya tarkhim dan pengajian al-qur'an menjelang Subuh hendaknya dilakukan
ketika sudah dekat waktu subuh, atau tadarus al-qur'an pada bulan Ramadhan
hendaknya tidak melebihi jam 22.00 atau 10 malam).
4. Pemeliharaan peralatan hendaknya diserahkan kepada anggota pengurus yang
mengerti cara menggunakan dan memeliharanya. Karena jika diserahkan kepada
orang yang kurang mengerti atau sering berpindah tangan, peralatan tersebut
akan cepat rusak.
5. Setiap masjid hendaknya dapat menyediakan almari untuk tempat menyimpan
al-qur'an dan buku-buku agama lainnya, yang sekaligus merupakan perpustakaan
masjid. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan agama para jamaah, koleksi
buku-buku perpustakaan tersebut terus ditingkatkan, dengan pemanfaatan/
peminjamannya yang diatur sedemikian rupa sehingga tidak rusak atau hilang.
6. Setiap masjid hendaknya dapat menyediakan tempat penitipan sepatu/ sandal.
Kebiasaan jamaah membawa alas kaki ke ruangan masjid, sekalipun dengan
kantong plastik, harus dicegah. Karena di samping tidak sedap dipandang juga
akan membuat kotor masjid. Bentuk maupun letak (rak) tempat penitipan alas kaki
tersebut hendaknya tidak mengganggu pemandangan dan keindahan ruangan
atau lingkungan masjid. Petugas pelaksana penitipan tersebut hendaknya diserah-
kan kepada anak-anak dan remaja yang dilatih supaya mereka dapat melaksanakan
tugas dengan terampil, tertib dan aman.
7. Bedug dan Papan Pengumuman merupakan sarana komunikasi, terutama untuk

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


pemberitahuan tentang masuk waktu shalat dan mensyi'arkan hari raya (ldul Fitri
dan ldui Adha) yang keberadaannya hampir tak dapat dipisahkan dari masjid dan
telah membudaya di sebagian lingkungan umat Islam. Suara bedug yang ber-
talu-talu, terutama pada hari raya ldul Fitri dan ldul Adha, mempunyai kesan
tersendiri di hati umat serta memberikan kesemarakan syi'ar Islam.
8. Keberadaan bedug hendaknya dipelihara dengan sebaik-baiknya dan diatur
penempatannya sehingga tidak mengganggu pemandangan dan keindahan
masjid, serta tidak mudah dipermainkan oleh anak-anak atau orang-orang yang
kurang mengerti akan fungsinya. Demikian juga pada setiap masjid biasanya
terdapat beberapa papan pengumuman, seperti papan pengumuman yang berisi
jadwal petugas iman, khatib dan muadzin, papan pengumuman yang berisi
laporan keuangan, berisi jadwal shalat dan lain sebagainya.
9. Papan-papan pengumuman hendaknya ditulis dengan rapidan jelas serta diletak-
kan pada tempat yang strategis agar mudah dibaca oleh para jamaah dengan
memperhatikan keindahan ruangan dan lingkungan masjid. Termasuk dalam hal
ini juga papan nama masjid agar selalu diperhatikan keindahannya, jangan sampai
dibiarkan rusak atau buram tulisannya, sehingga mengganggu pemandangan dan
keindahan masjid.

C. Pemeliharaan Halaman dan Lingkungan


1. Pemeliharaan halaman dan lingkungan masjid sang at penting, oleh karen a bangun-
an masjid akan tampak indah dan anggun apabila didukung oleh halaman dan
lingkungannya yang terpelihara dengan baik, sehingga menampakkan suasana
yang bersih, aman, tertib, indah dan nyaman.
2. Upaya pemeliharaan halaman dan lingkungan tersebut antara lain:
a. Kebersihan.
Pada setiap masjid hendaknya diperhatikan penyediaan sanitasi dan saluran
air (riolering) di sekeliling masjid baik untuk pembuangan air bekas wudhu,
WC, maupun air hujan, sehingga tidak menggenangi halaman masjid.
Halaman dan lingkungan masjid harus merupakan tempat yang indah dan
bersih. Untuk itu agar sampah dedaunan, kertas koran atau kertas bekas dan
lain-lain yang sering bertebaran di halaman masjid supaya segera dibersih-
kan. Demikian juga rum put dan tanaman yang tumbuh di halaman masjid
hendaknya dipelihara dengan baik dan rapih. Bagian dalam dan sekitar
Masjid tidak boleh dikotori dengan tidak meludah sembarangan, para Jama'ah
atau pengunjung masjid harus dibiasakan untuk meludah di tempat yang
sesuai yakni toilet ataupun WC. Masjid dan lingkungannya harus menerap-
kan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
b. Pemagaran .

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Seluruh pekarangan masjid hendaknya dipagar dengan baik untuk meng-
hindari gangguan terhadap pekarangan dan bangunan masjid. Pagar masjid
dapat berupa beton, besi, kayu, bambu atau pagar hid up, yang dibuat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
c. Penyedian tempat parkir.
Pada setiap masjid hendaknya dapat disediakan tempat parkir kendaraan,
baik roda dua maupun roda em pat. Dengan tersedianya tempat parkir yang
cukup selain akan menambah kesemarakan bangunan dan lingkungan
masjid, juga akan merupakan daya tarik para jamaah untuk berkunjung atau
beribadah di masjid tersebut
d. Penghijauan dan Pembuatan Taman
Salah satu aspek yang dapat mendukung keindahan dan keanggunan suatu
bangunan masjid apabila halaman dan lingkungan masjid tersebut terdapat
penghijauan dan taman yang bersih, rapi dan indah. Oleh karena itu,
hendaknya pada setiap masjid agar diupayakan penghijauan dan pembuatan
taman yang terpelihara dengan baik sehingga menciptakan suasana yang
indah dan nyaman.

D. Penentuan Arah Kiblat


1. Bangunan masjid mengikuti arah kiblat dan hal tersebut menyangkut keyakinan
masyarakat, oleh karena itu penentuan arah kiblat dilaksanakan oleh nm
Kementerian Agama berdasarkan permohonan baikdari masjid maupun lembaga.
2. Arah kiblat pada setiap masjid dapat dilihat pada arah mihrabnya. Arab kiblat di
Indonesia menunjukkan berapa derajat (o) dan berapa men it(") arah menyimpang
dari arah barat sebenarnya. Penyimpangan dari arah barat ke jurusan utara diukur
dengan alat yang dinamakan kompas (pedoman). Dewasa ini bahkan telah
tersedia kompas kecil yang dengan mudah dan praktis dapat digunakan.
3. Untuk mencari arah kiblat khusus bagi mereka yang sedang bepergian (musafir)
dapat digunakan kompas kecil atau bila tidak ada kompas, arah utara-selatan
dapat ditentukan dengan jalan sebagai berikut :
a. Pancangkan sebuah tong kat yang benar-benar lurus secara tegak lurus pada
tanah yang dipadatkan dan diratakan. Tegak lurusnya tong kat dapat diperiksa
dengan waterpas. Boleh juga digantungkan sebuah unting-unting pada
sepotong benang yang cukup kuat;
b. Tepat pada waktunya zhuhur, tandai bagaimana jatuhnya bayang bayang
tong kat atau benang itu;
c. Arab bayang-bayang yang diperoleh ialah arah utara- selatan yang tepat.
4. Penentuan arah utara-selatan janganlah dilakukan sekali jadi, tapi dilakukanlah
beberapa hari berturut-turut, sehingga diperoleh arah utara selatan yang

Himpunan Peraturan Bidang Kernasjidan


meyakinkan. Untuk telitinya pilihlah hari, yang bayang bayang matahari pada awal
waktu zhuhur tidak terlalu pendek, tetapi eukup panjang. Bila telah diketahui garis
utara-selatan dipilihlah pada garis itu tegak lurus AB, yang panjangnya dibuat
misalnya 1 meter.
5. Pada titik B didirikan sebuah garis tegak lurus BC. yang panjangnya diperoleh
dengan mengalikan 1 meter dengan sebuah bilangan, yang dinamakan tangens
sudut kiblat. Umpamakan sudut kiblat besarnya 22•15, tangensnya besarnya 0.409,
dikalikan dengan 1 meter menjadi 40,9 em. Maka BC diambil sepanjang 40,9 em. A
dihubungkan dengan C. Garis AC menunjukkan arah kiblat yang hendak diketahui.

Sudut Tg Sudut Tg Sudut Tg

2o· oo 0,364 22°15 0,409 24°30 0,456


15 . 0,369 30 0,414 45 0,461
30 0,374 45 0,419 25•oo 0,466
45 0,379 23•oo 0,424 15 0,472
21·oo 0,384 15 0,430 30 0,477
15 0,398 30 0,435 45 0,482
45 0,399 24•oo 0,445 15 0,493
22· oo 0,404 15 0,450 30 0,499

Dahar Tangens

BABVII
PENUTUP

Standar Pembinaan Manajemen Masjid ini menjadi pedoman pembinaan bagi Pembina
kemasjidan pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, pengurus masjid mau-
pun instansi dan Lembaga Kemasjidan dalam penge lolaan atau Manajemen Masjid. Dengan
mempedomani standar ini diharapkan agar masjid- masjid yang tersebar di seluruh pelosok
tanah air dapat difungsi kan seoptimal mungkin, seh ingga rumah ibadah itu dapat hadir
dalam sosok yang paripurna.

Ditetapkan d i Jakarta
pada tanggal 2 Desember 2014

DIREKTUR JENDERAL
jB I MBlNGAN MASYAR'\KAT !~LA1v1, 9V

•.:31!Jl::SJN, MA~
' NIP. 195610131981031003 !

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN Surat Menteri Dalam Negeri
Nomor : SK.178/DJA/1982
TENTANG
PENUNJUKAN BADAN KESEJAHTERAAN MASJID (BKM)
PUSAT SEBAGAI BADAN HUKUM YANG DAPAT
MEMPUNYAI TANAH DENGAN HAK MILIK

Membaca a. Surat permohonan tanggal 7 Mei 1982 Nomor: D. 0.119/HK.


02.1/1276/1982 dari Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Urusan Haji berkedudukan di Jakarta tentang permohonan
agar Bad an Kesejahteraan Masjid Pusat Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji dapat ditunjuk sebagai badan
hukum yang dapat mempunyai tanah dengan hak milik;
b. Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1978 tentang Struktur
Organisasi tugas dan Kewajiban Badan Kesejahteraan Masjid disingkat
BKM tanggal11 Nopember 1978;
c. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1982 tanggal6 Pebruari 1982.

Menimbang 1. Bahwa untuk mendapatkan kepastian hukum apakah badan-


badan keagamaan/ sosial dapat mempunyai hak milik atas tanah
perlu diadakan penunjukan sebagaimana dimaksud oleh Pasal21
ayat 1 Undang-Undang Nom or 5 Tahun 1960;
2. Bahwa tanah-tanah badan-badan keagamaan sosial yang dapat
dipunyai dengan hak milik hanya terbatas pada tanah-tanah yang
dipergunakan untuk keperluan yang langsung berhubungan den-
gan usaha dalam bidang keagamaan dan sosial;
3. Bahwa Badan Kesejahteraan Masjid. Pusat di Jakarta, dibentuk
berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1978
tanggal 11 Nopember 1978 dan Keputusan Menteri Agama

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan II


Republik Indonesia Nomor 1OTahun 1982 tanggal6 Pebruari 1982;
4. Bahwa dipandang perlu untuk menunjuk Badan Kesejahteraan
Masjid disingkat BKM Pusat berkedudukan di Jakarta (mempunyai
cabang-cabang di Daerah) sebagai badan hukum yang dapat
mempunyai tanah dengan hak milik;
5. Bahwa berhubung dengan maksud Undang Undang Nomor 5
tahun 1960 (LN Tahun 1960 Nomor 104) dan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 1963, untuk membatasi pemilikan tanah oleh
badan-badan hukum, maka sebagai pengecualian di antara tanah-
tanah yang sekarang dipergunakan dengan usaha keagamaan oleh
Badan Kesejahteraan Masjid di Indonesia masih perlu ditetapkan hak
atas tanah yang boleh dipunyai oleh Badan Kesejahteraan Masjid
tersebut;
6. Bahwa oleh karena masih diperlukan pemeriksaan lebih lanjut,
penetapan yang dimaksud di atas akan dilakukan dengan suatu
keputusan penegasan tersendiri setelah kami menerima pertim-
bangan-pertimbangan Wali kotamadya/Bupati Kepala Daerah
Tk. H Cq. Kepala Kantor Agraria dan Gubemur Tk. I Cq. Kepala
Direktorat Agraria setempat.

Meningat 1. Undang-undang Nomor 5Tahun 1960 (LN Tahun 1964 Nomor 104);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 (LN Tahun 1963
Nomor61);
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Pertama Menunjuk Bad an Kesejahteraan Masjid Pusat di Jakarta sebagai Badan
Hukum Keagamaan yang dapat mempunyai hak milik atas tanah yang
dipergunakan untuk usahanya yang langsung berhubungan dengan
keagamaan, dengan syarat-syarat sebagai berikut di bawah ini:
1. Dalam waktu 1 (satu) tahun setelah tanggal surat keputusan
ini Badan Kesejahteraan Masjid disingkat BKM tersebut wajib
menyampaikan kepada kami pemberitahuan tentang tanah-
tanah yang dipunyai/ dikuasai dengan menyebutkan: jenis tanah
(sawah/tanah/tegalan/pekarangan), status haknya, letaknya, luas-
nya dan penggunaannya;
2. Pemberitahuan tersebut disampaikan kepada kami setelah dia-

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


dakan pemeriksaan oleh Panitia Pemeriksaan Tanah setempat
mengenai peruntukkan/penggunaan tanah tersebut serta dikuat-
kan oleh Wali kotamadya /Bupati Kepala Daerah Tingkat H Cq. Kepala
Kantor Agraria Kotamadya Kabupaten dan Gubenur KDH Tingkat Cq.
Kepala Direktorat Agraria setempat;
3 Oleh Menteri Dalam Negeri akan ditetapkan lebih lanjut tanah-
tanah yang boleh dikuasai oleh Badan Kesejahteraan Masjid
dengan hak milik;
4. Agar penguasaan tanah hak milik oleh Badan Kesejahteraan
Masjid (BKM) dengan areal tanah yang cukup luas tidak menimbul-
kan citra yang negatif kepada masyarakat, maka diisyaratkan
bahwa tanah-tanah hak milik yang dikuasai secara berlebihan
pemanfaatannya agar langsung diwakafkan untuk tujuan
keagamaan;
5. Untuk dapat memperoleh tanah dengan hak milik atau mengalih-
kan sebagian/seluruhnya tanah dimaksud sesudah tanggal surat
keputusan ini, Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) tetap memerluk-
an ijin Menteri Dalam negeri yang harus diperoleh sebelum akta
yang dimaksud di dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah nomor
10 tahun 1961 dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang
bersangkutan;
6. Setiap permohonan hak milik oleh Badan kesejahteraan Masjid
(BKM) haruslah ditempuh melalui prosedur sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973
tanggal26 Juni 1973.

Kedua Apabila Badan Kesejahteraan Masjid tersebut dibubarkan ataupun


berhenti dengan sebab apapun juga maka dalam waktu 1 (satu)
tahun sejak saat pembubaran/berhentinya, tanah-tanah hak
milik yang merupakan kekayaan Badan Kesejahteraan Masjid (BKM)
tersebut harus dialihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat
mempunyai tanah dengan hak milik.
Ketiga Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkannya. Agar supaya
setiap orang mengetahuinya, maka surat keputusan ini akan diumum-
kan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia.
Keempat Surat Keputusan ini akan dicabut atau diralat sebagaimana mestinya,
apabila kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan/kesalahan dalam
penetapannya.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Ditetapkan di: JAKARTA
Pada tanggal : 21 September 1982
AN. MENTERI DALAM NEGERI
DIREKTUR JENDERAL AGRARIA,

Ttd

DARYONO
Salinan Sesuai dengan aslinya
SEKRETARIS DIREKTORAT
JENDERAL AGRARIA

Ttd.

DRS. BAM BANG JAYOESMAN


NIP. :010063593

Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada:


2. Biro Hukum Departemen Dalam Negeri di Jakarta;
3. Departemen Agama Republik Indonesia di Jakarta
4. Kepala Biro Pusat Statistik di Jakarta;
5. Direktur Pengurusan Hak-Hak Tanah Dit. Jen Agraria di Jakarta;
6. Direktur Pendaftaran Tanah DitJen.Agraria di Jakarta;
7. Departemen Sosial Republik Indonesia di Jakarta;
8. Kepala Sub Dit Penyelesaian Sengketa Hukum Dit.Jen Agraria di Jakarta;
9. Kepala Sub Dit Hak Milik dan Hak Pakai Dit.Jen Agraria di Jakarta;
10. Kepala Bag ian Tata Usaha Dit.Jen Agraria di Jakarta;
11. Gubernur KDH Tk.l JawaTengah, Up. Kepala Direktorat Agraria Provinsi Jawa Tengah di Semarang;
12. Walikota KDH Tk. II Kotamadya Semarang Cq. Kepala Kan.tor Agraria Kotamadya
Semarang di Semarang;
13. Bupati KDH Tk. II Demak Cq. Kepala Kantor Agraria di Demak;
14. Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Pusat/Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Urusan Haji di Jakarta, untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

DISALIN SESUAI DENGAN


ASLINYA OLEH:
Ttd.

SUNARTO

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 394 TAHUN 2004
TENTANG
PENETAPAN STATUS MASJID WI LAYAH
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang a. bahwa dengan meningkatnya fungsi masjid sebagai tempat


ibadah, tempat peningkatan intlektualitas umat, dan pusat
pomberdayaan ekonomi umat serta media kesehatan umat perlu
adanya penetapan status masjid disemua wilayah;
b. bahwa dengan semakin meningkatnya peranan pemerintah
dalam pembangunan masjid sebagai pusat pembinaan umat,
maka perlu ditentukan status tingkatan penetepan masjid;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b di atas dipandang perlu menetapkan Keputusan
Menteri Agama ten tang Penetapan Status Masjid Wilayah;

Mengingat 1. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tantang Kedudukan,


Tugas. Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2004;
2. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tohun 2004;
3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2001 tentang Keduduk-
an, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Agama.

Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI AGAMA TENTANG PENETAPAN


STATUS MASJID WILAYAH.

Himpunan Peraturan B1dang Kemasjidan •


Pertama Menetapkan status masjid wilayah sebagai berikut:
1. Masjid pada tingkat Pusat disebut Masjid Negara;.
2. Masjid pada wilayah tingkat Provinsi disebut Masjid Raya;
3. Masjid pada wilayah tingkat Kabupaten I Kota disebut Masjid Agung;
4. Masjid pada wilayah tingkat Kecamatan disebut Masjid Besar;
5. Masjid pada wilayah ling kat Desa/Kelurahan disebut masjid Jami.

Kedua Penyelenggaraan kegiatan masjid yang menyangkut idarah, imarah


dan riayah di bawah pembinaan pemerintah setempat.

Ketiga Pembiayaan pengelolaan masjid pada semua tingkatan bersumber


dari bantun pemerintah dan masyarakat

Keempat Penetapan Masjid Nasional oleh Menteri Agama Rl atas pertimbangan


dan usul Direktur Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan
Pemberdayaan Masjid, Masjid Raya oleh Gubernur atas pertimbangan
Kepala Kanwil Departemen Agama demikian seterusnya berjenjang ke
bawah.

Kelima Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan akan diu bah dan
diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal9 September 2004

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


INSTRUKSI
DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NOMOR : KEP/D/101/75
TENTANG

TUNTUNAN PENGGUNAAN PENGERAS SUARA


01 MASJID DAN MUSHOLLA

Menimbang a. bahwa penggunaan pengeras suara oleh Masjid/ Langgar/Mushalla


telah menyebar sedemikian rupa di seluruh Indonesia baik untuk
adzan, iqomah, membaca ayat AI Qur'an, membaca do'a,
peringatan Hari Besar Islam dan lain-lain;
b. bahwa meluasnya penggunaan pengeras suara tersebut selain
menimbulkan kegairahan beragama dan menambah syi 'ar
kehidupan keagamaan, juga sekaligus pad a sebagian lingkungan
masyarakat telah menimbulkan ekses-ekses rasa tidak simpati
disebabkan pemakaiannya yang kurang memenuhi syarat;
c. bahwa agar penggunaan pengeras suara oleh Masjid/Langgar/
Mushalla lebih mencapai sasaran dan menimbulkan daya tarik
untuk beribadah kepada Allah SWT, dianggap perlu mengeluarkan
tuntunan tentang penggunaan pengeras suara oleh masjid/ langgar/
mushalla untuk dipedomani oleh para Pengurus Masjid/ Langgar/
Mushalla di seluruh Indonesia

Mengingat 1. Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975


(disempurnakan);
2. Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 44 Tahun 1978;
3. lnstruksi Menteri Agama Nomor 9Tahun 1978;

4. Surat Edaran Menteri Agama Nomor 3.


Memperhatikan : Keputusan-keputusan Lokakarya Pembinaan Perikehidupan
Beragama Islam (P2A) tentang Penggunaan Pengeras Suara di
Masjid dan Mushalla yang diadakan tanggal 28 dan 29 Mei 1978
di Jakarta Tahun 1978.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


MENGINTRUKSIKAN:

KEPADA 1. Kepala Bidang Penerangan Agama Islam seluruh Indonesia;


2. Kepala Seksi Penerangan Agama Islam seluruh Indonesia;
3. Kepala Bidang Urusan Agama Islam di seluruh Indonesia;
4. Kepala Seksi Urusan Agama Islam seluruh Indonesia;
S. Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan di seluruh Indonesia;
Dengan Koordinasi Kepada KantorWilayah Departemen Agama
Provinsi/Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya.

UNTUK 1. Memberikan tuntunan, bimbingan dan petunjuk kepada para


Pengurus Masjid/Mushalla di daerah masing-masing tentang
penggunaan pengeras suara di Masjid dan Mushalla sebagaimana
Tuntunan terlampir:
2. Memberikan penjelasan kepada pengurus Masjid/Langgar/
Mushalla di daerah masing-masing secara face to face (langsung}
dalam bentuk briefing, rapat, penataran dan lain-lain tentang isi
dan maksud dari pada Tuntunan terlampir bersama Keputusan
Lokakarya P2A tentang hal yang sama;
3. Memberikan laporan pelaksanaan dari intruksi nomor dua di atas
dan pelaksanaannya di masyarakat kepada atasan masing-masing
Kepala Bidang Penerangan Agama Islam seluruh Indonesia;

Dikeluarkan di : Jakarta,
Pada tanggal : 17 Juli 1978

DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,
T.t.d.
Drs. H. KAF RAWI M.A.

Tembusan:
1. Bapak Menteri Agama Rl;
2. lnspektur Jenderal Departemen Agama;
3. Sekretaris Jenderal Departemen Agama;
4. Kepala Kanwil Departemen Agama seluruh Indonesia;
5. Majlis Ulama Indonesia;
6. Para Direktur pada Ditjen Bimas Islam;
7. Organisasi-organisasi tinggkat Pusat;
8. Lembaga Dakwah dan Majelis Ulama Propinsi seluruh Indonesia.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


PERATURAN BERSAMA
MENTER! AGAMA DAN MENTER! DALAM NEGERI
NOMOR: 9TAHUN 2006
NOM OR: 8 TAHUN 2006

TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM
PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA,
PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH
IBADAT

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA


MENTER! AGAMA DAN MENTER! DALAM NEGERI,

Menimbang a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun;
b. bahwa setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menu rut
agamanya;
c. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menu rut agamanya dan kepercayaannya itu;
d. bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha
penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-
pemeluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, tidak menyalahgunakan atau menodai
agama, serta tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban
umum;
e. bahwa Pemerintah mempunyai tugas untuk memberikan
bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam
melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan
rukun, Ia ncar, dan tertib;

H1mpunan Peraturan 81dang KemaSJidan ~~


f. bahwa arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional
di bidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan
pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan
kerukunan intern dan antar umat beragama;
g. bahwa daerah dalam rangka rnenyelenggarakan otonomi,
mempunyai kewajiban melaksanakan urusan wajib bidang
perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang serta
kewajiban melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatu-
an, dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
h. bahwa kerukunan umat beragama merupakan bagian penting
dari kerukunan nasional;
i. bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam rangka
melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban
memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
j. bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan
Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan
Kelancaran Pelaksanaan Pengembangandan lbadat Agama oleh
Pemeluk-Pemeluknya untuk pelaksanaannya di daerah otonom,
pengaturannya perlumendasarkan dan menyesuaikan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
k. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h,
huruf i, dan huruf j, perlu menetapkan Peraturan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pelaksanaan
Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan
Umat Beragama dan Pend irian Rumah lbadat;

Mengingat 1. Undang-Undang Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965


tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2726);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3298);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

~~~ Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pemerintahan
Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4468);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 24 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3331);
8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;
9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tatakerja Kementerian
Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
10. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah dan terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 63 Tahun 2005;
11. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas
Aparatur Pemerintahan Dalam Menjamin Ketertiban dan
Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan lbadat Agama oleh
Pemeluk-Pemeluknya;
12. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


Negeri Nomor 1/BER/MDN-MAG/1979 tentang Tatacara
Pelaksanaan Penylaran Agama dan Bantuan Luar Negeri
kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia;
13. Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama
Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;
15. Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM


NEGERI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/
WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT.

BABI
KETENTUAN UMUM

Pasal1
Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:
1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan
dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan
Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.
3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus
dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara
permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga.
4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas Keagamaan
adalah organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang dibentuk berdasarkan
kesamaan agama oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan
hukum, dan telah terdaftar di pemerintah daerah setempat serta bukan organisasi sayap
partai politik.

~~~ Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


5. Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin ormas
keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang diakul dan atau
dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan.
6. Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum yang
dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka membangun,
memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.
7. Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh umatberagama,
ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat.
8. lzin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut 1MB rumah ibadat,
adalah izin yang diterbitkan oleh bupati/walikota untuk pembangunan rumah ibadat.

BABII
TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Pasal2
Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama,
pemerintahan daerah dan Pemerintah.

Pasal3
(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh kepala kantor wilayah departemen agama provinsi.

Pasal4
(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewa-
jiban bupati/walikota.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.

PasaiS
(1) Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan
kerukunan umat beragama;
c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati,
dan sating percaya di antara umat beragama; dan
d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil

Himpunan Peraturan Bidang KemaSJidan •


walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman
dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.
(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
dapat didelegasikan kepada wakil gubernur.

Pasal6
(1) Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam pemelihara-
an kerukunan umat beragama;
c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati,
dan sa ling percaya di antara umat beragama;
d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban
masyarakat dalam kehidupan beragama;
e. menerbitkan 1MB rumah ibadat.
(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah
kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan
kepada lurah/kepala desa melalui camat.

Pasal7
(1) Tugas dan kewajiban camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal6 ayat (3) meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan;
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, sating pengertian, saling menghormati,
dan sating percaya di antara umat beragama; dan
c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam
kehidupan keagamaan.
(2) Tugas dan kewajiban lurah/kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (3) meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghorrnati,
dan saling percaya di antara umat beragama.

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


BAB Ill
FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Pasal8
(1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat
dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.
(3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat konsultatif.

Pasal9
(1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal8 ayat (1) mempunyai tugas:
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk
rekomendasi sebagai bah an kebijakan gubernur; dan
d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di
bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan
pemberdayaan masyarakat.
(2) FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal8 ayat (1) mempunyai tugas:
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk
rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota;
d. melakukan soslalisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang
keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan
masyarakat; dan
E. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat.

Pasal10
(1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.
(2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB
kabupaten/ kota paling banyak 17 orang.
(3) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat
dengan keterwakilan minimall (satu) orang dari setiap agama yang ada di provinsi dan
kabupaten/kota.
(4) FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang
sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.

Himpunan Peraturan Bidang KemasJidan •


Pasal11
(1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabu-
patenlkota.
(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan
kerukunan umat beragama; dan
b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan
antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat
beragama.
(3) Keanggotaan Dewan Penasehat FKUB provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan:
a. Ketua : wakil gubernur;
b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama provinsi;
c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik provinsi;
d. Anggota: pimpinan instansi terkait.
(4) Dewan Penasehat FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan:
a. Ketua wakil bupati/wakil walikota;
b. Wakil Ketua kepala kantor departemen agama kabupaten/kota;
c. Sekreta ri s kepala badan kesatuan bangsa dan politik
kabupaten/kota;
d. Anggota pimpinan instansi terkait.

Pasal12
Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/
kota diatur dengan Peraturan Gubernur.
BABIV
PENDIRIAN RUMAH IBADAT

Pasal13
(1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh
berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang
bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.
(2) Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap
menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban
umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama diwilayah kelurahan/ desa
sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah
penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/kota atau provinsi.

~~~ Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Pasal14
(1) Pend irian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan tek-
nis bangunan gedung.
(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian rumah
ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi:
a. daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90
(sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan
tingkat batas wilayah sebagalmana dimaksud dalam Pasal13 ayat (3);
b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang
disahkan oleh lurah/kepala desa;
c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan
d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.
(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi
sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berkewajiban
memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat.

Pasal15
Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil
musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis.

Pasal16
(1) Permohonan pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam Pasal14 diajukan
oleh panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh
1MB rumah ibadat.
(2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak
permohonari pend irian rumah ibadat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ).

Pasal17
Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah
ibadat yang telah memiliki 1MB yang dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang
wilayah.
BABV
IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG

Pasal18
(1) Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara
harus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota
dengan memenuhi persyaratan:
a. laik fungsi; dan

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


b. pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban
masyarakat.
(l) Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada
peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung.
(3) Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan
ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. izin tertulis pemilik bangunan;
b. rekomendasi tertulis lurah/kepala desa;
c. pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan
d. pelaporan tertulis kepada kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.

Pasal19
(1) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan
rumah ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen
agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.
(l) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan
rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 2 (dua) tahun.

Pasal20
(1) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal19 ayat (1) dapat dilimpahkan kepada camat.
(2) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor
departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.

BABVI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal21
(1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah oleh ma-
syarakat setempat.
(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian
perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama
kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak
dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB kabupaten/kota.
(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dicapai,
penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan setempat.

~~~ Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Pasal22
Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah
dalam menyelesaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal21.

BABVII
PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pasal23
(1) Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen agama provinsi melakukan
pengawasan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan
pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat
beragama dan pend irian rumah ibadat.
(2) Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan
pengawasan terhadap camat dan lurah/kepala desa serta instansi terkait di daerah atas
pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum keruku-
nan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.

Pasal24
(1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pem-
berdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat
di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, dan Merited Koordinator
Kesejahteraan Rakyat.
(2) Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama,
pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah
ibadat di kabupaten/kota kepada gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Agama.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setiap 6 (enam)
bulan pada bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu.

BABVIII
BELANJA

Pasal25
Belanja pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan kerukunan umat beragama
serta pemberdayaan FKUB secara nasional didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Pasal26
(1) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara
ketenterman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan keruku-
nan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah iba-
dat di provinsi didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah provinsi.
(2) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memeliha-
ra ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan keruku-
nan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah iba-
datdi kabupaten/kota didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah kabupaten/kota.
BABIX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal27
(1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB. di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.
(2) FKUB atau forum sejenis yang sudah dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota
disesuaikan paling lam bat 1(satu) tahun sejak Peraturan Bersama in I ditetapkan.

Pasal28
(1) lzin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah dan tetap berlaku.
(2) Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang telah mempunyaiiMB untuk rumah
ibadat, diproses sesuai dengan ketentuan 1MB sepanjang tidak terjadi pemindahan
lokasi.
(3) Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan secara
permanen dan/atau memiliki nilai sejarah yang belum memiliki 1MB untuk rumah
ibadat sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini, bupati/walikota membantu mem-
fasilitasi penerbitan 1MB untuk rumah ibadat dimaksud.

Pasal29
Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah wajib
disesuaikan dengan Peraturan Bersama ini paling lam bat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun.

~~ Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


BABX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal30
Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, ketentuan yang mengatur pendirian rumah
ibadat dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/
BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin
Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan lbadat Agama oleh
Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal31
Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal21 Maret 2006

MENTERI AGAMA, MENTERI DALAM NEGERI,

ttd ttd

MUHAMMAD M. BASYUNI H. MOH. MA'RUF

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan Ill


INSTRUKSI
OIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NO: 0/INS/62/1975
Tentang
PENGELOLAAN KEMAKMURAN MASJID
DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

Memperhatikan : 1. Bahwa kenyataan jumlah masjid cukup besar (lebih) kurang


seratus ribu bush, Menginstruksikan belum termasuk mushalla
tersebar diseluruh penjuru Tanah Air Indonesia serta memegang
peranan penting dalam meningkatkan mute kehidupan rohania h
dan pembinaan sikap mental pembangunan;
2. Bahwa fungsi mesjid yang sebenamya adalah sebagai central! pusat
kegiatan peribadatan dan kegiatan kemasyarakatan dengan
segenap aspeknya;
3. Bahwa kenyataan sebagian besar dari masjid-masjid tersebut
hanya berfungsi sebagai tempat ibadah shalat saja;

Menimbang 1. Bahwa untuk meningkatkan peranan Kedua masjid dalam era


pembangunan dewasa ini, perlu peningkatan pengelolaan yang
lebih sempuma;
2. Bahwa fungsi masjid harus dikembalikan sesuai dengan SUNNAH
RASUL yakni disamping untuk kegiatan peribadatan Ketiga harus
pula menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan;
3. Bahwa untuk itu dipandang perlu mengeluarkan pedoman "
pengelolaan kemakmuran masjid";
Mengingat 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal29
2. TAP MPR NO.; IV/MPR/ 1973 tentang B.H.N.
3. KEPRES NO.; 40 dan 45 tahun 1975

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan 1111


MEMUTUSKAN:

Mengintruksikan : Kepala seluruh Kepaia Bidang Penerangan Agama Kepala Bidang


Pendidikan Agama Islam, Kepala Bidang Urusan Agama lslamPropinsi/
Kabupaten I Kotamadya, termasuk Kantor-kantor UrusanAgama dan
Penyuluh Agama Kecamatan di seluruh Indonesia, untuk:

Pertama Menggerakkan, menggairahkan, meningkatkan dan membimbing


pengelolaan memakmurkan masjid di dalam wilayah yurisdiksinya
masing-masing sesuai dengan pedoman terlampir:

Kedua Dalam pelaksanaan angka PERTAMA di atas, agar bekerja sama


dengan Pemerintah Daerah setempat serta para Ulama/ Muballigh
dan tokoh-tokoh masyarakat pada umumnya;

Ketiga Kepala Bidang Penerangan Agama lslam/Penyuluh Penerangan


Agama setempat melaporkan hasillnstruksi ini kepada atasan.

Dikeluarkan di : J A KA RTA
Pada tanggal : 2 Mei 1975

DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,

Ttd,

Drs. H. KAFRAWI. M.A.

Tembusan dikirim kepada Yth:


1. Bapak Menteri Agama Rl.
2. Bapak Menteri Pdan K. Rl.
3. Bapak Menteri Dalam Negeri Rl.
4. Bapak Menteri Sosial Rl.
5. Bapak Menteri Pertahanan Keamanan.
6. Bapak Sek. Jen Departemen Agama.
7. Para Direktur di Lingkungan Ditjen Bimas Islam;
8. Para Kepala Daerah Tk.l & II Se-lndonesia.
9. Semua Kanwil Departemen Agama Propinsi/Kantor Depag
Kabupaten/Kotamadya se-lndonesia.

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


LAMPl RAN
INSTRUKSI
DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
No.: D/lns/62/1975
Tentang
PENGELOLAAN KEMAKMURAN MASJID

Agar masjid-masjid yang jumlahnya tidak kurang dari seratus ribu buah tersebar diseluruh
penjuru Tanah Air Indonesia berhasil guna dan berdaya guna sesuai dengan fungsinya
sebagai pusat kegiatan peribadatan dan pusat kegiatan kemasyarakatan dan agar tujuan
pembangunan Nasional menuju masyarakat adil makmur materiil dan spiritual segera
terwujud, maka perlu digariskan pedoman"Pengelolaan Kemakmuran Masjid"sebagai berikut:

Bahwa setiap masjid yang ideal hendaknya dapat memenuhi 5 (lima) syarat, yaitu:

I. BANGUNANNYA BASK DAN ALAT-ALATNYA LENGKAP:


1. Bangunan masjid itu sebaiknya terdiri dari:
1.1. bangunan induk yang permanen, yang terdiri :
1.1.1. ruang untuk shalat bcijama'ah.
1.1.2. ruang kuliah/belajar/pertemuan.
1.1.3. ruang perpustakaan
1.1.4. tempat wudhu dan We.
1.1.5. tempat sepatu, sandal dan lain-lain.
1.1.6. tempat alat-alat/gudang
1.1.7. menara (cukup fantasi)
1.2. diluar bangunan induk, bila keadaan memungkinkan, sebaiknya terdapat:
1.2.1. bangunan Untuk Taman Kanak-Kanak!SD/ Madrasah & sebaiknya.
1.2.2. bangunan untuk Poliklinik
1.2.3. bangunan untuk petugas/merbot masjid.
2. Masjid hendaknya memiliki pekarangan/taman yang rapi/indah dan memiliki
pagar yang aman dan indah.
3. Masjid hendaknya memiliki alat-alat:
3.1. tikar-tikar yang cukup.
3.2. lampu-lampu.
3.3. pengeras suara dan tape recorder.
3.4. jam dinding.
3.5. almari-almari.
3.6. mimbar yang praktis.
3.7. bila perlu disediakan sarung/mukena.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


II. MASJID SEBAGAI TEMPAT IBADAT (JAMA'AH SHALAT):
1. menggairahkan ummat agar suka beijama'ah (shalat fardhu, jum'at, tarawih) di
masjid.
2. untuk itu masjid harus disiapkan sedimikian rupa, sehingga memberikan
kedamaian, ketenangan bath in kepada jama'ah, dengan jalan:
2.1. tempat yang harus seialu bersih dan rapih.
2.2. tempat wudlu dan we yang aimya memadai dan bersih.

Ill. MASJID SEBAGAI TEMPAT PENDIDIKAN :


1. Agar disetiap masjid diadakan pendidikan/pengajian/kursus agama/ majlis talim:
1.1. untuk anak-anak (taman kanak-kanak!kanak-kanak biasa
sebaiknya diluar bangunan induk masjid) :
1.1.1. materi pelajaran : cara-cara dan pembiasan sembahyang, Ejaan
AI-Qur'an, Akhlaq (ceritera-ceritera Nabi-Nabi), Keimanan (juga melalui
ceritera-ceritera).
1.1.2. Waktu : setiap hari atau sesuai dengan kondisi setempat.
1.2. untuk para remaja laki-laki dan wanita:
1.2.1 Materi pelajaran: hilunah dan pembiasan shalat dan rukun-rukun
Islam yang lain, membaca AI-Qur'an dan SENI Qira'ahnya,
llmu Tauhid, Akhlaq, Kesenian- Kesenian yang bersifat religious
(rebana, qasidahan, yang sesuai dengan remaja).
1.2.2. Waktu : sesuai dengan kondisi setempat;
1.3. untuk dewasa laki-laki:
1.3.1. Materi pelajaran : Tafsir AI-Qur'an, Had its, Tauhid, Fiqih, llmu Tashawwuf,
dan lain-lain yang mengarah kepada peningkatan pengalaman
kehidupan beragama dalam hidup seharihari baik untuk pribadi
maupun masyarakat.
1.3.2. Waktu : sesuai dengan kondisi setempat.
1.4. untuk dewasa wan ita:
1.4.1. materi pelajaran : Tafsir AI-Qur'an, Hadist, Tauhid, Fiqih, llmu Tashawwuf,
dan lain-lain yang mengarah kepada peningkatan pengamalan
kehidupan beragama dalam hidup seharihari baik untuk pribadi
maupun masyarakat.
1.4.2. Waktu: sesuai dengan kondisi setempat.
2. Pengajian UMUM yang bersifat gabungan dari tersebut punt 111/1 diatas kecuali
kanak-kanak:
2.1. materi pelajaran : dititik beratkan kepada uraian-uraian yang umum dan
disampaikan secara populer dalam rangka penggairahan dan peningkatan
pengamalan hidup beragama.

Ill Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


2.2. Waktu : satu kali dalam seminggu/dua minggu/sebulan atau sesuai dengan
kondisi setempat.

IV. MASJID SEBAGAI TEMPAT KEGIATAN SOSIAL:


Masjid hendaknya digunakan untuk:
1. kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat/fitrah/
2. kegiatan pengumpulan dan penyaluran qurban.
3. kegiatan pengumpulan dan penyaluran sumbangan
untuk fakir miskin dan anak yatim.
4. kegiatan khitanan massal.
5. kegiatan upacara peng-lslaman.
6. sembahyang jenazah bagi jama'ah yang meninggal
7. kegiatan peringatan Hari-hari Besar Islam.
8. kegiatan Musabaqah Tilawatil Our'an.
9. tempat penghubung peningkatan perekonomian ummat Islam.
10. kegiatan perkawinan/konsultasi keluarga.
11. Klinik kesehatan.
12. dan lain-lain.

V. PENGORGANISASIAN :
1. Setiap masjid hendaknya dalam pengelolaan tugas-tugasnya memiliki:
1.1. Suatu pengurus lengkap yang melaksanakan fungsi-fungsi:
1.1.1. Ketua, Sekretaris, Bendahara.
1.1.2.Seksi Pendidikan, Seksi lbadah, Seksi Sosial, Seksi Da'wah Seksi
pemeliharaan, Seksi Keamanan dan Ketertiban.
1.2. daftar anggota jama'ah tetap yang terdaftar lengkap dengan identitasnya.
1.3. dana berdikari yang bersumber kepada: zakat maal, sumbangan, wakaf, dan
lain-lain.
1.4. rencana dan program kerja yang mantap.
1.5. dokumentasi dan evaluasi kerja yang jelas.
1.6. nama yang baik, bagi masjid tersebut.

CATATAN/PERHATIAN:
Masjidjangan dijadikan arena pertentangan khilafah, golongan dan lain-lain.

Jakarta, 2 Mei 1975.


DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,

t.t.d.
Drs. H. KAFRAWI, M.A

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


INSTRUKSI
DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NOMOR : D/INEIT/100ns

TENTANG
PENDIRIAN/PENYEDIAAN TEMPAT-TEMPAT SHALAT DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

Memperhatikan : 1. Bahwa diberbagai tempat di seluruh tanah air, kegiatan


masyarakat akan pengamalan ibadat, khususnya shalat, sangat
menggembirakan;
2. Bahwa ibadat, khususnya shalat, dapat menumbuhkan serta
merangsang akhlaq yang mulia, mencegah dari perbuatan yang
mungkar dan tercela;
3. Bahwa pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat (ibadat) dapat menjamin stabilitas ketahanan mental
sehingga merupakan modal utama dalam membentengi Bangsa
dan Negara dari rongrongan atheis/komunis;
4. Bahwa ibadat, khususnya shalat, dapat mendorong masyarakat ke
arah kejujuran, keikhlasan dan sikap serta gairah membangun;
5. Kenyataan bahwa, tempat-tempat shalat, belum cukup tersedia
dan belum memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menimbang 1. Bahwa kebutuhan masyarakat akan tersedianya dan terpenuhinya


tempat-tempat shalat perlu diusahakan;
2. Bahwa untuk itu dipandang perlu didirikanl disecliakan tempat-
tempat shalat di berbagai tempat;
3. Bahwa untuk itu semuanya perlu dikeluarkan "Pedoman Pendirian/
Penyediaan Tempat-tempat Shalat':

MEMUTUSKAN:

Mengintruksikan Menginstruksikan: Kepada seluruh Kepala Kantor Wilayah


Departemen Agama, Kepala Kantor Departemen Agama Tingkat
Kabupaten/ Kodya, Kepala-kepala KUA, Para Penyuluh Penerangan
Agama, di seluruh Indonesia, agar:
Pertama Menggairahkan dan mengusahakan pendirian penyediaan
tempat-tempat shalat (mushalla-mushalla) di dalam wilayah
jurisdiksinya masing masing sesuai dengan pedoman terlampir.

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


Kedua Dalam pelaksanaan angka Pertama di atas, agar berkonsultasi
dengan Pemerintah Daerah setempat dan bekerjasama dengan
pimpinan lnstansi yang ada di tempat itu.

Ketiga Kepala Bidang Penerangan Agama Islam setempat berkewajiban


melaporkan hasillnstruksi ini kepada atasan.

Dikeluarkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 26 J u n i 1975

DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,
ttd,

Drs. H. KAFRAWI. M.A.

Tembusan dikirim kepada Yth:


1. Para Menteri Kabinet Pembangunan R.l;
2. Semua Lembaga Pemerintah Non Departemen;
3. Sekjen Departemen Agama;
4. Para Direktur di Lingkungan Ditjen Bimas Islam;
5. Para Pembina Rohani Islam pada Departemen/Lembaga Tertinggi Negara/
Lembaga Pemerintah Non Departemen;
6. Pusbintal ABRI;
7. Para Kepala Disroh Islam Angkatan/Polri;
8. Para Kepala Daerah Tk.l dan Tk.ll di seluruh Indonesia;
9. Para Kepala KantorWilayah, Kantor Dep. Agama Kab/Kotamadya di Seluruh Indonesia.

H1mpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


INSTRUKSI
DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
NOMOR: D/INEIT/100/75

TENTANG

PENDIRIAN/PENYEDIAAN TEMPAT-TEMPAT SHALAT


DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

Memperhatikan : 1. Bahwa diberbagai tempat di seluruh tanah air, kegiatan


masyarakat akan pengamalan ibadat, khususnya shalat, sangat
menggembirakan;
2. Bahwa ibadat, khususnya shalat, dapat menumbuhkan serta
merangsang akhlaq yang mulia, mencegah dari perbuatan yang
mungkar dan tercela;
3. Bahwa pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat (ibadat) dapat menjamin stabilitas ketahanan mental
sehingga merupakan modal utama dalam membentengi Bangsa
dan Negara dari rongrongan atheis/komunis;
4. Bahwa ibadat, khususnya shalat, dapat mendorong masyarakat ke
arah kejujuran, keikhlasan dan sikap serta gairah membangun;
5. Kenyataan bahwa, tempat-tempat shalat, belum cukup tersedia
dan belum memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menimbang 1. Bahwa kebutuhan masyarakat akan tersedianya dan terpenuhinya


tempat-tempat shalat perlu diusahakan;
2. Bahwa untuk itu dipandang perlu didirikan disediakan tempat-
tempat shalat di berbagai tempat;
3. Bahwa untuk itu semuanya perlu dikeluarkan "Pedoman Pend irian/
Penyediaan Tempat-tempat Shalat':

Himpunan Peratu ra n Bidang Kemasjidan 1111


MEMUTUSKAN:
Mengintruksikan Menginstruksikan: Kepada seluruh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama, Kepala Kantor Departemen Agama Tingkat
Kabupaten/ Kodya, Kepala-kepala KUA, Para Penyuluh Penerangan
Agama, di seluruh Indonesia, agar:
Pertama Menggairahkan dan mengusahakan pendirianl penyediaan
tempat-tempat shalat (mushalla-mushalla) di dalam wilayah
jurisdiksinya masing masing sesuai dengan pedoman terlampir.
Kedua Dalam pelaksanaan angka Pertama di atas, agar berkonsultasi
dengan Pemerintah Daerah setempat dan bekerjasama dengan
pimpinan lnstansi yang ada di tempat itu.
Ketiga Kepala Bidang Penerangan Agama Islam setempat
berkewajiban melaporkan hasillnstruksi ini kepada atasan.

Dikeluarkan di : J A K A RTA
Pada tanggal : 26 J u n i 1975

DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,
ttd,

Drs. H. KAFRAWI. M.A.

Tembusan dikirim kepada Yth:


1. Para Menteri Kabinet Pembangunan R.l;
2. Semua Lembaga Pemerintah Non Departemen;
3. Sekjen Departemen Agama;
4. Para Direktur di Lingkungan Ditjen Bimas Islam;
5. Para Pembina Rohani Islam pada Departemen/
Lembaga Tertinggi Negara/Lembaga Pemerintah Non Departemen;
6. Pusbintal ABRI;
7. Para Kepala Disroh Islam Angkatan/Polri;
8. Para Kepala Daerah Tk.l dan Tk.ll di seluruh Indonesia;
9. Para Kepala KantorWilayah, Kantor Dep. Agama Kab/Kotamadya
di Seluruh Indonesia

• Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan


INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKA T ISLAM
NOMOR DJ.II/461 TAHUN 2014

TENTANG

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MASJID


PADA KANTOR WI LAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINS DAN
KABUPATEN/ KOTA

DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKA T ISLAM,

Menimbang bahwa dalam rangka peningkatan kualitas pendataan masjid dan


mushalla yang efektif, akurat dan akuntabel secara nasional, perlu
adanya penggunaan teknologi informasi dalam melakukan entri
data melalui penerapan Sistem lnformasi Masjid pad a Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten/Kota;

Mengingat 1. lnstruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pedoman


Perbaikan Pelayanan Masyarakat di Lingkungan Departemen
Agama;
2. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006 tentang pedoman Pelaksanaan
Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan
Umat Beragama, dan Pendirian Rumah lbadat;
3. Peraturan Menteri Agama Nom or 10 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nom or 592), sebagaimana telah
diubah dua kali terakhir dengan Peraturan Menteri Agama
Nomor 80 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 1202);

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan Ill


4. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja lnstansi Vertikal Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 851 );
5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 38
Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan
Publik;

MENGINSTRUKSIKAN:

Kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi seluruh


Indonesia u.p Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan
Syariah, Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat Islam, dan Kepala
Bidang Haji dan Bimbingan Masyarakat Islam.

Untuk Melaksanakan entri data masjid dan mushalla pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten I Kota melalui aplikasi
Sistem lnformasi Masjid (SIMAS).

KESATU Membentuk Tim Pengelola Data SIMAS yang terdiri dari Operator
SIMAS tingkat Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten I Kota.

KEDUA Tim Pengelola Data SIMAS melaksanakan tugas entri dan verifikasi
data masjid I mushalla pada Sistem lnformasi Masjid (SIMAS).

KETIGA Melaporkan pelaksanaan lnstruksi ini kepada Direktur Jenderal


Bimbingan Masyarakat Islam di Direktur Urusan Agama Islam dan
Pembinaan Syariah.

KEEMPAT Segala pembiayaan sebagai akibat dari pelaksanaan instruksi ini


dibebankan pada Daftar lsian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kanwil
Kementerian Agama Provinsi dan Kabupatenl Kota.

KELIMA lnstruksi ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Mei 2014
-.1
~IREKTUR JENDERAL,

~
Prof. Dr. H. ABD DJAMIL, MA
NIP 19570414 198 03 1 0039'-' f
1
Ill Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Rl;
2. lnspektur Jenderal Kementerian Agama Rl;
3. Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Agama Islam;
4. Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah;
5. Kepala KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi Se-lndonesia;
6. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten I Kota Se-lndonesia.

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan •


TIM PENYUSUN

Pengarah Siti Nur Azizah, SH, M.Hum


Ketua Drs. H. Moch. Kamalillah
Sekretaris H. Mat Achwani, 5. Ag.
Anggota 1. H. Eddy Mawardi, SH. MH
2. H. Achmad Ghufron, 5. Kom. MM
3. H. Yoesni, S.Pdi
4. Ora. Hj. Nur Afwa Sofia
5. H. Thobib Alsyhar, S.Ag. M. Si
6. Novita Siswayanti, MA
7. H. Achmad Rifai, SH
8. Siti Yusrawati, SmHk
9. Cholilah, S.Si
10. Fakhry Affan, SE
11. H. Imam Mashur, SE
12. lrwan Agus Syahbudin

Narasumber 1. Prof. Dr. H. Machasin, MA


2. Dr. H. Mochammad Jasin
3. Dr. H. Muchtar Ali, M.Hum
4. Prof. Dr. H. Muhammadiyah Am in, M.Ag
5. Choirul Fuad Yusuf, MA
6. Drs. H.Z. Muttaqin, MA
7. Luwi Darmawan, 5. Kom

Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan Ill

Anda mungkin juga menyukai