Himpunan Peraturan Kemasjidan
Himpunan Peraturan Kemasjidan
PUJI SYUKUR kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga upaya untuk menerbitkan buku "Himpunan
Peraturan Bidang Kemasjidan Tahun 2015 dapat terlaksana dengan baik. Selanjutnya shalawat
serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu 'Aiaihi
Wasallam, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyambut baik dan berbahagia atas selesainya buku "Himpunan
Peraturan Bidang Kemasjidan" ini. Buku yang diterbitkan dalam rangka mensosialisasikan
produk hukum terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Agama dalam membina
Masjid-Masjid di Indonesia. Buku ini memuat peraturan, norma, dan standar, bidang
Kemasjidan diantaranya mengenai penetapan status masjid di wilayah, pedoman bantuan
pemerintah, pengaturan tentang izin mendirikan rumah ibadah dan lainnya.
PUJI SYUKUR kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yang atas kehendak-
Nya kita dapat menerbitkan buku "Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan': Shalawat serta
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu 'Alai hi Wasallam
keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Buku Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan merupakan buku yang penting untuk
dipedomani oleh Pejabat Teknis Bidang Kemasjidan, Para Takmir Masjid dan pemerhati
Masjid sebagai rujukan dalam menyikapi persoalan-persoalan bidang Kemasjidan yang saat
ini semakin dirasakan kompleks. Kehadiran buku ini diharapkan dapat memberikan
pencerahan dan memperluas khazanah regulasi bidang Kemasjidan sebagai rujukan bagi para
pemangku kepentingan.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberkahi niat baik dan upaya yang kita
lakukan. Amin.
MEMUTUSKAN:
Pasal1
Dalam Peraturan Menteri Agama ini yang dimaksud dengan:
1. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang
diberikan oleh Kementerian Agama kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau
lembaga pemerintah/non pemerintah.
2. Perseorangan adalah orang yang aktifitas/peran dan keberadaanya memberikan
kontribusi/sumbangan terhadap program pembangunan di bidang agama.
3. Kelompok Masyarakat adalah sekumpulan orang yang dibentuk oleh masyarakat untuk
mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan,
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, dan kemanusiaanyang tidak membagi-
kan keuntungan kepada anggotanya.
4. Lembaga Pemerintah adalah Lembaga yang dibentuk dengan Undang-Undang/
Peraturan Pemerintah/Peraturan Presiden/Keputusan Presiden/Peraturan Menteri/
Peraturan Ketua Lembaga/Keputusan Menteri/Keputusan Ketua Lembaga untuk melak-
sanakan sebagian tugas dan fungsi pemerintah di bidang agama.
5. Lembaga Non Pemerintah adalah badan hukum yang dibentuk oleh masyarakat untuk
mewujudkan maksud dan tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, pendidikan agama
dan pendidikan keagamaan, serta kemanusiaan yang bersifat mendukung pelaksanaan
tugas dan fungsi pemerintah di bidang agama.
6. Daftar lsian Pelaksanaan Anggaran Kementerian Agama yang selanjutnya disingkat
DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai acuan pengguna
anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
7. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Menteri Agama yang
bertanggung jawab atas Pengelolaan Anggaran pada Kementerian Agama.
8. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang mem-
peroleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggungjawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Agama.
9. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PNKPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.
10. Bank/Pos Penyalur adalah banklpos mitra kerja yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Keuangan sebagai tempat dibukanya rekening atas nama Satuan Kerja untuk menam-
pung dana belanja bantuan pemerintah yang akan disalurkan kepada penerima atau
atas nama penerima bantuan pemerintah.
11. Menteri adalah Menteri Agama.
Pasal3
(1) Bantuan Pemerintah diberikan dalam bentuk uang, barang, dan/atau jasa.
(2) Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang sosial
keagamaan, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, serta kemanusiaan.
(3) Jenis Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:
a. pemberian penghargaan;
b. beasiswa;
c. tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya;
d. bantuan operasional;
e. bantuan sarana/prasarana;
f. bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan; dan
g. bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah.
Pasal4
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. penerima bantuan pemerintah;
b. tata cara pengalokasian;
c. prosedur penyaluran;
d. bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah; dan
e. pertanggungjawaban; dan
f. monitoring
BABII
PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH
PasaiS
(1) Bantuan Pemerintah berupa pemberian penghargaan diberikan kepada perseorangan,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah, dan lembaga non pemerintah.
(2) Bantuan Pemerintah berupa beasiswa diberikan kepada:
a. siswa/mahasiswa Warga Negara Indonesia yang berprestasi yang belajar di dalam/
luar negeri yang belajar pada madrasah/sekolah/Perguruan Tinggi Keagamaan
Negeri;dan
b. mahasiswa asing yang belajar pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri di
Indonesia.
(3) Bantuan Pemerintah berupa tunjangan profesi guru diberikan kepada:
BAB Ill
TATA CARA PENGALOKASIAN
Pasal6
(1) Bantuan Pemerintah berupa penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 ayat (3)
huruf a dialokasikan pada kelompok akun belanja barang non operasional.
(2) Bantuan Pemerintah berupa beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 ayat (3)
huruf b dialokasikan pada kelompok akun belanja barang non operasional.
(3) Bantuan Pemerintah berupa tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya sebagaima-
na dimaksud dalam Pasal3 ayat (3) huruf c dialokasikan pada kelompok akun belanja gaji
dan tunjangan pegawai non Pegawai Negeri Sipil.
(4) Bantuan Pemerintah berupa bantuan operasional sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat
(3) huruf d, dialokasikan pada kelompok akun belanja barang non operasional.
(5) Bantuan Pemerintah berupa bantuan sarana/prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3) huruf e dialokasikan pada kelompok akun belanja barang untuk diserah-
kan kepada masyarakat.
Pasal7
(1) Pengalokasian Bantuan Pemerintah pada kelompok akun belanja sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 6 dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran/DIPA pada Satuan
Kerja Kementerian Agama.
(2) Pengalokasian Bantuan Pemerintah pada Satuan Kerja Kementerian Agama sebagaima-
na dimaksud pada ayat (1) ditempatkan pada:
a. Satuan Kerja Eselon I Pusat;
b. KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi;
c. Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota; dan
d. Perguruan TinggiKeagamaan Negeri.
Pasal 8
Pengalokasian belanja Bantuan Pemerintah berupa bantuan operasional dan bantuan
rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal6 ayat (4)
dan ayat (6) didasarkan pada usulan/proposalyang diterima oleh satuan kerja sesuai dengan
wewenang, tugas dan fungsinya masing-masing.
BABIV
PROSEDUR PENYALURAN
Pasal9
(1) Bantuan Pemerintah disalurkan berdasarkan:
a. usulan/proposal; atau
b. kebijakan Menteri.
(2) Penyaluran Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan berdasarkan usulan/proposal yang diterima pada tahun anggaran
sebelumnya dan tahun anggaran berjalan.
(3) Penyaluran Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) huruf b meliputi ban-
tu an lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal10
(1) Perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/non pemerintah men-
Pasal11
(1) Usulan/proposal Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 di
verifikasi oleh PPK.
(2) Dalam hal diperlukan, PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat membentuk Tim
Verifikasi.
(3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kelengkapan persyaratan
administrasi dan dokumen pendukung.
(4) Dalam hal diperlukan verifikasi terhadap kelayakan sasaran Bantuan Pemerintah, dapat
dilakukan visitasi lapangan.
(5) Penyaluran bantuan dalam bentuk pemberian penghargaan, PPK dapat berkoordinasi
dengan pihak terkait untuk memastikan kebenaran penerima penghargaan.
(6) PPK menetapkan Keputusan Penerima Bantuan Pemerintah yang disahkan oleh KPA.
(7) Format Keputusan PPK tentang Penetapan Penerima Bantuan Pemerintah tercantum
dalam Lampi ran I yang merupakan bag ian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(8) Ketentuan lebih lanjut tentang Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) ditetapkan dalam petunjuk teknis.
Pasal12
(1) Penetapan penerima Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(6) antara lain memuat identitas penerima, ala mat, jumlah/besaran, dan bentuk bantuan
pemerintah.
(2) Dalam hal Bantuan Pemerintah berbentuk uang, penetapan penerima bantuan pemerin-
tah selain mencantumkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), wajib
mencantumkan nomor rekening penerima bantuan pemerintah pada Bank Persepsi.
(3) Dalam hal Bantuan Pemerintah berbentuk barang, penetapan penerima bantuan
pemerintah selain mencantumkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib mencantumkan nama barang, jenis barang, harga barang, dan spesifikasi barang.
(4) Dalam hal Bantuan Pemerintah berbentuk jasa, penetapan penerima bantuan pemer-
intah selain mencantumkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), wajib
mencantumkan nama lembaga penyedia jasa dan nama/jenis jasa.
Pasal13
(1) Penerima Bantuan Pemerintah berupa bantuan operasional berbentuk uang/barang,
Pasal14
Pemberian Bantuan Pemerintah dalam bentuk barang/jasa yang dilaksanakan oleh PPK
dengan mekanisme pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BABV
BANTUAN LAIN NYA YANG MEMILIKI KARAKTERISTIK
BANTUAN PEMERINTAH
Pasal15
Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3) huruf g meliputi:
1. Bantuan yang diamanatkan oleh Undang-Undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan
Presiden/Keputusan Presiden/lnstruksi Presiden;
2. Bantuan yang ditujukan untuk menanggulangi kebutuhat:~ yang ditimbulkan karena
adanya keadaan darurat (forcemajeur);
3. Bantuan yang ditujukan untuk menanggulangi kebutuhan pelaksanaan program
pemerintah yang bersifat mendesak;
4. Bantuan yang merupakan pelaksanaan program bidang agama tingkat nasional!
internasional;
5. Bantuan yang ditujukan untuk mendukung ketertiban dan keamanan nasional; dan
6. Bantuan yang diberikan atas dasar pertimbangan terlaksananya program/kegiatan yang
merupakan faktor penting tercapainya tujuan pembangunan di bidang agama.
BABVI
PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal17
(1) Penerima Bantuan Pemerintah wajib membuat dan menyampaikan laporan per-
tanggungjawaban kepada PPK.
(2) Laporan pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah dalam bentuk penghargaan,
beasiswa, tunjangan profesi guru/tunjangan lainnya berupa uang sebagaimana di-
maksud pada ayat (1) paling sedikit memuat tanda terima bantuan dan/atau bukti pem-
bayaran.
(3) Laporan pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah dalam bentuk bantuan
operasional, bantuan sarana/prasarana, bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung/
bangunan, dan bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantu an pemerintah berupa
uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat bukti penerimaan
bantuan disertai dengan berita acara serah terima uang, rincian penggunaan, dan bukti
pembayaran.
(4) Laporan pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah berbentuk barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat tanda terima barang disertai informasi
data barang yang meliputi nama, spesifikasi, dan jumlah.
(5) Laporan pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah berbentuk jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat bukti bahwa kegiatan pemberian jasa
telah dilaksanakan disertai keterangan volume, waktu, dan nama lembaga pemberi jasa.
Pasal18
(1) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 disimpan oleh
penerima bantuan sebagai dokumen untuk kelengkapan administrasi dan keperluan
pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
(2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dokumen yang sah dan
dapat dipertanggungjawabkan menu rut hukum.
Pasal19
Dalam hal pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah berbentuk uang kepada lembaga
pemerintah/non pemerintah terdapat sisa uang, penerima bantuan wajib mengembalikan ke
Kas Negara secepatnya dengan menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP).
Pasal20
PPK dapat menugaskan pejabat/pegawai/non PNS untuk melakukan monitoring Bantuan
Pemerintah.
BABVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal21
Terhadap anggaran bantuan sosial yang dialokasikan pada Akun 52 (belanja barang) yang
telah dilaksanakan sebelum ketentuan ini berlaku ketentuan menu rut peraturan perundang-
undangan tentang Bantuan Sosial.
BABIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal22
(1) Pejabat Eselon I Pusat selaku penanggungjawab program menetapkan Petunjuk teknis
pelaksanaan penyaluran setiap jenis Bantuan Pemerintah.
(2) Petunjuk teknis Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. dasar hukum;
b. tujuan;
c. penggunaan bantuan;
d. persyaratan penerima bantuan;
e. bentuk bantuan;
f. alokasi anggaran dan rincian jumlah bantu an;
g. tata kelola pencairan dan bantuan;
h. penyaluran dana bantuan pemerintah;
i. pertangggung jawaban; dan
j. ketentuan perpajakan.
Pasal23
Peraturan Menteri Agama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
Agama ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR
MEM UTUSKAN:
V/Juj~~
Prof. Dr. H. ~HASIN, M.A.Jl'
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial
keagamaan yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang
ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/ atau masyarakat sebagai dampak
krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam, dan bencana alam diperlukan
adanya bantuan pemerintah kepada masyarakat.
Sejatinya, bantuan pemerintah khususnya Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam kepada masyarakat memang telah lama menjadi
program. Namun dikarenakan kurangnya kontrol, dampak positif dari bantuan tersebut
dirasa kurang menyentuh langsung kepada masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam menggunakan pola pemberian bantuan
yang bersifat bantuan sosial dengan menggunakan akun 57 sehingga menyulitkan
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dalam melakukan evaluasi terhadap
bantuan yang telah disalurkan.
Dimulai pada tahun 2015 ini, pola bantuan sosial yang menggunakan akun 57 tersebut
diganti dengan pola akun 52 yang mewajibkan mekanisme pencairannya dilaksanakan
oleh pihak Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam sesuai dengan pengajuan
pihak penerima bantuan dengan berpedoman kepada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 190/PMK.05/ 2012 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-168/ PMK.05/
2015. Sehingga dengan itu, mudah bagi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam untuk melakukan kontrol kepada penerima bantuan, walaupun pelaksanaan
pencairannya lebih sulit dibandingkan menggunakan akun 57.
D. Sasaran
Sasaran bantuan pemerintah pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
adalah lembaga/organisasi/yayasan/masjid/mushalla/kelompok!perorangan yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memenuhi persyaratan serta
dinilai layak.
E. Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis Pemberian Bantuan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
ini diperuntukkan sebagai acuan penyelenggaraan programbantuan pemerintah
Bimbingan Masyarakat Islam. Ruang lingkup petunjuk teknis ini mengatur:
1. Pemberi Bantuan, 6. Ketentuan Perpajakan, dan
2. Tata Kelola Pemberian Bantuan, 7. Sanksi.
3. Pembinaan,
4. Laporan Pertanggungjawaban,
5. Monitoring dan Evaluasi,
Pemberi bantuan adalah Kementerian Agama yang berada pada Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam:
1. Tingkat Pusat yang dilaksanakan oleh Direktorat pada Direkorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam .
2. Tingkat Provinsi yang dilaksanakan oleh KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi.
3. Tingkat KabupateniKota yang dilaksanakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupatenl
Kota.
BABIII
TATA KELOLA PEMBERIAN BANTUAN
Bantuan Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Tahun Anggaran
2015 meliputi:
a. Pemberian penghargaan.
b. Bantuan operasional.
c. Bantuan saranal prasarana.
d. Ban tuan rehabilitasi I pembangunan gedungl bangunan.
BABIV
PEMBINAAN
BABV
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
BABVI
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Monitoring pelaksanaan bantuan dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan
telah dilaksanakan sesuai dengan Surat Keputusan Pejabat Pem buat Komitmen dan
disahkan oleh Kuasa pengguna Anggaran tentang Penetapan Penerima Bantuan
pemerintah.
Monitoring dilakukan oleh pembina pelaksanaan program sesuai dengan tingkatan dan
bidang tugas fungsinya.
B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kualitas output pelaksanaan bantuan dan meningkatkan
kualitas kegiatan.
BABVII
KETENTUAN PERPAJAKAN
Ketentuan Perpajakan dalam bantuan pemerintah ini mengacu kepada peraturan tentang
perpajakan.
BABVIII
SANKSI
Penerima Bantuan pemerintah bertanggung jawab penuh atas penggunaan dana bantuan. Apa-
bila terjadi penyalahgunaan bantuan yang mengakibatkan kerugian negara, maka penerima
bantu an dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BABIX
PENUTUP
Petunjuk Teknis Pemberian Bantuan Pemerintah ini dibuat untuk dapat dipedomani.
Ditetapkan di Jakarta
pada tangga l
DI REKT UR .JEND8RAL
I. SELAI<U I<UASA PSNUGUNA ANGGA I~AN '
v~~,
Prof. Or. 1-l . MACI-IASIN, M.A . 9('
Bentuk dan format Keputusan PPK tentang Penetapan Penerima Bantuan Pemerintah.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSA N PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN .....:................................. TENTANG
PENETAPAN .............................................. (disesuaikan dengan judul SK)
KETIGA Segala biaya yang dilimbulkan sebagai akibat dari Keputusan ini di
bebankan pada Angga ran Pend apatan dan Belanja Kementerian Agama
tahun 2015 dengan Mata Anggaran .............................................................................
Disahka n oleh
KUASA PENGGUNA ANGGARAN, PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Antara
Pejabat Pembuat Komitmen ................... (2)
Dengan
Nama Pimpinan/ Ketua Lembaga .................. (3)
Tentang
Bantuan Pemerintah untuk........................................... (4)
yang selanjutnya
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengikatkan diri dalam sebuah Perjanjian
Kerjasama pelaksanaan Bantuan Pemerintah, dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal1
Hak Dan Kewajiban:
a. PIHAK PERTAMA memberikan Bantuan Pemerintah berupa ............... {15) senilai Rp..............
{16), sesuai dengan alokasi anggaran yang ditetapkan.
b. PIHAK PERTAMA bertanggungjawab untuk mengirimkan bantuan kepada PIHAK KEDUA
sesuai dengan rencana penyaluran bantuan yang telah ditetapkan.
c. PIHAK KEDUA bersedia menerima Bantuan Pemerintah berupa ..................... { 17) dan
Pasal2
(1) Apabila terjadi perselisihan, kedua belah pihak bersedia untuk menyelesaikan secara
musyawarah dan mufakat, dan apabila tidak tercapai kesepakatan maka diselesaikan
melalui Pengadilan Negeri .............................................. ( 18)
(2) Perjanjian kerjasama ini dibuat asli rangkap 2 (dua), bermaterai cukup, dibubuhi stem pel
dinas mempunyai kekuatan hukum yang sama dan diberikan kepada para pihak.
Perjanjian ini di buat dan ditandatangani PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam keadaan
cakap menurut hukum, bermeterai cukup, dibubuhi cap dinas, dihadapan 2 (dua) orang
saksi, asli rangkap 2 (dual dan mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
(5) Diisi dengan nama hari, tempat, tanggal, bulan, dan tahun (Sa, b, c, d)
(12) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai pimpinan lembaga
(14) Diisi dengan ala mat keberadaan lembaga penerima bantuan pemerintah
(18) Diisi dengan nama kabupaten/kota wilayah hukum pengadilan negeri yang disepakati
(21) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai pimpinan lembaga penerima
bantuan pemerintah
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya bertanggungjawab penuh atas
penggunaan dana Bantuan Pemerintah yang saya terima dari........................
.......................................... (4) Kementerian Agama dengan nilai Rp...............................(S)
(terbilang: ....................................................................................................................................)(6).
Apabila di kemudian hari, atas penggunaan dana Bantuan Pemerintah yang saya terima
tersebut di atas mengakibatkan kerugian negara saya bersedia mengganti kerugian negara
dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
....................... (10)
....................................................................... ( 11)
(4) Diisi dengan nama nomenklatur satuan kerja pemberi bantuan pemerintah
(6) Diisi dengan nilai nominal dalam tulisan huruf bantuan pemerintah
(7) Diisi dengan nama nomenklatur satuan kerja pemberi bantuan pemerintah
(11) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai pimpinan/ketua lembaga
( ....................................................................................... ) (5)
Yang bertanda tang a n di bawah ini Pimpinan I Ketua Lem baga penerima bantuan dari ......
................................................ (6) Kementerian Agama, menyatakan bahwa saya:
1. Bertanggung jawab penuh atas pengeluaran yang telah kami bayarkan kepada pihak
yang berhak menerima;
2. Bersedia menyimpan dengan baikseluruh bukti-bukti pengeluaran belanja/pembayaran
yang telah dilaksanakan;
3. Bersedia untuk dilakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti pengeluaran oleh aparat
pengawas fungsional Pemerintah.
................. (9)
....................................................................... ( 10)
(6) Diisi dengan nama nomenklatur satuan kerja pemberi bantuan pemerintah
(10) Diisi dengan nama orang yang menjabat sebagai pimpinan/ketua lembaga
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Desember 2011,
DIREKTUR JENDERAL
A_BIMBINGANr-.:ASYARAKAT ISLAM t;t
Af!ft;jC
~ Prof. Dr. H. MACHASIN, MA1
• NIP. 195610131981031003 f
BABI
PENGERTIAN UMUM
BABII
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
BAB Ill
TIPOLOGI MASJID
A. MASJID NEGARA
1. Masjid Negara adalah masjid yang berada di lbu Kata Negara Indonesia, menjadi
pusat kegiatan keagamaan tingkat Kenegaraan dengan kriteria :
a. Dibiayai dari subsidi Negara melalui APBN dan APBD serta bantuan masyarakat;
b. Berfungsi sebagai pembina masjid-masjid yang ada diwilayah provinsi;
c. Kepengurusannya ditetapkan dan dilantik oleh Menteri Agama atau yang
mewakilinya;
d. Menjadi contoh dan rujukan masjid yang ideal;
e. Memiliki fasilitas/ bangunan penunjang seperti kantor, bank syariah, toko,
aula, hotel atau penginapan, poliklinik, sekolah atau kampus;
f. Memiliki nilai budaya, arsitektur nasional dan memiliki potensi sebagai
tempat tujuan wisata, baik domestik maupun mancanegara;
g. Memiliki nilai sejarah kebangsaan.
2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Menteri
Agama untuk waktu 5 tahun, dan dapat dipilih kembali maksimal2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representasi dari perwakilan
pemerintah, organisasi Islam dan perwakilan masyarakat;
c. Memiliki sistem adiministrasi perkantoran dan kesekretariatan serta keatata-
usahaan yang akuntabel;
d. Memiliki uraian kerja dari struktur kepengurusan dan menempatkan personil
pengurus sesuai dengan kompetensinya pada uraian kerja;
e. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
f. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
g. Menunjuk pelaksana harian untuk menjalankan roda organisasi kepengurusan
dan pelayanan terhadap segala aktivitas masjid yang bersifat teknis harian;
h. Memiliki sistem pengelolaan bangunan;
i. Memiliki Imam Besar, Wakil Imam Besar dan 6 orang imam yang ditetap-
kan oleh Menteri Agama;
j. Memiliki Muadzin minimal4 (em pat) orang;
k. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
3. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
c. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Presiden,
Wakil Presiden, Pejabat Negara dan Wakil Negara Sahabat;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
f. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Kuliah Dhuha, Kajian
Kelslaman sehabis shalat, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam dan
Tabligh Akbar;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan, baik formal seperti TK s.d Perguruan
Tinggi maupun pendidikan non formal seperti Madrasah Diniyah, TPQ
Majelis Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan Kursus-Kursus;
h. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
lembaga zakat, BMT, Bank Syariah, Koperasi, ATM;
i. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban dan menyalur-
kan kepada yang berhak, dll;
J. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah kelslaman;
k. Menyelenggarakan pembinaan Pemuda/ Remaja Masjid;
I. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan pemulasaran jenazah;
m. Menyelenggarakan bimbingan I pelatihan manasik haji dan umroh;
n. Menyelenggarakan siaran dakwah melalui media televisi dan radio, minimal
dalam bentuk radio yang disiarkan secara luas;
o. Menyelenggarakan dakwah melalui website yang dikelola secara aktif;
p. Menyiarkan khutbah dan ceramah melalui internet (streaming dan youtube);
q. Mengelola sosial media seperti facebook dan twitter.
4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 20.000 jamaah,
lengkap dengan garis-garis shaf, bersih dan nyaman;
2. Memiliki minimal 2 ruang tamu khusus (VIP);
B. MASJID NASIONAL
1. Masjid Nasional adalah masjid di lbu Kata Provinsi yang ditetapkan oleh Menteri
Agama sebagai Masjid Nasional dan menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat
Pemerintahan Provinsi dengan kriteria:
a. Dibiayai dari Pemerintah Provinsi melalui APBD dan bantuan masyarakat;
b. Berfungsi sebagai pembina Masjid Agung yang ada diwilayah provinsi
bersama dengan Masjid Raya;
c. Kepengurusannya ditetapkan oleh Gubemur atau yang mewakilinya atas
rekomendasi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam berdasarkan
usul Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi dengan mempertimbang-
kan saran dan pendapat masyarakat;
2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Gubernur
atau yang mewakilinya untuk waktu 3 (Tiga) tahun, dan dapat dipilih kembali
maksimal 2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representatif dari perwakilan
pemerintah, organisasi Islam dan perwakilan masyarakat;
c. Memiliki uraian kerja dari struktur kepengurusan dan menempatkan
personil pengurus sesuai dengan kompetensinya pada uraian kerja;
d. Memiliki sistem adiministrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntabel;
e. Menunjuk pelaksana harian untuk menjalankan roda organisasi kepengurus-
an dan pelayanan terhadap segala aktivitas masjid;
f. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
g. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
h. Merumuskan program jangka pendek, menengah dan panjang;
i. Memiliki sistem pengelolaan bangunan (building management);
j. Memiliki Imam Besar, Wakillmam Besar dan 3 orang Imam serta 3 orang Muazin
yang ditetapkan Gubernur atas rekomendasi Kementerian Agama Provinsi;
k. Memiliki Muadzin minimal 3 (tiga) orang;
I. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
m. Status tanah bersertifikat tanah wakaf;
n. Menerima kritik dan saran dari jamaah.
3. Standar lmarah:
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Menampung perbedaan pend apat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh
Gubernur, Wakil Gubernur, Pejabat Provinsi dan masyarakat umum;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian keislaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 10.000 jamaah, lengkap
dengan garis shaf, bersih dan nyaman;
2. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih minimal 100 unit
serta tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimal2 ruang tamu khusus (VIP);
4. Memiliki Ruang Serbaguna (Aula) dengan kapasitas minimal 500
tempat duduk;
5. Memiliki tempat wudhu yang terpisah untuk pria dan wan ita sebanyak
300 kran, tempat buang air kecil sebanyak 150 unit dan MCK sebanyak
100 unit yang mudah dijangkau oleh jamaah, termasuk di setiap lantai
atas dan ruang imam serta kantor, dijamin kebersihan dan kenyamannya;
6. Memiliki sound sistem dengan kapasitas 10.000 MW yang telah
diakustik dan memiliki ruangan khusus;
b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam dan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
4. Memiliki minimaiS kelas belajar;
5. Memiliki Ruang perkantoran yang dapat menunjang pemakmuran
masjid;
6. Memiliki halaman parkir yang luas;
7. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah di setiap
pintu masuk masing-masing 3000 kotak;
8. Memiliki minimal2 Ruang konsultasi;
9. Memiliki minimaiS kamar penginapan;
10. Memiliki minimall unit mobil ambulan;
11. Memiliki sarana bermain dan olahraga;
12. Memiliki kendaraan operasional.
C. MASJID RAYA
1. Masjid Raya adalah masjid yang berada di lbu Kota Provinsi, ditetapkan oleh
Gubernur atas rekomendasi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
sebagai Masjid Raya, dan menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat Pemerintah-
an Provinsi dengan kriteria:
a. Dibiayai oleh Pemerintah Provinsi melalui APBD dan dana masyarakat;
b. Berfungsi sebagai pembina Masjid Agung yang ada diwilayah provinsi;
c. Kepengurusannya ditetapkan oleh Gubernur atau yang mewakilinya atas
rekomendasi Kepala Kantor Wilayah Kernen terian Agama Provinsi berdasar-
kan usulan jamaah/ masyarakat;
d. Menjadi contoh dan rujukan masjid yang ideal dalam wilayah provinsi;
e. Memiliki fasilitas/ bangunan penunjang seperti kantor, bank syariah, toko,
aula, hotel atau penginapan, poliklinik, sekolah atau kampus;
f. Memiliki nilai budaya, arsitektur nasional dan memiliki potensi sebagai tern-
pat tujuan wisata, baik domestik maupun mancanegara;
g. Memiliki nilai sejarah kebangsaan.
2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Gubernur
3. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat, shalat
tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Gubernur,
Wakil Gubernur, Pejabat Provinsi dan masyarakat umum;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
f. Menyiapkan khatib dan cadangan khatib yang berkepribadian shaleh,
berwawasan luas dan memiliki kemampuan dakwah yang baik;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Kuliah Dhuha, kajian
kelslaman sehabis shalat, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam dan
Tabligh Akbar;
h. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan, baik formal seperti PAUD Perguruan
Tinggi maupun pendidikan non formal seperti Madrasah Diniyah, TPQ Majelis
Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan Kursus-Kursus;
i. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
lembaga zakat, BMT (Baitul Mal WatTamwil), Bank Syariah, Koperasi, ATM;
4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 10.000 jamaah, lengkap
dengan garis shaf, bersih clan nyaman;
2. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih minimal 100 unit
serta tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimal 2 ruang tamu khusus (VIP);
4. Memiliki Ruang Serbaguna (Aula) dengan kapasitas minimal 500
tempat duduk;
5. Memiliki tempat wudhu yang terpisah untuk pria dan wanita sebanyak 300
kran, tempat buang air kecil sebanyak 150 unit clan MCK sebanyak 100
unit yang mudah dijangkau oleh jamaah, termasuk di setiap lantai atas dan
ruang imam serta kantor, dijamin kebersihan dan kenyamannya;
6. Memiliki sound sistem dengan kapasitas 10.000 MWyang telah diakustik
dan memiliki ruangan khusus;
7. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset;
8. Memiliki sarana jalan untuk penyandang cacat.
b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam clan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
4. Memiliki minimal 5 kelas belajar;
5. Memiliki Ruang perkantoran yang dapat menunjang pemakmuran masjid;
D. MASJID AGUNG
1. Masjid Agung adalah masjid yang terletak di lbu Kota Pemerintahan Kabupatenl
Kota yang ditetapkan oleh Bupatil Walikota atas rekomendasi Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten I Kota, menjadi pusat kegiatan sosial keagamaan
yang dihadiri oleh pejabat Pemerintah Kabupaten I Kota dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten I Kota dan swadaya masyarakat Muslim;
b. Menjadi pusat kegiatan keagamaan Pemerintahan Kabupaten I Kota atau
masyarakat muslim dalam wilayah Kabupaten I kota;
c. Menjadi pembina masjid-masjid yang ada di wilayah Kabupaten I Kota;
d. Kepengurusan masjid ditetapkan oleh Bupatil Wali Kota atas rekomendasi
Kepala Kantor Kementerian Agama KabupateniKota berdasarkan usulan
KUA Kecamatan, lembaga masyarakat, baik organisasi kemasyarakatan
maupun yayasan;
e. Menjadi contoh dan rujukan masjid yang ideal dalam wilayah KabupateniKota;
f. Memiliki fasilitasl bangunan penunjang seperti kantor, bank syariah, toko,
aula, hotel atau penginapan, poliklinik, sekolah atau kampus.
2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Walikotal
Bupati atau yang mewakilinya untuk waktu 3 (Tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali maksimal 2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representative dari perwakilan
pemerintah, organisasi Islam dan perwakilan masyarakat;
c. Memiliki uraian kerja dari struktur kepengurusan dan menempatkan personil
pengurus sesuai dengan kompetensinya pada uraian kerja;
d. Memiliki sistem administrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntable;
e. Menunjuk pelaksana harian untuk menjalankan roda organisasi kepengurus-
an dan pelayanan terhadap segala aktivitas masjid;
3. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan dengan baik: shalat fardhu lima waktu,
shalat jumat, shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat
gerhana;
b. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Bupati/
Walikota, Pejabat Kab/ Kota dan masyarakat umum;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
f. Menyiapkan khatib dan cadangan khatib yang berkepribadian shaleh,
berwawasan luas dan memiliki kemampuan dakwah yang baik;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Kuliah Dhuha, kajian
kelslaman sehabis shalat, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam dan
Tabligh Akbar;
h. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan, baikformal sepertiTKs.d Perguruan
Tinggi maupun pendidikan non formal seperti Madrasah Diniyah, TPA, Majelis
Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan Kursus-Kursus;
i. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
lembaga zakat, BMT, Bank Syariah, Koperasi, ATM;
J. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban dan menyalur-
kan kepada yang berhak, dll;
k. Menyelenggarakan Pelayanan kesehatan dan pemulasaran jenazah;
1. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah keislaman;
m. Menyelenggarakan bimbingan/ pelatihan manasik haji dan umroh;
4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 8.000 jamaah,
lengkap dengan garis-garis shaf;
2. Menyediakan alat shalat wan ita (mukenah) bersih minimal 50 unit serta
tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimal 2 ruang tamu khusus (VIP);
4. Memiliki Ruang Serbaguna (aula) dengan kapasitas minimal 300
tempat duduk;
5. Memiliki tempat wudhu yang terpisah untuk pria dan wanita minimal
memiliki kran sebanyak 100 kran, tempat buang air kecil minimal 40
unit dan MCK minima 130 unit yang mudah dijangkau oleh jamaah,
termasuk di setiap lantai atas dan ruang imam serta kantor;
6. Memiliki sound sistem dengan kapasitas 5.000 MW yang telah
diakustik dan memiliki ruangan khusus;
7. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset;
8. Memiliki sarana jalan untuk penyandang cacat.
b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam dan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
4. Memiliki Ruang perkantoran yang dapat menunjang pemakmuran masjid;
5. Memiliki halaman parkir yang luas;
6. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah di setiap
pintu masuk masing-masing 750 kotak;
7. Memiliki minimall Ruang konsultasi;
8. Memiliki minimal 5 kamar penginapan;
9. Memiliki minimallunit mobil am bulan;
10. Memiliki sarana bermain dan olahraga;
11. Memiliki kendaraan operasional.
2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Pemerintah
Daerah setingkat Camat untuk waktu 3 (Tiga) tahun dan dapat dipilih kembali
maksimal2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representative dari perwakilan
pemerintah, organisasi Islam dan perwakilan masyarakat;
c. Memiliki sistem adiministrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntable;
d. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
e. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
f. Merumuskan program jangka pendek, menengah dan panjang;
g. Memiliki sistem pengelolaan bangunan (building management);
h. Memiliki Imam Besar, dan 2 orang imam yang ditetapkan oleh Camat atas
usul Kepala KUA Kecamatan;
i. Memiliki Muadzin minimal 2 orang;
J. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama;
k. Memiliki legalitas status tanah, diutamakan bersertifikat tanah wakaf;
1. Membuka kritik dan saran dari jamaah.
3. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Menampung perbedaan pendapat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Camat,
Pejabat Kecamatan dan masyarakat umum;
4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 5.000 jamaah, lengkap
dengan garis-garis shaf;
2. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih minimal 30 unit serta
tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimall ruang tamu khusus (VIP);
4. Memiliki Ruang Serbaguna (Aula);
5. Memiliki tempat wudhu sebanyak 50 kran dan MCK sebanyak 20 unit
yang mudah dijangkau oleh jamaah, termasuk di setiap lantai atas dan
ruang imam serta kantor;
6. Memiliki sound sistem dengan kapasitas 4.000 MW yang telah
diakustik dan memiliki ruangan khusus;
7. Memiliki sarana listrik yang mencukupi dan genset;
8. Memiliki sarana jalan untuk penyandang cacat;
9. Memiliki infokus dan layarnya yang terpasang secara permanen atau ti-
dak permanen.
b. Fasilitas Penunjang
F. MASJID JAM I
1. Masjid Jami adalah masjid yang terletak di pusat pemukiman di wilayah pedesaan
I kelurahan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Berada di pusat Pedesaanl Kelurahanl pemukiman warga, dibiayai oleh
Pemerintahan Desai Kelurahan dan atau swadaya masyarakat;
b. Menjadi pusat kegiatan keagamaan Pemerintahan Desai Kelurahan dan warga;
c. Menjadi pembina masjid, mushalla dan majelis taklim yang ada diwilayah
Desai Kelurahanl Pemukiman;
d. Kepengurusan Masjid dipilih oleh jamaah dan ditetapkan oleh pemerintah
setingkat kelurahanl Desa atas rekomendasi Kepala KUA Kecamatan.
2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh pemerintah
daerah setingkat kelurahanl Desa untuk waktu 3 (Tiga) tahun dan dapat
dipilih kembali maksimal2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representative dari perwakilan,
mushalla, majelis taklim dan tokoh masyarakat;
c. Memiliki sistem adiministrasi perkantoran dan kesekretariatan serta ketata-
usahaan yang akuntable;
d. Melakukan rapat pleno minimal sekali dalam setahun;
e. Melakukan rapat rutin minimal sekali dalam sebulan;
f. Merumuskan program jangka pendek, menenangah dan panjang;
g. Memiliki sistem pengelolaan bangunan (building management);
h. Memiliki 1 orang imam yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setingkat
kelurahan I Desa setelah memperoleh sertifikasi dari KUA atau ulama setempat;
3. Standar lmarah:
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Menampung perbedaan pend apat dan mengambil titik tengah;
c. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
d. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Lurah I
Kepala Desa/ RW dan masyarakat umum;
e. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
f. Menyelenggarakan Kegiatan Dakwah Islam seperti Majelis Taklim, Kuliah
Dhuha, kultum sehabis shalat, Peringatan Maulid, lsra Mi'raj, Tahun Baru Islam
dan Tabligh Akbar;
g. Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan, khususnya non formal seperti
Madrasah Diniyah, TPQ Majelis Taklim, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat), dan Kursus-Kursus yang dibutuhkan jamaah;
h. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial dan ekonomi antara lain
UPZ (Unit Pengumpulan Zakat), BMT, Koperasi, dll;
1. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban dan
menyalurkan kepada yang berhak, dll;
J. Menyelenggarakan Pembinaan Pemuda/ Remaja Masjid;
k. Menyelenggarakan Pelayanan kesehatan dan pemulasaran jenazah;
1. Melayani konsultasi jamaah, baik dalam hubungan dengan problematika
pribadi dan keluarga, maupun hubungannya dengan masalah keislaman;
m. Menyediakan Buletin Jum'at yang dibagikan kepada Jamaah.
4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung 1.000 jamaah,
lengkap dengan garis-garis shaf;
2. Menyediakan alat shalat wan ita (mukenah) bersih minimall 0 unit serta
tempat penyimpanannya;
3. Memiliki minimall ruang tamu;
G. MASJID BERSEJARAH
1. Masjid Bersejarah adalah masjid yang berada dikawasan peninggalan Kerajaan/
Wali/ penyebar agama Islam/ memiliki nilai besar dalam sejarah perjuangan
bangsa. Dibangun oleh para Raja/ Kesultanan/ para Wali penyebar agama Islam
serta para pejuang kemerdekaan.
2. Kriteria Masjid Bersejarah:
a. Memiliki ciri-ciri arsitektural yang khas sesuai dengan zamannya serta latar
belakang historis, budaya pada zaman Kerajaan Islam maupun zaman
revolusi kemerdekaan;
b. Tercatat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat sebagai eagar
budaya dan memiliki nilai sejarah;
c. Pembiayaan pemeliharaan dan biaya operasional didanai oleh pemerintah
dan/ atau swasta (swadaya masyarakat), dan dari pihak swasta I masyarakat;
d. Menjadi pusat kajian I informasi bagi wisatawan I pengunjung;
e. Kepengurusan masjid ditetapkan oleh Gubernur atas usulan Kemen-terian
Agama Provinsi.
3. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh Pemerintah
Daerah (Gubernur/Walikota/ Bupati/ Dinas kebudayaan dan pariwisata serta
Kemeterian Agama) setempat untuk waktu 3 (Tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali maksimal 2 periode;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan representative dari perwakilan
4. Standar lmarah :
a. Menyelenggarakan peribadatan: shalat fardhu lima waktu, shalat jumat,
shalat tarawih, dan shalat sunnah yang insidental seperti shalat gerhana;
b. Membuka Ruang Utama Shalat pada waktu-waktu shalat;
c. Menyelenggarakan shalat ldul Fitri dan ldul Adha yang dihadiri oleh Pejabat
Pemerintahan setempat;
d. Menentukan tema materi khutbah, ceramah tarawih dan kajian kelslaman
lainnya sesuai dengan kebutuhan jamaah;
e. Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam: Peringatan Maulid, lsra Mi'raj
dan Tahun Baru Islam;
f. Menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan sosial keagamaan seperti
santunan fakir, miskin dan yatim, menghimpun hewan qurban dan
menyalurkan kepada yang berhak, dll;
g. Melayani konsultasi jamaah seputar informasi dan sejarah masjid;
h. Mensyiarkan khutbah dan ceramah melalui buletin atau selebaran yang
mudah untuk dibagikan kepada masyarakat/ jamaah.
5. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang utama shalat, lengkap dengan garis-garis shaf;
2. Memiliki tempat wudhu minimal 20 kran dan MCK bersih minimal 10
unit yang mudah dijangkau oleh jamaah;
3. Memiliki sound sistem yang telah diakustik dan memiliki ruangan
khusus penyimpanannya;
4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung minimum 100 jamaah,
lengkap dengan garis-garis shaf;
2. Memiliki tempat wudhu minimum 10 kran, toilet bersih minimum 5
unit dan MCK sebanyak minimum 5 unit yang mudah dijangkau oleh
jamaah;
3. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih serta tempat
penyimpanannya;
4. Memiliki sound sistem dengan kapasitas dan ruangan khusus;
5. Memiliki infokus dan layarnya yang terpasang secara permanen atau
tidak permanen bila dimungkinkan;
6. Memiliki peralatan kebersihan, keindahan lingkungan, keamanan dan
kenyamanan jamaah, dll.
b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki ruang imam dan muadzin;
3. Memiliki ruang perpustakaan yang baik;
I. MUSHALLA
1. Mushalla adalah masjid kecil yang terletak di kawasan pemukiman maupun publik
untuk memfasilitasi masyarakat melaksanakan ibadah dengankriteria sebagai
berikut:
a. Berada di kawasan tertentu seperti pemukiman setingkat RT, kantor,
perusahaan, pabrik, kampus, sekolah, rumah sakit, hotel, bandar udara,
pelabuhan, terminal bus, stasiun, mall, SPBU, Restoran dan tempat umum
lainnya;
b. Dibangun I dibiayai oleh Pemerintahl lnstansi, perusahaan atau swadaya
masyarakat;
c. Bangunannya tersendiri atau berupa ruangan khusus pada bangunan I
gedung yang diperuntukkan untuk ibadah;
d. Berfungsi sebagaimana umumnya masjid, yakni sebagai tempat shalat
berjamaah masyarakat dan untuk pembinaan kelslaman, akhlak, dan tradisi
keilmuan;
e. Pengurus ditetapkan dan dilantik oleh jamaah atau pimpinan perusahaan,
instansi yang sesuai dengan otoritas kerjanya;
f. Mushalla di lingkungan masyarakat menjadi bagian dari pembinaan masjid
disekitarnya.
2. Standar ldarah :
a. Organisasi dan Kepengurusan masjid dilantik clan ditetapkan oleh kepala
instansi, Kepala Perusahaan atau tokoh masyarakat atas usul dari jamaah;
b. Struktur organisasi dan pengurus merupakan masyarakat atau kar-yawan
sebagai penanggungjawabnya;
c. Melakukan rapat sesuai kebutuhan;
d. Merumuskan program jangka penjang yang bersifat rutin dan kegiatan
penunjang lainnya;
e. Memiliki minimall orang imam clan termasuk menjadi ustadz di mushalla
tersebut;
f. Memiliki Muadzin minimal2 orang;
g. Memiliki Sertifikat arah kiblat yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama
setempat;
h. Memiliki legalitas status tanah, diutamakan bersertifikat tanah wakaf;
i. Menyediakan kotak amal dan kotak saran.
3. Standar lmarah :
4. Standar Ri'ayah:
a. Fasilitas Utama
1. Memiliki ruang shalat yang dapat menampung minimum 20 orang
jamaah, lengkap dengan garis-garis shaf, terjamin kebersihan dan
kenyamanannya;
2. Menyediakan alat shalat wanita (mukenah) bersih serta tempat
penyimpanannya;
3. Memiliki tempat wudhu minimal 5 kran, tempat buang air kecil minimal
2 unit clan MCK bersih minimal sebanyak 1 unit yang mudah dijangkau
oleh jamaah;
4. Memiliki sound sistem yang memadai dan telah diakustik.
b. Fasilitas Penunjang
1. Memiliki ruang kantor sekretariat yang dapat menampung aktivitas
pengurus;
2. Memiliki tempat penitipan alas kaki dan barang milikjamaah.
BABIV
PEMBINAAN IDARAH
1. Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah shalat, tempat mengayomi dan membina
umat sekitarnya secara aktif. Fungsi masjid sangat luas, maka perlu adanya idarah
(pengelolaan).
A. PERENCANAAN
1. Pengurus Masjid dalam jabatan apapun hendaknya memiliki keahlian memimpin
(leadership), mampu memahami seluruh tugas dan permasalahan dalam bidang-
nya dan merumuskan rencana yang akan dilakukan bersama secara baik, efisien
dan efektif.
2. Semua unit kepengurusan harus mempunyai rencana yang jelas dan kongkret
dalam bidangnya. Suatu rencana yang kongkret berisi beberapa aspek yaitu :
a. Apa isi rencana, tujuan dan target dari rencana tersebut;
b. Mengapa rencana tersebut dibuat, apa alasan-alasan atau latar belakangnya;
c. Bagaimana rencana itu dilaksanakan dijelaskan secara lengkap teknik dan
tahap-tahapnya;
d. Oleh siapa dilaksanakan dan siapa atau apa sasarannya. Apakah seorang
atau satu kelompok orang atau suatu organisasi atau panitia. Dijelaskan
organisasinya, baik yang melaksanakan maupun sasarannya;
e. Kapan dilaksanakan. Hal ini meliputi berapa lama dan kapan. Sebaliknya
dilengkapi dengan jadwal dari hari ke hari, semenjak persia pan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan;
f. Dimana hal itu dilaksanakan. Sebutkan nama kota, desa, ruang dan
semacamnya;
g. Berapa biaya, semuanya dinyatakan secara mendetail, dari mana sumber
biaya tersebut dan untuk apa.
B. ORGANISASI KEPENGURUSAN
1. Struktur Kepengurusan sekurang-kurangnya terdiri dari Penasihat, Ketua,
Sekretaris/ Ketua Bidang ldarah, Bendahara, Ketua Bidang lmarah dan Ketua Bi-
dang Ri'ayah dengan jumlah pengurus yang disesuaikan pada luasnya pekerjaan;
2. Masa jabatan Pengurus masjid berkisar antara 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun atau
selama-lamanya 5 tahun. Pada akhir masa jabatannya pengurus wajib menyampaf-
kan pertanggung jawaban;
3. Pemilihan pengurus dapat dilaksanakan ba'da shalat Jum'at maupun shalat rawatib
dengan cara musyawarah antara jamaah masjid;
4. Pengurus yang akan dipilih hendaknya bertempattinggal di sekitar masjid;
5. Pengorganisasian pengurus harus jelas dan mengikut sertakan jamaah secara lebih
KETUA
SEKRETARIS BENDAHARA
Bidang lmaroh
Badan-Badan/
Lembaga-Lembaga
C. ADMINISTRASI
1. Administrasi Masjid adalah kegiatan mencatat dan mendokumentasikan pekerjaan
untuk mengetahui secara pasti pekerjaan dan keadaan yang sedang berjalan dan
akan dilakukan, mengevaluasi kemajuan serta sejarah perkembangan masjid.
2. Tujuan Administrasi Masjid adalah:
a. Masjid terawat dengan baik dan selalu bersih;
b. Roda organisasi dan administrasi masjid berjalan lancar;
c. Peribadatan terlaksanakan dengan baik;
d. Program pendidikan dan sosial berhasil sebagaimana direncanakan.
3. Administrasi Jamaah adalah pencatatan data jamaah tetap dan tidak tetap yang
tinggal disekitar masjid dan secara tetap ataupun sewaktu waktu datang ke
masjid baik dalam kegiatan shalat rawatib atau shalat jum'at. Administrasi jamaah
memuat data kehadiran, jumlah jamaah, nama jamaah, pekerjaan, keahlian dan
latar belakang pendidikannya yang dicatatkan pada buku besar.
2. Dst-dst.
D. KEUANGAN
1. Pengelolaan Keuangan meliputi pengadaan uang, pembelanjaan yang tepat dan
administrasi keuangan yang baik;
2. Tujuan pengelolaan keuangan adalah untuk menumbuhkan kepercayaan antar
pengurus masjid dan masyarakat sehingga mendorong orang agar lebih senang
beramal;
3. Uang masjid adalah uang amanat, karena itu pengeluarannya didasarkan pada
prinsip kehati-hatian berdasarkan suatu rencana yang sungguh sungguh jelas, dan
nyata untuk keperluan masjid;
4. Prinsip-prinsip umum dalam keuangan Masjid :
a. Pos pengeluaran hendaknya disusun tiap awal tahun anggaran menjadi
suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Masjid (APBM), yaitu suatu program
yang menyangkut program pemasukan dan pengeluaran uang;
b. Anggaran belanja masjid disusun berdasarkan program masjid. Artinya kegiatan
apa saja yang akan dikerjakan masjid dalam seta hun yang akan datang;
1. 2. 3.
E. PENGAWASAN
1. Pengawasan adalah salah satu fungsi idarah yang penting. Semua rencana
pelaksanaan kegiatan organisasi kepengurusan, administrasi, dan keuangan harus
ada pengawasan;
2. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan oleh pengawas khusus atau oleh
pimpinan itu sendiri. Pengurus secara keseluruhan juga harus mengadakan
pengawasan secara menyeluruh dan terus menerus.
BABY
PEMBINAAN IMARAH
Kegiatan lmarah meliputi :
a. Kegiatan Peribadatan; g. Pembinaan lbadah Sosial;
b. Majlis Taklim; h. Peringatan HBI dan Hari Besar Nasional;
c. Remaja Masjid; i. Pembinaan Wan ita;
d. Perpustakaan; J. Koperasi;
e. Taman Kanak-Kanak; k. Kesehatan.
f. Madrasah Diniyah;
A. Kegiatan Peribadatan
1. Dalam peribadatan yang terpenting adalah shalat fardhu. Pelaksanaan ibadah shalat
fardhu 5 waktu, seharusnya lebih utama dikerjakan secara berjamaah. Sumber
utama keberhasilan shalat 5 waktu adalah banyaknya pengunjung jamaah masjid
dan jamaah dapat mencapai tingkat kesempurnaan yang maksimal dalam shalatnya,
D. Kegiatan Perpustakaan
1. Perpustakaan masjid didirikan di lingkungan I lokasi masjid untuk digunakan
oleh jamaah masjid khususnya dan masyarakat umumnya. Perpustakaan masjid
tersebut diharapkan dapat menjaring informasi informasi yang merupakan
konsumsi bagi masyarakat yang dilayaninya.
2. Perpustakaan masjid diarahkan untuk dapat menyediakan bahan pustaka
selengkap mungkin mengenai masalah yang diperlukan oleh para jamaah
masjid dan masyarakat setempat di sekitarnya, sehingga kebutuhan akan
bahan bacaan yang diperlukan oleh masyarakat pemakai itu dapat terpenuhi.
3. Petugas perpustakaan masjid diharapkan mempunyai kualifikasi sebagai
berikut:
a. Sedikit banyak memahami ilmu agama islam dan bahasa Arab;
b. Tingkat pendidikan sekurang-kurangnya sederajat SLTA;
c. Mempunyai minat terhadap buku dan perpustakaan.
4. Perpustakaan masjid harus mempunyai organisasi yang jelas dengan struktur
organisasi dan menggambarkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
perpustakaan masjid sebagai berikut:
KATALOGISASI SIRKULASI
Analisa Pekerjaan.
a. Urusan Teknis.
Tugas lata Usaha meliputi pekerjaan surat menyurat, administrasi umum,
penyediaan sarana dan prasarana serta pemeliharaan.
b. Pengadaan Koleksi.
Tugas pengadaan meliputi pemeliharaan bahan pustaka, usaha-usaha penambahan
koleksi buku dan inventarisasi. Cara mencari buku antara lain dengan jalan
membeli dan meminta sumbangan bisa didapat dari jamaah atau bisa juga dengan
meminta bantuan pemerintah seperti Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pertanian,
Kementerian Kesehatan, Kantor BKKBN dan lain-lain.
c. Pengelolaan Teknis.
Tugas pengelolaan teknis adalah mempersiapkan bahan. pustaka sedem.ikian
rupa sehingga mudah diatur dan didayagunakan. Untuk itu sudah ada peraturan
baik yangmenyangkut carapenyusunan uraian katalog maupun klasifikasi buku-
buku.
d. Peminjaman/ Sirkulasi.
Tugas peminjaman adalah mengatur sirkulasi buku-buku sehingga koleksi yang
ada dapat didayagunakan secara tertib, maksimal dan keutuhan koleksi Relatif
terjaga. Untuk itu masalah keanggotaan tata tertib dan tata cara peminjaman
perlu diatur dengan ketentuan tersendiri.
e. Kesiagaan informasi (pelayanan Referensi).
Kesiagaan informasi adalah kesiagaan perpustakaan dalam menyediakan data dan
informasi yang diminta pengunjung, melalui pelayanan referensi buku.
f. Komisi Perpustakaan.
Tugas komisi perpustakaan adalah sebagai badan penasihat pimpinan
H. Madrasah Diniyah
1. Madrasah Diniyah I Ml adalah Lembaga pendidikan dan pengajaran Agama
Islam, berfungsi terutama untuk membantu orang tua dalam memberikan
tambahan pendidikan agama pada anak-anak dengan memanfaatkan
waktu yang tersedia secara optimal dan berencana bagi kegiatan belajar dan
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tenaga guru yang dibutuhkan oleh suatu Madrasah Diniyah adalah
tergantung kepada banyaknya kelas di madrasah tersebut. Dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kepala Madrasah dengan latar belakang pendidikan yaitu untuk
madrasah Diniyah Awaliyah dari lulusan PGAN/ SMTP/ SMTA sederajat
ditambah dengan pengalaman sebagai guru minimal 3 tahun dan
untuk Madrasah Diniyah Wustha dari lulusan PGA 6 Tahun/ SMA
sederajat atau Sarjana Muda;
b. Guru Madrasah Diniyah;
c. Tenaga Tata Usaha.
3. Madrasah Diniyah Awaliyahadalah Madrasah Diniyah tingkat permulaan atau
Sekolah Dasar (SO) dengan masa belajar 4 (empat) tahun dari kelas 1 sam-
pai dengan IV dengan jumlah jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam
seminggu.
4. Tujuan khusus Diniyah Awaliyah ialah:
a. Agar anak cinta terhadap Agama Islam dan berkeinginan untuk
melakukan ibadah shalat dan ibadah lainnya;
b. Memiliki pengetahuan dasar tentang Agama Islam;
c. Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Arab sebagai alat untuk
memahami ajaran agama Islam;
d. Dapat mengamalkan ajaran agama Islam.
5. Pelajaran pada tingkat Madrasah Diniyah Awaliyah adalah (peraturan
Menteri Agama Nomor 3 tahun 1983 pasal8) sebagai berikut:
a. AI-Qur'an;.
b. Hadits;
c. Terjemah;
K. Pembinaan Wanita
1. Islam telah menempatkan kaum wanita pada kedudukan yang mulia, yaitu
sebagai tiang negara. Apabila wanitanya baik maka keadaan negarapun
baik, dan bila wanitanya buruk maka rusak pulalah negara itu. Untuk itu,
pengurus masjid perlu meningkatkan pengetahuan ibu ibu, baik Agama
maupun umum serta menganjurkan untuk mengikut sertakan para ibu
dalam tugas-tugas bangsa dan negara menurut kemampuan dan bidang
yang dikuasainya.
2. Pengurus masjid perlu mengadakan macam-macam kursus, seperti menjahit,
memotong ram but, merias pengantin, membuat aneka makanan. Ceramah
khusus tentang cara memelihara badan dan mendidik anak, penataran
L. Koperasi
1. Masjid di samping sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai forum komunikasi
jamaah, forum ini dikembangkan fungsinya sebagai kontak para jamaah dalam
bidang ekonomi antara lain dengan mendirikan koperasi di lingkungan masjid
dan kegiatan kontak usaha antar jamaah untuk meningkatkan kesejahteraan
taraf hid up di antara mereka.
2. Koperasi merupakan suatu unit usaha yang dikelola secara bersama oleh
anggota atas prinsip kekeluargaan disamping kegiatan ekonomi. Koperasi
ini dapat berupa : koperasi simpan pinjam, konsumsi, jasa dan koperasi serba
usaha.
3. Pengurus masjid perlu mensosialisasikan tujuan diadakannya koperasi
bahwa hal tersebut dianjurkan dan sesuai dengan ajaran Islam yaitu untuk
menggairahkan kesadaran umat dan jamaah akan pentingnya usaha
peningkatan ekonomi dan koperasi, memberi keterampilan mereka dalam
bidang usaha dan sebagai sumber dana untuk membiayai kegiatan dan
kebutuhan masjid dalam rangka kesejahteraan umat dan jamaah atau anggota.
M. Kesehatan
1. Salah satu sarana yang amat penting guna meningkatkan kesejahteraan
umat adalah adanya penanganan kesehatan baik yang menyangkut fisik
masjid yaitu kebersihan serta keindahannya maupun yang menyangkut
kesehatan jamaahnya.
2. Bagi masjid yang mampu langsung dapat menangani kesehatan tersebut
dengan membuka poliklinik yang menyediakan ruangan khusus untuk
pemeriksaan, tempat tidur pasien, ruang dokter, ruang tunggu, peralatan,
obat, kemudian tersedia dokter dan perawat.
3. Harl praktek diatur berdasarkan kesediaan dokter, juga memperhatikan
waktu-waktu jamaah berkumpul.
4. Tarif dokter harus terjangkau masyarakat atau gratis sama sekali.
5. Masjid dapat melakukan pengumpulan dana kesehatan bagi jamaah
menggunakan prinsip asuransi kesehatan, yang dikaitkan dengan dana
jaminan kesehatan masyarakat melalui Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS), adapun dananya diperoleh dari Jama'ah peserta BPJS ataupun
dari bantuan dana Baznas/ Bazda dan Jama'ah donator atas dasar gotong
royong dan tolong menolong.
6. Masjid dapat menunjukkan perhatian lebih nyata terhadap jamaah yang
1. Ri'ayah bertujuan untuk memelihara masjid dari segi bangunan, keindahan dan
kebersihan. Dengan adanya pembinaan ri'ayah masjid, masjid sebagai baitullah (rumah
Dahar Tangens
BABVII
PENUTUP
Standar Pembinaan Manajemen Masjid ini menjadi pedoman pembinaan bagi Pembina
kemasjidan pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, pengurus masjid mau-
pun instansi dan Lembaga Kemasjidan dalam penge lolaan atau Manajemen Masjid. Dengan
mempedomani standar ini diharapkan agar masjid- masjid yang tersebar di seluruh pelosok
tanah air dapat difungsi kan seoptimal mungkin, seh ingga rumah ibadah itu dapat hadir
dalam sosok yang paripurna.
Ditetapkan d i Jakarta
pada tanggal 2 Desember 2014
DIREKTUR JENDERAL
jB I MBlNGAN MASYAR'\KAT !~LA1v1, 9V
•.:31!Jl::SJN, MA~
' NIP. 195610131981031003 !
Meningat 1. Undang-undang Nomor 5Tahun 1960 (LN Tahun 1964 Nomor 104);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 (LN Tahun 1963
Nomor61);
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Pertama Menunjuk Bad an Kesejahteraan Masjid Pusat di Jakarta sebagai Badan
Hukum Keagamaan yang dapat mempunyai hak milik atas tanah yang
dipergunakan untuk usahanya yang langsung berhubungan dengan
keagamaan, dengan syarat-syarat sebagai berikut di bawah ini:
1. Dalam waktu 1 (satu) tahun setelah tanggal surat keputusan
ini Badan Kesejahteraan Masjid disingkat BKM tersebut wajib
menyampaikan kepada kami pemberitahuan tentang tanah-
tanah yang dipunyai/ dikuasai dengan menyebutkan: jenis tanah
(sawah/tanah/tegalan/pekarangan), status haknya, letaknya, luas-
nya dan penggunaannya;
2. Pemberitahuan tersebut disampaikan kepada kami setelah dia-
Ttd
DARYONO
Salinan Sesuai dengan aslinya
SEKRETARIS DIREKTORAT
JENDERAL AGRARIA
Ttd.
SUNARTO
Kelima Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan akan diu bah dan
diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal9 September 2004
Dikeluarkan di : Jakarta,
Pada tanggal : 17 Juli 1978
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,
T.t.d.
Drs. H. KAF RAWI M.A.
Tembusan:
1. Bapak Menteri Agama Rl;
2. lnspektur Jenderal Departemen Agama;
3. Sekretaris Jenderal Departemen Agama;
4. Kepala Kanwil Departemen Agama seluruh Indonesia;
5. Majlis Ulama Indonesia;
6. Para Direktur pada Ditjen Bimas Islam;
7. Organisasi-organisasi tinggkat Pusat;
8. Lembaga Dakwah dan Majelis Ulama Propinsi seluruh Indonesia.
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM
PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA,
PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH
IBADAT
Menimbang a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun;
b. bahwa setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menu rut
agamanya;
c. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menu rut agamanya dan kepercayaannya itu;
d. bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha
penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-
pemeluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, tidak menyalahgunakan atau menodai
agama, serta tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban
umum;
e. bahwa Pemerintah mempunyai tugas untuk memberikan
bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam
melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan
rukun, Ia ncar, dan tertib;
MEMUTUSKAN:
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:
1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan
dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan
Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.
3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus
dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara
permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga.
4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas Keagamaan
adalah organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang dibentuk berdasarkan
kesamaan agama oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan
hukum, dan telah terdaftar di pemerintah daerah setempat serta bukan organisasi sayap
partai politik.
BABII
TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Pasal2
Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama,
pemerintahan daerah dan Pemerintah.
Pasal3
(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh kepala kantor wilayah departemen agama provinsi.
Pasal4
(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewa-
jiban bupati/walikota.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.
PasaiS
(1) Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan
kerukunan umat beragama;
c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati,
dan sating percaya di antara umat beragama; dan
d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil
Pasal6
(1) Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam pemelihara-
an kerukunan umat beragama;
c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati,
dan sa ling percaya di antara umat beragama;
d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban
masyarakat dalam kehidupan beragama;
e. menerbitkan 1MB rumah ibadat.
(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah
kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan
kepada lurah/kepala desa melalui camat.
Pasal7
(1) Tugas dan kewajiban camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal6 ayat (3) meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan;
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, sating pengertian, saling menghormati,
dan sating percaya di antara umat beragama; dan
c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam
kehidupan keagamaan.
(2) Tugas dan kewajiban lurah/kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (3) meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghorrnati,
dan saling percaya di antara umat beragama.
Pasal8
(1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat
dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.
(3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat konsultatif.
Pasal9
(1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal8 ayat (1) mempunyai tugas:
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk
rekomendasi sebagai bah an kebijakan gubernur; dan
d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di
bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan
pemberdayaan masyarakat.
(2) FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal8 ayat (1) mempunyai tugas:
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk
rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota;
d. melakukan soslalisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang
keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan
masyarakat; dan
E. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat.
Pasal10
(1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.
(2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB
kabupaten/ kota paling banyak 17 orang.
(3) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat
dengan keterwakilan minimall (satu) orang dari setiap agama yang ada di provinsi dan
kabupaten/kota.
(4) FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang
sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.
Pasal12
Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/
kota diatur dengan Peraturan Gubernur.
BABIV
PENDIRIAN RUMAH IBADAT
Pasal13
(1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh
berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang
bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.
(2) Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap
menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban
umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama diwilayah kelurahan/ desa
sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah
penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/kota atau provinsi.
Pasal15
Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil
musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis.
Pasal16
(1) Permohonan pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam Pasal14 diajukan
oleh panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh
1MB rumah ibadat.
(2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak
permohonari pend irian rumah ibadat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ).
Pasal17
Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah
ibadat yang telah memiliki 1MB yang dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang
wilayah.
BABV
IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG
Pasal18
(1) Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara
harus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota
dengan memenuhi persyaratan:
a. laik fungsi; dan
Pasal19
(1) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan
rumah ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen
agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.
(l) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan
rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 2 (dua) tahun.
Pasal20
(1) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal19 ayat (1) dapat dilimpahkan kepada camat.
(2) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor
departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.
BABVI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal21
(1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah oleh ma-
syarakat setempat.
(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian
perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama
kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak
dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB kabupaten/kota.
(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dicapai,
penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan setempat.
BABVII
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal23
(1) Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen agama provinsi melakukan
pengawasan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan
pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat
beragama dan pend irian rumah ibadat.
(2) Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan
pengawasan terhadap camat dan lurah/kepala desa serta instansi terkait di daerah atas
pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum keruku-
nan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.
Pasal24
(1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pem-
berdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat
di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, dan Merited Koordinator
Kesejahteraan Rakyat.
(2) Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama,
pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah
ibadat di kabupaten/kota kepada gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Agama.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setiap 6 (enam)
bulan pada bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu.
BABVIII
BELANJA
Pasal25
Belanja pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan kerukunan umat beragama
serta pemberdayaan FKUB secara nasional didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
Pasal27
(1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB. di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.
(2) FKUB atau forum sejenis yang sudah dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota
disesuaikan paling lam bat 1(satu) tahun sejak Peraturan Bersama in I ditetapkan.
Pasal28
(1) lzin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah dan tetap berlaku.
(2) Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang telah mempunyaiiMB untuk rumah
ibadat, diproses sesuai dengan ketentuan 1MB sepanjang tidak terjadi pemindahan
lokasi.
(3) Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan secara
permanen dan/atau memiliki nilai sejarah yang belum memiliki 1MB untuk rumah
ibadat sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini, bupati/walikota membantu mem-
fasilitasi penerbitan 1MB untuk rumah ibadat dimaksud.
Pasal29
Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah wajib
disesuaikan dengan Peraturan Bersama ini paling lam bat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun.
Pasal30
Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, ketentuan yang mengatur pendirian rumah
ibadat dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/
BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin
Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan lbadat Agama oleh
Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal31
Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal21 Maret 2006
ttd ttd
Dikeluarkan di : J A KA RTA
Pada tanggal : 2 Mei 1975
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,
Ttd,
Agar masjid-masjid yang jumlahnya tidak kurang dari seratus ribu buah tersebar diseluruh
penjuru Tanah Air Indonesia berhasil guna dan berdaya guna sesuai dengan fungsinya
sebagai pusat kegiatan peribadatan dan pusat kegiatan kemasyarakatan dan agar tujuan
pembangunan Nasional menuju masyarakat adil makmur materiil dan spiritual segera
terwujud, maka perlu digariskan pedoman"Pengelolaan Kemakmuran Masjid"sebagai berikut:
Bahwa setiap masjid yang ideal hendaknya dapat memenuhi 5 (lima) syarat, yaitu:
V. PENGORGANISASIAN :
1. Setiap masjid hendaknya dalam pengelolaan tugas-tugasnya memiliki:
1.1. Suatu pengurus lengkap yang melaksanakan fungsi-fungsi:
1.1.1. Ketua, Sekretaris, Bendahara.
1.1.2.Seksi Pendidikan, Seksi lbadah, Seksi Sosial, Seksi Da'wah Seksi
pemeliharaan, Seksi Keamanan dan Ketertiban.
1.2. daftar anggota jama'ah tetap yang terdaftar lengkap dengan identitasnya.
1.3. dana berdikari yang bersumber kepada: zakat maal, sumbangan, wakaf, dan
lain-lain.
1.4. rencana dan program kerja yang mantap.
1.5. dokumentasi dan evaluasi kerja yang jelas.
1.6. nama yang baik, bagi masjid tersebut.
CATATAN/PERHATIAN:
Masjidjangan dijadikan arena pertentangan khilafah, golongan dan lain-lain.
t.t.d.
Drs. H. KAFRAWI, M.A
TENTANG
PENDIRIAN/PENYEDIAAN TEMPAT-TEMPAT SHALAT DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
MEMUTUSKAN:
Dikeluarkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 26 J u n i 1975
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,
ttd,
TENTANG
Dikeluarkan di : J A K A RTA
Pada tanggal : 26 J u n i 1975
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM,
ttd,
TENTANG
MENGINSTRUKSIKAN:
Untuk Melaksanakan entri data masjid dan mushalla pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten I Kota melalui aplikasi
Sistem lnformasi Masjid (SIMAS).
KESATU Membentuk Tim Pengelola Data SIMAS yang terdiri dari Operator
SIMAS tingkat Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten I Kota.
KEDUA Tim Pengelola Data SIMAS melaksanakan tugas entri dan verifikasi
data masjid I mushalla pada Sistem lnformasi Masjid (SIMAS).
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Mei 2014
-.1
~IREKTUR JENDERAL,
~
Prof. Dr. H. ABD DJAMIL, MA
NIP 19570414 198 03 1 0039'-' f
1
Ill Himpunan Peraturan Bidang Kemasjidan
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Rl;
2. lnspektur Jenderal Kementerian Agama Rl;
3. Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Agama Islam;
4. Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah;
5. Kepala KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi Se-lndonesia;
6. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten I Kota Se-lndonesia.