Menyambut datangnya Idul Adha, maka khutbah Jumat kali ini mengangkat tema tentang
kurban. Dengan judul khutbah, “Kurban Bentuk Kepasrahan Total pada Allah swt.”
diharapkan mampu menguatkan kesadaran kita akan pentingnya kepatuhan dan
kepasrahan pada Allah dalam bentuk kurban.
Bercermin kepada kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, semoga kita semakin sadar bahwa
apa pun yang Allah perintahkan, maka harus kita laksanakan. Apa pun yang Allah minta
dari kita, maka harus kita korbankan meski sesuatu yang paling berharga sekalipun. Untuk
mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau
bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat..
Khutbah I
⹁ُ ه
zُْ َ ْ 3 أ َ َه ُ ا: ه ُ⹁ ا´ \ ِّ¿ ىtg ¤ََ à َ3t z ُ .ْ ’ه ُ⹁ اtę ´: َ ُ َو اctbأ z ْ ُِ .ْ ’ ّٰ ِ اc~’َ ْ zُ s ِx ا
tَ ¤ì
أPَ t َو Pَ t ُ َ 1 ْ cَ ُ َو ´ْ َ¤ ِ ِ, ›ِ s رsَ َ ِ, c َ] ¸َ Pَ
J 3 إ, َ ą ٰ \إ, J أنzُ َ; ْ أ
t َ c َ] َ َ : َ ُ َوs ْa َt e~ Pِ ْ,ì اa َzًك ´أ ُ ُ ,è َ‘A َ : َũْ ِدِهcِ َt ق S ِ) ç¤َ ُ .ْ ’ا
is´ ّ ا c ُ هcَt & ¸َأPَ ´ t َهzُ ه ُ⹁ أ3J َ; َ ْ َt َو,ْ رز ا
َ ´ِî
& ُ َو اisَر ه ُ اì َt \ ´ ُ اpsْ\ ُą s أ ´ ّنzُ َ; ْ َ⹁ َو ´ أis´ ّ اJ 3 إ, ْ cَ ْz ³ َ pْ c َ َد ةą ُ َ;َ t َ \ َ 3J ُ هaْzَ و
c ُ هęَ¤َ t ِّ¿ ي ا ه ُ َو رcَ ْzُ ِّاzَ َt > ُ´ ~َe zّ ً :ِ
¸َ ]َ
ْ , 3ا ’c psْ\ ْ َ ق3 ُ اisق اzęَ J ْ َ اt :ِ َ œ ُp ْ َ c َو ا pSْ َ َ ⹁ è َg 3ا
c
و,َ ✓ ْ ِ َ ُ ُ اą َرz و, ْ ِ ⹁﴾ُ ,َ ´ ş ْũ إ ´ ّن, ⹁ ِ) ‘ ,ِ َş
c ِ
ę
P´ّt ş َ ْzُ ْ أ3 ِ َر ّب اc~’َ ْ zُ is ْ ِ: tِ‘ :œtِ zِ ّ ´ 3ا ِP J َذ
⹁َ ْ :ِtَ’ َ. َو ا 3َ َو ا
Baca Juga:
Khutbah Jumat: Mari Berkurban, Raih Pahala dan Keutamaannya
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Baginda Alam, Nabi Besar Muhammad
saw. Nabi pembawa rahmat ke seluruh alam, sekaligus Nabi pembawa cahaya ketauhidan
di tengah gelapnya kesyirikan. Shalawat dan salam juga semoga tercurah kepada
keluarganya, para sahabatnya, tabiin dan tabiaatnya, hingga kepada kita selaku umatnya
yang senantiasa berharap syafaatnya kelak di hari Kiamah.
Baca Juga:
Khutbah Jumat: Menjaga Diri dan Keluarga dari Api Neraka
s َ ِzaُ ì
إن, Pَ t : ) ا أtَ : َذ اè َt ْ ُ ْ Pَ t ُ ّ ِ ì أ.ْ ’ ِ اè ُ َ´ أرى: t َ : ´ ل3 َ ُ اè َS ´َ ّt lşَ َ َ¿ Pَ
, ›َُpْ ْè : tẽ َ ى أذ مtz َ ّ ِ ìإ, ّ tẽ 3َ¸ ّ
ل c
c
: ِ ِ ﺑtg ّ 3 اs x ء اt
´ّ َ
ُ Pِ
Artinya, “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia
(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu.
Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang
diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-
orang yang sabar,” (QS. ash-Shafat [37]:102).
Mendapat informasi demikian dari ayahnya, Nabi Ismail pun tak gentar sedikit pun. Ia
justru meminta Sang Ayah untuk menyanggupinya. Hal itu jelas terlihat dalam bunyi ayat
di atas, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah,
engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Mendapat kesanggupan itu, Nabi Ibrahim bergegas menajamkan pisau dan membaringkan
putranya Ismail untuk disembelih. Namun, goresan pisau Ibrahim di leher Ismail ternyata
tak membekas apa-apa. Sebab, begitu cepat Allah mengganti leher Ismail dengan leher
kambing.
Rupanya, perintah Allah pada Ibrahim untuk menyembelih putranya hanyalah ujian.
Intinya, Ibrahim telah membenarkan mimpinya. Ibrahim sudah terbukti hamba yang ikhlas
menjalankan perintah Allah. Itu terbukti dari seruan Allah kepada mereka berdua,
sebagaimana termaktub dalam surah ash-ShaRat.
Artinya: Dan Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu. Sesungguhnya demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak
itu dengan seekor sembelihan yang besar,” (QS. ash-Shafat [37]: 104-107).
Peristiwa penyembelihan ini kemudian menjadi cikal bakal pensyariatan ibadah kurban
yang dikukuhkan dalam syariat umat Nabi Muhammad dan selalu mereka peringati di
setiap Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban.
ُ ,َ ş3Jَ ْũ ْ َ اœ ُp ⹁ْ َ c
َ )ِ pSْ َ َ⹁ cَ&ْ َ ا ِ´ ّ “ ا
ِ: t َو ا ا ِ ´ ّنş َ ,ِ ‘ è َg 3ا ْz
Artinya, "Sungguh, Kami telah memberimu, Muhammad, nikmat yang banyak, maka
shalatlah untuk Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang yang membencimu
adalah orang yang terputus dari rahmat Allah,” (QS. Al-Kautsar [108]: 1-3).
Berdasar ayat tersebut, madzhab Syafi’i menetapkan hukum kurban sebagai sunnah
muakkad, sementara madzhab yang lain ada yang menetapkan hukum wajib, terlebih bagi
mereka yang berkecukupan, sesuai dengan bunyi hadis:
tَ ‘ّ A´ g
: ‘َ è َA ,⹁ِ ³ َ ٌ َوs ą َ \ َنPَ Zَ t
Pُ ّ ´َ َ ﺑ¤ْ p : ُg ْ َ
Artinya, “Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berkurban maka
jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami,” (HR. Ibnu Majah).
Namun, ada pula di antara ulama madzhab Syafi’i yang menarik hukum sunah muakkad
kepada sunnah kifayah. Ini artinya, jika ada beberapa orang dalam satu keluarga, maka
cukup terwakili atau terpenuhi status sunahnya jika ada salah seorang dari mereka yang
menunaikan. Ini menunjukkan, tidak lagi diorientasikan bagi yang mampu, tetapi dianggap
sebagai ibadah kolektif yang berstatus sunah dalam setiap keluarga.
Bahkan, disampaikan Ibnu ‘Abbas, jika seseorang tidak mampu berkurban dengan domba
atau kambing, maka hendaklah berkurban pada hari raya Idul Adha dengan hewan yang
halal walaupun berupa ayam, itik, atau kelinci sebagai wujud iraqotud dam.
Hadiri sekalian
Hukum sunah dan wajib di atas memberi pengertian dua hal. Pertama, ibadah kurban
merupakan ibadah penting. Bahkan, dalam hadis dijelaskan bahwa amalan yang paling
bagus dilakukan pada saat hari raya Idul Adha adalah iraqutud dam atau menyembelih
hewan kurban. Karena itu, jika kita mampu maka tunaikanlah ibadah kurban tersebut.
Kedua, ibadah kurban merupakan wujud kesadaran dan kepasrahan hamba yang tidak
memiliki apa-apa dan tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Ingatlah apa yang dipasrahkan
Nabi Ibrahim berupa anak tercinta, Ismail, walau kemudian diganti oleh Allah dengan
domba.
Lantas secara spesifik kapan kita diperintah untuk menyembelih hewan kurban?
Sebagaimana yang telah disinggung, pelaksanaan kurban adalah pada Hari Raya Idul Adha,
yakni pada tanggal ke-10 Dzulhijjah ditambah tiga hari Tasyriq, yaitu tanggal ke-11, ke-12,
dan ke-13.
Adapun ketentuan pembagian daging hewan kurban, para ulama fiqih telah memberi
ketetapan. Jika kurbannya berupa nadzar, maka orang yang berkurban tidak boleh
memakannya sedikit pun, termasuk keluarga yang wajib dinaLahinya. Sementara untuk
kurban sunah, si pengurban masih boleh memakan sesuap atau dua suap bagian hatinya
demi mencari keberkahan, bahkan mengambil hingga sepertiganya.
Hal itu dilakukan demi ittibaur-rasul atau mengikuti Rasulullah saw. sekaligus tafa’ul atas
para penduduk surga. Sebab, hidangan pertama yang diberikan kepada mereka adalah hati.
Meski status kurbannya sunah dan si pengurban boleh mengambil hingga sepertiganya,
tetapi menyedekahkan dan menghadiahkan seluruhnya tentu lebih baik. Tujuannya supaya
lebih menunjukkan rasa ikhlas dan pengorbanan total dalam berkurban.
Namun, yang diniatkan dalam kurban adalah membersihkan sifat-sifat kehewanan yang
ada dalam diri, menjauhkan sifat kikir, meraih kesucian jiwa, serta memperindahnya
dengan sifat-sifat terpuji. Lagi pula yang sampai pada Allah dalam berkuran bukan
dagingnya, melainkan ketakwaannya, sebagaimana firman-Nya:
sْ ُ
Artinya, “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada
Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu,” (Q.S. al-Hajj [22]: 37).
Khutbah II
3J َ َ ِ : ْ ُ هaْzَ ُ وis´ ّ اJ 3 إ, َ ą َ \إ, َ 3J نzُ;َْ ِ ا’ أis َ ْ) اcc ِدt ç ِt ْ3J ِ ِّ c َt َ , ›َي أ c~’َ ْ zُ s ´ِ x ْ َ ا
َ
zُُ ْ َ ُ هt ´ّ: إ, ⹁ُ \ َą أ c ِ ْ :ِ َ .ْ م3J ِc ِtg َو ْا ¿ّ \ ´ِ ا
\ ]َ َ¸ آc َوs ِّzِ َt > ´ُ ~َe ّz ¸َ ]َ c e~ َ ً J ث َرpُْ ْ َ .ْ ’َ ُ⹁ اpsْ \ ُą cَ اe ّzً~َ ´ُ > أ ´ ّنì َ ْ َ ِ: ْ ُc ُهh :´ّ t َ و,
ِ c َşt َو ´ أąِِ )ِ ę ,ّ ´ ُ ّ ´Jَ S ِ اS ْ َ.’tَ :ِ ْ َc ْه ُ َو رzُ zُ َ; ْ َو ´ أ
z´ ّ ِ ¸ِّ ⹁ : َ´ t 3 ]َ َ¸ اc َ˚ ّ ْنg S ُ : tَ :ِ ْ َc’ َ. ْ 3 ِ َةِ َر ّب ا¤ْ Pَ َ إ, اcُ pِْرts ْ َو,ُ ْ َ&َ s is ا اp ُ¤ّ ´:ِ اe َ ِ: ْ َc أ
ُ َ S َ ْ : ¿ِّ \ ´; َ ا,tّ ˚ أ Pَ !‘Aَ َ َوisإ ´ ّن ا, َ اPَ t
َ ´s
ّ 1 ْ ِ ِ َوc وPَ pْ Jَ 3 َt > ُ´ ~َe ّz َوs ِّzَ َt ¸َ ]َ c isا اSs ِّ ُpْ َ ْ ِ َوc َl ˚ ّ ْ اę S اPَ z ُpْء ا
َ
وąِِ \ ]َ َ¸ آc ¸ّ ´]ę
وĩ َ ْ l ِ ْ ً t cc
ت
tَ :َو ´ \ا s ِ ْ َ~ تPِ ْ,ì ِء3J َ ْz َt َ ت ا.ْ ’ َاpْ Pِ z َ:t ِp ُ .ْ ’ ْ َ َو ا:ِ c ِ ْ J ِ3ْ ُpْ Pِ z ¤ ´ ُ ّ ´Jَ S ا
َاcَ p ِ :ِ َ ٌs ẽ ´ إ, َا3J َ ْpP ْ َو ا,ْ S ِ َt ْ ُ .ْ ’ ْ َ َو ا:ِ ِ S ْ ُ ا,ّ
ِP
َ ا’ْ & َ ن َو ِP ´ إ, ,ّ ´ ُ ّ ´J S ت⹁ اs ْ َ .ْ ’ َ ِ اè ِ ْz ِP َ ل َوtّ ّ ´ è ِ ْz ِP ِ
ş ُذp َ َو ا, ِّ ş ُذt َ pُ t َ َ .ْ ’َ َو اt ş ُذp ą \ ا, .ْ ’ِ ا ş
c’
َ z َz
ِ t èَ ِ : آt َ ّ ´ ّ ْ ِ و ⹁ َر: ´ \ َ َ ِ اl َ ِP َ ’ ُ ْ ِ َو ا ) َوPِ َ ِ َ ) َو ْ 3ا
ِ è َو
لt َ : ْ ّ ˚ \ا ą َt ّ ‘ِ, َ ْ ِ اẽ ş ُذp àُْ ْ 3 ا ş ُذp S 3َو ا
ِرz´ ّt 3ب ا
َ َ اẽ ِz َt c َ ً َوz َz
ِة.َ Jا
َ3
ّ l ´َ َ : ¸ z ✓ُ .ْ ’ َ“ءِ َو اs ا َ ; َ َوş ْ ُ¤ْ 3ن ئ ِذي اz َt is َ : َ›î˚ ,ُ ✓ ُp ç ِ3t إ ´ ّن ا, ⹁ ِ isَد اcِ َt
ُ
ُ ¿ْ َ ْ 3ِ َو ا,َ ¤ْ 3 ì َ ¸ cَ “َ h : َ: و,
J ,? َ ْل َو ْاzْ
ُ ,َ Z ِ ´أis َ ُ َو \ َِ¿ ‘ْ ُ ا3 ç ُ هcُ pْ د: َ , ْ ِ َ ْ 3 َ اis‘´ ّ ُ ْون ذ‘ ُ ُوا اìََ :
َْ َو اì ُ ْ ✓ ُp ‘ْ c è َt
Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan
layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
TAGS: