Anda di halaman 1dari 11

KHUTBAH

Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga


Nabi Ibrahim
Nur Rohmad Kamis, 7 Juli 2022 | 19:00 WIB

Naskah khutbah Idul Adha ini mengingatkan kepada kita semua tentang sejumlah
praktik kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Mereka adalah pribadi yang teguh
iman, taat, berilmu, dan penuh kepasrahan kepada Allah.

Baca juga: Kumpulan Khutbah Idul Adha Terfavorit

Teks khutbah berikut ini berjudul "Khutbah Idul Adha: 6 Keteladanan Keluarga Nabi
Ibrahim". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna
merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)
×
Khutbah I
⹁‫أ ا‬,ً´ ُ ِ Z c~’َ ْ zَ,ُْ ‫ُا‬c ْ ِ ّٰ ‫أ‬s´ ُ ِx ‫ َو‬sَi‫ا‬Zُ ,َ َ, Zُc ْ ْ ‫ ُ ُ ´ ´أأ‬sَsَii‫ ُ ُ اا‬,,َ َ Z
sَi ‫َ ُ ا‬,,َ ُ Zْ ْ ‫ ُ ُ ´ ´أأ‬issَi‫⹁ اا‬Z Zْ ‫ ُ ´أ‬sَi‫ا‬ Z َ, ُc ْ ‫ ُ ´أ‬sَi ‫ ُ ا‬,َ Z ْ ‫ ُ ´أ‬sَi ‫ ُ ا‬,َ Z ْ ‫ ُ ´أ‬sَi ‫ا‬
⹁ُ ‫ه‬t ّ: ‫إ‬, J ّ3‫إ‬, Jَ 3 َ ْ ُzُ ‫ ُ⹁ َو‬is‫ ا‬J´ ّ3‫إ‬, َ ą َ \‫إ‬, Jَ 3 ‫ ´أ ْن‬ì َ ْ;َ zُ ‫َو‬
´ ´ ⹁‘ً ِ eَْ ~ ِ ‫ َو‬is‫ن ا‬ َ s ْa َt ُ ‫ ا⹁ َو‬,ً ِ Z ÷ c~’َ ْ zُ s ِx ْ ‫َو ا‬
s ِّzَ َt َ ‫ ´أ ´ ّن‬ì َ ْ;َ zُ ‫َو‬
´ Aę ‫ َ ًة ´ َو ´ أ‬, ✓ْ ُ ş ‫ ِه‬zِ ِ ّٰ
´ ´
3‫ ِ ِ ا‬c َşt ‫ ْ ِ⹁ و‬:J ´ Pِ‫ ا‬s ِّzِ َt > ُ~ َe ّz ç َt ‫ َ َو‬1sَّ ‫ُ َو‬ is‫ ّ¸ ا‬ę ] ُ ُ َ ~eْ ‫ ّٰ ⹁ َو َر‬xs‫ ل ا‬z tَ > ُ´ ~َe ّ ´ِ َ ¦ ‫َو‬
ْ :ِ ِّ &ّ ‫ َو أ‬ąِِ ٰ\ ‫ ]َ َ¸ ا‬c ⹁ُ ‫اة‬zَ ْ ُ .ْ ’‫ا‬ ps ُ ‫ّا َر‬zً
¸َ َ] c ‫ك‬ َ ‫َر‬
َ ْ ِ: &ِ œtّ ´ 3‫ا‬

cَ zْ &ْ َ ‫ ا ِ´ ّ “ ا‬,:ِ ْ ِ,َ ✓ 3‫ ِ ِ ا‬t ِ ِ) è ِ ‘ ِt“َş!3َ¤‫ ا‬,⹁ِ ْ ِ َ 3‫ ]َ ِ ِ¸ّ ا‬3‫ ّٰ ِ ا‬xs‫ َى ا‬¤pْ َ :ِ ½ ِ ¤ْ َ ‫ ْ ُ ْ َو‬ę
P´ّt ş َ ْzُ ⹁ è َ ‫أ‬
َ c ْ ‫َو ا‬ ِّ pSْ َ ۗ َ è َ َg ) ِ ‘ ِ, َş َ ْ 3‫ٰ ا‬
‫˚و‬î ´
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 3‫) ا‬ َ ş3Jَ ْũ ْ ‫ َ ا‬t :ِ َ œ ُp ‫ا ّن‬
( pS
Baca Juga:
Khutbah Idul Adha: Pesan Kemanusiaan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad
Mengawali khutbhah id pada pagi hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat
kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kapan
pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi
yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala
larangan Allah ta’ala.

Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu,


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Keluarga Nabi Ibrahim adalah keluarga yang saleh. Sang ayah, yaitu Ibrahim, serta istri
dan kedua putranya, semuanya adalah hamba-hamba yang saleh. Saleh (shalih) artinya
memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba. Kesalehan tidak akan dicapai kecuali dengan
ilmu dan amal. Tanpa ilmu, seseorang tidak akan mampu beramal dengan benar sesuai
tuntunan syariat. Dan ilmu tanpa amal tidak akan mendekatkan diri kepada Allah dan tidak
akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang saleh.

Ada banyak sekali sisi kesalehan keluarga Nabi Ibrahim yang dapat kita teladani.
Di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut.

Pertama, Nabi Ibrahim sangat kuat memegangteguh akidah dan

syariat. Allah ta’ala berfirman:

َ Pَ t Zَ t ‫ َو‬t P˚ّ ْ S ِ ًt ¤ًْ ِ


ْ Z :ِ ِ ْ ُ .ْ ’‫ َ ا‬Pِ ‫ن‬ zz (٧٦ :‫> ان‬e ‫)آل‬
ّ : ‫ ِد‬œِ ْ , ُ ;َ, ُpْ ٰ ‫ن ا ِ ْﺑ‬
‫ن‬S ْ Zَ t ِ 3‫ ´ ّو‬t ِّ ˝: ‫ َا‬Jَ 3 َgْ‫ ´ ّو‬t ˝ َ PَZtَt
ٰ
Maknanya: “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani,
melainkan d×ia adalah seorang yang memegang teguh Islam. Dia bukan pula termasuk
(golongan) orang-orang musyrik.” (QS Ali ‘Imran: 68)

Nabi Ibrahim sebagaimana nabi-nabi yang lain adalah ma’shum (selalu dijaga oleh Allah)
dari kufur atau syirik, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang menunjukkan
kehinaan jiwa, baik sebelum maupun setelah diangkat menjadi nabi.

Nabi Ibrahim tidak pernah sedikit pun meragukan ketuhanan Allah. Beliau tidak pernah
menyembah selain Allah, tidak pernah menyembah bulan, bintang dan matahari. Nabi
Ibrahim tidak pernah menjual berhala bersama ayahnya. Nabi Ibrahim tidak pernah
memintakan ampunan dosa kepada Allah untuk ayahnya yang musyrik. Dan Nabi
Ibrahim tidak pernah meragukan sifat qudrah (Mahakuasa) Allah ta’ala. Beliau juga
tidak pernah berdusta dalam setiap ucapannya.

Kedua, berdakwah dengan penuh hikmah.

Hal itu tercermin tatkala Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk masuk ke dalam agama
Islam sebagaimana diceritakan dalam QS al-An’am ayat 41-44. Nabi Ibrahim dengan
menjaga adab seorang anak kepada orang tuanya menjelaskan dengan santun kepada
ayahnya yang menyembah berhala bahwa berhala tidaklah dapat mendengar doa
penyembahnya dan tidak dapat melihat penyembahnya. Yang demikian itu, bagaimana
mungkin ia dapat memberi manfaat kepada penyembahnya, memberi rezeki kepadanya
atau menolongnya. Ibrahim mengajak ayahnya untuk menyembah kepada Allah semata,
satu- satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah.

Ketiga, berilmu, memiliki hujjah yang kuat dan beramar ma’ruf nahi mungkar
dengan penuh keberanian.

Nabi Ibrahim telah diberi hujjah yang kuat oleh Allah ta’ala sehingga selalu dapat
mematahkan berbagai dalih yang dilontarkan oleh musuh-musuh Islam ketika
berdebat. Allah ta’ala berfirman:

ٖ œِ ْ , َ c َ] ¸ٰ ẽ َpْPِ ٰ ‫ َ“ ا ِ ْﺑ‬,ìٰ ْ َ ٰ ‫ َ“ ا‬z ُ ّ ´~


‡ْ ِ :‫َو‬
(٣٨ :‫م‬J t‫)ا‬

Maknanya: “Itulah hujjah yang Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk


menghadapi kaumnya” (QS al-An’am: 83).
Karena memiliki hujjah yang kuat inilah, Nabi Ibrahim berhasil membungkam para
×
penduduk daerah Harraan yang menganggap bulan, bintang dan matahari sebagai tuhan.
Ibrahim menjelaskan kepada mereka bahwa bulan, bintang, dan matahari tidak layak
disembah karena mereka adalah makhluk yang mengalami perubahan, terbit lalu
tenggelam. Sesuatu yang berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lain pasti bukan
tuhan. Karena sesuatu yang berubah pasti membutuhkan kepada yang mengubahnya.
Sesuatu yang membutuhkan kepada yang lain, berarti ia lemah. Dan sesuatu yang lemah
tidak mungkin disebut tuhan yang layak disembah. Perkataan Nabi Ibrahim kepada
kaumnya: ş‫ ر ا‬œ seperti dikisahkan dalam QS al-An’am ayat 76-78 adalah dalam konteks
mendebat kaumnya dan menjelaskan bahwa bulan, bintang, dan matahari tidak layak
disembah. Perkataan tersebut tidak berarti Ibrahim menetapkan bulan, bintang, dan
matahari sebagai tuhan.
Karena Nabi Ibrahim tidak pernah mengalami fase kebingungan mencari-cari Tuhan.
Sebelum perdebatan itu, bahkan sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah
mengetahui dan meyakini bahwa satu-satunya Tuhan yang berhak disembah hanyalah
Allah. Dialah satu-satunya pencipta segala sesuatu, Tuhan yang menghendaki terjadinya
segala sesuatu dan yang berbeda dengan segala sesuatu. Allah ta’ala berfirman:

(١٥ :‫ء‬J ¦ t‫ ْ َ )ا‬:ِ ِ t ş ِ ٖ cٰ S ّ ´ُ ‘ ‫) َو‬


ْ ُ‫ َ ر‬, ْ œِ ٰ ‫ َ“ ا ِ ْﺑ‬z ْ َ ٰ ‫ ا‬z ْ ¤َ َ 3 ‫َو‬
َ Pِ ْ ẽ ٗ ‫ه‬zَ

Maknanya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk


sebelum masa kenabiannya dan Kami telah mengetahui dirinya” (QS al-Anbiya’: 51).

Perkataan Nabi Ibrahim: ş‫ ر ا‬œ ketika melihat bulan, bintang dan matahari adalah
bermakna istiLam inkari, yakni beliau bertanya kepada kaumnya dengan maksud
mengingkari bukan dengan tujuan menetapkan: “Inikah Tuhanku?”. Seakan-akan beliau
ingin mengatakan: “Wahai kaumku, inikah tuhanku seperti yang kalian sangka?. Ini jelas
bukan tuhanku karena ia berubah, terbit lalu terbenam.” Demikianlah yang dikatakan
oleh para ulama tafsir. Ibrahim adalah seorang nabi yang ma’shum dari kemusyrikan
sebelum maupun setelah menjadi nabi.

Keempat, dalam berjuang menegakkan agama Allah, tidak ada yang perlu ditakuti
dan dikhawatirkan. Rezeki telah diatur. Ajal sudah termaktub.

Hal itu dibuktikan ketika Raja Namrud hendak melemparkannya ke dalam api yang
berkobar-kobar, Nabi Ibrahim tidak gentar sedikit pun. Ia yakin sepenuhnya bahwa
Allah akan menolong hamba-Nya yang memperjuangkan agama-Nya.

Kelima, tawakal sepenuhnya kepada Allah tanpa meninggalkan ikhtiar.


Hal itu tercermin pada peristiwa di mana Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail yang
×
masih bayi di Makkah yang tandus dan tiada sumber air. Karena takwa dan tawakal yang
tertanam kuat di hati Ibrahim dan Hajar, akhirnya Ibrahim meninggalkan keduanya
karena menjalankan perintah Allah, dan Hajar rela ditinggal di tempat itu.

Keenam, bersegera menjalankan perintah Allah, seberat dan sebesar apapun r‫ه‬sikonya.

Setelah penantian yang begitu panjang, akhirnya Allah mengaruniakan kepada Ibrahim
seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail. Putra yang sangat dicintainya itu
setelah tumbuh menjadi seorang remaja, Ibrahim diperintahkan Allah untuk
menyembelihnya.

Dengan ketundukan yang total kepada Allah, Ibrahim bersegera menjalankan perintah itu
tanpa ada keraguan sedikit pun. Sang putra juga menyambut perintah itu dengan
kepasrahan yang total tanpa ada protes sepatah kata pun. Ma sya Allah!. Sebuah potret
keluarga saleh yang lebih mengutamakan perintah Allah dibandingkan dengan apa pun
selainnya. Ayah dan anak saling menolong dan menyemangati untuk melaksanakan
perintah Allah. Dialog indah antara keduanya terekam dalam al-Qur’an sebagaimana
dikisahkan oleh Allah:

:‫ت‬tètg3‫ى )ا‬
ۗ ٰ َ : ‫ َذ ا‬è َt ْ ُ ْ Pَ t
(٢٠١ ’‫ ِ ا‬è ‫ ِ ّٓ ْ ا َ ٰرى‬ì ِ ‫ ل ; ٰ ُ َ¸´ ّ ا‬tَ ẽ
cc َ ‫ ِ ّٓ ْ ا َ ْذ‬ì َ ‫ ِم ا‬z َt َ .ْ

Maknanya: “. . .Ibrahim berkata: “Duhai putraku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” (QS ash-ShaRat: 102).

Sebagaimana kita tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Sedangkan perkataan
Nabi Ibrahim kepada putranya, “Maka pikirkanlah apa pendapatmu?,” bukanlah
permintaan pendapat kepada putranya apakah perintah Allah itu akan dijalankan
ataukah tidak, juga bukanlah sebuah keragu-raguan. Nabi Ibrahim hanya ingin
mengetahui kemantapan hati putranya dalam menerima perintah Allah subhanahu wa
ta’ala.

Lalu dengan kemantapan dan keteguhan hati, Nabi Ismail menjawab dengan jawaban
yang menunjukkan bahwa kecintaannya kepada Allah jauh melebihi kecintaannya kepada
jiwa dan dirinya sendiri:

:‫ت‬tètg3‫ ْ َ )ا‬:,ِِ g ّ
xs ّٰ ‫ ء َ ا‬t ۤ s َ ِzaُ ì è ْ َ‫ َ َ ِ ا‬t :ٰ ٓ ‫ل‬ tَ ẽ
(٢٠١
3‫ ُ َ ا‬Pِ ‫ ٓ ْ ا ِ ْن‬, َ›ْ) Pَ t : ُpْ
Maknanya: “Ismail menjawab: “Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu, in sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”
(QS ash-ShaRat: 102).
×
Jawaban Ismail yang disertai “In sya Allah” menunjukkan keyakinan sepenuh hati
dalam dirinya bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah. Apa pun yang
dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak
akan terjadi.

Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu,


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demi mendengar jawaban dari sang putra tercinta, Nabi Ibrahim lantas menciumnya
dengan penuh kasih sayang sembari menangis terharu dan mengatakan kepada
Ismail:

ِ ّٰ xs‫ ِ› ا‬,ْ ‫ ]َ َ¸ ´أ‬t : ُ ´َ ّ cَ :


ُ pَْ ْ 3‫َ ا‬,ْ ِ
‫ن‬
‫´أ‬

“Engkaulah sebaik-baik penolong bagiku untuk menjalankan perintah Allah, duhai putraku.”

Nabi Ibrahim kemudian mulai menggerakkan pisau di atas leher Ismail. Akan tetapi pisau
itu sedikit pun tidak dapat melukai leher Ismail. Hal ini dikarenakan pencipta segala
sesuatu adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Pisau hanyalah sebab terpotongnya sesuatu.
Sedangkan pencipta terpotongnya sesuatu dan pencipta segala sesuatu tiada lain adalah
Allah ta’ala.
Sebab tidak dapat menciptakan akibat. Baik sebab maupun akibat, keduanya adalah
ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala.

Hadirin yang berbahagia,


Berkat takwa, sabar dan tawakal serta ketundukan total yang ditunjukkan oleh Nabi
Ibrahim dan Ismail serta Hajar, Allah kemudian memberikan jalan keluar dan
mengganti Ismail dengan seekor domba jantan yang besar dan berwarna putih yang
dibawa malaikat Jibril dari surga. Hal itu dikisahkan dalam QS ash-ShaRat: 106-107.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Akhirnya kita berdoa, semoga Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan
untuk meneladani kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Amin Ya Rabbal
‘alamin.

ِ ¤ْ َ è َt ْs ⹁ ْ ُ َ 3 ‫ َ ِ ْ َو‬is‫ ِ ُ ا‬¤ْ َ s ْ ‫ َ ا َو ´ أ‬ẽ َpْ ِ ْ œٰ ‫ل‬ ْpُ ẽ ‫أ‬


, ْ z ِ ّ ´, ‘‫ ُر ا‬pْ ¤ُ َ ْ 3‫ َ ا‬œ ُp ُ ّ ´ ‫إ‬, ⹁ُ ‫ْوه‬ ´c
Khutbah II
)Z َ, ُ xْ ‫ ُ ´أ‬is‫( ا‬٣)c~’َ ْ zُ xْ ‫ ّٰ ِ ا‬s ِx ‫ ُ َو‬,َ Z ْ ‫ ُ ´أ‬is‫ا‬
,َ Z ْ ‫ ُ ´أ‬is‫( ا‬٣

‫ن⹁ َو ´ أ‬
zُ ;َ ْ َ] şt ِ ِ ْ ِ cَ : ‫ ْ ِ ِ َو‬c c ‫ن⹁ َو‬ َ c َ ْz َt ِ َ ‫ \َو‬s ِّzِ A ّ ´ 3‫ َ‘ة ُ َو ا‬Ag ّ ´ 3‫ن⹁ َو ا‬ ِ َ‡ .ْ ’‫ ّٰ ِ ا‬c~’َ ْ zُ s ِx ‫ا‬
Pَ t ّ ´ ‘‫ ا‬,ِ ›َ ¸َ ‫ و‬ąِِ ٰ\ ‫]َ َ¸ ا‬ c ]َ َ¸ > ُ´ ~َe ّz ‫َ‘ ُم‬ t ´ّ: ّ ´ \‫ا‬
ّ
cَ ‫ا‬s ِّzَ َt > ُ´ ~َe ّzً zُ ;َ ْ ‫ ن⹁ َو ´ أ‬Sَ َ .ْ ’‫َوا‬ ْ ِ ’ْ ‫ ِ ا‬cَ ُ ‫ َ ´ ّه‬z ُ .ْ ’‫ ُ ا‬ą َ \ Jَ ُ ‫ه‬aْzَ ‫ ُ و‬is‫ ا‬J´ ّ3‫إ‬, َ ą ٰ \‫إ‬, J´ّ3 ‫أ ْن‬
ُ ‫ْه‬zُ
× ‫´أ ´ ّن‬ ‫ ن‬t Pَ t ّ ´ ‘‫ِ ´ ّ ِ َو ا ْ’ ِ َ ِ َو ا‬ :ِ َ 3
¤ُ à ُl ‫ن‬ َ Zَ t ‫ ُ ´ا \ ّ ِ¿ ْي‬psْ \ ُą ُ ‫َو َر‬
‫ ْ آن‬¤ُ ْ 3‫ُ ا‬

ْ 3‫ ِم ا‬pَْ ْ 3‫ َ َ ا ا‬is َ : َ َt َ è ِ œ‫ا ا‬p ¤ُ ّ ´: ‫ ´ ّ) َو ا‬ąَ ‫´ ّ¿ َو‬xs ّٰ ِ cَ‫ َى ا‬¤pْ َ :ِ ½ ِ ¤ْ َ ‫ ْ ُ ْ َو‬ę‫˚ ْو‬Pّ´t ş َ ْzُ ⹁ è َ î ‫أ‬
›,ْ ´p ç ِî ْ ُ ✓,َ ›َ ‫ َ ´أ‬is‫ا ´أ ´ ّن ا‬cْ S َ ُp‫ َو ْا‬,⹁ِ ِ َ

‫˚ ّ ن‬Pَ A َ!‘ ِ َS َ ُ : ُ َg S ‫´ ّ َ َو‬s x ‫إ ´ ّن ا‬, :‫ل‬è َ¤َ t ,ِ ْ ,ِ َ ✓ ْ 3‫ ]َ َ¸ ¦ َ ِ ِّ ِ ا‬c ‫ َ‘ ِم‬A ّ ´ 3‫ َ‘ ِة َو ا‬p ç ِ3t ´ ّAg ْ ُ ✓,َ ›َ ‫ ´أ‬,⹁ٍ ْ ِ
c َl َ ْ cَ ‫˚ ّ ْ ا‬ę S ‫ا‬Pَ z ُpْ‫ِ¿ َ آ‬: ّ \ ´‫ ا‬t َ ; ّ, ˚ ‫ ´أ‬z´ ّ ِ ِ¸ّ⹁ : tَ 3‫ ]َ َ¸ ا‬c
‫ ْ ِ ِ ا‬c ‫ َو‬ąِِ \‫ ]َ َ¸ آ‬c ‫ َو‬z َt > ُ´ ~َe ّz ِّ ِ َ ¦ ‫ َو‬c َ] َ¸ s ِّzِ َt ‫ِرك‬ç َt ‫ ْ َو‬1sِ َّ ‫ ِ) َو‬SJ ّٰ ُ ´ ّ, ę‫ ا‬ĩ َ ْ l ِ ً ⹁t ‫ا‬Ss ِّ ُp َ ‫َو‬
‫ء‬lُ َ¤َ t ’ْ ‫ ِ ا‬SJ ّٰ ُ ´ ّ, cَ‫ ْ َ⹁ َو ا ْرض ا‬:ِ ِّ &ّ ´ 3
َ : c’tg ّ ´ 3‫ َ ِ ا‬ag َşt ّ ´ 3‫ ِ ِ ا‬ts
‫ن‬cُ ÷ ْ َ t ‫ َ َ َو‬e ُ > ‫ َو‬,ٍ ✓ْ َ ş ِ ş‫ َ ⹁ ´أ‬:zِ ‫´ ّا‬, ‘‫ا‬
ْ cَ ‫ ]َ ِ ٍّ¸⹁ َو‬c ‫َو‬

cَ p ّ ´ \‫ا‬
⹁‫َات‬ ِ sِ~ َ ⹁‫ ت‬,ْ ُ Pِ ْ,ì ِ‫ء‬z َt ‫ َ ت⹁ ا‬:ِ pْ Pِ z ُ .ْ ’‫ت⹁ َو ا‬ :ِ ِ c ِ ْ J ِ3ْ ُ ْ S¤ْ ‫ ا‬,ّ ´ ُ ّٰ SJ‫ا‬
:ِ َ ٌs ẽ ´ ‫إ‬, ‫ َا‬J ´ ْpP ْ ‫َو ا‬ ´ J ْ pْ Pِ z َt ُ .ْ ’‫َو ا‬ S ِ tَ ْ ُ .ْ ’‫َ َو ا‬

œ َz َt ‫َ ً⹁ َو‬¤ْ 3‫ َ ً َو ˚ أ‬t è ِ ِ b َ ¦î˚ ِ zَ ‫ َو ِز ْد‬e ً⹁t ~ُ ‫ َ َا‬: ‫ َ ´ ّ ًة َو‬Pَ ‫ َو‬A َ~ُe ً⹁t ‘َ : ‫ َد ًة َو‬s َt
ş َ ْ) cِ zَ ,ّ ´ ُ ّٰ SJ‫ا‬
, ْ َ ’ْ c َl َ zْ َt ç ِt ُ ‫ه‬cِ ْz ‫ َ´ ّ ً⹁ َو ´ أ‬c َ ‫ء َو‬
ً ‫َ َ َ ا‬t œ ‫ا‬
ٰ
´ 3‫ ´أِد ِم ا‬,ّ ´ ُ ّ SJ‫ ا‬t ⹁َ َ ‫س َد ˚ أ‬J ِS z´ ّt ِ, ْ َ ’ْ ‫ ل ا‬sş÷ َ َz َ⹁ )ِ َ ş ّٰ SJ‫ت⹁ ا‬ ِ ْ :ُ ْs ’‫ت⹁ َو ا‬ e~ َ ّ ,´ ‘‫َو ا‬
zb ِz َ⹁t َ ‫ ]َ َ¸ َو‬c َ ‫ َد ة‬t َ ّ ì ْ َ ‫ َو ﺑ‬t ‫ َ´ ّدة‬p َ .ْ ’‫ ا ا‬,ّ ´ Zَ t َ ,َ ْ 3‫َو ا‬ َt

⹁ً َ z َ z
t èَ ِ :‫ آ‬t َ ّ ´ َ‫ِة⹁ ر‬.َ ˚ \‫ ِ ا‬è a َPtِ z َ⹁t ‫ َو ´ أ ْر‬œْ l ِ z َt ‫ ِ ´أ‬zَ ْ z َt è¤ a َ َ è ِ ُ: ,ْ َ ْ 3‫ ْ ُ ِ ا‬ì‫َو ا‬
ِ è ‫َو‬
t َ : ْ ّ ˚ \‫ا‬ J ْ ‫ َو ا‬t َ : ْ zP َt ş ِ✓ َ, َPِْ ِ ‘
ْ ‫َو ´ أ‬ ‫ُ َو ا‬:p ِ َ⹁t

⹁‫ ´ ْﺑ َاِر‬J ْ ‫ ا‬z´َ ّ َ Pَ َs ’ْ ‫ ا‬là ْz َt


z´ ّt 3‫ب ا‬ ẽ ‫ َ ً⹁ َو‬z َ z Jْ ‫ا‬
‫ر‬¤t cَ ¿ِ : ُ : َt cَ ´ ّtَ :
‫ِر⹁ َو ´ أ ْد‬ ‫ِ َ َ ا‬z َt c ‫ ِة‬.َ

z ُ .ْ ’‫ءِ َو ا‬s َt ْ 3َ¤‫ ِ ا‬ì َ ¸ cَْ َ ;‫ َ و‬ş ْ ¤ُ ْ 3‫ءِ ِذي ا‬hْ : tَ :َ ‫و‬, ⹁‫ن‬z?J َt ْ ‫ل َو ا‬is َ : َ›î˚ ,ُ ç ِ3t ْ َ ْz ‫ ِ ⹁ إ ´ ّن ا‬is‫ َد ا‬cِ َt
ُ
ْ ُ ّ l ´َ َ 3 ْ ُ ُ ِ َ : ¸⹁ِ ¿ْ َ 3‫ َو ا‬,َِ ✓ْ
Z َ, ُ⹁ cِ ْzٌْ ‫ ِ ´أ‬is‫‘ ُ ا‬ ْ ¿ِ َ \ ‫ َو‬ì ُ ْ ✓ ُ ْp ‘ْ َ : َ , ْ ِ َ ْ 3‫ َ ا‬is‫ذ‘ ُ ُوا ا‬è َt ⹁‫ن‬
َ ‫‘´ ّ ُ ْو‬ìََ :
, ْ َ c ,ْ ُ ْ ‫ ٍم َو ´ أ‬Zُ ˚ ّ) c َt ‫ َو‬s ِ ْzٌ

Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Aswaja
NU Center PCNU Kab. Mojokerto
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan
informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

TAGS:

TERKAIT

Anda mungkin juga menyukai