Anda di halaman 1dari 4

Rangkuman Materi PPKN Kelas 7 Kurikulum Merdeka Bab 3

Kesatuan Indonesia dan Karakteristik Daerah PDF

1. Pengembangan Konsep tentang Wilayah Negara Indonesia

Terdapat beberapa sudut pandang yang berkembang dalam diskusi mengenai wilayah Indonesia yang kaya akan
keanekaragaman.

Semua pandangan tersebut setuju bahwa wilayah Republik Indonesia meliputi wilayah kepulauan yang terbentang di
sekitar garis khatulistiwa, terletak di antara Benua Asia dan Australia seperti yang dikenal saat ini.

Untuk memperjelasnya, mari kita eksplorasi lebih mendalam.

1.1. Batas-batas Wilayah Indonesia: Pemahaman dan Penetapan


Pembatasan wilayah Indonesia sebenarnya telah menjadi perdebatan sejak sidang kedua BPUPK pada tanggal 10-15 Juli
1945.

Muhammad Yamin, seorang pelopor Gerakan Sumpah Pemuda, mengusulkan bahwa wilayah Indonesia harus mencakup
seluruh wilayah kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda, termasuk Papua, ditambah dengan daerah-daerah seperti
Timor Portugis (kini Timor Leste), Borneo Utara, dan Malaya.

Ir. Soekarno, sejalan dengan Yamin, mengutip Kitab Negarakertagama untuk mendukung pandangan bahwa wilayah
Indonesia meliputi daerah dari Sumatra hingga Papua.

Namun, Hatta memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, tidak perlu menyertakan Papua dalam wilayah Indonesia,
tetapi sebaiknya mencakup Borneo Utara dan Malaya.

Pandangan yang beragam ini kemudian mendorong ketua BPUPK, Radjiman Wedyodiningrat, untuk mengadakan
pemungutan suara guna menetapkan batas wilayah Indonesia.

Pada saat itu, ada tiga pilihan:

1 1. Seluruh wilayah Hindia Belanda.


2 2. Seluruh wilayah Hindia Belanda ditambah Malaya, Borneo Utara, Timor, dan Papua.
3 3. Seluruh wilayah Hindia ditambah Malaya dan Borneo Utara.

Hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa pilihan kedua adalah yang paling banyak mendapatkan dukungan.

Dengan demikian, BPUPK memutuskan untuk menjadikan pilihan kedua tersebut sebagai wilayah Indonesia.

1.2. Karakteristik Negara Kesatuan Indonesia


Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang memiliki ciri-ciri khas:

1 1. Pemerintahan pusat yang memiliki wewenang penuh.


2 2. Undang-Undang Dasar tunggal yang berlaku di seluruh wilayah negara.
3 3. Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan yang mewakili seluruh rakyat.
4 4. Badan perwakilan yang mewakili seluruh rakyat.
Semua ciri ini terdapat dalam struktur pemerintahan Indonesia:

1 1. Ibukota negara terletak di Jakarta.


2 2. Undang-Undang Dasar yang berlaku adalah UUD 1945.
3 3. Kepala negara dan kepala pemerintahan berperan di bawah Presiden.
4 4. Representasi rakyat diwakili oleh MPR, DPR, dan DPD.

Sehingga, dapat dinyatakan dengan pasti bahwa Indonesia adalah negara kesatuan.

1.3. Perdebatan Mengenai Bentuk Negara Kesatuan


Dalam diskusi di BPUPK, Supomo menggambarkan konsep asli tatanegara Indonesia sebagai “pemimpin bersatu jiwa
dengan rakyat.”

Ia menegaskan bahwa semangat gotong royong dan semangat kekeluargaan harus meliputi seluruh lapisan masyarakat.

Meskipun mayoritas setuju dengan pandangan ini, ada beberapa seperti Moch. Hatta yang berpendapat bahwa
Indonesia sebaiknya menjadi negara federal.

Menurut Hatta, sebagai negara dengan beragam suku dan budaya, bentuk negara serikat akan lebih sesuai.

Dalam bentuk negara serikat, setiap daerah akan memiliki otonomi lebih besar dalam mengatur urusan daerahnya.

Namun, Muhammad Yamin dan Soekarno lebih mendukung pandangan Supomo bahwa bentuk negara Indonesia harus
tetap sebagai negara kesatuan.

1.4. Kelahiran Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan


Pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia secara resmi mendeklarasikan kemerdekaannya dan mendirikan
Republik Indonesia.

Sehari setelah deklarasi kemerdekaan, PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) mengadakan sidang yang
menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Dalam Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945, bentuk negara Indonesia dinyatakan sebagai “negara kesatuan.”

Meskipun terjadi perubahan bentuk negara akibat tekanan dari luar, dimana pada Konferensi Meja Bundar pada 23
Agustus hingga 2 November 1949 Indonesia bertransformasi menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS), Indonesia
akhirnya kembali menjadi negara kesatuan pada 17 Agustus 1950.

Amendemen keempat pada tahun 2002 juga mengokohkan bahwa bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat diubah.

Dengan demikian, terbentuklah Republik Indonesia yang tetap kokoh sebagai negara kesatuan hingga saat ini.

1.5. Makna yang Terkandung dalam Persatuan dan Kesatuan Indonesia


Persatuan memiliki arti menggabungkan atau mengikat beberapa elemen menjadi satu kesatuan yang utuh.

Sementara kesatuan mengacu pada kondisi atau keadaan dari suatu keseluruhan yang tidak terbagi-bagi.

Perlu ditekankan bahwa persatuan menghasilkan kesatuan, sementara kesatuan sendiri adalah penjaga persatuan.

Keduanya muncul dari esensi kata “satu”.

1.6. Perjuangan dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Indonesia


Langkah-langkah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam bangsa bisa dilakukan melalui upaya fisik dan juga
nonfisik.

Perjuangan nonfisik dapat ditempuh melalui:

Kegiatan politik

Pendidikan

Pengembangan budaya

Para pejuang masa lalu telah menggunakan perjuangan nonfisik ini, terutama dalam masa kebangkitan nasional pada
awal abad ke-20.

Gerakan politik seperti pendirian organisasi Budi Utomo pada tahun 1908 telah memberikan kontribusi besar. Setiap
tanggal 20 Mei kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional untuk mengenang momen ini.
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 juga merupakan contoh nyata dari perjuangan nonfisik dalam
mengokohkan persatuan dan kesatuan.

Dalam bidang pendidikan, tokoh seperti Ki Hajar Dewantara menciptakan jaringan sekolah Taman Siswa untuk
memperjuangkan pendidikan bagi semua.

Tengku Muhammad Syafei mendirikan sekolah INS Kayutanam sebagai bagian dari upaya perjuangan nonfisik.

Organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) juga memberikan andil dalam membangun persatuan melalui
pendidikan.

Dalam ranah kebudayaan, para tokoh seperti Abdul Muis, Marah Rusli, Sutan Takdir Alisyahbana, dan Chairil Anwar juga
telah memberikan sumbangsih penting.

Melalui karya sastra dan budaya, mereka membentuk kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan.

Dengan demikian, upaya dalam mencapai persatuan dan kesatuan Indonesia melalui perjuangan nonfisik telah
memberikan sumbangan penting dalam membentuk identitas bangsa yang kokoh dan bersatu.

2. Karakteristik Daerah dalam NKRI

2.1. Karakteristik Wilayah: Pemahaman yang Lebih Dalam


Ciri-ciri khas atau karakteristik daerah di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa faktor penting, seperti:

1 1. Posisi Geografis: Cakupan geografis suatu wilayah berpengaruh pada karakteristiknya. Daerah pesisir dan
pedalaman memiliki perbedaan dalam hal sumber daya alam, aksesibilitas, dan pola kehidupan.

2 2. Lingkungan Fisik: Faktor lingkungan seperti iklim, topografi, dan jenis tanah membentuk ciri khas daerah. Misalnya,
daerah pegunungan memiliki iklim dan tumbuhan yang berbeda dengan daerah pesisir.

3 3. Pemukiman: Cara orang tinggal dan berinteraksi di suatu wilayah juga menciptakan karakteristik yang unik.
Perbedaan antara desa dan kota membentuk gaya hidup dan dinamika sosial yang berbeda.

4 4. Posisi Terhadap Negara Lain: Daerah yang berbatasan dengan negara-negara tetangga memiliki dinamika khusus
dalam hal perdagangan, budaya, dan hubungan politik.

2.2. Aspek Timur dan Barat: Perspektif Alfred Russel Wallace


Alfred Russel Wallace (1823-1913) membagi daratan Indonesia menjadi dua wilayah, yaitu timur dan barat.

Wilayah Timur, seperti Papua, Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, memiliki sejarah penghubungan dengan
daratan Australia.

Sementara Wilayah Barat, termasuk Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sumatra, memiliki sejarah penghubungan dengan
daratan Asia.

Perbedaan ini berpengaruh pada jenis hewan yang ada di setiap wilayah. Wilayah Timur memiliki spesies seperti burung
cendrawasih, sementara Wilayah Barat memiliki spesies seperti orang utan dan harimau.

Garis batas antara Wilayah Timur dan Barat dikenal sebagai Garis Wallace, terletak di Selat Sulawesi dan Selat Lombok.

2.3. Darat dan Kepulauan: Keanekaragaman Struktur Geografis


Karakteristik wilayah Indonesia juga dapat dilihat dari segi darat dan kepulauan.

Indonesia terdiri dari pulau-pulau, baik yang besar maupun kecil.

Pulau-pulau besar termasuk Papua, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, dan Sumatra.

Sementara daerah kepulauan, seperti Bali, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bangka
Belitung, dan Riau Kepulauan, terdiri dari kelompok pulau-pulau kecil.

2.4. Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan: Ragam Aktivitas dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan kepadatan penduduk dan jenis kegiatan yang dominan, karakteristik daerah Indonesia bisa dibedakan
menjadi perkotaan dan perdesaan.

Wilayah perkotaan memiliki penduduk padat dan banyak kegiatan industri.

Sementara itu, wilayah perdesaan cenderung memiliki penduduk yang lebih sedikit dan mayoritas beraktivitas di sektor
pertanian.

Secara administratif, ada pembagian daerah berdasarkan tingkat, yaitu provinsi sebagai tingkat I, dan di bawahnya ada
kota dan kabupaten sebagai tingkat II.
2.5. Daerah Terpencil dan Terluar Tantangan Akses dan Batasan
Daerah terpencil ditandai dengan akses transportasi yang sulit, membuatnya sulit dijangkau.

Contohnya adalah kepulauan Mentawai di Sumatra Barat, wilayah hulu Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, serta
pedalaman Pulau Halmahera di Maluku Utara.

Sementara daerah terluar berdekatan dengan perbatasan negara lain.

Contoh daerah terluar adalah Provinsi Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini, dan daerah perbatasan di
Kalimantan Utara yang berbatasan dengan Malaysia.

Juga terdapat daerah terpencil dan terluar seperti Nias yang berdekatan dengan Kawasan Andaman di India, serta
Anambas di Kepulauan Riau dan Sangir Talaud yang berhadapan dengan perairan Filipina dan Samudera Pasifik.

2.6. Kekayaan Kebudayaan yang Multidimensi


Karakteristik daerah juga erat kaitannya dengan keragaman suku dan kebudayaan di setiap wilayah.
Sebagai contoh:

Pulau Sumatra memiliki ragam budaya seperti budaya Melayu di timur, budaya Minang di barat, budaya Aceh di
utara, hingga budaya Tapanuli di tengah.

Pulau Kalimantan memiliki budaya Dayak di wilayah tengah, sementara wilayah pesisirnya dipengaruhi budaya
Melayu dan Banjar.

Di Jawa dan Bali terdapat kekayaan budaya seperti wayang kulit, tari tradisional, dan seni ukir.

Nusa Tenggara memiliki perbedaan budaya antara bagian barat yang berbudaya Lombok atau Sasak, dan bagian
timur yang berbudaya Sumbawa dan Bima.

Sulawesi memiliki budaya yang kaya seperti budaya Bugis-Makassar dan budaya Minahasa.

Terakhir, Maluku dan Papua memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam kebiasaan makanan seperti menggunakan
sagu dan ikan laut.

Dalam Pegunungan Papua, lebih dari seratus suku memiliki budaya yang beragam, misalnya budaya bakar batu.
Nusa Tenggara Timur memiliki karakteristik serupa dengan daerah-daerah di negara Timor Leste.

Kekayaan budaya ini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan bersama.

3. Mempertahankan Persatuan dan Kesatuan

Mempertahankan Persatuan dan Kesatuan melibatkan upaya untuk menjaga kerukunan dan harmoni dalam berbagai
lingkungan, mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, hingga tingkat bangsa dan negara. Ini dapat dicapai dengan
mengamalkan norma-norma yang berlaku, termasuk aspek agama, hukum, dan sosial.

Dalam lingkungan keluarga, penting untuk:

1 1. Beribadah Bersama: Melakukan ibadah secara bersama-sama menguatkan ikatan spiritual dan mempromosikan
nilai-nilai kebersamaan dalam keluarga.

2 2. Komunikasi Positif: Menghindari konflik dengan menghindari kata-kata kasar atau tindakan marah, serta
membangun komunikasi yang sehat dan efektif.

3 3. Kerjasama Dalam Tugas: Saling membantu dan berkolaborasi dalam menjalankan tugas-tugas sehari-hari,
memupuk semangat gotong-royong.
Dalam lingkungan sekolah, langkah-langkah yang diperlukan adalah:
1 1. Kepatuhan Terhadap Peraturan: Mengikuti peraturan sekolah dengan konsisten, menciptakan lingkungan belajar
yang teratur dan aman.

2 2. Sikap Disiplin: Menunjukkan disiplin dalam menjalani proses pembelajaran, menghormati guru dan sesama siswa.
3 3. Interaksi Sosial Positif: Aktif berinteraksi dengan berbagai siswa, tanpa memandang perbedaan, membangun
toleransi dan persahabatan.

Di lingkungan masyarakat, langkah-langkah untuk menjaga persatuan dan kesatuan adalah:

1 1. Pematuhan Norma Masyarakat: Menghormati dan mematuhi norma-norma yang berlaku di lingkungan
masyarakat, menciptakan hubungan harmonis antarwarga.

2 2. Partisipasi Dalam Aktivitas Lingkungan: Terlibat dalam kegiatan lingkungan, seperti pertemuan tetangga atau
gotong-royong, untuk mempererat ikatan sosial.

3 3. Aktivitas Keagamaan: Bergabung dengan komunitas keagamaan sebagai wadah untuk berinteraksi dengan
beragam lapisan masyarakat.

Dalam skala yang lebih luas, di lingkungan berbangsa dan bernegara:

1 1. Ketaatan Terhadap Hukum: Patuh pada hukum dan peraturan yang berlaku, menjaga stabilitas dan ketertiban
masyarakat.

2 2. Toleransi dan Inklusivitas: Tidak membedakan atau memilah masyarakat berdasarkan latar belakang apapun,
membangun negara yang inklusif.

3 3. Pencegahan Berita Hoax: Menghindari penyebaran berita palsu atau hoaks yang dapat merusak citra bangsa, serta
mempromosikan informasi yang akurat.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kita dapat mempertahankan persatuan dan kesatuan di semua tingkatan,
menciptakan masyarakat yang harmonis, inklusif, dan stabil.

Anda mungkin juga menyukai