Anda di halaman 1dari 73

#HSEMININGSERIES

K3 Pertambangan
HSE in Mining
Industry

Dipresentasikan oleh
Johnny HP
QHSE Specialist
1 - Dasar Hukum K3 Pertambangan
2 - Elemen Pemerintah dalam pengelolaan K3 Pertambangan
3 - Elemen Perusahaan dalam pengelolaan K3 Pertambangan
4 - Elemen Pengawasan Pertambangan
5 - Implementasi K3 Pertambangan
6 - Sistem Manajemen K3 di Pertambangan
Sumber : Data Statistik ESDM
Untuk tahun 2019, menurut Kepala Inspektur Tambang Indonesia, Sri Raharjo kecelakaan kerja yang
menyebabkan kematian (Fatality) sebanyak 24 orang dengan rincian 9 orang di Pertambangan
Batubara dan 15 orang Pertambangan Mineral), penyebabnya :
• Perusahaan Jasa Pertambangan memiliki andil / peran yang signifikan, sekitar 79% Kontraktor dan
4% Sub-Kontraktor
• Pekerja dengan Pengalaman Kurang dari 3 Tahun (Korban Paling Banyak)
• Kondisi Yang Tidak Aman (Unsafe Condition) yaitu : (19%) Tidak Adanya Alat atau Sistem Pengaman,
Tidak Lengkap serta Tidak Berfungsi dengan Baik Alat atau Sistem Pengaman dan (14%) kondisi
Lereng Kritis
• Tindakan Tindakan Aman dari Pekerja (Unsafe Act) yaitu : (22%) Posisi Tidak Benar dan (17%) Tidak
Mengikuti Prosedur
• Hal diatas juga sebagai penyebab utama di tahun-tahun sebelumnya (2018-kebawah)
Jenis Kecelakaan Kerja yang paling banyak menyebabkan Fatality adalah :
• Tengelam
• Tersengat Listrik
• Terjatuh dari Ketinggian
• Tertabrak
• Tertimpa Peralatan
• Tertimbun / Longsor
Korban Kecelakaan Kerja adalah :
• 60% Pekerja Tambang dengan Pengalaman kurang dari 3 tahun
• 25% Pekerja Tambang sebagai Mekanik
• 19% Pekerja Tambang sebagai Operator
Pihak yang Terlibat pada Kecelakaan Kerja berdasarkan jenis Usaha adalah :
• Owner atau Pemilik Tambang sebesar 38%
• Kontraktor sebagai Pelaksana Teknis di lapangan sebesar 48%
• Sub-Kontraktor sebagai Pelaksana Teknis di lapangan sebesar 15%
• melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
• masih terdapat SOP yang belum dijalankan, dan belum dibuat sesuai pekerjaannya
• Komunikasi antar pekerja maupun departemen yang tidak terlaksana
• kurang nya kompetensi pekerja dan pengawas
• peran pengawas yang tidak optimal dalam mengawasi pekerjaan anak buahnya

• kurang nya pengetahuan dari pekerja mau pun pengawas yang ada terhadap bahaya dan resiko pekerjaan

• motivasi yang keliru yaitu melakukan pekerjaan yang bukan tugas atau keahliannya
• berinisiatif melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuannya
adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan Mineral atau Batubara yang meliputi
tahapan kegiatan Penyelidikan Umum, Eksplorasi, Studi Kelayakan, Konstruksi, Penambangan,
Pengolahan dan/atau Pemurnian, Pengangkutan dan Penjualan, serta pascatambang.
adalah bagian kegiatan Usaha Pertambangan untuk memproduksi Mineral dan/atau
Batubara dan Mineral ikutannya
adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan Usaha Pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya
yang selanjutnya disebut Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis,
dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan Usaha Pertambangan untuk memulihkan
fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan
ü Proses pembersihan lahan sebelum aktivitas penambangan dimulai, dg
ü Pembersihan dari pepohonan, semak belukar dan vegentasi yang tumbuh diatas tanah
pucuk sehingga mempermudahkan dalam Pengupasan Tanah Pucuk
ü Dibuat Jalan Tambang, memakai alat untuk menghubungkan dari front kerja
ke stockpile, Jalan angkut tambang dibuat dari tanah dan batu yang dipadatkan untuk
memberikan konstruksi jalan yang kuat
ü Proses pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil) yang kemudian akan dipindahkan ke
suatu tempat yang telah direncanakan yang bertujuan untuk menyelamatkan tanah
tersebut agar tidak rusak, sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli
ü Dengan mengginakan Excavator serta Dump Truck
ü Kegiatan pembongkaran dilakukan dalam dua tahap, yaitu pemboran dan peledakan
ü Adapun tujuan dari pada kegiatan pembongkaran yaitu untuk membebaskan batuan dari batuan
induknya dengan ukuran fragmentasi tertentu sehingga sesuai untuk proses selanjutnya
ü Pemboran (Drilling) merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi
peledakan batuan (Blasting), untuk membuat sejumlah lubang ledak yang nantinya akan diisi
dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan
ü Proses pengupasan lapisan tanah penutup (Overburden)
ü Dilakukan setelah Proses Peledakan (Blasting), dan diangkutlah lapisan tanah penutup berupa
material batu yang disebut overburden, dengan alat gali excavator kemudian diangkut dump truck
menuju area pembuangan atau disposal
ü Proses sama dengan saat Overburden Drilling dan Blasting

ü Proses pembongkaran dilakukan untuk pemberaian overburden dan Batubara agar terurai dari
batuan induknya, dengan menggunaka Excavator
ü Hasil dari pembongkaran ini selanjutnya akan dilakukan pemuatan (Loading) ke dump truck menuju
Coal Processing Plant (CPP), tempat Penghancuran Batu Bara (Crushing Plant) dan Pencucian Batu
Bara (Washing Plant)

ü Proses penghancuran (penghalusan) Batubara untuk menjadi ukuran yang lebih kecil atau sesuai
dengan permintaan pasar dan dilakukan dengan Coal Crusher
ü Proses Pencucian Batu Bara supaya Meningkatkan Kualitas Batu Bara
ü Tempat penumpukan atau bahan yang ditumpuk untuk diambil, diolah, dipasarkan atau
dimanfaatkan kemudian
ü Berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses,sebagai persediaan strategis
terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang
ü Berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan
kualitas yang dipersyaratkan
ü Tempat penyimpanan / penumpukan hasil tambang batubara
ü Digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk
dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran
disamakan
ü Kegiatan memindahkan atau mengangkut produk batubara dari suatu tempat ketempat yang lain
ü Dengan menggunakan Dump Truck

ü Adalah dapat mencampur batubara secara homogen dari banyak stockpile saat pemuatan kapal berlangsung untuk
memberikan spesifikasi yang diminta pelanggan

ü Dengan menggunakan Belt Conveyor pada saat pemuatan ke kapal supaya lebih cepat dan mudah

ü Menguruk kembali bekas tanah penutup yang telah diambil sebelumnya

ü Menguruk kembali bekas tanah humus / tanah pucuk yang telah diambil sebelumnya

ü Menanam kembali pohon yang telah dihilangkan dengan bibit-bibit pohon baru
ü Menguruk kembali dengan lapisan tanah yang subur kaya akan organik supaya kembali menjadi hijau
Pemerintah RI mengeluarkan Perundang-undangan untuk mengatur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L) dan di bidang Pertambangan, yaitu :

(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah ,


baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara, yang berada
didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
e. : emas, perak atau biji logam lainnya,
batu batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik dipermukaan atau didalam bumi,
maupun didasar perairan
f. , binatang atau manusia, baik didaratan, melalui
terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun diudara;
g. , perahu, dermaga, dok, stasiun atau
gudang;
i. diatas permukaan tanah atau perairan;
j. yang tinggi atau rendah;
k. , kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. ;
(1)
dari tenaga kerja jang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan
sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya
(2) yang berada dibawah
pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan
oleh Direktur
Pasal 1, ayat (2) “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri
(1) tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja jang bersangkutan;
d. cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
(2) Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja jang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja
tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas
(3) yang berada dibawah pimpinannya,

(4) semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi


usaha dan tempat kerja yang dijalankannya
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja;
b. yang diwajibkan;
c. yang diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus

e. serta
alat alat perlindungan diri jang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja,
yang diwajibkan

Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
ang
berlaku bagi tempat kerja jang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
c. yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja

(1) Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilaksanakan melalui
kegiatan :
(2) terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja,
angkutan umum, dan lingkungan lainnya
(3) meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah
gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya

(1) diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal


(2) meliputi pclayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat
kesehatan kerja
(3) Setiap tempat kerja
(4) Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah
(1) Perencanaan tenaga kerja disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan yang antara lain meliputi :
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan
kompetensi kerja guna , produktivitas, dan kesejahteraan

Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau


sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja

(1) Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi pekerjanya
melalui
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
(1) Setiap yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan

(1) terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang


dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140, antara lain, berupa:
dalam bidang Pertambangan dengan
berpedoman kepada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

(1). dibidang pertambangan Menteri Pertambangan mengangkat pejabat-


pejabat yang akan melakukan tugas tersebut setelah mendengar pertimbangan Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi;
(2). Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam melaksanakan tugasnya mengadakan kerjasama
dengan Pejabat-pejabat Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi baik di Pusat
maupun di Daerah
Penerapan SMK3 bertujuan untuk :
a. yang terencana, terukur, terstruktur,
dan terintegrasi;
b. dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
c. untuk mendorong produktivitas

(2) c. tetap melaksanakan pengelolaan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta pemantauan lingkungan
PP No. 24 Tahun 2012 Perubahan PP 23 2010 / PP No. 1 Tahun 2014 Perubahan PP 23 2010 / PP No.
77 Tahun 2014 Perubahan PP 23 2010 / PP No. 01 Tahun 2017 Perubahan PP 23 2010 / PP No. 08
Tahun 2018 Perubahan PP 23 2010
(3) Kaidah teknik pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

; dan

(3) Kaidah teknik Pengolahan dan/atau Pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi

dan

(3) Kaidah teknik usaha jasa pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
, dan teknis
pertambangan sesuai dengan bidang usahanya; dan
Pengelolaan Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara

Mineral dan Batubara

(2) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:
a. yang diperlukan untuk
terlaksananya ketentuan keselamatan pertambangan; dan
b. berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja,
sifat, atau luas area kerja
(3) Ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
(4) Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a paling sedikit terdiri atas:
yang meliputi:
1. manajemen risiko;
2. program keselamatan kerja yang meliputi pencegahan terjadinya kecelakaan, kebakaran, dan kejadian lain yang berbahaya;
3. pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja;
4. administrasi keselamatan kerja;
5. manajemen keadaan darurat;
6. inspeksi keselamatan kerja; dan
7. pencegahan dan penyelidikan kecelakaan;
meliputi program kesehatan pekerja/buruh, higienis dan sanitasi, ergonomis, pengelolaan
makanan, minuman, dan gizi pekerja/buruh, dan/atau diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja; dan
yang memuat peraturan perusahaan, pengukuran, penilaian, dan pengendalian terhadap
kondisi lingkungan kerja
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif;
2. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia
(1) Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen
K3
(2) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan oleh
Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan
yang selanjutnya disingkat adalah
Seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan pertambangan yang memimpin dan
bertanggung jawab atas terlaksananya operasional pertambangan sesuai dengan kaidah teknik pertambangan yang
baik
adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL dalam
melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional pertambangan di wilayah yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan
yang baik.
adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan
pemasangan, pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengujian terhadap sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
kaidah teknik pertambangan yang baik.
adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi dalam struktur organisasi
perusahaan jasa pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan, dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL
atas dilaksanakan dan ditaatinya peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Inspektur Tambang melalui :
a. evaluasi terhadap laporan berkala dan laporan khusus;
b. pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan; dan
c. penilaian atas keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan
(3) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Inspektur Tambang
melakukan kegiatan
inspeksi, penyelidikan, dan pengujian
(4) Inspektur Tambang menyusun dan menyampaikan laporan hasil inspeksi, penyelidikan, dan
pengujian sebagaimana dimaksud ayat (3) kepada KaIT
(1) Menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang
dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Menteri dapat melimpahkan kepada gubernur untuk melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan kewenangan pengelolaan di bidang usaha pertambangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140, antara lain, berupa :
f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
g. keselamatan operasi pertambangan;
h. pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pascatambang
wadah komunikasi resmi antara inspektur tambang dengan kepala teknik
tambang tentang aspek teknis pertambangan, konservasi sumber daya mineral dan batubara,
keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan operasi, pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi
dan pasca tambang, pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan rancang
bangun
Buku Catatan yang memuat larangan, perintah, dan petunjuk Inspektur
Tambang (IT) yang wajib ditindaklanjuti oleh Kepala Teknik Tambang (KTT) serta informasi, tindak
lanjut, dan pemberitahuan dari KTT terhadap kegiatan usaha pertambangan
• Seluruh perusahaan pertambangan diharuskan mempunyai Buku Tambang
(1) Pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 huruf f terdiri atas:
a. keselamatan kerja;
b. kesehatan kerja;
c. lingkungan kerja; dan
d. sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(1) Pengawasan keselamatan operasi pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf g
paling sedikit meliputi:
a. sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan;
b. pengamanan instalasi;
c. kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan;
d. kompetensi tenaga teknik; dan
e. evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan
Dalam Manajemen dikenal Istilah 6M - Man / Money / Material / Machines / Method / Market

Sumber daya manusia adalah faktor yang paling vital dan menentukan dalam manajemen
Pada unsur sumber daya manusia ini harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:
ü Jumlahnya, harus sesuai dengan kebutuhan dan formasi
ü Persyaratan, seperti keahlian, kemampuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman
ü Komposisi, seperti pimpinan, pelaksana, bagian teknis, administrasi, dll

Untuk menjalankan aktivitasnya, manajemen membutuhkan biaya, baik untuk pembelian dan perawatan alat-
alat, pembelian bahan baku/material, pembayaran gaji tenaga kerja dan lain sebagainya
Pengelolaan uang yang baik akan berpengaruh terhadap sukses tidaknya sebuah manajemen yang dilakukan,
pengelolaan uang harus dilakukan secara rasional agar tujuan yang telah ditetapkan bisa tercapai
• Untuk memproduksi suatu barang, perusahaan membutuhkan bahan baku
• Ketersediaan bahan baku sangat vital dalam proses produksi, baik berupa bahan setengah jadi
(raw material) maupun bahan jadi

• Mesin digunakan dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi
• Mesin dan peralatan kerja lainnya sangat dibutuhkan untuk memudahkan pekerjaan yang sulit
menjadi lebih cepat dan efisien, serta berperan dalam meningkatkan hasil dan keuntungan
• Dengan perkembangan teknologi, penggunaan mesin semakin canggih dan modern, sehingga
bisa meminimalisir kesalahan dalam proses produksi dan pekerjaan menjadi lebih efisien dan
efektif dengan hasil lebih banyak
• Dalam manajemen diperlukan adanya beberapa metode untuk menentukan bagaimana suatu pekerjaan dapat dilakukan
• Serangkaian prosedur dan instruksi ditetapkan dengan mempertimbangkan pada tujuan yang hendak dicapai, fasilitas yang
tersedia, waktu, uang, dan kegiatan bisnis
• Metode-metode tersebut ditetapkan sebagai Standar Operasional yang baku (SOP), yang berperan untuk meningkatkan
penggunaan semua sumber daya dan faktor-faktor produksi, sehingga semua pekerjaan bisa berjalan secara Efektif dan
Efisien

• Untuk bisa memasarkan hasil produksinya dengan baik, perusahaan wajib memahami pemasaran dengan baik
• Pemasaran produk sangat penting untuk kelangsungan proses produksi dari perusahaan itu sendiri
• Proses produksi suatu barang akan terhenti apabila barang-barang yang diproduksi tidak laku atau tidak minati oleh
konsumen. Artinya pasar sangat penting untuk dikuasai demi kelangsungan proses produksi perusahaan
Kepmen ESDM 1806 K 30 MEM
2018 Penyusunan Evaluasi RK-RAB
Pertambangan

Mengatur tentang Kebijakan K3


Pertambangan, yang mencakup :
1) mencakup visi, misi, dan tujuan;
2) berkomitmen dalam melaksanakan
K3 dan KO Pertambangan

Catatan :
KepMen no 555.K/26/M.PE/1995
DICABUT Permen ESDM No. 11
Tahun 2018
Penerangan di Area Tambang
Kebisingan
Tekanan Panas
Getaran
Radiasi Radioaktif

dilakukan agar supaya dapat Debu / Asap / Gas


Bahan-bahan Kimia Lainnya
diambil dari Bahaya tersebut
Jamur
serta dan kemudian Bakteri
Virus
dan ditentukan Cara Perilaku

s e h i n g ga b i s a Health Mental

Menghilangkan, Mengganti atau Mengurangi Peledakan


Longsor
Tingkat Resiko yang bisa menjadi Penyebab Kebakaran
Tertabrak / Tabrakan
Terjatuh / Terjepit
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja Tersengat Listrik

(PAK) Lack of Supervision / Lack of Training / Lack of Maintenance /


Lack of Procedures / Lack of Mgmt Commitment
ü Tinjauan dari Manajemen Puncak untuk melihat daripada K3 atau Kegiatan Operasional
(KO) berdasarkan Hasil Audit, Pengukuran dan Pengujian, Masukan dari Pihak Yang
Berkepentingan untuk mendapatkan Data / Hasil yang nyata di lapangan yang
diselaraskan dengan Target serta Sasaran yang sudah ditetapkan oleh Perusahaan
ü Bermanfaat untuk melakukan langkah perbaikan baik dari sisi K3 ataupun KO, sehingga
langkah kedepannya dapat mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja maupun
kerusakan lingkungan selama proses penambangan dilakukan dari awal hingga akhir
ü Manajemen Puncak akan memprioritaskan pencegahan kecelakaan berdasarkan
Penilaian Resiko yang sudah dilakukan
ü Perbaikan kedepannya baik dari segi SDM (Man), Machines (Peralatan), Method (Prosedur) maupun
Material (Bahan), semuanya dilakukan sebagai langkah pencegahan kecelakaan kerja ataupun
penyakit akibat kerja, disamping itu juga dari sisi efisiensi dan efektifitas secara Perbaikan
Berkelanjutan (Continous Improvement)

Anda mungkin juga menyukai