Anda di halaman 1dari 5

Cara Hitung Cuti Tahunan Jika PNS Tak

Menggunakannya di Tahun Berjalan

Telaah Staf
An. H. Yuhendra, SE
NIP. 197307182001121001
Analis Kepegawaian Muda

Selasa, 8 Pebruari 2022

Pertanyaan

Bagaimana konsekuensi hukum bagi PNS yang tidak memakai cuti tahunan nya?
Bisakah dipakai di tahun berikutnya dalam bentuk akumulasi menjadi 24 hari pada
tahun berikutnya? Alasan tidak dipakainya cuti tahunan ini karena adanya perintah
dinas mendesak dari atasan.

Intisari Jawaban

Ulasan Lengkap

Cuti PNS
Pada dasarnya, Pegawai Negeri Sipil (“PNS”) berhak memperoleh cuti sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (“UU ASN”).
[1]

Lebih lanjut aturan mengenai cuti terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (“PP 11/2017”) dan Peraturan Badan
Kepegawaian Negara Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai
Negeri Sipil (“Peraturan BKN 24/2017”).
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.[2] Cuti PNS
terdiri dari:[3]

a. cuti tahunan;
b. cuti besar;
c. cuti sakit;
d. cuti melahirkan;
e. cuti karena alasan penting
f. cuti bersama; dan
g. cuti di luar tanggungan Negara.

Tata Cara Permintaan dan Pemberian Cuti Tahunan


PNS dan Calon PNS yang telah bekerja paling kurang 1 (satu) tahun secara terus
menerus berhak atas cuti tahunan. Lamanya hak atas cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari
kerja. Permintaan cuti tahunan dapat diberikan untuk paling kurang 1 (satu) hari kerja.[4]

Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar Berkompeten Dengan Biaya Terjangkau
Mulai Dari
Rp 149.000
Lihat Semua Kelas

Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan, PNS atau Calon PNS yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat yang Berwenang Memberikan Cuti. Berdasarkan
permintaan secara tertulis, Pejabat yang Berwenang Memberikan Cuti memberikan cuti tahunan
kepada PNS atau Calon PNS yang bersangkutan.[5]

Dalam hal hak atas cuti tahunan yang akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya,
maka jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 12 (dua belas) hari
kalender.[6]

Ketentuan Penggunaan Cuti Tahunan yang Tidak Terpakai Pada Tahun Berjalan
Berkaitan dengan pertanyaan Anda mengenai akumulasi jumlah cuti tahunan PNS yang tidak
terpakai, berikut beberapa pengaturan jika cuti tahunan PNS tidak terpakai:

1. Cuti tahunan tidak digunakan sama sekali

Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan, dapat digunakan
dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan
dalam tahun berjalan.[7]

Contoh: [8]

Sdr. H. Syamsurijal, S.Ag NIP. 196902142001121001 dalam tahun 2021 tidak mengajukan
permintaan cuti tahunan. Pada tahun 2022 yang bersangkutan mengajukan permintaan cuti
tahunan, untuk tahun 2021 dan tahun 2022. Dalam hal demikian, maka Pejabat yang Berwenang
Memberikan Cuti hanya dapat memberikan cuti tahunan kepada PNS yang bersangkutan paling
lama 18 (delapan belas) hari kerja.

2. Sisa cuti tahunan tidak digunakan

Sisa hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun bersangkutan dapat digunakan
pada tahun berikutnya paling banyak 6 (enam) hari kerja.[9]

Contoh;

a. Sdr. H. Syamsurijal, S.Ag NIP. 196902142001121001, tahun 2021 menggunakan hak


cuti tahunan selama 3 (tiga) hari kerja, sisa hak cuti tahunan Sdr. H. Syamsurijal, S.Ag
pada tahun 2021 sebanyak 9 (sembilan) hari kerja. Dalam hal demikian hak cuti tahunan
yang dapat diperhitungkan untuk tahun 2022 sebanyak 18 (delapan belas) hari kerja,
termasuk cuti tahunan dalam tahun 2022.
b. Sdr. H. Syamsurijal, S.Ag NIP. 196902142001121001, tahun 2021 menggunakan hak
cuti tahunan selama 7 (tujuh) hari kerja, sisa hak cuti tahunan Sdr. H. Syamsurijal, S.Ag
pada tahun 2021 sebanyak 5 (lima) hari kerja. Dalam hal demikian hak cuti tahunan yang
dapat diperhitungkan untuk tahun 2022 sebanyak 17 (tujuh belas) hari kerja.

3. Hak cuti tahunan tidak digunakan 2 tahun atau lebih berturut-turut

Hak atas cuti tahunan (selama 12 hari) yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-
turut, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari
kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.[11]

Contoh:
Sdr. H. Syamsurijal, S.Ag NIP. 196902142001121001 dalam tahun 2020 dan tahun 2021 tidak
mengajukan permintaan cuti tahunan. Pada tahun 2022 yang bersangkutan mengajukan
permintaan cuti tahunan untuk tahun 2020, 2021, dan 2022. Dalam hal demikian, Pejabat yang
Berwenang Memberikan Cuti dapat memberikan cuti tahunan kepada PNS bersangkutan untuk
paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja, termasuk cuti tahunan dalam tahun 2022.

a. Sdr. H. Syamsurijal, S.Ag NIP. 196902142001121001, tahun 2021 menggunakan hak


cuti tahunan selama 5 (lima) hari kerja. Pada tahun 2022, cuti tahunan tidak digunakan.
Dalam hal demikian Pejabat yang Berwenang Memberikan Cuti dapat memberikan cuti
tahunan kepada PNS bersangkutan untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja,
termasuk cuti tahunan dalam tahun 2022.

4. Hak cuti tahunan yang ditangguhkan selama 1 tahun karena kepentingan dinas mendesak
Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan penggunaannya oleh Pejabat yang Berwenang
Memberikan Cuti untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila terdapat kepentingan dinas
mendesak. Hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan dapat digunakan dalam tahun berikutnya
selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun
berjalan.[13]

Contoh:
Sdr. H. Syamsurijal, S.Ag NIP. 196902142001121001 mengajukan permintaan cuti tahunan
untuk tahun 2021 selama 12 (dua belas) hari kerja. Pejabat yang Berwenang Memberikan Cuti
tidak memberikan cuti karena kepentingan dinas mendesak. Dalam hal demikian maka hak atas
cuti tahunan Sdri. Sri Rahayu pada tahun 2022 menjadi selama 24 (dua puluh empat) hari kerja,
termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.

5. Sisa hak cuti tahunan yang ditangguhkan karena kepentingan dinas mendesak

Dalam hal terdapat PNS yang telah menggunakan Hak atas cuti tahunan dan masih terdapat sisa
Hak atas cuti tahunan untuk tahun berjalan, dapat ditangguhkan penggunaannya oleh Pejabat
yang Berwenang Memberikan Cuti untuk tahun berikutnya apabila terdapat kepentingan dinas
mendesak. Hak atas sisa cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana dihitung penuh dalam
tahun berikutnya.[15]

Contoh:
Sdr. H. Syamsurijal, S.Ag NIP. 196902142001121001 memiliki sisa cuti tahunan pada tahun
2021 sebanyak 9 (sembilan) hari kerja. Pada akhir tahun 2021 yang bersangkutan mengajukan
kembali permintaan cuti tahunan untuk tahun 2021 selama 9 (sembilan) hari kerja. Pejabat yang
Berwenang Memberikan Cuti menangguhkan hak atas cuti tahunan untuk tahun 2021 karena
kepentingan dinas mendesak. Dalam hal demikian maka hak atas cuti tahunan Sdr. Dicky
Pamungkas pada tahun 2022 menjadi selama 21 (dua puluh satu) hari kerja, termasuk hak atas
cuti tahunan dalam tahun 2022.

Berdasarkan penjelasan di atas, menjawab pertanyaan Anda, jika PNS tidak menggunakan cuti
tahunan dalam tahun tersebut, maka hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun
yang bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan
belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan.

Tetapi jika cuti tahunan PNS tersebut tidak dipakai karena ditangguhkan oleh Pejabat yang
Berwenang Memberikan Cuti dalam hal kepentingan dinas yang mendesak, maka hak atas cuti
tahunan yang ditangguhkan dapat digunakan dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh
empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.

Itu artinya jika mengacu kepada pertanyaan Anda, cuti tahunan (selama 12 hari) dapat
diakumulasikan menjadi 24 hari kerja dalam hal cuti tahunan PNS ditangguhkan oleh Pejabat
yang Berwenang Memberikan Cuti jika ada kepentingan dinas yang mendesak.
Sebagai refensi mengenai cuti PNS, selengkapnya dapat simak artikel Cuti Melahirkan bagi
PNS yang Melahirkan Anak Kembar dan Aturan tentang Cuti Sakit Bagi PNS.

Demikian telaah Staf Tentang Cuti Tahunan yang di dasari dari Regulasi-Regulasi yang ada,
semoga bermanfaat.

Dasar hukum:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;


2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil;
3. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil.

Anda mungkin juga menyukai