Anda di halaman 1dari 33

‫االحتفال باملولد النبوي‬

PERAYAAN MAULID NABI ‫ﷺ‬,


-Syubhat-syubhat dan Bantahannya-

Ditulis oleh :
Syaikh ‘Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf ‫حفظه الله‬

*~*~*
Diterjemahkan :
Tim Redaksi Majalah HADYUN NABAWI

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 1


PERAYAAN MAULID NABI ‫ﷺ‬,
-Syubhat-syubhat dan Bantahannya-

Ditulis oleh :
Syaikh ‘Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf ‫حفظه الله‬
*~*~*

• Syubhat no. 1
Mereka yang membolehkan perayaan
maulid Nabi berdalih dengan Firman Allah ‫ ﷻ‬:

‫اَّللِ َوبِ َر ْْحَتِ ِه َفبِ َ َٰذل ِ َك َف ْؾ َق ْػ َر ُحوا‬


‫ُق ْل بِ َػ ْض ِل ه‬

“Katakanlah : Dengan kurnia Allah dan rahmat-


Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira”. (QS. Yunus : 58)

Mereka mengatakan bahwa kegembiraan


terbesar ialah gembira dengan hari kelahirnya
Nabi ‫ﷺ‬, sedangkan merayakannya adalah
sebagai ungkapan kegembiraan ini.

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 2


☞ Bantahannya :
Perkataan seperti ini tidak pernah
diucapkan oleh seorangpin dari para imam
kaum muslimin, apakah setiap kali Allah ‫ﷻ‬
memuliakan kita, memberikan kita nikmat,
maka kita jadikan hari itu sebagai momen
perayaan?
Lagipula keutamaan dan rahmat yang Allah
‫ ﷻ‬perintahkan kita untuk bergembira karena
kehadirannya yang disebutkan dalam ayat ini
bukanlah hari dilahirkan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬,
akan tetapi yang dimaksud adalah
(diturunkannya) Al-Qur’an sebagaimana yang
dijelaskan dalam ayat sebelumnya, dan tidak
ada satupun ahli tafsir yang menyebutkan arti
sebagaimana yang mereka tafsirkan untuk
perayaan maulid Nabi.

• Syubhat no. 2
Mereka berdalih dengan firman Allah ‫ ﷻ‬:

‫وَلَِٰ َك‬
َ ‫ُّور ا هل ِذي ُأن ِْز َل َم َع ُه ُأ‬ ِ
ُ َ ‫ين َآمـُوا بِه َو َع هز ُرو ُه َوك‬
َ ‫ََصو ُه َوا هت َب ُعوا الـ‬
ِ
َ ‫َفا هلذ‬
َ ‫ُه ُم ا ْد ُ ْػؾِ ُح‬
‫ون‬

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 3


“Adapun orang-orang yang beriman kepadanya,
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang
beruntung”. (QS. Al-A’raf : 157)

Mereka mengatakan bahwa maulid Nabi


adalah bentuk memuliakan Nabi ‫ﷺ‬,
menghormatinya dan mengagungkan
kedudukannya.

☞ Bantahannya :
Ayat ini sama sekali tidaklah menunjukkan
bahwa maulid Nabi ‫ ﷺ‬adalah bentuk
pengagungan dan pernghormatan kepada
beliau, dan tidaklah semua yang disangka atau
dikira bahwa itu adalah bentuk pengagungan
dan penghormatan maka boleh melakukannya
hanya karena prasangka semata.
Juga tidaklah boleh menghormati beliau ‫ﷺ‬
dengan alat-alat musik, dan juga dengan
mengagungkan beliau secara berlebihan dan
ghuluw sebagaimana orang-orang nasrani
ghuluw kepada ‘Isa bin Maryam, dan bahkan
Nabi ‫ ﷺ‬telah melarang umatnya akan hal itu.

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 4


Maka maulid Nabi ‫ ﷺ‬termasuk ke dalam
bab ini (pengagungan berlebih yang terlarang).

• Syubhat no. 3
Mereka berdalil dengan hadits, bahwa
Nabi ‫ ﷺ‬ditanya tentang puasa pada hari senin,
maka beliau menjawab :

‫دت ِف ِقه‬
ُ ِ ‫َذل ِ َك َيو ٌم ُول‬

“Itu adalah hari dimana aku dilahirkan”. (HR.


Muslim no. 1162)

Mereka menyatakan bahwa perayaan


maulid berasal dari Nabi ‫ ﷺ‬sendiri untuk
merayakan hari dimana beliau dilahirkan.

☞ Bantahannya :
Penafsiran seperti ini untuk hadits tersebut
adalah penafsiran yang tidak pernah diucapkan
satupun dari ulama dan para ahli hadits
terdahulu. Seyogyanya rasa syukur karena
kelahiran Nabi ‫ ﷺ‬adalah dengan merayakannya

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 5


di setiap hari kelahirannya yaitu hari senin di
setiap minggunya, sebagaimana yang di
rutinkan Nabi ‫ ﷺ‬dan beliau jadikan sebagai
sunnah (yaitu puasa sunnah) yang kekal untuk
umatnya hingga hari kiamat, dan bukanlah rasa
syukur itu dengan perayaan, lantunan nasyid,
dan puji-pujian (yang ghuluw).

• Syubhat no. 4
Mereka berdalil bolehnya merayakan
maulid dengan hadits :

‫ َو ِف ِقه‬، ‫الس ََلم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ‫امؽُم يوم‬


‫ فقه ُخؾ َق آ َد ُم َع َؾ ْقه ه‬، ‫اْلُ ُؿ َعة‬
ِ ِ
َ ْ َ ْ ‫إِ هن م ْن َأ ْف َض ِل َأيه‬
‫الص ََل ِة َف ِإ هن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ َوفقه ه‬، ‫ َوفقه الـه ْػ َخ ُة‬، ‫ُقبِ َض‬
‫ َف َلكْث ُروا َع َ هَل م ْن ه‬، ‫الص ْع َؼ ُة‬
َ ‫َص ََل َتؽ ُْم َم ْع ُر‬
‫وض ٌة َع َ هَل‬

“Sesungguhnya diantar hari hari terbaik kalian


adalah hari Jum’at, pada hari itu Adam
diciptakan dan diwafatkan, di hari itu akan
ditiupkan sangkakala pertama dan kedua, maka
perbanyaklah shalawat untukku di hari itu,
karena sungguh shalawat kalian akan

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 6


disampaikan padaku”.

Mereka berkata : Jika kita diperintahkan


untuk bershalawat kepada Nabi ‫ ﷺ‬di hari Adam
diciptakan oleh Allah, maka bershalawat kepada
beliau ‫ ﷺ‬di hari kelahirannya tentu lebih utama
dan lebih dianjurkan.
Mereka juga mengatakan bahwa acara
maulid itu hanyalah berkumpul untuk
bershalawat atas Nabi ‫ﷺ‬.

☞ Bantahannya :
Jika istidlal dan hujjah mereka ini benar,
maka kita akan melihat perlombaan para
sahabat dan orang-orang setelah mereka dalam
mengkhususkan hari senin untuk bershalawat
kepada beliau ‫ﷺ‬. Akan tetapi nyatanya tidak
ada satupun ulama yang menyebutkan
keutamaan bershalawat kepada Nabi ‫ ﷺ‬di hari
kelahirannya hari senin. -adapun tanggal 12
bulan Rabiul Awal sebagai hari lahir beliau ‫ﷺ‬
belum tentu benar karena diperselisihkan para
ulama-.

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 7


• Syubhat no. 5
Termasuk dari syubhat yang
mengherankan yang mereka sebutkan sebagai
hujjah bahwa “Maulid ini hanyalah ajang untuk
bershalawat kepada Nabi ‫ ﷺ‬dan memuji beliau
saja, lalu mengapa kalian begitu keras
mengingkarinya?

☞ Bantahannya :
Sebenarnya, orang yang mengingkari
Maulid mereka bukan mengingkari shalawat
kepada Nabi ‫ﷺ‬, bukan pula mengingkari pujian
kepada beliau, bahkan mereka selalu
bershalawat kepadanya terus menerus.
Pengingkaran yang mereka sebutkan adalah
terkait berkumpulnya orang-orang untuk
momen perayaan maulid pada hari yang
ditentukan, dan itu dikarenakan tidak ada
dasarnya dalam satu riwayatpun bahwa Nabi ‫ﷺ‬
berkumpul bersama para shahabat, dan tidak
ada pula satupun shahabat beliau yang saling
berkumpul untuk bershalawat kepada beliau
‫ﷺ‬, atau memuji beliau dalam momen tertentu
secara umum dan di malam tertentu secara

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 8


khusus.

• Syubhat no. 6
Mereka berdalil dengan hadits yang
berbunyi :

“Bahwasanya seorang budak perempuan


pernah bernadzar untuk menabuh rebana dan
bernyanyi dihadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬jika kembali
dalam keadaan selamat dari peperangan.
Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata kepadanya:
“jika kamu bernadzar maka menabuhlah, jika
tidak maka jangan lakukan”.

Kata mereka : ini adalah perayaan dan


ungkapan kegembiraan akan datangnya
Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam keadaan selamat dari
peperangan. dan Rasulullah ‫ ﷺ‬mengikrarkannya
(menyetujuinya). Sedangkan kegembiraan
untuk menyambut datangnya Rasulullah ‫ﷺ‬
kedunia ini tentu lebih besar keutamaanya.

☞ Bantahannya :
Subhanallah!!! Mereka berdalil hanya

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 9


dengan satu kejadian yang mana tidak terulang
lagi selama hidupnya Rasulullah ‫ﷺ‬, dan mereka
lupa bahwasa beliau dan para shahabatnya juga
meninggalkan perayaan hari kelahiran mereka
terus terulang dan kembali setiap tahunnya.
Lantas kenapa shahabiyah ini tidak
bernadzar untuk merayakan dan bergembira
dihari datangnya Rasulullah ‫ ﷺ‬kedunia ini
sebagai ganti dari kegembiraan dihari
keselamatannya dan kembalinya beliau dari
peperangan?! Kemudian ini bukan perayaan
darinya ‫ ﷺ‬dimana orang-orang semua
berkumpul karenanya, akan tetapi itu
merupakan pemenuhan nadzarnya budak
tersebut terhadap dirinya.
Jikalau ini merupakan suatu perayaan
seperti perayaan hari kelahirannya niscaya ia
akan mengulangi setiap tahunnya sebagaimana
juga orang-orang merayakan maulidnya setiap
tahun.

• Syubhat no. 7
Mereka juga berhujjah tentang bolehnya
merayakan hari maulid dengan hadits yang
diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam sunannya,

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 10


dari Anas ◙ bahwasanya Nabi ‫ﷺ‬
mengaqiqahi dirinya setelah diutus menjadi
Nabi.
Mereka berkata : ini adalah Rasulullah ‫ﷺ‬
yang sudah mengaqiqahi dirinya sendiri karena
gembira atas kelahirannya. Meskipun Abu
Thalib juga mengaqiqahinya di hari
kelahirannya. Maka ini merupakan dalil atas
bolehnya mengulangi kegembiraan berkali-kali.

☞ Bantahannya :
Hadits ini sebagaimana disebutkan oleh al-
Baihaqi adalah hadist yang munkar. Dan Imam
an-Nawawi berkata di dalam al-Majmu’ (8/431)
: hadits Bathil. Dan berkata juga al-Hafidz Ibnu
Hajar al-‘Asqalani di dalam al-Fath (9/509): Laa
yatsbut. Maka dari itu gugurlah hujjah dengan
hadits tersebut.

• Syubhat no. 8
Mereka mengatakan bahwa ketika Abu
Lahab membebaskan budaknya, Tsuwaibah al-

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 11


Aslamiyah seketika Tsuwaibah memberikan
kabar gembira kelahiran (maulid) Nabi, sehingga
Abu Lahab diringankan azab baginya dengan hal
ini.
Mereka beralasan jika hal ini terjadi pada
orang yang dicela Al-Qur’an, hingga diringankan
azab baginya karena gembiranya dengan
kelahiran Nabi, apatah lagi yang bergembira
dengan kelahiran Nabi ‫ ﷺ‬dari golongan orang
beriman?!

☞ Bantahannya :
Sungguh sangat buruk berdalil dengan
amalan orang kafir pada masa Jahiliyah yang
gembira dengan kelahiran keponakannya
(karena Nabi Muhammad adalah keponakan
Abu Lahab), sedangkan masa itu orang Jahiliyah
bergembira dengan kelahiran bayi laki-laki dan
mengubur hidup-hidup bayi perempuan hanya
karena takut celaan dan cercaan orang!.
Jawaban untuk syubhat ini sebagaimana
sebelumnya, permasalahannya bukan pada
keutamaan bergembira -dengan kelahiran
Rasulullah ‫ ﷺ‬-, mencintai dan menghormatinya.
Permasalahannya bukan di sini, namun apakah

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 12


perayaan maulid tersebut -dengan dalih
kecintaan kepada Rasulullah- itu disyariatkan
atau tidak?, padahal mereka yang merayakan
maulid berarti menyelisihi petunjuk Rasulullah
‫ ﷺ‬yang tidak merayakannya.

• Syubhat no. 9
As-Sakhawi telah menukil di dalam kitab al-
Ajwibah al-Mardhiyyah (3/1117) dari salah
seorang dari mereka yang berkata: “Apabila
dahulu Ahlu as-Shalib (orang Kristen)
menjadikan malam kelahiran nabi-nabi mereka
sebagai hari raya besar, maka orang islam itu
tentu lebih berhak dan lebih pantas
memuliakan para nabinya”.

☞ Bantahannya :
Saya tidak mendapati jawaban yang lebih
mengena terhadap argumen itu dari pada hadits
yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim, dari Rasulullah ‫ ﷺ‬bahwasanya beliau
bersabda :

‫اعا بِ ِذ َرا ٍ َحتهى َل ْو َس َؾؽُوا ُج ْح َر‬


ً ‫َل َتتهبِ ُع هن َسـ ََن َم ْن َق ْب َؾؽ ُْم ِش ْ ًزا بِ ِش ْ ٍز َو ِذ َر‬

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 13


‫اَّللِ ا ْل َق ُفو َد َوالـ َهص َارى َق َال َف َؿ ْن‬
‫ول ه‬َ ‫ب َل َس َؾ ْؽت ُُؿو ُه ُق ْؾـَا َيا َر ُس‬
ٍّ ‫َض‬

“Sungguh kalian pasti akan mengikuti jalan


(kebiasan-kebiasaan) orang-orang sebelum
kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta
demi sehasta hingga seandainya mereka masuk
ke dalam lubang dhab (kadal padang pasir mirip
biawak) kalian pasti akan mengikutinya”. Kami
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka
itu Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab :
“Terus siapa lagi (kalau bukan mereka)”.

• Syubhat no. 10
Ketika maulid Nabi ‫ﷺ‬, bagi yang semangat
merayakannya padahal jelas itu bid’ah, mereka
berkilah : “Betul, memang hal ini bid’ah, namun
ini bid’ah hasanah sebagaimana disebutkan
Ibnu Hajar dan ulama lainnya”.

☞ Bantahannya :
Pendapat yang benar menurut para ulama
muhaqqiq (peneliti yang terpilih) bahwa tidak
ada pembagian bid’ah menjadi bid’ah hasanah

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 14


dan bid’ah dzalalah (sesat) dalam Islam, yang
benar bahwa semua bid’ah itu dzalalah,
sebagaimana ditegaskan Nabi ‫ ﷺ‬dalam
hadistnya.
Abu Ishaq asy-Syathibi menyebutkan
dalam Fatawa, hlm. 180 : “Sabda Nabi ‫ﷺ‬:

‫دع ٍة َض ََل َلة‬


َ ِ‫ُك ُّل ب‬

“Semua bid’ah itu sesat”.

Para ulama memahaminya dalam keumuman


bid’ah, sehingga sama sekali tidak ada
pengecualian dari kaidah umum ini, sehingga
tidak ada sama sekali yang bernama bid’ah
hasanah”.

• Syubhat no. 11
Orang yang merayakan Maulid Nabi
berdalih dengan hadist :

‫َان َل ُه ِم َن األَ ْج ِر‬ ِ ْ ‫َم ْن َس هن ِِف‬


َ ‫ ك‬،‫اْل ْس ََل ِم ُسـه ًة َح َسـَ ًة َف َع ِؿ َل ِِبَا َم ْن َب ْعدَ ُه‬
ِ ِ ِ ‫ر َأ ْن يـْ َت َؼ‬ ِ ِ ِ
ْ َ ‫ص م ْن ُأ ُجوره ْم‬
‫َش ٌء‬ َ ُ ِ ْ ‫َوم ْثل َأ ْجر َم ْن َعؿ َل ِِب َا م ْن َغ‬

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 15


“Barangsiapa membuat sunnah (kebiasaan)
baik dalam Islam, hngga diamalkan orang
setelahnya, maka ia mendapatkan pahala dan
pahala tambahan orang yang
mengamalkannya, tanpa berkurang sesuatu
pun dari pahala mereka (yang mengikutinya)”.

Kesimpulannya menurut mereka bahwa


memperingati maulid Nabi ‫ ﷺ‬termasuk sunnah
hasanah (kebiasaan baik)!

☞ Bantahannya :
Hal ini merupakan tahrif (penyelewengan)
makna hadits, hal ini bisa terjadi karena betul-
betul tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu
dengan sabab al-wurud hadist ini, karena hadits
ini disabdakan Rasulullah ‫ ﷺ‬setelah datang
kepada beliau segolongan orang Arab kampung
yang mengenakan pakain dari wol yang banyak
sobek -karena kefakiran mereka-, sehingga
Rasulullah ‫ ﷺ‬menganjurkan kaum muslimin
untuk bersedekah, namun mereka lamban dan
tidak segera menyambut anjuran ini sehingga
nampak (kekecewaan) di wajah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 16


Lalu datanglah seorang dari kaum Anshar
dengan membawa sebongkah emas dan
menyerahkannya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, lalu
yang lain mengikuti orang tersebut bersedekah
hingga nampak (kegembiraan) di wajah
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang akhirnya beliau bersabda
dengan hadits di atas.
Maksud hadits yang benar adalah
barangsiapa menghidupkan satu sunnah dari
begitu banyak sunnah-sunnah Rasulullah ‫ﷺ‬, hal
itu sebagaimana redaksi riwayat Ibnu Majah
yang menyebut :

‫َان َل ُه ِم ْث ُل َأ ْج ِر َم ْن َع ِؿ َل‬
َ ‫ ك‬،‫هاس‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ َف َعؿ َل ِِبَا الـ‬،‫َم ْن َأ ْح َقا ُسـه ًة م ْن ُسـهتي‬
َ ‫ ك‬،‫ َف ُع ِؿ َل ِِبَا‬،‫ َو َم ْن ا ْبتَدَ َ بِدْ َع ًة‬،‫ور ِه ْم َش ْق ًئا‬
‫َان‬ ِ ‫ص ِم ْن ُأ ُج‬ ُ ‫ ََل َي ْـ ُؼ‬،‫ِِبَا‬
‫ص ِم ْن َأ ْو َز ِار َم ْن َع ِؿ َل ِِبَا َش ْقئًا‬ ِ ِ
ُ ‫ ََل َيـْ ُؼ‬،‫َع َؾ ْقه َأ ْو َز ُار َم ْن َعؿ َل ِِبَا‬

“Barangsiapa menghidupkan satu sunnah dari


sunnah-sunnahku, hingga diamalkan manusia,
maka ia mendapatkan pahala ditambah pahala
yang mengerjakannya, tanpa dikurangi sesuatu
pun dari amalan mereka (yang mengikutinya),
barangsiapa membuat satu bid’ah, hingga

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 17


diamalkan manusia, maka ia bertanggungjawab
atas dosa orang yang mengamalkannya, tanpa
dikurangi sesuatu pun dari (dosa) yang
mengamalkannya”.

Asy-Syathibi ♫ memberikan komentar


atas hadits ini dengan mengatakan : Hal ini
menunjukkan bahwa sunnah yang dimaksud
adalah seperti yang dilakukan para shahabat,
yaitu amalan yang ditetapkan (Rasulullah
sendiri) sebagai sunnah -yaitu sedekah-,
sehingga maulid Nabi ‫ ﷺ‬bukanlah sunnah
(dengan kriteria ini).

• Syubhat no. 12
Mereka menyangka bahwa sebagian
shahabat melakukan bid’ah hasanah. mereka
beralasan dengan riwayat :

‫ َف َؾ هَّم َر َف َع َر ْأ َس ُه ِم َن‬،‫اهلل َع َؾ ْق ِه َو َس هؾ َم‬


ُ ‫ُكـها َي ْو ًما ك َُص يَل َو َرا َء الـهبِ يي َص هذ‬
ِ ِ ِ
ُ‫ َر هبـَا َو َل َك احلَ ْؿد‬:‫ َق َال َر ُج ٌل َو َرا َء ُه‬،‫اَّلل د َْن َْحِدَ ُه‬ ُ ‫ َسؿ َع ه‬:‫الر ْك َعة َق َال‬ ‫ه‬
،‫ َأنَا‬:‫ « َم ِن اد ُ َت َؽ يؾ ُم» َق َال‬:‫ َق َال‬،‫ف‬ ِ ِ ِ
َ َ ‫ َف َؾ هَّم اك‬،‫َْحْدً ا كَث ًرا َص يق ًبا ُم َب َاركًا فقه‬
َ ‫َْص‬

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 18


ِ ِ
َ ‫ َر َأيْ ُت بِ ْض َع ًة َو َث ََلثنيَ َم َؾؽًا َي ْبتَد ُر‬:‫َق َال‬
‫وَنَا َأ ُُّّيُ ْم َي ْؽ ُت ُب َفا َأ هو ُل‬
“Pada suatu hari kami shalat di belakang
Rasulullah, ketika beliau mengangkat kepalanya
dari ruku beliau mengatakan:
ِ ِ
‫اَّلل د َْن َْحِدَ ُه‬
ُ ‫َسؿ َع ه‬
“Allah mendengar orang yang memuji-Nya”
Lalu, seseorang di belakang Rasulullah
mengatakan :
‫َر هبـَا َو َل َك احلَ ْؿدُ َْحْدً ا كَثِ ًرا َص يق ًبا ُم َب َاركًا ِف ِقه‬
“Wahai Rabb kami, segala puji hanyalah milik-
Mu, pujian yang banyak nan baik yang penuh
keberkahan”
Selesai shalat, Rasulullah bertanya: Siapa yang
tadi membaca doa tersebut? Orang itu
menjawab: Saya. Maka Rasulullah bersabda:
Aku melihat tiga puluh lebih malaikat bersegera
menuliskan (pahala) doa tersebut, entah siapa
yang diantara malaikat yang lebih dahulu
menuliskannya”.

Mereka yang merayakan maulid


mengatakan : bahwa shahabat ini membuat
bid’ah hasanah dengan satu doa yang belum
pernah ia dengar dari Rasulullah ‫ﷺ‬.

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 19


☞ Bantahannya :
Ini pemahaman yang salah, karena para
shahabat memiliki keistimewaan yang tidak ada
pada selain mereka, yaitu Rasulullah ‫ ﷺ‬berada
di antara mereka dan membenarkan perbuatan
mereka jika ada yang keliru; jika ada amalan
shahabat yang Nabi ‫ ﷺ‬setujui maka hal ini
menjadi sunnah taqririyah, bukan bid’ah
hasanah.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan
ulama Ushul Fiqh bahwa semua riwayat tentang
amalan shahabat yang disetujui Nabi ‫ ﷺ‬maka
tergolong jenis sunnah taqririyah, dan bukan
bid’ah hasanah.

• Syubhat no. 13
Orang yang merayakan maulid beralasan
dengan keputusan Umar ◙ yang
mengumpulkan para shahabat di belakang satu
imam (shalat tarawih), sepeninggal Rasulullah
‫ﷺ‬. Sehingga mereka mengatakan bahwa hal ini
termasuk bid’ah hasanah.

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 20


☞ Bantahannya :
Orang yang memperhatikan keputusan
Umar ◙ akan mendapati bahwa
mendasarkan peristiwa ini sebagai bukti adanya
bid’ah hasanah adalah pendapat yang lemah.
Hal itu karena apa yang Umar ◙ lakukan
sudah pernah Rasulullah ‫ ﷺ‬lakukan sendiri
sebelumnya, dimana saat itu Rasulullah ‫ﷺ‬
mengumpulkan para shahabat untuk shalat
tarawih berjamaah, lalu pada malam-malam
setelahnya Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak lagi keluar untuk
shalat bersama mereka karena khawatir shalat
tarawih berubah hukumnya dari mustahab
(sunnah) menjadi wajib. Lalu praktek ini tidak
lagi dilakukan dimasa Abu Bakar ◙ hingga
Umar ◙ mengadakannya kembali setelah
hilangnya illat -kekhawatiran shalat tarawih
menjadi wajib, karena Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah
meninggal dan wahyu terputus-. Maka,
bagaimana mungkin dikatakan bahwa Umar ‫ﷺ‬
membuat shalat jenis baru yang tidak ada pada

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 21


masa Rasulullah ‫ﷺ‬, karena tarawih berjamaah
ini pernah dikerjakan masa Rasulullah ‫ﷺ‬.
Bagaimana mungkin berdalil dengan hal ini
sebagai pembenaran perayaan maulid Nabi?.

• Syubhat no. 14
Mereka juga berdalil dengan perbuatan-
perbuatan para shahabat setelah wafatnya
Rasulullah ‫ﷺ‬, seperti penulisan dan
pengumpulan al-Quran, serta pemberian titik
dan harakat pada mushaf dengan tepat, dan
mereka berkata: “semuanya ini adalah bid’ah
hasanah, dan perayaan maulid termasuk jenis
perbuatan ini (bid’ah hasanah)”.

☞ bantahannya :
Bid’ah Madzmumah (bid’ah yang tercela)
adalah perbuatan yang tidak pernah dilakukan
oleh Nabi ‫ ﷺ‬padahal disana ada tuntutan
(pendorong) untuk melakukannya dan juga
tidak ada penghalang untuk melakukannya.
Maka apa yang menghalangi Nabi ‫ ﷺ‬untuk
merayakan maulidnya?! Dan apabila

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 22


tuntutannya itu adalah rasa cinta kepada Nabi
‫ﷺ‬, maka ini juga ada pada para shahabat, akan
tetapi kenapa mereka tidak melakukanya?
Jawabanya adalah tentu karena perbuatan itu
tidak disyari’atkan.
Adapun penulisan dan pengumpulan al-
Quran maka itu termasuk kategori penjagaan
dan pemeliharaan dari kerusakan atau
kehilangan. Dan tuntutan ini tidak ada di masa
Nabi ‫ﷺ‬, maka ketika Nabi ‫ ﷺ‬wafat dan wahyu
sudah terputus, maka terjadilah perselisihan
pendapat diantara sebagian shahabat tentang
ayat-ayat al-Quran, dari itu dituntutlah untuk
mengumpulkan dan menulisnya di dalam satu
mushaf. Dan tatkala manusia jauh dari bahasa
arab sedangkan bahasa ‘ajamah (selain arab)
sudah masuk dan menyebar melalui orang-
orang a’jami yang banyak masuk islam, maka
tentunya sangat dibutuhkan untuk diberi titik
dan harakat pada mushaf sehingga bisa dibaca
dengan baik dan benar. Dan ulama ushul
menamakan ini dengan al-mashalah al-
mursalah.

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 23


• Syubhat no. 15
Perkataan mereka bahwasannya
merayakan maulid Nabi ‫ ﷺ‬adalah adat
(kebiasaan) dan bukan termasuk suatu ibadah,
maka mengapa kalian mengingkari perkara adat
tersebut.

☞ Bantahannya :
Ini merupakan kesalahan dari mereka dan
larinya mereka dari kenyataan yang ada.
Bagaimana tidak,bukannya mereka mengatakan
bahwa perayaan tersebut didalamnya ada
pembacaan ayat Al-Quran, dzikir kepada Allah,
doa, penyebutan perjalanan hidup Nabi ‫ ﷺ‬dan
fisiknya, mendekatkan diri kepada Allah ‫ﷻ‬,
mengajak manusia untuk turut serta
merayakannya dan menganjurkannya serta
menggolongkannya termasuk amalan-amalan
yang akan mendapatkan ganjaran dan pahala.
Maka bagaimana mereka mengatakan
tentang hal itu adalah adat, budaya dan bukan
ibadah,! padahal tentu itu merupakan ibadah
bukan?!

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 24


• Syubhat no. 16
Dan diantara Syubhat mereka untuk
melegalkan maulid Nabi ‫ ﷺ‬yaitu : penyerupaan
mereka dengan diadakannya muktamar
(seminar, kongres) sebagai bentuk
penghormatan untuk seorang alim,
mengenalkan karya-karya mereka, serta
menyebutkan kisah perjalanan mereka.
Dan perkataan mereka : sesungguhnya
perkumpulan (maulid Nabi) merupakan upaya
untuk mengingat perjalanan Nabi ‫ ﷺ‬dan
keutamaannya untuk umat ini, maka lebih layak
didakan dari pada muktamar untuk seorang
alim.

☞ Bantahannya :
Pertama : Seminar untuk mengenalkan Nabi ‫ﷺ‬,
mengenal perjalanannya dan pembelaan
terhadapnya ‫ ﷺ‬tidak diragukan lagi lebih utama,
akan tetapi menyelenggarakan seminar dan
muktamar hanya sekali saja atau beberapa kali,
dan di suatu negara atau lebih dari sekali maka
tidak bisa diqiaskan dengan perayaan maulid

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 25


Nabi ‫ ﷺ‬dalam segala hal.
Muktamar dan seminar bukanlah suatu
perayaan, kebahagiaan, kebanggaan, akan
tetapi pengenalan, pengajaran serta dakwah
bagi orang yang tidak mengetahui perjalanan ‫ﷺ‬
dan dakwahnya dari kaum muslimin dan
selainnya.
Kedua : Muktamar dan seminar tidak memiliki
waktu-waktu tertentu, dan tidak benar bahwa
diadakan muktamar bertepatan dengan hari
kelahiran seorang alim, juga tidak berkaitan
dengan kelahirannya, akan tetapi diadakan
muktamar dan seminar (biasanya) sesuai
dengan kelonggaran para panitita dan peserta
untuk bisa hadir.

• Syubhat no. 17
Mereka berhujjah bahwa berkumpul
merayakan maulid Nabi ‫ ﷺ‬adalah untuk
mengingatkan manusia tentang sejarah Nabi ‫ﷺ‬,
hal ini sebagaimana para khatib jumat
mengingatkan manusia tentang diutusnya Nabi
‫ ﷺ‬dan hijrahnya, juga seperti mengingatkan
manusia tentang perang badar pada hari 17
bulan ramadhan dan yg lainnya dari peristiwa-

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 26


peristiwa sejarah kenabian. Lalu kenapa kalian
mengharamkan ini dan kalian membolehkan
yang itu?!

☞ Bantahannya :
Ini adalah kesalahan, karena orang-orang
yang membolehkan memberi peringatan
kepada manusia pada saat khutbah jumat
tentang hijrah Nabi, diutusnya Nabi, dan
berbagai peperangan, mereka juga
membolehkan untuk memberi peringatan
kepada manusia tentang hari kelahiran dan
wafatnya Nabi ‫ﷺ‬, engkau dapati mereka
berkhutbah (di hari jumat) dengan tema ini dan
itu, dan tidak ada yang mengingkari sedikitpun
karena ini bukanlah hal yang diperselisihkan,
adapun hal yang dipermasalahkan adalah
berkumpulnya manusia untuk memperingati
kelahiran Nabi ‫ﷺ‬, ajakan untuk merayakannya,
diulang-ulang perayaannya pada waktu
tertentu.

• Syubhat no. 18
Mereka mengatakan, sesungguhnya
kebanyakan ulama membolehkan perayaan

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 27


maulid Nabi ‫ ﷺ‬dan tidak ada yang
mengharamkannya kecuali orang-orang yang
ekstrim dari pengikut Ibnu Taimiyyah!

☞ Bantahannya :
Ada tiga poin penting untuk membantah
syubhat ini :
Peratama. Bahwa kebenaran itu berdasarkan
dalil bukan berdasarkan kebanyakan orang.
Kedua. Bahwa para ulama kaum muslimin yang
terdahulu seperti empat imam madzhab dan
yang lainnya tidak pernah dinukil dari seorang
pun diantara mereka yang membolehkan
perayaan maulid Nabi ‫ ﷺ‬atau ikut
merayakannya, bagaimana mungkin dikatakan
bahwa bolehnya perayaan maulid Nabi ‫ﷺ‬
adalah pendapat mayoritas ulama.
Ketiga. Pendapat bahwa tidak ada yang
mengharamkan perayaan maulid kecuali
pengikut Ibnu Taimiyyah adalah pendapat yang
tidak benar, karena banyak ulama yang
berfatwa tentang haramnya perayaan maulid
Nabi ‫ ﷺ‬sedangkan mereka bukan dari
madrasah (murid/pengikut) Ibnu Taimiyyah,
diantaranya :

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 28


al-'Alamah Taajuddin al-Fakihani al-Maliki,
beliau berkata dalam kitabnya al-Maurid fi
amalil Maulid (hal. 2) : “Aku tidak mengetahui
landasan bolehnya perayaan maulid Nabi ‫ ﷺ‬di
dalam Al-Quran dan tidak pula di dalam Sunnah,
tetapi itu adalah bid'ah yang diada-adakan”.
Berkata al-‘Allamah al-Ushuli Abu Ishaq
Aas-Syathibi dalam Fatwanya (hal. 203) :
“Sudah diketahui bahwa merayakannya maulid
Nabi ‫ ﷺ‬sebagaimana yang dilakukan orang-
orang hukumnya adalah bid'ah, dan setiap
bid'ah adalah sesat”.

Penutup

Jika ada yang mengatakan sesungguhnya


umat islam hari ini sedang dalam kondisi bahaya
dan musuh-musuh islam sedang bersatu untuk
menyerang dari berbagai penjuru, maka tidak
perlu untuk mengangkat tema-tema tersebut
(maulidan) karena akan memecah belah kaum
muslimin dan tidak menyatukan mereka!.
Na’am umat islam sedang dalam kondisi
bahaya yang besar, diantaranya bersatunya
musush-musuh islam untuk menguasai kaum

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 29


muslimin, juga tersebarnya bid’ah-bid’ah dan
syubhat-syubhat, juga tersebarnya
kemungkaran dan syahwat, maka wajib bagi
orang-orang yang memberikan nasehat agar
terus memberikan nasehat dan peringatan
sebagai bentuk penjagaan terhadap umat dan
menyatukan mereka diatas tauhid dan sunnah.
Sesungguhnya kemaksiatan yang paling
besar setelah syirik adalah bid’ah, karena
sesungguhnya bid’ah itu lebih dicintai iblis dari
pada maksiat. Dan Allah-lah yang mengatakan
kebenaran dan Dia juga yang menunjukkan
kepada jalan yang lurus.

Terakhir

Sesungguhnya diantara perkara yang


banyak memalingkan manusia dari menerima
kebenaran meskipun kebenaran itu sangat jelas
kepada mereka setelah dijelaskan hujjah naqli
(wahyu) dan aqli (akal) adalah karena beratnya
melepaskan diri (meninggalkan) perkara yang
sudah menjadi kebiasan mereka bertahun-
tahun dan juga tidak mau meninggalkan serta
menyalahkan apa yang menjadi kebiasaan

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 30


nenek moyang mereka (dari perkara yang
menyimpang syariat).
Maka kita memohon kepada Allah ‫ﷻ‬
dengan karunia dan kemuliaan-Nya agar
menunjukkan kepada kita dan kaum muslimin
semua yang haq itu haq, dan mengaruniakan
kepada kita kekuatan untuk mengikutinya, dan
semoga Allah ‫ ﷻ‬menunjukkan kepada kita
kebatilan itu batil dan mengaruniakan kepada
kita kekuatan untuk menjauhinya. Kita berdoa
dengan doa Nabi ‫ ﷺ‬:

ِ ِ ‫ات و ْاألَر‬ ِ ِ ِ ِ‫َائ َقل وإ‬ ِ ‫ال هؾفم رب ِج ِز َيل و ِمقؽ‬


َ ‫َعام‬ ْ َ ‫الس َؿ َو‬ ‫ْساف َقل َفاص َر ه‬ َ ْ َ َ ْ ‫ُ ه َ ه‬
ِ
‫ون ْاه ِد ِِن ِلَا‬
َ ‫َيتَؾِ ُػ‬ْ َ ‫اد َك ِف َقَّم كَاكُوا ِف ِقه‬
ِ ‫ني ِعب‬
َ َ ْ ‫َتؽ ُُم َب‬ ْ َ ‫الش َفا َد ِة َأن َْت‬
‫ب َو ه‬ ِ ‫ا ْل َغ ْق‬
ٍ ‫هك َأن َْت َت ِدي من ت ََشاء إِ ََل ِِص‬
‫اط‬ َ ‫احلَ يق بِ ِإ ْذكِ َك إِك‬
ْ ‫ف ِف ِقه ِم ْن‬ َ ِ‫اختُؾ‬ ْ
َ ُ ْ َ َْ
‫ُم ْست َِؼق ٍم‬

“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil yang


telah menciptakan langit dan bumi, yang
mengetahui hal yang ghaib maupun yang
nyata. Engkau lah dzat yang akan mengadili
hamba-hamba-Mu mengenai apa yang mereka
perselisihkan. Berilah aku petunjuk dengan izin-

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 31


Mu terhadap kebenaran yang diperselisihkan,
sesungguhnya Engkau memberi petunjuk
kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan
yang lurus”. (HR. Muslim no. 770 dan Abu
Dawud no. 5067).

***

‫احلؿد هلل آوَل وآخرا‬


‫وصذ اهلل عذ كبقـا حمؿد وآله وصحبه وسؾم‬

Solo/11/Rabiul Awal/1433 H
18/Oktober/2021 M.

Maulid Nabi -Syubhat dan Bantahan- 32

Anda mungkin juga menyukai