Ditulis oleh :
Syaikh ‘Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf حفظه الله
*~*~*
Diterjemahkan :
Tim Redaksi Majalah HADYUN NABAWI
Ditulis oleh :
Syaikh ‘Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf حفظه الله
*~*~*
• Syubhat no. 1
Mereka yang membolehkan perayaan
maulid Nabi berdalih dengan Firman Allah ﷻ:
• Syubhat no. 2
Mereka berdalih dengan firman Allah ﷻ:
وَلَِٰ َك
َ ُّور ا هل ِذي ُأن ِْز َل َم َع ُه ُأ ِ
ُ َ ين َآمـُوا بِه َو َع هز ُرو ُه َوك
َ ََصو ُه َوا هت َب ُعوا الـ
ِ
َ َفا هلذ
َ ُه ُم ا ْد ُ ْػؾِ ُح
ون
☞ Bantahannya :
Ayat ini sama sekali tidaklah menunjukkan
bahwa maulid Nabi ﷺadalah bentuk
pengagungan dan pernghormatan kepada
beliau, dan tidaklah semua yang disangka atau
dikira bahwa itu adalah bentuk pengagungan
dan penghormatan maka boleh melakukannya
hanya karena prasangka semata.
Juga tidaklah boleh menghormati beliau ﷺ
dengan alat-alat musik, dan juga dengan
mengagungkan beliau secara berlebihan dan
ghuluw sebagaimana orang-orang nasrani
ghuluw kepada ‘Isa bin Maryam, dan bahkan
Nabi ﷺtelah melarang umatnya akan hal itu.
• Syubhat no. 3
Mereka berdalil dengan hadits, bahwa
Nabi ﷺditanya tentang puasa pada hari senin,
maka beliau menjawab :
دت ِف ِقه
ُ ِ َذل ِ َك َيو ٌم ُول
☞ Bantahannya :
Penafsiran seperti ini untuk hadits tersebut
adalah penafsiran yang tidak pernah diucapkan
satupun dari ulama dan para ahli hadits
terdahulu. Seyogyanya rasa syukur karena
kelahiran Nabi ﷺadalah dengan merayakannya
• Syubhat no. 4
Mereka berdalil bolehnya merayakan
maulid dengan hadits :
☞ Bantahannya :
Jika istidlal dan hujjah mereka ini benar,
maka kita akan melihat perlombaan para
sahabat dan orang-orang setelah mereka dalam
mengkhususkan hari senin untuk bershalawat
kepada beliau ﷺ. Akan tetapi nyatanya tidak
ada satupun ulama yang menyebutkan
keutamaan bershalawat kepada Nabi ﷺdi hari
kelahirannya hari senin. -adapun tanggal 12
bulan Rabiul Awal sebagai hari lahir beliau ﷺ
belum tentu benar karena diperselisihkan para
ulama-.
☞ Bantahannya :
Sebenarnya, orang yang mengingkari
Maulid mereka bukan mengingkari shalawat
kepada Nabi ﷺ, bukan pula mengingkari pujian
kepada beliau, bahkan mereka selalu
bershalawat kepadanya terus menerus.
Pengingkaran yang mereka sebutkan adalah
terkait berkumpulnya orang-orang untuk
momen perayaan maulid pada hari yang
ditentukan, dan itu dikarenakan tidak ada
dasarnya dalam satu riwayatpun bahwa Nabi ﷺ
berkumpul bersama para shahabat, dan tidak
ada pula satupun shahabat beliau yang saling
berkumpul untuk bershalawat kepada beliau
ﷺ, atau memuji beliau dalam momen tertentu
secara umum dan di malam tertentu secara
• Syubhat no. 6
Mereka berdalil dengan hadits yang
berbunyi :
☞ Bantahannya :
Subhanallah!!! Mereka berdalil hanya
• Syubhat no. 7
Mereka juga berhujjah tentang bolehnya
merayakan hari maulid dengan hadits yang
diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam sunannya,
☞ Bantahannya :
Hadits ini sebagaimana disebutkan oleh al-
Baihaqi adalah hadist yang munkar. Dan Imam
an-Nawawi berkata di dalam al-Majmu’ (8/431)
: hadits Bathil. Dan berkata juga al-Hafidz Ibnu
Hajar al-‘Asqalani di dalam al-Fath (9/509): Laa
yatsbut. Maka dari itu gugurlah hujjah dengan
hadits tersebut.
• Syubhat no. 8
Mereka mengatakan bahwa ketika Abu
Lahab membebaskan budaknya, Tsuwaibah al-
☞ Bantahannya :
Sungguh sangat buruk berdalil dengan
amalan orang kafir pada masa Jahiliyah yang
gembira dengan kelahiran keponakannya
(karena Nabi Muhammad adalah keponakan
Abu Lahab), sedangkan masa itu orang Jahiliyah
bergembira dengan kelahiran bayi laki-laki dan
mengubur hidup-hidup bayi perempuan hanya
karena takut celaan dan cercaan orang!.
Jawaban untuk syubhat ini sebagaimana
sebelumnya, permasalahannya bukan pada
keutamaan bergembira -dengan kelahiran
Rasulullah ﷺ-, mencintai dan menghormatinya.
Permasalahannya bukan di sini, namun apakah
• Syubhat no. 9
As-Sakhawi telah menukil di dalam kitab al-
Ajwibah al-Mardhiyyah (3/1117) dari salah
seorang dari mereka yang berkata: “Apabila
dahulu Ahlu as-Shalib (orang Kristen)
menjadikan malam kelahiran nabi-nabi mereka
sebagai hari raya besar, maka orang islam itu
tentu lebih berhak dan lebih pantas
memuliakan para nabinya”.
☞ Bantahannya :
Saya tidak mendapati jawaban yang lebih
mengena terhadap argumen itu dari pada hadits
yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim, dari Rasulullah ﷺbahwasanya beliau
bersabda :
• Syubhat no. 10
Ketika maulid Nabi ﷺ, bagi yang semangat
merayakannya padahal jelas itu bid’ah, mereka
berkilah : “Betul, memang hal ini bid’ah, namun
ini bid’ah hasanah sebagaimana disebutkan
Ibnu Hajar dan ulama lainnya”.
☞ Bantahannya :
Pendapat yang benar menurut para ulama
muhaqqiq (peneliti yang terpilih) bahwa tidak
ada pembagian bid’ah menjadi bid’ah hasanah
• Syubhat no. 11
Orang yang merayakan Maulid Nabi
berdalih dengan hadist :
☞ Bantahannya :
Hal ini merupakan tahrif (penyelewengan)
makna hadits, hal ini bisa terjadi karena betul-
betul tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu
dengan sabab al-wurud hadist ini, karena hadits
ini disabdakan Rasulullah ﷺsetelah datang
kepada beliau segolongan orang Arab kampung
yang mengenakan pakain dari wol yang banyak
sobek -karena kefakiran mereka-, sehingga
Rasulullah ﷺmenganjurkan kaum muslimin
untuk bersedekah, namun mereka lamban dan
tidak segera menyambut anjuran ini sehingga
nampak (kekecewaan) di wajah Rasulullah ﷺ.
َان َل ُه ِم ْث ُل َأ ْج ِر َم ْن َع ِؿ َل
َ ك،هاس ِ ِ ِ
ُ َف َعؿ َل ِِبَا الـ،َم ْن َأ ْح َقا ُسـه ًة م ْن ُسـهتي
َ ك، َف ُع ِؿ َل ِِبَا، َو َم ْن ا ْبتَدَ َ بِدْ َع ًة،ور ِه ْم َش ْق ًئا
َان ِ ص ِم ْن ُأ ُج ُ ََل َي ْـ ُؼ،ِِبَا
ص ِم ْن َأ ْو َز ِار َم ْن َع ِؿ َل ِِبَا َش ْقئًا ِ ِ
ُ ََل َيـْ ُؼ،َع َؾ ْقه َأ ْو َز ُار َم ْن َعؿ َل ِِبَا
• Syubhat no. 12
Mereka menyangka bahwa sebagian
shahabat melakukan bid’ah hasanah. mereka
beralasan dengan riwayat :
• Syubhat no. 13
Orang yang merayakan maulid beralasan
dengan keputusan Umar ◙ yang
mengumpulkan para shahabat di belakang satu
imam (shalat tarawih), sepeninggal Rasulullah
ﷺ. Sehingga mereka mengatakan bahwa hal ini
termasuk bid’ah hasanah.
• Syubhat no. 14
Mereka juga berdalil dengan perbuatan-
perbuatan para shahabat setelah wafatnya
Rasulullah ﷺ, seperti penulisan dan
pengumpulan al-Quran, serta pemberian titik
dan harakat pada mushaf dengan tepat, dan
mereka berkata: “semuanya ini adalah bid’ah
hasanah, dan perayaan maulid termasuk jenis
perbuatan ini (bid’ah hasanah)”.
☞ bantahannya :
Bid’ah Madzmumah (bid’ah yang tercela)
adalah perbuatan yang tidak pernah dilakukan
oleh Nabi ﷺpadahal disana ada tuntutan
(pendorong) untuk melakukannya dan juga
tidak ada penghalang untuk melakukannya.
Maka apa yang menghalangi Nabi ﷺuntuk
merayakan maulidnya?! Dan apabila
☞ Bantahannya :
Ini merupakan kesalahan dari mereka dan
larinya mereka dari kenyataan yang ada.
Bagaimana tidak,bukannya mereka mengatakan
bahwa perayaan tersebut didalamnya ada
pembacaan ayat Al-Quran, dzikir kepada Allah,
doa, penyebutan perjalanan hidup Nabi ﷺdan
fisiknya, mendekatkan diri kepada Allah ﷻ,
mengajak manusia untuk turut serta
merayakannya dan menganjurkannya serta
menggolongkannya termasuk amalan-amalan
yang akan mendapatkan ganjaran dan pahala.
Maka bagaimana mereka mengatakan
tentang hal itu adalah adat, budaya dan bukan
ibadah,! padahal tentu itu merupakan ibadah
bukan?!
☞ Bantahannya :
Pertama : Seminar untuk mengenalkan Nabi ﷺ,
mengenal perjalanannya dan pembelaan
terhadapnya ﷺtidak diragukan lagi lebih utama,
akan tetapi menyelenggarakan seminar dan
muktamar hanya sekali saja atau beberapa kali,
dan di suatu negara atau lebih dari sekali maka
tidak bisa diqiaskan dengan perayaan maulid
• Syubhat no. 17
Mereka berhujjah bahwa berkumpul
merayakan maulid Nabi ﷺadalah untuk
mengingatkan manusia tentang sejarah Nabi ﷺ,
hal ini sebagaimana para khatib jumat
mengingatkan manusia tentang diutusnya Nabi
ﷺdan hijrahnya, juga seperti mengingatkan
manusia tentang perang badar pada hari 17
bulan ramadhan dan yg lainnya dari peristiwa-
☞ Bantahannya :
Ini adalah kesalahan, karena orang-orang
yang membolehkan memberi peringatan
kepada manusia pada saat khutbah jumat
tentang hijrah Nabi, diutusnya Nabi, dan
berbagai peperangan, mereka juga
membolehkan untuk memberi peringatan
kepada manusia tentang hari kelahiran dan
wafatnya Nabi ﷺ, engkau dapati mereka
berkhutbah (di hari jumat) dengan tema ini dan
itu, dan tidak ada yang mengingkari sedikitpun
karena ini bukanlah hal yang diperselisihkan,
adapun hal yang dipermasalahkan adalah
berkumpulnya manusia untuk memperingati
kelahiran Nabi ﷺ, ajakan untuk merayakannya,
diulang-ulang perayaannya pada waktu
tertentu.
• Syubhat no. 18
Mereka mengatakan, sesungguhnya
kebanyakan ulama membolehkan perayaan
☞ Bantahannya :
Ada tiga poin penting untuk membantah
syubhat ini :
Peratama. Bahwa kebenaran itu berdasarkan
dalil bukan berdasarkan kebanyakan orang.
Kedua. Bahwa para ulama kaum muslimin yang
terdahulu seperti empat imam madzhab dan
yang lainnya tidak pernah dinukil dari seorang
pun diantara mereka yang membolehkan
perayaan maulid Nabi ﷺatau ikut
merayakannya, bagaimana mungkin dikatakan
bahwa bolehnya perayaan maulid Nabi ﷺ
adalah pendapat mayoritas ulama.
Ketiga. Pendapat bahwa tidak ada yang
mengharamkan perayaan maulid kecuali
pengikut Ibnu Taimiyyah adalah pendapat yang
tidak benar, karena banyak ulama yang
berfatwa tentang haramnya perayaan maulid
Nabi ﷺsedangkan mereka bukan dari
madrasah (murid/pengikut) Ibnu Taimiyyah,
diantaranya :
Penutup
Terakhir
***
Solo/11/Rabiul Awal/1433 H
18/Oktober/2021 M.