Anda di halaman 1dari 24

PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENDIDIKAN FISIKA

REVIEW ARTIKEL DENGAN VARIABEL TERIKAT BERPIKIR KRITIS

Disusun Oleh :
Savana Nisva Yaumie
NIM. 20030184006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, karena tanpa pertolongan dari – Nya kami tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.

Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr.
Wasis, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengukuran dan Instrumen Fisika yang
memberikan tugas terhadap kami dan selalu membimbing kami dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang berjudul “Review Artikel Dengan Variabel Terikat
Berpikir Kritis” jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Surabaya, 6 Juni 2023

Penulis
REVIEW ARTIKEL

A. Deskripsi Artikel
1. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Fisika
Artikel pertama ini merupakan artikel nasional yang ditulis oleh Nasution (2018)
dan telah terindeks Sinta-4 yang mengukur pengaruh pembelajaran inkuiri terpandu
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa fisika. Data keterampilan berpikir kritis
siswa diperoleh melalui hasil posttest dengan indicator berpikir kritis yang akan diukur
yaitu:
a. Bertanya dan menjawab pertanyaan
b. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
c. Mengidentifikasi asumsi-asumsi
d. Menentukan suatu tindakan
Adapun instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa soal tes. Sedangkan analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan
kemampuan berpikir kritis siswa selama pembelajaran menggunakan model inkuiri
adalah dengan menggunakan uji Independent Sample T-test pada software SPSS 22.

2. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan


Berpikir Kritis Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA
Artikel ini merupakan artikel nasional yang ditulis oleh Parwati, Rapi, dan
Rachmawati (2020) dan telah terindeks Sinta 4. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah siswa, dan mendeskripsikan
tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
pelajaran fisika. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa adalah berupa tes kemampuan berpikir kritis. Data yang diperoleh
dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Kriteria keberhasilan kemampuan berpikir kritis
apabila nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori baik.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika pada kelas X IPA SMA
Negeri 1 Kuta adalah 70 dan memenuhi Ketuntasan Klasikal (KK)  75%.
3. Pembelajaran Fisika Inkuiri Terbimbing Dengan Metode Eksperimen Dan Poyek
Ditinjau Dari Kreativitas Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Artikel ini merupakan artikel nasional yang ter indeks Sinta-2 dan ditulis oleh
Purwandari (2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari penerapan
pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran berbasis eksperimen dan proyek pada siswa
SMA. Instrumen yang digunakan dalam memperoleh data meliputi: 1) Tes hasil
belajar; 2) Lembar observasi; dan 3) Lembar angket. Teknik pengambilan data
dilakukan dengan pemberian tes, observasi, angket dan dokumentasi. Pada angket
kreativitas dan tes kemampuan berpikir kritis diperoleh setelah proses pembelajaran,
bertujuan untuk mengetahui kreativitas dan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki
siswa. Sedangkan metode observasi dan dokumentasi diperoleh pada saat proses
pembelajaran dan praktikum berlangsung. Metode observasi dilakukan untuk
mengambil data hasil belajar afektif dan psikomotor. Teknik analisis data pada
penelitian ini terdiri dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Pada uji prasyarat meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas. Sedangkan pada uji hipotesis data penelitian
menggunakan uji Anava 2x2x2.

4. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Artikel ini merupakan artikel nasional yang telah terindeks Sinta-4 dengan penulis
Sri Murni (2020). Penelitian ini bertujuan untuk: mengembangkan kemampuan
berfikir kritis peserta didik kelas XI MIPA 6 di SMA Negeri 1 Mataram pada materi
suhu dan kalor tahun pelajaran 2018/2019. Instrumen yang digunakan dalam
memperoleh data meliputi: 1) Tes hasil belajar; 2) Lembar observasi; dan 3) Lembar
angket. Instrumen tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal
uraian untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik dalam penguasaan materi
yang telah disampaikan. Lembar observasi dirancang untuk mengetahui
keterlaksanakan RPP serta mengetahui perkembang kemampuan berfikir kritis peserta
didik melalui hasil analisis LKPD dalam proses pembelajaran, sedangkan Lembar
angket penilian diri dirancang untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis peserta
didik. Selanjutnya, pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik tes dan non tes.
Teknis tes digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Data yang
didapatkan dengan menggunakan teknik ini adalah data kuantitatif. Data diperoleh
dengan cara memberikan posttes pada akhir setiap siklus. Teknis non tes digunakan
untuk mengetahui perkembangan kemampuan berfikir kritis. Data ini diperoleh
dengan analisis Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan analisis angket penilaian diri.
Adapun indikator adanya kemampuan berfikir kritis peserta didik dalam pembelajaran
dapat dilihat dari pencapaian persetase aspek kemampuan berfikir kritis, yaitu 75%
untuk setiap aspek kemampuan berfikir kritis.

5. Keefektifan Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing Berbantuan PhET


Interactive Simulations untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA
Artikel ini merupakan artikel nasional dengan Mardiyanti dan Budi Jatmiko (2022)
yang telah terindeks Sinta-3 dan juga telah ter-publish di crossref, garuda, dan
dimensions. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran
fisika dengan model inkuiri terbimbing berbantuan PhET Interactive Simulations
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi fisika gelombang
berjalan dan stasioner. Instrumen yang digunakan adalah berupa tes awal sebelum
pembelajaran dan tes akhir setelah pembelajaran dengan materi yang sama. Kemudian
data dianalisis menggunakan uji normalitas, homogenitas, uji t-independent, uji t-
berpasangan, dan perhitungan n-gain dengan IBM SPSS Statistic 23.

6. The Application Of Inquiry Learning To Train Critical Thinking Skills On Light


Material Of Primary School Students
Artikel ini merupakan artikel internasional yang telah terindeks scopus Q4 pada
Journal of Physiscs Conference Series. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keefektifan model pembelajaran inkuiri dalam melatih kemampuan berpikir kritis
siswa SD. Instrumen yang digunakan adalah berupa pretest-posttest. Data dianalisis
menggunakan uji t-dependent untuk kemampuan berpikir kritis secara keseluruhan dan
analisis deskriptif untuk kemampuan berpikir kritis untuk masing-masing indikator.
Keterampilan berpikir kritis yang dilatihkan dalam penelitian ini meliputi evaluasi,
eksplanasi, interpretasi, dan inferensi berdasarkan hasil analisis data. Adapun indicator
yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
a. Dapat membuat penjelasan dengan tepat sesuai konteks pertanyaan
b. Dapat membuat anotasi dengan tepat dan lengkap

7. The Effect Of Blended Learning Setting On Students’ Critical Thinking Skills In


Physics
Artikel ini merupakan artikel internasional yang telah terindeks scopus Q4 pada
Journal of Physiscs Conference Series. Penelitian ini bertujuan untuk melaporkan
studi dan hasil peningkatan keterampilan berpikir kritis dalam lingkungan blended
learning dalam pembelajaran fisika SMA. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data kuantitatif digunakan tes pilihan ganda dalam hal keterampilan
berpikir kritis. Tes tersebut meliputi lima indikator berpikir kritis yaitu memfokuskan
pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan sumber terpercaya,
mengidentifikasi asumsi dan menentukan tindakan. Data yang diambil dari pretest dan
posttest berguna untuk mengidentifikasi perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa.
Untuk menganalisis data kuantitatif, digunakan analisis statistik SPSS 21.00 yang
memiliki tingkat signifikansi 0,05.

8. Pengaruh Strategi Think Pair Share pada Pembelajaran Guided Inquiry terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis
Artikel ini merupakan artikel nasional yang ditulis oleh Nuryanto, Parno, dan
Wartono (2020) dan telah terindeks Sinta-4. Penelitian ini dilakukan untuk menguji
pengaruh strategi think pair share pada pembelajaran guided inquiry terhadap
kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen perlakuan yang
terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lembar kerja siswa yang
digunakan siswa ketika pratikum. Instrumen pengukuran kemampuan berpikir kritis
berupa soal uraian yang terdiri dari tujuh indikator berpikir kritis yaitu.
a. Merumuskan pertanyaan,
b. Menganalisis argumen,
c. Menanya dan menjawab pertanyaan,
d. Melakukan evaluasi,
e. Melakukan deduksi,
f. Melakukan induksi, dan
g. Memutuskan tindakan.
Teknik analisis data yang digunakan ada tiga langkah, yaitu uji prasyarat, uji hipotesis,
dan uji lanjut. Uji prasyarat terdiri atas uji homogenitas dan uji normalitas. Uji
hipotesis menggunakan uji anova satu jalur sedangkan uji lanjut menggunakan uji
Tukey.

9. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi


terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA
Artikel ini merupakan artikel nasional yang telah terindeks Sinta-3 Dan ditulis oleh
Siahaan, dkk (2021). Tujuan dari penelitian ini mengetahui model pengaruh
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan multi representasi terhadap keterampilan
proses sains dan penguasaan konsep IPA siswa SMP Swasta Surya Pematangsiantar
pada materi kalor. Instrumen dalam penelitian ini adalah: 1) instrumen keterlaksanaan
pembelajaran yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar
Kerja Siswa (LKS), dan 2) instrumen tes tertulis keterampilan proses sains dan
penguasaan konsep IPA siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1) observasi
terhadap instrumen perlakuan, dan 2) hasil post-test keterampilan proses sains dan
penguasaan konsep IPA. Data dianalisis dengan menggunakan uji independent-sample
t-test dan pearson correlation.

10. Pengembangan Bahan Ajar dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk Melatih
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Artikel ini merupakan artikel nasional yang telah terindeks Sinta-3 dan ditulis oleh
Rianti, dkk (2021). Penelitian ini bertujuan menghasilkan bahan ajar materi Elastisitas
dan Hukum Hooke melalui pengajaran inkuiri terbimbing yang layak digunakan untuk
melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah
melalui teknik tes dan non-tes. Teknik tes meliputi tes awal (pre-test) dan tes akhir
(post-test) dengan indikator kemampuan berpikir kritis untuk keefektifan bahan ajar.
Sementara teknik non-tes meliputi wawancara, penilaian dua validator akademisi dan
satu validator praktisi untuk validitas bahan ajar, penilaian keterlaksanaan RPP untuk
kepraktisan bahan ajar, dan penilaian aktivitas peserta didik untuk keefektifan bahan
ajar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara berurutan berdasarkan kriteria.
B. Analisis
1. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing (Gub ided Inquiry) dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Fisika
Berdasarkan review, pada artikel pertama ini belum dijelaskan secara spesifik
pembelajaran fisika apa yang akan diukur. Dalam artikel hanya tertulis “Pembelajaran
Fisika” di SMA Negeri 3 Padangsidimpuan kelas X IPA saja tanpa ada materi atau bab
tertentu yang jelas.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes dengan beberapa indicator
yang telah dibahas sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai terendah
untuk kedua kelas yaitu yaitu pada keterampilan bertanya dengan selisih nilai sebesar
4,55. Nilai tertinggi yaitu pada keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan
hasil induksi dengan selisih nilai sebesar 12.96. Secara keseluruhan nilai tiap indikator
keterampilan berpikir kritis fisika siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran dengan inkuiri terbimbing siswa
dihadapkan dengan situasi yang menutut kemandirian berpikir, sehingga pada saat
itulah siswa mengalami proses pengembangan keterampilan berpikir kritis lebih maju
daripada pembelajaran sebelumnya
Hal ini diperkuat berdasarkan hasil analisis uji Independent sample t-test pada
SPSS 22 diperoleh nilai signifikansi One-tailed (1- tailed) sebesar 0,0015. Nilai
signifikansi tersebut ≤ 0,05 maka dapat dikatakan skor rata-rata keterampilan berpikir
kritis fisika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan
terhadap keterampilan berpikir kritis fisika siswa. Artinya, penelitian ini dapat
dikatakan sebagai penelitian yang berhasil.

2. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan


Berpikir Kritis Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA
Artikel yang telah terindeks Sinta-4 ini telah dilengkapi dengan hasil pembelajaran
fisika apa yang diukur. Adapun materi fisika yang diukur pada artikel ini adalah pada
bab momentum, impuls, dan tumbukan. Dengan begitu, maka arah dari artikel ini
sangatlah jelas, yakni bagaimana pengaruh dari penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap meningkatnya keamampuan berpikir kritis siswa pada materi
fisika momentum, impuls, dan tumbukan.
Instrumen yang digunakan pada artikel ini adalah berupa tes kemampuan berpikir
kritis. Siklus pertama menunjukkan nilai kemampuan berpikir kritis dalam kategori
baik dengan nilai rata-rata 76,37 dan siswa yang belum mencapai syarat KKM
sebanyak 3 orang siswa sehingga ketuntasan klasikal mencapai 91,43%. Secara umum,
meskipun kemampuan berpikir kritis siswa pada kategori baik, namun masih
ditemukan kelemahan, yaitu belum maksimalnya kemampuan berpikir kritis siswa
pada dimensi melakukan induksi dan memutuskan dan melaksanakan yang berada
pada kategori cukup. Pada siklus kedua, menunjukkan siswa lebih banyak berada pada
kategori sangat baik dan sudah tidak ada siswa yang berada pada kategori cukup
seperti pada siklus I. Skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II
adalah 89,58 yang tergolong kategori sangat baik dengan ketuntasan klasikal sebesar
100%. Dengan begitu artinya, nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis mengalami
peningkatan secara kuantitatif dan kategori pada siklus II.

3. Pembelajaran Fisika Inkuiri Terbimbing Dengan Metode Eksperimen Dan Poyek


Ditinjau Dari Kreativitas Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Artikel ini, tidak dituliskan materi fisika apa yang akan dibahas dan akan digunakan
sebagai tolak ukur penelitian. Dalam artikel ini hanya tertulis bahwa “Penggunaan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode proyek menghasilkan hasil belajar
fisika yang lebih baik daripada penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
metode eksperimen. Karena pada pembelajaran fisika dengan inkuiri terbimbing
menggunakan metode proyek, guru memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk
mengembangkan pola pikirnya. Siswa menjadi lebih paham konsep suatu materi
apabila dalam proses pembelajaran tersebut menemukan sendiri atau mengalami
secara langsung sehingga pengetahuannya dapat melekat dalam pikiran siswa.”
Instrumen yang digunakan adalah berupa tes, observasi, angket, dan dokumentasi.
Setelah dilakukan analisis data menggunakan uji normalitas dan homogenitas
diperoleh:

Tabel yang disajikan sudah jelas dan meliputi semua observasi yangtelah dilakukan.
Selain tabel, artikel ini juga melengkapi dengan beberapa deskripsi yang menjelaskan
isi tabel tersebut. Deskripsi-deskripsi ini terbagi menjadi tujuh hipotesis dengan
penjelasannya masing-masing yang sudah sangat jelas.

4. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Artikel ini sama seperti kebanyakan artikel yang telah di review sebelumnya. Pada
artikel juga tidak terdapat materi fisika apa yang akan dijadikan tolak ukur dalam
penelitian. Dalam artikel hanya tertulis pembelajaran fisika di kelas XI MIPA 6 SMA
Negeri 1 Mataram saja, tanpa ada spesifikasi materi apa yang akan dibahas.
Instrumen yang digunakan dalam memperoleh data meliputi tes hasil belajar,
lembar observasi, dan lembar angket. Instrumen tes hasil belajar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah soal uraian dengan jumlah 5 soal untuk siklus I dan II,
sedangkan untuk siklus III berjumlah 4 soal. Intrumen ini digunakan untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta didik dalam penguasaan materi yang telah disampaikan.
Setelah dilakukan tindakan, terlihat adanya peningkatan kemampuan berfikir kritis
peserta didik. Sebagian besar peserta didik sudah dapat merumuskan masalah, hal ini
ditunjukkan oleh meningkatanya persentase rata-rata indikator berfikir kritis , pada
siklus I 80% meningkat menjadi 88% untuk siklus II dan 93% untuk siklus III. Oleh
karena itu dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
inkuiri terbimbing pada artikel ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik dan hasil belajarnya.
5. Keefektifan Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing Berbantuan PhET
Interactive Simulations untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA
Artikel yang dituli soleh Mardiyanti dan Budi Jatmiko (2022) ini dilakukan di SMA
Negeri 2 Magetan dengan pembelajaran fisika yang diukur adalah pada bab
gelombang berjalan dan stasioner. Materi ini dipilih karena menurutnya, penggunaan
PheT Interactive Simulation dirasa sangat tepat digunakan untuk materi gelombang
berjalan dan stasioner. Sehingga dilakukanlah penelitian keefektifan pembelajaran
fisika pada materi gelombang dengan model inkuiri terbimbing berbantuan PheT ini.
Instrumen yang digunakan pada artikel ini adalah berupa pretest dan posttest
dengan skema seperti berikut.

Dengan adanya skema tersebut, semakin memperjelas arah dari instrument yang
digunakan dalam penelitian ini. Dimana Kedua kelas sebelum dilakukan kegiatan
pembelajaran diberikan tes awal, kemudian diberikan perlakuan menggunakan model
inkuiri terbimbing berbantuan PhET. Setelah diberikan perlakuan siswa diberikan tes
akhir. Tes akhir digunakan menginformasikan peningkatan KBK siswa dengan model
yang digunakan pada siswa di SMA N 2 Magetan pada materi gelombang berjalan dan
stasioner.
Setelah dilakukan perlakuan pada kedua kelas, maka diperoleh hasil tes seperti pada
grafik berikut.
Grafik tersebut menunjukkan rata-rata nilai kedua kelas sebelum pembelajaran 40,1
dan 38,8. Setelah diberikan perlakuan, rerata KBK siswa pada kedua kelas meningkat
menjadi 86,2 dan 83,3. Kemudian, data dianalaisis dengan menggunakan uji
normalitas, uji homogenitas, uji t dependen, dan uji t berpasangan. Pada uji normalitas,
diperoleh bahwa kelas mia 5 nilai pretest serta posttest diperoleh nilai 0,200 dan 0,053.
Untuk kelas XI Mia 6 diperoleh nilai pretest serta posttest 0,127 dan 0,907. Nilai
tersebut lebih dari 0,05 yang mengartikan data berkategori normal. Kemudian data
yang berkategori normal dilakukan uji homogenitas. Pada uji homogenitas diperoleh
bahwa angka signifikansi pada pretest dan posttest menunjukkan angka 0,887 dan
0,702 yang berarti varian data tersebut homogen dengan (p >0,05). Kemudian, pada
uji t dependen menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,887 > 0,05 mengartikan
bahwa tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis awal siswa sebelum diberikan
model inkuiri terbimbing berbantuan PhET pada kedua kelas. Selanjutnya dilakukan
uji t berpasangan, bahwa angka signifikansi didapat 0,000<0,05. Ini mengandung arti
terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis yang signifikan setelah pembelajaran
menggunakan model inkuiri terbimbing berbantuan PhET di dua kelas.
Artikel ini sangat jelas dan lengakp pada semua komponennya. Dimuali dari hasil
pembelajaran fisika yang diukur, instrument yang digunakan, dan teknik analisis data
yang sangat rinci dijabarkan. Maka tidak heran jika artikel ini sudah terindeks Sinta-3.

6. The Application of Inquiry Learning to Train Critical Thinking Skills on Light


Material of Primary School Students
Artikel keenam ini merupakan artikel internasional yang telah terindeks scopus Q4.
Pada artikel ini tidak dijelaskan materi fisika apa yang diukur dan dibahas. Sehingga
sangat disayangkan untuk kelengkapan artikel ini. Seharusnya akan lebih baik jika
materi yang digunakan untuk mengukur pada penilitian ini juga dijelaskan secara rinci.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest-posttest. Adapun hasil
yang diperoleh berdasarkan indicator yang telah ditentukan adalah sebagai berikut.
Berdasarkan tabel tersebut telah terlihat bahwa pada saat posttest semua siswa
berada pada kategore sangat tinggi dan tinggi. Hal ini berarti pembelajaran inkuiri
yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam melakukan pengamatan dan mengemukakan jawaban suatu masalah melalui
interpretasi data untuk memperoleh kesimpulan. Karena pembelajaran inkuiri tidak
hanya menuntut siswa untuk dapat melakukan proses penyelidikan secara mandiri,
tetapi juga menuntut siswa untuk dapat memahami implikasi dari suatu hasil
percobaan.

7. The Effect Of Blended Learning Setting On Students’ Critical Thinking Skills In


Physics
Sama seperti artikel internasional sebelumnya, artikel yang berjudul pengaruh
setting blended learning terhadap kemampuan berpikir kritis fisika siswa ini juga tidak
dilengkapi dengan materi fisika apa yang akan diukur. Pada artikel ini hanya tertulis
pada pembelajaran fisika saja, tanpa menyertakan materi spesifik apa yang dibahas.
Instrumen yang digunakan adalah tes, yaitu berupa pretest dan posttest. dengan data
yang diperoleh sebagai berikut.
Berdasarkan tabel tersebut telah dijelaskan nilai prestest dan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol beserta dengan perhitungan N-gain dan masing-masing
kategorinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kemampuan berpikir
kritis siswa adalah signifikan. Dapat dilihat bahwa t hitung adalah 7,266 sedangkan pada
tabel adalah 0,2027. thitung> ttabel(7,266 > 0,2027) dan signifikansi (0,000 < 0,05)
menyimpulkan bahwa H0 ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

8. Pengaruh Strategi Think Pair Share pada Pembelajaran Guided Inquiry terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis
Penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto, Parno, dan Wartono (2020) ini dilakukan
di SMA Negeri Kawedanan. Artikel ini mengukur pembelajaran fisika pada materi
kalor. Walaupun sudah dituliskan materi fisika apa yang diukur, namun sebaiknya
materi kalor ini perlu dibahas secara singkat dan sederhana.
Instrumen yang digunakan adalah berupa prestest dan posttest dengan rincian data
sebagai berikut.

Berdasarkan hasil tersebut, dilakukan perhitungan uji normalitas pada data


kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen diperoleh nilai Liliefors 0,124 <
0,152 dan kelas kontrol diperoleh nilai uji Liliefors 0,131 < 0,162. H0 diterima
sehingga disimpulkan bahwa data kemampuan berpikir kritis terdistribusi normal. Uji
homogenitas data kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh nilai χ2 adalah 0,306 <
3,840. H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan berpikir kritis
siswa homogen atau berasal dari populasi yang mempunyai varians sama. Hasil
perhitungan uji M-Box data diperoleh nilai signifikansi 0,359 > 0,050 dan diperoleh
Fhitung < Ftabel yakni 1,073 < 2,605 maka H0 diterima dan disimpulkan bahwa
matriks varians-kovarians adalah homogen. Berdasarkan hasil perhitungan anova satu
jalur diperoleh nilai Wilks Lamda 0,869 dengan nilai Fhitung 4,721. Nilai Fhitung >
Ftabel, yaitu 3,065. Berdasarkan nilai tersebut maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
antara siswa yang belajar menggunakan strategi think pair share dan tanpa strategi
think pair share. Uji Tukey dilakukan pada data kemampuan berpikir kritis siswa
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil uji Tukey data kemampuan
berpikir kritis diperoleh nilai Qhitung > Qtabel yakni 3,70 > 3,47 sehingga H0 ditolak
dan H1 diterima. Hasil uji Tukey ini menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis di
kelas eksperimen lebih baik dibandingkan di kelas kontrol. Instrument, perhitungan,
dan analisis data telah dijelaskan secara rinci pada artikel ini.

9. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi


terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA
Hasil pembelajaran fisika yang diukur pada artikel ini adalah pada materi fisika
SMP. Pada artikel ini, sudah terdapat beberapa pembahasan yang membahas mengenai
materi kalor. Jadi kalor tidak hanya disebutkan saja, melainkan ada sedikit
pembahasan mengenai kalor.
Instrumen dalam penelitian ini adalah: instrumen keterlaksanaan pembelajaran serta
instrumen tes tertulis keterampilan proses sains dan penguasaan konsep IPA siswa.
Hasil analisis observasi keterlaksanaan proses pembelajaran terhadap aktivitas guru
menunjukkan persentase mencapai 93,43% dan rata-rata hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran terhadap aktivitas siswa mencapai 87,41%. Untuk
keterampilan proses sains menunjukkan bahwa nilai rata-rata keterampilan proses
sains siswa pada kelas eksperimen adalah 78,94 dan pada kelas kontrol adalah 75,00
dengan nilai thitung 1,235 dengan taraf signifikan 0,220. Hasil ini menunjukkan
bahwa keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan multi representasi tidak berbeda dengan keterampilan proses sains siswa pada
pembelajaran inkuiri terbimbing. Nilai ratarata penguasaan konsep IPA siswa pada
kelas eksperimen adalah 82,47 dan pada kelas kontrol adalah 77,83 dengan nilai
thitung 2,350 dengan taraf signifikan 0,021. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan
konsep IPA siswa kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol.
10. Pengembangan Bahan Ajar dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk Melatih
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Pembelajaran fisika yang diukur pada artikel ini adalah pada bab elastisitas dan
hukum Hooke. Materi ini dipilih karena menurut penulis materi elastisitas dan Hukum
Hooke membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang baik untuk menyelesaikan soal-
soal fisika, terutama untuk soal-soal tingkatan menganalisis. Oleh karena itu dilakukan
penelitian dengan mengembangkan bahan ajar model inkuiri untuk melatih
kemampuan berpikir kritis pada materi elastisitas dan hukum Hooke.
Instrumen yang digunakan adalah berupa tes dan non tes dengan desain sebagai
berikut.

Selain dilengkapi dengan tabel desain instrument, artikel ini juga dilengkapi dengan
tabel-tabel teknik analisi yang digunakan. Dimulai dari validitas bahan ajar, kriteria
keterlaksanaan RPP, kriteria aktivitas peserta didik, kriteria N-gain, serta kriteria
reliabilitas. Berdasarkan hasil analisi yang telah dilakukan, diperoleh bahwa
kemampuan berpikir kritis peserta didik berada pada kategori sedang. Maka dapat
dinyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dengan model inkuiri terbimbing
dapat dikatakan efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
C. Simpulan
Berdasarkan review dan analisis yang dilakukan, semua artikel tersebut
menggunakan variabel terikat berupa kemampuan berpikir kritis dan variabel bebas yang
digunakan adalah model pembelajaran inkuiri. Pemilihan variabel ini tentunya memiliki
alasan yang kuat. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa dan berbasis penyelidikan dimana siswa mencari sendiri jawaban
dari permasalahan yang dihadapi (Sanita, 2020). Jadi, dalam Model pembelajaran inkuiri
ini, siswa ditekankan untuk berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang ditanyakan.
Semua artikel yang telah dianalisis berada pada kategori baik dan terindeks pada
sinta maupun scopus. Namun, masih terdapat beberapa artikel yang tidak memaparkan
secara jelas pembelajaran fisika atau materi fisika apa yang diukur dalam artikel tersebut.
Mngenai instrument, sebagian besar instrument menggunakan tes yakni berupa pretest dan
posttest dengan masing-masing kategori yang telah dituliskan. Sedangkan teknik analisi
data yang digunakan beragam sesuai dengan kebutuhan masing-masing artikel.
Berdasarkan hasil review, diperoleh bahwa artikel yang memiliki instrument terbaik
adalah artikel ke-5 dengan judul Keefektifan Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri
Terbimbing Berbantuan PhET Interactive Simulations untuk Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kritis Siswa SMA dan artikel ke-10 dengan judul Pengembangan Bahan Ajar
dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk Melatih Kemampuan Berpikir Kritis Peserta
Didik. Pada kedua artikel ini, dijelaskan secara rinci mengenai materi fisika apa yang
diukur. Kemudian, skema instrument yang digunakan juga sudah dijelaskan. Selain itu,
perhitungan analisis data juga sangat jelas dijabarkan satu persatu menggunakan tabel serta
deskripsi yang sangat informatif.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, I. S. Z., & Baginda, U. (2018, November). The application of inquiry learning to train
critical thinking skills on light material of primary school students. In Journal of physics:
Conference series (Vol. 1108, No. 1, p. 012128). IOP Publishing.
Mardiyanti, N. E. A., & Jatmiko, B. (2022). Keefektifan Pembelajaran Fisika dengan Model
Inkuiri Terbimbing Berbantuan PhET Interactive Simulations untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(2), 328-335.
Murni, S. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. Journal of Classroom Action
Research, 2(1), 57-62.
Nasution, S. W. R. (2018). Penerapan model inkuiri terbimbing (guided inquiry) dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran fisika. Jurnal Education and
Development, 3(1), 1-1.
Nuryanto, A. H., Parno, P., & Wartono, W. (2020). Pengaruh Strategi Think Pair Share pada
Pembelajaran Guided Inquiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Riset Pendidikan
Fisika, 5(2), 76-82.
Parwati, G. A. P. U., Rapi, N. K., & Rachmawati, D. O. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha, 10(1), 49-60.
Purwandari, P. (2018). Pembelajaran fisika menggunakan inkuiri terbimbing dengan metode
eksperimen dan proyek ditinjau dari kreativitas dan kemampuan berpikir kritis
siswa. Momentum: Physics Education Journal.
Rianti, N. A., Wati, M., Suyidno, S., & Sasmita, F. (2021). Pengembangan Bahan Ajar dengan
Model Inkuiri Terbimbing untuk Melatih Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Fisika, 5(2), 94-106.
Sanita, R., & Anugraheni, I. (2020). Meta Analisis Model Pembelajaran Inquiry untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil
Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan
Pembelajaran, 6(3), 567-577.
Siahaan, K. W. A., Lumbangaol, S. T., Marbun, J., Nainggolan, A. D., Ritonga, J. M., & Barus,
D. P. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi
terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA. Jurnal Basicedu, 5(1), 195-
205.
Suana, W., Ningsih, W. S. A., Maharta, N., & Putri, N. M. A. A. (2020, June). The effect of
blended learning setting on students’ critical thinking skills in physics. In Journal of Physics:
Conference Series (Vol. 1572, No. 1, p. 012073). IOP Publishing.
LAMPIRAN ARTIKEL

Anda mungkin juga menyukai