Anda di halaman 1dari 5

Dari Imperialisme Kuno ke Imperialisme Modern

Definisi Imperialisme

Kata Imperialisme berasal dari bahasa latin yaitu ”Imperium” yang berarti perintah. Istilah
tersebut pertama kali digunakan oleh Inggris pada tahun 1870 dan 1855. Secara istilah Imperialisme
berarti sebagai suatu usaha untuk memperoleh hubungan yang erat antara bagian-bagian kerajaan
Inggris dengan negeri induk, baik hubungan cultural maupun mengadakan perjanjian politik dan
militer. Dalam perkembanganya kata Imperialisme mengalami perubahan arti dari semula yang
berarti “ Perintah” menjadi “ Hak memerintah” atau “kekuasaan memerintah” dan berubah lagi
menjadi daerah dimana kekuasaan memerintah itu dilakukan. Adapun tujuan dari Imperialisme
pada awalnya ada 3 macam yaitu: Gold, Glory, Gospel. (Mencari kekayaan, Menyebarkan Agama
dan kejayaan).

Imperialisme yang pertama kali dilakukan oleh bangsa barat pada abad 16. Adapun
Imperialisme pada saat itu dibagi dalam 2 hal yaitu: Imperialisme tua (kuno) dan Imperialisme
moderen. Imperialisme kuno dilakukan dengan cara melakukan penaklukan penaklukan negara dan
bangsa lain untuk menjamin perdaganganya. Untuk kegunaanya imperialisme kuno hanya
mengambil barang mentah tanpa menyajikan balasan barang jadi pada negeri jajahan. Imperialisme
juga banyak dilakukan dengan expansi expansi ke negara lain. Adapun yang menjadi pelopor dari
Imperialisme kuno adalah negara Portugis dan Spanyol. Sasaran mereka adalah negara-negara
dikawasan Asia, Australia, dan Amerika.

Perkataan imperialisme berasal dari kata Latin “imperare” yang artinya “memerintah”. Hak
untuk memerintah (imperare) disebut “imperium”. Orang yang diberi hak itu (diberi imperium)
disebut “imperator”. Yang lazimnya diberi imperium itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja
disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium.
Pada zaman dahulu kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara
ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja inilah yang
disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah dengan pengertian-
pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata yang kita kenal sekarang ini.
Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri
sendiri yang dibentuk sebagaiimperiumnya. “Menguasai” disini tidak perlu berarti merebut dengan
kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi,kultur, agama dan ideologi, asal
saja dengan paksaan. Imperium disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi
dapat berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri.

Apakah beda antara imperialisme dan kolonialisme ? Imperialisme ialah politik yang
dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah politik yang dijalankan mengenai
suatu koloni, sesuatu bagian dari imperium jika imperium itu merupakan gabungan jajahan-jajahan.
Sedangkan Imperialisme moderen yang dipelopori oleh Inggris yang telah berhasil dengan Revolusi
Industrinya dan diikuti oleh negara-negara kapitalis lainya seperti Jepang dan Amerika Serikat.
Imperialisme moderen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri dan modalnya yang surplus
dengan cara exploitasi dan penetrasi kebudayaan. Setelah berkembangbya nasionalisme berkobar di
luar Eropa, imperialisme moderen bersembunyi dalam bentuk: Protecktorat, Domonion, Negara
mandap, dan negara negara boneka.
Dalam Imperialisme moderen maka yang diambil adalah barang mentah tetapi setelah itu
disajikan pula barang dalam bentuk jadi kepada negara jajahan. Dalam bahasa mudahnya dalam
Imperialisme moderen negara yang melakukan Imperialisme menjadikan negara jajahan sebagai
negara pemasaran hasil industri yang mengalami surplus. Tujuan pokoknya adalah mempengaruhi
dan menguasai ekonomi bangsa lain. Dengan melihat fakta diatas tentunya jelas dan dapat kita
simpulkan bahwa pada hakikatnya tujuan imperialisme adalah sama. Tetapi terdapat pula corak
corak khusus yang membedakan satu sama lain yaitu:

 Adanya perbedaan corak politik kolonial. Perbedaan corak politik kolonial yang dilakukan
oleh pemerintah kolonial di tanah jajahanya masing-masing.
 Cara yang dipakai oleh bangsa terjajah untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan
yang berbeda-beda juga.

Dua hal itu yang membedakan corak corak khusus imperialisme yang satu dengan yang
lain. Imperialisme moderen yang dipelopori oleh Inggris mencapai kejayaan pada tahun 1885
sampai dengan 1900. dengan adanya Imperialisme yang dilakukan oleh bangsa bangsa barat
tentunya juga menimbulkan dampak yang dirasakan oleh bangsa yang terjajah antara lain adalah:
Adanya kemiskinan yang terjadi di tanah jajahan, Adanya penderitaan yang tak terhingga di tanah
jajahan, Imperialisme juga menyebabkan suatu bangsa yang terjajah mengalami pecah belah dan
terbelakang, serta menyebabkan bangsa terjajah kehilangan keppribadian.

Definisi “Imperialisme adalah sebuah produk dari kapitalisme industrial yang sangat maju.
Imperialisme adalah hasrat dari setiap negeri kapitalis industrial untuk mengendalikan atau
menjajah semua daerah-daerah agraria luas [penekanan dari Kautsky], tidak peduli negara mana
yang mendudukinya.”

Definisi ini tidak berguna sama sekali karena ia berat-sebelah, yakni tanpa basis jelas
definisi ini hanya mempertimbangkan masalah kebangsaan (walaupun ini adalah sangat penting
juga dalam hubungannya dengan kapitalisme), definisi ini tanpa basis jelas dan dengan
keliru menghubungkan masalah ini hanya dengan negara-negara kapitalis industrial yang menjajah
negara lain, dan dengan cara yang sama serampangan dan keliru mengedepankan penjajahan
daerah-daerah agraria.

Imperialisme adalah sebuah hasrat untuk menjajah – ini adalah aspek politik dari definisi
Kautsky. Ini benar, tetapi sangat tidak lengkap, karena secara politik, imperialisme adalah, secara
umum, sebuah tendensi menuju kekerasan dan reaksi. Namun untuk sementara kita tertarik pada
aspek ekonomi dari permasalahan ini, yang Kautsky sendiri masukkan ke definisinya. Kekeliruan
dari definisi Kautsky sangatlah mencolok. Karakter utama dari imperialisme bukanlah kapital
industrialtetapi kapital finansial. Bukanlah sebuah kebetulan kalau di Prancis justru perkembangan
pesat dari kapital finansial, dan melemahnya kapital industrial, yang dari tahun 80an menyebabkan
intensifikasi kebijakan penjajahan (kolonial) secara ekstrim. Karakter utama dari imperialisme
justru adalah hasratnya untuk menjajah bukan hanya daerah-daeran agraria, tetapi bahkan daerah-
daerah yang paling terindustrialisasi (nafsu Jerman akan Belgia; nafsu Prancis akan Lorraine),
karena (1) kenyataan bahwa dunia telah terbagi-bagi memaksa mereka yang
memikirkan pembagian-ulang (redivision) untuk meluas ke setiap macam daerah, dan (2) karakter
utama dari imperialisme adalah persaingan antara beberapa negara besar untuk meraih hegemoni,
yakni perebutan teritori bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk melemahkan musuhnya dan
melemahkan hegemoni musuhnya. (Belgia terutama penting bagi Jerman sebagai sebuah basis
operasi melawan Inggris; Inggris membutuhkan Baghdad sebagai basis operasi melawan Jerman,
dsb.)

Macam-Macam Imperalisme di Negara Eropa

1) Imperialisme Kuno

Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism). Inti dari imperialisme kuno adalah


semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara
merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah
kejayaanna. Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol
dan Portugal.

Imperialisme kuno berlangsung sejak penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa
Spanyol dan Portugis pada abad XV-XVI. Mereka bertujuan mencari kekayaan berupa emas,
menyebarkan agama Nasrani, dan berjuang demi kejayaan negara atau raja. Oleh karena itu,
semboyan mereka adalah gold, gospel, dan glory. Semakin luas wilayah yang dikuasai, semakin
kuat dan termasyhurlah negara beserta rajanya. Imperialisme modern berkembang sejak Revolusi
Industri pada abad XVIII. Inti dari imperialisme modern adalah kemajuan ekonomi dan bertumpu
pada industrialisasi. Pendorong munculnya imperialisme modern antara lain adanya kepentingan
untuk penanaman modal, pemasaran hasil industri, memperoleh bahan baku, dan karena kelebihan
penduduk Eropa. Pelopor imperialisme modern adalah Inggris. Tokoh pertama yang
memperkenalkan imperialisme pada abad XIX adalah PM Disraeli dari Inggris.

Ong Hok Ham, dalam kenangan sahabat-sahabatnya, di buku Onze Ong, menuturkan
setengah bercanda, bahwa ibu-ibu turut berperan dalam menciptakan penjajahan dunia. Kenapa bisa
demikian?! Karena penjajahan awal, imperialisme, berasal dari kebutuhan dapur, rempah-rempah.
Harga barang tersebut di Eropa sangatlah tinggi, karena itu bangsa-bangsa Eropa yang sedari dulu
terlibat persaingan, berlomba-lomba menuju pusat penghasil rempah-rempah di dunia Timur.Saat
itulah dimulai imperialisme kuno (Abad 16), sebuah istilah yang nanti akan dibedakan dengan
imperialisme modern, atau bahkan neo-imperialisme. Bangsa-bangsa Eropa, lewat perusahaan-
perusahaan dagangnya berperang (misalnya EIC dan VOC) dan membagi-bagi wilayah dunia,
untuk memonopoli penjualan rempah-rempah saat itu.

Pada masa-masa ini belum dilakukan secara luas pendudukan wilayah secara politis, atau
membentuk koloni (kolonialisme). Para pedagang Eropa baru berfokus pada membeli rempah-
rempah dengan harga murah dan memonopolinya. Sehingga beberapa sejarawan beranggapan
bahwa pada masa VOC berada di Nusantara belumlah dapat dikatakan Belanda menjajah Indonesia,
karena hubungannya adalah berdagang. Meskipun demikian, tekanan-tekanan untuk mempengaruhi
kebijakan para penguasa feodal (Raja) sudah dilakukan. Bahkan Pemerintah Inggris menolak
membentuk koloni di daerah Sungai Congo, Afrika, yang jelas-jelas sudah ditemukan potensinya
oleh penjelajah dan ilmuwan Henry Morton Stanley di tahun 1874. Alasan pemerintah Inggris saat
itu adalah tidak ingin menambah beban pemerintahan Inggris dalam segi biaya. Ternyata pada masa
itu, memiliki tanah jajahan bukanlah sesuatu yang terutama.

2) Imperialisme Modern
Perbedaan kebijakan imperialisme menjadi berubah drastis, ketika Inggris kemudian negara
Eropa lainnya berhasil masuk ke tahap industri pada abad 18-19. Pergantian tenaga manusia ke
tenaga mesin benar-benar meningkatkan jumlah produksi, sehingga tercipta kondisi “overweight
production” atau “barang-barang surplus” pada negara-negara Eropa. Pada tahap inilah diperlukan
daerah-daerah untuk menjual kelebihan produksi tersebut, dan jaminan ketersediaan bahan-bahan
baku produksi di daerah-daerah luar Eropa, inilah yang disebut imperialisme modern.

Imperialisme Modern (Modern Imperialism). Inti dari imperialisme modern ialah


kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri besar-besaran
(akibat revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka
mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, kemudian
juga sebgai tempat penanaman modal bagi kapital surplus. Pembagian imperialisme dalam
imperialisme kuno dan imperialisme modern ini didasakan pada soal untuk apa si imperialis
merebut orang lain. Jika mendasarkan pendangan kita pada sektor apa yang ingin direbut si
imperialis, maka kita akan mendapatkan pembagian macam imperialisme yang lain, yaitu:

1. Imperialisme politik. Si imperialis hendak mengusai segala-galnya dari suatu negara


lain. Negara yang direbutnya itu merupakan jajahan dalam arti yang sesungguhnya. Bentuk
imperialisme politik ini tidak umum ditemui di zaman modern karena pada zaman modern
paham nasionalisme sudah berkembang. Imperialisme politik ini biasanya bersembunyi
dalam bentuk protectorate danmandate.
2. Imperialisme Ekonomi. Si imperialis hendak menguasai hanya ekonominya saja dari suatu
negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat dikuasai dengan jalan imperialisme
politik, maka negara itu masih dapat dikuasai juga jika ekonomi negara itu dapat dikuasai si
imperialis. Imperialisme ekonomi inilah yang sekarang sangat disukai oleh negara-negara
imperialis untuk menggantikan imperialisme politik.

Bangsa-bangsa Barat berebut mendirikan koloni di daerah baru di Afrika dan Asia. Pasar
baru sangat diperlukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tanah Eropa. Maka dengan
kekuatan militer, pendekatan ekonomi, hingga budaya, bangsa-bangsa Eropa berusaha memiliki
daerah-daerah koloni atau jajahan. Sebagai sebagian contoh, Indonesia menjadi milik Belanda,
Malaysia, Singapura, dan India milik Inggris, Cina dikuasai Jerman, Perancis, Inggris, Amerika
Serikat, dan Jepang. Daerah-daerah di Afrika seluruhnya dibagi-bagi antar negara Eropa. Semuanya
demi tujuan meluaskan pasar, mendekatkan bahan baku industri, dan ketersediaan tenaga kerja
murah.

3) Neo-Imperialisme

Memasuki tengah abad 20, negara-negara Eropa tak dapat memungkiri dasyatnya ide
nasionalisme, demokrasi, liberalisme, dan sosialisme. Hak manusia untuk memperoleh kebebasan,
dan bebas dari penjajahan terus dipertanyakan. Maka, negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan
Jepang, harus merelakan daerah-daerah koloninya untuk merdeka. Lalu apakah masalahnya selesai?
Ternyata tidak, tetap ada permasalahan awal bagi negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan
Jepang yang kemudian disebut negara dunia pertama, atau negara maju. Adanya “barang-barang
surplus” atas hasil produksi mereka, kebutuhan pasar yang luas, dan tenaga kerja yang murah.
Maka, meskipun secara politis kekuasaan negara maju sudah tidak ada, mereka masih mau dan
terus menanamkan pengaruhnya di bekas negara-negara koloni.
Inggris menyebut hubungan dengan bekas koloninya sebagai “Commonwealth”. Negara lain
berusaha menanamkan pengaruhnya dengan memberi bantuan, ikatan ekonomi dan moralitas,
dalam bentuk uang dan pinjaman jangka panjang. Sehingga bekas negara-negara koloni akan terus
terikat dalam bentuk hutang yang selalu ditawarkan, hingga akhirnya terbelit hutang dan tidak
mampu membayarnya.

4) Imperialisme Kebudayaan.

Si imperialis hendak menguasai jiwa (de geest, the mind) dari suatu negara lain. Dalam
kebudayaan terletak jiwa dari suatu bangsa. Jika kebudayaannya dapat diubah, berubahlah jiwa dari
bangsa itu. Si imperialis hendak melenyapkan kebudayaan dari suatu bangsa dan menggantikannya
dengan kebudayaan si imperialis, hingga jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama atau menjadi satu
dengan jiwa si penjajah. Menguasai jiwa suatu bangsa berarti mengusai segala-galnya dari bangsa
itu. Imperialisme kebudayaan ini adalah imperialisme yang sangat berbahaya, karena masuknya
gampang, tidak terasa oleh yang akan dijajah dan jika berhasil sukar sekali bangsa yang dijajah
dapat membebaskan diri kembali, bahkan mungkin tidak sanggup lagi membebaskan diri.

5) Imperialisme Militer (Military Imperialism).

Si imperialis hendak menguasai kedudukan militer dari suatu negara. Ini dijalankan untuk
menjamin keselamatan si imperialis untuk kepentingan agresif atau ekonomi. Tidak perlu seluruh
negara diduduki sebagai jajahan, cukup jika tempat-tempat yang strategis dari suatu negara berarti
menguasai pula seluruh negara dengan ancaman militer. Sebab-Sebab Timbulnya Imperialisme :

1. Keinginan untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia (ambition,
eerzucht). Tiap bangsa ingin menjadi jaya. Tetapi sampai dimanakah batas-batas kejayaan
itu ? Jika suatu bangsa tidak dapat mengendalikan keinginan ini, mudah bangsa itu menjadi
bangsa imperialis. Karena itu dapat dikatakan, bahwa tiap bangsa itu mengandung benih
imperialisme.
2. Perasaan sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah bangsa istimewa di dunia ini (racial
superiority). Tiap bangsa mempunyai harga diri. Jika harga diri ini menebal, mudah menjadi
kecongkakan untuk kemudian menimbulakan anggapan, bahwa merekalah bangsa
teristimewa di dunia ini, dan berhak menguasai, atau mengatur atau memimpin bangsa-
bangsa lainnya.
3. Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat menimbulkan imperialisme.
Tujuannya bukan imperialisme, tetapi agama atau ideologi. Imperialisme di sini dapat
timbul sebagai “bij-product” saja. Tetapi jika penyebaran agama itu didukung oleh
pemerintah negara, maka sering tujuan pertama terdesak dan merosot menjadi alasan untuk
membenarkan tindakan imperialisme.
4. Letak suatu negara yang diangap geografis tidak menguntungkan. Perbatasan suatu negara
mempunyai arti yang sangat penting bagi politik negara.
5. Sebab-sebab ekonomi. Sebab-sebab ekonomi inilah yang merupakan sebab yang terpenting
dari timbulnya imperialisme, teistimewa imperialisme modern.
6. Keinginan untuk mendapatkan kekayaan dari suatu negara
7. Ingin ikut dalam perdagangan dunia
8. Ingin menguasai perdagangan
9. Keinginan untuk menjamin suburnya industry

Anda mungkin juga menyukai