Anda di halaman 1dari 35

KEPUTUSAN

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/KEP-BKIPM/2020
TENTANG
STANDAR PELAYANAN PUBLIK
BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU,
DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DALAM TATANAN NORMAL BARU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pelaksanaan pelayanan


publik Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan
Keamanan Hasil Perikanan berjalan dengan efektif
dengan tetap memperhatikan kesehatan dan keselamatan
petugas karantina dan pengguna jasa selama masa
pandemi COVID-19, perlu dilakukan penyesuaian sistem
kerja dalam tatanan normal baru;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan
Keamanan Hasil Perikanan tentang Standar Pelayanan
Publik Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan
Keamanan Hasil Perikanan dalam Tatanan Normal Baru;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433) sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 200,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6411);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4197);
5. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);
6. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
7. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19);
-3-

8. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang


Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
32/PERMEN-KP/2014 tentang Pelayanan Publik di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1137)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2017
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 32/PERMEN-KP/2014 tentang
Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian Kelautan
dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 599);
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 317);
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
54/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1758);
12. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 82/KEP-BKIPM/2019
tentang Standar Pelayanan Publik Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
-4-

Memperhatikan: 1. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi Nomor 58 Tahun 2020 tentang
Sistem Kerja Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam
Tatanan Normal Baru;
2. Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
B-308/MEN-KP/VI/2020 tentang Penyesuaian Sistem
Kerja Dalam Tatanan Normal Baru bagi Pegawai di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN DALAM TATANAN NORMAL BARU.

KESATU : Menetapkan Standar Pelayanan Publik Badan Karantina Ikan,


Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan dalam
Tatanan Normal Baru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Kepala Badan ini.

KEDUA : Standar Pelayanan Publik Badan Karantina Ikan,


Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan dalam
Tatanan Normal Baru sebagaimana dimaksud Diktum
KESATU merupakan acuan bagi petugas karantina dalam
penyelenggaraan pelayanan publik serta pengguna jasa dalam
menerima layanan publik Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan.
.
-5-

KETIGA : Pada saat Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku,


pelaksanaan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor
82/KEP-BKIPM/2019 tentang Standar Pelayanan Publik
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan
Hasil Perikanan selama pandemi COVID-19 disesuaikan
dengan Keputusan Kepala Badan ini.

KEEMPAT : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juli 2020

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bagian Hukum,
Kerja Sama, dan Humas,

Asep Dadang Koswara


LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 47/KEP-BKIPM/2020
TENTANG
STANDAR PELAYANAN PUBLIK BADAN
KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU,
DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
DALAM TATANAN NORMAL BARU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) telah menyatakan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) sebagai sebuah pandemi. Penyebaran COVID-19 di
Indonesia saat ini sudah semakin meluas lintas wilayah dan lintas negara
yang diiringi dengan peningkatan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian.
Situasi ini kian berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia,
sehingga diperlukan strategi dan upaya yang komprehensif dalam
percepatan penanganan COVID-19. Mencermati penyebaran dan penularan
COVID-19 di Indonesia, Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 11
Tahun 2020 telah menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia yang wajib dilakukan upaya
penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penanggulangan pandemi COVID-19 ini membutuhkan peran serta
dari semua pihak baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pihak swasta
dan seluruh elemen masyarakat di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dunia usaha dan masyakat pekerja memiliki kontribusi besar
dalam memutus mata rantai penularan karena besarnya jumlah populasi
pekerja dan besarnya mobilitas serta interaksi penduduk umumnya
disebabkan aktifitas bekerja. Tempat kerja sebagai lokus interaksi dan
berkumpulnya orang merupakan faktor risiko yang perlu diantisipasi sebagai
sarana penularan. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan

1
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah menyatakan bahwa Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) dilakukan salah satunya dengan meliburkan
tempat kerja. Namun demikian dunia kerja tidak mungkin selamanya
dilakukan pembatasan, roda perekonomian harus tetap berjalan. Pasca
pemberlakuan PSBB dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih
berlangsung, perlu dilakukan upaya mitigasi dan kesiapan tempat kerja
seoptimal mungkin sehingga dapat beradaptasi melalui perubahan pola
hidup pada situasi COVID-19 (New Normal). Dengan menerapkan panduan
ini diharapkan dapat meminimalisir risiko dan dampak pandemi COVID-19
pada tempat tempat pelayanan BKIPM.
Menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(COVID-19), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 58 Tahun 2020 tentang
Sistem Kerja Pegawai Aparatur Negeri Sipil Dalam Tatanan Normal Baru,
yang kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor B-308/MEN-KP/VI/2020 tentang Penyesuaian Sistem
Kerja Dalam Tatanan Normal Baru Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan untuk mewujudkan organisasi yang
adaptif dan untuk menjada keberlangsungan pelaksanaan tugas, fungsi dan
pelayanan terhadap stakeholder di lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, Aparatur Sipil
Negara (ASN) harus profesional dan adaptif dengan protokol pelayanan
tatanan normal baru; ASN harus sehat, pengguna jasa yang dilayani juga
harus sehat dan produk hasil layanan harus memenuhi standar mutu yang
aman untuk dikonsumsi.
Dalam rangka melindungi petugas KIPM dan warga masyarakat serta
menjaga keberlangsungan pelaksanaan tugas dan fungsi Perkarantinaan
ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta sekaligus
meminimalisasi dampak pandemi wabah COVID-19 pada setiap kegiatannya,
maka Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan perlu menyusun Standar Pelayanan Publik BKIPM Dalam Tatanan
Normal Baru

2
B. Tujuan
1. Memastikan pelaksanaan pelayanan publik lingkup BKIPM berjalan
dengan efektif;
2. Menjamin kesehatan dan keselamatan petugas karantina dan
pengguna jasa serta produk perikanan yang ditangani selama masa
pandemi COVID-19

C. Sasaran
Sasaran panduan ini ditujukan untuk petugas karantina dan
pengguna jasa layanan BKIPM.

D. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918);
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
3. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan;
6. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan,
Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 200, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 15);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3447);

3
8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5309);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 251,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6444);
10. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(COVID-19);
11. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2020
tentang Sistem Kerja Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam Tatanan
Normal Baru;
12. Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor B-308/MEN-
KP/VI/2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Dalam Tatanan
Normal Baru bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan.

E. Pengertian
1. Kontak erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau
berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan
kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.
2. Mitigasi adalah tindakan-tindakan untuk mengurangi atau
meminimalkan dampak dari suatu bencana terhadap masyarakat.
3. Orang Tanpa Gejala yang selanjutnya disingkat OTG adalah orang
yang memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19
(dengan PCR) tetapi tidak memiliki gejala.
4. Orang Dalam Pemantauan yang selanjutnya disingkat ODP adalah
orang yang mengalami demam (≥38°C) atau riwayat demam; atau
gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di

4
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal* atau memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
5. Pasien Dalam Pengawasan yang selanjutnya disingkat PDP adalah
orang yang mengalami demam (≥38°C) atau riwayat demam; disertai
batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga
berat dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan
transmisi lokal* atau memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi COVID-19.
6. Kasus konfirmasi adalah pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil
pemeriksaan tes positif melalui pemeriksaan PCR.
7. Karantina mandiri adalah pembatasan kegiatan/pemisahan orang
yang tidak sakit, tetapi mungkin terpapar agen infeksi atau penyakit
menular dengan tujuan memantau gejala dan mendeteksi kasus sejak
tinggi yang dilakukan di rumah atau di tempat lain yang disediakan
sebagai tempat karantina.
8. Isolasi Mandiri adalah pemisahan orang yang tidak sakit atau
terinfeksi dari orang lain sehingga mencegah penyebaran infeksi atau
kontaminasi yang dilakukan di rumah atau di tempat lain yang
disediakan sebagai tempat karantina.
9. Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas Karantina
adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan
Tindakan Karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

5
BAB II
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19

A. Standar Sarana dan Prasarana Pelayanan Publik


1. Higiene dan sanitasi lingkungan pelayanan
a) Memastikan seluruh area pelayanan bersih dan higienis dengan
melakukan pembersihan secara berkala menggunakan pembersih
dan desinfektan yang sesuai (setiap 4 jam sekali). Pembersihan dan
desinfeksi tersebut dilakukan terutama pada pegangan pintu dan
tangga, tombol lift, kursi tunggu, kaca pembatas, peralatan kantor
yang digunakan bersama dan fasilitas pelayanan lainya.
b) Menjaga kualitas udara tempat pelayanan dengan mengoptimalkan
sirkulasi udara dan sinar matahari masuk ruangan pelayanan,
pembersihan filter AC.
2. Sarana cuci tangan
a) Menyediakan lebih banyak sarana cuci tangan (sabun dan air
mengalir).
b) Memberikan petunjuk lokasi sarana cuci tangan
c) Memasang poster edukasi cara mencuci tangan yang benar.
d) Menyediakan handsanitizer dengan konsentrasi alkohol minimal 70%
di tempat-tempat yang diperlukan (seperti pintu masuk, media
center/ruang konsultasi pelayanan, pintu lift, dll)
3. Menyiapkan petugas dan thermogun untuk melakukan pengukuran
temperatur tubuh di pintu masuk;
4. Physical Distancing dalam semua aktifitas pelayanan.
a) Pengaturan jarak antar orang minimal 1 meter pada setiap aktifitas
pelayanan (pengaturan meja kerja/workstation, pengaturan kursi
saat di ruang pelayanan, dll)
b) Melakukan pemasangan pembatas atau tabir kaca atau acrylic atau
mika atau plastik (untuk plastik harus ada jadwal penggantian).
5. Menyediakan area/ruangan (ruang isolasi infeksi Airborne) tersendiri
untuk observasi petugas/pengguna jasa yang ditemukan gejala saat
dilakukan skrining, menyediakan APD dan pakaian Hazmat, tabung
oksigen dan sarana P3K.

6
B. Standar Sistem Pelayanan Kesehatan Ikan dan Mutu Hasil Perikanan
B.1 Pelayanan Daring
1. Pelayanan Penerbitan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk
Perikanan
a. Pelayanan Sertifikasi Kesehatan Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan
Penyampaian Pelaporan Pemeriksaan Kesehatan Ikan (PPK)
diharapkan dapat dilaksanakan melalui PPK online sehingga tidak
terjadi tatap muka dengan petugas di ruang pelayanan, pelaksanaan
pelayanan sebagai berikut:
1) Penyampaian PPK online;
2) Penyampaian hasil pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
dokumen (diharapkan semua pengguna jasa telah teregistrasi
melalui HACCP atau CKIB) melalui aplikasi “JESIKA MOBIL” atau
melalui Whatsapp atau melalui Single Submission INSW;
3) Pelaksanaan pemeriksaan kebenaran dokumen dilaksanakan
dengan melakukan upload gambar jenis ikan yang akan dikirim
melalui aplikasi atau Whatsapp, apabila terpaksa harus dilakukan
pemeriksaan langsung oleh petugas karantina maka harus
menggunakan APD lengkap dan Styrofoam/kardus paking serta
alat transportasi harus dilakukan penyemprotan desinfektan
sebelum dilakukan pemeriksaan;
4) Melakukan pembayaran PNBP melalui ATM/provider pembayaran
online;
5) Menerima e-Sertifikat dengan kode otentifikasi melalui QR code;

b. Pelayanan Surveilan dan Pengambilan Sampel Produk Perikanan


1) UPT menyusun zonasi wilayah berdasarkan kasus Covid 19 di
wilayah kerja masing-masing, yaitu : zona hitam, merah, kuning
dan hijau.
2) Surveilan UPI secara Online di wilayah zona merah dan hitam
3) UPT menginformasikan ke UPI terkait jadwal kegiatan surveilan
dan pengambilan contoh dan memastikan kesiapan UPI
4) Pelaksanaan surveilan terhadap UPI yang berada di area merah
dan hitam terkait wabah covid-19 dilaksanakan secara virtual
(remote inspection), sedangkan pengambilan sampel tetap
dilakukan dengan turun ke UPI.

7
5) Kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk, menugaskan minimal 2
orang inspektur mutu untuk melaksanakan tugas surveilan
dan/atau pengambilan sampel, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Sebelum pelaksanaan surveilan, Inspektur Mutu melakukan
review terhadap dokumentasi sistem manajemen mutu UPI
melalui desk audit, yaitu: panduan mutu, laporan audit
internal, deskripsi produk, “lay out UPI” dan informasi yang
terkait lainnya. Berdasarkan hasil desk audit, Inspektur Mutu
menentukan fokus surveilan;
b) Remote inspection dilakukan dengan menggunakan aplikasi
yang memungkinkan Inspektur Mutu untuk melakukan virtual
meeting dengan pelaku usaha, melihat operasional proses
produksi dan pengecekan dokumen;
c) Durasi waktu bagi Tim Inspektur Mutu dalam melaksanakan
tugas surveilan secara remote inspection maksimal 3 (tiga) jam.
d) Inspektur Mutu melakukan seluruh tahapan inspeksi yang
meliputi pertemuan pembukaan, pengecekan dokumen dan
proses produksi, caucus meeting dan pertemuan penutupan.
6) Fokus dalam pelaksanaan Official Control, yaitu:
a) Surveilan, diutamakan pada monitoring critical control point
(CCP) dan hal lainnya yang berpengaruh langsung terhadap
keamanan dan mutu produk perikanan.
b) Pengambilan sample dilakukan secara langsung ke UPI, dengan
frekuensi berdasarkan kategori risiko produk :
▪ Risiko tinggi : produk siap makan (ready to eat) dilakukan
3 bulan sekali
▪ Risiko sedang : produk di masak sebelum dikonsumsi dan
bahan baku industri sudah matang (cooked)
dilakukan 4 bulan sekali
▪ Risiko rendah : bahan baku industri dalam bentuk mentah
(raw) dilakukan 6 bulan sekali
c) Pengambilan sample produk akhir (end product)
d) Saat melaksanakan pengambilan sampel di UPI, Inspektur
Mutu harus tetap mengikuti protokol pencegahan Covid-19,
antara lain;
▪ Menjaga jarak aman (physical distancing) dengan auditee

8
▪ Menggunakan masker
▪ Mencuci tangan dengan air mengalir secara berkala dengan
sabun atau desinfektan
7) Tindak Lanjut Hasil Surveilan :
a) UPI melaporkan tindakan perbaikan surveilan ke UPT KIPM
secara online
b) Inspektur Mutu melakukan verifikasi laporan tindakan
perbaikan UPI secara dokumen
8) Jaminan dari UPI :
a) UPI wajib membuat Surat Pernyataan Kebenaran dan
Kesesuaian tindakan perbaikan yang ditandatangani oleh
Pimpinan UPI (materai Rp. 6.000,-)
b) Surat pernyataan dilaporkan bersamaan dengan pelaporan
tindakan perbaikan
9) Untuk menjamin Official Control dilaksanakan dengan baik, UPT
KIPM mengirimkan hasil Official Control ke Pusat Pengendalian
Mutu secara online untuk dilakukan evaluasi terhadap masing-
masing UPI

2. Pelayanan Sertifikasi Penerapan PMMT/HACCP


a. Pelayanan Inspeksi HACCP zona merah
1) Pelaku usaha mengajukan permohonan Kepada Kepala Badan cq
Kepala Pusat Pengendalian Mutu secara daring melalui aplikasi
haccp online system pada laman haccp.bkipm.kkp.go.id/h3
2) Penanggungjawab wilayah melakukan validasi permohonan dengan
mengecek kelengkapan dan kesesuaian dokumen permohonan
pada aplikasi haccp online system
3) Dalam hal permohonan dinyatakan lengkap dan sesuai, Kepala
Pusat menerbitkan Surat Tugas pelaksanaan inspeksi.
4) Dalam hal permohonan dinyatakan tidak lengkap dan tidak sesuai,
Kepala Pusat mengembalikan dokumen permohonan kepada
Pelaku Usaha untuk dilengkapi. Notifikasi penolakan disampaikan
dari aplikasi ke alamat email pemohon.
5) Pelaksanaan inspeksi terhadap UPI yang berada di area merah (red
zone) wabah covid-19 dilaksanakan secara virtual (remote
inspection). Remote inspection dilaksanakan oleh Tim yang terdiri

9
dari minimal 2 (dua) orang Inspektur Mutu dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Sebelum pelaksanaan inspeksi, Inspektur Mutu melakukan
review terhadap dokumentasi sistem manajemen mutu (desk
audit) seperti panduan mutu, laporan audit internal, deskripsi
produk, “lay out UPI” dan informasi yang terkait lainnya.
Berdasarkan hasil desk audit, Inspektur Mutu menentukan
fokus pelaksanaan remote inspection;
b) Remote inspection dilakukan dengan menggunakan aplikasi
yang memungkinkan Inspektur Mutu untuk melakukan virtual
meeting dengan Pelaku usaha, melihat operasional proses
produksi dan pengecekan dokumen;
c) Waktu maksimal pelaksanaan remote inspection adalah 3 (tiga)
jam.
d) Inspektur Mutu melakukan seluruh tahapan inspeksi yang
meliputi pertemuan pembukaan, pengecekan dokumen dan
proses, caucus meeting dan pertemuan penutupan.
6) Pelaporan Hasil Inspeksi dilakukan secara online dengan
menginput dan mengupload dokumen pada aplikasi. Dokumen
tersebut terdiri dari:
a) Daftar Temuan Ketidaksesuaian;
b) Laporan Inspektur Mutu;
c) Laporan Singkat Hasil Inspeksi.
7) Tim Teknis melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi
hasil inspeksi secara daring pada aplikasi haccp online system
dengan mempergunakan hak akses khusus.

3. Pelayanan Penerbitan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan


a. Pelayanan Penerbitan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan
1) Kegiatan serifikasi IKI dilakukan melalui aplikasi SIKI ONLINE
melalui link ckib.bkim.go.id
2) Pengguna jasa membuat surat permohonan sertifikasi IKI kepada
Sekretariat IKI disertai dengan kelengkapan dokumen administrasi
dan dokumen karantina ikan
3) Sekretariat IKI Melakukan verifikasi dan analisis permohonan
Sertifikasi IKI kemudian Menetapkan Tim Penilai dan menyusun
draf surat tugas penilaian kelayakan IKI

10
4) Petugas karantina melakukan penilaian lapangan secara daring
5) Petugas karantina melakukan penilaian kelayakan IKI, menyusun
laporan hasil penilaian dan menyampaikan kepada Kepala UPT
KIPM
6) Apabila hasil penilaian “layak” kemudian menyampaikan laporan
akhir hasil penilaian kelayakan IKI kepada Kepala Pusat
7) Tim Pusat Melakukan evaluasi, menyusun rekomendasi hasil
penilaian IKI dan menyampaikan kepada Kepala Pusat
8) Tim pusat menyampaikan rekomendasi untuk menerbitkan
sertifikat IKI secara online kepada Kepala BKIPM
9) Kepala BKIPM menandatangani sertifikat IKI secara online dengan
QR-code
10) Operator pusat menotifikasi secara online sertifikat IKI kepada
pelaku usaha, UPT KIPM dan Lembaga OSS
11) Pengguna Jasa Menerima pemberitahuan penerbitan sertifikat IKI
melaului email atau media online lainnya.

4. Pelayanan Pengurusan Ijin Ekspor (Approval Number/Nomor


registrasi) Produk Perikanan ke Negara Mitra
a. Pendaftaran Nomor Registrasi UPI Ke Negara Mitra
1) Pimpinan UPI mengajukan permohonan nomor registrasi kepada
Kepala BKIPM up. Kepala Pusat Pengendalian Mutu melalui
aplikasi Sister Karoline dengan link http://ppk.bkipm.kkp.go.id/.
Permohonan dilengkapi dengan :
a) Copy Sertifikat Penerapan HACCP yang masih berlaku;
b) Surat pernyataan pemanfaatan nomor registrasi;
c) Khusus untuk ke Vietnam dilengkapi dengan ringkasan sistem
jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan UPI pemohon
yang ditandatangani oleh penanggungjawab mutu di UPI
(terlampir contoh format appendix 3).
2) Penanggungjawab wilayah melakukan validasi kelengkapan
permohonan dengan mengecek kelengkapan dan kesesuaian
dokumen permohonan pada aplikasi Sister Karoline.
3) Penanggungjawab wilayah melaporkan hasil validasi kelengkapan
permohonan kepada Kasubid Harmonisasi untuk diverifikasi.

11
4) Dalam hal permohonan dinyatakan tidak lengkap dan tidak sesuai,
notifikasi penolakan akan disampaikan dari aplikasi ke alamat
email pemohon.
5) Dalam hal permohonan dinyatakan lengkap, penanggung jawab
negara mitra menyiapkan draft daftar UPI yang diusulkan untuk
mendapat nomor registrasi.
6) Kasubid Harmonisasi memeriksa draft dan menyampaikan daftar
usulan UPI kepada Kabid Harmonisasi dan Penanganan Kasus
7) Kepala Bidang Harmonisasi dan Penanganan Kasus mengevaluasi
daftar UPI yang diusulkan untuk persetujuan nomor registrasi dan
disampaikan kepada Kepala Pusat Pengendalian Mutu.
8) Kepala Pusat Pengendalian Mutu memberikan persetujuan akhir
dan/atau mengesahkan daftar UPI yang akan diusulkan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh negara mitra.
9) Kepala Pusat Pengendalian Mutu menyampaikan usulan daftar UPI
kepada Otoritas Kompeten Negara mitra sesuai periode
pendaftaran yang ditetapkan.
10) UPI yang tidak memenuhi persyaratan tidak diberikan Nomor
Registrasi Ekspor ke Negara Mitra dan dapat mengajukan
permohonan kembali setelah melengkapi persyaratan untuk
diusulkan pada periode pendaftaran berikutnya.

b. Penerbitan Sertifikat Pengesahan Nomor Registrasi UPI Ke Negara


Mitra
1) Kepala Pusat Pengendalian Mutu menugaskan Kepala Bidang
Harmonisasi dan Penanganan Kasus untuk melakukan evaluasi
terhadap persetujuan nomor registrasi dari Otoritas Kompeten
Negara Mitra.
2) Kepala Bidang Harmonisasi dan Penanganan Kasus menugaskan
Kasubid Harmonisasi untuk melakukan verifikasi persetujuan
nomor registrasi dari Otoritas Kompeten Negara Mitra.
3) Kepala Sub Bidang Harmonisasi menugaskan penanggungjawab
negara mitra untuk menyiapkan draft Sertifikat pengesahan nomor
registrasi.
4) Penanggungjawab negara mitra menyiapkan draft Sertifikat
pengesahan nomor registrasi.

12
5) Kasubid Harmonisasi memeriksa draft Sertifikat pengesahan
nomor registrasi untuk menyampaikan kepada Kepala Bidang
Harmonisasi dan Penanganan Kasus. Selanjutnya disampaikan
kepada Kepala Pusat Pengendalian Mutu.
6) Kepala Pusat Pengendalian Mutu menandatangani Sertifikat
pengesahan nomor registrasi.
7) Sertifikat pengesahan nomor registrasi dikirimkan kepada UPI
dengan menggunakan jasa pengiriman.

B.2 Pelayanan Tatap Muka


1. Pelayanan Penerbitan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk
Perikanan
a. Pelayanan Sertifikasi Kesehatan Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan
Apabila terpaksa harus melakukan di ruang pelayanan maka
pengguna jasa harus mematuhi aturan sebagai berikut :
1) Penyampaian PPK online;
2) Menunggu hasil pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
dokumen di ruang tunggu pelayanan;
3) Pemeriksaan kebenaran dokumen dilakukan secara langsung oleh
petugas karantina dengan menggunakan APD lengkap dan
Styrofoam/kardus paking serta alat transportasi harus dilakukan
penyemprotan desinfektan sebelum dilakukan pemeriksaan;
4) Melakukan pembayaran melalui mesin EDC;
5) Menerima Sertifikat Kesehatan Ikan secara manual dengan tetap
mematuhi protocol pencegahan Covid 19;
6) Segera keluar ruang setelah selesai melakukan proses di ruang
pelayanan.
7) Setiap pengguna jasa yang datang harus mengisi Kartu/Aplikasi
Self Assessment (Lampiran 1).

b. Pelayanan Surveilan dan Pengambilan Sampel Produk Perikanan


1) UPT menyusun zonasi wilayah berdasarkan kasus Covid 19 di
wilayah kerja masing-masing, yaitu : zona hitam, merah, kuning
dan hijau.
2) Surveilan Unit Pengolahan Ikan (UPI) secara tatap muka
dilakukan di wilayah zona hijau dan kuning.

13
3) UPT menginformasikan ke UPI terkait jadwal kegiatan surveilan
dan pengambilan contoh dan memastikan kesiapan UPI
4) Kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk, menugaskan minimal 2
orang inspektur mutu untuk melaksanakan tugas surveilan
dan/atau pengambilan sampel.
5) UPT memastikan kondisi kesehatan inspektur mutu yang akan
melaksanakan tugas surveilan dan pengambilan sampel. Hanya
inspektur mutu yang sehat yang diperkenankan untuk
melaksanakan tugas.
6) Sebelum pelaksanaan surveilan, Inspektur Mutu melakukan review
terhadap dokumentasi sistem manajemen mutu UPI melalui desk
audit, yaitu: panduan mutu, laporan audit internal, deskripsi
produk, “lay out UPI” dan informasi yang terkait lainnya;
7) Durasi waktu bagi Tim Inspektur Mutu dalam melaksanakan tugas
di lingkungan UPI, maksimal 3 (tiga) jam;
8) Saat melaksanakan tugas Official Control, Inspektur Mutu harus
tetap mengikuti protokol pencegahan Covid-19, antara lain:
a) Menjaga jarak aman (physical distancing) dengan auditee
b) Menggunakan masker
c) Mencuci tangan dengan air mengalir secara berkala dengan
sabun atau desinfektan
9) Saat melaksanakan tugas surveilan, Inspektur Mutu wajib
mematuhi seluruh tahapan surveilan, yang terdiri dari: pertemuan
pembukaan, pengecekan dokumen dan proses produksi, caucus
meeting dan pertemuan penutupan.
10) Fokus dalam pelaksanaan Official Control, yaitu:
a) Surveilan, diutamakan pada monitoring critical control point
(CCP) dan hal lainnya yang berpengaruh langsung terhadap
keamanan dan mutu produk perikanan
b) Pengambilan sample dilakukan secara langsung ke UPI, dengan
frekuensi berdasarkan kategori risiko produk :

▪ Risiko tinggi : produk siap makan (ready to eat) dilakukan


3 bulan sekali

▪ Risiko sedang : produk di masak sebelum dikonsumsi dan


bahan baku industri sudah matang (cooked)
dilakukan 4 bulan sekali

14
▪ Risiko rendah : bahan baku industri dalam bentuk mentah
(raw) dilakukan 6 bulan sekali

c) Pengambilan sample dilakukan terhadap produk akhir (end


product)

11) Tindak Lanjut Hasil Surveilan :


a) UPI melaporkan tindakan perbaikan surveilan ke UPT KIPM secara
online
b) Inspektur Mutu melakukan verifikasi laporan tindakan perbaikan
UPI secara dokumen
12) Jaminan dari UPI :
a) UPI wajib membuat Surat Pernyataan Kebenaran dan Kesesuaian
tindakan perbaikan yang ditandatangani oleh Pimpinan UPI (materai
Rp. 6.000,-)
b) Surat pernyataan dilaporkan bersamaan dengan pelaporan tindakan
perbaikan

13) Untuk menjamin Official Control dilaksanakan dengan baik, UPT KIPM
mengirimkan hasil Official Control ke Pusat Pengendalian Mutu secara
online untuk dilakukan evaluasi terhadap masing-masing UPI

2. Pelayanan Sertifikasi Penerapan PMMT/HACCP


a. Pelayanan Inspeksi HACCP zona hijau
1) Inspeksi PMMT/HACCP terhadap UPI yang berada di area hijau
(green zone) wabah covid-19, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Sebelum pelaksanaan inspeksi, Inspektur Mutu melakukan
review terhadap dokumentasi sistem manajemen mutu (desk
audit) seperti panduan mutu, laporan audit internal, deskripsi
produk, “lay out UPI” dan informasi yang terkait lainnya;
b) Kegiatan inspeksi PMMT/HACCP maksimal dilakukan oleh 2
(dua) orang Inspektur Mutu;
c) Waktu maksimal bagi Tim Inspektur Mutu berada di
lingkungan Unit Pengolahan Ikan (UPI) untuk melakukan
kegiatan inspeksi PMMT/HACCP yaitu 3 (tiga) jam;
d) Fokus pelaksanaan inspeksi PMMT/HACCP dilakukan
terhadap monitoring critical control point (CCP) dan hal lainnya

15
yang berpengaruh langsung terhadap keamanan dan mutu
produk perikanan;
e) Saat melakukan inspeksi, Inspektur Mutu harus tetap
mengikuti petunjuk untuk menghindari penularan infeksi
COVID-19 antara lain menjaga jarak aman dengan auditee,
menggunakan masker serta secara berkala mencuci tangan
dengan air mengalir dan sabun atau desinfektan;
f) Inspektur Mutu melakukan seluruh tahapan inspeksi yang
meliputi pertemuan pembukaan, pengecekan dokumen dan
proses, caucus meeting dan pertemuan penutupan.
2) Penerbitan Sertifikat PMMT/HACCP, dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Berdasarkan hasil evaluasi dan rekomendasi Tim Teknis,
Kepala Pusat menyampaikan usulan penerbitan Sertifikat
Penerapan PMMT/HACCP kepada Kepala BKIPM;
b) Kepala Badan menandatangani Sertifikat Peneraan
PMMT/HACCP.
3) Petugas pada Sekretariat mengirimkan Sertifikat Penerapan
PMMT/HACCP melalui UPT KIPM. Dalam proses pengiriman,
petugas harus mengikuti petunjuk untuk menghindari penularan
infeksi COVID-19 antara lain menjaga jarak aman, menggunakan
masker serta secara berkala mencuci tangan dengan air mengalir
dan sabun atau desinfektan
4) Pengambilan Sertifikat HACCP dilakukan di counter pelayanan
UPT KIPM dengan mengikuti protokol yang ditetapkan.

3. Pelayanan Penerbitan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan


a. Pelayanan Inspeksi CKIB di Instalasi Karantina Ikan
1) Berdasarkan jadwal inspeksi, Sekretariat IKI UPT menyusun dan
mengajukan Surat Tugas Tim Inspeksi CKIB dan menyampaikan
ke Kepala UPT KIPM untuk ditandatangani.
2) Tim Inspeksi menyiapkan peralatan, bahan dan kelengkapan
berkas-berkas yang dibutuhkan untuk melakukan inspeksi CKIB,
dan mengkomunikasikan rencana inspeksi kepada Pelaku Usaha.
3) Tim inspeksi melaksanakan kegiatan inspeksi CKIB di IKI dan
bersama-sama dengan Pelaku Usaha meliputi tahapan:
a) Pertemuan pembukaan

16
b) Peninjauan dokumen
c) Penilaian lapangan
d) Perumusan temuan ketidaksesuain
e) Pertemuan penutupan
4) Selama melakukan penilaian, surveilan dan/atau inspeksi, Petugas
Karantina wajib menggunakan peralatan khusus seperti masker,
sarung tangan gloves, face shield (penutup wajah), penutup kepala,
pakaian khusus / lengan panjang / wearpack, hand sanitizer dan
sepatu khusus.
5) Selama proses kegiatan penilaian, surveilan dan/atau inspeksi,
petugas karantina dan pelaku usaha harus mencek suhu tubuh
seluruh personil yang terlibat di IKI tersebut dan menjaga jarak
(physical distancing) sekurang-kurangnya 2 m untuk mencegah
penularan COVID-19.
6) Setelah selesai melaksanakan kegiatan penilaian, surveilan
dan/atau inspeksi di IKI agar mencuci tangan dengan sabun/hand
sanitzer, membuang masker, sarung tangan, penutup kepala ke
tempat yang telah disediakan, mengganti alas kaki, dan segera
mengganti pakaian yang digunakan selama kunjungan di tempat
kegiatan pelaku usaha sebelum meninggalkan tempat tersebut
dan menggantinya dengan pakaian bersih.
7) Sekembalinya dari pelaksanaan tugas di IKI, ketika masuk kantor
atau pulang ke rumah agar mencuci tangan dengan sabun, mandi
dan berganti pakaian untuk menghindari potensi kontaminasi
selama perjalanan dari IKI.
8) Petugas karantina Karantina menginformasikan tatacara dan
pelaksanaan tersebut kepada pemilik atau pengelola IKI agar dipahami
dan dijalankan dengan baik.
9) Setelah melakukan inspeksi di lapangan, petugas karantina
menyusun draf laporan inspeksi CKIB dan/atau menentukan
Grade IKI berdasarkan checklist inspeksi.
10) Petugas karantina memverifikasi tindakan perbaikan temuan
inspeksi yang dilakukan oleh manajemen IKI dan menentukan
keberterimaan tindakan perbaikan sebagai acuan laporan akhir
inspeksi.

17
11) Setelah semua tindakan perbaikan “sesuai”, petugas karantina
menyampaikan laporan akhir hasil inspeksi CKIB kepada Kepala
UPT untuk pengesahan.
12) Kepala UPT mendisposisi Sekretariat IKI UPT untuk
mendokumentasikan (mengarsipkan) laporan akhir hasil inspeksi
CKIB dan melaporkan hasil inspeksi ke Pusat sebagai laporan.
13) Sekretariat IKI UPT mendokumentasikan (mengarsipkan) seluruh
dokumen inspeksi CKIB

b. Pelayanan Surveilen CKIB di Instalasi Karantina Ikan


1) Berdasarkan jadwal surveilan HPIK/HPI tertentu, sekertariat IKI
UPT menyusun surat tugas dan menyampaikan Kepala UPT KIPM
untuk ditandatangani.
2) Berdasarkan surat tugas, petugas karantina melakukan analisis
target uji HPIK/HPI tertentu, menyiapkan kelengkapan sarana dan
perlengkapan, berkas-berkas yang dibutuhkan dan
berkoordinasi/menyampaikan informasi dengan Pelaku Usaha.
3) Petugas karantina elaksanakan kegiatan surveilan HPIK/HPI
tertentu di IKI milik Pelaku Usaha dengan tahapan sebagai berikut:
a) Pertemuan pembukaan
b) Pemeriksaan implementasi SOP
c) Pemeriksaan rekaman (logbook)
d) Pengambilan contoh uji sesuai target/analisis
e) Pertemuan penutupan
4) Selama melakukan penilaian, surveilan dan/atau inspeksi,
Petugas Karantina wajib menggunakan peralatan khusus seperti
masker, sarung tangan gloves, face shield (penutup wajah),
penutup kepala, pakaian khusus / lengan panjang/ wearpack,
hand sanitizer dan sepatu khusus.
5) Selama proses kegiatan penilaian, surveilan dan/atau inspeksi,
petugas karantina dan pelaku usaha harus mencek suhu tubuh
seluruh personil ang terlibat di IKI tersebut dan menjaga jarak
(physical distancing) sekurang-kurangnya 2 m untuk mencegah
penularan COVID 19.
6) Setelah selesai melaksanakan kegiatan penilaian, surveilan
dan/atau inspeksi di IKI agar mencuci tangan dengan sabun/hand
sanitizer, membuang masker, sarung tangan, penutup kepala ke

18
tempat yang telah disediakan, mengganti alas kaki, dan segera
mengganti pakaian yang digunakan selama kunjungan di tempat
kegiatan pelaku usaha sebelum meninggalkan tempat tersebut
dan menggantinya dengan pakaian bersih.
7) Sekembalinya dari pelaksanaan tugas di IKI, ketika masuk kantor
atau pulang kerumah agar mencuci tangan dengan sabun, mandi
dan berganti pakaian untuk menghindari potensi kontaminasi
selama perjalanan dari IKI.
8) Petugas karantina Karantina menginformasikan tatacara dan
pelaksanaan tersebut kepada pemilik atau pengelola IKI agar dipahami
dan dijalankan dengan baik.
9) Petugas karantina menyampaikan contoh uji kepada Petugas
Penerima Contoh Uji
10) Petugas penerima contoh uji menerima contoh uji, mengkodefikasi
serta mendistribusikan kepada Petugas Laboratorium untuk
dilakukan pengujian sesuai target HPIK/HPI tertentu.
11) Petugas laboratorium menerima contoh uji, melakukan pengujian
dan melaporkan hasil pengujian kepada sekretariat UPT KIPM
12) Sekertariat UPT KIPM menerima laporan hasil pengujian,
menyusun dan menyampaikan laporan hasil Surveilan HPIK/HPI
tertentu kepada Ka UPT untuk dilaporkan kepada Sekretariat
Pusat
13) Kepala UPT menerima, menelaah dan melaporkan hasil surveilan
HPIK/HPI tertentu ke Sekretariat Pusat serta memerintahkan
kepada Sekretariat IKI UPT untuk mendokumentasikan
14) Sekretariat IKI UPT mendokumentasikan (mengarsipkan) seluruh
dokumen surveilan CKIB

4. Pelayanan Pengurusan Ijin Ekspor (Approval Number/Nomor


registrasi) Produk Perikanan ke Negara Mitra
Mekanisme tatap muka pelayanan Nomor Registrasi Negara Mitra
melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), di Gedung Gedung Mina
Bahari IV, Lantai 1. Link PTSP dapat diakses melalui situs :
http://ptsp.kkp.go.id/konten/perijinan/02

19
C. Standar Petugas Pelayanan
a) Sebelum melakukan pelayanan, terapkan Self-Assessment Risiko
COVID-19 pada seluruh petugas untuk memastikan petugas yang akan
memberikan pelayanan dalam kondisi tidak terjangkit COVID-19 (Form
1);
Apabila setelah dilakukan self-assessment masuk kategori resiko tinggi,
maka petugas tidak dapat melayani dan harus dilakukan peeriksaan
lebih lanjut. Petugas dengan resiko rendah hingga sedang dapat
melakukan pelayanan dengan tetap diukur suhu tubuh setiap hari.
b) Memastikan diri sedang tidak sakit terutama yang terkait gejala
penyakit COVID-19;
Apabila petugas sakit terutama terkait gejala COVID-19, agar segera
memeriksakan ke Rumah Sakit rujukan dan melakukan rapid test atau
tes swab.
c) Bersedia diukur suhu tubuh oleh petugas sebelum melaksanakan tugas
pelayanan dan apabila ternyata suhu tubuh 37,5°C maka petugas
tersebut disarankan untuk mengisolasi diri di rumah atau melaporkan
kepada Rumah Sakit rujukan;
Hal ini terkait gejala yang umum dirasakan pasien COVID-19 adalah
demam dengan suhu tubuh diatas 37,5°C. Apabila petugas tidak
bersedia diukur suhu tubuh oleh petugas maka tidak diperbolehkan
melakukan pelayanan;
d) Bagi petugas yang memiliki gejala demam/nyeri
tenggorokan/batuk/pilek/sesak nafas maka segera memeriksakan diri
ke klinik kesehatan dan dilakukan isolasi mandiri di rumah;
Karena demam/nyeri tenggorokan/batuk/pilek/sesak nafas merupakan
gekala umum pasien COVID-19.
e) Bagi petugas yang memiliki usia lebih dari 50 tahun, adanya penyakit
penyerta seperti diabetes atau hipertensi atau gangguan paru atau
gangguan ginjal, adanya kondisi immunocompromised/penyakit
autoimun dan kehamilan atau ibu menyususi maka diharapkan tidak
melakukan pekerjaan pelayanan atau disarankan untuk WFH;
Dikarenakan masuk dalam kelompok dengan imunitas rendah sehingga
mudah terpapar virus dan penyakit lainnya.
f) Sesering mungkin membersihkan tangan dengan hand sanitizer atau
sabun dengan air mengalir setelah memegang dokumen;

20
Karena coronavirus merupakan jenis virus beramplop yang akan mati
apabila terkena sabun dan alkohol minimal 70%.
g) Menggunakan masker selama perjalanan dari rumah ke kantor;
Untuk meminimalisir penularan virus melalui saluran pernafasan.
h) Selama melaksanakan tugas pelayanan selalu menggunakan masker,
face shield, sarung tangan dan peralatan pribadi;
Untuk menghindari penularan virus dari droplets, sentuhan langsung
dengan penderita, dan barang-barang yang telah digunakan penderita
COVID-19.
i) Menjaga kontak selama berada di ruang pelayanan;
Meminimalisir bahkan menghilangkan kontak fisik selama melakukan
pelayanan.
j) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain;
Untuk menghindari penularan via droplets yang mempunyai daya
jangkau sekitar 1 meter.
k) Tidak menyeka mata, hidung dan mulut selama berada di ruang
pelayanan;
Karena ketiga organ tersebut merupakan pintu masuk penularan
COVID-19.
l) Apabila bersin atau batuk maka harus ditutup dengan tisu atau sikut
dan segera ke toilet untuk mencuci tangan dan muka (tisu bekas harus
dibuang di tempat sampah yang disediakan); hal ini karena penularan
COVID-19 melalui droplets saluran pernafasan.

D. Standar Pengguna Jasa


Pengguna jasa yang melakukan pengurusan dokumen di kantor BKIPM
harus mematuhi aturan sebagai berikut:
a) Mengisi formulir Self-Assessment Risiko COVID-19 untuk memastikan
pengguna jasa yang akan meminta pelayanan dalam kondisi tidak
terjangkit COVID-19 (Form 1);
b) Wajib menggunakan masker;
c) Bersedia diukur suhu tubuh oleh petugas sebelum masuk ke ruang
pelayanan dan apabila ternyata suhu tubuh 37,5°C atau lebih maka
tidak akan memaksakan diri untuk masuk ke ruang pelayanan;
d) Membersihkan tangan dengan hand sanitizer atau sabun dan air
mengalir sebelum masuk ke ruang pelayanan;

21
e) Selalu menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter di kursi ruang
tunggu atau saat berdiri mengantri (mengikuti rambu physical
distancing);
f) Apabila bersin atau batuk maka harus ditutup dengan tisu atau sikut
dan segera ke toilet untuk mencuci tangan dan muka (tisu bekas harus
dibuang di tempat sampah yang disediakan);
g) Tidak menyeka mata, hidung dan mulut selama berada di ruang
pelayanan;
h) Apabila telah selesai melakukan pengurusan segera meninggalkan
ruang pelayanan sehingga tidak terjadi penumpukan orang.

E. Standar Penanganan Kondisi Darurat COVID-19


Apabila menemukan petugas atau pengguna jasa memenuhi kriteria
sebagai OTG, ODP, PDP Atau Konfirmasi COVID-19, maka:
a) Segera melaporkan dan berkoordinasi dengan Puskesmas atau Dinas
Kesehatan setempat.
b) Penanganan apabila ditemukan petugas atau pengguna jasa yang
memiliki gejala klinis COVID-19:
1) Segera memberi tahu penanggung jawab Satgas COVID-19 di tempat
tugas atau menghubungi emergency call COVID-19;
2) Terhadap orang yang terpapar tempatkan pada ruangan khusus
(ruangan isolasi infeksi airborne) yang sudah disiapkan sebelum
dibawa ke RS/klinik dan relawan yang berhubungan langsung
harus menggunakan APD dan pakaian Hazmat lengkap;
3) Terhadap sarana dan prasarana yang sempat dipegang atau
digunakan oleh orang yang terpapar agar dilakukan penyemprotan
desinfektan.

22
BAB III
PENUTUP

Standar Pelayanan Publik BKIPM dalam Tatanan Normal Baru disusun


secara umum untuk membantu petugas lingkup BKIPM dalam meningkatkan
peran dan kewaspadaannya untuk mengantisipasi penularan COVID-19 di
lingkungan pelayanan publik BKIPM serta memberikan perlindungan seoptimal
mungkin bagi petugas pelayanan dan pengguna jasa.
Diharapkan dengan keterlibatan semua pihak, baik petugas, pengguna
jasa dan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19 di
lingkungan pelayanan publik BKIPM dapat membantu meminimalkan dampak
yang ditimbulkan oleh COVID-19 terhadap keberlangsungan pelayanan
sertifikasi kesehatan ikan dan mutu hasil perikanan dan dapat berkontribusi
menekan COVID-19 pada masyarakat, sehingga penyebaran COVID-19 dapat
dicegah dan dikendalikan dengan baik.

23
Lampiran 1.

INSTRUMEN SELF ASSESSMENT


RISIKO COVID-19

Nama : …………………………………….
NIK (No. KTP) : …………………………………….
ID Kepegawaian : ……………………………………*).
Satuan kerja/Bagian/Divisi : …………………………………….
Tanggal : …………………………………….
Status daerah tempat tinggal : …………………. (zona merah/kuning/hijau)

Demi kesehatan dan keselamatan Bersama di tempat kerja, Anda harus


JUJUR dalam menjawab pertanyaan di bawah ini.

Dalam 14 hari terakhir, apakah Anda pernah mengalami hal-hal berikut:


No. PERTANYAAN YA TIDAK JIKA JIKA
YA, TIDAK,
SKOR SKOR
1 Apakah pernah keluar rumah/ 1 0
tempat umum (pasar, fasyankes,
kerumunan orang, dan lain-lain)?
2 Apakah pernah menggunakan 1 0
transportasi umum?
3 Apakah pernah melakukan 1 0
perjalanan ke luar
kota/internasional? (wilayah yang
terjangkit/zona merah)
4 Apakah anda mengikuti kegiatan 1 0
yang melibatkan orang banyak?
5 Apakah memiliki riwayat kontak 5 0
erat dengan orang yang dinyatakan
ODP, PDP atau konfirm COVID-19
(berjabat tangan, berbicara, berada
dalam satu ruangan/satu rumah)?
6 Apakah pernah mengalami 5 0
demam/batuk/ pilek/sakit
tenggorokan/sesak dalam 14 hari
terakhir?
JUMLAH TOTAL

0 = Risiko kecil
1 – 4 = Risiko sedang
> 5 = Risiko besar

Catatan (untuk diisi):


a. Kondisi dan sanitasi, kewaspadaan di lingkungan keluarga:
……………………………

24
b. Kewaspadaan selama di alat angkut:
……………………………………………………
c. Suplemen dan vitamin yang diminum:
………………………………………………….
d. Perlakuan setiba di rumah: ………………………………………………………………

TINDAK LANJUT:
• Risiko besar, agar dilakukan investigasi dan tidak diperkenankan masuk
bekerja. Petugas karantina dilakukan pemeriksaan RT-PCR, jika tidak
tersedia dapat dilakukan Rapid Tes oleh petugas kesehatan/fasyankes
setempat
• Risiko kecil – sedang, diperbolehkan masuk bekerja namun dilakukan
pemeriksaan suhu di pintu masuk tempat kerja. Apabila didapatkan suhu >
37,3oC agar dilakukan investigasi dan pemeriksaan petugas kesehatan. Jika
dipastikan pekerja tidak memenuhi kriteria OTG, ODP atau PDP. Petugas
karantina dapat masuk bekerja.

25
Lampiran 2.

ALUR TINDAK LANJUT HASIL SELF ASSESSMENT RISIKO COVID-19

HASIL SELF ASSESSMENT RISIKO COVID-19


(Yang dilakukan 1 (satu) hari sebelum masuk

RISIKO BESAR RISIKO KECIL*

Diperbolehkan bekerja
Tidak
diperbolehkan
bekerja PEMERIKSAAN SUHU TUBUH DI PINTU

Suhu > 37,3oC Suhu < 37,3oC


Dilakukan (pengukuran 2x
pemeriksaan RT- jarak 5 menit
PCR atau Rapid
Tes
Dilakukan investigasi dan
pemeriksaan oleh petugas
kesehatan di tempat kerja DIIZINKAN
MASUK

Memenuhi kriteria Tidak memenuhi


OTG, ODP atau kriteria OTG, ODP
PDP atau PDP

TIDAK DIIZINKAN MASUK


DIIZINKAN DENGAN
MASUK* PEMANTAUAN KETAT

26
Lampiran 3.

PEMERIKSAAN SUHU BAGI


PEMERIKSAAN SUHU BAGI PENGGUNA JASA
PENGGUNA
PEMERIKSAAN SUHU BAGI JASA
PENGGUNA JASA

Demam ≤ 37,3 °C Demam > 37,3 °C


Demam ≤ 37,3 °C Demam
(Pengukuran > 37,3
2x jarak °C
5 menit)
(Pengukuran 2x jarak 5 menit)
Mengisi Form Self Assesment
TIDAK DIIZINKAN
MASUK*
Risiko Besar Risiko Kecil - Diminta untuk melakukan
Sedang Pemeriksaan ke Fanyankes
TIDAK DIIZINKAN DIIZINKAN
MASUK* MASUK
Diminta untuk melakukan
Pemeriksaan ke
Fanyankes

*) Keterangan:
• Petugas karantina: tidak diizinkan untuk bekerja (memberikan pelayanan), istirahat
di rumah untuk karantina mandiri.
• Pengguna Jasa: tidak diizinkan masuk ruang pelayanan.
• Pengantar barang: barang ditinggalkan di ruangan depan, dilakukan desinfeksi pada
barang baru diteruskan ke penerima.

27
Lampiran 4.

28
Lampiran 5
CONTOH APPENDIX 3

Appendix 3
Summary on Food Hygiene and Safety Conditions of the
Food Business Operator

1. Business name :
2. Address :
3. Products : Cooked Frozen Tuna Loin
4. Production conditions :
(production chain and
export)
▪ Farming and : There is no farming for the raw materials
processing areas
▪ Farming, harvesting, : - Catch in Indonesian sea using long line
preparation and - Fresh raw material received from suppliers
processing methods with temperature 5°C or below. Fish stored
in insulated boxes or in cold storage before
processed

▪ Feed handling and : -


control measures
applied in farming
process
▪ Packing (labeling), : Inner packing : wrapping in vacuum plastic
transport and Outer packing : Poly bag plastic and Master
distribution methods Carton

Label/specification: type of product,


production date, kind of fish.
5. Quality management : 1. pre requisite program
system applied a. SSOP
- Water and Ice
The water use for processing is
supplied from ……..

Ice made from …..


Water are keep in the water tank
- Cleanness and food contact surface
All equipment and utensils was made
from non – toxic material, such as
plastic fiberglass, and stainless steel
and adequately washable and shall be
properly maintained. All equipment and
utensils that was contact with product
are cleaned and sanitized effectively.
- Preventive cross contamination

29
The establishment have separated the
dirty area and clean area
Toxic material must be labeled, and
stored in different area.
- Employees health control to prevent
contamination
Employees do not show signs on
medical problems that could
compromise product.

The employees health must be checked


before work to prevent contamination.
- Pest control
Electric fly killers have been positioned
at each entrance to prevent process
space admission insect.

b. GMP
- The quality of fish, is checked by an
experience checker
- Temperature always monitored at any
step until product to be export
2. Determined CCP at the stage of
– Receiving raw material for histamine and
contamination with heavy metal, the
corrective action is rejected the Raw
Material if content the hazard.
3. Traceability is carried out by a tagging
system as follow: name/code of
supplier/date of RM is receive
4. Pre requisite program was approved by CA
with number:
-
5. HACCP was approved by CA with number:
-

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

Salinan sesuai dengan aslinya ttd.

Kepala Bagian Hukum,


Kerja Sama, dan Humas, RINA

Asep Dadang Koswara 30

Anda mungkin juga menyukai