MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juli 2020
ttd.
RINA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) telah menyatakan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) sebagai sebuah pandemi. Penyebaran COVID-19 di
Indonesia saat ini sudah semakin meluas lintas wilayah dan lintas negara
yang diiringi dengan peningkatan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian.
Situasi ini kian berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia,
sehingga diperlukan strategi dan upaya yang komprehensif dalam
percepatan penanganan COVID-19. Mencermati penyebaran dan penularan
COVID-19 di Indonesia, Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 11
Tahun 2020 telah menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia yang wajib dilakukan upaya
penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penanggulangan pandemi COVID-19 ini membutuhkan peran serta
dari semua pihak baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pihak swasta
dan seluruh elemen masyarakat di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dunia usaha dan masyakat pekerja memiliki kontribusi besar
dalam memutus mata rantai penularan karena besarnya jumlah populasi
pekerja dan besarnya mobilitas serta interaksi penduduk umumnya
disebabkan aktifitas bekerja. Tempat kerja sebagai lokus interaksi dan
berkumpulnya orang merupakan faktor risiko yang perlu diantisipasi sebagai
sarana penularan. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
1
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah menyatakan bahwa Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) dilakukan salah satunya dengan meliburkan
tempat kerja. Namun demikian dunia kerja tidak mungkin selamanya
dilakukan pembatasan, roda perekonomian harus tetap berjalan. Pasca
pemberlakuan PSBB dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih
berlangsung, perlu dilakukan upaya mitigasi dan kesiapan tempat kerja
seoptimal mungkin sehingga dapat beradaptasi melalui perubahan pola
hidup pada situasi COVID-19 (New Normal). Dengan menerapkan panduan
ini diharapkan dapat meminimalisir risiko dan dampak pandemi COVID-19
pada tempat tempat pelayanan BKIPM.
Menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(COVID-19), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 58 Tahun 2020 tentang
Sistem Kerja Pegawai Aparatur Negeri Sipil Dalam Tatanan Normal Baru,
yang kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor B-308/MEN-KP/VI/2020 tentang Penyesuaian Sistem
Kerja Dalam Tatanan Normal Baru Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan untuk mewujudkan organisasi yang
adaptif dan untuk menjada keberlangsungan pelaksanaan tugas, fungsi dan
pelayanan terhadap stakeholder di lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, Aparatur Sipil
Negara (ASN) harus profesional dan adaptif dengan protokol pelayanan
tatanan normal baru; ASN harus sehat, pengguna jasa yang dilayani juga
harus sehat dan produk hasil layanan harus memenuhi standar mutu yang
aman untuk dikonsumsi.
Dalam rangka melindungi petugas KIPM dan warga masyarakat serta
menjaga keberlangsungan pelaksanaan tugas dan fungsi Perkarantinaan
ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta sekaligus
meminimalisasi dampak pandemi wabah COVID-19 pada setiap kegiatannya,
maka Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan perlu menyusun Standar Pelayanan Publik BKIPM Dalam Tatanan
Normal Baru
2
B. Tujuan
1. Memastikan pelaksanaan pelayanan publik lingkup BKIPM berjalan
dengan efektif;
2. Menjamin kesehatan dan keselamatan petugas karantina dan
pengguna jasa serta produk perikanan yang ditangani selama masa
pandemi COVID-19
C. Sasaran
Sasaran panduan ini ditujukan untuk petugas karantina dan
pengguna jasa layanan BKIPM.
D. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918);
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
3. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan;
6. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan,
Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 200, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 15);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
3
8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5309);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 251,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6444);
10. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(COVID-19);
11. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2020
tentang Sistem Kerja Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam Tatanan
Normal Baru;
12. Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor B-308/MEN-
KP/VI/2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Dalam Tatanan
Normal Baru bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
E. Pengertian
1. Kontak erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau
berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan
kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.
2. Mitigasi adalah tindakan-tindakan untuk mengurangi atau
meminimalkan dampak dari suatu bencana terhadap masyarakat.
3. Orang Tanpa Gejala yang selanjutnya disingkat OTG adalah orang
yang memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19
(dengan PCR) tetapi tidak memiliki gejala.
4. Orang Dalam Pemantauan yang selanjutnya disingkat ODP adalah
orang yang mengalami demam (≥38°C) atau riwayat demam; atau
gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
4
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal* atau memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
5. Pasien Dalam Pengawasan yang selanjutnya disingkat PDP adalah
orang yang mengalami demam (≥38°C) atau riwayat demam; disertai
batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga
berat dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan
transmisi lokal* atau memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi COVID-19.
6. Kasus konfirmasi adalah pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil
pemeriksaan tes positif melalui pemeriksaan PCR.
7. Karantina mandiri adalah pembatasan kegiatan/pemisahan orang
yang tidak sakit, tetapi mungkin terpapar agen infeksi atau penyakit
menular dengan tujuan memantau gejala dan mendeteksi kasus sejak
tinggi yang dilakukan di rumah atau di tempat lain yang disediakan
sebagai tempat karantina.
8. Isolasi Mandiri adalah pemisahan orang yang tidak sakit atau
terinfeksi dari orang lain sehingga mencegah penyebaran infeksi atau
kontaminasi yang dilakukan di rumah atau di tempat lain yang
disediakan sebagai tempat karantina.
9. Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas Karantina
adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan
Tindakan Karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
5
BAB II
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19
6
B. Standar Sistem Pelayanan Kesehatan Ikan dan Mutu Hasil Perikanan
B.1 Pelayanan Daring
1. Pelayanan Penerbitan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk
Perikanan
a. Pelayanan Sertifikasi Kesehatan Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan
Penyampaian Pelaporan Pemeriksaan Kesehatan Ikan (PPK)
diharapkan dapat dilaksanakan melalui PPK online sehingga tidak
terjadi tatap muka dengan petugas di ruang pelayanan, pelaksanaan
pelayanan sebagai berikut:
1) Penyampaian PPK online;
2) Penyampaian hasil pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
dokumen (diharapkan semua pengguna jasa telah teregistrasi
melalui HACCP atau CKIB) melalui aplikasi “JESIKA MOBIL” atau
melalui Whatsapp atau melalui Single Submission INSW;
3) Pelaksanaan pemeriksaan kebenaran dokumen dilaksanakan
dengan melakukan upload gambar jenis ikan yang akan dikirim
melalui aplikasi atau Whatsapp, apabila terpaksa harus dilakukan
pemeriksaan langsung oleh petugas karantina maka harus
menggunakan APD lengkap dan Styrofoam/kardus paking serta
alat transportasi harus dilakukan penyemprotan desinfektan
sebelum dilakukan pemeriksaan;
4) Melakukan pembayaran PNBP melalui ATM/provider pembayaran
online;
5) Menerima e-Sertifikat dengan kode otentifikasi melalui QR code;
7
5) Kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk, menugaskan minimal 2
orang inspektur mutu untuk melaksanakan tugas surveilan
dan/atau pengambilan sampel, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Sebelum pelaksanaan surveilan, Inspektur Mutu melakukan
review terhadap dokumentasi sistem manajemen mutu UPI
melalui desk audit, yaitu: panduan mutu, laporan audit
internal, deskripsi produk, “lay out UPI” dan informasi yang
terkait lainnya. Berdasarkan hasil desk audit, Inspektur Mutu
menentukan fokus surveilan;
b) Remote inspection dilakukan dengan menggunakan aplikasi
yang memungkinkan Inspektur Mutu untuk melakukan virtual
meeting dengan pelaku usaha, melihat operasional proses
produksi dan pengecekan dokumen;
c) Durasi waktu bagi Tim Inspektur Mutu dalam melaksanakan
tugas surveilan secara remote inspection maksimal 3 (tiga) jam.
d) Inspektur Mutu melakukan seluruh tahapan inspeksi yang
meliputi pertemuan pembukaan, pengecekan dokumen dan
proses produksi, caucus meeting dan pertemuan penutupan.
6) Fokus dalam pelaksanaan Official Control, yaitu:
a) Surveilan, diutamakan pada monitoring critical control point
(CCP) dan hal lainnya yang berpengaruh langsung terhadap
keamanan dan mutu produk perikanan.
b) Pengambilan sample dilakukan secara langsung ke UPI, dengan
frekuensi berdasarkan kategori risiko produk :
▪ Risiko tinggi : produk siap makan (ready to eat) dilakukan
3 bulan sekali
▪ Risiko sedang : produk di masak sebelum dikonsumsi dan
bahan baku industri sudah matang (cooked)
dilakukan 4 bulan sekali
▪ Risiko rendah : bahan baku industri dalam bentuk mentah
(raw) dilakukan 6 bulan sekali
c) Pengambilan sample produk akhir (end product)
d) Saat melaksanakan pengambilan sampel di UPI, Inspektur
Mutu harus tetap mengikuti protokol pencegahan Covid-19,
antara lain;
▪ Menjaga jarak aman (physical distancing) dengan auditee
8
▪ Menggunakan masker
▪ Mencuci tangan dengan air mengalir secara berkala dengan
sabun atau desinfektan
7) Tindak Lanjut Hasil Surveilan :
a) UPI melaporkan tindakan perbaikan surveilan ke UPT KIPM
secara online
b) Inspektur Mutu melakukan verifikasi laporan tindakan
perbaikan UPI secara dokumen
8) Jaminan dari UPI :
a) UPI wajib membuat Surat Pernyataan Kebenaran dan
Kesesuaian tindakan perbaikan yang ditandatangani oleh
Pimpinan UPI (materai Rp. 6.000,-)
b) Surat pernyataan dilaporkan bersamaan dengan pelaporan
tindakan perbaikan
9) Untuk menjamin Official Control dilaksanakan dengan baik, UPT
KIPM mengirimkan hasil Official Control ke Pusat Pengendalian
Mutu secara online untuk dilakukan evaluasi terhadap masing-
masing UPI
9
dari minimal 2 (dua) orang Inspektur Mutu dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Sebelum pelaksanaan inspeksi, Inspektur Mutu melakukan
review terhadap dokumentasi sistem manajemen mutu (desk
audit) seperti panduan mutu, laporan audit internal, deskripsi
produk, “lay out UPI” dan informasi yang terkait lainnya.
Berdasarkan hasil desk audit, Inspektur Mutu menentukan
fokus pelaksanaan remote inspection;
b) Remote inspection dilakukan dengan menggunakan aplikasi
yang memungkinkan Inspektur Mutu untuk melakukan virtual
meeting dengan Pelaku usaha, melihat operasional proses
produksi dan pengecekan dokumen;
c) Waktu maksimal pelaksanaan remote inspection adalah 3 (tiga)
jam.
d) Inspektur Mutu melakukan seluruh tahapan inspeksi yang
meliputi pertemuan pembukaan, pengecekan dokumen dan
proses, caucus meeting dan pertemuan penutupan.
6) Pelaporan Hasil Inspeksi dilakukan secara online dengan
menginput dan mengupload dokumen pada aplikasi. Dokumen
tersebut terdiri dari:
a) Daftar Temuan Ketidaksesuaian;
b) Laporan Inspektur Mutu;
c) Laporan Singkat Hasil Inspeksi.
7) Tim Teknis melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi
hasil inspeksi secara daring pada aplikasi haccp online system
dengan mempergunakan hak akses khusus.
10
4) Petugas karantina melakukan penilaian lapangan secara daring
5) Petugas karantina melakukan penilaian kelayakan IKI, menyusun
laporan hasil penilaian dan menyampaikan kepada Kepala UPT
KIPM
6) Apabila hasil penilaian “layak” kemudian menyampaikan laporan
akhir hasil penilaian kelayakan IKI kepada Kepala Pusat
7) Tim Pusat Melakukan evaluasi, menyusun rekomendasi hasil
penilaian IKI dan menyampaikan kepada Kepala Pusat
8) Tim pusat menyampaikan rekomendasi untuk menerbitkan
sertifikat IKI secara online kepada Kepala BKIPM
9) Kepala BKIPM menandatangani sertifikat IKI secara online dengan
QR-code
10) Operator pusat menotifikasi secara online sertifikat IKI kepada
pelaku usaha, UPT KIPM dan Lembaga OSS
11) Pengguna Jasa Menerima pemberitahuan penerbitan sertifikat IKI
melaului email atau media online lainnya.
11
4) Dalam hal permohonan dinyatakan tidak lengkap dan tidak sesuai,
notifikasi penolakan akan disampaikan dari aplikasi ke alamat
email pemohon.
5) Dalam hal permohonan dinyatakan lengkap, penanggung jawab
negara mitra menyiapkan draft daftar UPI yang diusulkan untuk
mendapat nomor registrasi.
6) Kasubid Harmonisasi memeriksa draft dan menyampaikan daftar
usulan UPI kepada Kabid Harmonisasi dan Penanganan Kasus
7) Kepala Bidang Harmonisasi dan Penanganan Kasus mengevaluasi
daftar UPI yang diusulkan untuk persetujuan nomor registrasi dan
disampaikan kepada Kepala Pusat Pengendalian Mutu.
8) Kepala Pusat Pengendalian Mutu memberikan persetujuan akhir
dan/atau mengesahkan daftar UPI yang akan diusulkan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh negara mitra.
9) Kepala Pusat Pengendalian Mutu menyampaikan usulan daftar UPI
kepada Otoritas Kompeten Negara mitra sesuai periode
pendaftaran yang ditetapkan.
10) UPI yang tidak memenuhi persyaratan tidak diberikan Nomor
Registrasi Ekspor ke Negara Mitra dan dapat mengajukan
permohonan kembali setelah melengkapi persyaratan untuk
diusulkan pada periode pendaftaran berikutnya.
12
5) Kasubid Harmonisasi memeriksa draft Sertifikat pengesahan
nomor registrasi untuk menyampaikan kepada Kepala Bidang
Harmonisasi dan Penanganan Kasus. Selanjutnya disampaikan
kepada Kepala Pusat Pengendalian Mutu.
6) Kepala Pusat Pengendalian Mutu menandatangani Sertifikat
pengesahan nomor registrasi.
7) Sertifikat pengesahan nomor registrasi dikirimkan kepada UPI
dengan menggunakan jasa pengiriman.
13
3) UPT menginformasikan ke UPI terkait jadwal kegiatan surveilan
dan pengambilan contoh dan memastikan kesiapan UPI
4) Kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk, menugaskan minimal 2
orang inspektur mutu untuk melaksanakan tugas surveilan
dan/atau pengambilan sampel.
5) UPT memastikan kondisi kesehatan inspektur mutu yang akan
melaksanakan tugas surveilan dan pengambilan sampel. Hanya
inspektur mutu yang sehat yang diperkenankan untuk
melaksanakan tugas.
6) Sebelum pelaksanaan surveilan, Inspektur Mutu melakukan review
terhadap dokumentasi sistem manajemen mutu UPI melalui desk
audit, yaitu: panduan mutu, laporan audit internal, deskripsi
produk, “lay out UPI” dan informasi yang terkait lainnya;
7) Durasi waktu bagi Tim Inspektur Mutu dalam melaksanakan tugas
di lingkungan UPI, maksimal 3 (tiga) jam;
8) Saat melaksanakan tugas Official Control, Inspektur Mutu harus
tetap mengikuti protokol pencegahan Covid-19, antara lain:
a) Menjaga jarak aman (physical distancing) dengan auditee
b) Menggunakan masker
c) Mencuci tangan dengan air mengalir secara berkala dengan
sabun atau desinfektan
9) Saat melaksanakan tugas surveilan, Inspektur Mutu wajib
mematuhi seluruh tahapan surveilan, yang terdiri dari: pertemuan
pembukaan, pengecekan dokumen dan proses produksi, caucus
meeting dan pertemuan penutupan.
10) Fokus dalam pelaksanaan Official Control, yaitu:
a) Surveilan, diutamakan pada monitoring critical control point
(CCP) dan hal lainnya yang berpengaruh langsung terhadap
keamanan dan mutu produk perikanan
b) Pengambilan sample dilakukan secara langsung ke UPI, dengan
frekuensi berdasarkan kategori risiko produk :
14
▪ Risiko rendah : bahan baku industri dalam bentuk mentah
(raw) dilakukan 6 bulan sekali
13) Untuk menjamin Official Control dilaksanakan dengan baik, UPT KIPM
mengirimkan hasil Official Control ke Pusat Pengendalian Mutu secara
online untuk dilakukan evaluasi terhadap masing-masing UPI
15
yang berpengaruh langsung terhadap keamanan dan mutu
produk perikanan;
e) Saat melakukan inspeksi, Inspektur Mutu harus tetap
mengikuti petunjuk untuk menghindari penularan infeksi
COVID-19 antara lain menjaga jarak aman dengan auditee,
menggunakan masker serta secara berkala mencuci tangan
dengan air mengalir dan sabun atau desinfektan;
f) Inspektur Mutu melakukan seluruh tahapan inspeksi yang
meliputi pertemuan pembukaan, pengecekan dokumen dan
proses, caucus meeting dan pertemuan penutupan.
2) Penerbitan Sertifikat PMMT/HACCP, dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Berdasarkan hasil evaluasi dan rekomendasi Tim Teknis,
Kepala Pusat menyampaikan usulan penerbitan Sertifikat
Penerapan PMMT/HACCP kepada Kepala BKIPM;
b) Kepala Badan menandatangani Sertifikat Peneraan
PMMT/HACCP.
3) Petugas pada Sekretariat mengirimkan Sertifikat Penerapan
PMMT/HACCP melalui UPT KIPM. Dalam proses pengiriman,
petugas harus mengikuti petunjuk untuk menghindari penularan
infeksi COVID-19 antara lain menjaga jarak aman, menggunakan
masker serta secara berkala mencuci tangan dengan air mengalir
dan sabun atau desinfektan
4) Pengambilan Sertifikat HACCP dilakukan di counter pelayanan
UPT KIPM dengan mengikuti protokol yang ditetapkan.
16
b) Peninjauan dokumen
c) Penilaian lapangan
d) Perumusan temuan ketidaksesuain
e) Pertemuan penutupan
4) Selama melakukan penilaian, surveilan dan/atau inspeksi, Petugas
Karantina wajib menggunakan peralatan khusus seperti masker,
sarung tangan gloves, face shield (penutup wajah), penutup kepala,
pakaian khusus / lengan panjang / wearpack, hand sanitizer dan
sepatu khusus.
5) Selama proses kegiatan penilaian, surveilan dan/atau inspeksi,
petugas karantina dan pelaku usaha harus mencek suhu tubuh
seluruh personil yang terlibat di IKI tersebut dan menjaga jarak
(physical distancing) sekurang-kurangnya 2 m untuk mencegah
penularan COVID-19.
6) Setelah selesai melaksanakan kegiatan penilaian, surveilan
dan/atau inspeksi di IKI agar mencuci tangan dengan sabun/hand
sanitzer, membuang masker, sarung tangan, penutup kepala ke
tempat yang telah disediakan, mengganti alas kaki, dan segera
mengganti pakaian yang digunakan selama kunjungan di tempat
kegiatan pelaku usaha sebelum meninggalkan tempat tersebut
dan menggantinya dengan pakaian bersih.
7) Sekembalinya dari pelaksanaan tugas di IKI, ketika masuk kantor
atau pulang ke rumah agar mencuci tangan dengan sabun, mandi
dan berganti pakaian untuk menghindari potensi kontaminasi
selama perjalanan dari IKI.
8) Petugas karantina Karantina menginformasikan tatacara dan
pelaksanaan tersebut kepada pemilik atau pengelola IKI agar dipahami
dan dijalankan dengan baik.
9) Setelah melakukan inspeksi di lapangan, petugas karantina
menyusun draf laporan inspeksi CKIB dan/atau menentukan
Grade IKI berdasarkan checklist inspeksi.
10) Petugas karantina memverifikasi tindakan perbaikan temuan
inspeksi yang dilakukan oleh manajemen IKI dan menentukan
keberterimaan tindakan perbaikan sebagai acuan laporan akhir
inspeksi.
17
11) Setelah semua tindakan perbaikan “sesuai”, petugas karantina
menyampaikan laporan akhir hasil inspeksi CKIB kepada Kepala
UPT untuk pengesahan.
12) Kepala UPT mendisposisi Sekretariat IKI UPT untuk
mendokumentasikan (mengarsipkan) laporan akhir hasil inspeksi
CKIB dan melaporkan hasil inspeksi ke Pusat sebagai laporan.
13) Sekretariat IKI UPT mendokumentasikan (mengarsipkan) seluruh
dokumen inspeksi CKIB
18
tempat yang telah disediakan, mengganti alas kaki, dan segera
mengganti pakaian yang digunakan selama kunjungan di tempat
kegiatan pelaku usaha sebelum meninggalkan tempat tersebut
dan menggantinya dengan pakaian bersih.
7) Sekembalinya dari pelaksanaan tugas di IKI, ketika masuk kantor
atau pulang kerumah agar mencuci tangan dengan sabun, mandi
dan berganti pakaian untuk menghindari potensi kontaminasi
selama perjalanan dari IKI.
8) Petugas karantina Karantina menginformasikan tatacara dan
pelaksanaan tersebut kepada pemilik atau pengelola IKI agar dipahami
dan dijalankan dengan baik.
9) Petugas karantina menyampaikan contoh uji kepada Petugas
Penerima Contoh Uji
10) Petugas penerima contoh uji menerima contoh uji, mengkodefikasi
serta mendistribusikan kepada Petugas Laboratorium untuk
dilakukan pengujian sesuai target HPIK/HPI tertentu.
11) Petugas laboratorium menerima contoh uji, melakukan pengujian
dan melaporkan hasil pengujian kepada sekretariat UPT KIPM
12) Sekertariat UPT KIPM menerima laporan hasil pengujian,
menyusun dan menyampaikan laporan hasil Surveilan HPIK/HPI
tertentu kepada Ka UPT untuk dilaporkan kepada Sekretariat
Pusat
13) Kepala UPT menerima, menelaah dan melaporkan hasil surveilan
HPIK/HPI tertentu ke Sekretariat Pusat serta memerintahkan
kepada Sekretariat IKI UPT untuk mendokumentasikan
14) Sekretariat IKI UPT mendokumentasikan (mengarsipkan) seluruh
dokumen surveilan CKIB
19
C. Standar Petugas Pelayanan
a) Sebelum melakukan pelayanan, terapkan Self-Assessment Risiko
COVID-19 pada seluruh petugas untuk memastikan petugas yang akan
memberikan pelayanan dalam kondisi tidak terjangkit COVID-19 (Form
1);
Apabila setelah dilakukan self-assessment masuk kategori resiko tinggi,
maka petugas tidak dapat melayani dan harus dilakukan peeriksaan
lebih lanjut. Petugas dengan resiko rendah hingga sedang dapat
melakukan pelayanan dengan tetap diukur suhu tubuh setiap hari.
b) Memastikan diri sedang tidak sakit terutama yang terkait gejala
penyakit COVID-19;
Apabila petugas sakit terutama terkait gejala COVID-19, agar segera
memeriksakan ke Rumah Sakit rujukan dan melakukan rapid test atau
tes swab.
c) Bersedia diukur suhu tubuh oleh petugas sebelum melaksanakan tugas
pelayanan dan apabila ternyata suhu tubuh 37,5°C maka petugas
tersebut disarankan untuk mengisolasi diri di rumah atau melaporkan
kepada Rumah Sakit rujukan;
Hal ini terkait gejala yang umum dirasakan pasien COVID-19 adalah
demam dengan suhu tubuh diatas 37,5°C. Apabila petugas tidak
bersedia diukur suhu tubuh oleh petugas maka tidak diperbolehkan
melakukan pelayanan;
d) Bagi petugas yang memiliki gejala demam/nyeri
tenggorokan/batuk/pilek/sesak nafas maka segera memeriksakan diri
ke klinik kesehatan dan dilakukan isolasi mandiri di rumah;
Karena demam/nyeri tenggorokan/batuk/pilek/sesak nafas merupakan
gekala umum pasien COVID-19.
e) Bagi petugas yang memiliki usia lebih dari 50 tahun, adanya penyakit
penyerta seperti diabetes atau hipertensi atau gangguan paru atau
gangguan ginjal, adanya kondisi immunocompromised/penyakit
autoimun dan kehamilan atau ibu menyususi maka diharapkan tidak
melakukan pekerjaan pelayanan atau disarankan untuk WFH;
Dikarenakan masuk dalam kelompok dengan imunitas rendah sehingga
mudah terpapar virus dan penyakit lainnya.
f) Sesering mungkin membersihkan tangan dengan hand sanitizer atau
sabun dengan air mengalir setelah memegang dokumen;
20
Karena coronavirus merupakan jenis virus beramplop yang akan mati
apabila terkena sabun dan alkohol minimal 70%.
g) Menggunakan masker selama perjalanan dari rumah ke kantor;
Untuk meminimalisir penularan virus melalui saluran pernafasan.
h) Selama melaksanakan tugas pelayanan selalu menggunakan masker,
face shield, sarung tangan dan peralatan pribadi;
Untuk menghindari penularan virus dari droplets, sentuhan langsung
dengan penderita, dan barang-barang yang telah digunakan penderita
COVID-19.
i) Menjaga kontak selama berada di ruang pelayanan;
Meminimalisir bahkan menghilangkan kontak fisik selama melakukan
pelayanan.
j) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain;
Untuk menghindari penularan via droplets yang mempunyai daya
jangkau sekitar 1 meter.
k) Tidak menyeka mata, hidung dan mulut selama berada di ruang
pelayanan;
Karena ketiga organ tersebut merupakan pintu masuk penularan
COVID-19.
l) Apabila bersin atau batuk maka harus ditutup dengan tisu atau sikut
dan segera ke toilet untuk mencuci tangan dan muka (tisu bekas harus
dibuang di tempat sampah yang disediakan); hal ini karena penularan
COVID-19 melalui droplets saluran pernafasan.
21
e) Selalu menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter di kursi ruang
tunggu atau saat berdiri mengantri (mengikuti rambu physical
distancing);
f) Apabila bersin atau batuk maka harus ditutup dengan tisu atau sikut
dan segera ke toilet untuk mencuci tangan dan muka (tisu bekas harus
dibuang di tempat sampah yang disediakan);
g) Tidak menyeka mata, hidung dan mulut selama berada di ruang
pelayanan;
h) Apabila telah selesai melakukan pengurusan segera meninggalkan
ruang pelayanan sehingga tidak terjadi penumpukan orang.
22
BAB III
PENUTUP
23
Lampiran 1.
Nama : …………………………………….
NIK (No. KTP) : …………………………………….
ID Kepegawaian : ……………………………………*).
Satuan kerja/Bagian/Divisi : …………………………………….
Tanggal : …………………………………….
Status daerah tempat tinggal : …………………. (zona merah/kuning/hijau)
0 = Risiko kecil
1 – 4 = Risiko sedang
> 5 = Risiko besar
24
b. Kewaspadaan selama di alat angkut:
……………………………………………………
c. Suplemen dan vitamin yang diminum:
………………………………………………….
d. Perlakuan setiba di rumah: ………………………………………………………………
TINDAK LANJUT:
• Risiko besar, agar dilakukan investigasi dan tidak diperkenankan masuk
bekerja. Petugas karantina dilakukan pemeriksaan RT-PCR, jika tidak
tersedia dapat dilakukan Rapid Tes oleh petugas kesehatan/fasyankes
setempat
• Risiko kecil – sedang, diperbolehkan masuk bekerja namun dilakukan
pemeriksaan suhu di pintu masuk tempat kerja. Apabila didapatkan suhu >
37,3oC agar dilakukan investigasi dan pemeriksaan petugas kesehatan. Jika
dipastikan pekerja tidak memenuhi kriteria OTG, ODP atau PDP. Petugas
karantina dapat masuk bekerja.
25
Lampiran 2.
Diperbolehkan bekerja
Tidak
diperbolehkan
bekerja PEMERIKSAAN SUHU TUBUH DI PINTU
26
Lampiran 3.
*) Keterangan:
• Petugas karantina: tidak diizinkan untuk bekerja (memberikan pelayanan), istirahat
di rumah untuk karantina mandiri.
• Pengguna Jasa: tidak diizinkan masuk ruang pelayanan.
• Pengantar barang: barang ditinggalkan di ruangan depan, dilakukan desinfeksi pada
barang baru diteruskan ke penerima.
27
Lampiran 4.
28
Lampiran 5
CONTOH APPENDIX 3
Appendix 3
Summary on Food Hygiene and Safety Conditions of the
Food Business Operator
1. Business name :
2. Address :
3. Products : Cooked Frozen Tuna Loin
4. Production conditions :
(production chain and
export)
▪ Farming and : There is no farming for the raw materials
processing areas
▪ Farming, harvesting, : - Catch in Indonesian sea using long line
preparation and - Fresh raw material received from suppliers
processing methods with temperature 5°C or below. Fish stored
in insulated boxes or in cold storage before
processed
29
The establishment have separated the
dirty area and clean area
Toxic material must be labeled, and
stored in different area.
- Employees health control to prevent
contamination
Employees do not show signs on
medical problems that could
compromise product.
b. GMP
- The quality of fish, is checked by an
experience checker
- Temperature always monitored at any
step until product to be export
2. Determined CCP at the stage of
– Receiving raw material for histamine and
contamination with heavy metal, the
corrective action is rejected the Raw
Material if content the hazard.
3. Traceability is carried out by a tagging
system as follow: name/code of
supplier/date of RM is receive
4. Pre requisite program was approved by CA
with number:
-
5. HACCP was approved by CA with number:
-