Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MIFTAHUR ROCHMAN

NIM : 211N10001
PRODI : TEKNIK LINGKUNGAN

TUGAS 1 TEKNIK ANALISI PENCEMARAN LINGKUNGAN

1. Berikan contoh kegiatan Anda sehari-hari yang menghasilkan limbah (padat, cair
dan gas) yang berpotensi mencemari lingkungan, dan jelaskan bagaimana upaya
yang telah Anda lakukan untuk mencegah atau mengurangi dampak buangan
limbah tersebut terhadap lingkungan!

Potensi Jenis Upaya Pengurangan


No. Kegiatan
Pencemaran Dampak
1. Tidak BAB Sembarangan
Pencemaran air dan karena buang air yang tidak
1 Defekasi/BAB
Pencemaran tanah pada tempatnya membuat
tanah dan air yang terkena
BAB menjadi rusak dan bau
2. Membuat septic tank
septic tank dibuat dengan
tujuan untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan
lingkungan
1. Tanam lebih banyak pohon
Pohon akan membersihkan
udara dari polutan-polutan
dan menghasilkan oksigen
yang nantinya akan kita hirup
saat bernapas.
2. Limbah Gas Pencemaran udara 2. Jalan kaki atau bersepeda
berjalan kaki atau bersepeda
Anda aktif, selain membakar
kalori Anda telah mengurangi
polusi dan jumlah gas yang
dikeluarkan.
1. Penimbunan Terbuka
Limbah padat organik akan
lebih baik ditimbun, sebab
akan diuraikan oleh berbagai
organisme pengurai dan bisa
dimanfaatkan untuk membuat
3 Limbah Pabrik padat Pencemaran Tanah tanah menjadi lebih subur.
2. Membuat Kompos Padat
limbah padat yang sifatnya
organik akan lebih mudah
untuk diolah kembali menjadi
kompos organik padat.
1. Menggunakan produk
ramah lingkungan
Menggunakan detergen,
pupuk, dan pestisida organik
untuk meminimalkan
Pencemaran Air kontaminasi zat-zat beracun
pada sumber air
2. Edukasi tenteng dampak
pencemaran air
4 Limbah Cair
membuat masyarakat
tergugah menjaga
kebersihan air secara
konsisten melalui langkah
sederhana, misalnya tidak
membuang sampah rumah
tangga sembarangan ke
sumber air.

2. Carilah contoh kasus pencemaran lingkungan di tiap tingkatan!


Tingkatan Penjelasan
Link Sumber Berita
Pencemaran Contoh Kasus
pencemaran tidak
menyebabkan https://www.cnbcindonesia.com/news/20220731
Tingkatan 1 kerugian.
091731-4-359893/bak-bom-waktu-ac-picu-
ancaman-yang-lebih-ngeri-dari-covid

pencemaran mulai
mengganggu https://www.liputan6.com/on-
Tingkatan 2 komponen off/read/4713479/hati-hati-polusi-udara-
ekosistem dan juga-bisa-membahayakan-kulit
menimbulkan iritasi
pada manusia.
pencemaran mulai
menimbulkan reaksi
Tingkatan 3 fatal pada tubuh https://news.republika.co.id/berita/otn4w3284/
dan penyakit kronis. polusi-udara-picu-penyakit-kronis

pencemaran sudah
Tingkatan 4 terlalu parah dan https://www.kompas.tv/article/364937/apa-
dapat menimbulkan efek-radiasi-nuklir-bagi-tubuh-
kematian pada manusia#:~:text=Jantung%3A%20Jika%20terp
makhluk hidup karena apar%20radiasi%20nuklir,seperti%20mual%2C
kadar polutan yang %20muntah%2C%20dan%20diare
sangat tinggi.

3. Apa dampak UU CK terhadap regulasi terkait pengelolaan dan perlindungan


lingkungan hidup!
1. Mendapatkan izin untuk menggunakan lahan hutan itu mudah
Perubahan terpenting dalam UU Cipta Kerja hanya menyangkut mekanisme izin
pemanfaatan hutan untuk pemanfaatan hutan kayu, sedangkan pemanfaatan bukan
kayu dan jasa lingkungan hanya formalitas untuk memenuhi standar umum. Dalam
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Hutan, semua izin
pemanfaatan hutan dicantumkan lengkap, yang terdiri dari8 jenis izin diklasifikasikan
menurut tujuan dan pembagian hutan. Sementara itu, UU Cipta Kerja
menyederhanakan mekanisme perizinan menjadi hanya satu jenis, yaitu perizinan
perusahaan.[1] Pasal 27 dicabut oleh undang-undang ini.29 dalam UU No. 41/1999,
agar intervensi kawasan hutan dilakukan melalui program. Mata pencaharian ini
semakin menumpuk dan efek domino memudahkan setiap orang, terutama kapitalis
dan penguasa, untuk mengajukan izin tinggal di kawasan hutan. Menerbitkan izin
begitu saja tanpa mempertimbangkan pertimbangan lingkungan sangat berisiko
terhadap dampak lingkungan di masa mendatang.

2. Pemanfaatan kawasan hutan lindung masih belum terlindungi


Dasar pemikiran pembatasan pemanfaatan hutan lindung yang ada adalah agar
hutan lindung tetap terjaga fungsi utamanya, yaitu sebagai kawasan hutan dengan
fungsi utama sebagai sistem penyangga kehidupan, seperti pengaturan suplai air,
pengendalian banjir, pengendalian erosi, pengendalian air laut. . Penetrasi dan
konservasi kesuburan tanah (UU No. 41/1999). Rencana pelaksanaan UU Cipta Kerja
sangat mengancam pola pemanfaatan hutan lindung yang sudah ada. Pemanfaatan
hutan lindung yang semula hanya diperuntukkan bagi jasa lingkungan dan
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK), dapat dimanfaatkan secara lebih
fleksibel dalam UU No. 41 Tahun 1999, karena dilengkapi dengan klausula
pemanfaatan di sektor kehutanan.[2] Seperti halnya pemanfaatan panas bumi tanpa
izin tetapi hanya dalam bentuk memenuhi NSPK (norma, standar, prosedur, dan kriteria)
dan pemanfaatan lahan melalui perjanjian pinjaman, kewenangannya telah
dilimpahkan kepada pemerintah pusat. Pemerintah [3],[4] Implikasi adanya undang-
undang hak cipta Dalam karya ini, keberadaan kawasan hutan lindung sangat riskan
digunakan untuk kepentingan eksploitasi seperti pertambangan, perkebunan dll. Hal ini
jelas dapat mengakibatkan hilangnya dan rusaknya hutan lindung yang sangat
berharga sebagai penyangga kehidupan tetap. Selain itu, peran pemerintah pusat
semakin tersentralisasi, dan mekanisme sentralisasi ini dapat menimbulkan
ketidakseimbangan manfaat antara pusat dan daerah.

3. Hilangnya AMDAL sebagai pelabuhan terakhir untuk menyelamatkan lingkungan


Perubahan atas UU No. 32 Tahun 2009, termasuk pencabutan istilah “izin
lingkungan”, yang berdampak pada perubahan kedudukan AMDAL dalam proses
perizinan komersial, dimana AMDAL tidak lagi menjadi faktor pengikat dalam
menentukan sahnya izin komersial, tapi hanya satu pertimbangan. [5] Ironisnya,
AMDAL wajib hanya diterapkan pada kriteria bisnis yang proses dan kegiatannya
memiliki dampak lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya yang signifikan.[6] Akibatnya,
menjamurnya izin mendirikan usaha yang tidak wajib AMDAL mengakibatkan dampak
lingkungan yang semakin tidak terkendali. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
pemerintah sama sekali mengabaikan aspek lingkungan dalam kegiatan
pembangunannya.

4. Semakin mudah untuk mengubah nama dan pengoperasian kawasan hutan


UU Cipta Kerja memberikan keleluasaan kepada pemerintah dalam mengambil
keputusan tentang penetapan kawasan hutan.[7] Dalam UU No. 41 Tahun 1999,
mekanisme perubahan penamaan dan pengelolaan kawasan hutan harus mendapat
persetujuan DPR. Namun, dalam UU Cipta Kerja ini, hanya pemerintah yang
memutuskan perubahan pembagian dan fungsi daerah, dan tidak boleh sampai ke
pintu DPR kecuali untuk tindakan mendukung proyek strategis nasional.[8] Hal ini
berdampak pada hilangnya fungsi kontrol pemerintah kota dalam pelaksanaan
pembangunan hutan melalui transmisi keinginannya oleh DPR, terutama terkait
rencana peruntukan hutan dan pemanfaatan hasil hutan. Dari sini dikhawatirkan akan
semakin banyak perubahan kawasan hutan yang dilakukan oleh penguasa tanpa
kontrol dan sepengetahuan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai