Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIK

SISTEM PENGISIAN (ALTERNATOR)


TEKNIK KENDARAAN RINGAN

NAMA : Eril
KELAS : XI TKR
KOMP. KEAHLIAN :

UPT SMKN 6 BONE


2023
A. PENDAHULUAN
1. Judul
Sistem pengisian (Alternator).
2. Tujuan
a. Menjelaskan cara membongkar dan merakit unit alternator.
b. Menjelaskan cara memeriksa dan mengidentifikasi kondisi komponen-komponen
alternator.
3. Alat dan bahan
a. Dua unit alternator dengan tipe berbeda.
b. Satu set tool box.
c. Satu unit multitester (Avometer)
4. Keselamatan kerja
a. Menggunakan alat praktikum sesuai dengan fungsinya.
b. Bekerja dengan hati-hati dan teliti dalam mengerjakan praktikum.
c. Melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja.
d. Hati-hati saat menghidupkan mesin.

B. KEGIATAN PRAKTEK

1. Dasar teori

Sistem Pengisian berfungsi untuk mengisi bateray dan mensuplai arus listrik ke komponen-
komponen yang memerlukan saat mesin dihidupkan
a. Komponen- Komponen Sistem Pengisian.
1) Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan arus saat mesin menyala. Dan menjadi sumber
tegangan untuk membuat rotor coil pada alternator menjadi megnet saat mesin akan
dinyalakan.
2) Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan aliran arus listrik ke
system berikutnya (system pengisian).
3) Fuse (Sekering)
Sebagai pengaman jika terjadi kelebihan arus pada system pengisian / jika terjadinya
korsleting (hubungan pendek arus listrik)
4) Alternator
Alternator berfungsi untuk merubah energi mekanik menjadi energi listrik( arus bolak
balik/AC). Alternator terdiri dari beberapa komponen antara lain :
 Kipas berfungsi untuk mendinginkan alternator
 Pully berfungsi sebagai tempat tali kipas rotor dan sebagai penggerak rotor.
 Rotor berfungsi untuk membangkitkan kemagnetan. Rotor berfungsi untuk
membangkitkan kemagnetan.
 Stat or berfungsi untuk meghasilkan arus listrik
bolak-balik(AC). Stator terdiri dari
kumparan stator dan stator core.
 Diod a berfungsi untuk menyearahkan arus
listrik bolak-balik menjadi arus listrik
searah(DC).

Gambar 1. Alternator

5) Regulator berfungsi untuk menstabilkan besar arus dan tegangan listrik yang dihasilkan
oleh alternator. Tegangan arus listrik di stabilkan sekitar 14,5 Volt tanpa terpengaruh
oleh putaran mesin. Regulator ada dua type yaitu tipe point dan tiipe IC regulator.

Gambar 2. Regulator

b. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional


1) Saat Kunci Kontak ON mesin Mati
Pada saat kunci kontak ON, arus listrik akan mengalir dari baterai ke rotor dan
merangsang rotor coil menjadi magnet. Pada waktu yang sama arus dari baterai juga
mengalir ke lampu pengisian (CHG) dan lampu menyala. Aliran arusnya adalah segabagi
berikut :
a) Arus yang ke
fiel coil
Baterai (30) –
Fusible link – KK
(IG) – Sekering – Regulator (IG) – PL1 – PL0 Regulator (F) – Alternator (F) – Sikat –
Slipring – Sikat - Alternator (E) – Masa. Hal ini akan menimbulkan kemagnetan pada
rotor dan arus ini disebut dengan arus medan (Field Current).
b) Arus ke lampu
Baterai (30) – Fusible link – KK (IG) – Sekering – ampu (CHG) – Regulator (L) – P 0 – P1 –
Regulator (E) – Masa. Lampu CHG menyala.

Gambar 4. Saat Kunci kontak ON Mesin Mati

2) Saat mesin Kecepatan Rendah Ke Sedang


Pada saat mesin hidup dan rotor berputar, tegangan/voltage dibangkitkan pada stator
coil dan tegangan netral mengalir ke voltag relai sehingga lampu mati. Selain itu arus
dari B alternator mengalir ke voltage regulator. Adapun aliran arusnya adalah sebagai
berikut :
a) Tegangan neutral
N Alternator – N Regulator – Voltage Relay – E Regulator – Masa. Akibatnya pada v
magnet coil voltege relay akanterjadi kemagnetan dan menarik P0 dari P1 dan
bersatu dengan P2. Dengan demikian lampu CHG akan mati.
b) Tegangan keluar (Output Voltage)
B Alternator – B Regulator – P2 – P0 – Magnet coil voltage regulator - E Regulator –
Masa. Akibatnya pada coil voltage regulator terjadi kemagnetan yang dapat
mempengaruhi posisi PL0. Dalam hal ini PL0 akan tertarik dari PL1 sehingga pada
kecepatan ini PL0 akan mengambang.
c) Arus yang ke Field (Field Current)
+ Baterai
– IG KK
– Fuse
– IG
Regulator – PL1 – PL0 – R – F Regulator – F Alternator – Rotor Coil – E Alternator –
Masa. Dalam hal ini arus/teg yang masuk rotor coil dapat melewati dua jalur.
 Bila kemagnetan di volotage regulator besar dan mampu menarik PL0 dari PL1,
maka arus yang kerotor coil akan melalui R(resistor). Akibatnya arus akan kecil dan
kemagnetan yang ditimbulkan rotor coil berkurang ( Arus/Teg pengisian akan
berkurang)
 Bila kemagnetan pada voltage regulator lemah dan PL 0 tidak tertarik dari PL1,
maka arus akan tetap melewatimPL1 – PL0. Akibatnya arus yang masuk ke rotor coil
akan normal kembali ( Arus/Teg pengisian akan naik).
d) Out Put Current

B Alternator – + Baterai dan Beban – masa

Gambar 5. Saat Kecepatan Rendah ke Sedang

3) Saat mesin Kecepatan Sedang Ke Tinggi


Bila putaran mesin bertambah, voltage yang dihasilkan oleh kumparan stator naik,dan
gaya tarik dari kemagnetan kumparan voltage regulator menjadi lebih kuat. Dengan
gaya tarik yang lebih kuat, field current yang ke rotor akan mengalir terputus-putus
(intermittenly). Dengan kata lain, gerakan titik kontak PLo dari voltage regulator
kadang-kadang membuat hubungan dengan titik kontak PL2.
Catatan:
Bila
gerakan titik
kontak PLo pada regulator berhubungan dengan PL2, field current akan dibatasi.
Bagaimanapun juga, point Po dari voltage tidak akan terpisah daripoint P2, sebab tegangan
netral terpelihara dalam sisa flux dari rotor. Aliran arusnya adalah sebagai berikut :
a. Voltage Netral (tegangan netral)
Terminal N alternator – terminal N regulator – magnet koil dari voltage relay – terminal E
regulator – massa bodi.
Arus ini juga sering disebut netral voltage.
b. Out Put Voltage
Terminal B alternator – terminal B regulator – point P2 – point Po – magnet koil
dari N regulator – terminal E regulator.
Sering disebut out put voltage.
c. Tidak Ada Arus Ke Field Current
Terminal B alternator – IG switch – fuse – terminal IG regulator – resistor R –
terminal F regulator - terminal F alternator – rotor koil – atau – point PLo – point P2 –
massa.
Terminal E alternator – massa F (current).
Bila arus resistor R – mengalir terminal F regulator – rotor koil – massa, akibatnya arus
yang ke rotor ada, tapi kalau PLo nempel PL2 – maka arus mengalir ke massa sehingga
yang ke rotor koil tidak ada.
d. Out Put Current
Terminal B alternator – baterai/load – massa.

Gambar 6. Saat Kecepatan Sedang Ke Tinggi


2. Langkah kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada meja kerja.
b. Melakukan pemeriksaan alternator dalam keadaan belum dibongkar dengan
AVOmeter, posisi selektor pada R X1, seperti berikut.
1) Memeriksa hubungan sikat dengan slip ring untuk mengukur tahanan kumparanrotor
dengan cara menghubungkan kedua colok AVOmeter pada terminal E dan F (spec: 6
Ω). Jika lebih kemungkinan hubungan slip ring dan sikat kurang baik dan apabila kurang
berarti ada hubungan singkat
2) Memeriksa kondisi diode negatif dengan menempelkan colok AVOmeter negatif pada
body alternator dan colok positif pada terminal N (spec: ± 20 Ω). Dan jika avometer
dibalik, jarum avometer harus menunjuk pada angka tak terhingga.
3) Memeriksa kondisi diode positif dengan menempelkan colok avometer negatif pada
terminal N dan colok positif pada terminal B (spec: ± 20 Ω). Dan jika colok avometer
dibalik jarum avometer harus menunjuk pada angka tak terhingga.
c. Membongkar alternator dengan melepas pulley, kipas dan baut-baut pengikat. Jika
perlu lepaskan unit diode rectifier dengan soldir lalu keluarkan komponen-
komponennya.
d. Mengamati dan memeriksa kondisi rotor. Mengidentifikasi jumlah kutub magnet,
menentukan kutub utara dan selatannya. Memeriksa tahanan pada kumparan rotor
dengan menghubungkan colok avometer pada slip ring. Periksa grounded dengan cara
menghubungkan colok avometer pada slip ring dan body rotor. Melakukan pemeriksaan
kerataan slip ring dan kondisi bearing pada rotor.
e. Mengamati dan memeriksa kondisi stator dengan cara menghubungkan salah satu
colok avometer dengan terminal N dan colok satunya secara bergantian keterminal
yang lain.
f. Melakukan pemeriksaan hubungan massa dengan menghubungkan colok avometer
pada terminal N dan massa/body stator.
g. Mengidentifikasi jumlah alur stator dan membuat gambar lilitan stator. Menentukan
jenis hubungan lilitan, termasuk jenis bintang atau segitiga.
h. Memeriksa kondisi fisik diode dan melakukan pemeriksaan diode satu persatu
dengan mengunakan avometer.
i. Memeriksa dan mengukur panjang sikat, pegas sikat, dan sambungan pada sikat.
j. Menentukan letak positif dan negaif, lalu memeriksa hubungan rangkaian sikat
antara terminal F dengan sikat positif dan sikat negatif dengan massa. Tahanan harus
menunjuk 0 Ω.
k. Merakit alternator dengan langkah berkebalikan dengan langkah pembongkaran.
Catatan : pada merk tertentu, terdapat lubang kecil pada bagian belakang yang
digunakan untuk membantu memasukan sikat pada slip ring dengan cara memasukan
alat bantu sejenis jarum.
l. Membersihkan alat dan training objek yang digunakan.
m. Melapor kepada instruktur atau teknisi untuk pemeriksaan kondisi training objek.

3. Data pengamatan dan pemeriksaan


 Data pengukuran alternator
No Pemeriksaan item Colok ohmmeter Hasil Keterangan
(+) (-)
1 Alternator belum
dibongkar
 Kumparan rotor B F 1,2 Ω
 Diode positif B N 3,5 Ω
 Diode negatif N E 0Ω
2 Alternator terbongkar
 Rotor coil Slip ring 1 Slip ring 2 ∞
 Grounded rotor Slip ring body 0Ω
 Kumparan stator Stator 1 N 0Ω
Stator 2 N 0Ω
Stator 3 N 0Ω
N Body ∞
 Data pengamatan komponen alternator
No. Nama komponen Hasil pemeriksaan Spec
1 Slip ring Halus Halus
2 Panjang sikat (+) Panjang sikat tidak dapat Minimal 5,5 mm
Panjang sikat (-) diukur karena sikat tidak
Panjang pegas sikat (+) terpasang pada dudukannya
Panjang pegas sikat (-)
3 Diode/rectifier (+) Baik Baik
Diode/rectifier (-) Baik Baik
4 Jenis rangkaian stator Bintang Bintang
Kawat kumparan stator Baik Baik
5 Bearing depan Baik Baik
Bearing belakang Baik Baik
6 Kipas pendingin alternator Baik Baik
7 Tali kipas/belt Tidak ada Baik
Tegangan pengencangan Tidak ada
8 Pulley Baik Baik

4. Analisis dan pembahasan


 Kondisi slip ring
Slip ring dapat mengalami keausan karena selalu bergesekan dengan brush
ketika mesin dihidupkan. Jika terjadi keusan dapat membuat permukaan tidak halus atau
rata. Selain itu jika keusannya cukup besar tekanan pegas brush tidak akan cukup kuat
untuk menekan brush pada slip ring karena jaraknya terlalu jauh, sehingga terdapat
celah-celah kecil yang menyebabkan adanya hambatan antara brush dan slip ring.
Hambatan ini akan mengganggu arus listrik yang mengalir kestator coil, sehingga magnet
stator coil menjadi lebih kecil dan tegangan yang dihasilkan sistem pengisian pun juga
menjadi lebih kecil. Jika sudah begitu, slip ring beserta stator coil harus segera diganti,
karena slip ring dan stator coil menjadi satu kesatuan. Pada alternator yang kami
bongkar, slip ringnya masih harus dan bagus, sehingga masih dapat digunakan.
Gambar 07. kondisi slip ring
 Panjang sikat dan pegas sikat
Panjang sikat dan pegas sikat harus selalu menjadi perhatian utama, karena sikat
selalu bergesekan dengan slip ring dan bahan sikat dirancang lebih lunak dibanding slip
ring, sehingga sikat akan lebih cepat aus. Selain sikat pegas sikat juga harus diukur
panjangnya karena sangat mungkin terjadinya kelelahan pegas meskipun itu jarang
tejadi. Sikat dan pegas sikat harus segera diganti apabila sudah tidak sesuai spesifikasi,
karena jika terjadi masalah pada sikat dan pegas sikat kemampuan untuk menekan slip
ring menjadi berkurang, sehingga terdapat celah-celah kecil yang menyebabkan adanya
hambatan antara brush dan slip ring. Hambatan ini akan mengganggu arus listrik yang
mengalir kestator coil, sehingga magnet stator coil menjadi lebih kecil dan tegangan yang
dihasilkan sistem pengisian pun juga menjadi lebih kecil. Pada alternator yang kami
bongkar, kami tidak dapat mengukur panjang sikat karena kawat sikat sudah tidak ada,
sehingga sikat dan pegasnya harus segera diganti.
Gambar 08. Mengukur panjang sikat

 Diode/rectifier
Pada alternator terdapat dua macam dioda, yaitu dioda positif dan dioda negatif.
Cara mengukur dioda positif yaitu dengan menghubungan colok avometer (+) dengan
terminal B dan colok (-) dengan masing-masing ujung kumparan stator. Hasil pengukuran
tersebut harus ada kontinyuitas, tetapi jika dibalik coloknya harus tidak ada kontinyuitas.
Pada dioda negatif, dengan cara menhubungkan colok avometer (+) dengan masing-
masing ujung kumparan dan colok (-) dengan terminal E. Sama halnya dengan dioda
positif, hasil pengukuran tersebut harus ada kontinyuitas, tetapi jika dibalik coloknya harus
tidak ada kontinyuitas. Jika pada saat colok dibalik tetap ada kontinyuitas, berarti dioda
bocor dan akan menyebabkan arus AC bertemu arus DC yang dapat merusak baterai. Dan
apabila dioda tidak terdapat kontinyuitas
pada kedua posisi berarti dioda putus
dan harus diganti karena sistem
pengisian tidak dapat mengisi baterai
maupun mensuplai kesistem kelistrikan
lainnya. Dioda pada alternator yang kami
bongkar masih dalam kondisi baik dan
masih dapat digunakan.
Gambar 09. Memeriksa dioda
positif (kiri) dan negatif (kanan)
 Kumparan stator
Kumparan stator atau stator coil
merupakan kumparan yang
bertugas menghasilkan gaya
gerak listrik. Pada alternator terdapat dua
model rangkaian kumparan stator, yaitu
model segitiga/delta dan
model bintang/Y. Pada alternator yang
kami bongkar, kumparan statornya
menggunakan model bintang/Y. Untuk mengukurnya dengan cara menghubungkan colok
avometer dengan terminal N dan masing-masing ujung kumparan. Hasilnya harus
menunjukkan adanya kontinyuitas yang baik. Selain itu harus diukur juga kebocorannya
dengan cara menghubungkan colok avometer dengan terminal N dan body alternator,
hasilnya harus menunjuk angka tak hingga.
Jika stator ini putus atau bocor, maka tidak
akan mampu menghasilkan gaya gerak
listrik untuk mengisi baterai. Pada stator
koil yang kami bongkar masih dalam kondisi
bagus, karena semua tahanannya masih 0
Ω dan tidak terdapat kebocoran.

Gambar 10. Model kumparan stator


Gambar 11. Mengukur kontinyuitas (a) dan grounded (b) stator coil

 Bearing/bantalan
Pada alternator terdapat dua buah bearing, yaitu bearing depan dan bearing
belakang. Keduanya berfungsi sama yaitu
untuk memperhalus putaran rotor. Karena
selalu berputar dan terdapat gesekan,
sehingga bearing rentan terhadap
keausan. Akibat keausan pada
bearing, akan timbul bunyi saat mesin
hidup. Selain itu dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen lainnya
karena olehnya rotor akibat keausan bearing. Pada alternator yang kami praktikan,
bearingnya dapat berputar dengan halus dan tidak terdapat kekocakan, sehingga masih
dapat digunakan.
 Kipas pendingin alternator
Kipas pendingin alternator berfungsi untuk memindahkan panas dari alternator ke udara
dengan cara menghembuskan udara kealternator. Kipas pendingin yang kami praktikan
masih dalam kondisi bagus, jika kipas sudah tidak berfungsi dapat menyebabkan alternator
terlalu panas dan meyebabkan arus output berkurang karena kemagnetannya berkurang
seiring dengan meningkatnya tahanan kumparan akibat panas.
 Pulley dan tali kipas
Pulley pada bahan praktik kami masih bagus, belum penyok atau aus berlebihan, akan
tetapi tali kipasnya tidak ada. Jika terdapat masalah pada pulley dan/atau tali kipas dapat
menyebabkan putaran mesin tidak dapat diteruskan kealternator sehingga pengisian tidak
maksimal atau bahkan tidak terjadi pengisian. Hal yang sering dialami adalah
mengendurnya tali kipas akibat keausan, yang akan mengakibatkan timbulnya bunyi pada
tali kipas. Solusinya tali kipas harus distel kekencangannya sesuai spesifikasi.
 Kumparan rotor
Kumparan rotor berfungsi untuk menghasilkan medan magnet dari energi listrik. Jika
kumparan ini putus atau bocor, jelas tidak akan ada arus pengisian. Untuk mengukur
kontinyuitas pada rotor koil ini dilakukan dengan cara mengukur kontinyuitas antara
terminal B dan F sebelum dibingkar dan atar slip ring setelah dibongkar, dan untuk
mengukur groundednya dengan cara mengukur kontinyuitas antara slip ring dan body rotor
koil.
Gambar 12. Mengukur kontinyuitas (a) dan grounded (b) rotor coil

C. PENUTUP
a. Kesimpulan
 Pembongkaran dan perakitan alternator harus dilakukan dengan hati-hati, karena
alternator merupakan sistem kelistrikan, yang salah sedikit saja dapat menyebabkan
konsleting dan/atau kerusakan komponen.
 Sistem pengisian alternator terdapat beberapa komponen dengan peran masing-
masing, oleh karena itu semua komponen harus dipastikan dalam kondisi baik, agar
alternator dapat bekerja dengan baik. Pemeriksaan dilakukan atas dasar pemahaman
mengenai cara kerja sistem, sehingga kita mudah memecahkan masalah-masalah
dalam dunia kerja.
b. Saran

 Hati-hati saat memasang brush, karena brush dapat patah jika dipaksa dan tertekan
oleh slip ring. Pasangkan terlebih dahulu alat bantu seperti kawat kaku yang dapat
menahan brush agar tidak keluar saat rotor dimasukan.

Anda mungkin juga menyukai