Anda di halaman 1dari 29

TUGAS AKHIR M3 MOTOR OTOMOTIF

PENGEMBANGAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI MALANG ( UM )
KODE KELAS TEKNIK OTOMOTIF : UM-427-S42019-KELAS A
DISUSUN OLEH :
HERNOWO SUBIANTORO
NO. PESERTA : 19050842710136
NUPTK : 5256753655200033

1. Gambar rangkaian sistem pengapian dari salah satu kendaraan dan


jelaskan cara kerjanya!
2. Gambar rangkaian sistem starter dari salah satu kendaraan dan jelaskan
cara kerjanya!
3. Gambar rangkaian sistem pengisian dari salah satu kendaraan dan
jelaskan cara kerjanya!
4. Gambar rangkaian sistem AC dari salah satu kendaraan dan jelaskan
cara kerjanya!

Catatan: Tugas ini harus diambil dari manual book satu jenis mobil

Rubrik Penilaian
Aspek dan Bobot
1. Gambar rangkaian sistem pengapian dan penjelasan cara kerja (25 %)
2. Gambar rangkaian sistem starter dan penjelasan cara kerja (25 %)
3. Gambar rangkaian sistem pengisian dan penjelasan cara kerja (25 %)
4. Gambar rangkaian sistem AC dan penjelasan cara kerja (25 %)
1. Gambar rangkaian sistem pengapian dari salah satu kendaraan dan jelaskan
cara kerjanya!

Spesifikasi : Engine 4G63 Outlander


Diagnosa Code : 44
Primary Coil : 0,72 – 0,95 Ω
Secondary Coil : 10 – 13 kΩ
Firing Order :1342

Sebagai pengganti distributor digunakan power transistor yang berfungsi


memberikan sinyal listrik ke ignition coil sesuai perintah ECU.
Kode Pin Power Transistor
Oc1 : outpun pin yang menuju coil 2 (terhubung dengan busi No.2 dan 3)
IB1 : input pin dari ECU yang akan mengaktifkan pin Oc1
VB : pin sumber tegangan power transistor
Tac : pin yang terhubung dengan Tachometer untuk diagnose
GRND : ground, massa
Oc2 : outpun pin yang menuju coil 1 (terhubung dengan busi No.1 dan 4)
IB2 : input pin dari ECU yang akan mengaktifkan pin Oc2
Cara Kerja :
1. Sensor-sensor yang bekerja adalah MAF sensor, MAP sensor, WT sensor,
TDC sensor dan CKP sensor.
2. Sensor ini akan memberikan data informasi ke ECU untuk diolah
kemudian dikirimkan ke power transistor (IB1/IB2).
3. Power transistor akan mengeluarkan tegangan output Oc1 atau Oc2
menuju Ignition Coil selanjutnya diteruskan ke busi yang memerlukan
listrik tegangan tinggi sesuai FO melalui kabel tegangan tinggi.
2. Gambar rangkaian sistem starter dari salah satu kendaraan dan jelaskan
cara kerjanya!
Komponen Sistem Starter

Cara Kerja Sistem Starter Konvensional


 Dalam kunci kontak terdapat beberapa posisi seperti LOCK, OFF, ACC, ON dan
ST. Nah untuk menstarter mobil/kendaraan adalah dengan memutar kunci kontak
ke posisi ST/Starter. Ketika posisi arus dari baterai akan mengalir ke pull-in coil
dan hold-in coil, dan berikut ini adalah aliran arus yang terjadi :
 Arus dari baterai > Kunci kontak terminal ST > terminal 50 pada solenoid
> pull-in coil > terminal C > field coil > brush positif > armaure > brush
negatif > massa. Terbentuk medan magnet pada kumparan pull-in coil.
 Arus dari baterai > Kunci kontak terminal ST > terminal 50 pada solenoid
> kumparan hold in coil > massa. Terbentuk medan magnet pada
kumparan hold-in coil.
 Ketika pull-in coil dan hold in coil teraliri arus, maka akan terjadi kemagnetan pada
kedua kumparan. Arus memiliki arah, karena kedua kumparan dialiri arus dengan
arah yang sama maka kedua-duanya akan menimbulkan magnet yang saling
menguatkan, dan kemagnetan pada keduanya ini akan menarik (pull) plunger ke-
arah main switch. Disamping itu drive lever juga akan menggeser starter clutch,
agar pinion gear berhubungan dengan ring gear.
 Pada saat yang sama arus yang relatif kecil juga mengalir ke field coil dan
kumparan armature, maka putaran yang dihasilkan motor starter masih lambat.
Tetapi lambatnya putaran yang dihasilkan ini justru malah menguntungkan,
pasalnya akan membuat proses perkaitan antara pinion gear dengan ring gear
akan semakin mulus. Pada proses ini kontak plate belum menutup sepenuhnya
main switch.
 Pada saat pinion gear berkaitan penuh dengan ring gear, maka contact
plate akan menutup main switch. Nah, kondisi yang seperti ini aliran
arusnya dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
 Batarai > kunci kontak terminal st > terminal 50 > hold-in coil >
massa.
 Baterai > terminal 30 > Contact plate > terminal C > Field coil >
armature > massa.
 Mengapa arus tidak melalui pull-in coil? Dapat dilihat pada gambar di atas,
bahwa pull-in coil berhubungan dengan terminal C, sementara ada aliran
arus dari terminal 30 ke kontak plate dan terminal C. Karena ada arus
inilah maka tidak adanya beda potensial di pull in coil, dan arus tidak
mengalir ke pull-in coil. Maka dari itu kontak plate hanya ditahan oleh
kumparan hold-in coil, maka dari itu pada saat kerja seperti ini hold-in coil
bekerja sesuai dengan namanya (menahan = hold).
 Bersamaan dengan itu, coba perhatikan aliran arus di point b di atas. Ada
arus yang besar dari baterai langsung ke field coil, dan armature. Arus
yang besar ini akan menghasilkan output yang besar pula untuk memutar
ring gear dalam rangka menghidupkan mesin.
 Ketika mesin sudah hidup, maka bisa jadi putaran mesin lebih cepat
ketimbang dari putaran yang dihasilkan oleh motor starter. Nah disaat-saat
seperti ini starter clutch (kopling) bekerja, untuk menghindari terjadinya
kerusakan dengan membebaskan dan melindungi armature dari putaran
yang berlebihan.
 Ketika mesin sudah hidup, tentu kunci kontak akan kita kembalikan ke
posisi ON. Bisa dilihat di gambar di atas, contact plate masih berhubungan
denagan main switch, dan aliran arusnya adalah sebagai berikut :
 Baterai > Terminal 30 > Contact plate > Terminal C > Pull-in coil >
Hold-in coil > massa.
 Baterai > Terminal 30 > Contact plate > Terminal C > Field coil >
Armature > massa.
 Aliran arus yang di atas, yang mengalir ke pull-in coil dan hold-in coil arah
arusnya adalah berlawanan, hasil kemagnetan yang dihasilkannya pun
juga berlawanan. Hal ini membuat keduanya saling menghapuskan dan
membuat kekuatan spring (pegas) mengembalikan posisi contact plate ke
posisi semula. Drive lever juga menarik starter clutch dan pinion gear
terlepas dari ring gear.
3. Gambar rangkaian sistem pengisian dari salah satu kendaraan dan jelaskan
cara kerjanya!

Komponen Sistem Pengisian


Cara Kerja Sistem Pengisian

1) Pada saat kunci kontak ON mesin masih OFF

 Saat kunci kontak diputar pada posisi On, namun kendaraan belum
hidup maka pada saat ini belum terjadi pengisian pada baterai, tapi
pada alternator tepatnya pada rotor coil telah timbul kemagnetan.
 Cara kerjanya yaitu ketika kunci kotak diputar pada posisi On dan
kendaraan belum hidup adalah arus baterai positif akan mengalir dari
baterai menuju ke fusible link menuju ke kunci kontak menuju ke fuse
menuju ke lampu indikator pengisian menuju ke terminal L regulator
menuju ke kontak P0 menuju ke kontak P1 lalu ke massa.
 Pada saat yang sama arus baterai posisif akan mengalir menuju ke
fuse menuju ke terminal IG regulator menuju ke terminal PL1 menuju
ke kontak PL0 menuju ke kontak F regulator menuju ke terminal F
alternator menuju ke rotor coil lalu ke massa.
 Pada saat ini lampu indikator akan dialiri arus dan akan membuat
lampu indikator pengisian menyala sera pada saat ini rotor koil juga
dialiri listrik dari terminal F regulator maka pada rotor coil akan timbul
medan magnet.

2) Pada saat mesin hidup pada putaran idle – menengah (900 – 1500 rpm)

 Ketika kendaraan berjalan pada kecepatan lambat atau idle maka


sistem pengisian sudah berjalan dan lampu indikator pengisian akan
mati.
 Ketika kendaraan dhidupkan pada putaran idle atau saat kendaraan
berjalan dengan pada kecepatan lambat maka alternator akan
menghasilkan listrik. Pada stator coil alternator pada terminal N arus
listrik akan mengalir menuju terminal N regulator kemudian ke voltage
relay dan massa. Karena voltage relay dialiri arus maka akan menarik
kontak P0 sehingga kontak P0 akan berhubungan dengan kontak P2.
Pada saat ini lampu indikator akan mati karena tidak mendapatkan
massa (massa diputus).
 Pada saat yang sama, alternator juga menghasilkan arus listrik pada
terminal B yang sudah disearahkan oleh diode. Arus dari terminal B
alternator akan dialirakan ke baterai untuk melakukan pengisian dan
ke kumparan voltage regulator. Karena kendaraan masih berputar
lambat maka tegangan yang dihasilkan alternator akan rendah
sehingga tegangan yang mengalir ke voltage regulator juga rendah,
akibatnya kemagnetan yang terjadi pada voltage regulator juga akan
kecil sehingga kemagnetan ini belum dapat menarik kontak PL 0.
Karena kontak PL 0 belum tertarik maka kontak PL 0 masih
berhubungan dengan kontak PL 1.
 Pada saat yang sama arus baterai yang menuju ke terminal IG
regulator akan mengalir ke kontak PL 1 kemudian ke kontak PL 0
kemudian ke terminal F regulator kemudian ke terminal F alternator
kemudian ke rotor koil lalu ke massa. Pada saat ini kemagnetan yang
terjadi pada rotor coil besar karena mendapatkan arus langsung dari
baterai tanpa melewati hambatan. Oleh sebab itu walaupun kendaraan
pada kecepatan idle ataupun berjalan pada kecepatan lampat tetap
terjadi proses pengisian baterai.
 Bila kecepatan kendaraan bertambah menjadi kecepatan sedang
maka lampu indikator pengisian akan tetap mati dan besarnya arus
listrik yang dihasilkan untuk pengisian baterai harus tetap stabil.
 Cara kerjanya adalah bila kecepatan kendaraan bertambah menjadi
kecepatan sedang maka tegangan yang dihasilkan pada terminal B
alternator juga akan bertambah, akibatnya yang mengalir ke voltage
regulator juga akan bertambah sehingga kemagnetan yang terjadi juga
akan bertambah. Kemagnetan pada voltage regulator akan menarik
kontak PL 0 namun belum mampu menarik kontak PL 0 agar
terhubung dengan kontak PL 2 (keadaan PL 0 mengambang).
 Pada saat yang sama, maka aliran listrik dari terminal IG akan
mengalir menuju resistor kemudian ke terminal F regulator kemudian
ke terminal F alternator kemudian ke rotor coil kemudian ke massa.
Karena arus yang menuju ke rotor coil harus melewati resistor
(tahanan) maka arus yang mengalir ke rotor coil akan menjadi kecil,
akibatnya medan magnet yang ditimbulkan oleh rotor coil juga akan
menjadi kecil.
 Karena medan magnet yang dihasilkan oleh rotor coil kecil dan
kecepatan putaran rotor coil bertambah maka tegangan yang
dihasilkan oleh alternator akan tetap stabil.

3) Pada saat putaran menengah – tinggi (2000 – 4000 rpm)

 Ketika kecepatan kendaraan naik menjadi kecepatan tinggi maka


lampu indikator pengisian akan tetap mati dan tegangan yang
dihasilkan oleh alternator pun harus tetap stabil jangan sampai terjadi
over charging.
 Ketika kecepatan kendaraan naik menjadi kecepatan tinggi maka
tegangan yang dihasilkan oleh alternator pada terminal B juga akan
meningkat sehingga kemagnetan yang timbul pada voltage regulator
juga akan semakin naik. Kemagnetan yang terjadi pada voltage
regulator ini akan mampu menarik kontak PL 0 untuk berhubungan
dengan kontak PL 2 sehingga arus dari terminal IG regulator akan
mengalir ke massa, akibatnya rotor coil tidak akan mendapatkan arus
dari terminal F. Karena rotor coil tidak mendapatkan arus maka
kemagnetan pada rotor coil akan menghilang. Menghilangnya
kemagnetan pada rotor coil akan menyebabkan tegangan pengisian
yang dihasilkan oleh alternator juga akan melemah.
 Ketika tegangan yang dihasilkan alternator melemah pada terminal B
maka kemahnetan yang timbul pada voltage regulator pun juga akan
menjadi kecil (melemah). Akibatnya kontak PL 0 akan kembali
terhubung dengan kontak PL 1 (kontak PL 0 lepas dari kontak PL 2).
Ketika kontak PL 0 tidak terhubung kembali dengan kontak PL 2 maka
rotor coil akan kembali dialiri listrik sehingga akan timbul kemagnetan
pada rotor coil. Hal tersebut akan terjadi berkali-kali (kontak PL 0
hubung lepas dengan kontak PL 2) sehingga tegangan yang dihasilkan
oleh alterator tetap stabil tidak mengalami over charging.
4. Gambar rangkaian sistem AC dari salah satu kendaraan dan jelaskan cara
kerjanya!

Sumber : TOYOTA T-STEP AC

Fungsi Air Conditioner adalah sistem untuk:


 Mengontrol temperatur
 Mengontrol sirkulasi udara
 Mengontrol kelembaban
 Memurnikan udara (purification)

A. Komponen Sistem Air Conditioner Toyota


1) Komponen Utama
a. Kompresor
Kompresor ialah Pompa untuk menaikkan tekanan refrigerant.
Meningkatnya tekanan berarti menaikkan temperatur. Uap refrigerant
bertekanan tinggi di dalam condenser akan cepat mengembun
dengan cara melepaskan panas ke sekelilingnya.

Gambar . Kompresor AC Mobil


b. Magnetic Clutch
Magnetic clutch digunakan untuk menghubungkan dan melepaskan
kompresor dan mesin.Komponen utamanya terdiri dari stater, rotor
dan pressure plate.

Gambar . Magnetic clutch

c. Condenser
Condenser digunakan untuk mendinginkan dan menyerap panas dari
gas refrigerant yang telah ditekan oleh kompresor hingga
bertemperatur tinggi, tekanan gas yang tinggi, dapat mengubah gas
ini kembali menjadi cair.
Gas refrigerant bertemperatur dan bertekanan ini karena
dikompresikan oleh kompresor, panas yang dilepaskan refrigerant
gas di dalam condenser sama dengan panas yang diserap di dalam
evaporator ditambah panas kerja yang diperlukan kompresor untuk
menekan refrigerant. Makin besar jumlah panas yang dilepaskan di
dalam condenser, makin besar pula efek mendinginkan yang akan
diperoleh dari evaporator. Karena itu condenser dipasang di bagian
depan kendaraan agar dapat didinginkan oleh aliran udara dari kipas
radiator mesin dan aliran udara yang terjadi selama kendaraan
bergerak.
Gambar . Kondensor

d. Cooling Fan
Fungsi dari kipas air conditioner kipas kondensor adalah untuk
menghembuskan udara ke arah kondensor untuk mendinginkan
refrigerant. Sehingga refrigerant mengalami kondensasi dan berubah
dari gas menjadi cair.
e. Receiver (Dryer)
Fungsinya untuk menampung sementara refrigerant yang telah
menjadi cair oleh condenser untuk kemudian menyuplainya sesuai
dengan beban pendinginan dan itu untuk membersihkan dari kotoran
dan uap air yang merugikan bagi siklus refrigerant. Untuk itu di
dalamnya terdapat filter, desiccant, receiver dan dryer. Pada sisi
atasnya terdapat sight glass untuk melihat kondisi aliran refrigerant.
Bila refngerant mengandung kotoran (abu), kotoran ini cenderung
akan menimbulkan karat pada komponen-komponen yang
fungsional. Dan juga dapat menjadi beku di dalam expansion valve
orifice dan plug orifice lalu menghalangi aliran refrigerant, atau
membeku di dalam evaporator dan menghalangi aliran refrigerant.
Untuk mencegah gangguan seperti ini, maka diberi desiccant.

Gambar . Receiver / Dryer

f. Evaporator
Fungsi evaporator kebalikan dari condenser. Keadaan refrigerant
sebelum expansion valve masih 100% cair. Segera setelah tekanan
cairan turun, cairan mulai mendidih kembali sambil menyerap panas
dari udara yang melewati sirip-sirip pendingin evaporator, dan
mendinginkan udara.

Gambar . Evaporator
g. Expansion Valve
Setelah melewati receiver dan dryer, refrigerant cair diinjeksikan
keluar melalui orifice. Refrigerant segera berubah menjadi kabut
yang tekanan dan temperaturnya rendah. Alat untuk melakukan ini
disebut expansion valve. Expansion valve tipe thermal digunakan
pada pendingin untuk kendaraan Toyota.
Meskipun beban pada evaporator berubah, kondisi saluran
keluarnya harus dipelihara agar cairan refrigerant melepaskan panas
laten penguapan dari udara sekelilingnya, untuk memperoleh
kemampuan penuh sirkulasi refrigerant. Setiap saat Thermal
expansion valve berfungsi mengatur aliran refrigerant agar
refrigerant gas meninggalkan evaporator sebagai uap yang telah
dipanaskan dan perbedaan temperatur antara uap refrigerant dan
uap jenuh pada saat ini tetap konstan. Karena itu, dengan
rnenggunakan thermal expansion valve memungkinkan
penampungan ke dalam evaporator hanya sejumlah refrigerant yang
akan diuapkan evaporator.

Gambar . Katup Ekspansi

h. Blower
Pada sistem ac mobil blower ini berfungsi untuk menghembuskan
udara ke arah evaporator, kemudian udara yang dihembuskan oleh
blower ini akan melewati evaporator. Apabila ac dalam keadaan
normal, maka udara yang melewati ini panasnya akan diserap oleh
freon sehingga suhunya akan dingin dan keluar menuju ruangan
kendaraan.
i. Pipa saluran
Fungsi dari selang dan pipa yaitu suatu penghubung dan penghantar
tekanan freon keseluruh bagian komponen ac mobil, selang dibuat
dari bahan karet syntetis yang dirancang supaya tahan terhadap
tekanan suhu tinggi dan tahan terhadap kandungan kimia dari
refrigerant sedangkan untuk pipa ac terbuat dari bahan paduan
aluminium.

2) Komponen Tambahan
a) Pressure Switch
Pressure switch dipasang di antara receiver dan expansion valve.
Fungsinya untuk mendeteksi bila tekanan pada sisi tekanan tinggi
siklus refrigerant adalah tinggi dan mematikan switch magnetic
clutch ketika keadaannya tidak normal, menyetop kerja kompresor
untuk mencegah kesulitan yang timbul dari komponen-komponen
yang berhubungan dengan siklus refrigerant.
Gambar . Pressure switch

b) Anti Frosting Device


Digunakan untuk menjaga fin evaporator tidak mengalami
pembekuan (temperatur > 0º C).
1) Tipe thermistor
Pada tipe ini, thermistor dipasang pada fin evaporator. Sinyal-
sinyal dari thermistor digunakan untuk mengontrol temperatur.
Bila temperatur fin turun, magnetic clutch OFF, dan kompresor
berhenti berputar.
2) Tipe EPR (Evaporator Pressure Regulator)
Dengan tipe ini, jumlah refrigerant yang mengalir dari evaporator
ke kompresor diatur dan tekanan di dalam evaporator dijaga
tetap 1,9 kg/cm2 atau lebih tinggi agar temperatur fin evaporator
tidak turun sampai di bawah 0º C (32º F).
Gambar Anti Frosting Devise EPR dan Thermistor

c) Idling Stabilizer
Bila pada saat idling kompresor bekerja, output mesin rendah dan
bahkan mesin mati. Mekanisme ini berfungsi menjadikan magnetic
clutch off ketika rpm mesin turun sampai batas minimum agar mesin
tidak mati. Untuk mendeteksi putaran mesin, dipasangkan sirkuit
penghitung pulsa dari kumparan primer ignition coil.

Gambar . Wiring Idling Stabilizer

d) Idle Up
Ketika kendaraan melalui jalan yang macet atau diam di tempat,
yang mana mesin tetap hidup, yaitu ketika pada putaran idle atau
mendekati idle, output mesin kecil, bila pada saat ini kompresor
dihidupkan akan memerlukan tenaga mesin yang lebih besar
kemungkinan overheating atau mesin mati.
Karena itu ditambahkan peralatan idle-up untuk menaikkan putaran
idling untuk membiarkan cooler bekerja bila air conditioning
diperlukan saat lalu lintas macet berat atau dalam keadaan diam di
tempat.
Untuk mesin dengan EFl, sebuah VSV dan diaphragma digunakan
yang menyebabkan udara melalui surge tank. EFI ECU kemudian
menginjeksikan tambahan bahan bakar banyaknya sesuai dengan
udara bypass untuk meningkatkan idling mesin.
Gambar . Idle Up

e) Compressor Economizer
Pada air condition tipe air mix, kompresor berputar dengan kapasitas
penuh sampai temperatur limit untuk frost (membeku) pada
evaporator tercapai (3º C, 37º F). Akibatnya bila beban panasnya
rendah, pendinginan menjadi berlebihan dan banyak tenaga mesin
terserap.
Sistem ini menghemat pemakaian kompresor. Apabila switch air
conditioner diset ke "ECONO", kompresor akan off, bila pada
temperatur fin evaporator mencapai 10º C (50º F) dan bukan 30º C
(37º F) seperti dalam keadaan normal. Dengan demikian dapat
menghemat tenaga dan kompresor bekerja normal untuk mencapai
temperatur rendah.
Gambar . Wiring Kompresor ECONO

f) Protect Drive Belt


Apabila kompresor macet disebabkan rusak, maka sistem ini akan
meng-off-kan magnetic clutch dan VSV idle-up agar drive belt tidak
putus, di samping itu menyebabkan switch lamp untuk AC barkedip
untuk memberitahukan adanya kerusakan pada pendingin.

Gambar . Protect belt


g) Magnetic Valve
Magnetic valve digunakan pada unit pendingin tipe dual dan terletak
di antara receiver dan expansion valve. Pengontrolan temperatur
dilakukan dengan cara membuka atau menutup magnetic valve
untuk membuka atau menutup siklus pendingin.

Gambar . Magnetic Valve Wiring

B. Cara Kerja Air Conditioner

Gambar . Sistem Kerja Air Conditioner


1) Kompresor melepaskan refrigerant yang bertemperatur tinggi dan
bertekanan tinggi karena menyerap panas dari evaporator ditambah
panas yang dihasilkan kompresor saat langkah pengeluaran (discharge
stroke).
2) Gas refrigerant ini mengalir ke dalam condenser. Di dalam condenser,
gas refrigerant mengembun kembali menjadi cairan.
3) Cairan refrigerant ini mengalir ke dalam receiver yang menyimpan dan
menyaring cairan refrigerant sampai evaporator memerlukan refrigerant.
4) Exspansion valve merubah cairan refrigerant menjadi campuran dan
cairan yang bertemperatur dan bertekanan rendah.
5) Gas referigerant yang dingin dan berembun ini mengalir ke dalam
condenser. Di dalam condenser, gas refrigerant mengembun kembali
menjadi cairan.
6) Saat kunci kontak ON dan Switch Blower dinyalakan maka relay heater
akan bekerja dan akan mengalirkan arus listrik dari power source ke
motor blower sehingga motor blower bekerja. Kecepata nputaran motor
blower bekerja berdasarkan posisi switch blower.
7) Arus dari heater relay juga diteruskan ke salah satu terminal saklar dan
terminal kumparan relay magnetic clutch serta di alirkan ke switch AC.
8) Saat Switch AC di ON kan maka switch AC akan memberi informasi ke
ECM bahwa switch AC ON. Jika dual pressure switch bekerja maka ECM
akan mengalirkan arus ke relay kopling magnet sehingga kopling magnit
bekerja dan menyebabkan compressor dan system AC bekerja.
9) AC Thermistor akan member informasi suhu evaporator ke ECM untuk
mengatur kinerja AC dengan cara mengontrol kopling magnit.
10) Saat switch air inlet control di ON kan maka motor servo air inlet control
akan bekerja sesuai dengan posisi pada switch air inlet control.

Anda mungkin juga menyukai