Dari baterai, arus mengalir melewati fuseble link dan karena kunci kontak terhubung
maka arus mengalir ke rangkaian regulator. Ada dua cabang yang dialiri arus listrik,
yakni
Pada cabang yang pertama, arus dari kunci kontak melalui fuse, kemudian melewati
lampu CHG dan masuk ke terminal L Regulator. Didalam regulator, arus dari terminal L
dialirkan ke kontak P0, pada posisi normal Kontak P0 terhubung dengan kontak P1 yang
merupakan kontak masa. Sehingga lampu CHG hidup.
Pada cabang lainnya, arus dari kunci kontak melewati fuse kemudian masuk ke terminal
IG regulator. Didalam regulator terminal IG terhubung ke kontak PL1 Voltage regulator.
Pada posisi normal, Kontak PL1 dan PL0 terhubung, sehingga arus dari PL1 diteruskan
ke kontak PL0. Sementara kontak PL0 terhubung ke terminal F yang merupakan
sambungan terminal pada Rotor Altenator, yang sudah tersambung dengan masa.
Sehingga terjadi kemagnetan pada rotor altenator.
Saat mesin dihidupkan, maka pulley altenator akan berputar sehingga rotor yang sudah
memiliki kemagnetan akan berputar didalam kumparan akibatnya timbul pergerakan
elektron pada kumparan stator. Akibatnya arus pun mengalir dari altenator menuju
output altenator.
Arus yang keluar dari altenator bersifat bolak-balik (AC) sementara kelistrikan mobil
memerlukan arus searah (DC). Sehingga sebelum disalurkan ke output altenator
dihubungkan, terlebih dahulu arus di lewatkan ke dioda bridge. Baru bisa disalurkan
secara langsung ke baterai.
Output altenator ada dua, yakni pada terminal N dan terminal B. terminal N masih
bersifat AC yang digunakan untuk menonaktifkan lampu CHG, rangkaiannya dari
altenator masuk ke terminal N regulator. Didalam regulator arus dari terminal N
disalurkan ke kumparan Voltage relay, sehingga terjadilah kemagnetan yang menarik
kontak P0 ke kontak P2.
Sementara itu, kontak P2 merupakan arus positif dari altenator namun lampu CHG akan
tetap menyala karena memperleh masa dari kumparan voltage regulator.
Sementara itu, pengaturan tegangan output altenator akan dilakukan oleh voltage
regulator yang dimulai ketika kontak P0 terhubung dengan kontak P2.
Kontak P0 yang terhubung dengan rangkaian lampu CHG juga terhubung dengan
kumparan pada voltage regulator, sehingga saat kontak P0 terhubung dengan kontak
P2 otomatis arus yang mengalir ke kumparan voltage regulator akan semakin besar.
Dalam pengaturannya, regulator tidak mengatur arus output altenator melainkan arus
input rotor coil. Dengan kata lain, besar kecil arus rotor akan mempengaruhi
kemagnetan rotor yang berimbas pada kekuatan aliran atau tegangan output altenator.
Sebekumnya, kita telah membahas bahwa kontak P2 terhubung dengan arus output
altenator yang sudah disearahkan. Sehingga semakin tinggi RPM mesin semakin besar
pula arus di kontak P2 ini, sementara itu kontak P2 sudah tersambung ke kumparan
Voltage regulator sehingga besar kecilnya output altenator mempengaruhi besar
kecilnya kemagnetan pada voktage regulator.
Pada kecepatan idle atau stationer, output yang dihasilkan altenator itu relatif kecil
yakni antara 10 sampai 12 volt. Sehingga kemagnetan pada voltage regulator
cenderung kecil. Hal ini menyebabkan kontak PL0 tetap terhubung dengan kontak PL1,
sehingga arus input ke rotor bisa maksimal hingga 12 volt.
Ketika RPM mesin bertambah, putaran altenator juga bertambah sehingga arus output
semakin besar. Hal ini menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator juga semakin
besar sehingga kontak PL0 tertarik kearah bawah yang membuat terputusnya
hubungan kontak PL1 dan PL0.
Hal itu menyebabkan arus dari terminal IG tersalur ke sebuah resistor sebelum
dihubungkan ke rotor coil altenator, sehingga arus yang masuk ke rotor tidak sampai 12
volt yakni sekitar 8 - 10 volt. Hal itu menyebabkan arus output altenator bisa lebih kecil
meski RPM rotor lebih cepat.
Ketika RPM mesin tinggi, secara otomatis arus yang keluar dari altenatyor juga semakin
besar. Hal itu menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator semakin besar
sehingga kontak PL0 bjsa tertarik sepenuhnya hingga menyentuh kontak PL2.
Sementara itu kontak PL2 terhubung dengan massa. Sehingga arus dari terminal IG
langsung di hubungkan ke masa. Hal itu akan menyebabkan drop voltage pada
rangkaian Rotor, karena arus listrik akan selalu mengalir ke masa. Memang arus rotor
masih ada namun tegangannya drop karena arus tersebut sudah digiring ke massa,
akubatnya arus output altenator bisa lebih kecil maksimal 14 volt meski mesin berada
pada top speed.
Hal itu berjalan secara berkelanjutan selama mesin hidup, sehingga kontak PL0 akan
selalu bergerak menjauhi dan mendekati kontak PL2 sesuai dengan kondisi RPM mesin.
Hal mendasar yang harus kita paham bahwa dalam sistem kerja pengisian terbagi
menjadi 3 phase, yaitu kunci kontak ON mesin hidup, mesin hidup putaran rendah dan
mesin hidup putaran tinggi.