Anda di halaman 1dari 8

Skema dan Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional

1. Saat Kunci kontak "ON"

Dari baterai, arus mengalir melewati fuseble link dan karena kunci kontak terhubung
maka arus mengalir ke rangkaian regulator. Ada dua cabang yang dialiri arus listrik,
yakni

 Cabang rangkaian Lampu CHG 

 Cabang Rangkaian induksi Rotor 

Pada cabang yang pertama, arus dari kunci kontak melalui fuse, kemudian melewati
lampu CHG dan masuk ke terminal L Regulator. Didalam regulator, arus dari terminal L
dialirkan ke kontak P0, pada posisi normal Kontak P0 terhubung dengan kontak P1 yang
merupakan kontak masa. Sehingga lampu CHG hidup.
Pada cabang lainnya, arus dari kunci kontak melewati fuse kemudian masuk ke terminal
IG regulator. Didalam regulator terminal IG terhubung ke kontak PL1 Voltage regulator.
Pada posisi normal, Kontak PL1 dan PL0 terhubung, sehingga arus dari PL1 diteruskan
ke kontak PL0. Sementara kontak PL0 terhubung ke terminal F yang merupakan
sambungan terminal pada Rotor Altenator, yang sudah tersambung dengan masa.
Sehingga terjadi kemagnetan pada rotor altenator.

2. Saat Mesin Dihidupkan

Saat mesin dihidupkan, maka pulley altenator akan berputar sehingga rotor yang sudah
memiliki kemagnetan akan berputar didalam kumparan akibatnya timbul pergerakan
elektron pada kumparan stator. Akibatnya arus pun mengalir dari altenator menuju
output altenator.

Arus yang keluar dari altenator bersifat bolak-balik (AC) sementara kelistrikan mobil
memerlukan arus searah (DC). Sehingga sebelum disalurkan ke output altenator
dihubungkan, terlebih dahulu arus di lewatkan ke dioda bridge. Baru bisa disalurkan
secara langsung ke baterai.

Output altenator ada dua, yakni pada terminal N dan terminal B. terminal N masih
bersifat AC yang digunakan untuk menonaktifkan lampu CHG, rangkaiannya dari
altenator masuk ke terminal N regulator. Didalam regulator arus dari terminal N
disalurkan ke kumparan Voltage relay, sehingga terjadilah kemagnetan yang menarik
kontak P0 ke kontak P2.

Sementara itu, kontak P2 merupakan arus positif dari altenator namun lampu CHG akan
tetap menyala karena memperleh masa dari kumparan voltage regulator.

Sementara itu, pengaturan tegangan output altenator akan dilakukan oleh voltage
regulator yang dimulai ketika kontak P0 terhubung dengan kontak P2.

Kontak P0 yang terhubung dengan rangkaian lampu CHG juga terhubung dengan
kumparan pada voltage regulator, sehingga saat kontak P0 terhubung dengan kontak
P2 otomatis arus yang mengalir ke kumparan voltage regulator akan semakin besar.

Dalam pengaturannya, regulator tidak mengatur arus output altenator melainkan arus
input rotor coil. Dengan kata lain, besar kecil arus rotor akan mempengaruhi
kemagnetan rotor yang berimbas pada kekuatan aliran atau tegangan output altenator.

 Baca juga : Cara kerja sistem pengisian sepeda motor

Bagaimana Regulator bisa mengatur output altenator lewat tegangan input


Rotor ?

Sebekumnya, kita telah membahas bahwa kontak P2 terhubung dengan arus output
altenator yang sudah disearahkan. Sehingga semakin tinggi RPM mesin semakin besar
pula arus di kontak P2 ini, sementara itu kontak P2 sudah tersambung ke kumparan
Voltage regulator sehingga besar kecilnya output altenator mempengaruhi besar
kecilnya kemagnetan pada voktage regulator.

1. Saat kecepatan idle

Pada kecepatan idle atau stationer, output yang dihasilkan altenator itu relatif kecil
yakni antara 10 sampai 12 volt. Sehingga kemagnetan pada voltage regulator
cenderung kecil. Hal ini menyebabkan kontak PL0 tetap terhubung dengan kontak PL1,
sehingga arus input ke rotor bisa maksimal hingga 12 volt.

2. Saat kecepatan sedang

Ketika RPM mesin bertambah, putaran altenator juga bertambah sehingga arus output
semakin besar. Hal ini menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator juga semakin
besar sehingga kontak PL0 tertarik kearah bawah yang membuat terputusnya
hubungan kontak PL1 dan PL0.

Hal itu menyebabkan arus dari terminal IG tersalur ke sebuah resistor sebelum
dihubungkan ke rotor coil altenator, sehingga arus yang masuk ke rotor tidak sampai 12
volt yakni sekitar 8 - 10 volt. Hal itu menyebabkan arus output altenator bisa lebih kecil
meski RPM rotor lebih cepat.

3. Saat RPM mesin tinggi

Ketika RPM mesin tinggi, secara otomatis arus yang keluar dari altenatyor juga semakin
besar. Hal itu menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator semakin besar
sehingga kontak PL0 bjsa tertarik sepenuhnya hingga menyentuh kontak PL2.

Sementara itu kontak PL2 terhubung dengan massa. Sehingga arus dari terminal IG
langsung di hubungkan ke masa. Hal itu akan menyebabkan drop voltage pada
rangkaian Rotor, karena arus listrik akan selalu mengalir ke masa. Memang arus rotor
masih ada namun tegangannya drop karena arus tersebut sudah digiring ke massa,
akubatnya arus output altenator bisa lebih kecil maksimal 14 volt meski mesin berada
pada top speed.

Hal itu berjalan secara berkelanjutan selama mesin hidup, sehingga kontak PL0 akan
selalu bergerak menjauhi dan mendekati kontak PL2 sesuai dengan kondisi RPM mesin.
Hal mendasar yang harus kita paham bahwa dalam sistem kerja pengisian terbagi
menjadi 3 phase, yaitu kunci kontak ON mesin hidup, mesin hidup putaran rendah dan
mesin hidup putaran tinggi. 

1. KUNCI KONTAK ON MESIN MATI 


Pada kondisi ini posisi kunci kontak On dan Mesin masih dalam kondisi mati. Ciri - ciri
untuk mengetahui sistem pengisian bekerja dengan baik pada posisi ini adalah :

a. Lampu Charging pada dasbord harus hidup ( menyala )


Ini bisa kita lihat dari tanda baterai yang ada pada dasbor mobil kita. Biasanya letaknya
berdekatan dengan lampu - lampu indikator yang lain ( seperti lampu indikator oli, ABS,
sabuk pengamanan )

b. Terjadi Kemagnetan Pada Alaternator


Ini bisa kita tes dengan menempelkan sebatang besi ke bagian pulley aternator. Perlu
diingat bahwa kondisi alternator tidak berputar agar tidak berbahaya.

Arah aliran arus sistem pengsian kunci kontak On mesin mati


 a. Arah aliran arus Lampu Pengisian Hidup / ON
Tegangan dari baterai  - melewati fuseblink ( sekering utama ) - masuk ke kunci kontak
( ignition switch ) - masuk ke sekering lampu charging - masuk ke lampu charging - ke
terminal L ( lamp ) Regulator - Ke titik Kontak PO - menempel pada P1 - dan terhubung
dengan massa ( - ). Maka lampu akan hidup.
b. Arah aliran arus Tejadi Kemagnetan Pada Alternator
Tegangan dari baterai - melewati fuseble link ( sekering utama ) - masuk ke kunci
kontak (ignition switch ) - masuk ke sekering pengisian - masuk ke terminal IG
regulator - ke titik  kontak PL1 - menempel pada PLo - Keluar ke terminal F regulator -
masuk ke terminal F alternator - Ke roto Coil - keluar ke terminal E alternator - ke
Massa (-). Sehingga kumparan rotor coil akan menjadi magent.

2. Mesin Hidup Putaran Rendah 


Pada kondisi ini, pengisian yang terjadi relatif besar, dalam artian output tegangan yang
dikeluarkan oleh alternator standart sesuai dengan kebutuhan. Walaupun ini tidak
mutlak, tetapi pada contoh gambar arah arus dibawah ini adalah alternator yang
mengeluarkan tegangan yang standart. Selain tegangan yang standar, pada posisi ini
lampu pengisian harus padam ( mati ) untuk menandakan sistem pengisian bekerja
dengan baik.

Tegangan standara pengisian 13, 8 volt - 14, 8 Volt.


Arah arus sistem pengisian mesin putaran rendah

a. Arah Arus Lampu Pengisian Mati


Tegangan dari baterai - masuk ke fusible link ( sekering utama ) - Masuk ke kunci
Kontak ( igniton swith ) - masuk ke fuse lampu charging - masuk ke lampu charging -
ke PO - menempel pada P2 ( bermuatan positif ). Maka lampu mati, karena terputus
dari titik kontak P1 yang bermuatan negatif baterai.

b. Arah Arus Pengisian Standar di tegangan 13, 8 volt - 14,8 Volt


Tegangan dari baterai - masuk ke fusible link ( sekering utama ) - Masuk ke kunci
Kontak ( igniton swith ) - masuk ke fuse pengisian - masuk ke terminal IG Regulator -
PL1 dengan PL0 tidak bersatu - sehingga tegangan melawati resistor ( penghambar ) -
keluar ke terminal F regulator - masuk ke terminal F alternator - ke rotor coil - keluar ke
terminal E - ke massa. Putaran rotor akan membangkitkan tegangan pada stator coil
dan mengeluarkan tegangan melalui terminal

 B ( baterai ) yang mensuplai tegangan ke baterai dan komponen kelistrikan

 N ( netral ) yang mesuplai tegangan ke voltage regulator yang berfungsi untuk


menarik titik kontak PLO agar berpisah dengan titik kontak PL1.

3. Mesin Hidup Putaran Tinggi 


Pada kondisi ini tidak jauh berbeda dengan sistem kerja mesin hidup putaran rendah,
dimana lampu charging tetap mati (off), namun  pengeluaran tegangan output relatif
lebih kecil. Ini tejadi karena memang tegangan baterai sudah mencukupi.
Sistem pengisian mesin hidup putaran tinggi
a. Arah arus tegangan Output Relatif Kecil
Terjadinya kemagnetan yang besar pada voltage regulator mengakibatkan titik kontak
PLO menempel pada titik kontak PL2-  tegangan yang masuk dari terminal IG regulator
akan masuk ke resistor ( penghambat ) - dan keluar sebagian kecil ke terminal F serta
sebagian lagi terbuang ke massa melalui titik kontak PL2 yang terhubung langsung ke
massa ( - ). Ketika tegangan yang mesuplay ke roto coil kecil, maka kemagnetan yang
tejadi juga kecil. Kecilnya kemagnetaran pada rotor mengakibatkan output yang
dikeluarkan juga kecil.

Anda mungkin juga menyukai