Anda di halaman 1dari 7

Sistem pengapian adalah sebuah rangkaian sistematis yang berfungsi untuk memproduksi

percikan bunga api pada busi. Percikan ini diperoleh karena adanya loncatan listrik bertegangan
tinggi yang dihasilkan coil.
Dilihat dari cara kerja sistem ini dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu

1. Sistem pengapian konvensional


Sistem pengapian konvensional, bekerja secara mekanis dengan memanfaatkan kontak platina
untuk memutuskan arus listrik.

2. Sistem pengapian transistor


Sistem pengapian transistor (elektronik) bekerja secara elektronik dengan menggunakan
transistor untuk memutuskan arus primer.

3. Sistem pengapian CDI


Sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) memanfaatkan capasitor untuk
memutuskan arus primer. Sistem ini lebih populer pada sepeda motor.

4. Sistem pengapian DLI


Sistem pengapian DLI (Distributor less Ignition) hampir sama dengan pengapian transistor,
namun sistem ini tidak dilengkapi distributor karena mengusung Coil pack. Sistem ini banyak
diaplikasikan pada kendaraan modern.

Sistem pengapian elektronik

adalah sebuah rangkaian pengapian mesin yang menggunakan transistor untuk memutuskan arus
ignition coil. Kelebihan Penggunaan transistor selaku komponen elektronika ini, akan membuat
efisiensi tegangan listrik lebih terjaga. Karena dalam sistem pengapian transistor tidak ada lagi
percikan api yang sebelumnya timbul pada celah platina. Selain itu, skema pengapian ini juga
tidak perlu dilakukan penyetelan celah. Karena waktu pemutusan arus coil sudah diset secara
otomatis oleh transistor. Namun, pengapian elektronik ini masih memerlukan komponen
distributor sebagai pembagi arus dari coil. Untuk sistem pengapian yang tidak memiliki
distributor, dikenal dengan DLI atau distributor less ignition. Selain itu kekuranangan pada
sistem pengapian transistor ini adalah terletak pada rangkaiannya. Terutama pada tipe full
transistor, karena kalau sudah menyentuh komponen elektronika pasti perlu pemahanan lebih
tinggi.

Apa itu Sistem pengapian Transistor?

Sistem pengapian Transistor (Fully Transistorized Ignition) adalah sistem pengapian yang
memanfaatkan komponen transistor sebagai saklar elektronik sebagai pemutus arus primer untuk
menghasilkan induksi elektromagnetik.
Sistem pengapian ini akan menggantikan jenis pengapian konvensional masih banyak
memanfaatkan komponen mekanikal. Sistem pengapian transistor diperkenalkan sejak tahun
1955 oleh Lucas. Saat itu model pengapian ini digunakan pada mesin BRM dan Coventry
Climax F1.

Pengapian elektronik (transistor) dibagi menjadi dua macam yaitu

1. Sistem pengapian semi transistor


Sistem ini masih menggunakan kontak platina. Namun bukan berfungsi untuk memutus arus
primer coil, melainkan untuk memutuskan arus menuju kaki basis pada transistor.

2. Sistem pengapian fully transistor


Sistem kedua sudah tidak menggunakan platina atau murni pengapian elektrik. Untuk
memutuskan arus pada kaki basis, digunakan alat berupa igniter yang akan mengirimkan sinyak
sesuai timing pengapian untuk memutuskan arus pada kaki basis transistor.

Kelebihan sistem pengapian transistor dibandingkan sistem pengapian konvensional

1. Tidak perlu melakukan penyetelan

Pada sistem pengapian konvensional, terdapat komponen platina sebagai pemustus arus primer
yang bekerja membuka dan menutup kontak saat kaki platina terkena gerakan Cam.

Di area kontak point menjadi daerah yang paling penting untuk menentukan keberhasilan sistem
pengapian. Untuk itu perawatan berupa penyetelan celah platina harus dilakukan secara rutin.

Namun pada sistem pengapian transistor, tidak memiliki kontak point yang bekerja buka tutup.
Melainkan saklar elektronik berupa transistor yang akan memutus dan menghubungkan arus
sehingga penyetelan tidak diperlukan pada pengapian ini.

2. Tidak ada gesekan antar logam

Pada pengapian konvensional, kontak platina akan dikontrol oleh cam yang terhubung dengan
poros engkol mesin. Cam tersebut akan bergesekan dengan kaki platina. Dalam jangka waktu
tertentu, akan menyebabkan keausan pada kedua komponen tersebut. Sehingga sistem pengapian
akan terganggu.

Beda halnya dengan pengapian transistor yang bekerja secara elektronik. Dalam pemutusan arus,
transistor tidak membutuhkan gesekan antar komponen. Untuk lebih jelas tentang cara kerja
pengapian transistor bisa baca dibawah.

Komponen Sistem Pengapian Transistor


1. Baterai

Baterai berfungsi untuk menyediakan dan menyimpan pasokan arus listrik untuk keperluan
elektrikal kendaraan, salah satunya untuk sistem pengapian elektronik ini.

2. Ignition Coil

Ignition Coil berfungsi untuk menaikan tegangan secara spontan mencapai 20 KV. Didalam
ignition coil terdapat dua coil utama, coil primer yang berguna untuk membangkitkan medan
magnet. Dan coil sekunder yang memiliki lilitan tembaga lebih banyak untuk menerima medan
magnet.

Ignition coil bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik dengan meletakan kumparan
dengan jumlah lilitan sekunder lebih banyak. Sehingga dapat menimbulkan efek step-up. untuk
lebih lengkap simakcara kerja ignition coil
Ignition coil berbeda dengan trafo. Komponen ini bekerja sesaat saja karena akan terjadi induksi
elektromagnetik ketika arus primer terputus. Namun tegangan sekunder yang dihasilkan jauh
lebih besar dari pada trafo step up.

3. Transistor unit

Transistor unit berfungsi sebagai komponen utama yang bertugas untuk memutuskan dan
menyambungkan arus primer. Komponen ini akan menggantikan platina sebagai pemutus arus.

Advertisement 

Transistor adalah komponen elektronika berbahan semi konduktor yang memiliki tiga terminal
yaitu Kolektor, emitor, dan basis. Sesuai namanya, transistor bisa berfungsi sebagai isolator dan
konduktor.

Saat basis diberikan arus listrik, maka transistor berfungsi sebagai konduktor dengan kata lain
kolektor dan emitor tersambung. Namun saat arus basis dihentikan, kolektor dan emitor akan
terputus atau transistor berfungsi sebagai isolator.

4. Pulse igniter (Fully Transistor)

Pulse igniter adalah komponen yang berfungsi untuk mendeteksi timing pengapian berupa sinyal
PWM yang digunakan untuk memutuskan arus basis pada transistor.

Pulse igniter juga bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet. Komponen ini menggunakan
bahan magnet permanen yang diposisikan berada didekat rotor berverigi. Rotor ini tersambung
dengan putaran mesin, sehingga saat mesin berputar gigi pada motor akan memotong GGM pada
magnet yang menghasilkan sinyal PWM.

Sinyal ini memilili frekuensi sesuai dengan putaran mesin. Dan gigi pada rotor akan menunjukan
timing pengapian tiap silinder.

5. Distributor
Layaknya sistem pebgapian konvensional, distributor menjadi komponen yang tidak boleh
ketinggalan. Pasalnya, komponen ini akan membagikan listrik bertegangan tinggi dari coil
sekunder ke masing-masing busi sesuai dengan FO (Firing Order).

Untuk sistem pengapian semi transistor, masih terdapat komponen platina sebagai pemutus arus
basis transistor. Karena hanya memutuskan arus basis, maka tidak terjadi percikan pada platina
sehingga kebih awet.

6. Busi

Busi menjadi komponen terakhir yang berfungsi untuk memercikan bunga api didalam silinder
saat akhir langkah kompresi. Busi sebenarnya hanya menyalurkan listrik bertegangan tinggi dari
coil sekunder melewati elektroda didalam busi.

Diujung elektroda terdapat celah sekitar 0,8 mm antara elektroda dan masa. Dengan besarnya
tegangan yang ada dan kecilnya celah tersebut menghasilkan lompatan arus listrik yang selalu
mencari ground.

Cara Kerja Sistem pengapian Transistor

Prinsip kerja pengapian transistor (elektronik) pada mobil hampir sama dengan pengapian
konvensional dan perbedaan terletak pada cara pemutusan arus primer. Namun baik pengapian
semi transistor dan pengapian fully transistor memiliki perbedaan cara kerja.

1. Cara kerja sistem pengapian semi transistor

Saat kunci kontak berada pada posisi ON maka arus dari baterai masuk ke sistem utama salah
satunya sistem ignition. Arus mengalir ke ignition coil dan keluar menuju transistor unit.
Didalam transistor unit, Arus tersebut terhubung dengan kaki kolektor pada transistor sementara
kaki emitor terhubung dengan masa. Sementara kaki basis terhubung dengan rangkaian platina.

Ditempat terpisah, arus listrik juga mengalir menuju platina yang terletak didalam distributor dan
keluar menuju kaki basis pada transistor unit.

Saat mesin belum menyala, cam didalam distributor dalam posisi diam sehingga platina dalam
keadaan tertutup atau tersambung. Dalam kondisi ini, kaki basis akan dialiri arus dari platina
yang menyebabkan kolektor dan emitor terhubung.

Arus dari coil primer yang terhubung dengan kolektor, akan diteruskan ke masa melalui kaki
emitor. Hasilnya akan timbul medan magnet pada coil primer.

Saat mesin berputar, cam didalam distributor juga ikut berputar. Hal itu menyebabkan platina
dalam kondisi terbuka dan tertutup. Saat platina dalam kondisi terbuka atau terputus, arus listrik
yang menuju kaki basis juga ikut terputus. Sehingga kaki kolektor dan emitor juga ikut terputus.

Terputusnya hubungab kolektor dan emitor menyebabkan pergerakan medan magnet pada coil
primer yang mengenai coil sekunder. Sehingga terjadi lonjakan tegangan pada coil sekunder.
Listrik bertegangan tinggi tersebut langsung disalurkan ke busi melalui distributor.

2. Cara kerja sistem pengapian full transistor

Untuk pengapian full transistor tidak lagi dilengkapi dengan platina. Komponen ini digantikan
oleh pulse igniter.

Alurnya, kunci kontak berada pada posisi ON, arus dari baterai mengalir ke ignition coil. Dari
output arus coil primer akan masuk menuju komponen transistor unit. Sementara output coil
sekunder masuk menuju busi.

Pada rangkaian lain, arus dari baterai juga mengalir menuju transistor unit sebagai referensi
tegangan pada transistor unit.

Saat mesin belum menyala, pulse igniter juga dalam keadaan diam tidak bereaksi. Sehingga tidak
ada pulse atau sinyal dari pulse igniter yang dikirimkan ke transistor unit. Hal itu menyebabkan
rangkaian arus primer coil terhubung yang menyebabkan adanya medan magnet pada coil
primer.

Saat mesin mulai berputar, pulse igniter akan mengirimkan sinyal PWM dengan frekuensi
tergantung kecepatan mesin. Sinyal tersebut akan diolah terlebih dahulu oleh controler yang
terletak satu unit dengan transistor unit.

Selanjutnya, controler akan memutuskan arus pada kaki basis transistor saat mendapatkan sinyal
PWM dari pulse igniter. Saat basis terputus, otomatis arus dari kolektor juga terputus. Sehingga
pada coil primer terjadi pergerakan medan magnet menuju coil sekunder.

Hal itu menyebabkan lonjakan tegangan pada coil sekunder yang langsung diteruskan menuju
masing-masing busi melalui komponen distributor.

Anda mungkin juga menyukai