Anda di halaman 1dari 5

Sistem Pengapian

Tujuan dibuat adalah untuk menciptakan percikan api pada busi dengan interval tertentu.

Busi akan menciptakan percikan api karena energi listrik dari tegangan yang mengalir tinggi
melewati elektroda busi.

Tegangan bisa mencapai 30.000 V DC, di mana celah 0,8 mm pada elektroda tersebut akan
menciptakan lompatan elektron yang bentuknya percikan api. Ciri utamanya sendiri adalah
menggunakan platina untuk menghubungkan dan memutuskan pengapian.

Ada dua fungsi yang dimiliki sistem pengapian konvensional. Pertama adalah untuk
menciptakan loncatan bunga api pada busi di waktu yang tepat. Waktunya adalah untuk
menciptakan pembakaran antara udara dengan bahan bakar bensin.

Fungsi yang kedua adalah untuk menciptakan loncatan bunga api dibutuhkan tegangan
listrik yang tinggi. Tegangan tersebut akan menaikkan tegangan baterai sehingga menjadi
tegangan tinggi coil melalui hubungan singkat arus primer oleh platina.

Sistem ini berbeda dengan sistem pengapian CDI yang justru menganut prinsip
pengosongan arus pada kapasitor supaya terdapat tegangan pada coil. Berbeda juga
dengan sistem pengapian transistor yang tak lagi menggunakan platina.

A. Komponen dalam Sistem Pengapian

Setiap sistem pengapian memiliki komponen yang berbeda-beda tergantung bagaimana


caranya bekerja. Masing-masing komponen ini memiliki fungsi dan tugas berbeda namun
saling berhubungan untuk menciptakan percikan api.

Jadi busi tidak bekerja sendiri dalam sebuah kendaraan motor atau mobil untuk bisa
menciptakan percikan api. Secara umum ada tiga komponen utama yang penting yaitu Nok,
Ignition Coil dan Distributor.

Berikut ini komponen sistem pengapian konvensional yang digunakan.

1. Baterai
Sama seperti baterai pada umumnya, baterai di sini fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan arus listrik dengan voltase rendah yaitu sekitar 12 volt. Selain untuk sistem
pengapian, baterai juga memiliki fungsi kelistrikan pada bagian lainnya.

Contohnya saja untuk suplai listrik menyalakan klakson, sistem pengisian dan komponen
yang membutuhkan kelistrikan lainnya. Baterai ini lebih sering disebut dengan aki di mana
fungsinya sangat penting untuk kelistrikan kendaraan.

2. Ignition Coil

Komponen inilah yang berperan besar untuk menaikkan daya dari baterai yang tadinya
hanya 12 volt. Daya bisa dinaikan 10 KV bahkan lebih, seperti yang dijelaskan bahwa untuk
menciptakan percikan api dibutuhkan tegangan listrik yang tinggi.

Ignition coil ini memiliki dua jenis kumparan yang masing-masing dililitkan pada bagian inti
besi. Di mana kumparan yang pertama disebut kumparan primer, yang akan menerima arus
dari baterai dan diputus breaker point atau platina.

Kumparan kedua atau kumparan sekunder ini nantinya akan menciptakan induksi
elektromagnetik ketika arus listrik diputus oleh platina sehingga bisa membangkitkan
tegangan sampai 10 KV bahkan lebih.

Kumparan primer biasanya menggunakan kawat tembaga yang ukurannya 0,5 hingga 1,0
mm bahkan lebih besar dan gulungannya sedikit. Sedangkan kumparan sekunder lebih kecil
dan jumlah gulungannya lebih banyak.

3. Distributor

Kemudian komponen distributor ini sendiri terdiri dari banyak komponen di mana fungsi
utamanya adalah untuk mendistribusikan tegangan listrik yang sudah dibangkitkan ignition
coil ke setiap silinder. Berikut ini macam-macam bagian dari distributor.

4. Nok

Disebut juga dengan Cam, komponen ini akan membuka platina di sudut poros engkol
dengan tepat bagi masing-masing silinder. Nok sendiri terhubung dengan poros distributor
dan akan digerakkan oleh poros nok.

5. Platina

Pada sistem pengapian konvensional fungsi platina adalah untuk memutuskan arus listrik
yang mengalir ke kumparan primer dalam ignition coil. Tujuannya agar ignition coil mampu
menciptakan tegangan listrik yang lebih tinggi dari baterai.

6. Kondensor
Sesuai dengan namanya, komponen distributor ini memiliki fungsi utama untuk menyerap
loncatan bunga api pada platina. Penyerapan berlangsung ketika terjadi pembukaan yang
bertujuan untuk menaikkan tegangan pada coil sekunder.

7. Centrifugal Governor Advancer

Fungsi dari komponen ini adalah untuk memajukan pada saat pengapian yang
disesuaikan dengan putaran dari mesin.
8. Vakum Advancer
Komponen ini dipasang pada bagian distributor dan dihubungkan ke backing plate
atau dudukan platina. Bentuknya sendiri seperti piringan yang memiliki dua selang
dan dihubungkan ke karburator dan intake manifold.
Pada saat komponen ini menyala maka akan menggeser backing plate dan
menciptakan buka tutup platina. Fungsinya adalah memajukan saat pengapian
sesuai dengan beban mesin.
9. Rotor

Komponen sistem pengapian konvensional ini memiliki fungsi untuk membagikan


arus listrik tegangan tinggi yang sudah dihasilkan ignition coil ke busi.
10. Distributor Cap

Fungsi distributor ini adalah untuk membagikan arus listrik dari rotor ke kabel
tegangan listrik sehingga setiap busi bisa menghasilkan percikan api.
11. Busi
Busi merupakan bagian dari distributor yang fungsinya adalah menciptakan percikan
bunga api dari elektroda yang sudah didapatkan melalui kabel tegangan tinggi.
12. Kabel Tegangan Tinggi

Komponen dari sistem pengapian konvensional ini memiliki fungsi untuk mengalirkan
arus dengan tegangan sangat tinggi ke busi dari ignition coil.
B. Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional

Setelah mengenali apa saja komponen dari sistem pengapian ini Anda pasti sudah bisa
memiliki garis besar bagaimana cara kerjanya. Ada dua cara kerja sistem pengapian
konvensional yang bisa diperhatikan sebagai berikut:

1. Cara Kerja saat Kontak On

Sistem pengapian ini akan bekerja ketika kontak dalam posisi ON. Maka Ignition Relay dan
Main Relay akan aktif dan muncul aliran arus listrik dari baterai ke keduanya.

Arus tersebut akan masuk ke kumparan primer dan sekunder pada ignition coil. Arus listrik
hanya dialirkan saja sehingga sistem pengapian belum berjalan dan tak ada perubahan
pada tegangannya.

2. Cara Kerja saat Posisi Start


Barulah pada saat flywheel diputar sistem starter, maka sistem pengapian akan mengalami
pemutusan arus. Rangkaian pengapian ini terhubung dengan crankshaft mesin, jadi saat
mesin berputar maka putaran akan menyesuaikan RPM mesin.

Nok pada distributor jumlahnya sama dengan silinder mesin, di mana pada saat berputar
maka akan menyentuh kaki platina dan terjadilah kontak point yang menyebabkan arus
primer terputus.

Pada saat arus di kumparan primer terputus, maka medan magnet yang tadinya terbentuk
juga akan padam. Namun medan magnet tersebut akan bergerak ke kumparan sekunder di
mana arus tegangan listrik akan meningkat.

Pergerakan dari pemutusan arus hingga meningkat terjadi dalam waktu yang singkat.
Supaya prosesnya berjalan maka dibutuhkan platina yang bisa memutuskan dan
menghubungkan arus pada kumparan primer dan sekunder.
Selanjutnya tegangan listrik yang tinggi tinggal dialirkan ke busi untuk menciptakan percikan
api sehingga terjadilah pembakaran dan mesin akan menyala.

Inilah sistem pengapian konvensional di mana ada beberapa rangkaian penting yang
bekerja dengan sangat singkat pada kendaraan Anda.

Anda mungkin juga menyukai