Anda di halaman 1dari 14

PEMBAHASAN

Seorang pemilik kendaraan bensin 4 silinder dengan sistem pengapian konvensional,


mengeluh kendaraanya mogok. Pemilik telah melakukan pemeriksaan dengan memeriksa
percikan api di busi ternyata tidak ada loncatan bunga api di busi.

Tugas anda:

1.Identifikasi semua kemungkinan penyebab gangguan

2.Jelaskan apa rasionalnya masing-masing kemungkinan penyebab gangguan yang anda


identifikasi dengan tidak adanya percikan api di busi

3.jelaskan cara menguji atau memverifikasi masing-masing dugaan anda di atas


1.Identifikasi semua kemungkinan penyebab gangguan

Berikut ini adalah nama komponen-komponen pada sistem pengapian konvensional, sekaligus
menjadi objek yang akan di identifikasi untuk kemungkinan penyeab gangguan yang
menyebabkan busi tidak dapat memercikkan bunga api sehingga proses pengapian tidak dapat
berlangsung.

1. Baterai

Baterai berfungsi sebagai sumber arus, mengapa batera masuk ke komponen pengapian ?
bukannya baterai itu komponen kelistrikan kendaraan ? memang dan sistem pengapian salah
satu kelistrikan mobil, jadi semua yang memerlukan arus listrik harus menyertakan baterai
sebagai komponennya.

Tegangan baterai normal, 12 volt entah pada motor ataupun mobil. Perbedaan antara aki motor
dan mobil itu bukan pada tegangannya melainkan pada dayanya yang memiliki satuan Watt.
Ini karena daya listrik pada mobil itu lebih besar, selain sistem pengapian ada pula sistem
penerangan dan aksesoris yang memerlukan daya listrik besar.
2. Kunci kontak

Beberapa dari kita mengenal kunci kontak sebagai alat penstater mesin, atau komponen untuk
menghidupkan starter mesin. Itu benar, tapi bukan hanya itu fungsi ignition switch. Pada
lubang ignition ada 4 posisi yakni ;
 Posisi Off
 Posisi Acc
 Posisi On
 Posisi ST

Pada posisi Acc, sistem pengapian masih belum aktif dalam artian belum ada arus yang
memasuki coil primer. Listrik baru akan masuk ke coil primer saat kunci kontak kita posisikan
pada posisi ON. Pada posisi ini, bukan hanya coil primer yang mendapatkan arus tapi seluruh
sistem utama kendaraan juga sudah siap diaktifkan.

3. Ignition coil

Inilah komponen yang paling penting, karena mengusung fungsi sebagai trafo step up, atau
menaikan tegangan baterai. Seperti yang kita singgung diatas bahwa coil ini bekerja dengan
prinsip induksi elektromagnet memakai dua buah coil. Dimana jumlah lilitan coil sekunder
lebih banyak dari coil primer, sehingga ketika kemagnetan dari coil primer menginduksi coil
sekunder dapat terjadi peningkatan tegangan. Selengkapnya bisa anda simak pada cara kerja
ignition coil berikut.
4. Distributor

Pada sistem pengapian konvensional, distributor menjadi komponen yang digunakan dalam
hal timming dan FO. Distributor terdiri dari poros yang terhubung dengan cam, cam ini
dipakai untuk memutuskan aliran arus dari coil primer.

Sementara itu, dibagian tutup distributor akan anda temui dua komponen utama yang
berkaitan dengan fairing order. Yakni rotor dan distributor cap. Rotor merupakan komponen
konduktor yang membagikan output dari coil ke kabel busi sesuai FO, sementara distributor
cap merupakan pangkal dari kabel busi untuk menyalurkan dan menerima output coil ke rotor.

5. Kontak point/platina

Contact point atau breaker point merupakan sebuah plat mirip saklar yang dapat terputus dan
tersambung. Untuk apa fungsinya ? ini seperti prinsip kerja coil dimana untuk menghasilkan
tegangan output yang besar perlu dilakukan pemutusan arus primer. Kontak inilah yang
bertugas memutuskan arus primer sesuai dengan sudut pengapian.

Cara kerja kontak point yakni dengan memanfaatkan cam yang menyentuh kaki ebonit. Saat
kaki ini tersentuh cam, maka kontak akan membuka dan menyebabkan arus primer terputus.
Kontak ini juga familiar disebut platina karena memakai logam platina pada ujung kontaknya.
Advertisement

6. Vacuum advancer

Vacuum advancer, bertugas pada bagian spark advancing, atau pengubahan timming
pengapian. Mengapa timming perlu diubah ? ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi mesin
dengan pengapian, misal pada saat mesin membawa beban berat. Kondisi ini akan
menimbulkan gerakan piston yang lambat meski katup gas terbuka penuh.
Jika timming tetap, maka bisa jadi meimbukan efek contra yang justru menghambat laju
piston. Untuk menyesuaikannya, maka timming pengapian akan dimundurkan hampir 0
derajat sehingga expansi hasil pembakaran bisa dipakai sepenuhnya untuk mendorong piston
kebawah.

Vacuum advancer akan memundurkan pengapian berdasarkan beban mesin, ini dideteksi dari
kevakuman di intake manifold. Jika kondisinya seperti diatas maka daya hisap pada piston
menurun, dan kontak point akan bergeser lebih lambat.

7. Governoor advancer

Sentrifugal governoor advancer juga sama seperti vacuum advancer, fungsi governorr
advancer adalah mengubah timming pengapian mesin berdasarkan RPM mesin. Kondisinya,
apabila RPM tinggi maka timming pengaian harus dibuat lebih awal agar tidak terjadi
knocking dan self ignition.

Governoor advancer menggunakan dua buah bandul yang dapat meregang berdasarkan gaya
sentrifugal yang mengenainya. Bandul ini akan menempel pada poros distributor dan putaran
poros akan menimbulkan gaya sentrifugal pada bandul, regangan bandul digunakan untuk
mempercepat sudut buka platina

8. Kapasitor

Capasitor atau condensor merupakan komponen elektronika yang memiliki kemampuan


menyerap arus dan mengeluarkannya saat diperlukan. Pada pengapian konvensional,
kemampuan ini digunakan untuk menyerap api dari coil primer.

Ketika kontak point membuka, maka harusnya arus primer coil terputus. Namun, pembukaan
platina itu hanya sekitar 0,5 mm. Dengan celah sekecil ini, maka listrik tegangan 12 volt bisa
melompat sehingga akan muncul percikan api pada platina dan proses pemutusan arus
terganggu.
Dengan adanya capasitor maka ketika platina membuka, arus listrik akan dipindahkan ke
capasitor yang memiliki koneksi. Namun arusnya tidak disimpan didalam capasitor karena
langsung dihubungkan ke masa. Proses ini akan membuat capasitor langsung mengalami
kekosongan sehingga bisa dipakai secara cepat dan berulang-ulang.

9. Kabel Busi

Kabel pada busi, memiliki bentuk dan kemampuan berbeda dengan kabel-kabel umumnya.
Kabel ini biasanya terbuat dari tembaga berdiameter besar dengan isolator yang tebal. Ini
karena kabel busi akan menghubungkan tegangan super tinggi dari output coil. Sehingga
diperlukan kabel yang memiliki daya tahan besar.

10. Busi

Komponen terakhir pada sistem pengapian mesin bensin ialah busi atau spark plug. Busi
terdiri dari sebuah core atau batang elektroda sebagai penerima arus listrik dari output coil dan
masa yang terletak pada body busi. Celah yang anda lihat pada busi, itu celah antara ujung
elektroda yang memiliki listrik positif dan ground yang memiliki listrik negatif.

Sehingga jika arus listrik pada elektroda memiliki tegangan yang besar, maka listrik tersebut
mampu keluar atau melompat ke ground yang berwujud percikan api. Begitulah cara busi
menghasilkan api.
2.Jelaskan apa rasionalnya masing-masing kemungkinan penyebab gangguan yang anda
identifikasi dengan tidak adanya percikan api di busi

Setelah kita mengetahui setiap komponen dan prinsip kerjanya pada sistem pengapian
konvensional, maka kita dapat menidentifikasi semua kemungkinan penyebab gangguan yang
di identifikasi dengan tidak adanya percikan api pada busi, yaitu :

1.Tegangan baterai, yang kurang untuk dapat memutar motor starter yang akan nggerakkan
mesin untuk putaran awal. Sehingga mesin tidak dapat berputar dan proses pengapian tidak
dapat berlangsung. Biasanya tegangan baterai yang baik untuk dapat memutar motor starter
yaitu di atas 12 volt.

2.Kunci kontak, yang mungkin terputus hubungannya ke setiap terminal, khususnya terminal
st (start). Hal ini akan mengakibatkan tidak adanya hubungan arus ke setiap komponen akibat
dari putusnya hubungan di kunci kontak.

3.Ignition coil, (koil pengapian) Biasanya, koil ini terkandung kumparan primer dan sekunder.
Ciri jika koil bermasalah bisa diketahui ketika dikendarai beberapa kilometer tiba-tiba apinya
hilang. jika busi sudah tak mampu memercikkan api maka bisa dipastikan koil rusak. Untuk
penyebab rusaknya pengapian motor itu sendiri, biasanya kerusakan koil terdeteksi lewat
besarnya tahanan kumparan. Ciri-ciri dan penyebab pengapian motor yang rusak ini terjadi
bila besarnya tahanan kumparan tersebut menyimpang dari spesifikasi sesuai buku petunjuk
maka artinya ada masalah sehingga menjadi penyebab pengapian motor menjadi tak
maksimal. Ataupun tidak dapat bekerja sama sekali.
4.Distibutor, dibagian tutup distributor akan anda temui dua komponen utama yang berkaitan
dengan fairing order. Yakni rotor dan distributor cap. Rotor merupakan komponen konduktor
yang membagikan output dari coil ke kabel busi sesuai FO, sementara distributor cap
merupakan pangkal dari kabel busi untuk menyalurkan dan menerima output coil ke rotor.
Kemungkinan terdapat kototan pada distributor yang membuat hilangnya arus yang akan
disalurkan ke masing masing busi, ataupun putaran distributor tidak baik, yang akan
mengganggu proses penyaluran arus melalui distributor.

5.Kontak point/platina, prinsip kerja coil dimana untuk menghasilkan tegangan output yang
besar perlu dilakukan pemutusan arus primer. Kontak inilah yang bertugas memutuskan arus
primer sesuai dengan sudut pengapian. Kemungkinan terdapat kotoran yang menghalangi
proses pemutusan arus primer.

6.vacuum advancer, akan memundurkan pengapian berdasarkan beban mesin, ini dideteksi
dari kevakuman di intake manifold. Jika kondisinya seperti diatas maka daya hisap pada piston
menurun, dan kontak point akan bergeser lebih lambat. Kemungkinan kerusakanya adalah
vacuum advancer yang kurang vakum di intake manifold yang mungkin disebabkan kebocoran
atau posisi yang kurang tepat.

7.Governoor advancer, menggunakan dua buah bandul yang dapat meregang berdasarkan gaya
sentrifugal yang mengenainya. Bandul ini akan menempel pada poros distributor dan putaran
poros akan menimbulkan gaya sentrifugal pada bandul, regangan bandul digunakan untuk
mempercepat sudut buka platina. Kemungkinan kerusakannya adalah bandul yang dapat
meregang tersebut kurang dapat meregang ketika gaya sentrifugal mengenainya. Sehingga
sudut buka platina yang terhambat atau terlambat terbuka.
8.kapasitor, atau condensor merupakan komponen elektronika yang memiliki kemampuan
menyerap arus dan mengeluarkannya saat diperlukan. Pada pengapian konvensional,
kemampuan ini digunakan untuk menyerap api dari coil primer. Kemungkinan kerusakannya
ialah kapasitor yang terbakar atau tidak sesuai spesifikasi standart sehingga kerja kapasitor
yang kurang maksimal atau tidak dapat bekerja sama sekali.

9.kabel busi, akan menghubungkan tegangan super tinggi dari output coil. Sehingga
diperlukan kabel yang memiliki daya tahan besar. kemungkian kerusakannya adalah kabel
busi yang terputus ataupun tidak terkubung baik dari distributor ataupun busi,k sehingga tidak
dapat mengalirkan arus.

10.Busi, Komponen terakhir pada sistem pengapian mesin bensin ialah busi atau spark plug.
Busi terdiri dari sebuah core atau batang elektroda sebagai penerima arus listrik dari output
coil dan masa yang terletak pada body busi. Kemungkinan kerusakannya ialah : tidak terdapat
celah busi untuk memercikkan bunga api, batang elektroda yang terputus, serta terdapat
banyaknya kotoran hasil pembakaran yang mengganggiu proses percikan bunga api.
3.jelaskan cara menguji atau memverifikasi masing-masing dugaan anda di
atas

1. TES BUNGA API (Loncatan api listrik) CATATAN : Test ini dilakukan untuk melihat
adanya tegangan dari distributor ke tiap busi. Dengan melepaskan busi dari kepala
silinder dan masang busi pada busi pada kepala busi, kemudian meletakkan konduktor
busi pada body kendaraan atau mesin. Kemudian engkol atau start mesin untuk melihat
percikan bunga api.
2. PUTARKAN MESIN DAN LIHAT MENYALANYA LAMPU Hubungan timing light
pada sebuah busi. Bila timing light tidak menyala, periksa sambungan kabel-kabel,
ignition coil, igniter dan distributor.
3. PEMERIKSAAN KABEL TEGANGAN TINGGI a. LEPASKAN KABEL
TEGANGAN TINGGI DENGAN MENARIK TUTUP KARETNYA untuk melihat
apakah kabel terputus ataupun terdapat kotoran  PERHATIAN ! Bila kabel ditarik
atau dibengkokkan akan dapat merusak konduktor di dalamnya.
4. PERIKSA TAHANAN ANTARA KABEL TEGANGAN TINGGI DENGAN TUTUP
DISTRIBUTOR. Dengan menggunakan ohmmeter, periksa bahwa tahanannya tidak
melebihi dari harga maksimum. Tahanan maksimum : Kurang dari 25 kΩ/kabel . Bila
melebihi harga maksimum, periksa terminalnya dan ganti kabel tegangan tinggi
dan/atau tutup distributor bila diperlukan.
5. PEMERIKSAAN BUSI a. LEPASKAN SEMUA BUSI, b. BERSIHKAN DAN
PERIKSA SEMUA BUSI 1) Bersihkan busi dengan pembersih busi atau sikat baja. 2)
Periksa keausan elektroda busi, kerusakan ulir dan kerusakan isolasinya. 3) Bila
ditemui problem ganti busi. c. SETEL CELAH ELEKTRODA 1) Periksa celah
elektroda, bila tidak tepat, bengkokkan elektroda luarnya dengan hati-hati untuk
memperoleh celah yang tepat. 2) Celah elektroda yang tepat : 0,8 mm (0,031 in) – 1,1
mm (0,043 ind. PASANGKAN SEMUA BUSI  Momen : 180 kg-cm (13 ft-lb, 18
N.m).
6. PEMERIKSAAN IGNITION COIL (Convensional) a. LEPASKAN KABEL
TEGANGAN TINGGI b. LEPASKAN KONEKTOR KABEL DISTRIBUTOR c.
PERIKSA TAHANAN KUMPARAN PRIMER 1) Dengan menggunakan ohmmeter,
ukurlah tahanan antara terminal positif (+) dan terminal negatif (-). 2) Tahanan
kumparan primer (dingin) : 1,3 – 1,6 Ω 3) d. PERIKSA TAHANAN KUMPARAN
SEKUNDER 1) Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan antara terminal
positif (+) dengan terminal tegangan tinggi. 2) Tahanan kumparan sekunder (dingin) :
10,7 – 14,5 kΩ 3)
7. PERIKSA TAHANAN RESISTOR 1) Dengan menggunakan ohmmeter, ukur tahanan
resistor. 2) Tahanan resistor (dingin) : 1,3 – 1,5 Ω 3
8. SAMBUNGKAN KONEKTOR KABEL DISTRIBUTOR g. PERIKSA SUMBER
TENAGA (POWER SOURCE LINE) 1) Dengan kunci kontak pada posisi ON,
hubungkan probe positif (+) volt meter ke terminal resistor (kabel hitam dan merah)
dengan probe negatif (-) ke masa body lihat tegangannya. 2) Tegangan : Sekitar 12 V
Dengan kunci kontak pada posisi START, hubungkan probe positif (+) volt meter ke
terminal positif (+) ignition coil, dan probe negatif (-) ke masa body. Lihat
tegangannya. 6) Tegangan : sekitar 12 V 7) Bila ditemukan problem, periksa kunci

9. PEMERIKSAAN IGNITION COIL (IIA) a. LEPASKAN TUTUP DISTRIBUTOR,


ROTOR DAN TUTUP DEBU b. LEPASKAN KONEKTOR KABEL DISTRIBUTOR
c. PERIKSA TAHANAN KUMPARAN PRIMER 1) Dengan menggunakan
ohmmeter, ukur tahanan antara terminal positif (+) dan terminal negatif (-). 2) Tahanan
kumparan primer (dingin) : 1,2 – 1,5 Ω 3)
10. PERIKSA TAHANAN KUMPARAN SEKUNDER 1) Dengan menggunakan
ohmmeter, ukur tahanan antara terminal positif (+) dengan terminal tegangan tinggi. 2)
Tahanan kumparan sekunder (dingin) : 10,2 – 13,8 kΩ 3) SAMBUNGKAN
KONEKTOR KABEL DISTRIBUTOR.
11. PEMERIKSAAN IGNITER (IIA) a. PUTAR KUNCI KONTAK ON b. PERIKSA
TEGANGAN SUMBER TENAGA (POWER SORCE LINE) 1) Dengan voltmeter,
hubungkan probe positif (+) ke terminal positif (+) ignition coil dan probe negatif (-)
ke masa body. 2) Tegangan : sekitar 12 V 3
12. c. PERIKSA POWER TRANSISTOR DALAM IGNITER 1) Dengan menggunakan
voltmeter, hubungkan probe postif (+) ke terminal negatif (-) ignition coil dan probe
negatif (-) ke masa body. Lihat tegangannya.  Tegangan : sekitar 12 V  Dengan
menggunakan dry cell battery (1,5 V), hubungkan kutub positif (+) baterai ke terminal
kabel merah jambu dan kutub negatif (-) ke terminal kabel putih.  PERHATIAN !
Untuk mencegah kerusakan pada power transistor di dalam igniter, jangan mengalirkan
tegangan lebih dari 5 detik. 3) Dengan menggunakan voltmeter, hubungkan probe
positif (+) ke terminal negatif (-) ignition coil dan probe negatif (-) ke masa body. 
Baca tegangannya  Tegangan : 0 – 3 V  Bila ditemukan problem ganti igniter. 
13. . PEMERIKSAAN DISTRIBUTOR (Convensional) a. PERIKSA BREAKER POINT
1) Dengan menggunakan feeler gauge, ukur celah antara rubbing block dengan cam. 
Celah Rubbing block : 0,45 mm (0,018 in). 2) Setel celahnya bila perlu  Longgarkan
kedua sekerup pengikat dan gerakkan breaker point hingga diperoleh celah yang tepat.
Keraskan sekerup pengikat dan periksa gap kembali.  Bersihkan permukaan titik
kontak dengan kain yang dibasahi larutan pembersih.
14. PERIKSA VACUUM ADVANCE 1) Lepaskan selang vakum dan sambungkan
pompa vakum ke diaphragm. 2) Berikan kevacuuman dan lihat gerakan Vacuum
Advancer. Bila vacuum advancer tidak bekerja, perbaiki atau ganti bila perlu. c.
PERIKSA GOVERNOR ADVANCE 1) Putar rotor berlawanan dengan jarum jam lalu
lepaskan dan lihat bahwa rotor dengan cepat kembali searah dengan jarum jam. 2)
Periksa bahwa rotor tidak terlalu longgar. 9. PEMERIKSAAN DISTRIBUTOR (IIA)
a. PERIKSA CELAH UDARA 1) Dengan menggunakan feeler gauge, ukurlah celah
antara signal rotor dan pick-up coil projection. 2) Celah udara : 0,2 – 0,4 mm 3)
15. PERIKSA PICK-UP COIL 1) Dengan menggunakan ohmmeter, periksa tahanan pick-
up coil. 2) Tahanan pick-up coil : 140 – 180 Ω 3)
16. PERIKSA VACUUM ADVANCE 1) Lepaskan selang vakum dan hubungkan
diaphragm dengan pompa vakum. 2) Beriksan kevakuman dan lihat bahwa vacuum
advancer bergerak. 3) Bila vacuum advancer tidak bekerja, perbaiki atau ganti bila
perlu. d. PERIKSA GOVERNOR ADVANCE 1) Putar rotor berlawanan dengan jarum
jam dan kemudian lepaskan. Perhatikan bahwa rotor bergerak dengan cepat searah
dengan jarum jam. 2) Periksa bahwa rotor tidak terlalu longgar. 10. REFERENSI
Karena ada dua buah pick-up coil pada mesin yang menggunakan ESA, maka celah
udara dan tahanannya harus diukur sendiri-sendiri. 11. PEMERIKSAAN IIA (4A-FE)
17. . PERIKSA CELAH UDARA 1) Dengan menggunakan feeler gauge, ukur celah antara
signal rotor dengan pick-up coil projection. 2) Celah udara : 0,2 – 0,4 mm (0,008 –
0,016 in) 3) Bila celah udaranya tidak sesuai dengan spesifikasi, ganti IIA housing.
18. PERIKSA TAHANAN SIGNAL GENERATOR (PICK-UP COIL) 1) Dengan
menggunakan ohmmeter, periksa tahanan antara terminal-terminalnya. 2) Tahanan G
pick-up coil : G (+) – G (-) : 140 – 180 Ω 3) Tahanan Ne pick-up coil : Ne (+) – G (-) :
140 – 180 Ω 4) Bila tahanannya tidak sesuai dengan spesifikasi, ganti IIA housing.
19. Periksa tegangan baterai dengan volt meter.

Anda mungkin juga menyukai