TIM PENELITI
SAGITO (5202415011)
DANY FIRMANSYAH PUTRA (5202415013)
HUSNUL ANSAQI (5202415014)
SUSANTO (5202415017)
ABDUL AZIZ KAP LAUT (5202415023)
BAB I
KAJIAN TEORITIS
Percikan api dapat terbentuk pada busi karena adanya energi listrik
tegangan tinggi yang mengaliri busi. Tegangan Energi listrik tersebut
mencapai 30.000 V DC. Sehingga dengan celah sekitar 0,8 mm pada
elektroda busi, akan terbentuk lompatan bunga api yang digunakan sebagai
api pembakaran.
Percikan api dapat terbentuk pada busi karena adanya energi listrik
tegangan tinggi yang mengaliri busi. Tegangan Energi listrik tersebut
mencapai 30.000 V DC. Sehingga dengan celah sekitar 0,8 mm pada
elektroda busi, akan terbentuk lompatan bunga api yang digunakan sebagai
api pembakaran.
Namun, percikan api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha
saja. Untuk itu, ada rangkaian pemutus arus yang akan mengatur waktu
busi untuk memercikan api. Sehingga busi tidak selamanya menyala.
Untuk lebih jelasnya simak Prinsip kerja pengapian konvensional dibawah
Cara Kerja:
1. Saat Kunci Kontak “ON”
Cara kerja pengapian konvenional dimulai saat kunci kontak
berada pada posisi “ON” atau “IGN”, ignition relay dan main relay
akan aktif sehingga terdapat aliran arus listrik dari baterai, ke Ignition
relay dan main relay. Arus dari relay mengalir ke ignition coil.
Didalam ignition coil, terdapat dua buah kumparan yaitu kumparan
primer dan sekunder.
Kedua kumparan tersebut memiliki input yang sama sehingga saat
input dialiri arus listrik, kedua kumparan juga akan teraliri arus listrik.
Sementara itu, kedua kumparan memiliki output yang berbeda.
Kumparan primer memiliki output yang mengarah ke rangkaian
pemutus arus, sedangkan kumparan sekunder memiliki output yang
mengarah ke busi.
Arus listrik yang mengaliri rangkaian sistem pengapian hanya
stand by dan tidak ada perubahan tegangan pada coil karena belum ada
pergerakan pada rangkaian pemutus arus. Sehingga busi tidak akan
menyala saat flywheel belum berputar.
Gambar 1.1. Kerja saat kunci kontak “ON”
2. Saat Posisi “START”
Sistem pengapian akan bekerja pada saat flywheel diputar oleh
sistem starter. Pada sistem pengapian konvensional, terdapat rangkaian
pemutus arus. Rangkaian ini, terletak menyatu dengan rangkaian
distributor dan memiliki komponen poros distributor yang terhubung
dengan crankshaft mesin. Sehingga saat mesin berputar, komponen ini
juga ikut berputar sesuai RPM mesin.
Di poros distributor, terdapat cam atau nok yang berjumlah sesuai
dengan banyaknya silinder mesin. Saat cam berputar, cam atau nok ini
akan menyentuh kaki platina yang mengakibatkan kontak point
terangkat dan menyebabkan arus primer terputus.
1. Baterai
2. Ignition Coil
3. Transistor unit
5. Distributor
6. Busi
Cara Kerja
Saat mesin belum menyala, cam didalam distributor dalam posisi diam
sehingga platina dalam keadaan tertutup atau tersambung. Dalam kondisi
ini, kaki basis akan dialiri arus dari platina yang menyebabkan kolektor
dan emitor terhubung.
Saat mesin berputar, cam didalam distributor juga ikut berputar. Hal
itu menyebabkan platina dalam kondisi terbuka dan tertutup. Saat platina
dalam kondisi terbuka atau terputus, arus listrik yang menuju kaki basis
juga ikut terputus. Sehingga kaki kolektor dan emitor juga ikut terputus.
Alurnya, kunci kontak berada pada posisi ON, arus dari baterai
mengalir ke ignition coil. Dari output arus coil primer akan masuk menuju
komponen transistor unit. Sementara output coil sekunder masuk menuju
busi.
Pada rangkaian lain, arus dari baterai juga mengalir menuju transistor
unit sebagai referensi tegangan pada transistor unit.
Saat mesin belum menyala, pulse igniter juga dalam keadaan diam
tidak bereaksi. Sehingga tidak ada pulse atau sinyal dari pulse igniter yang
dikirimkan ke transistor unit. Hal itu menyebabkan rangkaian arus primer
coil terhubung yang menyebabkan adanya medan magnet pada coil primer.
Bahan :
1. Petralite
B. Prosedur Eksperimen
A. SEBELUM PRAKTIKUM
2. Distributor Transistor
Kelebihan CDI
Peran platina sebagai pemutus dan penyambung arus primer koil sudah
digantikan perannya oleh thryristor atau SCR (Silicon Controlled Rectifier)
yang berperan sebagai saklar otomatis dan pick up coil yang berperan sebagai
trigger atau pemicu SCR untuk aktif.
Karena tidak timbulnya loncatan bunga api saat pemutusan arus primer,
maka tegangan induksi yang dihasilkan akan lebih stabil.
Kelebihan sistem CDI yang kelima adalah sistem pengapian CDI mudah
dalam perawatan karena tidak memerlukan perawatan yang sering seperti pada
sistem pengapian konvensional yang masih memerlukan perawatan untuk
menyetelan celah platina.
D. Hasil Eksperimen
3. Kurva Konsumsi
1.00 0.98
Platina
0.80 0.84
Transistor
0.67
0.60 0.56 0.52
0.40 0.41
0.20
0.00
1000 RPM 1500 RPM 2000 RPM
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel hasil penelitian yang telah dilakukan, yang bisa di lihat
dibawah ini:
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan