Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

KENDALI MUTU BERKAITAN DENGAN PDCA BAGI SUATU PRODUK

Dosen Pengampu :

Drs. SUPRAPTONO M.Pd.

Disusun Oleh :

Angga Tribuana

5202415055

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF S1

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dalam peningkatan mutu diperlukan manajemen yang baik agar dalam
pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu
manajemen, ada konsep problem solving yang bisa diterapkan ditempat kerja kita
yaitu dengan menggunakan pendekatan P-D-C-A sebagai proses penyelesaian
masalah. Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A dapat diartikan sebagai
proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan sistematis.
Dalam program menjaga mutu terdapat kumpulan masalah yang harus
diselesaikan, setelah cara penyelesaian masalah berhasil ditetapkan, kegiatan
selanjutnya yang harus dilakukan pada Program Menjaga Mutu adalah
melaksanakan cara penyelesaian tersebut sedemikian rupa sehingga mutu
pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan. Dalam program menjaga mutu,
pelaksanaan kegiatan ini tercakup dalam suatu siklus kegiatan tertentu yang
dikenal dengan nama siklus PDCA ( Plan, Do, Check, Action)

1.2 Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian dari PDCA?
2.      Apa manfaat dari siklus konsep PDCA ?
3.      Bagaimana proses dari konsep PDCA ?
4. Apa pengaruh PDCA terhadap suatu produk

1.3 Tujuan

1.      Memahami pengertian PDCA


2.      Memahami manfaat dari siklus konsep PDCA
3.      Mengetahui proses dari konsep PDCA
4. Mengetahui pengaruh PDCA terhadap suatu produk
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
       PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" (Rencanakan,
Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat
langkah iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. PDCA
dikenal sebagai “siklus Shewhart”, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter
Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya,
metodologi analisis PDCA lebih sering disebut “siklus Deming”. Hal ini karena
Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya dan memperluas
penerapannya. Namun, Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus
Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming memodifikasi PDCA menjadi
PDSA ("Plan, Do, Study, Act") untuk lebih menggambarkan
rekomendasinya.Dengan nama apa pun itu disebut, PDCA adalah alat yang
bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus tanpa berhenti.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari penyusunan


rencana kerja, pelaksanaan rencana kerja, pemeriksaan pelaksanaan rencana kerja,
serta perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Perusahaan
memerlukan cara menilai sistem manajemen secara keseluruhan, dalam arti
bagaimana sistem tersebut mempengaruhi setiap proses dan setiap karyawan serta
diperluas pada setiap produk dan pelayanan. Pengendalian proses pelayanan
adalah sebuah pertanda untuk perbaikan kualitas pelayanan, tetapi hal itu
tergantung pada kesehatan dan vitalitas dari organisasi, kepemimpinan dan
komitmen.

Konsep PDCA tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk


proses perbaikan kualitas secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke
keadaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi 
Pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan pencarian sebab-sebabnya
serta penentuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan pengambilan
keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional.

Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan


dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya, perusahaan harus menetapkan standar
pelayanan. Kualitas saat ini sudah tidak lagi diartikan sebagai sebuah pengertian
tradisional dimana kualitas hanya dipahami sebagai pemenuhan terhadap suatu
persyaratan, melainkan dikaitkan sebagai suatu produk atau hasil yang dapat
memuaskan konsumen dan memajukan suatu organisasi atau perusahaan. Ketika
suatu organisasi atau perusahaan dibangun, berbagai tahapan atau proses harus
dilalui, seperti perencanaan (planning), pelaksanaan/ kerjakan (do), pengontrolan,
pengawasan, tidak luput dari sebuah penjagaan kualitas agar dapat menghasilkan
output yang optimal.

Tahapan dalam penjagaan sebuah kualitas agar tetap berada pada standar
yang telah ditetapkan, menjadi sebuah penekanan terpenting dalam
keberlangsungan hidup sebuah organisasi/ perusahaan. Tahapan tersebut
diantaranya adalah : perencanaan dimana diperlukan sebuah prosedur perencanaan
kualitas, tahap pelaksanaan diperlukan sebuah jaminan kualitas, tahap evaluasi
diperlukan sebuah pengontrolan terhadap kualitas, dan tahap penjagaan serta
pengembangan mutu. Untuk menciptakan sebuah produk yang berkualitas sesuai
dengan keinginan konsumen, tidak harus mengeluarkan biaya yang lebih besar.
Maka dari itu, diperlukan sebuah program peningkatan kualitas yang baik, yaitu
misalnya dengan menerapkan program PDCA (Plan, Do, Check, Act)

B.     MANFAAT PDCA

1. Dapat disusun rencana kerja yang rinci mengenai cara penyelesaian


masalah yang telah ditetapkan sehingga mudah dilaksanakan
2. Dapat diketahui pelaksanaan cara penyelesaian sehingga apabila
ditemukan penyimpangan segera dapat diperbaiki sesuai dengan
kebutuhan
3. Tujuan program menjaga mutu yakni meningkatnya mutu pelayanan dapat
dicapai secara bertahap
4. Untuk memudahkan pemetaan wewenang dan tanggung jawab dari sebuah
unit organisasi;
5. Untuk menyelesaikan serta mengendalikan suatu permasalahan dengan
pola yang runtun dan sistematis;
6. Untuk kegiatan continuous improvement dalam rangka memperpendek
alur kerja;
7. Menghapuskan pemborosan di tempat kerja dan meningkatkan
produktivitas.

C.  PROSES DARI KONSEP PDCA


        Di dalam ilmu manajemen, ada konsep problem solving yang bisa diterapkan
di tempat kerja kita yaitu menggunakan pendekatan P-D-C-A sebagai proses
penyelesaian masalah. Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A dapat
diartikan sebagai proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola
runtun dan sistematis. Secara ringkas, Proses PDCA dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1.      P (Plan  =  Rencanakan)


Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa yang
dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan
yang ditetapkan. PLAN ini harus diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem.
  Perencanaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi sasaran dan proses dengan
mencari tahu hal-hal apa saja yang tidak beres kemudian mencari solusi atau ide-
ide untuk memecahkan masalah ini. Tahapan yang perlu diperhatikan, antara lain:
mengidentifikasi pelayanan jasa, harapan, dan kepuasan pelanggan untuk
memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi. Kemudian mendeskripsikan
proses dari awal hingga akhir yang akan dilakukan. Memfokuskan pada peluang
peningkatan mutu (pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan terlebih
dahulu). Identifikasikanlah akar penyebab masalah. Meletakkan sasaran dan
proses yang dibutuhkan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi.
  Mengacu pada aktivitas identifikasi peluang perbaikan dan/ atau identifikasi
terhadap cara-cara mencapai peningkatan dan perbaikan.
  Terakhir mencari dan memilih penyelesaian masalah.

2.      D (Do  = Kerjakan)

Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan


sebelumnya. Ukuran-ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN.
Dalam konsep DO ini kita harus benar-benar menghindari penundaan, semakin
kita menunda pekerjaan maka waktu kita semakin terbuang dan yang pasti
pekerjaan akan bertambah banyak..

  Implementasi proses. Dalam langkah ini, yaitu melaksanakan rencana yang telah
disusun sebelumnya dan memantau proses pelaksanaan dalam skala kecil (proyek
uji coba).
  Mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.

3.      C (Check = Evaluasi)

Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta


melaporkan apa saja hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah kita
kerjakan, sudahkah sesuai dengan standar yang ada atau masih ada kekurangan.
  Memantau dan mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi
dan melaporkan hasilnya.
  Dalam pengecekan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu memantau dan
mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi.
  Teknik yang digunakan adalah observasi dan survei. Apabila masih menemukan
kelemahan-kelemahan, maka disusunlah rencana perbaikan untuk dilaksanakan
selanjutnya. Jika gagal, maka cari pelaksanaan lain, namun jika berhasil,
dilakukan rutinitas.
  Mengacu pada verifikasi apakah penerapan tersebut sesuai dengan rencana
peningkatan dan perbaikan yang diinginkan.
4.      A (Act  = Menindaklanjuti)
Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan
menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita
kerjakan masih ada yang kurang atau belum sempurna, segera melakukan action
untuk memperbaikinya. Proses ACT ini sangat penting artinya sebelum kita
melangkah lebih jauh ke proses perbaikan selanjutnya.
  Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga
meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya
sebelum implementasi berikutnya.
  Menindaklanjuti hasil berarti melakukan standarisasi perubahan, seperti 
mempertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan, merevisi proses
yang sudah diperbaiki, melakukan modifikasi standar, prosedur dan kebijakan
yang ada, mengkomunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas
perubahan yang dilakukan apabila diperlukan, mengembangkan rencana yang
jelas, dan mendokumentasikan proyek. Selain itu, juga perlu memonitor
perubahan dengan melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur.

Dalam Model Proses ISO 9001, manajemen suatu organisasi setelah memahami
persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu, selanjutnya melakukan tahap-
tahap sebagai berikut :
  menetapkan komitmennya untuk melaksanakan sistem manajemen mutu;

  menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu;

  melakukan penetapan dan pendelegasian tugas dan wewenang;

  menunjuk wakil manajemen yang bertugas mengawasi pelaksanaan sistem


manajemen mutu;

  melakukan tinjauan manajemen.

Tanggungjawab manajemen tersebut merupakan Proses Perencanaan


(plan), dan organisasi harus memenuhi proses ini terlebih dahulu dalam memulai
suatu sistem manajemen mutu, barulah kemudian menetapkan dokumentasi-
dokumentasi yang diperlukan untuk kelengkapan proses ini. Yang dimaksud
manajemen disini adalah manajemen puncak suatu organisasi/ perusahaan seperti
Presiden Direktur, Direktur, General Manager, atau fungsi yang mengatur
jalannya organisasi secara integral.

 Proses berikutnya yang juga merupakan Proses Perencanaan (plan) adalah


Pengelolaan Sumber Daya, dimana organisasi menetapkan sumber daya-sumber
daya yang diperlukan untuk melaksanakan sistem manajemen mutu dan
memenuhi persyaratan pelanggan. Sumber daya tersebut berupa :

  sumber daya manusia (karyawan)


  infrastruktur (bangunan)
  peralatan proses
  alat transportasi
  komunikasi dan lingkungan kerja.

        Pada tahap selanjutnya, organisasi harus melaksanakan (do) perencanaan-


perencanaan yang telah ditetapkan dalam proses Realisasi Produk. Pada proses ini
yang dilakukan organisasi adalah:
  menetapkan semua kebutuhan untuk membuat proses;
  melakukan kegiatan verifikasi, validasi, monitor, inspeksi;
  pengujian yang dibutuhkan untuk kriteria penerimaan produk;
  komunikasi dengan pelanggan, kegiatan desain dan  pengembangan, pembelian,
kegiatan pengendalian perlengkapan produksi dan pelayanan, pengendalian alat
ukur, dan lain sebagainya. 

        Dengan kata lain, semua kegiatan operasional suatu perusahaan merupakan
bagian dari proses Realisasi Produk dalam ISO 9001:2000. Pada tahapan ini,
Persyaratan Pelanggan merupakan input bagi proses sedangkan outputnya adalah
Kepuasan Pelanggan. Setelah proses implementasi (do) dijalankan, maka proses
berikutnya adalah pemeriksaan (check) hasil-hasil yang diperoleh dan penetapan
tindakan (act) yang diperlukan untuk perbaikan. Pada proses ini :

  organisasi memonitor dan mengukur kepuasan pelanggan


  melakukan audit mutu internal (internal quality audit)
  memonitor dan mengukur proses-proses dan produk
  melakukan pengendalian terhadap ketidaksesuaian (non conformity) yang terjadi
  menganalisa semua data yang diperoleh termasuk kecenderungan proses-proses
  kemudian melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

        Hasil dari proses ini kemudian digunakan sebagai input bagi proses
perencanaan selanjutnya. Keempat proses di atas, Plan-Do-Check-Act (PDCA)
merupakan satu siklus yang tidak terputus dan saling berinteraksi satu sama lain.
Siklus PDCA sudah seharusnya digunakan untuk meningkatkan sistem
manajemen mutu (kinerja organisasi) secara terus menerus. Jadi PDCA
merupakan proses yang kontinu dan berkesinambungan. Jika produk sudah sesuai
dengan mutu yang direncanakan maka proses tersebut dapat dipergunakan di masa
mendatang. Sebaliknya, jika hasilnya belum sesuai dengan yang direncanakan,
maka prosedur tersebut harus diperbaiki atau diganti di masa mendatang. Dengan
demikian, proses sesungguhnya tidak berakhir pada langkah Act, tetapi
merupakan proses yang kontinu dan berkesinambungan sehingga kembali lagi
pada langkah pertama dan seterusnya. (Hendra Poerwanto G)
BAB III
TINJAUAN KASUS

CONTOH KASUS . penerapan PDCA di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)


Dalam makalah ini akan dibahas tentang PDCA pada perusahaan Pabrik
Kelapa Sawit (PKS). PDCA adalah singkatan dari Plan,Do,Check,and
Action.PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari penyusunan
rencana kerja,pelaksanaan rencana kerja,pemeriksaan rencana kerja,perbaikan
yang terus menerus dan berkesinambungan.

Plan (Rencana)
Definisi Masalah
Untuk mendefinisikan masalah yang ada,terlebih dahulu kita harus menganalisa
masalah yang terjadi. Contoh kasus yang akan kami ambil adalah faktor apa  saja
yang mempengaruhi rendemen CPO di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ?
 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendemen CPO di PKS
     Untuk menghasilkan minyak atau CPO yang baik dari kelapa sawit harus
mengandung Asam Lemak Bebas (ALB) yang rendah dan memiliki rendemen
yang tinggi. Ada beberapa factor yang mempengaruhi rendemen CPO di
PKS,antara lain:
         Varietas tanaman
         Umur tanaman
         Pemeliharaan tanaman
         Mutu Tandan Buah Segar (TBS)
         Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)
         Pengangkutan TBS ke pabrik
         Kondisi proses pengolahan di PKS

Analisa Penyebab
Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas, maka kita harus menganalisa
penyebabnya. Mengapa kualitas CPO yang dihasilkan tidak memenuhi standar ?
         Varietas Tanaman
Faktor penentu buruknya kualitas CPO di antaranya disebabkan oleh pemilihan
Varietas tanaman yang salah.
Varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang terbagi atas 4
(empat),yaitu:
1.      Macrocarya, merupakan tipe jenis kelapa sawit yang memiliki cangkang paling
tebal yaitu sekitar > 8 mm.
2.      Dura, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp sekitar 35-50% dari
buah,dengan tebal cangkang sekitar 2-8 mm dan ketebalan inti (kernel) yang
cukup besar. Tipe kelapa sawit jenis ini merupakan tipe kelapa sawit yang juga
dikategorikan memiliki cangkang yang cukup tebal,sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah,namun biasanya tandan buahnya besar-
besar dan kandungan minyak per tandannya cukup rendah yaitu berkisar 18 %.
3.      Pisifera, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp sangat tebal
yaitu sekitar 70-80% dengan cangkang yang sangat tipis yaitu <0,5 mm (bahkan
kadang hampir tidak ada), namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah sehingga tidak ditanam secara komersial di perkebunan.
4.      Tenera, merupakan tipe kelapa  sawit yang memiliki mesocarp cukup tebal yaitu
sekitar 60-70% dengan ketebalan cangkang hanya 0,5-4 mm. Tenera adalah
persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul
sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah
tipis namun bunga betinanya tetap fertile. Beberapa Tenera unggul memiliki
persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minya per
tandannya yang cukup tinggi yaitu sekitar 22-28%. Tipe kelapa sawit ini lebih
cocok untuk penanaman komersial.

         Umur Tanaman


Umur tanaman juga sangat mempengaruhi kualias CPO,Tingkat produktivitas
tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3-7 tahun (periode
tanaman muda,young),mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15
tahun (periode tanaman remaja,prime) dan mulai menurun secara gradual pada
periode tanaman tua (old) sampai saat-saat menjelang peremajaan (replanting).
Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40
kg per tandan,tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan terdapat 1000-3000
brondolan dengan berat brondolan berkisar 10-20 g.

         Pemeliharaan Tanaman


Untuk mendapatkan kualitas CPO yang baik maka kualitas tanamannya juga harus
baik, tanaman yang baik harus dibutuhkan pemeliharaan yang baik pula.Salah satu
tindakan yang amat penting dalam teknik budidaya kelapa sawit adalah dengan
melakukan pemeliharaan tanam sejak mulai tanaman. Hal ini akan menentukan
masa non produktifnya. Dengan pemeliharaan yang intensif sejak mulai tanam
diharapkan kelapa sawit mempunyai masa non-produktif yang pendek.

         Mutu TBS


Mutu CPO yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu TBS,sedangkan mutu
TBS dipengaruhi oleh system panen. Kesalahan pada langkah pengumpulan hasil
dapat mengakibatkan mutu CPO tidak memenuhi syarat. Sebagai akibatnya dapat
memperkecil efisiensi pengolahan. Pelaksanaan panen dipengaruhi oleh system
panen yang ditetapkan di suatu perkebunan. Panen yang tidak terkendali akan
menyebabkan kehilangan CPO serta penurunan mutu produksi.

         Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)


Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi
perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah
kematangan buah. Dalam hal ini pengetahuan mengenai derajat kematangan buah
mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh
sangat ditentukan oleh factor ini. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan lewat matang,maka minyak yang dihasilkan akan mengandung ALB
dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya,jika pemanenan dilakukan
dalam keadaan buah belum matang,selain kadar ALB-nya rendah,rendemen
minyak yang diperoleh juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut di atas,ada beberapa  tingkatan atau fraksi dari TBS yang
dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,termasuk
kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada 5 fraksi TBS.berdasarkan
fraksi TBS tersebut,derajat kematanganyang baik adalah tandan-tandan yang
dipanen berada pada  fraksi 1,2,dan 3.
Kematangan TBS yang akan dipanen
No. Fase Buah Fraksi Jumlah berondolan yang Tingkat
Buah telah jatuh kematangan
1. Mentah 00 Tidak ada buah yang Sangat mentah
berwarna hijau atau hitam
0 1% - 12,5% buah luar atau Mentah
0-1 berondolan tiap kg
tandan memberondol
2. Matang 1 12,5% - 25% buah luar Kurang
atau 2 berondolan tiap kg matang
tandan 25% dari buah luar
memberondol
2 25%-50% buah luar Matang
memberondol
3 50%-75% buah luar Matang
memberondol
3. Lewat 4 75%-100% buah luar Lewat matang
memberondol (ranum)
5 100% buah luar Lewat matang
memberondol dan (busuk)
sebagian berbau busuk

         Pengangkutan TBS ke Pabrik


TBS hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih
lanjut.pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan asam lemak bebas
(ALB) nya semakin meningkat dan dapat memperkecil kadar rendemen.
Pengangkutan yang menempuh jarak terlalu jauh akan mempertinggi derajat
kelukaan buah yang dapat mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan.
         Kondisi Proses di PKS
Pengolahan kelapa sawit yang dilakukan secara mekanis dan fisika dapat berperan
dengan baik jika tersedia bahan baku yang sesuai dan kinerja pabrik yang baik.
Untuk mengendalikan proses pengolahan diperlukan pengetahuan dan penguasaan
terhadap proses pengolahan,kinerja mesin dan alat serta memadukan setiap proses
pengolahan dan kemampuan untuk mengoperasikan serta mendiagnosa suatu
penyimpangan.
Pada stasiun penerimaan buah,buah yang diterima ditimbang dengan teliti agar
didapat perhitungan rendemen yang tepat. Kemudian langsung diolah agar tidak
terjadi pelukaan pada buah yang dapat meningkatkan ALB dan menurunkan
rendemen.
Stasiun perebusan menggunakan system triple peak. Dimana tekanan yang
digunakan adalah 2-3 kg/cm3. Apabila tekanan < 2 kg/cm3,maka waktu perebusan
akan semakin lama. Hal ini akan menyebabkan kehilangan minyak pada tandan
kosong dan pada air kondensat akan meningkat.
Pada stasiun penebahan, thresher berputar dengan kecepatan 23-25 rpm. Bila
putaran dibawah 23 rpm maka berondolan buah tidak terlepas sempurna dari
tandannya sehingga dapat menurunkan  rendemen minyak.
Pada stasiun kempa, tekanan berkisar 30-50 bar. Bila tekanan kempa terlalu
rendah dapat mengakibatkan ampas masih basah (mengandung minyak) sehingga
kehilangan minyak pada ampas tinggi. Dan apabila tekanan kempa terlalu tinggi
akan mengakibatkan kadar biji pecah tinggi dan kehilangan minyak pada biji juga
tinggi. Selain itu, kinerja mesin pada stasiun klarifikasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan minyak terikut bersama sludge maupun air.

2.1.3 Merencanakan Tindakan


Sebelum melakukan tindakan terhadap kasus/masalah yang ada, kita perlu
membuat rencana untuk waktu jangka panjang.
Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas maka perlu perencanaan sebagai
berikut :
         Pemilihan varietas tanaman yang unggul. Dalam kasus ini maka sebaiknya
kita memilih varietas tanaman jenis Tenera
         Pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja,prime), tanaman sawit
mencapai tingkat produksi maksimal dan setelah itu tingkat produksi mulai
menurun secara gradual pada periode tanaman tua (old), maka sebaiknya
segeralah melakukan peremajaan kembali (replanting)
         Pemeliharaan tanaman meliputi : penyulaman (mengganti tanaman yang mati
atau kurang baik), pemberantasan gulma, pemupukan, pemangkasan (memotong
daun-daun tua),penyerbukan buatan,dll.
         Agar TBS mempunyai mutu yang baik maka kita harus mengendalikan
system panen. Pengawasan pada saat panen sangatlah penting.
         Derajat kematangan buah harus selalu kita pantau saat melakukan proses
pemanenan agar TBS yang di panen memang benar-benar termasuk kriteria
matang.
         Segeralah mengangkut buah yang sudah dipanen ke pabrik untuk diolah.
         Pada saat proses pengolahan harus selalu terkendali serta dibutuhkan
pengetahuan dan penguasaan terhadap proses pengolahan, kinerja mesin dan alat-
alat harus selalu dalam kondisi yang baik.

Do (Melaksanakan)
Tindakan yang kita laksanakan harus sesuai dengan rencana yang sudah dibuat
sebelumnya.
Check (Periksa)
Pemeriksaan sangatlah penting dilakukan untuk dapat memastikan hasil dari
pemecahan suatu masalah.
Act (Tindakan)
Cara Mengatasi Kehilangan Minyak Selama Proses Pengolahan
Kehilangan minyak selama proses dapat ditanggulangi dengan angka kerja
pengolahan (Standar Fisik Kerja Pengolahan) yang diperlihatkan pada table
berikut:
Standar Fisik Kerja Pengolahan
No. Uraian Satuan Standar Fisik
1. Tekanan Rebusan Kg/cm3 2,8-3
2. Masa Rebusan Menit 85-90
3. Pola Rebusan Puncak 2 atau 3
4. Suhu Massa dalam Digester °C 90-95
5. Tekanan Kerja Single Pressing Bar 30-50
6. Tekanan Kerja Double
Pressing Bar 30-40
Firs Pressing Bar 40-50
Second Pressing
7. Suhu Kerja Stasiun Klarifikasi °C 90-95
8. Tekanan Vacum Dryer Torr 50
9. Suhu Hot Water Tank °C 90-95
10. Pemakaian Air Pengencer di
Screw Press terhadap TBS % 15-20
11. Kebutuhan Air Stasiun
Klarifikasi terhadap TBS % 5-10
12. Kebutuhan Air Pabrik per ton m3 1,2-1,5
TBS
13. Kebutuhan Listrik per ton TBS KwH 15-17
14. Kebutuhan Uap per ton TBS Kg 500-600

Selain pengaruh standart fisik kerja pengolahan di atas, kualitas minyak kelapa
sawit juga dipengaruhi oleh system panen yang diberlakukan. Kriteria matang
panen yang bervariasi akan menyebabkan perbedaan kualitas minyak kelapa
sawit.
Pemanenan yang sesuai norma-norma panen tidak akan menimbulkan pengaruh
negatif terhadap kualitas. Namun, penyimpangan akan selalu terjadi sehingga
menyebabkan penurunan kualitas seperti pengutipan brondolan yang kotor serta
pemotongan buah mentah.
Operasi panen,operasi pengangkutan buah dan operasi pengolahan hendaknya
saling mendukung satu sama lain. Ketiga kegiatan ini merupakan subsistem-
subsistem dari satu tujuan system induk yaitu objektif PAO (Panen Agkut Olah).
Untuk mendukung suksesnya tujuan pengangkutan perlu diperhatikan tersedianya
buah di TPH mulai jam 9.00 WIB, jumlah armada angkutan yang cukup,serta
jalan yang baik dan sistem komunikasi yang lancar.

A.    Kesimpulan
  Untuk menghasilkan minyak atau CPO yang baik dari kelapa sawit harus
mengandung Asam Lemak Bebas (ALB) yang rendah dan memiliki rendemen
yang tinggi.
  Ada beberapa factor yang mempengaruhi rendemen CPO di PKS,antara lain:
o   Varietas tanaman
o   Umur tanaman
o   Pemeliharaan tanaman
o   Mutu Tandan Buah Segar (TBS)
o   Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)
o   Pengangkutan TBS ke pabrik
o   Kondisi proses pengolahan di PKS
  Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas maka perlu perencanaan sebagai
berikut :
o   Pemilihan varietas tanaman yang unggul. Dalam kasus ini maka sebaiknya kita
memilih varietas tanaman jenis Tenera
o   Pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja,prime), tanaman sawit
mencapai tingkat produksi maksimal dan setelah itu tingkat produksi mulai
menurun secara gradual pada periode tanaman tua (old), maka sebaiknya
segeralah melakukan peremajaan kembali (replanting)
o   Pemeliharaan tanaman meliputi : penyulaman (mengganti tanaman yang mati atau
kurang baik), pemberantasan gulma, pemupukan, pemangkasan (memotong daun-
daun tua),penyerbukan buatan,dll.
o   Agar TBS mempunyai mutu yang baik maka kita harus mengendalikan system
panen. Pengawasan pada saat panen sangatlah penting.
o   Derajat kematangan buah harus selalu kita pantau saat melakukan proses
pemanenan agar TBS yang di panen memang benar-benar termasuk kriteria
matang.
o   Segeralah mengangkut buah yang sudah dipanen ke pabrik untuk diolah.
o   Pada saat proses pengolahan harus selalu terkendali serta dibutuhkan pengetahuan
dan penguasaan terhadap proses pengolahan, kinerja mesin dan alat-alat harus
selalu dalam kondisi yang baik.
BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari penyusunan
rencana kerja, pelaksanaan rencana kerja, pemeriksaan pelaksanaan rencana kerja,
serta perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang diselenggarakan.
Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A dapat diartikan sebagai
proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan sistematis.
Secara ringkas, Proses PDCA dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      P (Plan  =  Rencanakan)
Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa yang
dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan
yang ditetapkan. PLAN ini harus diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem.
2.      D (Do  = Kerjakan)
Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ukuran-ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN.
3.      C (Check = Evaluasi)
Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan
apa saja hasilnya

4.      A (Act  = Menindaklanjuti)


Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan
menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan

4.2  Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca dalam
memahami cara pelaksanaan, penyelesaian maslah mutu dengan konsep PDCA
(Plan, DO, Check, Action). Kami Menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1990. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Riau: Direktorat Jenderal


Perkebunan
Anonymous 1997. Standarisasi pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Direktorat
Jenderal           Perkebunan.
Naibaho,P.M. 1998. Teknologi pengolahan kelapa sawit. Medan: Pusat penelitian
Kelapa Sawit (PPKS).
Pahan,I.2006. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga
Hilir.Cetakan 1.Jakarta: Penebar Swadaya.
Saifuddin (2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jakarta
Amiruddin (2007), Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan
Kesehatan,
http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-
bapelkes-210607.ppt

Anda mungkin juga menyukai