Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Angga Tribuana
5202415055
FAKULTAS TEKNIK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam peningkatan mutu diperlukan manajemen yang baik agar dalam
pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu
manajemen, ada konsep problem solving yang bisa diterapkan ditempat kerja kita
yaitu dengan menggunakan pendekatan P-D-C-A sebagai proses penyelesaian
masalah. Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A dapat diartikan sebagai
proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan sistematis.
Dalam program menjaga mutu terdapat kumpulan masalah yang harus
diselesaikan, setelah cara penyelesaian masalah berhasil ditetapkan, kegiatan
selanjutnya yang harus dilakukan pada Program Menjaga Mutu adalah
melaksanakan cara penyelesaian tersebut sedemikian rupa sehingga mutu
pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan. Dalam program menjaga mutu,
pelaksanaan kegiatan ini tercakup dalam suatu siklus kegiatan tertentu yang
dikenal dengan nama siklus PDCA ( Plan, Do, Check, Action)
1.3 Tujuan
A. PENGERTIAN
PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" (Rencanakan,
Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat
langkah iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. PDCA
dikenal sebagai “siklus Shewhart”, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter
Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya,
metodologi analisis PDCA lebih sering disebut “siklus Deming”. Hal ini karena
Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya dan memperluas
penerapannya. Namun, Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus
Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming memodifikasi PDCA menjadi
PDSA ("Plan, Do, Study, Act") untuk lebih menggambarkan
rekomendasinya.Dengan nama apa pun itu disebut, PDCA adalah alat yang
bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus tanpa berhenti.
Tahapan dalam penjagaan sebuah kualitas agar tetap berada pada standar
yang telah ditetapkan, menjadi sebuah penekanan terpenting dalam
keberlangsungan hidup sebuah organisasi/ perusahaan. Tahapan tersebut
diantaranya adalah : perencanaan dimana diperlukan sebuah prosedur perencanaan
kualitas, tahap pelaksanaan diperlukan sebuah jaminan kualitas, tahap evaluasi
diperlukan sebuah pengontrolan terhadap kualitas, dan tahap penjagaan serta
pengembangan mutu. Untuk menciptakan sebuah produk yang berkualitas sesuai
dengan keinginan konsumen, tidak harus mengeluarkan biaya yang lebih besar.
Maka dari itu, diperlukan sebuah program peningkatan kualitas yang baik, yaitu
misalnya dengan menerapkan program PDCA (Plan, Do, Check, Act)
Implementasi proses. Dalam langkah ini, yaitu melaksanakan rencana yang telah
disusun sebelumnya dan memantau proses pelaksanaan dalam skala kecil (proyek
uji coba).
Mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.
Dalam Model Proses ISO 9001, manajemen suatu organisasi setelah memahami
persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu, selanjutnya melakukan tahap-
tahap sebagai berikut :
menetapkan komitmennya untuk melaksanakan sistem manajemen mutu;
Dengan kata lain, semua kegiatan operasional suatu perusahaan merupakan
bagian dari proses Realisasi Produk dalam ISO 9001:2000. Pada tahapan ini,
Persyaratan Pelanggan merupakan input bagi proses sedangkan outputnya adalah
Kepuasan Pelanggan. Setelah proses implementasi (do) dijalankan, maka proses
berikutnya adalah pemeriksaan (check) hasil-hasil yang diperoleh dan penetapan
tindakan (act) yang diperlukan untuk perbaikan. Pada proses ini :
Hasil dari proses ini kemudian digunakan sebagai input bagi proses
perencanaan selanjutnya. Keempat proses di atas, Plan-Do-Check-Act (PDCA)
merupakan satu siklus yang tidak terputus dan saling berinteraksi satu sama lain.
Siklus PDCA sudah seharusnya digunakan untuk meningkatkan sistem
manajemen mutu (kinerja organisasi) secara terus menerus. Jadi PDCA
merupakan proses yang kontinu dan berkesinambungan. Jika produk sudah sesuai
dengan mutu yang direncanakan maka proses tersebut dapat dipergunakan di masa
mendatang. Sebaliknya, jika hasilnya belum sesuai dengan yang direncanakan,
maka prosedur tersebut harus diperbaiki atau diganti di masa mendatang. Dengan
demikian, proses sesungguhnya tidak berakhir pada langkah Act, tetapi
merupakan proses yang kontinu dan berkesinambungan sehingga kembali lagi
pada langkah pertama dan seterusnya. (Hendra Poerwanto G)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Plan (Rencana)
Definisi Masalah
Untuk mendefinisikan masalah yang ada,terlebih dahulu kita harus menganalisa
masalah yang terjadi. Contoh kasus yang akan kami ambil adalah faktor apa saja
yang mempengaruhi rendemen CPO di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ?
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendemen CPO di PKS
Untuk menghasilkan minyak atau CPO yang baik dari kelapa sawit harus
mengandung Asam Lemak Bebas (ALB) yang rendah dan memiliki rendemen
yang tinggi. Ada beberapa factor yang mempengaruhi rendemen CPO di
PKS,antara lain:
Varietas tanaman
Umur tanaman
Pemeliharaan tanaman
Mutu Tandan Buah Segar (TBS)
Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)
Pengangkutan TBS ke pabrik
Kondisi proses pengolahan di PKS
Analisa Penyebab
Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas, maka kita harus menganalisa
penyebabnya. Mengapa kualitas CPO yang dihasilkan tidak memenuhi standar ?
Varietas Tanaman
Faktor penentu buruknya kualitas CPO di antaranya disebabkan oleh pemilihan
Varietas tanaman yang salah.
Varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang terbagi atas 4
(empat),yaitu:
1. Macrocarya, merupakan tipe jenis kelapa sawit yang memiliki cangkang paling
tebal yaitu sekitar > 8 mm.
2. Dura, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp sekitar 35-50% dari
buah,dengan tebal cangkang sekitar 2-8 mm dan ketebalan inti (kernel) yang
cukup besar. Tipe kelapa sawit jenis ini merupakan tipe kelapa sawit yang juga
dikategorikan memiliki cangkang yang cukup tebal,sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah,namun biasanya tandan buahnya besar-
besar dan kandungan minyak per tandannya cukup rendah yaitu berkisar 18 %.
3. Pisifera, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp sangat tebal
yaitu sekitar 70-80% dengan cangkang yang sangat tipis yaitu <0,5 mm (bahkan
kadang hampir tidak ada), namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah sehingga tidak ditanam secara komersial di perkebunan.
4. Tenera, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp cukup tebal yaitu
sekitar 60-70% dengan ketebalan cangkang hanya 0,5-4 mm. Tenera adalah
persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul
sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah
tipis namun bunga betinanya tetap fertile. Beberapa Tenera unggul memiliki
persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minya per
tandannya yang cukup tinggi yaitu sekitar 22-28%. Tipe kelapa sawit ini lebih
cocok untuk penanaman komersial.
Do (Melaksanakan)
Tindakan yang kita laksanakan harus sesuai dengan rencana yang sudah dibuat
sebelumnya.
Check (Periksa)
Pemeriksaan sangatlah penting dilakukan untuk dapat memastikan hasil dari
pemecahan suatu masalah.
Act (Tindakan)
Cara Mengatasi Kehilangan Minyak Selama Proses Pengolahan
Kehilangan minyak selama proses dapat ditanggulangi dengan angka kerja
pengolahan (Standar Fisik Kerja Pengolahan) yang diperlihatkan pada table
berikut:
Standar Fisik Kerja Pengolahan
No. Uraian Satuan Standar Fisik
1. Tekanan Rebusan Kg/cm3 2,8-3
2. Masa Rebusan Menit 85-90
3. Pola Rebusan Puncak 2 atau 3
4. Suhu Massa dalam Digester °C 90-95
5. Tekanan Kerja Single Pressing Bar 30-50
6. Tekanan Kerja Double
Pressing Bar 30-40
Firs Pressing Bar 40-50
Second Pressing
7. Suhu Kerja Stasiun Klarifikasi °C 90-95
8. Tekanan Vacum Dryer Torr 50
9. Suhu Hot Water Tank °C 90-95
10. Pemakaian Air Pengencer di
Screw Press terhadap TBS % 15-20
11. Kebutuhan Air Stasiun
Klarifikasi terhadap TBS % 5-10
12. Kebutuhan Air Pabrik per ton m3 1,2-1,5
TBS
13. Kebutuhan Listrik per ton TBS KwH 15-17
14. Kebutuhan Uap per ton TBS Kg 500-600
Selain pengaruh standart fisik kerja pengolahan di atas, kualitas minyak kelapa
sawit juga dipengaruhi oleh system panen yang diberlakukan. Kriteria matang
panen yang bervariasi akan menyebabkan perbedaan kualitas minyak kelapa
sawit.
Pemanenan yang sesuai norma-norma panen tidak akan menimbulkan pengaruh
negatif terhadap kualitas. Namun, penyimpangan akan selalu terjadi sehingga
menyebabkan penurunan kualitas seperti pengutipan brondolan yang kotor serta
pemotongan buah mentah.
Operasi panen,operasi pengangkutan buah dan operasi pengolahan hendaknya
saling mendukung satu sama lain. Ketiga kegiatan ini merupakan subsistem-
subsistem dari satu tujuan system induk yaitu objektif PAO (Panen Agkut Olah).
Untuk mendukung suksesnya tujuan pengangkutan perlu diperhatikan tersedianya
buah di TPH mulai jam 9.00 WIB, jumlah armada angkutan yang cukup,serta
jalan yang baik dan sistem komunikasi yang lancar.
A. Kesimpulan
Untuk menghasilkan minyak atau CPO yang baik dari kelapa sawit harus
mengandung Asam Lemak Bebas (ALB) yang rendah dan memiliki rendemen
yang tinggi.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi rendemen CPO di PKS,antara lain:
o Varietas tanaman
o Umur tanaman
o Pemeliharaan tanaman
o Mutu Tandan Buah Segar (TBS)
o Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)
o Pengangkutan TBS ke pabrik
o Kondisi proses pengolahan di PKS
Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas maka perlu perencanaan sebagai
berikut :
o Pemilihan varietas tanaman yang unggul. Dalam kasus ini maka sebaiknya kita
memilih varietas tanaman jenis Tenera
o Pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja,prime), tanaman sawit
mencapai tingkat produksi maksimal dan setelah itu tingkat produksi mulai
menurun secara gradual pada periode tanaman tua (old), maka sebaiknya
segeralah melakukan peremajaan kembali (replanting)
o Pemeliharaan tanaman meliputi : penyulaman (mengganti tanaman yang mati atau
kurang baik), pemberantasan gulma, pemupukan, pemangkasan (memotong daun-
daun tua),penyerbukan buatan,dll.
o Agar TBS mempunyai mutu yang baik maka kita harus mengendalikan system
panen. Pengawasan pada saat panen sangatlah penting.
o Derajat kematangan buah harus selalu kita pantau saat melakukan proses
pemanenan agar TBS yang di panen memang benar-benar termasuk kriteria
matang.
o Segeralah mengangkut buah yang sudah dipanen ke pabrik untuk diolah.
o Pada saat proses pengolahan harus selalu terkendali serta dibutuhkan pengetahuan
dan penguasaan terhadap proses pengolahan, kinerja mesin dan alat-alat harus
selalu dalam kondisi yang baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari penyusunan
rencana kerja, pelaksanaan rencana kerja, pemeriksaan pelaksanaan rencana kerja,
serta perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang diselenggarakan.
Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A dapat diartikan sebagai
proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan sistematis.
Secara ringkas, Proses PDCA dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. P (Plan = Rencanakan)
Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa yang
dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan
yang ditetapkan. PLAN ini harus diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem.
2. D (Do = Kerjakan)
Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ukuran-ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN.
3. C (Check = Evaluasi)
Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan
apa saja hasilnya
4.2 Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca dalam
memahami cara pelaksanaan, penyelesaian maslah mutu dengan konsep PDCA
(Plan, DO, Check, Action). Kami Menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA