Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke
waktu yang semakin cepat terutama di bidang otomotif. Perkembngan ilmu dan
pengetahuan kali ini tampak jelas, dimana sebelumnya pekerjaan banyak
menggunakan tenaga manusia dan semakin majunya zaman maka pekerjaan banyak
yag beralih menggunakan alat yang otomatis. Model apapun yang digunakan dalam
sistem otomasi dalam duniaotomotif sangat tergantung kepada keandalan sistem
kendali yang dipakai. Dimaa hasil penelitian mennjukkan secanggih apapun sistem
kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupu transduser yang
digunakan.
Sensor sendiri merupakan suatu komponen yang digunakan untuk merubah
besaran non istrik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisis dengan rangkaian
listrik tertentu. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat
menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis. Secara umum
berdasarkan fungsi dan penggunaan sensor dapat dikelompokkan menjadi beberapa,
untuk salah satunya yaitu sensor thermal (panas).
Temperatur merupakan salah satu dari empat besaran dasar yang diakui oleh
Sistem Pengukuran Internasional (The International Measuring System). Untuk
mengukur suhu pada rentang tertentu harus digunakan suatu komponen. Salah satunya
adalah WTS, dimana setiap sensor dan komponen-komponen lain pasti memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Untuk mengetahui system atau prinsip kerja dari
sensor dan mengetahui karakteristik masing-masing sensor maka dilakukanlah
praktikum percobaan sensor temperatur ini.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari pembuatan makalah penelitian ini adalah :
1. Mempelajari karakteristik statis dari sensor suhu beberupa termistor
2. Mampu membuat ragkaian yang berfungsi meningkatkan linearitas tanggapan
thermistor sederhana
3. Mencari tahu perbedaan reaksi sensor yang sudah linear dengan yang belum linear
reaksinya
4. Mampu mengkalibrasi sensor WTS (Water Temperature Sensor)

Manfaat dari percobaan penilitian ini adalah:

1. Dapat mempelajari karakteristik Mempelajari karakteristik statis dari sensor suhu


beberupa termistor
2. Dapat mengetahui membuat ragkaian yang berfungsi meningkatkan linearitas
tanggapan thermistor sederhana
5. Dapat mengetahui perbedaan reaksi sensor yang sudah linear dengan yang belum
linear reaksinya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sensor
Sensor suhu adalah komponen elektronika baik yang aktif atau pasif yang
dapat merespon perubahan temperatur atau suhu disekitar komponen tersebut dan
menghasilkan peubahan elektrik sesuai dengan perubahan suhu atau temperatur yang
direspon komponen tersebut. Sensor suhu banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari, salah satunya dalam dunia otomotif yaitu sensor WTS yang digunakan untk
mendeteksi air pada sistem radiator kendaraan.
Temperature sensor adalah suatu komponen yang dapat mengubah besaran
panas menjadi besaran listrik sehingga dapat meneteksi gejala perubahan suhu pada
suatu objek tertentu. Sunsor suhu melakukan pengukuran terhadap jumlah energi
panas atau energi dingin yang dihasilkan oleh suatu objek sehingga memungkinkan
kita untuk mengetahui atau mendeteksi gejala perubahan-perubahan suhu tersebut
dalam bentuk output analog atau digital.
Sensor dalam teknik penguji pengukuran dan pengetahuan ini harus memenuhi
persyaratan-persyaratan kualitas yakni :
1. Linieritas
Istilah linieritasdidefinisikan sebagai hubungan antara output dan input dapat
diwujudkan dalam persamaan garis lurus. Konversi harus benar-benar
proposional, jadi karakteristik konversi harus linier
2. Tidak tergantung temperatur
Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di sekelilingnya,
kecuali sensor suhu.
3. Kepekaan
Kepekaan atau sensitivitas (sensitivity) didefinisikan sebagai perubahan pada
output instrumen untuk setiap perubahan input terkecil. Kepekaan sensor harus
dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada dapat diperoleh
tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
4. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai
nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara mendadak, sensor harus
dapat berubah cepat bila nilai masukan pada sistem tempat sensor tersebut
berubah.. Tanggapan waktu menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap
perubahan masukan.
5. Batas frekuensi rendah dan tinggi
Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan
tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada kebanyakan
aplikasi disyaratkan bahwa frekuensi terendah adalah 0 Hz.
6. Stabilitas waktu
Istilah repeabilitas (repeability) didefinisikan sebagai pengukuran terhadap
seberapa baik output yang dihasilkan ketika diberikan input yang sama beberapa
kali. Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan
keluaran (output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama.
7. Histerisis
Istilah histerisis (hysterisis) didefinisikan sebagai perbedaan output yang terjadi
antara pemberian input menaik dan pemberian input menurun dengan besar nilai
input sama. Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai
pada sensor. Misalnya, pada suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat
memberikan keluaran yang berlainan.

B. Sensor Suhu
Lord kelvin pada tahun 1948 mengusulkan skala temperatur termodinamika pada
suatu titik tetap triple point, dimana fase padat, cair dan uap berada bersama dalam
equilibrium, angka ini adalah 273,16 oK ( derajat Kelvin) yang juga merupakan titik
es. Skala lain adalah Celcius, Fahrenheit dan Rankine dengan hubungan sebagai
berikut :

o
F = 9/5 oC + 32 atau
o
C = 5/9 (oF-32) atau
o
R = oF + 459,69
Temperatur adalah kondisi penting dari suatu substrat. Sedangkan “panas adalah
salah satu bentuk energi yang diasosiasikan dengan aktifitas molekul-molekul dari
suatu substrat”. Partikel dari suatu substrat diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan
partikel inilah yang kemudian dirasakan sebagai panas. Sedangkan temperatur adalah
ukuran perbandingan dari panas tersebut. Pergerakan partikel substrat dapat terjadi
pada tiga dimensi benda yaitu :
1. Benda padat
2. Beda cair dan
3. Benda gas (udara)
Aliran kalor substrat pada dimensi padat, cair dan gas dapat terjadi secara :
1. Konduksi, yaitu pengaliran panas melalui benda padat (penghantar) secara kontak
langsung.
2. Konveksi, yaitu pengaliran panas melalui media cair secara kontak langsung
3. Radiasi, yaitu pengaliran panas melalui media udara/gas secara kontak tidak
langsung.
Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe
sensor dengan pertimbangan :
1. Penampilan (Performance)
2. Kehandalan (Reliable)
3. Faktor ekonomis ( Economic)
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan jenis sensor suhu
adalah :
1. Level suhu maksimum dan minimum dari suatu substrat yang diukur.
2. Jangkauan (range) maksimum pengukuran
3. Konduktivitas kalor dari substrat
4. Respon waktu perubahan suhu dari substrat
5. Linieritas sensor
6. Jangkauan temperatur kerja
Selain dari ketentuan diatas, perlu juga diperhatikan aspek phisik dan kimia dari
sensor seperti ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap guncangan,
pengkabelan (instalasi), keamanan dan lain-lain.
C. Jenis-jenis sensor suhu
NTC (Negative Temperature Coeficient ) adalah jenis resistor non linier
yang nilai hambatannya terpengaruh oleh perubahan suhu. Makin tinggi suhu yang
mempengaruhi makin kecil nilai hambatannya. NTC, termistor yang mempunyai
koefisien negatif yang tinggi, termistor jenis ini dibuat dari oksida logam yang
terdapat dar golongan transisi, seperti Zr O 2- Y2P3 NiAI2O3Mg (Al, Cr, Fe). oksida-
oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang sangat tinggi, tetapi dapat diubah
menjadi bahan semikonduktor dengan menambahkan beberapa ion lain yang
mempunyai valensi yang berbeda disebut dengan doping. Dan pengaruh dari
resistansinya dipengaruhi perubahan temperatur yang diberikan.
PTC (Positive Temperature Coeficient) adalah jenis resistor non linier yang
nilai hambatannya terpengaruh oleh perubahan suhu. Makin tinggi suhu yang
mempengaruhi makin besar nilai hambatannya. PTC merupakan resistor dengan
koefisien positif. dalam hal ini, termistor PTC berbeda dengan temistor NTC, antara
lain koefisien temperature dari thermistor PTC bernilai positif hanya dalam
interfal temperatur tertentu, sehingga diluar interval tersebut akan bernilai nol atau
negative, harga mutlak dan koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih besar
dari pada termistor NTC.
D. Termometer Standar
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur),
ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang
berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada
bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa. Ada
bermacam-macam termometer menurut cara kerjanya yaitu termometer raksa,
termokopel, termometer inframerah, termometer galileo, termistor, termometer
bimetal mekanik, sensor suhu bandgap silikon, merkuri termo dan termometer
alkohol.
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan
kandungan Merkuri di ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat
sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika temperatur meningkat, Merkuri akan
mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan petunjuk tentang suhu di
sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Skala suhu yang paling
banyak dipakai di seluruh dunia adalah Skala Celcius dengan poin 0 untuk
titik beku dan poin 100 untuk titik didih.
BAB III

PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Sensor Water Temperature Sensor : Toyota Avanza

2. Thermometer : Jenis Manual

Spesifikasi :
 Digunakan untuk mengukur suhu air dingin atau air panas
 Menggunakan air raksa atau alkohol sebagai penunjuk suhu
 Sekala suhu dimulai dari 00C hingga 1000C.
 Suhu 00C menyatakan suhu es yang sedang mencair, sedangkan suhu 100 0C
menyatakan suhu air yang sedang mendidih
3. Heater stainless

Spesifikasi:
 Merk STAR
 Voltage listrik 220 V
 Frekuensi 50 Hz
 Daya 190 W
4. AC/DC Adaptor

Spesifikasi :
 Merk MONTANA
 Input AC 220 V/50 Hz
 Output DC 1.5 V hingga 12 V
 Arus 1 A
 Indikator Volt LED
 Ada 7 macam steker DC
 Terdapat Saklar Polaritas
5. Multimeter Digital

Spesifikasi :
 Merk Krisbrow
 Display maksimal: LCD 3 1/2digit, 0.5 inch
 Polaritas : otomatis, diindikasikan minus, diasumsikan plus
 Metode terukur : double integral A/D switch implement
 Kecepatan sampling : 2 kali per detik
 Indikasi beban berlebih : “1” is displayed
 Skala operasi : 0°C - 40°C di <80% RH
 Skala penyimpanan : - 10°C - 50°C di <85% RH
 Daya : 9V NEDA 1604 atau 6F22
 Indikator baterai lemah
 Listrik statis : 4 mA
 Ukuran produk : 126 x 70 x 26 mm
 Berat bersih : 180 g (termasuk baterai)
6. Resistor : Nilai tahanan 2 KΩ
7. Kabel

B. Bahan
1. Es batu
2. Air
C. Tempat
Kegiatan pengujian pada Water Temperature Sensor yang dilakukan bertempat di kos
Mokondo.
D. Waktu
Waktu pelaksanaan pengujian dilakukan pada hari Jumat tanggal 8 Juni 2018 dan
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu :
Pengujian 1 Pukul 08.00 – 11.00
Pengujian 2 Pukul 08.00 – 11.00
Pengujian 3 Pukul 13.00 – 16.00

E. Skema Peralatan Uji


Persiapkan alat – alat dan bahan seperti :
 resistor 2 KΩ
 sensor WTS
 termometer
 AC/DC adaptor
 multimeter
 Kabel
 heater stainless
Cara Pembuatan Alat :
a) Skema pengujian Pengukuran Tahanan (Ω)
Rangkailah kabel (+) merah dan (-) hitam di terminal yang terdapat pada sensor.
Hubungkan kabel (+) merah dari sensor ke probe (+) multimeter, sedangkan
kabel (-) hitam dari sensor dihubungkan ke probe (-) multimeter. Arahkan
selektor multimeter pada Ohm (Ω).
b) Skema pengujian pengukuran Tegangan (V)
Rangkailah kabel (+) merah dan (-) hitam di terminal yang terdapat pada sensor.
Hubungkan kabel (+) merah dari sensor ke probe (+) multimeter, sedangkan
kabel (-) hitam dari sensor dihubungkan ke probe (-) multimeter. Sambungkan
kabel (+) dengan resistor dan adaptor (+) lalu hubungkan kabel (-) hitam ke
adaptor probe (-).
F. Langkah Pengujian
Langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini sebagai berikut:
1. Menyiapkan sensor WTS
2. Menyiapkan heater stainless
3. Menyiapkan es batu
4. Menyiapkan thermometer
5. Memasukkan air kedalam heater stainless.
6. Memasukkan es batu ke dalam heater stainless sampai air didalam menjadi dingin
7. Memasang sensor WTS pada heater stainless dan celupkan ke dalam air
8. Mengukur temperatur air menggunakan thermometer dari temperature rendah ke
tinggi dan sebaliknya
9. Mencatat nilai Resistansi (Ω) menggunakan multimeter dengan posisi selektor
Ohm dan temperatur dari thermometer secara bersamaan.
10. Untuk mengukur nilai tegangan, hubungkan kabel positif ke resistor dan ke
terminal positif adaptor, lalu hubungkan kabel negatif dari sensor ke terminal
negatif adaptor.
11. Posisikan selektor multimeter ke DC Volt
12. Pasangkan adaptor ke arus listrik dan setting volt charger pada adaptor ke 4,5 volt.
13. Mengukur kembali temperatur air menggunakan thermometer dari temperature
rendah ke tinggi dan sebaliknya
14. Mencatat nilai Tegangan (V) menggunakan multimeter dan temperatur dari
thermometer secara bersamaan.
G. Hasil Pengamatan
Adapun hasil yang dapat diamati setelah melakukan percobaan ini adalah:
Tabel 1. Hasil Pengamatan WTS saat Pemanasan Pengukuran Tahanan (Ω)
Resistansi (KΩ)
Suhu (°C)
1 2 Rata-rata
2° 5,76 6,55 6,15
10° 4,11 3,97 4,04
20° 2,61 2,71 2,66
30° 1,76 1,88 1,82
40° 1,17 1,25 1,21
50° 0,82 0,87 0.84
60° 0,59 0,62 0,60
70° 0,42 0,42 0,42
80° 0,31 0,32 0,31
90° 0,24 0,22 0,23
92° 0,23 0,21 0,22

Grafik 1. Hasil Pengamatan WTS saat Pemanasan Pengukuran Tahanan (Ω)

Hasil Pengamatan WTS saat Pemanasan Pengukuran


Tahanan (Ω)
7
6 6.15

5
Tahanan (Ω)

4 4.04
3
2.66
2 1.82
1 1.21
0.84 0.6 0.42 0.31 0.23 0.22
0
2° 10° 20° 30° 40° 50° 60° 70° 80° 90° 92°
Temperatur (°C)

Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan sensor WTS saat pemanasan pengukuran tahanan (Ω),
terlihat bahwa besarnya suhu yang diterima oleh sensor akan mempengaruhi hasil dari
resistansinya sehingga didapatkan hasil semakin tinggi suhu terbaca pada
thermometer yang diberikan pada sensor, maka resistansi yang didapatkan akan
semakin menurun. Hal ini disebabkan karena sensor WTS merupakan Tipe sensor
NTC. NTC (Negative Temperature Coeficient ) adalah jenis resistor non linier
yang nilai hambatannya terpengaruh oleh perubahan suhu. Makin tinggi suhu yang
mempengaruhi makin kecil nilai hambatannya.

Tabel 2. Hasil pengamatan WTS saat pendinginan pengukuran hambatan (Ω)

Suhu (°C) Ohm (Ω)


Hasil 1 Hasil 2 Rata-rata
92° 0,23 0,21 0,22
90° 0,24 0,22 0,23
80° 0,35 0,31 0,33
70° 0,45 0,41 0,43
60° 0,62 0,55 0,58
50° 0,81 0,83 0,82
40° 1,15 1,11 1,13
30° 1,70 1,74 1,72
20° 2,36 2,31 2,33
10° 3,44 3,46 3,45
2° 4,94 5,55 5,24

Grafik 2. Hasil pengamatan WTS saat pendinginan pengukuran hambatan (Ω)

Hasil pengamatan WTS saat pendinginan pengukuran


hambatan (Ω)
6
5.24
5

4
Hambatan (Ω)

3.45
3
2.33
2
1.72
1 1.13
0.82
0.43 0.58
0.22 0.23 0.33
0
92° 90° 80° 70° 60° 50° 40° 30° 20° 10° 2°

Tabel 3. Hasil Pengamatan WTS saat Pemanasan Pengukuran Tegangan (V)


Tegangan (V)
Suhu (°C)
1 2 Rata-rata
2° 3.90 3.98 3.94
10° 3.47 3.69 3.58
20° 3.04 3.07 3.05
30° 2.37 2.49 2.43
40° 1.85 1.94 1.89
50° 1.52 1.53 1.52
60° 1.16 1.18 1.17
70° 0.95 0.99 0.97
80° 0.68 0.74 0.71
90° 0.50 0.56 0.53
92° 0.47 0.51 0.49

Grafik 3. Hasil Pengamatan WTS saat Pemanasan Pengukuran Tegangan (V)

Hasil Pengamatan WTS saat Pemanasan Pengukuran Tegangan


(V)
4.5
4 3.94
3.5 3.58
3 3.05
Tegangan (V)

2.5 2.43
2 1.89
1.5 1.52
1.17
1 0.97
0.71
0.5 0.53 0.49
0
2° 10° 20° 30° 40° 50° 60° 70° 80° 90° 92°
Temperatur (°C)
Pemb
ahasan :

Berdasarkan hasil pengamatan sensor WTS saat pemanasan pengukuran tegangan (V),
terlihat bahwa besarnya suhu yang diterima oleh sensor akan mempengaruhi hasil dari
tegangan yang dihasilkan oleh sensor sehingga didapatkan hasil saat temperatur
sekitar sensor meningkat, maka tegangan sensor yang dibaca oleh multimeter juga
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan jenis tipe sensor NTC (Negative
Temperature Coeficient ), apabila resistansi yang dihasilkan menurun, maka tegangan
yang dihasilkan juga ikut menurun seiring dengan meningkatnya temperature
disekitar sensor.
Tabel 4. Hasil pengamatan WTS saat pendinginan pengukuran tegangan (V)

Suhu (°C) Volt (V)


Hasil 1 Hasil 2 Rata-rata
92° 0,46 0,45 0,45
90° 0,51 0,48 0,49
80° 0,69 0,61 0,65
70° 0,84 0,83 0,83
60° 1,21 1,07 1,14
50° 1,49 1,40 1,44
40° 2,05 1,75 1,90
30° 2,29 2,28 2,28
20° 2,94 2,82 2,88
10° 3,50 3,37 3,43
2° 3,88 3,86 3,87

Grafik 2. Hasil Pengukuran saat pendinginan

Hasil pengamatan WTS saat pendinginan pengukuran


tegangan (V)
4.5
4 3.87
3.5 3.43
3 2.88
2.5
Volt (V)

2.28
2 1.9
1.5 1.44
1 1.14
0.83
0.5 0.65
0.45 0.49
0
92° 90° 80° 70° 60° 50° 40° 30° 20° 10° 2°

Karakteristik Sensor :

1) Kesalahan (Eror)
Pada percobaan yang telah dilakukan, Multimeter yang digunakan untuk mengukur
tegangan pada sensor mengalami gangguan. Disebabkan karena Volt charger pada
adaptor kurang/melebihi spesifikasi dari tegangan sensor sehingga nilai tegangan yang
dihasilkan tidak sesuai dengan nilai variable yang sesungguhnya.
2) Akurasi

3) Sensitivitas
a. Pengukuran ohm
Perubahan suhu air untuk bisa menentukan setiap ohm pada sensor WTS sangat
sensitif karena setiap terjadinya perubahan suhu pada air maka secara singkat
tahanan pada pada multimetter bisa berubah. Dari 20C menjadi 5,24 dan secara
singkat pada suhu 100C menjadi 3,45.

Hasil pengamatan WTS saat pendinginan pengukuran


hambatan (Ω)
6
5.24
5

4
Hambatan (Ω)

3.45
3
2.33
2
1.72
1 1.13
0.82
0.43 0.58
0.22 0.23 0.33
0
92° 90° 80° 70° 60° 50° 40° 30° 20° 10° 2°

b. Pengukuran Volt

4) Repeabilitas
Pengukuran tegangan (V)
Terbesar : 3,90
Terkecil : 3,98
3,98−3,90
Repeabilitas = x 100% = 2,03
3,94

5) Histerisis
a. Pengukuran Tahanan (Ω)

A (Suhu turun) B (suhu Naik)


92° 0.22 2° 6,15
90° 0.23 10° 4,04
80° 0.33 20° 2,66
70° 0.43 30° 1,82
60° 0.58 40° 1,21
50° 0.82 50° 0.84
40° 1.13 60° 0,60
30° 1.72 70° 0,42
20° 2.33 80° 0,31
10° 3.45 90° 0,23
2° 5.24 92° 0,22

Histerisis Tahanan (Ω)


7

6 6.15

5.24
5
Tahanan (Ω)

4 4.04
3.45 A
3 B
2.66
2.33
2 1.82
1.72
1 1.21
1.13
0.84
0.82
0.43
0.42 0.6
0.58
0.22 0.23 0.33
0.31
0
92° 90° 80° 70° 60° 50° 40° 30° 20° 10° 2°
Temperatur (°C)

b. Pengukuran Tegangan (V)

A (Suhu Turun) B (Suhu Naik)


92° 0.45 2° 3.94
90° 0.49 10° 3.58
80° 0.65 20° 3.05
70° 0.83 30° 2.43
60° 1.14 40° 1.89
50° 1.44 50° 1.52
40° 1.9 60° 1.17
30° 2.28 70° 0.97
20° 2.88 80° 0.71
10° 3.43 90° 0.53
2° 3.87 92° 0.49
Histerisis Tegangan (V)
4.5
4 3.94
3.87
3.5 3.58
3.43
3 3.05
2.88
Tegangan (V)

2.5 2.43
2.28 B
2 1.9
1.89 A
1.5 1.52
1.44
1.17
1.14
1 0.97
0.71 0.83
0.53 0.65
0.5 0.49
0.45 0.49
0
92° 90° 80° 70° 60° 50° 40° 30° 20° 10° 2°
Temperatur (°C)

6) Linearitas

7) Time Response
Tanggapan waktu menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan
masukan. Untuk sensor WTS perubahan tegangan dan hambatan terjadi begitu
singkat, karena bersifat cepat maka menunjukkan waktu rata-rata

Waktu

PEMBAHASAN

Kali ini klompo kami membuatu suatu alat pengujian sensor suhu menggunakan sensor WTS
yang berbasis NTC. NTC (Negative temperature Coefesient) yang memiliki karakteristik
yang berkebalikan dengan sensor PTC dimana pada saat suhu lingkungan naik makanilai
resistansi yang ada pada NTC akan menurun mendekati nilai nol. Hambatan yang
ada pada NTC akan turun sesuai dengan naiknya temperatur dan sebaliknya. Pada NTC
maupun PTC dapat berfungsi sebagai sensor yang memanfaatkan perubahan dari nilai
tahanannya.

Dalam pembuatan sensor suhu kita harus mempelajari dulu tentang komponen-komponen
listrik dan peralatan listrik.sebelum menggunakan sensor suhu kita harus mengaklibrasi alat
terlebih dahulu,cara pengkalibrasian alat tersebut dengan memasukan termometer dan sensor
suhu (WTS) ke dalam water heater yang berisi air mineral biasa. pada skala termometer akan
menunjukan suhun ruangan,yaitu 28 derajat, lalu putar skrup pada sensor suhu hingga tepat
diangkaka nol. Suhu tersebut adalah Suhu standar kalibrasi. Untuk eksperimen pembuatan
alat sensor suhu pertama kali yang kami lakukan membuat rangkaian pada PCB, tapi
rangkaian yang di buat bukan rangkaian permanaen terlebih dahulu. Kita letakkan
resistor,potensiometer di PCB, lalu hubungkan kabel adaptor positif ke resistor 2k Ohm dan
kabel multimeter
positif dihubungkan ke resistor 2k Ohm. Lalu kabel negatif adaptor dihubungkan ke kabel
multimetter negative dan dihubungkan adaptor. Pada kabel adaptor yang satunya untuk
dihubungkan ke stopkontak jaringan rumah. Setelah selesai di rangkai kita coba memanasi air
yang didalamnya terdapat sensor WTS apabila jarum mulltimettter mau bergerak barulah
kita buat rangkaian kita menjadi permanen,dengan cara menyolder, setelah itu barulah kita
kalibrasi.

Pada praktikum kali ini dilakukan dua macam percobaan yaitu untuk kenaikan suhu dan
penurunan suhu yang dapat mempengaruhi resistansi dan tegangan yang terbaca di
multimetter dari hasil pengukuran digunakan kenaikan suhu awal yaitu 2 0C sampai dengan
920C begitu juga sebaliknya dengan penurunan suhu dari 920C sampai dengan 20C. Nilai rata-
rata tegangan yang diperoleh untuk penaikan suhu yang semakin naik adalah 3,94v; 3,58v;
3,05v; 2,43v; 1,89v; 1,52v; 1,17v; 0,97v; 0,71v; 0,53v; 0,49v sedangkan pada penurunan
suhu tegangannya yang diperoleh adalah 0,45v; 0,49v; 0,65v; 0,83v; 1,14v; 1,44v; 1,90v;
2,28v; 2,88v; 3,43v; 3,87v. Nilai rata-rata resistansinya yang diperoleh untuk penaikan suhu
resistansinya semakin naik adalah 6,15 Ω; 4,04 Ω; 2,66 Ω; 1,82 Ω; 1,21 Ω; 0,84 Ω; 0,60 Ω;
0,42 Ω; 0,31 Ω; 0,23 Ω; 0,22 Ω sedangkan pada penurunan suhu resistansinya semakin
menurun adalah 0,22 Ω; 0,23 Ω; 0,33 Ω; 0,43 Ω; 0,58 Ω; 0,82 Ω; 1,13 Ω; 1,72 Ω; 2,33 Ω;
3,45 Ω; 5,25 Ω. Hal ini terjadi karena bergantung wakt dan adanya prinsip kesetimbangan
thermal.

Pada saat proses pemanasa, semakin lama waktu pemanasan akan mempengaruhi suhu sistem
hingga suhu akan mengalami kenaikan nilai keluaran dari resistansi dan tegangan itu semakin
kecil begitupun sebaliknyapada suhu rendah atau penurunan. Untuk alasan kedua dipengaruh
oleh kesetimbangan tremmal ketika tidak terjadi pemanasan maka ada udara dinginyang
masuk kedalam sistem dan ada udara panas yang keluar dari sistem.
Dari analisis data dapat dilihat bahwa grafik pengaruh keluaran sensor WTS terhadap
kenaikan dan penurunan suhu air. Berdasarkan data sensor WTS yaitu grafik yang dihasilkan
berbentuk eksponensial oleh karena itu sensitifitas sensor sama antara nilai resistansi dengan
niai tegangan dan nilai resistan sama untuk kenaikan suhu 0,22 dan penurunan suhu 0,22 ini
menyatakan bahwa nilai histerisisnya juga sama.

BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran panas
menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya.Alat sensor suhu
sederhana dapat membuktikan hubungan rangkaian seri dan paralel. Sensor suhu
menerapkan prinsip jembatan weheatstone yang merupakan jembatan yang dapat
menentukan hambatan dengan prinsi pmenyeimbangkan ke dua komponen dalam
suatu sirkuit. Skala pada multimetter dapat bergerak jika suhu berubah-ubah.
2. SARAN
Diharapkan dalam pengujian sensor suhu air untuk dapat mengmbangkan peralatan uji
yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai