NIM : 5202415053
Rombel : 19
Bimbingan sekolah sering dianggap polisi sekolah. Memang hal ini sangat
mungkin terjadi dikarenakan sasaran BK seolah-olah hanya ditujukan kepada siswa
yang bermasalah saja. Contohnya saja, seringkali guru BK terlihat memberi hukuman
terhadap siswa yang terlambat datang ke sekolah tanpa melakukan bimbingan lebih
lanjut atau langkah penelusuran terhadap masalah apa yang terjadi dibalik
keterlambatan siswa tersebut. Hal ini yang menjadi penyebab utama yang menjadikan
BK sering dianggap sebagai polisi sekolah. Tentu hal ini tidaklah tepat karena pada
dasarnya BK berperan untuk membersamai siswa dalam proses perkembangannya,
sehingga tugas perkembangan siswa dapat tercapai secara optimal. Dalam
pelaksanaannya seharusnya konselor dapat menjadi partner yang ideal bagi siswa,
bukan sebaliknya malah menjadi sesuatu yang tidak disukai oleh siswa. Karena apabila
siswa tidak menyukai BK maka akan sulit bagi konselor untuk memberikan bimbingan
tadi. Maka dari itu sudah selayaknya terjadi kedekatan diantara konselor dan konseli,
konselor harus berusaha memahami keunikan setiap konseli yang dibimbingnya.
Apabila konselor dapat memahami diri konseli dengan baik, maka konselor akan lebih
mudah untuk membantu konseli tersebut sampai kepada penemuan solusi yang
dibutuhkan. Tentunya konseli juga akan lebih respect terhadap setiap arahan yang
disampai oleh seorang konselor, sehingga dia akan merasa lebih nyaman dalam
menentukan solusi dan pilihan.
Bimbingan konseling juga seringkali dianggap hanya diperuntukkan bagi siswa-
siswa yang bermasalah saja. Namun ternyata sebenernya BK diperuntukkan kepada
seluruh siswa baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Contohnya adalah
BK juga berperan dalam membantu siswa yang sedang bingung memilih konsentrasi
ilmu di tingkat SMA, menentukan jurusan untuk masuk ke SMK, menentukan karir
setelah lulus sekolah, menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi dan lain-lain. Hal
ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa terhadap hal-hal yang sedang
dihadapinya, baik tentang resiko yang terdapat pada pilihannya maupun tentang potensi
yang ada dalam individu siswa. Sehingga siswa dapat menemukan solusi untuk
menentukan langkah yang tepat dan dapat menentukan pilihan yang terbaik terhadap
keputusannya.
Daftar Pustaka