Anda di halaman 1dari 26

SISTEM PENGAPIAN

DAN BUSI
Sistem pengapian merupakan sistem yang berfungsi
untuk menghasilkan percikan api yang kuat pada
celah busi, guna memulai proses pembakaran
campuran bahan bakar dengan udara di dalam ruang
bakar dan mengatur saat pengapian (saat perciakan
api pada busi) dengan tepat dan saat pengapian
sesuai dengan putaran dan beban mesin
1. Pengapian konvensional

ADA 4 2. Pengapian transistor


(elektronik)
MACAM
PENGAPIAN
3. Pengapian CDI
YAITU :

4. Pengapian DLI
1. PENGAPIAN KONVENSIONAL

Sistem pengapian konvensional adalah salah satu


sistem pengapian baterai pada motor bensin yang
masih menggunakan platina untuk memutuskan
dan menghubungkan arus primer koil, yang
nantinya bertujuan untuk menghasilkan induksi
tegangan tinggi pada kumparan skunder yang
akan disalurkan ke masing masing busi.
BERIKUT ADALAH BAGIAN BAGIAN
DALAM SISTEM PENGAPIAN
KONVENSIONAL
1. BATERAI

Baterai berfungsi untuk


menyediakan arus listrik
tegangan rendah (biasanya
12 volt) untuk ignation coil.
2. IGNITION COIL

■ Ignition Coil berfungsi untuk menaikan tegangan


yang di terima dari baterai menjadi tegangan
tinggi yang diperlukan untuk pengapian di dalam
silinder. Lebih spesifiknya ignition coil berfungsi
untuk merubah arus listrik 12 volt yang diterima
dari baterai menjadi tegangan tinggi 20.000 volt
atau lebih, sehingga menghasilkan loncatan
bunga api yang kuat pada busi.
3. DISTRIBUTOR

■ Distributor berfungsi untuk membagikan


(mendistribusikan) arus tegangan tinggi yang
dihasilkan (dibangkitkan) oleh kumparan
skunder pada ignation coil ke busi pada tiap-
tiap selinder sesuai dengan firing order
(urutan pengapian).
4. KABEL
TEGANGAN TINGGI

■ Kabel Tegangan Tinggi berfungsi untuk


mengalirkan arus listrik tegangan tinggi
dari ignition coil ke busi. Kabel tegangan
tinggi harus mampu mengalirkan arus
listrik tegangan tinggi yang dihasilkan
oleh ignition col ke busi busi melalui
distributor tanpa adanya kebocoran.
Oleh sebap itu penghantar (core)
dibungkus dengan insulator karet yang
tebal untuk menghindari adanya
kebocoran arus listrik tegangan tinggi.
Insulator karet tersebut, kemudian
dilapisi oleh pembungkus (sheath).
5. BUSI

■ Busi berfungsi untuk mengeluarkan arus listrik


tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api melalui
elektrodanya. Arul listrik tegangan tinggi dari
distributor menimbulkan bunga api dengan
temperatur tinggi di antara elektroda tengah dan
massa dari busi untuk menyalakan campuran udara
dan bahan bakar yang sebelumnya telah di
kompresikan.
6. KUNCI KONTAK/SWITCH

■ Kunci Kontak berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan listrik pada


rangkaian atau mematikan dan menghidupkan sistem. Kunci kontak pada
kendaraan memiliki 3 atau lebih terminal.
7. KONDENSATOR
■ Kondensor berfungsi untuk mempercepat pemutusan arus primary coil sehingga
mencegah terjadinya loncatan bunga api listrik pada breaker point. Kondensor
bekerja pada saat breaker point membuka dan arus disimpan sementara di
kondensor. Hal ini mempercepat arus primary coil yang menyebabkan tegangan
induksi pada secondary coil bertambah tinggi. Kapasitas kondensor diukur
dalam microfarad.
8. PLATINA/BREAKER
POINT
■ Platina atau breaker point merupakan salah
satu komponen sistem pengapian yang berfungsi
untuk memutus dan menghubungkan arus listrik
yang mengalir melalui kumparan primer pada
ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan
tinggi pada kumparan skunder pada ignition coil,
dengan jalan induksi magnet listik (electromagnetic
induction). Platina bekerja seperti switch (saklar)
yang menyalurkan supply listrik dari kumparan
primer koil ke massa dan memutuskan aliran listrik
tersebut untuk menghasilkan induksi tegangan
tinggi. Pembukaan dan penutupan platina
digerakkan secara mekanis oleh cam/nok yang
menekan bagian tumit dari platina pada interval
waktu yang ditentukan.
BERIKUT ADALAH CARA
KERJA SISTEM PENGAPIAN
KONVENSIONAL
1. Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional
■ Prinsip kerja sistem pengapian konvensional
adalah sebagai berikut: arus dari baterai akan
mengalir ke kunci kontak melalui sekering yang
berfungsi untuk melindungi rangkaian sistem
pengapian, arus listrik akan diterukan ke koil
pengapian. Pada koil pengapian ini terdapat dua
kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder.
■ Arus listrik yang bertegangan kurang lebih 12
volt dari baterai akan disalurkan ke kumparan
primer koil kemudian mengalir ke platina dan ke
massa. Ketika platina membuka oleh karena
posos nok yang berputar, maka aliran listrik yang
menuju kumparan primer tersebut akan terputus
secara tiba-tiba.
■ Terputusnya arus listrik pada kumparan primer
secara tiba-tiba menyebabkan timbulnya induksi
diri pada kumparan sekunder, sehingga tercipta
tegangan yang tinggi pada kumparan sekunder.
Selanjutnya tegangan tinggi pada kumparan
sekunder tersebut disalurkan ke kabel busi
untuk kemudian diteruskan ke busi guna diubah
menjadi loncatan bunga api.
 Bagaimana listrik tegangan tinggi menjadi percikan api ?
Percikan api pada ujung busi tersebut sebenarnya wujud dari elektron yang loncat dari
elektroda busi (kutub positif) ke ground (kutub negatif), memang elektron ini tidak
terlihat tapi kalau tegangannya sangat tinggi maka elektron mampu loncat pada celah
sempit.
apabila anda mendekatkan sumber arus (tegangan tinggi misal 220 V) pada masa,
maka sebelum sumber arus tersebut menempel akan ada pecikan. Konstruksi busi pun
demikian, dimana ada celah antara elektroda dan masa. Sehingga ketika ada listrik
bertegangan tinggi pada elektoda busi, percikan api dapat terbentuk.
Bagaimana dengan timming pengapian ?

Satu lagi mengenai timming pengapian, kalau kita memahami


siklus pengapian konvensional diatas maka kita dapat menarik
kesimpulan bahwa yang menentukan timming atau yang
menentukan kapan busi mengeluarkan api itu ada pada saat
pembukaan platina.
Dan yang mempengaruhi pembukaan platina, adalah nok.
Sehingga timming ini dipengaruhi oleh sudut nok terhadap sudut
kaki platina.
2. SISTEM PENGAPIAN
TRANSISTOR/ELEKTRONIK

■ Sistem pengapian elektronik tipe transistor merupakan


sebuah rangkaian sistem pengapian yang memanfaatkan
transistor untuk memutuskan arus listrik pada ignition coil.
Dengan penggunaan transistor atau tidak memakai kontak
pemutus maka sistem pengapian transistor ini membuat
efisiensi tenaga listrik terjaga sehingga arus listrik yang
dibutuhkan untuk pembakaran lebih maksimal. Hal ini tentu
diakibatkan oleh tidak adanya percikan bunga api yang
biasanya terjadi pada kontak pemutus yang menyebabkan
sebagian energi hilang.
Pengapian elektronik (transistor) dibagi
menjadi dua macam yaitu :
■ 1. Sistem pengapian semi transistor
Sistem ini masih menggunakan kontak platina. Namun bukan berfungsi untuk
memutus arus primer coil, melainkan untuk memutuskan arus menuju kaki
basis pada transistor.

2. Sistem pengapian fully transistor


Sistem kedua sudah tidak menggunakan platina atau murni pengapian elektrik.
Untuk memutuskan arus pada kaki basis, digunakan alat berupa igniter yang
akan mengirimkan sinyak sesuai timing pengapian untuk memutuskan arus
pada kaki basis transistor.
KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN
TRANSISTOR :
■ Komponen pada system transistor hamper
sama dengan system konvensional, yang
berbeda adalah jika di system transistor
terdapat Transistor unit dan pulse igniter.
Transistor unit berfungsi sebagai komponen
utama yang bertugas untuk memutuskan dan
menyambungkan arus primer. Komponen ini akan
menggantikan platina sebagai pemutus arus.
Dan pulse igniter adalah komponen yang berfungsi untuk mendeteksi timing pengapian berupa
sinyal PWM yang digunakan untuk memutuskan arus basis pada transistor.
CARA KERJA SISTEM
PENGAPIAN TRANSISTOR

■ kunci kontak berada pada posisi ON, arus


dari baterai mengalir ke ignition coil. Dari
output arus coil primer akan masuk
menuju komponen transistor unit.
Sementara output coil sekunder masuk
menuju busi.
Saat mesin mulai berputar, pulse igniter akan mengirimkan sinyal PWM dengan frekuensi tergantung kecepatan
mesin. Sinyal tersebut akan diolah terlebih dahulu oleh controler yang terletak satu unit dengan transistor unit.
Hal itu menyebabkan lonjakan tegangan pada coil sekunder yang langsung diteruskan menuju masing-masing
busi melalui komponen distributor.
3. SISTEM PENGAPIAN CDI

■ Sistem pengapian kondensator (kapasitor) atau CDI


(Capacitor Discharge Ignition) merupakan salah satu jenis
sistem pengapian pada kendaraan bermotor yang
memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge
current) dari kondensator, guna mencatudaya kumparan
pengapian (ignition coil).
BERDASARKAN PENCATU DAYANYA, SISTEM PENGAPIAN CDI
TERBAGI MENJADI DUA JENIS YAITU :

■ Sistem pengapian CDI AC yang merupakan dasar dari


sistem pengapian CDI, dan menggunakan pencatu daya dari
sumber Arus bolak balik (dinamo AC/alternator).
■ Sistem pengapian CDI DC yang menggunakan pencatu daya
dari sumber arus listrik searah (misalnya dinamo DC, Batrai,
maupun Aki).

Anda mungkin juga menyukai