Anda di halaman 1dari 3

My Bike Brings Me Future

Masa kanak-kanak adalah masa dimana kita mulai belajar tentang kehidupan ini termasuk belajar
bersepeda. Aku masih berusia 4 tahun ketika belajar bersepeda. Satu dua tiga ku kayuh sepeda
kecilku itu tanpa rasa takut. Keceriaan dapat mengayuh sepeda untuk pertama kalinya
membuatku tak melihat ada batu besar di depan sepedaku. Akibatnya aku terjatuh dari sepedaku
dan darah keluar dari dagu bagian kananku. Aku tidak menangis karena rasa sakit daguku yang
menghantam rem sepeda sampai membentuk cekungan tetapi aku menangis karena aku melihat
banyak darah keluar dari sana dan kejadian itu tidak pernah menyurutkan tekadku untuk belajar
bersepeda.

Tekadku untuk bersepeda tetap teguh sampai aku beranjak remaja. Ku kayuh sepeda pemberian
ibuku menuju SMP N 3 Purworejo yang berjarak 10 km dari rumahku. Meskipun keringat
membasahi seluruh tubuhku, aku tak pernah lelah mengayuh. Ku kayuh terus sepedaku melewati
jalanan terjal, berliku, dan menanjak. Aku tak pernah mengeluh dan aku tidak pernah meminta
untuk mengganti sepedaku dengan kendaraan bermotor karena sepeda mengajarkanku arti
sebuah usaha, usaha untuk mencapai kesuksesan. Sepedaku pula yang mengantarkanku pada
teman-teman terbaikku hingga aku beranjak SMA.

SMA dengan siswa-siswi yang penuh gengsi dan prestise tidak mempengaruhiku untuk berhenti
bersepeda. Meski sepedaku mulai usang, tak apa bagiku untuk memakainya ke sekolah. Selain
baik untuk kesehatan, setidaknya bersepeda bisa mengurangi emisi CO2 dan mengurangi biaya
untuk beli bensin kan? Pemikiran-pemikiran seperti itu yang selalu aku tanamkan jika aku mulai
goyah untuk tetap bersepeda. Selain itu sepeda selalu menemaniku kemana pun dan dengan siapa
pun aku pergi termasuk dengan sahabatku, Rina. Setiap pulang dari sekolah, kami selalu
melakukan touring kecil menggunakan sepedaku itu, entah hanya main ke bukit belakang
sekolah ataupun hunting jajanan di alun-alun kota. Sampai kelulusan SMA dan sekarang pun
sepedaku sangat berarti bagiku karena my bike brings me to future.

Friendship atau persahabatan adalah sesuatu hal yang penting di dalam hidup ini. Bukankah lebih
baik hanya memilki satu teman tetapi tidak punya musuh daripada punya banyak teman tapi
punya satu musuh. Gak gitu juga sih. Terkadang kita juga membutuhkan musuh agar hidup lebih
berwarna tapi jangan banyak-banyak juga. Sudahlah lupakan soal itu. Sebenarnya disini aku
ingin sedikit bercerita bgaaimana sih kita dapat melihat sahabat-sahabat kita.

Aku benar-benar baru merasakan arti penting sahabat baru-baru ini. Yah mungkin dulu aku
menganggap sahabat hanya untuk di kala senang dan bercanda tawa, bersenang riang dan juga
sebagai tempat saling curhat berbagai masalah. Just it. Dan aku benar-benar baru merasakan
rasanya perhatian dan kasih sayang dari sahabat-sahabatku di sini.
Aku perkenalkan satu per satu yaaa. Yang pertama ada Fitria Slameut. Sebelumnya aku pengen
minta maaf dulu ke Fitria soalnya pernah salah menyebut namanya di depan umum waktu
presentasi PKM. Maaf ya Pit. Waktu aku sakit, Fitrialah yang paling menjaga asupan giziku serta
mengatur waktu minum obatku. Padahal Fitria sebelumnya jarang masak tapi demi aku dia rela-
relain masak tiap hari. Pokoknya dari nasi hingga sayur yang akan aku makan sehari itu disiapin
sendiri oleh Fitria. Aku sangat terharu ketika Fitria merelakan waktunya yang seharusnya ia bisa
pulang dan berkumpul dengan keluarga ia justru gunakan untuk merawatku. Aku benar-benar
merasa sedih melihat kontrakan yang semakin sepi tetapi Fitria tetap bersedia menemaniku.
Bahkan ketika aku ada pengganti UP Penkom, dia bersedia mengantarku dan menemaniku
hingga ternyata akhirnya UP Penkom diundur 1 hari. Di saat penantian keputusan tersebut aku
menangis, bukan karena UP yang dibatalkan tetapi karena aku merasa bersalah kepada Fitria
yang sudah menunggu lama untuk menemaniku UP ternyata akhirnya tidak dilaksanakan.
Tubuhku sangat lemah, aku menjadi tidak nafsu makan tetapi Fitria selalu sabar dan bertanya
kepadaku apa yang aku mau. Saat itu aku hanya ingin makan buah pisang dan segera setelah aku
berkata demikian, Fitria langsung membelikakanku buah pisang.

Aku semakin merasa sedih dan bersalah, makanya aku menitikkan air mata di ruang BEM A
waktu itu. Yang terakhir ketika Fitria mengantarkanku pergi ke terminal. Aku masih sangat ingat
ketika Fitria bercerita bagaimana ia pulang ke rumahnya di Cianjur. Aku ingat sekali Fitria
mengatakan bahwa ia kalau pulang melalui jalan baru. Kemudian di jalan baru itulah ia
menunggu bis yang menuju Puncak Cianjur. Aku ingat sekali perkataan itu tetapi Fitria
menyangkal kalau ia pulang lewat jalan baru. Ia hanya mengaku bahwa kalau ia pulang ia harus
ke baranangsiang dahulu. Aku tahu ia berbohong. Ia sengaja seperti itu agar ia dapat
menemaniku hingga aku masuk ke dalam bis yang aku tumpangi sampai ke rumah. Aku kembali
merasa sedih dan bersalah kepadanya. Seharusnya ia bisa sampai rumah lebih awal jika ia tidak
menemaniku hingga aku duduk di dalam bisku. Tapi seperti biasa ia tetap memilih untuk
menemaniku. Terima kasih banyak sahabatku. Aku tak tahu harus bagaimana untuk
mengucapkan terima kasih kepadamu.

Sahabatku yang kedua ini orangnya selalu bikin ketawa dan benar-benar sangat perhatian
kepadaku. Namanya Nopionna. Seperti yang sebelumnya kukatakan, sahabatku yang satu ini
kocak dan selalu membuatku dan Fitria selalu tertawa. Tetapi terkadang ia sangat serius dan
terlihat cool tetapi itu hanyalah sementara karena memang wajahnya yang selalu ceria. dan lucu.
Tau gak demi aku dia rela lho buat mundurin jadwal kepulangannya. Padahal aku tau banget
waktu tanggal 17 itu dia udah packing dengan tasnya. Aku udah liat. Bahkan aku udah mau
nanyain kapan Nopi pulang? Tapi ternyata melihat kondisiku yang lemah tak berdaya (lebay) dia
mengurungkan niatnya untuk pulang dan menemaniku di kontrakan. Aku semakin terharu
dengan sikap kedua sahabatku ini. Tanpa sepengetahuan mereka aku sering menangis dimalam
hari ketika aku teringat kebaikan-kebaikan yang telah mereka berikan kepadaku tetapi aku tidak
bisa membalasnya. Setiap saat nopi selalu menanyakan kondisiku. apakah sudah membaik atau
belum. Essy butuh apa nanti nopi yang beliin. Semua itu membuatku ingin selalu menangis.
Ketika nopi yang gak diduga-duga mencucikan bajuku sampai-sampai ia rela meng”kerok”i aku
padahal dia bener-bener alergi sama bau minyak kayu putih. Tapi dia benar-benar meng”kerok”i
aku sampai selesai. Aku yang awalnya mau bertanya mengurungkan niatku dan terdiam dalam
kerokan nopi. Kemudian ketika nopi yang juga menemaniku menunggu keputusan pelaksanaan
UP dari jam 09.00 hingga jam 13.00 yang akhirnya diputuskan bahwa UP diundur hingga besok.
Aku sedih karena merasa pengorbanan temanku sia-sia. Sungguh saat itu aku sangat sedih. Tapi
kedua sahabatku ini selalu bisa menghiburku apalagi dengan tingkah laku lucunya nopionna.

Ada lagi sahabatku yang namanya Istiq sama Elis. Saat aku masih belum terlalu parah bahkan
mereka mengunjungiku dan memberikanku semangkuk bubur kacang hijau hangat dan juga
coklat silverqueen dari istiq. Kemudiaan tanpa bantuan mbak Isti mungkin sampai aku pulang
aku tidak mendapatkan pengobatan yang semestinya. Kemudian support dari Dinar, Umi, Nune,
Arbay, Istiq, Elis, Mbak Isti, Mb Anik, Ka Teki, Ka Tatang, Ka Maw, Ka Junjun, Ka Dani, Ka
Andri, Ka Afif, Ka Septian, Ikrom, Mb Vita, Mb Lusia, Mb Rusty, Mb Ayun, Mb Kiky, Deny,
Mey, Arly, sampai ke adik-adik forces 10, tanpa doa dan semangat dari kalian mungkin aku gak
akan pulih secepat ini. Terima kasih banyak semuanya.

Anda mungkin juga menyukai