Prinsip kerja dari sistem pengapian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Saat kunci
kontak on, platina tertutup, arus baterai mengalir ke kunci kontak, ke (+) koil ke (-) koil ke
kontak poin ke massa. Akibatnya terjadi kemagnetan pada coil. Saat platina terbuka, arus yang
mengalir ke kumparan primer seperti dijelaskan di atas terputus dengan tiba-tiba. Akibatnya
kemagnetan di sekitar koil hilang / drop dengan cepat. Karena medan magnet hilang dengan
cepat, maka pada kumparan sekunder terjadi induksi tegangan tinggi, dan pada kumparan primer
juga terjadi tegangan induksi. Tegangan pada kumparan sekunder disalurkan ke distributor dan
kabel tegangan tinggi sehingga terjadi loncatan api pada busi. Tegangan pada kumparan primer
disalurkan ke kondensor dan muatan yang diserap kondensator itu dibuang ke massa saat kontak
poin tertutup. Proses tersebut terjadi secara terus menerus.
Aliran arus primer koil pada saat kontak pemutus tertutup berbentuk eksponensial. Hal ini
disebabkan adanya efek counter electromotor force pada saat arus mengalir pada kumparan
primer koil yang menyebabkan terbentuknya medan magnet di sekitar koil. Semakin tinggi
putaran mesin, maka semakin singkat kontak pemutus menutup sehingga arus primer koil juga
menjadi semakin kecil bila dibandingkan dengan rendah atau sedang. Hal ini akan menurunkan
kemampuan system pengapian.
Ip adalah arus yang mengalir pada kumparan primer (Amper), t waktu rangkaian tertutup
(detik), Vo tegangan sumber (Volt), R adalah tahanan total rangkaian primer, dan Lp induktansi
rangkaian primer (Henry). Arus maksimum pada kumparan primer adalah 4 Amper dengan
resistensi rangkaian primer 3 Ohm dan tegangan 12 Volt. Besarnya energi magnetik yang
disimpan dalam suatu induktansi yang membawa arus I adalah (Heywood, 1989 : 439)
Apabila kontak pemutus terbuka, arus primer turun menjadi nol dan terjadi tegangan tinggi
pada kumparan sekunder. Harga puncak tegangan ini adalah tegangan maksimum yang disebut
available voltage (Va). Energi maksimum yang ditransfer ke rangkaian sekunder adalah
(Heywood, 1989 : 439)
Cs adakah kapasitansi rangkaian sekunder (Farad). Berdasarkan persamaan 2, jika energi
yang tersimpan dalam rangkaian primer koil adalah LpIp 2, ditransfer ke rangkaian sekunder,
maka
Energi yang dapat ditransfer ke kumparan sekunder akibat adanya kerugiankerugian adalah
85% (Obert, 1973 : 540). Koil mempunyai kumparan sekunder sekitar 20000 lilit dan kumparan
primer sebanyak 200 lilit, sehingga perbandingan kumparan sekunder dan primernya adalah 100.
Untuk koil dengan perbandingan kumparan sekunder dan primer = 100, maka harga
induktansinnya Lp = 5 mH, dan kapasitansi Cs = 60 pF (Obert, 1973 : 540). Dengan
menggunakan persamaan 2 dan besarnya arus primer misalnya 2,7A, energi yang dapat
disalurkan ke kumparan sekunder sekitar 85% (Obert, 1973 : 540) adalah 0.01526 joule sehingga
dengan persamaan 4 atau 5 tegangan tinggi sekunder (Va) yang terjadi adalah 19,17 kV. Berapa
tegangan sekunder koil jika arus pimer koil yang mengalir adalah 3,5A ?
Rangkuman :
Sistem pengapian digunakan untuk menghasilkan percikan bungan api yang kuat dan pada
saat yang tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar. Sistem pengapian yang baik
akan menghasilkan performa engine yang baik sehingga kondisi sistem pengapian harus selalu
dijaga. Penyetelan celah kontak pemutus yang tidak tepat menyebabkan kurang optimumnya
medan magnet yang terbentuk pada koil sehingga dapat mempengaruhi besar kecilnya api pada
busi.
2. SISTEM PENGAPIAN ELECTRONIK
1.Pendahuluan
Sistempengapianberfungsiuntukmenghasilkanpercikanapiyangkuatdantepatuntuk
membakar campuran udaradanbahanbakardidalam ruangbakar.Beberapamacam sistem
pengapiandiantaranyasistempengapiankontakpoint,pengapiantransistor,CDIdanpengapian
terkontrolkomputer.Metodepengapiantransistormenggunakancaradimanaarusyangmengalir
dicoilprimaripadaignitioncoildiinterupsi(dimatikansebentar)denganmenjalankanswitching
transistor untuk menginduksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Untuk jenis kontak
pemutus,begituarusprimerpadaignitioncoildiputusolehkontakpemutus,makaakanterjadi
percikan api pada saat kontak poinnya terbuka. Karena itulah tegangan sekunder yang
dihasilkannyatidakakanstabildanmenimbulkanmisfiringdenganmudah.
Sebagai perbandingan, untuk jenis pengapian transistor, arus primer diputus sebentar oleh
transistor sehingga interupsi terhadap arusnya adalah stabil pada kecapatan rendah dan kumparan
sekunder bisa mengasilkan tegangan tinggi dengan stabil. Karena adanya pembatasan gas buang,
maka diperlukan peningkatan energi pembakaran agar pengapiannya akurat tanpa terjadi misfire
meskipun kecepatannya rendah. Untuk melakukan hal tersebut, maka arus primer harus
dinaikkan. Untuk jenis interruption contact, hal ini sulit dilakukan namun untuk jenis transistor,
hal ini dapat dimungkinkan. Sebagai tambahan, untuk meningkatkan performa pengapian pada
kecepatan tinggi, jumlah gulungan pada ignition coil primer harus dikurangi sehingga tahanan
dan induksi pada kumparan primer dapat diturunkan.
Sistem pengapian dengan kontrol komputer menggunakan metode mendeteksi kondisi mesin
menggunakan berbagai sensor dan input ke computer (ECU), kemudian computer menghitung
waktu pengapian dan mengirimkan sinyal arus primer ke power transistor untuk menginduksikan
tegangan tinggi ke ignition coil. Ignition coil yang dipakai adalah jenis mold. Yang terdiri dari
tipe high-energy ignition (HEI) dan tipe distributor-less ignition (DLI). Keunggulan dari tipe ini
adalah sebagai berikut ;
a. Api pembakarannya sangat stabil pada kecepatan rendah dan tinggi.
b.Ketika terjadi knocking, waktu pengapiannya secara otomatis dimundurkan untuk menekan
knocking.
c.Mendeteksi kondisi mesin, mesin dikontrol melalui pengoptimalan waktu pengapiannya
d.Apabila menggunakan ignition coil yang outputnya tinggi, maka pembakarannya dapat
sempurna.
Untuk transistor (a) jenis PNP, bila ada arus mengalir dari E ke B, maka transistor akan on
sehingga E dan C nya terhubung yang mengakibatkan arus (lebih besar) juga dapat mengalir dari
E ke C. Untuk transistor (b) jenis NPN, bila ada arus mengalir dari B ke E, maka transistor akan
on sehingga C dan E nya terhubung yang mengakibatkan arus (lebih besar) juga dapat mengalir
dari C ke E. Diagram sistem pengapian transistor adalah sbb.
Apabila bahan semikonduktor dialiri arus listrik dari sisi kiri ke kanan dan semikonduktor
tersebut berada dalam suatu medan magnet, maka pada arah tegak lurus terhadap aliran arus itu
akan timbul tegangan yang disebut dengan tegangan Hall Vh (Hall adalah nama ilmuwan yang
meneliti fenomena tersebut). Apabila medan magnet yang berada di sekitar semikonduktor
tersebut dihilangkan, maka tegangan yang tegak lurus terhadap aliran arus itu juga akan hilang.
Pada gambar di atas (a) medan magnet dihalangi oleh plat logam sehingga tidak melewati semi
konduktor, dalam hal ini Vh = 0. Bila bilah logam dihilangkan (gambar b), maka medan magnet
dapat melewati semikonduktor dan Vh ? 0. Bila bilah logam itu secara teratur melintasi medan
magnet maka pada tegangan Hall akan muncul dan hilang membentuk pulsa tegangan kotak-
kotak. Pulsa inilah yang digunakan untuk mentriger rangkaian transistor untuk memutus dan
mengalirkan arus primer koil.
Pembangkit pulsa model Hall Effect mempunyai tiga buah kabel atau terminal. Satu kabel
merupakan sumber arus untuk dialirkan ke bahan semikonduktor yang terdapat di dalam system
Hall, satu kabel ground, dan satu kabel adalah output tegangan. Bagian lainnya dari system ini
adalah rotor yang berbentuk bilah dan magnet permanen.
c. Sistem Pengapian Model Iluminasi / Cahaya
Pada sistem pengapian iluminasi, cahaya dimanfaatkan untuk mengaktifkan dan
menonaktifkan phototransistor sehingga menghasilkan sinyal yang kemudian diperkuat oleh
bagian amplifier untuk mentrigger power transistor. Pada saat power transistor ON, arus
mengalir melalui kumparan primer koil sehingga terbentuk medan magnet pada koil. Pada saat
transistor OFF, arus primer terputus sehingga medan magnet dengan cepat hilang yang
menyebabkan terjadinya induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil.
Sumber cahaya bisanya berasal dari diode bercahaya yang menghasilkan sinar infra merah,
dan cahaya tersebut diterima oleh phototransistor yang dapat aktif atau bekerja apabila terkena
cahaya. Untuk menghalangi cahaya agar phototransistor OFF digunakan rotor yang berbentuk
bilah-bilah dengan lebar coakan / celah sebesar sudut dwell. Bila cahaya tidak terhalangi dan
mengenai phototransistor, hal ini identik dengan saat kontak pemutus tertutup (pada system
pengapian konvensional) atau saat terjadi aliran arus pada kumparan primer koil. Saat cahaya
terhalangi oleh bilah rotor identik dengan kontak pemutus terbuka dan arus primer koil terputus.
Berdasarkan rangkaian di atas, secara garis besar cara kerjanya adalah sebagai berikut. Saat
cahaya mengenai phototransistor, phototransistor menjadi aktif sehingga transistor 1 dan
transistor 2 aktif. Kondisi ini menyebabkan transistor 3 OFF sehingga transistor 4 ON. Dengan
demikian arus dari baterai dapat mengalir ke kumparan primer koil sehingga pada koil timbul
medan magnet. Pada saat bilah rotor menutupi cahaya, phototransistor menjadi OFF sehingga
transistor 2 dan 3 menjadi OFF. Hal ini menyebabkan transistor menjdi ON dan transistor 4
menjadi OFF. Akibatnya OFFnya transistor 4, arus primer koil terputus dengan tiba-tiba yang
menyebabkan medan magnet pada koil hilang dengan cepat. Perubahan garis gaya magnet pada
koil dengan sangat cepat tersebut menyebabkan terjadinay tegangan tinggi pada koil dan
diteruskan ke distributor dan ke busi sesuai dengan urutan penyalaannya.
Secaraumum,kerjadarirangkaiandiatassamadenganyangsudahdijelaskansebelumnya,
namunaruspemicukerjathyristorberasaldaripulsainduktifyangdiperkuatolehrangkaian
transistoruntukmemperkuatdanmembentukpulsayangdihasilkanolehpulsegenerator.Model
lainrarirangkaianpengapianCDIdiperlihatkanpadagambardibawahini.
Rangkuman:
Sistem pengapian elektronik memamfaatkan kerja transistor untuk memutus dan
mengalirkan arus primer koil. Kerja transistor ini dikontrol oleh pulsa tegangan yang berasal dari
pembangkit pulsa yang telah dikuatkan untuk mentriger Sistem pengapian CDI bekerja dengan
memanfaatkan kerja pengisian dan pembuangan muatan kapasitor. Tegangan yang diisikan ke
kapasitor adalah tegangan tinggi (300 500 volt). Pada sistem pengapian ini tegangan baterai
dinaikan oleh rangkaian converter untuk mencapai tegangan tinggi tersebut. Proses pembuangan
muatan kapasitor terjadi pada saat terjadi rangkaian tertutup kapasitor dan kumparan primer koil
melalui thyristor.
Distributor pada gambar di atas diberi garis putus-putus berarti distributor pada sistem
tersebut bisa tidak ada. Bila tidak terdapat distributor, maka sistem tersebut termasuk pada sistem
pengapian DLI, sedangkan jika ada distributor maka sistem tersebut sistem pengapian ESA
dengan menggunakan distributor.
Sinyal IGT digunakan untuk mengatur aliran arus primer koil melalui ECM (electronic
control module) atau ECU (electronik control unit). Sinyal IGT adalah suatu tegangan untuk
meng-on dan off kan transistor utama (power transistor) di dalam igniter. Bila sinyal IGT masuk
ke ignitier, sinyal tersebut menyebabkan power transistor menjadi ON sehingga arus dari baterai
mengalir ke kumparan primer koil kemudian ke massa yang mengakibatnya timbul kemagnetan
pada koil. Bila tegangan IGT menjadi 0V, transistor dalam igniter menjadi off sehingga arus
primer terputus yang menyebabkan medan magnet pada koil hilang dengan cepat. Akibatnya,
pada kumparan sekunder timbul tegangan tinggi yang kemudian di salurkan ke busi. Sinyal IGF
digunakan oleh ECM untuk untuk menentukan apakah sistem pengapian bekerja atau tidak.
Berdasarkan sinyal IGF, ECM akan tetap memberikan arus ke pompa bahan bakar dan injektor.
Igniter merupakan komponen sistem pengapian yang langsung menerima perintah dari
komputer (ECM) melalui sinyal IGT untuk melakukan pengapian. Fungsi utama igniter adalah
untuk memutus dan menghubungkan arus primer koil berdasarkan sinyal IGT, namun ada
beberapa fungsi lainnya dari igniter, yaitu sebagai 1) unit pembangkit sinyal konfirmasi
pengapian (IGF), 2) dwell angle control, yang berfungsi untuk mengontrol lamanya power
transistor ON atau lamanya arus primer mengalir, 3) lock prevention circuit, rangkaian yang
berfungsi untuk mematikan transistor jika arus mengalir ke kumparan primer koil dalam waktu
yang lama, 4) over voltage prevention circuit, rangkaian yang berfungsi untuk mematikan
transistor jika tegangan power supply terlalu tinggi, 5) current limiting control, rangkaian yang
dapat menjamin arus primer yang konstan setiap saat baik pada putaran rendah maupun tinggi
sehingga tegangan sekunder selalu tinggi, 6) tachometer signal.
Sinyal Ne dan sinya G merupakan sinyal putaran poros engkol poros nok. Meskipun ada
perbedaan pada sistem pengapian, penggunaan sinyal Ne dan G konsisten atau sama. Sinyal Ne
menunjukkan posisi poros engkol dan putaran engine. Sinyal G (juga disebut sinyal VVT)
memberikan identifikasi posisi tiap silinder. Dengan membandingkan sinyal G dan sinyal Ne
ECM mampu mengidentifikasi silinder yang sedang melakukan langkah kompresi. Hal ini
diperlukan untuk menghitung sudut poros engkol (sudut saat pengapian), saat sistem pengapian
bekerja. Pengaturan maju mundurnya saat pengapian dilakukan dengan mengatur sinyal IGT
oleh ECU.
Sinyal IGT merupakan sinyal untuk mengaktifkan igniter sehingga koil dapat bekerja
menghhasilkan tegangan tinggi. Oleh karena itu, memajukan atau memundurkan saat pengapian
dilakukan dengan mempercepat atau memperlambat sinyal IGT ke igniter. Dengan berubahnya
saat pemberian sinyal IGT, maka tegangan tinggi koil untuk menghasilkan percikan api dari busi
juga menjadi maju atau mundur. ECM menghitung dan menetapkan sinyal IGT berdasarkan
mode dan kondisi kerja engine. Pemberian sinyal IGT didasarkan terutama pada sinyal sensor
posisi poros engkol, sinyal sensor posisi poros nok, beban engine, temperatur, sensor knock, dll.
Secara global kontrol saat pengapian terbagi menjadi dua, yaitu 1) kontrol pengapian saat engine
di start, dan 2) kontrol pengapian setelah start.
Kontrol pengapian saat start adalah saat pengapian yang diset pada waktu yang tetap tanpa
memperhatikan kondisi kerja engine dan disebut initial timing angle (5 100 sebelum TMA).
Kontrol saat pengapian setelah start di dalamnnya meliputi 1) kontrol pengapian saat engine di
start, 2) sudut pengajuan pengapian dasar (basic ignition advence angle), dan 3) kontrol
pemajuan pengapian korektif (didasarkan pada warm up correction, over temperature correction,
stable idling corection, EGR correction, AFR feedback correction, knocking correction, torque
control correction, other correctionn, maximum and minimum advance angle control)
Gambar di atas merupakan rangkaian sistem pengapian CDI yang saat pengapiannya
(ignition timing) dikendalikan oleh microprocessor berdasarkan sensor-sensor operasi engine.
Sistem di atas termasuk dalam tipe pengapian distributorless ignition system (DLI) dengan satu
koil untuk melayani dua busi. Pemberian sinyal melalui R1 atau R1 untuk mengaktifkan
thyristor diatur oleh microprocessor berdasarkan sensor posisi poros engkol sehingga saat
penyalaan akan selalu tepat sesuai dengan kondisi operasi engine.