Anda di halaman 1dari 7

Pernahkan terlintas dibenak anda, mengapa busi pada mobil itu bisa

mengeluarkan api ? Dari mana sumber api pada busi ? apakah menggunakan
pemantik atau menggunakan listrik ?

Busi pada mesin bensin itu, sebenarnya tidak mengeluarkan api. Namun, busi
ini hanya mengkonversi energi listrik menjadi percikan bunga api. Listrik
dalam komposisi besar ini, juga memiliki sifat seperti api yang panas dan
dapat membakar.

Bagaimana cara busi mengkonversi listrik menjadi api ?

Ini adalah tugas dari sistem pengapian, yang menyalurkan energi listrik
dengan komposisi besar juga pada timming yang tepat.

Fungsi sistem pengapian

Fungsi sistem pengapian itu hanya satu, yakni membakar campuran udara
dan bensin yang telah dikompresi (saat akhir langkah kompresi) hanya pada
mesin bensin.

Mengapa hanya pada mesin bensin ?

Ini karena mesin diesel yang berbahan bakar solar itu, menggunakan
pembakaran otomatis atau dikenal sebagai self combustion. Jadi tidak
memerlukan rangkaian sistem pengapian.
Proses pembakaran mesin bensin

Dalam siklus mesin bensin 4 tak, kita mengenal langkah hisap, langkah
kompresi, langkah usaha dan langkah buang.

Busi, hanya akan menyala saat campuran bensin dan udara terkompresi. Ini
terjadi saat akhir langkah kompresi ketika piston mencapai TMA (titik mati
atas).

Dengan demikian, bisa disimpulkan kalau sistem pengapian tidak


bekerja secara konstan, melainkan secara interval.

Sistem pengapian konvensional


Jenis sistem ini melakukan rangkaian pengapian dengan cara mekanis, yaitu mengubah tegangan secara
mekanis dengan memutuskan arus primer coil.

Pengapian konvensional merupakan model dasar untuk menciptakan sistem pengapian modern.

Mobil yang masih menggunakan sistem pengapian konvensional sudah jarang ditemui. Karena, jenis ini
kalah dalam segi efisiensi listrik dengan pengapian modern yang umum ditemukan pada mobil saat ini.

Sistem pengapian transistor


Sistem pengapian ini dilakukan menggunakan komponen elektronika dan beberapa komponen mekanis.
Pengapian ini menggunakan transistor sebagai pemutus arus primer.

Secara prinsip, sistem ini mirip dengan sistem konvensional, perbedaannya terdapat pada output kumparan
primer coil yang terhubung dengan transistor.

Ada dua macam pengapian transistor, yakni:

1. Tipe semi transistor, yaitu menggunakan kontak poin sebagai pemutus arus basis pada kaki
transistor
2. Tipe fully transistor, yaitu menggunakan sinyal generator yang menggantikan kontak point yang
bekerja secara magnetik.

Sistem pengapian Distributor Less Ignition (DLI)


Sistem ini tidak menggunakan komponen distributor tetapi menggunakan dual coil pack atau single coil
pack.

Pada sistem pengapian ini, 1 busi akan terikat dengan 1 coil. Pemutusan arus
menggunakan igniter pada coil pack melalui perintah ECM dan bantuan beberapa sensor.
Komponen-komponen Sistem
Pengapian Konvensional
1. Baterai

Dalam sistem pengapian baterai ini berfungsi untuk menyediakan arus listrik voltase
rendah (12 volt) untuk ignition coil. Selain menjadi komponen sistem pengapian,
baterai juga berfungsi untuk mensuplay kebutuhan kelistrikan pada saat mesin
belum hidup, komponen yang disuplay antara lain sistem pengisian, klakson, sistem
starter dan komponen kelistrikan bodi yang lain.

2. Ignition coil

Berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai (12) menjadi tegangan tinggi (10KV
atau lebih) yang dibutuhkan untuk pengapian (meloncatkan bunga api pada busi).

Koil pengapian terdiri dari dua kumparan yang masing-masing dililitkan pada inti
besi. Kumparan pertama disebut dengan kumparan primer, dan yang kedua disebut
kumparan sekunder.

Kumparan primer akan menerima arus dari baterai, yang kemudian akan diputus
oleh breaker point (platina) sehingga pada kumparan sekunder terjadi induksi
elektromagnetik dan membangkitkan tegangan hingga 10K volt atau lebih.

Kumparan primer coil memiliki kawat tembaga yang lebih besar (0,5 – 1,0 mm)
namun memiliki jumlah gulungan yang lebih sedikit dibandingkan kumparan
sekunder yaitu 150 – 300 kali.

Sebaliknya, kumparan sekunder memiliki kawat tembaga dengan diameter yang


lebih kecil, namun memiliki jumlah gulungan yang lebih banyak yaitu antara 15.000 –
30.000 gulungan.

3. Distributor
Berfungsi untuk membagi/mendistribusikan tegangan tinggi yang telah dibangkitkan
oleh ignition coil ke masing-masing silinder. Distributor terdiri dari beberapa
komponen yaitu :

a. Cam (nok)

Berfungsi untuk membuka breaker point (platina) pada sudut crankshaft (poros
engkol) yang tepat untuk setiap silinder. Nok ini terhubung dengan poros distributor,
dan biasanya digerakkan oleh poros nok (cam shaft)

b. Breaker point (platina)

Berfungsi untuk memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer
pada ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan
sekunder dengan cara induksi elektromagnet.

c. Kondensor

Berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api yang terjadi pada platina saat
membuka dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil sekunder.

d. Centrifugal Governor Advancer

Berfungsi memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.

e. Vakum Advancer

Berfungsi untuk memajukan saat pengapian berdasarkan beban mesin. Bentuknya


mirip seperti piringan dengan dua buah selang yang dihubungkan ke karburator dan
intake manifold.

Komponen yang satu ini dipasang pada distributor, dan dihubunkan dengan backing
plate atau dudukan dari platina. Sehingga ketika komponen ini aktif, dia akan
menggeser backing plate yang akan mempengaruhi buka tutup platina.

Keterangan gambar :
1. Plat dudukan kontak pemutus yang bergerak radial
2. Batang penarik
3. Diafragma
4. Pegas
5. Langkah maksimum
6. Sambungan slang vakum

f. Rotor

Berfungsi membagikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh ignition coil
ke tiap-tiap busi.

g. Distributor Cap

Berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan
tinggi untuk masing-masing busi.

4. Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Cord)

Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi.
Orang kada menyebut komponen ini sebagai kabel busi.

Kabel busi ini bisa saja mengalami masalah seperti hambatan terlalu besar atau
bahkan bisa terputus. Bila hal itu terjadi maka pengapian yang dihasilkan tidak
maksimal.

5. Busi (Spark Plug)

Fungsi Busi adalah untuk menghasilkan loncatan bunga api melalui elektrodanya.
Atau mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncata bunga api pada
elektrodanya. Nama lain dari busi adalah spark plug.
Cara Kerja Sistem Pengapian
Konvensional
1. Saat Kontak Platina Menutup

Ilustrasi di atas adalah cara kerja sistem pengapian pada saat kontak platina
menutup. Pada saat ini aliran arus dari baterai akan mengalir ke kunci kontak,
kumparan primer coil, menuju ke platina dan ke massa. Lihat aliran arus pada garis
berwarna merah.

Karena kumparan primer pada ignition coil dialiri arus, maka akan terjadi
kemagnetan pada kumparan tersebut.

2. Saat Kontak Platina Membuka

Ketika nok distributor berputar kemudian membuka kontak platina, maka arus primer
(arus yang mengalir pada kumparan primer coil) akan terputus secara tiba-tiba.
Pemutusan arus ini akan mengakibatkan indusi elektromagnetik pada kumparan
sekunder coil. Tegangan akan dibangkitkan menjadi 10k volt atau lebih.

Arus yang telah dibangkitkan di kumparan sekunder coil ini akan dialirkan ke rotor
dan di distribusikan ke masing-masing busi. Busi yang teraliri arus tegangan tinggi
akan terjadi loncatan bunga api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar.

Kontak platina yang membuka dan menutup akan menghasilkan percikan juga pada
kontak platina, percikan ini akan merugikan tegangan dan membuat kontak platina
lebih cepat aus.

Merugikan tegangan karena pemutusan arus primer akan terhambat akibat percikan
api. Untuk itulah ada kondensor yang akan menyerap tegangan dan menyimpannya,
sehingga loncatan bunga api pada platina dapat diminimalisisr.

Anda mungkin juga menyukai