Anda di halaman 1dari 4

Sistem Pengapian Konvensional – Sistem pengapian suatu sistem dalam

kendaraan bermotor terutama kendaraan yang berbahan bakar gasoline (bensin)


yang berfungsi untuk membakar campuran udara dan bahan bakar saat piston
pada akhir langkah kompresi, sedangkan pengertian sistem pengapian
konvensional adalah sistem pengapian yang terdapat pada kendaraan bermotor
yang masih menggunakan platina sebagai pemutus dan penghubung
pengapian. 
Dalam istilah lain sistem pengapian konvensional sebuah rangkaian mekatronika
sederhana yang dibuat dengan tujuan untuk membangkitkan percikan api pada
busi pada interval waktu tertentu.
Percikan api pada busi dapat terbentuk karena adanya energi listrik tegangan
tinggi yang mengalir melewati elektroda busi. Tegangan Energi listrik tersebut
mencapai 30.000 V DC sehingga dengan celah sekitar 0,8 mm pada elektroda
busi, akan timbul lompatan elektron yang berbentuk percikan api. 

Namun percikan api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha saja. Untuk
itu, ada rangkaian pemutus arus yang akan mengatur waktu busi untuk
memercikan api, sehingga busi tidak selamanya menyala. 
Komponen Sistem Pengapian Konvensional
Dalam sistem pengapian konvensional terdapat berbagai komponen yang
membentuknya. Setiap komponen memiliki tugas dan fungsinya masing-masing
yang saling berkaitan. Berikut komponen dalam sistem pengapian konvensional.
1. Baterai
Baterai berfungsi untuk menyediakan arus listrik voltase rendah (12 volt) untuk
ignition coil.  Selain itu, baterai juga berfungsi untuk mensuplai kebutuhan
kelistrikan pada saat mesin belum hidup, komponen yang disuplai antara lain
sistem pengisian, klakson, sistem starter dan komponen kelistrikan bodi yang
lain.
2. Ignition coil
Ignition coil berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai (12) menjadi tegangan
tinggi (10 KV atau lebih) yang dibutuhkan untuk pengapian (meloncatkan bunga
api pada busi). Koil pengapian terdiri dari dua kumparan yang masing-masing
dililitkan pada inti besi. Kumparan pertama yaitu kumparan primer, dan yang
kedua adalah kumparan sekunder.
Kumparan primer akan menerima arus dari baterai, yang kemudian akan diputus
oleh breaker point (platina) sehingga pada kumparan sekunder terjadi induksi
elektromagnetik dan membangkitkan tegangan hingga 10K volt atau lebih.
Kumparan primer coil memiliki kawat tembaga yang lebih besar (0,5 – 1,0 mm)
namun memiliki jumlah gulungan yang lebih sedikit dibandingkan kumparan
sekunder yaitu 150 – 300 kali. Adapun sebaliknya, kumparan sekunder memiliki
kawat tembaga dengan diameter yang lebih kecil, namun memiliki jumlah
gulungan yang lebih banyak yaitu antara 15.000 – 30.000 gulungan.
3. Distributor
Distributor ini berfungsi untuk mendistribusikan tegangan tinggi yang telah
dibangkitkan oleh ignition coil ke masing-masing silinder. Distributor terdiri dari
beberapa komponen di bawah ini.
a. Cam (nok)
Nok berguna untuk membuka platina pada sudut crankshaft (poros engkol) yang
tepat untuk setiap silinder. Nok ini terhubung dengan poros distributor, dan
biasanya digerakkan oleh poros nok (camshaft).
b. Breaker point (platina)
Fungsi platina adalah untuk memutuskan arus listrik yang mengalir melalui
kumparan primer pada ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan
tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
c. Kondensor
komponen yang satu ini berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api yang
terjadi pada platina saat membuka dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil
sekunder.
d. Centrifugal Governor Advancer
Centrifugal Governor Advancer berfungsi memajukan saat pengapian sesuai
dengan putaran mesin.
e. Vakum Advancer
Berfungsi untuk memajukan saat pengapian berdasarkan beban mesin.
Bentuknya mirip seperti piringan dengan dua buah selang yang dihubungkan ke
karburator dan intake manifold. Vakum advancer dipasang pada distributor dan
dihubunkan dengan backing plate atau dudukan dari platina. Sehingga ketika
komponen ini aktif, dia akan menggeser backing plate yang akan mempengaruhi
buka tutup platina.
f. Rotor
Fungsi rotor adalah untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi yang
dihasilkan oleh ignition coil ke tiap-tiap busi.
g. Distributor Cap
Distributor Cap berguna untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor
ke kabel tegangan tinggi untuk masing-masing busi.
4. Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Cord)
Kabel ini berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil
ke busi.  
5. Busi
Busi berfungsi untuk menghasilkan loncatan bunga api melalui elektrodanya atau
mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncata bunga api pada
elektrodanya.  
Cara Kerja Pengapian Konvensional
– Saat kunci kontak “ON”
Cara kerja pengapian konvenional dimulai saat kunci kontak berada pada posisi
“ON” atau “IGN”, ignition relay dan main relay akan aktif sehingga terdapat aliran
arus listrik dari baterai ke Ignition relay dan main relay. Arus dari relay mengalir
ke ignition coil. Didalam ignition coil, terdapat dua buah kumparan yaitu
kumparan primer dan sekunder.
Kedua kumparan tersebut memiliki input yang sama sehingga saat input dialiri
arus listrik, kedua kumparan juga akan teraliri arus listrik. Sementara itu, kedua
kumparan memiliki output yang berbeda. Kumparan primer memiliki output yang
mengarah ke rangkaian pemutus arus, sedangkan kumparan sekunder memiliki
output yang mengarah ke busi.
Arus listrik yang mengaliri rangkaian sistem pengapian hanya stand by dan tidak
ada perubahan tegangan pada coil karena belum ada pergerakan pada
rangkaian pemutus arus. Sehingga busi tidak akan menyala saat flywheel belum
berputar.
– Saat posisi “START”
Sistem pengapian akan bekerja pada saat flywheel diputar oleh sistem starter.
Pada sistem pengapian konvensional, terdapat rangkaian pemutus arus.
Rangkaian ini, terletak menyatu dengan rangkaian distributor dan memiliki
komponen poros distributor yang terhubung dengan crankshaft mesin. Dengan
begitu ketika mesin berputar, komponen ini juga ikut berputar sesuai RPM mesin.
Di poros distributor, terdapat cam atau nok yang berjumlah sesuai dengan
banyaknya silinder mesin. Saat cam berputar, cam atau nok ini akan menyentuh
kaki platina yang mengakibatkan kontak point terangkat dan menyebabkan arus
primer terputus.
– Saat arus primer terputus
Sebelumnya, terdapat aliran arus pada kumparan primer yang menyebabkan
adanya medan magnet pada kumparan primer. Saat arus primer tiba-tiba
terputus, kemagnetan pada kumparan primer akan padam. Karena bentuknya
yang melilit, medan magnet akan bergerak secara serentak ke bagian dalam
sebelum menghilang.
Di bagian dalam kumparan primer terdapat kumparan sekunder dengan jumlah
lilitan mencapai 10 kali lebih besar. Akhirnya, medan magnet tersebut mengenai
kumparan sekunder. Sehingga tegangan pada kumparan sekunder meningkat
drastis.
Tegangan ini bersifat sekejap karena terjadi saat adanya pergerakan medan
magnet dari arus primer yang berlangsung sekejap pula. Untuk itu, untuk
mendukung proses pengapian berlanjut platina harus dapat memutus dan
menghubungkan arus primer dengan timing yang tepat.
Energi listrik bertegangan tinggi dari kumparan sekunder disalurkan ke busi
melalui komponen distributor. Distributor akan mengalirkan listrik tersebut ke
masing-masing busi dengan timing dan FO yang tepat. Sistem pengapian
konvensional juga disebut sebagai sistem pengapian platina karena cara kerja
platina pada pengapian konvensional sangatlah penting.
Itulah penjelasan mengenai sistem pengapian konvensional, mulai dari
pengertian, komponen, hingga cara kerjanya. Sistem tersebut merupakan sistem
yang umumnya digunakan dalam kendaraan. Mudah-mudahan penjelasan ini
dapat bermanfaat untuk Anda. 

Anda mungkin juga menyukai