Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PPMO (PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN

OTOMOTIF
TENTANG SISTEM PENGAPIAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH;
NAMA:1.Riyan Fahtoni
2.Sahrul Ramadhan
3.Sultan Anas
4.Zulfikar
Sistem Pengapian
Sistem pengapian adalah salah satu sistem pengapian baterai pada motor bensin yang masih
menggunakan platina untuk memutuskan dan menghubungkan arus primer koil, yang nantinya
bertujuan untuk menghasilkan induksi tegangan tinggi pada kumparan skunder yang akan
disalurkan ke masing masing busi.
Dimana sutu sistem dalam kendaaran terutama dengan bahan bakar gassolone (bensin) yang
berfungsi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara saat piston pada akhir langkah
kompresi.

Animasi Sistem Pengapian


PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

Berikut akan dijelaskan mengenai prinsip kerja sistem pengapian konvensional.


Prinsip kerja sistem pengapian konvensional ada dua kondisi yaitu kondisi saat kunci kontak ON platina menutup dan
Aliran arus listrik pada saat platina membuka.

1)  Pada saat kunci kontak ON, Platina menutup

Aliran Arus Listrik Saat Konci Kontak ON, Platina Menutup


Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet

2) Saat platina membuka

Aliran Arus Saat Platina terbuka

Saat platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus,


terjadi induksi tegangan tinggi pada sekunder koil, sehingga arus
akan mengalir seperti dibawah ini:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —->
Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu
meloncati tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda
massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.
Adapun Komponen-komponen Sistem Pengapian
Sistem pengapian konvensional memiliki beberapa komponen
utama, yang membedakan komponen sistem pangapian
konvensional dan elektronik adalah pada pemutusan arus
primernya. Pemutusan arus primer ini bertujuan agar pada ignition
coil terjadi induksi tegangan tinggi.

RANGKAIAN SISTEM PENGAPIAN


1. Battery
Dalam sistem pengapian baterai ini berfungsi untuk menyediakan
arus listrik voltase rendah (12 volt) untuk ignition coil.  Selain
menjadi komponen sistem pengapian, baterai juga berfungsi
untuk mensuplay kebutuhan kelistrikan pada saat mesin belum
hidup, komponen yang disuplay antara lain sistem pengisian,
klakson, sistem starter dan komponen kelistrikan bodi yang lain.
2. Kunci kontak (Ignition
Switch)
Kunci kontak berfungsi sebagai alat
untuk memutuskan dan
menghubungkan arus dari batere ke
rangkaian primer pada sistem
pengapian. Pada kunci kontak
biasanya terdapat beberapa
terminal, terminal-terminal tersebut
biasanya diberi tanda secara
alphabetis yakni ; B (batere), IG
(ignition/pengapian), ST (starter)
dan ACC (accessories), khususnya
kendaraan produksi Jepang.
Sedangkan kendaraan produksi
Eropa, terminal-terminal pada kunci
kontak tersebut biasanya ditandai
dengan angka, misalnya 30 (batere
positif), 15 (ignition/pengapian),
50(starter/solenoid).
Berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai
3.Ignition Coil (12) menjadi tegangan tinggi (10KV atau lebih)
yang dibutuhkan untuk pengapian
(meloncatkan bunga api pada busi).
Koil pengapian terdiri dari dua kumparan yang
masing-masing dililitkan pada inti besi.
Kumparan pertama disebut dengan kumparan
primer, dan yang kedua disebut kumparan
sekunder.
Kumparan primer akan menerima arus dari
baterai, yang kemudian akan diputus oleh
breaker point (platina) sehingga pada
kumparan sekunder terjadi induksi
elektromagnetik dan membangkitkan
tegangan hingga 10K volt atau lebih.
Kumparan primer coil memiliki kawat
tembaga yang lebih besar (0,5 – 1,0 mm)
namun memiliki jumlah gulungan yang lebih
sedikit dibandingkan kumparan sekunder
yaitu 150 – 300 kali.
Sebaliknya, kumparan sekunder memiliki
kawat tembaga dengan diameter yang lebih
kecil, namun memiliki jumlah gulungan yang
lebih banyak yaitu antara 15.000 – 30.000
gulungan.
Komponen Bagian Dalam Ignition Coil

Keterangan gambar (komponen-komponen ignition coil)


1. Terminal tegangan tinggi
2. Isolasi pemisah kumparan
3. Isolasi penutup
4. Penghubung tegangan tinggi melalui kontak pegas
5. Rumah/body
6. Pengikat
7. Plate jacket (magnetic)
8. Kumparan primer
9. Kumparan sekunder
10. Sealing compound
11. Insulator
12. Inti besi
4.Distributor

Distributor berfungsi untuk


membagikan
(mendistribusikan) arus
tegangan tinggi yang
dihasilkan (dibangkitkan)
oleh kumparan skunder
pada ignation coil ke busi
pada tiap-tiap selinder
sesuai dengan firing order
(urutan pengapian).
Komponen Bagian Dalam Distributor
a. Cam (nok)
Berfungsi untuk membuka breaker point
(platina) pada sudut crankshaft (poros engkol)
yang tepat untuk setiap silinder. Nok ini
terhubung dengan poros distributor, dan
biasanya digerakkan oleh poros nok (cam
shaft)
b. Breaker point (platina)
Berfungsi untuk memutuskan arus listrik yang
mengalir melalui kumparan primer pada
ignition coil untuk menghasilkan arus listrik
tegangan tinggi pada kumparan sekunder
dengan cara induksi elektromagnet.
c. Kondensor
Berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api
yang terjadi pada platina saat membuka
dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil
sekunder.
d. Centrifugal Governor Advancer
Berfungsi memajukan saat pengapian sesuai
dengan putaran mesin.
e. Vakum Advancer
Berfungsi untuk memajukan saat pengapian berdasarkan beban mesin. Bentuknya mirip
seperti piringan dengan dua buah selang yang dihubungkan ke karburator dan intake
manifold.
Komponen yang satu ini dipasang pada distributor, dan dihubunkan dengan backing plate atau
dudukan dari platina. Sehingga ketika komponen ini aktif, dia akan menggeser backing plate
yang akan mempengaruhi buka tutup platina.
Bagian vakum advancer
Keterangan gambar :
1. Plat dudukan kontak pemutus yang bergerak radial
2. Batang penarik
3. Diafragma
4. Pegas
5. Langkah maksimum
6. Sambungan slang vakum
f. Rotor
Berfungsi membagikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh ignition coil ke tiap-
tiap busi.
g. Distributor Cap
Berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi
untuk masing-masing busi.
5. Kabel tegangan tinggi
Kabel Tegangan Tinggi berfungsi untuk mengalirkan arus listrik
tegangan tinggi dari ignition coil ke busi. Kabel tegangan tinggi
harus mampu mengalirkan arus listrik tegangan tinggi yang
dihasilkan oleh ignition coil ke busi busi melalui distributor
tanpa adanya kebocoran. Oleh sebap itu penghantar (core)
dibungkus dengan insulator karet yang tebal untuk menghindari
adanya kebocoran arus listrik tegangan tinggi. Insulator karet
tersebut, kemudian dilapisi oleh pembungkus (sheath).

6.Busi
Busi berfungsi untuk mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi
loncatan bunga api melalui elektrodanya. Arul listrik tegangan tinggi dari
distributor menimbulkan bunga api dengan temperatur tinggi di antara
elektroda tengah dan massa dari busi untuk menyalakan campuran udara
dan bahan bakar yang sebelumnya telah di kompresikan.
Pemeriksaan
Sistem
Pengapian
Memeriksa Kabel Tegangan Tinggi
1. Lepas Kabel Tegangan Tinggi
(a) Lepas kabel tegangan tinggi dengan berpegangan pada kabel
penutup debu.Lepas kabel tegangan tinggi dari tutup distributor
dan koil.
(b)Jangan menarik pada bagian kabelnya.

PERHATIAN : Tarikan atau tekukan pada kabel dapat merusak


konduktor di dalam.

2. PERIKSA TAHANAN PADA KABEL, TEGANGAN TINGGI


Menggunakan Ohm meter, ukur tahanan kabel
Tahanan maksimum :
Ohmmeter 25k(ohm) per kabel
Jika tahanannya lebih dari maksimum, periksa terminalnya. Jika
diperlukan ganti kabel teçangan tinggi
Hasil Pemeriksaan: Kabel 1 = Bagus
Kabel 2 = Bagus
Kabel 3 = Bagus
Kabel 4 = Bagus
Kesimpulan: Kabel Tegangan Tinggi terdapat tahanan, Jadi Kabel
Tegangan Tinggi dpt digunakan.

3. PASANG KEMBALI KABEL TEGANGAN TINGGI


MEMERIKSA BUSI
1. LEPAS KABEL TEGANGAN TINGGI DARI BUSI

2. LEPAS BUSI
Menggunakan kunci busi 16 mm, lepas busi

3. BERSIHKAN BUSI
Menggunakan alat pembersih busi alau sikat kawatdan pembersih busi (pembersih busi)
bersihkan busi.

4. PERIKSA BUSI SECARA VISUAL.


Periksa busi dari keausan elektrodanya, kerusakan ulir dan sekatnya.
Jika Busi Tidak Normal, lakukan penggantian
Busi yang disarankan:
ND: W 16 EX-U
NGK: BP 5 EY
Hasil Pemeriksaan: Busi 1 = Busi terlihat baik

kesimpulan: Busi tidak terdapat keausan dan tidak terdapat karatan sehingga busi masih
dapat digunakan

5. SETEL CELAH ELEKTRODA BUSI


Dengan hati-hati, tekuklah elektroda agar didapat celah yang benar.

Celah elektroda: 0,8 mm (0,031).

6. PASANGLAH BUSI KEMBALI


Momen: 17,5 Nm (180 kgf*cm, 13 ft.lbf)

7.PASANGLAH KEMBALI KABEL TEGANGAN TINGGI PADA BUSI


MEMERIKSA COIL PENGAPIAN
PERHATIAN: kata"Panas" dalam kalimat menunjukkan suhu kcil itu sendiri. "Dingin" untuk suhu 10 ° - 50 ° C (14 ° - 122 ° F),
sedangkan "Panas" artinya 50 ° -100 ° C (122 ° - 212 ° F)
1. LEPAS KABEL TEGANGAN TEGANGAN TINGGI DARI KOIL
2. PERIKSA TAHANAN PADA KOIL PRIMER
Menggunakan Ohm meter, ukur tahanan antara terminal (+) dan terminal (-) Ohmmeter
Tahanan pada koil primer: Dingin: 1,35 - 2,09 (ohm)
Panas: 1,71 - 2,46 (ohm)
Jika tahanannya tidak sesuai dengan spesifikasi, ganti koil pengapian.
Hasil Pemeriksaan: Hasil pengukuran 1,8(ohm) dalam keadaan dingin & dalam keadaan
panas hasil pengukurannya 6,50(ohm).
Kesimpulan: Coil dalam kondisi tidak baik, karena saat keadaan panas tahanan melewati
batas maksimumnya.
3. PERIKSA TAHANAN PADA KOIL SEKUNDER
Menggunakan Ohm meter, ukur tahanan antara terminal B dan terminal tegangan tinggi
Tahanan pada koil sekunder Ohmmeter Dingin: 8,5-14,5 k2 Panas: 10,7-17 ,Jika
tahanannya tidak sesuai dengan spesifikasi, gantilah koil pengapian
Hasll
Pemeriksaan: Hasil Pengukuran 6,5(ohm) dalam kondisi dingin.
Kesimpulan: coil sekunder rusak karena tahanannya tidak mencapai batas minimumnya.
4. PERIKSA TAHANAN PADA RESISTOR
Menggunakan Ohm meter, mengukur tahanan antara terminal B dan terminal (+)
Ohmmeler Tahanan resistor
Dingin: 0,8-1,3 2 Panas: 1,05-1,520 Jika tahanannya tidak sesuai dengan spesifikasi,
gantilah koil pengapian,
Hasil Pemeriksaan: -
Kesimpulan: -
5. PERIKSA KABEL DARI SUMBER TEGANGAN
(a) Dengan swit pengapian posisi ON dan menggunakan voltmeter,
hubungkan probe (+) ke terminal B dan probe (-) ke masa bodi

Tegangan: kira-kira 12 V

Hasil Pemeriksaan: -

Kesimpulan: -

(b) Dengan swit pengapian posisi “START” dan menggunakan Volt-


meter, hubungkan probe (+) ke terminal + dan probe (-) ke masa
bodi
Tegangan: kira-kira 12 V
Jika tegangan tidak normal, periksa swit pengapian dan rangkaian
kabel.

6. PASANG KEMBALIKABEL TEGANGAN TINGGI PADA KOIL


PENGAPIAN.
MEMERIKSA DISTRIBUTOR (PADA KENDARAAN)

1. LEPAS TUTUP DISTRIBUTOR BERSAMA KABEL TEGANGAN TINGGI.


2. LEPAS ROTOR
3. PERIKSA TITIK PEMUTUS
Menggunakan alat ukur celah, ukurlah antara cam dan rubbing block.
Celah pada rubbing block: 0,4-0,5 mm (0,016 - 0,020 in)

Jika celahnya tidak sesuai dengan spesifikasi, lakukan penyetelan


celah (lihat distributor Perakitan)

Hasil Penyetelan : sesuai spesifikasi

Kesimpulan:. Dalam kondisi baik

4. PERIKSA PEGAS PEREDAM


Menggunakan alat ukur oolah, ukur cclah antara cam dan pegas peredam.
Celah pegas peredam: 0,05-0,45 mm (0,002 - 0,018 in)

Jika celahnya tidak sesuai dengan Spesifikasi, stel celah (lihat


perakitan distributor)

Hasil Pemeriksaan: sesuai spesifikasi

kesimpulan: dalam kondisi baik


MEMERIKSA DISTRIBUTOR

1. PERIKSA PLAT PEMUTUS


Putarlah plat pemutus dan periksa semua yang terjadi. Jika plat pemutus
macet terasa berat jika diputar, gantilah plat pemutus.
Hasil Pemeriksaan:. Tidak terasa berat

Kesimpulan: dalam keadaan baik

2. PERIKSA POROS GOVERNOR


Putar poros gubernur dan periksa bahwa putarannya tidak kasar (a) atau
termasuk kerusakan.
Jika putaran poros terasa kasar atau ada kerusakan, ganti rakitan rumah
distributor.
Hasil Pomeriksaan: putaran tidak terasa kasar

Kesimpulan: dalam kondisi baik

(b) Menggunakan alat ukur celah, ukurlah celah sisi pada poros governor.
Celah sisi: 0,15-0,50 mm (0,0059 - 0,0197 in)
Jika celah sisi tidak sesuai dengan spesifikasi, ganti rakitan rumah distribulor.
Hasil Pergukuran:.celahnya sesuai spesifikasi

Kesimpulan:. Dalam kondisi baik


KESIMPULAN
Sistem pengapian konvensional adalah salah satu sistem pengapian baterai
pada motor bensin yang masih menggunakan platina untuk memutuskan dan
menghubungkan arus primer koil, yang nantinya bertujuan untuk
menghasilkan induksi tegangan tinggi pada kumparan skunder yang akan
disalurkan ke masing masing busi.

Pada sistem pengapian konvensional terdapat komponen yang tidak besar,


tapi sangatlah penting, yaitu kondensor atau kapasitor, komponen ini sangat
penting karena tanpa komponen tersebut maka sistem pengapian
konvensional menjadi terganggu
SEKIAN
DAN
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai