Anda di halaman 1dari 34

MATERI AJAR SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

A. Deskripsi Singkat
Sistem pengapian pada kendaraan sangatlah berperan sekali dalam
mendukung kinerja sebuah engine pada kendaraan yaitu dalam menyediakan
percikan bunga api bertegangan tinggi untuk membakar campuran bahan bakar
dan udara di ruang bakar. Untuk membahas sistem pengapian konvensioanal
itu apa kita harus mengatahui komponen, fungsi, dan cara kerja sistem
pengapian konvensioal terlebih dahulu sebelum membahas materi sistem
pengapian konvensional yang lebih dalam lagi.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
mejelaskan fungsi dan komponen sistem pengapian konvensional pada
kendaraan secara mandiri dan kelompok
2. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
menerangkan cara kerja sistem pengapian konvensional pada kendaraan
secara manidiri dan kelompok
C. Materi
1. Tujuan Sistem Pengapian
Sistem pengapian pada kendaraan mempunyai tujuan atau fungsi
menyediakan percikan bunga api bertegangan tinggi pada busi untuk membakar
campuran udara/bahan bakar di dalam ruang bakar engine.

Gambar 1.1. Sistem Pengapian Konvensional


2. Fungsi bagian-bagian sistem pengapian konvensional
a. Baterai

1
Sebagai sumber arus listrik atau menyediakan arus listrik
tegangan rendah

Gambar 1.2. Baterai

b. Ignation Coil
Menaikan tegangan yang di terima dari baterai menjadi tegangan tinggi
yang diperlukan untuk pengapian.

Gambar. 1.3. Ignation Coil (Koil Pengapian)


c. Distributor
Berfungsi membagikan (mendistribusikan) arus tegangan tinggi yang
dihasilkan (dibangkitkan) oleh kumparan skunder pada ignation coil ke
busi pada tiap-tiap selinder sesuai dengan urutan pengapian.

2
Gambar 1.4. Distributor

Bagian-bagian ini terdiri dari:


1) Cam (nok)
Membuka Kontak point (platina) pada sudut cam shaftt yang tepat
untuk masing-masing selinder.

Gambar 1.5 Cam (Nok)


2) Kontak point
Memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer
dari ignation coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi.

Gambar 1.6 Kontak Point

3
3) Capasitor (condensor)
Menyerap lompatan bunga api yang terjadi antara breaker point pada
Saat membuka dengan tujuan menaikan tegangan coil skunder.

Gambar 1.7 Kondensor


4) Centrifugal governor advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.

Gambar 1.8 Centrifugal Governor Advancer


5) Vacuum Advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin (vacuum
Intake manifold)

4
Gambar 1.9 Vacum Advancer
6) Rotor
Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan oleh
ignation coil ke tiap-tiap busi.

Gambar 1.20 Rotor


7) Distributor Cap
Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel
tegangan tinggi untuk masing- masing selinder.

5
Gambar 1.21 Tutup Distributor

d. Kabel tegangan tinggi


Mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignation coil ke busi.

Gambar 1.22 Kabel Tegangan Tinggi


e. Busi
Mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menajdi loncatan bunga api
melalui elektroda.

Gambar 1.23 Busi

6
3. Cara kerja dan karakteristik sitem pengapian konvensional
a. Koil Pengapian

Gambar 1.24 Kontruksi Koil Pengapian

Koil pengapian terdiri dari rumah logam yang meliputi lembar


pelapis logam untuk mengurangi kebocoran medan magnet. Lilitan
sekunder, yamg mempunyai lilitan lebih kurang 20.000 lilitan kawat
tembaga halus dililitkan secara langsung ke inti besi yang dilaminasi
dan disambungkan ke terminal tegangan tinggi yang terdapat pada
bagian tutup coil. Karena tegangan tinggi diberikan pada inti besi, inti
harus diisolasi oleh tutup dan insolator tambahan diberikan di bagian
dasar.
Lilitan primer, terdiri dari 200-500 lilitan kawat tembaga yang
relatif tebal, di tempatkan dekat dengan bagian luar sekelililng lilitan
sekunder. Panjang dan lebar kawat akan menyebabkan resistansi lilitan
primer berubah tergantung pada penggunaannya.
Coil pengapian adalah transformator peningkat tegangan. Coil
menghasilkan pulsa-pulsa tegangan tinggi yang dikirimkan ke busi-busi
untuk membakar campuran bahan bakar/udara diruang silinder. Lilitan
primer coil, menyimpan energi dalam bentuk medan magnet. Pada
waktu yang ditentukan kontak poin terbuka, arus primer berhenti
mengalir dan medan magnet hilang memotong coil sekunder

7
menghasilkan tegangan tinggi ke dalamnya. Tegangan pada secondary
coil menyebabkan penyalaan busi.
Cara Kerja Sistem Pengapian
1) Rangkaian Primer
Rangkaian primer merupakan jalur untuk arus tegangan rendah
dari baterai. Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet

Inti koil pengapian


menjadi magnet

Gambar 1.25 Rangkaian Primer Sistem Pengapian Konvensional

2) Rangkaian Sekunder
Rangkaian sekunder merupakan jalur untuk arus tegangan tinggi
yang ditingkatkan oleh coil. Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —
-> Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —->
Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu
meloncati tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda
massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.

8
Tegangan Induksi dari Koil
Pengapian 20.000- 30.000
V mengalir ke busi

Kontak pemutus
terbuka

Percikan api
pada celah busi

Gambar 1.26 Rangkain Skunder Sistem Pengapian Konvensional

Cara kerja pengapian induktif


1) Cara kerja saat kunci kontak On, breaker point menutup (Platina
Menutup)
Arus dari baterai mengalir melalui kunci kontak menuju primary coil
lanjut ke platiana kemudian ke massa. Arus yang masuk pada primary
coil mengkibatkan terjadi kemagnetan pada inti coil
2) Cara kerja pengapian ketika breaker point membuka
Ketika terjadi putaran engine menyebabkan breaker point membuka
sehingga arus pada primmary coil menghilang menyebabkan
perubahan medan magnet pada inti coil terjadilah induksi diri sehingga
terjadi tegangan tinggi pada secondary coil dari 12 Volt dari baterai
menjadi 20.000-30.000 Volt mengalir pada kabel tegangan tinggi ke
distributor dan kemudian ke busi-busi sesuai urutan pengapian

9
b. Kondensor

Gambar 1.27 Kondensor Dipasang Pada Distributor

Kondensor mencegah percikan bunga api pada poin-poin pada


saat poin-poin tersebut mulai membuka. Arus yang berlebihan mengalir
ke dalam kondensor pada saat poin-poin terpisah. Sebuah Kondensor
terdiri dari beberapa lembar kertas timah masing-masing lapisan diberi
isolasi kertas paraffin, lembar tersebut digulung dengan ketat sehingga
berbentuk silinder, masing-masing kumpulan plat dihubungkan dengan
satu kawat sebagai kutub positif dan negatif. Kondensor biasanya
dipasang didalam distributor dan ada juga yang dipasang diluar
distributor.
Kondensor itu diperlukan karena:
1) Poin-poin membuka dan menutup secara mekanis; gerakan
tersebut sangat lambat dibandingkan dengan kecepatan aliran arus
2) Poin-poin tersebut hanya membuka sedikit
3) Tegangan di dalam coil dapat menjadi sangat tinggi
Tanpa kondensor, yang terjadi adalah:
1) Tegangan induksi di dalam lilitan primer menjadi sangat tinggi
mendorong arus meloncati celah membakar permukaan kontak
poin. Aliran arus tidak dapat cepat berhenti, dan medan magnit
hilang sangat lambat. Karenanya tegangan sekunder terlalu
rendah untuk menyalakan busi.

10
Cara Kerja Kondensor
1) Tahap 1. Poin Tertutup

Kondensor

Gambar 1.28 Cara Kerja Kondensor Kontak-Poin Tertutup. Dan


Osiloskop MenunjukkanTegangan Kondensor

Arus mengalir melalui lilitan primer ke masa melalui poin yang


tertutup. Medan magnit terbentuk di sekeliling coil pengapian.
Pola osiloskop mengilustrasikan perubahan polaritas tegangan
pada rangkaian kondensor coil. Tingkat tegangan adalah 12 V
pada satu arah.

2) Tahap 2. Poin Terbuka

Gambar 1.29 Cara Kerja Kondensor Poin Terbuka. Dan Ositoskop


Tegangan Kondensor Naik

Medan magnit hilang, menginduksi tegangan ke dalam lilitan


sekunder. Karena medan magnit juga hilang memotong lilitan primer
maka tegangan tinggi (kira-kira 300 V) diinduksi kedalamnya juga.
Tegangan ini akan menyebabkan arus mengalir ke dalam kondensor.

11
Tegangan kondensor akan naik sampai tegangannya sama dengan
tegangan coil.

3) Tahap 3.

Gambar 1.30. Pengosongan Kondensor dan Osiloskop Tegangan


Kondensor turun

Tegangan primer mulai menurun. Tegangan kondensor sekarang akan


mendorong balik arus listrik kembali ke lilitan primer coil, hal ini
memaksa medan magnet yang hilang mengalami hilang lebih cepat
yang akan menghasilkan percikan bunga api sekunder yang lebih besar.
Gaya medan magnet yang hilang menghasilkan tegangan induksi
dengan arah yang berlawanan.
4) Tahap 4

Gambar 1.31. Langkah Pengisian/dan Osiloskop


Pengosongan Kondensor

Berkaitan dengan pengaruh medan magnet kondensor dan arus pada


lilitan sekunder, gerak gaya listrik balik dihasilkan pada lilitan primer
beberapa kali. Arus akan mengalir masuk dan keluar pada kondensor

12
melalui lilitan sampai energi listriknya hilang. Hal ini menimbulkan
efek osilasi

c. Pengendali Pengapian Sentrifugal


Untuk mendapatkan saat pemajuan yang diperlukan saat
putaran engine naik, distributor mempunyai mekanisme sentrifugal
yang terdiri dari dua buah pemberat yang mempunyai titik tumpu di
bagian bawah distributor. Kedua pemberat ini ditahan pada dudukannya
oleh pegas dan berputar dengan sumbu distributor. Jika kecepatan putar
naik, pemberat terlempar ke arah luar (karena pengaruh gaya
sentrifugal) melawan tarikan pegas dan akhirnya memajukan bubungan
kontak point.

Titik Putar

Gambar 1.32. Salah satu contoh Mekanisme Pemaju Pengapian Jenis


Sentrifugal

Bubungan dapat bergerak bebas pada poros distributor dan saat


pemberat bergerak ke arah luar akibat gaya sentrifugal, bubungan
bergeser, atau berputar, searah dengan perputaran poros. Hal ini
membuat bubungan kontak poin bersinggungan lebih cepat dengan
kontak poin, dengan demikian terjadilah pemajuan pengapian.

13
d. Pengendali Pengapian Vacuum
Interval waktu antara saat terjadinya penyalaan dan saat
diperoleh tekanan kompresi maksimum adalah tidak tetap, tetapi
berubah-ubah sesuai kecepatan pembakaran.
- Jika campuran kaya dan tekanan kompresi tinggi, dia akan
terbakar dengan sangat cepat sewaktu di bakar
- Jika campuran miskin dan tekanan kompresi rendah, campuran
akan terbakar dengan lambat
Walaupun perbandingan kompresi tidak berubah-ubah pada
suatu engine, jumlah campuran udara/bahan bakar di dalam silinder
(pada awal langkah kompresi) berubah-ubah sesuai posisi
pembukaan katup throttle, dengan demikian terjadi perubahan pada
tekanan kompresi pada rentang kerja engine.
Mekanisme pengendali pemajuan pengapian vacuum terdiri
dari unit diafragma vacuum, dihubungkan dengan pelat dudukan
distributor dan sisi lain diafragma dihubungkan dengan saluran
vacuum karburator melalui selang vacuum.
Diafragma ditahan pada posisinya oleh pegas. Pelat
dudukan dan kontak poin akan berputar saat diafragma
berhubungan dengan kevacuuman saluran masuk engine.
Cara Kerja
Pembukaan katup throttle yang kecil akan memberikan tingkat
kevacuuman yang tinggi pada diafragma yang mengakibatkan pelat
dudukan berputar mempercepat saat pengapian. Saat pembukaan
katup throttle membuka semakin lebar, pengaruh kevacuuman akan
menurun mengurangi pemajuan saat pengapian. Pembukaan pen uh
katup throttle akan memberikan tekanan udara luar (tidak ada
kevacuuman) terhadap diafragma mengakibatkan tidak terjadi
pemajuan saat pengapian.
Catatan:
Kerjasama antara pemaju pengapian sentrifugal dan kevacuuman secara
otomatis memberikan perubahan yang pasti terhadap saat pengapian
pada setiap rentang kerja engine.

14
Sudut Dwell
Sudut Dwell adalah besarnya sudut putaran bubungan
distributor saat kontak poin menutup. Sudut Dwell yang tepat sangat
penting pada coil pengapian. Coil pengapian, agar dapat bekerja dengan
baik memerlukan waktu aliran arus yang mengalir pada lilitan primer
cukup lama agar mampu membangkitkan medan magnet yang kuat di
sekitarnya. Kekuatan medan magnet digunakan untuk memotong liiitan
sekunder agar menghasilkan tegangan yang diperlukan untuk
menyalakan busi.

a.

b.

c.

Gambar 1.33. Sudut Dwell

Keterangan:
a) Kontak Poin Tertutup
b) Celah Kontak Poin Besar, sudut Dwell kecil
c) Celah kontak Poin kecil, sudut Dwell besar

15
Celah kontak poin dapat merubah sudut dwell. Celah kontak
poin yang sempit akan menaikkan sudut dwell. Ini berarti kontak poin
tertutup lebih cepat dan menutupnya terlambat dan ini meningkatkan
sudut dwell.
Besarnya sudut dwell dapat di tentukan dengan rumus:
60% x 360/n.
n = jumlah selinder.

Sudut dwell yang terlalu besar dapat menimbulkan kerugian.


Kontak poin menutup lebih cepat dapat mempengaruhi kerja coil
pengapian dan kondensor menyebabkan pembakaran yang jelek dan
kontak poin terbakar karena percikan yang berlebihan. Celah yang besar
atau sudut dwell yang kecil, menyebabkan kontak poin menutup lambat
dan membuka lebih cepat, coil tidak punya waktu untuk memperoleh
kejenuhan medan magnet dengan demikian menimbulkan pembakaran
yang jelek.

e. Busi
Busi berguna untuk menghasilkan bunga api dengan menggunakan
tegangan tinggi yang dihasilkan oleh koil. Bunga api yang
dihasilkan oleh busi kemudian di pergunakan untuk memulai
pembakaran campuran bahan bakar dengan udara yang telah di
kompresikan di dalam selinder.
Konstruksi busi

16
Gambar 3.34. Konstruksi Busi

Pada busi terdapat dua buah elektroda yaitu elektroda


tengah dan samping elektroda tengah mengalirkan arus listrik dari
distributor yang kemudian akan melompat menuju elektroda
samping.Isolator yang ada pada busi untuk mencegah bocornya arus
listrik tegangan tinggi, sehingga tetap mengalir melalui elektroda
tengah dan elektroda samping terus ke masa sambil menghasilkan
bunga api dari elektroda tengah ke elektroda samping.
Nilai panas busi
Yang dimaksud dengan nilai panas busi adalah kemampuan
meradiasikan sejumlah panas oleh busi. Busi yang meradiasikan
panas yang lebih banyak disebut busi dingin sebab busi tersebut
akan tetap dingin, sedangkan busi yang meradiasikan panas sed ikit
disebut dengan busi panas.
Busi dingin mempunyai ujung isolator yang lebih pendek
karena permukaan persinggungan dengan api lebih kecil dan jalur
radiasi panasnya pendek, maka perambatan panas sangat baik dan
temperatur elektroda tengah tidak akan naik terlalu tinggi.
Sedangkan busi panas mempunyai ujung isolator yang
panjang dan permukaan singgung dengan api yang luas sehingga
jalur perambatan panas menjadi panjang dan radiasi panas menjadi
kecil. Akibatnya temperatur elektroda tengah menjadi naik.

17
Nilai panas busi juga dapat ditentukan dengan nomor yang
ada pada busi, semakin tinggi angka atau nomor suatu busi maka
semakin tinggi nilai panas busi.

D. Rangkuman
Distributor berfungsi membagikan (mendistribusikan) arus tegangan
tinggi yang dihasilkan (dibangkitkan) oleh kumparan sekunder pada ignation
coil ke busi pada tiap-tiap selinder sesuai dengan urutan pengapian
Rangkaian Primer
Rangkaian primer merupakan jalur untuk arus tegangan rendah dari
baterai. Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet
Rangkaian Sekunder
Rangkaian sekunder merupakan jalur untuk arus tegangan tinggi yang
ditingkatkan oleh coil. Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —-> Rotor
—-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati
tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi
dan menimbulkan percikan bunga api
Kondensor mencegah percikan bunga api pada kontak poin pada saat
kontak poin tersebut mulai membuka. Arus yang berlebihan mengalir ke
dalam kondensor pada saat kontak point terpisah.
Sudut Dwell adalah besarnya sudut putaran bubungan distributor saat
kontak poin menutup. Besarnya sudut dwell dapat ditentukan dengan rumus:
Sudut Dwell = 60 % x 360/n
n = jumlah selinder

Sudut dwell yang terlalu besar, Kontak poin menutup lebih cepat dan
dapat mempengaruhi kerja coil pengapian. Yang menyebabkan pembakaran
yang jelek dan kontak poin terbakar karena percikan yang berlebihan. Celah
kontak point yang besar atau sudut dwell yang kecil, menyebabkan kontak
poin menutup lambat dan membuka lebih cepat, coil tidak punya waktu untuk

18
memperoleh kejenuhan medan magnet dengan demikian menimbulkan
pembakaran yang jelek.
Mekanisme sentrifugal advancer berfungsi untuk memajukan saat
pengapian sesuai dengan pertambahan putaran mesin. Mekanisme Vacuum
advancer berfungsi memajukan saat pengapian pada saat beban mesin
bertambah atau berkurang.
Busi mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan
bunga api melalui elektroda.Nilai panas busi adalah kemampuan
meradiasikan sejumlah panas oleh busi. Nilai panas busi dapat ditentukan
dengan nomor yang ada pada busi, semakin tinggi angka atau nomor suatu
busi maka semakin tinggi nilai panas busi.

E. Latihan Soal
1. Jelaskan fungsi dari sistem pengapian pada kendaraan?
2. Gambarkan rangkaian sistem pengapian konvensional?
3. Sebutkan fungsi dan komponen sistem pengapian berikut:
a. c.

b d.

4. Jelaskan Cara kerja sistem pengapian konvensional?


5. Bagaimana pengaruh waktu pengapian yang tidak tepat?
Jawaban:
1. Fungsi sistem Pengapian adalah menyediakan percikan bunga api
bertegangan tinggi pada busi untuk membakar campuran udara/bahan
bakar di dalam ruang bakar engine
2. Gambar sistem pengapian konvensional

19
3. Fungsi komponen pengapian:
a. Baterai sebagai sumber arus menyediakan arus listrik tegangan rendah
ignition coil
b. Ignition coilmenaikan tegangan yang berasal dari baterai 12 volt
menjadi 20.000-30.000 volt tegangan tinggi yang diperlukan untuk
pengapian
c. Distributor membagikan (mendistribusikan) arus tegangan tinggi yang
dihasilkan (dibangkitkan) oleh kumparan sekunder pada ignation coil
ke busi pada tiap-tiap selinder sesuai dengan urutan pangapian
d. Busi mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga
api melalui elektroda
4. Cara kerja coil pengapian
a. Cara kerja saat kunci kontak ON, breaker point menutup

Arus dari baterai mengalir melalui kunci kontak menuju primary coil

lanjut ke platina kemudian ke massa. Arus yang masuk ke primary

coil mengakibatkan terjadi kemagnetan pada inti coil

b. Cara kerja pengapian ketika breaker point membuka

Ketika terjadi putaran engine menyebabkan breaker point membuka

sehingga arus pada primmary coil menghilang menyebabkan

perubahan medan magnet pada inti coil terjadilah induksi diri

sehingga terjadi tegangan tinggi pada secondary coil dari 12 Volt dari

baterai menjadi 20.000-30.000 Volt mengalir pada kabel tegangan

20
tinggi ke distributor dan kemudian ke busi-busi sesuai urutan

pengapian

5. Pengaruh pengapian tidak tepat


Akibat saat pengapian yang terlalu mundur yaitu tekanan pembakaran yang
dihasilkan akan terjadi jauh sesudah TMA sehingga daya mesin yang
dihasilkan tidak optimal dan pemakaian bahan bakar yang lebih boros.
Waktu pengapian terlalu maju menyebabkan terjadinya knocking atau
detonasi sehingga akan menyebabkan mesin bergetar, daya motor tidak
optimal, mesin menjadi panas dan akan menyebabkan kerusakan pada
komponen-komponen pada mesin, misalnya piston, batang piston,
bantalan dan lain-lain

21
BAB II
CARA PERAWATAN
SISTEM PENGAPIAN KONVENSIOAL

A. Deskripsi Singkat
Dalam dunia otomotif perawatan atau pemeliharaan kendaraan sangatlah
penting untuk menjaga kelangsungan umur dari kendaraaan dan mencegah
kerusakan kendaraan tersebut. Misalnya pemeliharaan atau perawatan
kelistrikan kendaraan utamanya pada sistem pengapiannya. Sistem pengapian
sangatlah penting perannya pada kendaraannya tanpa sistem pengapian yang
baik akan mengakibatkan mesin tidak dapat hidup dengan mudah karena
sistem pengapian sendiri berfungsi menyediakan percikan bunga api
bertegangan tinggi pada busi untuk membakar campuran udara/bahan bakar di
dalam ruang bakar engine. Oleh sebab itu perlunya perawatan yang rutin untuk
menjaga agar sistem pengapian bekerja dengan baik.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Menunjukan pemeriksaan sistem pengapian konvensional pada kendaraan
sesuai SOP
2. Mendemonstrasikan pemeliharaan sistem pengapian konvensional pada
kendaraan sesuai SOP
C. Materi
Sistem pengapian konvensional kendaraan bermotor sangatlah
penting dalam mendukung kinerja sebuah kendaraan, tetapi sebagaimana
ditetapkan pabrik pembuatnya, pemeliharaannya harus dilakukan secara
berkala agar tetap tahan uji. Adapun langkah pemeriksaan sistem
pengapian adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Baterai
Lepaskan kabel negatif (massa) terlebih dahulu, kemudian lepaskan kabel
positifnya. Bila kabel positif dilepaskan terlebih dahulu akan terjadi
percikan api.
a. Kondisi bodi
1) Baterai yang rusak dan bocor tidak dapat diperbaiki lagi dan harus
diganti baru.

22
Gambar 2.1 Pemeriksaan Kondisi Bodi Baterai

b. kondisi terminal
1) B
ersihkan terminal baterai dari kotoran maupun minyak/vet dengan air
hangat (bila perlu) kemudian gosoklah dengan amplas

Gambar 2.2 Pemeriksaan Kondisi Terminal Baterai

c. ketinggian air accu


1) L
etakan baterai pada tempat yang rata dan periksa volume electrolite
pada batas Upper dan lower. Apabila kurang tambahkan dengan air
suling (accu zur).

Gambar 2.3 Pemeriksaan Ketinggian Air Accu

23
d. Periksa tegangan baterai
1) Dengan menggunakan baterai tester atau multi tester periksalah
tegangan baterai (kondisi penuh: 12.6 volt)
2) Jika tegangan batery rendah, maka harus di charge ulang.

Gambar 2.4 Pemeriksaan Tegangan Baterai

e. Periksa lubang penguapan pada tutup baterai.


1) Dengan menggunakan tekanan udara kompresor tiupkan udara pada
lubang penguapan udara

Gambar 2.5 Pemeriksaan Tutup Baterai

f. Periksa berat jenis (BJ) electrolyte


1) Dengan menggunakan Hydrometer periksalah BJ electrolite, normal
1.260-1.280 pada suhu 25o C. Perbedaan setiap sel < dari 0.02

24
Gambar 2.6 Pemeriksaan Berat Jenis Baterai
2. Pemeriksaan kunci kontak
a. cara memeriksa kunci kontak masih dalam kondisi baik atau tidak,
sebagai berikut:
1) Memeriksa secara fisik dengan melihat ada atau tidak terminal yang
lepas dan isolator kabel terbakar.
2) Memeriksa hubungan antar terminal kontak menggunakan ohm
meter.
b. Hubungan antar terminal kontak jika kunci kontak masih dalam kondisi
baik seharusnya seperti yang ditunjukan tabel di bawah ini.

Gambar 2.7 Bagan Pemeriksaan Kunci Kontak

3. Pemeriksaan Busi
Pemeriksaan secara visual.Periksa busi kemungkinan terdapat hal-hal
berikut:
a. Retak atau kerusakan lain pada ulir dan isolator
b. Keausan elektroda
c. Gasket rusak atau berubah bentuk
d. Elektroda terbakar atau terdapat kotoran yang berlebihan

25
Gambar 2.8 Busi

Bersihakan Busi
a. Jangan menggunakan alat pembersih busi lebih lama dari yang
diperlukan
b. Hembuskan kompoun dan karbon pembersih dengan udara bertekanan
c. Besihkan ulir dan permukaaan luar isolator

Gambar 2.9 Pembersihan Busi

Stel celah busi


a. Periksa setiap celah busi menggunakan feller gauge. Jika perlu, setelah
dengan membengkokkan bagian yang menonjol dari elektroda. (celah
busi 0.75 – 90 mm) dan penggantian setiap 20.000 km

Gambar 2.10 Penyetelan Celah Busi

26
4. Pemeriksaan Tahanan Kabel Busi
a. Cabut kabel busi dengan menarik pada bagian karet.
b. Jangan menekuk kabel
c. Periksa kondisi kabel dari putus atau retak
d. Periksa tahanan kabel menggunakan Ohmmeter pada skala ukur X 1kΩ
e. Tahanan : kurang dari 25 kΩ/kabel

Gambar 2.11 Pemeriksaan Tahanan Kabel Busi

5. Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi/Coil


a. Cabut kabel busi dengan menarik pada bagian karet.
b. Jangan menekuk kabel
c. Periksa kondisi kabel dari putus atau retak
d. Periksa tahanan kabel menggunakan Ohmmeter pada skala ukur X 1kΩ
e. Tahanan : kurang dari 25 kΩ/kabel

Gambar 2.12 Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi

6. Pemeriksaan tahanan primer coil


a. Periksa tahanan koil pengapian dengan Ohmmeter pada skala x1 atau x10.
b. Periksa tahanan antara terminal posistif (+) dan negatif (-) koil.
c. Tahanan (tanpa internal resistor) 1.3 – 1.6 Ω
d. Tahanan (dengan internal resistor) 1.5 – 1.9 Ω

27
Gambar 2.13 Pemeriksaan Tahanan Primer Coil
7. Pemeriksaan Tahanan sekunder coil pengapian
a. Periksa tahanan koil pengapian dengan Ohmmeter pada skala x1kΩ
b. Periksa tahanan antara terminal posistif (+) dan terminal tegangan
tinggi.
c. Tahanan (tanpa internal resistor) 10.7 - 14.5 kΩ
d. Tahanan (dengan internal resistor) 13.7 - 18.5 kΩ

Gambar 2.14 Pemeriksaan Tahanan Sekunder Coil Pengapian

8. Pemeriksaan kondisi tuutp distributor


a. Periksa tutup distributor dari kemungkinan retak, sisa-sisa karbon,
terbakar atau terminal berkarat, pegas bagian tengah lemah.

Gambar 2.15 Pemeriksaan Kondisi Tutup Distributor

28
9. Pemeriksaan cara kerja dari governor advance
a. Putar rotor berlawanan arah jarum jam dan lepaskan, rotor harus
kembali ke posisi semula dengan cepat

Gambar 2.16 Pemeriksaan Cara kerja governor advance

10. Pemeriksaan Kondisi rotor


a. Periksa rotor dari kemungkinan retak, sisa-sisa karbon, terbakar atau terminal berkarat

Gambar 2.17 Pemeriksaan Kondisi Rotor


11. Pemeriksaan cara kerja vacum advance
a. Hubungkan slang vacum distributor dengan vacum tester.
b. Saat dihisap breaker plate harus bergeser dari dudukannya.
c. Saat selang vakum dilepas, breaker plate harus kembali ke posisi awal

Gambar 2.18 Pemeriksaan Cara Kerja Vacum Advance

29
12. Pemeriksaan dan penyetelan Celah platina atau celah udara
a. Cek kondisi platian dari keausan maupun kontak yang tidak tepat,
perbaiki atau ganti bila platina sudah aus
b. Stel celah platina
1) Putar poros engkol sampai rubbing blok posisi terendah
2) Kendorkan skrup pengikat paltina
3) Sisipkan feller gauge 0,45 mm diatara rubbing blok dengan lembah
nok
4) Bila celah tidak tepat, geser platina menggunakan obeng (-) pada
tempat penyetelan sampai tepat
5) Kencangkan sekrup platina

Gambar 2.19 Pemeriksaan Celah Platina

13. Pemeriksaan Sudut Dwell


a. Periksa sudut Dwell dengan menggunakan Dwell tester
b. Sudut Dwell standar: 52o ± 6o
c. Jika sudut Dwell tidak pas, stell ulang celah Platina

Gambar 2.20 Pemeriksaan Sudut Dwell


14. Pemeriksaan saat pengapian (Ignition Timing)
Pemeriksaan dan penyetelan dilakukan pada kondisi

30
a. Oktan selektor pada posisi standart.
b. Lepaskan slang vakum dari sub diafragma distributor dan sumbat ujung
slangnya.

Gambar 2.21 Pemeriksaan Ignition Timing Vacum di lepas

c. Dengan mesin berputar idling sesuai spesifikasi, gunakan timing light


untuk memeriksa saat pengapian.
o Saat pengapian : (pada max. RPM. 950)
o Seri 2K, 3K, 4K : 8o sebelum TMA
o Seri 5K : 5o sebelum TMA
d. Bila tidak pas kendorkan baut pengikat distributor, putar distributor
untuk meluruskan dengan tanda.
e. Periksa kembali saat pengapian setelah baut pengikat distributor
dikencangkan.
f. Pasang kembali slang vakum pada distributor.
g. Periksa saat pengapian, saat pengapian : 12 ± 3o sebelum TMA pada @
max. 900 RPM

Gambar 2.22 Pengaturan Waktu Pengapian

31
D. Rangkuman
Apapun pemeriksaan pada sistem pengapian konvensional pada kendaraan
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Baterai
2. Pemeriksaan kunci kontak
3. Pemeriksaan Busi
4. Pemeriksaan Tahanan Kabel Busi
5. Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi/Coil
6. Pemeriksaan tahanan primer coil
7. emeriksaan Tahanan sekunder coil pengapian
8. Pemeriksaan kondisi tuutp distributor
9. Pemeriksaan cara kerja dari governor advance
10. Pemeriksaan Kondisi rotor
11. Pemeriksaan cara kerja vacum advance
12. Pemeriksaan dan penyetelan Celah platina atau celah udara
13. Pemeriksaan Sudut Dwell
14. Pemeriksaan saat pengapian (Ignition Timing)

E. Latihan Soal
1. Bagaimana cara memeriksa dan mengatur sudut dwell?
2. Bagaimana cara mengatur celah platina?
3. Seorang teknisi mengalami permasalahan mobil kjang 5 K dalam sistem
waktu pengapiannya yang terlalu maju sebelum waktunya. Akibatnya
terjadi knocking pada mesinnya. Bagaimana cara teknisi tersebut
mengatur timing pengapian dengan timing light?
Jawaban:
1. Langkah memeriksa dan mengatur sudut dwell
Pastikan bahwa semua alat dan perlengkapan tidak ada disekitar engine
Hidupkan engine dan biarkan sampai mencapai temperatur
pengoperasiannya
Matikan engine dan hubungkan dwell tester ke sistem pengapian sesuai
SOP
Hidupkan engine dan bacalah bacaan sudut dwellnya

32
Aturlah sudut dwell bila sudut tersebut tidak sesuai dengan spesifikasinya
(52 + 6)
Langkah mengatur celah platina
Cek kondisi platian dari keausan maupun kontak yang tidak tepat,
perbaiki atau ganti bila platina sudah aus
Stel celah platina
Putar poros engkol sampai rubbing blok posisi terendah
Kendorkan skrup pengikat paltina
Sisipkan feller gauge 0,45 mm diatara rubbing blok dengan lembah
nok
Bila celah tidak tepat, geser platina menggunakan obeng (-) pada
tempat penyetelan sampai tepat
Kencangkan sekrup platina

Pemeriksaan dan penyetelan dilakukan pada kondisi


Oktan selektor pada posisi standart.
Lepaskan slang vakum dari sub diafragma distributor dan sumbat ujung
slangnya.

33
Dengan mesin berputar idling sesuai spesifikasi, gunakan timing light
untuk memeriksa saat pengapian.
Saat pengapian : (pada max. RPM. 950)
Seri 2K, 3K, 4K : 8o sebelum TMA
Seri 5K : 5o sebelum TMA
Bila tidak pas kendorkan baut pengikat distributor, putar distributor
untuk meluruskan dengan tanda.
Periksa kembali saat pengapian setelah baut pengikat distributor
dikencangkan.
Pasang kembali slang vakum pada distributor.
Periksa saat pengapian, saat pengapian : 12 ± 3o sebelum TMA pada @
max. 900 RPM

34

Anda mungkin juga menyukai