Anda di halaman 1dari 25

Bahan Rujukan

PAKET KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN


KB
NAMA MODUL PERAWATAN BERKALA MESIN KENDARAAN RINGAN
3.1
NAMA KB 3.1. Perawatan Berkala Sistem Pengapian 1

DASAR SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


a. Macam-Macam Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional pada motor bensin ada 2 macam. Perbedaan keduanya
terletak pada sumber tegangan listrik.
1). Sistem Pengapian Baterai
Baterai 6 atau 12 Volt berfungsi sebagai sumber tegangan.
2). Sistem Pengapian Magnet
Generator berfungsi sebagai pembangkit sumber tegangan 12 / 6 Volt
b. Cara Menaikkan Tegangan
Tegangan baterai 12 V dinaikkan menjadi tegangan tinggi 5.000  25.000 Volt dengan
menggunakan transformator (Koil ).
c. Jenis Koil

Koil jenis Koil jenis


inti tertutup inti batang

e. Komponen Sistem Pengapian Baterai dan Kegunaannya


Baterai
Kegunaan :
Sebagai penyimpan atau penyedia sumber arus listrik

Kunci Kontak
Kegunaan :
Menghubungkan dan memutus kan arus listrik dari baterai ke
sirkuit primer

Koil
Kegunaan :
Mentransformasikan tegangan baterai ( 12 Volt ) menjadi
tegangan tinggi ( 5000 – 25.000 Volt )

1|Hal
Bahan Rujukan

Kontak Pemutus ( platina )


Kegunaan :
Menghubungkan dan memutus kan arus primer agar terjadi
induksi tegangan tinggi pada sirkuit sekunder.

Kondensator
Kegunaan :
Mencegah loncatan bunga api diantara celah kontak pemutus
pada saat kontak mulai membuka.
Mempercepat pemutusan arus primer sehingga perubahan
kemagnetan pada koil menjadi cepat dan akibatnya tegangan
induksi yang timbul pada sirkuit sekunder tinggi.

Distributor
Kegunaan :

Membagi dan menyalurkan tegangan tinggi sekunder ke setiap


busi sesuai dengan urutan pengapian (F.O).
F.O = Firing Order

Busi
Kegunaan :

Meloncatkan bunga api listrik diantara kedua elektroda busi di


dalam ruang bakar, sehingga pembakaran campuran bahan
bakar dan udara dapat dimulai.

f. Cara Kerja Sistem Pengapian Baterai


Pada saat mesin atau motor hidup, poros engkol dan poros kam distributor berputar yang
mengakibatkan kam distributor tidak menekan tumit ebonit kontak pemutus sehingga kontak
pemutus menutup dan selanjutnya kam distributor menekan tumit ebonit kontak pemutus

2|Hal
Bahan Rujukan
sehingga kontak pemutus membuka. Peristiwa tersebut akan berulang-ulang selama
mesin/motor hidup.
1). Saat Kunci Kontak On dan Kontak Pemutus (platina) Menutup

1 3

2 4

1 2 3 4
Saat kunci kontak ( On ) dan kontak pemutus menutup (kam pada poros distributor tidak menekan
tumit ebonit kontak pemutus), maka terjadi rangkaian tertutup pada sirkuit/rangkaian primer,
sehingga arus akan mengalir mulai dari plus baterai – kunci kontak – kumparan primer koil –
kontak pemutus – massa –ke minus baterai dan seterusnya. Dengan mengalirnya arus primer,
maka terjadi pembentukan medan magnet pada inti koil (yang sebelumnya tidak ada medan
magnet). Akibat perubahan medan magnet tersebut (dari tidak ada menjadi ada magnet), maka
terjadi tegangan induksi diri pada rangkaian primer dan tegangan induksi pada rangkaian
sekunder. Oleh karena tegangan induksi pada rangkaian sekunder rendah, maka tidak terjadi
loncatan bunga api pada busi.
2). Saat Kunci Kontak On dan Kontak Pemutus Membuka

Kunci kontak masih tetap On, mesin/motor tetap berputar, dan demikian juga kam poros
distributor berputar, selanjutnya kam menekan tumit ebonit kontak pemutus sehingga kontak
pemutus membuka. Dengan membukanya kontak pemutus, maka aliran arus primer terputus
(dari kondisi sebelumnya arus mengalir/kontak pemutus menutup), sehingga terjadi perubahan

3|Hal
Bahan Rujukan
medan magnet atau medan magnet jatuh karena adanya perubahan dari ada magnet (saat
kontak pemutus tertutup) menjadi tidak ada magnet (saat kontak pemutus terbuka).
Dengan terjadinya perubahan medan magnet yang cepat dan sesaat pada koil tersebut, maka
akan timbul tegangan induksi diri sesaat pada rangkaian primer sekitar 400 Volt dan timbul
tegangan induksi yang tinggi sesaat pada rangkaian sekunder sekitar 5.000 s.d 25.000 Volt.
Teganagn induksi diri pada rangkaian primer akan terserap oleh kondensator dan tegangan
induksi yang tinggi pada sirkuit sekunder akan menghasilkan loncatan bunga api di antara
elektroda busi.
Jadi loncatan bunga api listrik sesaat pada celah elektroda busi terjadi saat kontak pemutus
( platina ) mulai membuka.

KONTAK PEMUTUS (PLATINA) DAN SUDUT DWEL


Sudut Pengapian
Sudut pengapian adalah :
Sudut putar kam distributor mulai dari saat kontak
pemutus membuka (A) sampai kontak pemutus mulai

A membuka pada tonjolan kam berikutnya (C)

 Sudut pengapian =
360
Z
C
Z = jumlah silinder
Untuk motor 4 silinder :
360
  90 0 p.k (derajat poros kam)
4
d. Sudut Dwell

Sudut putar kam distributor :


A A – B = Sudut buka kontak pemutus
B B – C = Sudut tutup kontak pemutus
Sudut tutup kontak pemutus (k.p) dinamakan sudut
C
dwel

Kesimpulan :
Sudut dwel atau sudut tutup adalah sudut putar kam distributor mulai dari saat kontak pemutus
menutup (B) sampai dengan kontak pemutus mulai membuka (C) pada tonjolan kam berikutnya,
dalam satuan derajat poros kam (o p.k).

4|Hal
Bahan Rujukan
e. Hubungan sudut dwel dengan celah kontak pemutus

Jika celah kontak pemutus kecil, maka :


 Sudut buka kecil (  )
 Sudut Dwel besar (  )
  Besar sudut buka (= besar celah kontak pemutus)
berbanding terbalik dengan besar sudut dwel
(sudut tutup)

360
Sudut pengapian = z = jumlah silinder
z

Secara empiris : Sudut dwel  60% x sudut pengapian


360
 60% x (dengan toleransi ± 20)
z
Contoh : Menghitung sudut dwel motor 4 silinder dan 6 silinder

Motor 4 silinder

360 0 360 0
Sudut pengapian =   90 0 p.k
z 4
Sudut dwel = 60% x 900 = 540
(toleransi ± 20)
Besar sudut dwel = 54 ± 20
 Sudut dwel = 520 – 560 p.k.

Motor 6 silinder
360 360
Sudut pengapian =   60 0 p.k
z 6
Sudut dwel = 60% x 600 = 360
(toleransi ± 20)
Besar sudut dwel = 36 0  20

 Sudut dwel = 340 – 380 p.k.

f. Besar Sudut Dwell dan Kemampuan Pengapian


Kemampuan pengapian ditentukan oleh kuat arus primer. Untuk mencapai arus primer
maksimum, diperlukan waktu pemutusan kontak pemutus yang cukup, dan hal itu sangat
ditentukan oleh waktu menutup kontak pemutus yang cukup.

5|Hal
Bahan Rujukan
1). Sudut dwel terlalu kecil

Dengan sudut dwel terlalu kecil, maka waktu penutupan kontak pemutus pendek, akibatnya
arus primer tidak mencapai maksimum yang seharusnya dan kemampuan pengapian menjadi
kurang (bunga api pada busi lemah).

2). Sudut dwel terlalu besar

Dengan sudut dwel terlalu besar, maka waktu penutupan kontak pemutus lama, akibatnya
arus primer dapat mencapai maksimum yang seharusnya dan kemampuan pengapian
menjadi baik (bunga api pada busi kuat).
Kelemahannya karena waktu mengalir arus terlalu lama, maka kontak pemutus menjadi panas
dan konntak pemutus cepat aus.

Kesimpulan : Besar sudut dwel merupakan kompromis antara kemampuan pengapian dan umur
kontak pemutus.

KONDENSATOR
a. Sifat Induksi Diri
 Tegangan induksi diri bisa melebihi tegangan sumber. Pada sistem pengapian baterai
konvensional, tegangan induksi diri  300 – 400 Volt.
 Arus induksi diri pada sirkuit primer adalah penyebab timbulnya bunga api pada kontak
pemutus.

6|Hal
Bahan Rujukan
 Arah tegangan induksi diri selalu menghambat arah perubahan arus primer, seperti terlihat
pada diagram dibawah (gambar dari Oscilloscop).

Dari gambar terlihat bahwa pada saat kontak pemutus menutup, arus primer tidak cepat atau
memerlukan waktu tertentu untuk mencapai maksimum, karena terjadinya induksi diri yang
memperlambat aliran arus primer, sehingga untuk mencapai arus maksimum diperlukan waktu
tertentu. Demikian juga saat kontak pemutus membuka (dari kondisi menutup), arus primer tidak
langsung hilang atau memerlukan waktu tertentu, karena induksi diri memperlambat pemutusan
arus primer.
d. Sistem Pengapian dengan Kondensator
Pada sistem pengapian, kondensator dihubungkan secara paralel dengan kontak pemutus.

Kondensator, disambung parallel


dengan kontak pemutus

1). Cara Kerja


Pada saat kontak pemutus mulai membuka, arus induksi diri yang terjadi diserap oleh
kondensator, akibatnya :
a) Tidak terjadi loncatan bunga api pada kontak pemutus.
b) Arus primer hilang dengan cepat, maka medan magnet jatuh dengan cepat.
c) Perubahan medan magnet yang cepat mengakibatkan tegangan induksi pada sirkuit sekunder
tinggi, sehingga bunga api pada busi kuat.
2). Prinsip Kerja KondensatorKondensator terdiri dari dua plat penghantar yang terpisah oleh
foli isolator. Jika kedua plat bersinggungan dengan tegangan listrik, maka plat negatif akan terisi
elektron-elektron.

7|Hal
Bahan Rujukan

Jika sumber tegangan/baterai dilepas, elektron-elektron masih tetap tersimpan pada plat
kondensator, berarti ada penyimpanan muatan listrik.
Jika kedua penghantar yang berisi muatan listrik tersebut dihubungkan, maka akan terjadi
penyeimbangan arus, lampu akan menyala sesaat lalu padam karena arus sudah seimbang.

BUSI

1. Terminal
2. Rumah busi
3. Isolator
4. Elektrode ( paduan nikel )
5. Perintang rambatan arus
6. Rongga pemanas
7. Elektrode massa ( paduan nikel )
8. Cincin perapat
9. Celah elektrode
10. Baut sambungan
11. Cincin perapat
12. Penghantar
b. Nilai Panas
Nilai panas busi adalah suatu indeks yang menunjukkan jumlah panas yang dapat dipindahkan
oleh busi
Kemampuan busi menyerap panas dari pembakaran dan memindahkan panas ke air pendingin
yang ada pada rongga-rongga kepala silinder tergantung pada bentuk kaki isolator / luas
permukaan isolator busi.
Busi yang dipasang pada motor / engine nilai panasnya harus sesuai dengan kondisi kerja /
operasi mesin

8|Hal
Bahan Rujukan

1). Busi panas 2). Busi dingin


 Luas permukaan kaki isolator besar,  Luas permukaan kaki isolator kecil,
sehingga banyak menyerap panas. sehingga sedikit menyerap panas.
 Lintasan pemindahan panas pada  Lintasan pemindahan panas pada pada
daerah kaki isolator panjang, daerah kaki isolator pendek, akibatnya
akibatnya pemindahan panas lambat. cepat memindahkan panas

c. Kondisi Muka Busi


Kondisi muka busi dapat menunjukkan kondisi operasi mesin dan keadaan busi, seperti terlihat
pada gambar berikut ini.
1). Normal
Isolator berwarna kuning atau coklat muda. Puncak isolator
bersih, permukaan rumah isolator kotor berwarna coklat muda
atau abu – abu , artinya :
 Kondisi kerja mesin baik
 Pemakaian busi dengan nilai panas yang tepat.
2). Terbakar
Elektroda terbakar, pada permukaan kaki isolator ada partikel-
partikel kecil mengkilat yang menempel.
Isolator berwarna putih atau kuning
Penyebab :
 Nilai oktan bensin terlalu rendah
 Campuran terlalu kurus, knoking ( detonasi )
 Saat pengapian terlalu awal
 Tipe busi yang terlalu panas
3). Berkerak karena oli
Kaki isolator dan elektroda sangat kotor. Warna kotoran coklat
Penyebab :
 Cincin torak aus / oli bocor
 Penghantar katup aus / oli bocor
 Pengisapan oli melalui sistem ventilasi karter
4). Berkerak karbon / jelaga
Kaki isolator, elektroda-elektroda, rumah busi berkerak jelaga
Penyebab :
 Campuran bahan baker – udara terlalu kaya
 Tipe busi yang terlalu dingin

9|Hal
Bahan Rujukan
5). Isolator retak
Bunga api dapat meloncat dari isolator langsung ke massa,
akibatnya bunga api diantara celah busi lemah atau tidak ada.
Penyebab :
 Jatuh
 Kelemahan bahan

d. Dudukan Busi
Penggunaan cincin perapat antara busi dan kepala silinder tergantung pada tipe motor.

1). Dudukan rata 2). Dudukan konis


Dudukan busi pada kepala silinder berbentuk Dudukan busi pada kepala silinder
rata, maka harus dipasang cincin perapat berbentuk konis, maka tanpa perlu
antara busi dan kepala silinder. Busi yang dipasang cincin perapat antara busi
diproduksi pabrik sudah diperlengkapi dengan dan kepala silinder. Beberapa
cincin perapat dan cincin biasanya dikonstruksi kendaraan mahal menggunakan
untuk tidak perlu diganti. Kebanyakan motor / dudukan jenis ini.
mesin memiliki dudukan jenis ini.

e. Ulir Busi
Panjang ulir pada busi harus sesuai dengan panjang ulir pada lubang busi kepala silinder. Apabila
panjang ulir busi tidak sesuai, maka akan mengakibatkan kerusakan pada busi dan pada lubang
busi kepala silinder. Kerusakan lubang busi pada kepala silinder mengakibatkan biaya mahal
untuk memperbaikinya.

1). Terlalu panjang 2). Terlalu pendek 3). Tepat


Jika busi dipasang pada lubang Jika busi digunakan, bagian ulir Panjang ulir
busi kepala silinder, bagian ulir pada kepala silinder akan kotor, pada lubang

10 | H a l
Bahan Rujukan
busi yang menonjol akan kotor, sehingga sewaktu busi diganti busi di kepala
sehingga sewaktu busi dilepas, dengan busi standar, ulir busi silinder sama
ulir lubang busi akan rusak dan dan lubang busi akan rusak dan dengan panjang
bisa mengakibatkan perbaikan bisa mengakibatkan perbaikan ulir busi.
yang mahal karena yang mahal karena
memungkinkan perbaikan memungkinkan perbaikan
melalui melepas kepala silinder. melalui melepas kepala silinder.

PEMERIKSAAN KOMPONEN TEGANGAN TINGGI SISTEM PENGAPIAN


a. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran guru pembelajar dapat :
 Memeriksa kondisi isolator pada koil, tutup distributor, rotor, kabel-kabel tegangan tinggi dan
steker busi.
 Memeriksa tahanan kebel / penghantar tegangan tinggi.
b. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang baik dan
harus dipersiapkan sebelumnya adalah :
 Peralatan servis dalam kotak alat
 Ohmmeter
 Bak cuci
 Kuas
 Pistol udara
c. Bahan
Bahan yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang baik dan harus
dipersiapkan sebelumnya adalah :
 Bensin cuci, lap dan kendaraan / motor hidup
d. Langkah Kerja
 Lepas tutup distributor, rotor dan kabel-kabel tegangan tinggi. Untuk melepaskan steker busi,
jangan menarik pada kabel busi, karena kabel tersebut berinti arang sehingga mudah rusak.

 Periksa tahanan setiap penghantar tegangan tinggi, dari elektroda di dalam tutup distributor
sampai steker busi. Jika tahanan kabel lebih besar dari standar, kabel harus diganti baru.

11 | H a l
Bahan Rujukan
 Penghantar / kabel tegangan tinggi dengan tahanan yang terlalu besar (lebih dari 20 kilo Ohm)
mengakibatkan mesin sukar dihidupkan, maka kabel harus diganti.
 Lepas semua bagian dan bersihkan dengan bensin, kemudian keringkan dengan baik. Jika
membersihkan dengan menggunakan angin, doronglah arang di dalam pusat distributor, untuk
mencegah arang terlempar keluar waktu disemprot.
 Periksa kondisi isolator pada koil, rotor, tutup
distributor dan steker busi. Jika terdapat
bagian yang terbakar, maka harus diganti
baru.
 Tutup distributor harus diperiksa juga kondisi
arangnya. Jenis tutup distributor terlihat
seperti gambar dibawah ini.

Arang yang dapat bergerak. Bola arang tetap. Pasangan rotornya dilengkapi
Pasangan rotornya pejal, dengan dengan pegas daun yang berfungsi sebagai
tinggi tetap. kontak dengan arang

 Periksa kondisi isolator kabel pengapian. Kabel yang retak atau terbakar harus diganti baru,
tidak boleh diisolasi, karena isolasi biasa tidak mampu mengisolasi tegangan tinggi.
 Pasang rotor pada poros governor. Rotor yang
mempunyai kelonggaran harus diganti baru.
 Pasang tutup distributor kembali.
 Pasang / hubungkan kembali kabel-kabel tegangan
tinggi ke busi
 Hidupkan mesin sebagai kontrol.

Cara menghubungkan kabel dari tutup distributor ke busi-busi


Tutup distributor buatan Jepang biasanya ada nomor-
nomornya. Rumah distributor buatan Bosch ada tanda garis di
atas sisinya, yang menunjukkan ke silinder 1, sedangkan kabel-
kabel tegangan tinggi yang lainnya mengikuti urutan pengapian,
sesuai dengan arah putaran rotor.
Contoh : Motor 4 silinder, urutan pengapian 1 -3 - 4 - 2

12 | H a l
Bahan Rujukan
PEMERIKSAAN DAN PENGGANTIAN KONTAK PEMUTUS (PLATINA)
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran guru pembelajardapat :
 Memeriksa/ memperbaiki/ mengganti kontak pemutus
 Menyetel celah kontak pemutus dengan fuler
b. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang baik dan
harus dipersiapkan sebelumnya adalah :
 Alat tes kompresi
 Kikir kontak
c. Bahan
Bahan yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang baik dan harus
dipersiapkan sebelumnya adalah :
 Kendaraan/motor stand
 Kertas bersih
 Vet distributor
 Kertas gosok
d. Pemeriksaan awal
 Lepas tutup distributor, rotor, dan piringan tutup
 Periksa keausan kontak. Gunakan obeng untuk membuka kontak. Lihat gambar dibawah ini

Ada 2 kondisi permukan kontak pemutus :


a. Kondisi baik atau
b. Kondisi terbakar, maka kontak pemutus
perlu diganti.

c. Perbaikan/ penggantian kontak pemutus


 Lepas kabel kontak pemutus
 Lepas sekrup-sekrupnya dan keluarkan kontak pemutus
 Bersihkan plat dudukan kontak pemutus dan kam governor dengan lap

13 | H a l
Bahan Rujukan
Permukaan kontak pemutus yang masih dapat digunakan harus diratakan, kalau akan distel
dengan fuler. Bila kontak tidak rata, penyetelan dengan fuler akan menghasilkan celah yang
terlalu besar.
 Sebelum memasang kontak pemutus, beri vet pada tumit ebonit, tetapi jangan terlalu banyak.
Pakai vet khusus. Jika tidak ada, pakai vet bantalan roda.
Jika tidak ada vet pada tumit ebonit, bagian tsb. cepat aus,
maka celah kontak menjadi lebih kecil, akhirnya kontak tidak
dapat dibuka dan motor berhenti.

d. Penyetelan celah kontak pemutus dengan fuler


 Putar motor dengan tangan sampai kam dengan tumit ebonit dalam posisi seperti pada
gambar.
 Pilih fuler yang sesuai dengan besar celah kontak.
Periksa celah kontak dengan fuler yang bersih.
* Jika celah tidak baik, stel seperti berikut :
* Kendorkan sedikit sekrup-sekrup pada kontak tetap.
Stel besar celah dengan menggerakkan kontak tetap.
Penyetelan dilakukan dengan obeng pada takik penyetel.

Perhatikan pada waktu pemeriksaan celah. Jika fuler tidak dimasukkan lurus, penyetelan akan
salah.
* Kalau penyetelan sudah tepat, keraskan sekrup-sekrup pada kontak tetap.
* Putar mesin satu putaran, periksa sekali lagi besarnya celah kontak.
Perhatian
Besar celah kontak pemutus untuk kendaraan biasanya 0,4-0,5 mm.

14 | H a l
Bahan Rujukan
Kontak pemutus biasanya diganti baru setiap 20’000km.
Kontak lama dapat diratakan dengan kikir kontak atau kertas gosok, dan selanjutnya dibersihkan
dengan kertas yang bersih. Tetapi, kalau ketidakrataan kontak besar, sebaiknya kontak pemutus
diganti baru.
Jika kontak pemutus dalam waktu singkat aus, kondensator pengapian harus diperiksa.
Penyetelan baru kontak pemutus mengakibatkan perubahan saat pengapian. Maka setelah
penyetelan kontak pemutus, pekerjaan berikutnya adalah penyetelan saat pengapaian.
Hati-hati jika mengganti sekrup pengikat kontak pemutus. Jangan mengganti sekrup pengikat
kontak pemutus dengan sekrup baru yang yang lebih panjang! Ujung sekrup yang terlalu panjang
menghalangi kerja mekanisme advans vakum.

PENYETELAN KONTAK PEMUTUS DENGAN PENGETES DWEL


a. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran guru pembelajardapat :
 Menyetel celah kontak pemutus dengan pengetes dwel.
b. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang baik dan
harus dipersiapkan sebelumnya adalah :
 Pengetes dwel
 Peralatan servis dalam kotak alat
c. Bahan
Bahan yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang baik dan harus
dipersiapkan sebelumnya adalah :
 Kendaraan / mesin hidup
d. Langkah Kerja
 Lepas tutup distributor, rotor dan piringan tutup.
 Periksa celah kontak secara visual. Untuk kendaraan biasanya 0,4-0,5mm. Jika celah kontak
lebih besar atau lebih kecil, stel menurut metode yang sudah dijelaskan pada penyetelan
dengan fuler.
 Pasang pengetes dwel.
 Hubungkan kabel sekunder koil ke massa, untuk menghindarkan kerusakan koil dan bagian-
bagian elektronik.
* Start motor dan periksa sudut dwel. Jika salah, stel celah kontak sampai mendapatkan hasil
yang baik.
* Kontrol sudut dwel sekali lagi selama motor hidup (putaran idle).

15 | H a l
Bahan Rujukan

Stel jumlah
silinder

merah hitam
baterai + ke koil - massa

e. Hal-hal penting
Besar sudut dwel untuk motor 4 silinder biasanya 50-60 p.k, dan untuk motor 6 silinder 38-
42 p.k
 Kadang-kadang terjadi perubahan sudut dwel, yang tergantung pada jumlah putaran motor.
Hal itu diakibatkan oleh kebebasan plat dudukan kontak dan kebebasan poros governor.
Kalau perubahannya lebih dari 50, distributor harus dioverhaul, kecuali distributor buatan
Delco (GM) dan Ducellier (Renault). Distributor tersebut mengalami perubahan sudut dwel
pada saat advans vakum bekerja. Perubahan itu dikarenakan oleh konstruksinya.
 Perhatikan : Jangan menstarter mesin terlalu lama!
Starter menjadi sangat panas, dan baterai akhirnya
kosong.

 Perhatikan : Jangan lupa mematikan kunci kontak (OFF) saat mesin mati.
Pada saat motor mati biasanya kontak pemutus dalam kondisi tertutup. Jika kunci kontak
ternyata masih pada posisi “ON”, maka arus listrik akan selalu mengalir melalui koil, akibatnya
koil menjadi sangat panas dan kemungkinan koil bisa meledak.

PEMERIKSAAN DAN PENGGANTIAN BUSI


a. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran guru pembelajar dapat :

16 | H a l
Bahan Rujukan
 Mengganti busi
 Memeriksa keausan/kerusakan busi dan lubangnya
 Menganalisa kesalahan-kesalahan motor dari melihat muka busi
 Mengetahui cara mereparasi lubang busi
 Mengeraskan busi dengan kunci momen dan sudut putar
b. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang baik dan
harus dipersiapkan sebelumnya adalah :
 Set kunci sok
 Kunci busi ( sok )
 Pistol udara / kuas
 Kaca pembesar
 Alat penyetel busi
 Kunci momen
c. Bahan
Bahan yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang baik dan harus
dipersiapkan sebelumnya adalah :
 Buku manual / katalog busi
 Bermacam jenis busi
 Kendaraan/stan mesin/motor bensin
d. Langkah kerja
 Lepaskan steker busi. Jangan menarik pada kabel busi, karena hubungan inti arang kabel
mudah terlepas dari steker.

 Bersihkan sekeliling busi dengan semprotan udara tekan atau kuas, untuk mencegah kotoran
masuk ke dalam silinder sewaktu busi dilepas.
Lepaskan busi dengan menggunakan kunci busi. Perhatikan bahwa
kunci busi tidak miring. Kemiringan kunci busi dapat mengakibatkan
isolator busi pecah. Untuk busi yang posisinya dalam, gunakan kunci
busi yang ada magnetnya atau ada karet untuk memegang isolator,
sehingga busi tidak jatuh sendiri waktu diangkat.

17 | H a l
Bahan Rujukan
 Periksa kondisi ulir dan lubang busi. Jika ulir busi rusak, maka busi harus diganti baru.
Sedangkan jika ulir lubang busi yang rusak, dapat diperbaiki.

 Periksa muka busi! ( Bila perlu pakai kaca pembesar ). Keadaan muka busi dapat
menunjukkan kondisi motor.
 Bandingkan busi yang diperiksa dengan gambar-gambar dan keterang-an-keterangan berikut.

1). Pemasangan busi


 Ukurlah celah elektroda dengan batang pengukur atau fuler. Jika celah tidak sesuai
spesifikasi, stel dengan membengkokkan pada elektroda massa.

 Pasang busi pada motor. Mulailah menyekrupkan dengan tangan secara maksimum,
kemudian keraskan dengan kunci momen, tetapi jangan terlalu keras atau kendor. Jika posisi
busi tidak terjangkau tangan, pastikan bahwa kunci sok yang memegang busi dapat menjamin
busi tidak dapat jatuh sendiri. Didalam kunci sok biasanya terdapat magnet atau karet yang
menahan busi.

Momen pengerasan busi


Pada kepala silinder
aluminium : 15-20Nm
Pada kepala silinder besi
tuang : 20-25 Nm

 Pasang kabel-kabel busi sesuai dengan urutan pengapian (F.O). Pastikan bahwa kabel
sudah tersambung dengan baik, oleh karena sering terjadi tutup pelindung sambungan kabel
(cap) sudah terpasang, sementara kabelnya busi belum tersambung dengan baik.
 Hidupkan motor sebagai kontrol bahwa penggantian busi telah berhasil dengan baik..

18 | H a l
Bahan Rujukan
c. Hal-hal penting
Busi biasanya harus diganti setiap  20'000 km. Bila busi perlu diganti, pilihlah busi baru
yang sesuai dengan buku manual / katalog busi. Pemilihan busi yang salah dapat mengakibatkan
kerusakan motor yang serius.

Kerusakan / lubang di dalam torak disebabkan oleh knoking / detonasi. Hal itu dapat terjadi kalau
menggunakan busi yang nilai panasnya tidak tepat / terlalu panas. Nilai panas busi yang sesuai
dapat dilihat pada katalog busi / buku manual.
Ulir busi yang paling umum adalah M14 x 1.25mm.
Panjang ulir busi terdapat 3 macam :

d. Pengerasan busi dengan kunci biasa / tanpa kunci momen


Setelah busi disekrupkan dengan kekuatan tangan / tanpa kunci, selanjutnya busi dikeraskan
dengan kunci seperti gambar di bawah :

Busi dengan ring perapat perlu Busi dengan dudukan konis perlu
dikencangkan dengan memutar kunci  dikencangkan dengan memutar kunci
90o. Hanya berlaku untuk busi baru!  15o

Celah elektroda
Celah elektroda biasanya 0,7-0,8mm (lihat buku manual/katalog busi)

19 | H a l
Bahan Rujukan
Celah elektroda terlalu besar, akibatnya :
 Kebutuhan tegangan untuk meloncat-kan bunga api lebih tinggi.
Jika sistem pengapian tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut,
motor akan hidup tersendat-sendat pada beban penuh.
 Isolator-isolator bagian tegangan tinggi cepat rusak karena
dibebani tegangan pengapian yang lebih tinggi.
 Motor agak sulit dihidupkan.

Celah elektroda terlalu kecil, akibatnya :


 Bungan api lemah, tenaga motor kurang.
 Elektroda cepat kotor, khususnya pada motor 2 tak.

e. Perbaikan ulir pada lubang busi

Bila terdapat kerusakan ulir pada lubang busi, perbaiki dengan tap lubang busi yang sesuai. Lihat
gambar di bawah!
Sebelum lubang busi ditap lagi, berilah vet pada tap agar beram-beram tidak banyak jatuh ke
dalam silinder. Untuk membersihkan sisa-sisa beram yang jatuh ke dalam silinder digunakan
magnet atau dengan menstarter motor sehingga beram-beram akan terlempar keluar.

Ulir busi yang paling umum :


M14 x 1.25mm

Pada ulir lubang busi yang rusak berat, dapat dipasang sebuah bos reparasi ( bushing ) yang
sudah berulir.

20 | H a l
Bahan Rujukan
KOIL DAN TAHANAN BALLAST
a. Kegunaan Koil
Untuk mentransformasikan tegangan baterai ( 12 volt ) menjadi tegangan tinggi pada sistem
pengapian ( 5000 s.d. 25000 volt ).
b. Koil Inti Batang ( standar )
1). Keuntungan : Konstruksi sederhana dan ringkas
2). Kerugian : Garis gaya magnet tidak selalu mengalir dalam inti besi, garis gaya magnet pada
bagian luar hilang, maka kekuatan / daya magnet berkurang
c. Koil dengan Inti Tertutup
1). Keuntungan : Garis gaya magnet selalu mengalir dalam inti besi sehingga daya magnet kuat
dan mengakibatkan hasil induksi besar
2).Kerugian : Sering terjadi gangguan interferensi pada radio, tape dan TV yang dipasang pada
kendaraan / juga di rumah (TV).
d. Koil dengan Tahanan Ballast
1). Rangkaian prinsip

50 Tahanan balast

Bat Rup
R 1,5  15 1 Kondensator
ST1
ST2 + -
IG
B/AM
Primer
1,5 

Kunci kontak Sekunder Kontak


pemutus
Baterai + Koil (platina)

2). Persyaratan rangkaian tahanan ballast


Pada sistem pengapian konvensional yang memakai kontak pemutus, arus primer tidak boleh
lebih dari 4 Amper, hal ini untuk mencegah :
 Keausan yang cepat pada kontak pemutus
 Kelebihan panas yang bisa menyebabkan koil meledak ( saat motor mati kunci kontak ON )
Dari persyaratan ini dapat dicari tahanan minimum pada sirkuit primer :
Rmin = U / Imaks = 12 / 4 = 3 Ω ( Ohm )
Jadi jika tahanan sirkiut primer koil kurang dari 3 , misalnya 1,5 Ohm, maka koil harus dirangkai
dengan tahanan ballast 1,5 Ohm, sehingga tahanan total pada rangkaian primer menjadi naik
sekitar 3 Ohm. Dengan demikian maka arus primer maksimum :

21 | H a l
Bahan Rujukan
I = U/R = 12/3 = 4 A (Amper)
e. Kegunaan Tahanan Ballast
1). Sebagai pembatas arus primer

Tahanan ballast

R1 = 1,5
12 V

Kunci kontak

Kumparan primer
R2 = 1,5  ke kontak pemutus,
arus max. yang
diperbolehkan  4 A
Contoh :
Dari gambar diatas,
Diketahui : U = 12 V ; I= 4 A ; R2 = 1,5 Ohm
Ditanya : R1 = ……Ohm
Jawaban :
U 12
R maks  3
I 4
R1 dan R2 dirangkaikan seri, maka : R = R1 + R2

R1 = R – R2 = 3 – 1,5 =1,5 

Kesimpulan dari perhitungan diatas adalah :


 Tahanan total R = 3 Ohm supaya arus primer maksimum tidak lebih dari 4 A.
 Supaya tahanan total R = 3 Ohm, maka harus dipasang tahanan balas R1=1,5  jika pada
sistem pengapian konvensional didapatkan (diukur) tahanan primer R2=1,5 
 Jika pada sistem pengapian konvensional didapatkan (diukur) tahanan primer R2=3 , maka
tidak perlu dipasang tahanan balas. Jika dipasang tahanan balas R1=1,5  pada koil dengan
tahanan primer R2=1,5 , maka tahanan total menjadi R = R1 + R2 = 1,5 + 3 = 4,5 , maka
arus primer menjadi kecil, akibatnya pengapian lemah, mesin sulit hidup, tenaga kurang dan
U 12
boros. I  maks   2,67 A (kurang dari 4 A)
R 4,5
2). Kompensasi panas
Pada koil yang dialiri arus, timbul panas akibat daya listrik. Daya panas pada koil tergantung dari
besarnya arus yang lewat dan tahanan primer koil. Dengan menempatkan sebagian tahanan
primer diluar koil (terdapat pada tahanan ballast), sebagian panas yang seharusnya berada di

22 | H a l
Bahan Rujukan
dalam koil, pindah ke tahanan ballast, sehingga panas koil berkurang/mencegah kerusakan koil
lebih cepat. Perhatikan contoh perhitungan berikut ini.

Diketahui :
 Kuat arus yang mengalir pada koil I = 4 A
 Tahanan primer koil A ( R2A ) = 1,5  dan tahanan ballast ( R1 ) = 1,5 
 Tahanan primer koil B ( R2B ) = 3 
Ditanya :
a. Daya panas pada koil A
b. Daya panas pada tahanan ballast
c. Daya panas pada koil B jika tahanan primer koil R2=3  (tanpa tahanan balast)
Jawaban :
a. Daya panas koil A (rangkaian dengan tahanan balast, karena R2A=1,5 ) :
P koil A = I2  R2 = 42 . 1,5 = 24 watt
b. Daya panas pada tahanan ballast :
Pballast = I2 .R1 = 42 . 1,5 = 24 watt
c. Daya panas pada koil B (rangkaian tanpa tahanan balast, karena R2B=3 ) :
P koil B= I2  R2 = 42 . 3 = 48 watt
Kesimpulan :
Dengan kuat arus primer yang sama I = 4 A, maka daya panas koil dengan tahanan primer R2 =
1,5  (rangkaian dengan tahanan ballast) akan lebih kecil daripada daya panas pada koil dengan
tahanan primer R2 = 3  (rangkaian tanpa tahanan ballast). P koil A = 24 watt < P koil B = 48 watt.

f. Rangkaian Penambahan Start


Selama motor distart, tegangan baterai akan turun karena penggunaan beban starter dengan
arus yang besar. Dengan turunnya tegangan baterai saat starter, maka besarnya arus primer
turun, akibatnya kemampuan pengapian berkurang.
Untuk mengatasi turunnya arus primer, koil dapat dihubungkan langsung dengan tegangan
baterai selama motor distater, tanpa melewati tahanan ballast, sehingga tahanan primer
berkurang dan akibatnya arus primer naik, kemampuan pengapian tetap. Rangkaian
penambahan start hanya bisa dirangkaikan pada rangkaian primer yang menggunakan tahanan
ballast.
Rangkaian Sirkuit Primer pada Saat Starter
Arus primer mengalir dari : Baterai +, kunci kontak ST2, langsung ke kumparan primer
1,5 Ohm, ke kontak pemutus, ke massa dan kembali ke batetai - , dst. Dengan demikian maka
tahanan primer pada saat starter adalah 1,5 Ohm (bukan 3 Ohm) karena tidak melewati

23 | H a l
Bahan Rujukan
tahanan ballast. Misalnya saat starter tegangan baterai turun menjadi 10 volt, maka arus primer
saat starter :
I = U / R = 10 / 1,5 = 6,67 A
Besarnya arus primer saat starter lebih besar dari 4 A, maka motor mudah dihidupkan saat
starter.

1). Rangkaian Penambahan Start melalui Terminal ST 2

Ke motor stater

15
30

Kp
- +

12 V

2). Penambahan Start melalui Terminal Motor Starter

50 ST

15 IG

30 B

Saat starter, arus mengalir dari : Baterai +, kunci kontak (30 B dan 50 ST), motor starter ( selain
untuk starter juga untuk ke rangkaian primer koil ), kumparan primer koil, kontak pemutus, massa
dan kembali ke baterai., dst. Arus primer tidak melewati tahanan ballast. Sehingga tahanan sirkuit
primer saat starter bukan 3 Ohm, tetapi 1,5 Ohm, sehingga meskipun tegangan baterai turun
saat starter, arus primer masih cukup baik untuk pengapian.

24 | H a l
Bahan Rujukan
3). Tahanan Ballast di Dalam Koil
Saat starter, arus mengalir dari : Baterai +, kunci kontak ( 30 B dan ST 2 ), kumparan primer koil
(+), kontak pemutus (kp), massa dan kembali ke baterai, dst.

Motor stater
dari IG
+ -
ST1 B dari ST
ST2
IG
B
Koil ke
Platina
+

Saat starter Saat motor hidup


4). Penambahan Start dengan Menggunakan Relai

ACC
ST
IG
B

Kontak + _

Relai
Kumparan

Baterai +
Cara kerja relai :
Jika kumparan relai dilewati arus, maka timbul magnet, akibatnya akan menarik kontak,
sehingga kontak dapat mengalirkan arus.
Saat starter :
Arus mengalir dari baterai + ke kunci kontak ( B dan ST ), ke kumparan relai dan ke massa. Maka
kumparan relai menjadi magnet, sehingga mampu menarik / menghubungkan kontak relai.
Akibatnya arus dari baterai + mengalir melewati kontak relai, kumparan primer koil, kontak
pemutus, massa dan kembali ke baterai, dst. Jadi pada saat starter arus primer tidak melewati
tahanan ballast.

25 | H a l

Anda mungkin juga menyukai