Anda di halaman 1dari 35

Landasan Peta Jalan Pendidikan

(Pembukaan UUD NRI Tahun 1945)

• Melindungi segenap bangsa


Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
• Memajukan kesejahteraan umum. landasan Peta Jalan
Pancasila • Mencerdaskan kehidupan bangsa. bagi Pendidikan
• Ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Pemetaan Istilah

Grand Design RPJPN RPJMN

Peta Jalan
Blue Print Master Plan
(Road Map)

Catatan:
Apa Makna Masing-masing Istilah Di Atas?
Perbedaan GBHN dan RPJP

GBHN RPJPN

Repelita RPJMN
Perencanaan Peta Jalan Pendidikan Indonesia

Apakah
Perencanaan
Peta Jalan Strategis?
Pendidikan
Indonesia Apakah
Perencanaan
Teknis?
Urgensi Peta Jalan Pendidikan Indonesia
Peta jalan pendidikan menjadi instrumen penting guna
mengejawantahkan salah satu tujuan nasional Indonesia (national
interest) sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Peta jalan pendidikan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat
esensial agar perencanaan pembangunannya tepat, terarah, dan
berkelanjutan.

Peta jalan pendidikan ditujukan untuk menentukan seperti apa rancang


Urgensi PJP bangun atau profil sumber daya manusia Indonesia akan dibentuk.

Regulasi terkait pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya


menyelesaikan berbagai persoalan pendidikan secara mendasar.

Tantangan adanya bonus demografi di era Indonesia emas 2045.


Regulasi atau Landasan Hukum
Peta Jalan Pendidikan Indonesia

UNDANG-UNDANG?

Bentuk PERATURAN PEMERINTAH?


Regulasi
PJP
PERATURAN PRESIDEN?

PERATURAN MENTERI?
Peta Jalan Pendidikan Merujuk RPJP dan RPJM

rumusan detail
Diatur Dalam Road Map/Peta
Bentuk Peraturan Jalan Pendidikan
RPJP
20 Tahun
Presiden (Perpres) (20 Tahun) secara sektoral dari

rujukan bagi

RPJM
5 Tahun
Substansi Peta Jalan Pendidikan

Substansi Road Rangkaian Rencana Induk didukung


Kajian Aspek
Map/Peta Jalan Pendidikan Nasional
(20 Tahun) oleh Akademik
Pendidikan

Pencapaian Tujuan Pendidikan


Dari Masa Ke Masa
Landasan Filosofis

Landasan Yuridis
Tahapan-Tahapan

Target Landasan Sosiologis

Strategi Landasan Akademis Yang Kuat


Seperti Teori-teori Pendidikan
Kebijakan

Rencana Aksi
Sektor Pendidikan dalam Pembangunan Jangka Panjang (PJP)
Tahun 2005 – 2025

Pembangunan Politik

Pembangunan Pertahanan dan Keamanan

Pembangunan Hukum dan Penyelenggaraan


Negara

Secara eksplisit Pembangunan Sosial Budaya


setiap aspek Secara tertulis aspek
pembangunan Pembangunan Sumber Daya Manusia
pendidikan terdapat
mengamanatkan dalam bidang
pentingnya Pembangunan Ekonomi pembangunan SDM.
pendidikan.
Pembangunan Daerah

Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan Sumber Daya Alam dan


Lingkungan Hidup

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025.


Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang Bidang SDM
(Dalam RPJP 2005-2025)
VISI
• Terwujudnya manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif dan berakhlak
mulia.
ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
• Secara umum, arah pembangunan jangka panjang bidang SDM adalah peningkatan
kualitas SDM, yang dilakukan melalui peningkatan akses, pemerataan, relevansi, dan
mutu pelayanan sosial dasar, termasuk pendidikan dan kesehatan, peningkatan
kualitas dan daya saing tenaga kerja, dan peningkatan kualitas kehidupan dan
kerukunan kehidupan umat beragama, seiring dengan upaya pengendalian jumlah
dan laju pertumbuhan penduduk, serta penataan persebaran dan mobilitas
penduduk, yang mengikuti pembangunan wilayah dan sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan, untuk mencapai terwujudnya manusia Indonesia yang
sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia.

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025.


Kerangka Pikir
RPJMN Tahun 2020-2024

Catatan:
• Sektor Pendidikan secara khusus
masuk ke dalam “Pembangunan
SDM” sebagai salah satu Arahan
Presiden dan masuk ke dalam
Agenda Pembangunan yakni
“Meningkatkan Sumber Daya
Manusia yang Berkualitas dan
Berdaya Saing”.
• Namun pentingnya Pendidikan
tergambar dalam Kelima Aspek
Arahan Presiden dan Tujuh Agenda
Pembangunan.

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024


Pendidikan dalam Strategi Pembangunan SDM
(RPJMN Tahun 2020-2024)

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024


Agenda Pembangunan dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia
yang Berkualitas dan Berdaya Saing (Dalam RPJMN Tahun 2020-2024)

• Peningkatan kualitas dan daya saing SDM yaitu manusia yang sehat
dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter, melalui:
1) Pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan;
2) Penguatan pelaksanaan perlindungan sosial;
3) Peningkatan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan
semesta;
4) Peningkatan pemerataan layanan pendidikan berkualitas;
5) Peningkatan kualitas anak, perempuan, dan pemuda;
6) Pengentasan kemiskinan; dan
7) Peningkatan produktivitas dan daya saing.

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024


Arah Kebijakan dan Strategi Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing
(Dalam RPJMN Tahun 2020-2024)
1. Melalui Pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kerjasama industri, mencakup:
a) Peningkatan peran dan kerja sama industri/swasta dalam pendidikan dan pelatihan vokasi, meliputi pengembangan sistem
insentif/regulasi untuk mendorong peran industri/swasta dalam pendidikan dan pelatihan vokasi; peningkatan peran daerah
dalam koordinasi intensif dengan industri/swasta untuk pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi di wilayahnya; dan
pemetaan kebutuhan keahlian termasuk penguatan informasi pasar kerja;
b) Reformasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi, meliputi penguatan pembelajaran inovatif dengan penyelarasan
program studi/bidang keahlian mendukung pengembangan sektor unggulan dan kebutuhan industri/swasta; penyelarasan
kurikulum dan pola pembelajaran sesuai kebutuhan industri; penguatan pembelajaran untuk penguasaan karakter kerja,
softskills dan bahasa asing; penguatan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan vokasi sistem ganda (dual TVET system) yang
menekankan pada penguasaan keterampilan berbasis praktik dan magang di industri; perluasan penerapan teaching
factory/teaching industry berkualitas sebagai salah satu sistem pembelajaran standar industri; revitalisasi dan peningkatan
kualitas sarana dan prasarana pembelajaran dan praktek kerja pendidikan dan pelatihan vokasi sesuai standar; peningkatan
kerja sama pemanfaatan fasilitas praktik kerja di industri, termasuk unit produksi/ teaching factory/teaching industry;
penguatan pelatihan kecakapan kerja dan kewirausahaan di sekolah, madrasah, dan pesantren; peningkatan fasilitasi dan
kualitas pemagangan; dan penyusunan strategi penempatan lulusan;
c) Peningkatan kualitas dan kompetensi pendidik/instruktur vokasi, terutama dengan peningkatan pelatihan pendidik/instruktur
vokasi sesuai kompetensi; peningkatan keterlibatan instruktur/praktisi dari industri untuk mengajar di satuan pendidikan dan
pelatihan vokasi; dan peningkatan pemagangan guru/instruktur di industri;
d) Penguatan sistem sertifkasi kompetensi vokasi, terutama dengan pengembangan standar kompetensi sesuai kebutuhan
industri; penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas pelaksanaan sertifkasi profesi; dan sinkronisasi sistem sertifkasi
yang ada di berbagai sektor; dan
e) Peningkatan tata kelola pendidikan dan pelatihan vokasi, terutama dengan pengendalian ijin pendirian satuan pendidikan
vokasi baru dan program studi yang tidak sesuai standar dan kebutuhan industri/pasar kerja; peningkatan penilaian kualitas
satuan pendidikan melalui akreditasi program studi dan satuan pendidikan vokasi; pengaturan untuk fleksibilitas pengelolaan
keuangan pada unit produksi/teaching factory/teaching industry; pengembangan skema pendanaan peningkatan keahlian;
pembentukan lembaga single oversight di tingkat nasional yang mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan vokasi; dan peningkatan akses ke pelatihan vokasi melalui penerapan Kartu PraKerja.

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024


Sasaran, Indikator, dan Target Aspek Pendidikan dalam Agenda Pembangunan
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing
(Dalam RPJMN Tahun 2020-2024)
No. Indikator Baseline 2019 Target 2024

1. Bantuan bersyarat bagi keluarga untuk kesehatan dan 10 10


pendidikan (juta KK)
2. Persentase anak dengan disabilitas usia sekolah yang memiliki 37,5 50
akses terhadap layanan pendidikan dasar (%)
3. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 8,52 tahun 9,18
(Tahun) (Susenas, 2018)
4. Harapan Lama Sekolah (Tahun) 12,92 tahun 13,89
(Susenas, 2018)
5. Tingkat Penyelesaian Pendidikan (%)
a. SD/MI/ sederajat 91,80 94,78
b. SMP/MTs/ sederajat 81,70 89,49
c. SMA/SMK/MA/sederajat 61,52 76,47
(Susenas 2018)
6. Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi (PT) (%) 30,19 37,63
(Susenas 2018)
7. Persentase anak kelas 1 SD/MI/SDLB yang pernah mengikuti 63,34 72,77
pendidikan anak usia dini (%) (Susenas, 2018)
8. Rasio Angka Partisipasi Kasar (APK) 20 Persen Termiskin dan
20 Persen Terkaya
a. SMA/SMK/MA/Sederajat 0,67 0,78
b. Pendidikan Tinggi 0,16 0,23
(Susenas 2018)
Sasaran, Indikator, dan Target Aspek Pendidikan dalam Agenda Pembangunan
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing
(Dalam RPJMN Tahun 2020-2024)
No. Indikator Baseline 2019 Target 2024

9. Nilai rata-rata hasil PISA:


a. Membaca 371 396
b. Matematika 379 388
c. Sains 396 402
10. Proporsi Anak di Atas Standar Kompetensi Minimum dalam
Test PISA (%):
a. Membaca 30,1 34,1
b. Matematika 28,1 30,9
c. Sains 40,0 44,0
11. Proporsi Anak di Atas Batas Kompetensi Minimal dalam
Asesmen Kompetensi (%):
a. Literasi 53,2 61,2
b. Numerasi 22,9 30,1
12. Persentase angkatan kerja berpendidikan menengah ke atas 43,72 49,8
(%) (Sakernas, 2019)
13. Persentase lulusan pendidikan vokasi yang mendapatkan 46,60 52,6
pekerjaan dalam 1 tahun setelah kelulusan (%) (Sakernas, 2019)
14. Persentase lulusan PT yang langsung bekerja dalam jangka 64,3 66,7
waktu 1 tahun setelah kelulusan (%) (Sakernas, 2019)
15. Jumlah PT yang Masuk ke dalam World Class University
a. Top 200 1
b. Top 300 1 2
c. Top 500 2 3
Catatan Penting:

• Istilah “Peta Jalan” tidak ditemukan dalam Dokumen RPJP dan


RPJM.
• Melihat tidak adanya sektor pendidikan secara khusus dalam
RPJP dan RPJM, maka pembentukan Peta Jalan Pendidikan
menjadi penting.
• Posisi Peta Jalan Pendidikan harus mengacu dan menjabarkan
Visi, Arah, Strategi, dan Target dari Aspek Pendidikan yang
tercantum dalam RPJP dan RPJM.
• Periode atau Jangka Waktu Peta Jalan Pendidikan menyesuaikan
dengan Periode/Jangka Waktu RPJP (20 Tahun).
• Perlu adanya pembentukan Peta Jalan NKRI terlebih dahulu yang
kemudian diderivasikan ke dalam Peta Jalan Per-bidang/Per-
sektor.
• Perlu adanya regulasi untuk mengatur Peta Jalan Pendidikan.
Kondisi SDM dan Tantangan Ketenagakerjaan di Era Pandemi
(Bahan Tayang Dirjen Pendidikan Vokasi Kembdikbud RI 2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Masih di


Dominasi Lulusan SMK Sebesar 8,49%
Sumber: Bahan Tayang Dirjen Pendidikan Vokasi Kembdikbud RI 2021
Sumber: Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi 2020-2024
Sumber: Bahan Tayang Dirjen Pendidikan Vokasi Kembdikbud RI 2021
Pengembangan Bidang-Bidang Vokasi
di Era Revolusi Industri 4.0

Ahli Media

Digital Cyber
Market Security

Digital
Content
Public
Creator
Relations
Sumber: Wawancara Cecep Darmawan dalam Majalah Kemdikbud Tahun 2019
Tantangan Utama Pendidikan Vokasi
• Sekolah selama ini lebih diarahkan kepada pendidikan yang sifatnya akademik.
Pendidikan vokasi selayaknya menjadi andalan bagi sekolah-sekolah di berbagai daerah.
• Para penentu kebijakan dan pelaksana pendidikan vokasi harus merubah mindsetnya,
bahwa pendidikan vokasi memiliki poin amat penting dan bergengsi bagi pembukaan
lapangan kerja baru dan mendorong sektor industri yang dapat mendongkrak
perekonomian bangsa secara signifikan.
• Mindset sebagian masyarakat yang masih berpandangan bahwa pendidikan vokasi
merupakan pendidikan kelas dua, dibandingkan dengan pendidikan akademik.
• Peminat terhadap pendidikan vokasi tidak sebanyak pendidikan akademik.
• Masih belum optimalnya partisipasi dan dukungan dunia industri dan dunia usaha
dalam menopang kemajuan pendidikan vokasi.
• Keterlibatan pemda dan pihak swasta di daerah masih belum optimal, sehingga
pendidikan vokasi terkesan jalan di tempat dan mengalami berbagai hambatan.
• Masih belum memadainya fasilitas praktikum dan infrastruktur secara massif yang bisa
diakses oleh para pelajar vokasi, sehingga berimbas kepada kualitas dan kompetensi
alumninya.

Sumber: Wawancara Cecep Darmawan dalam Majalah Kemdikbud Tahun 2019


Upaya Untuk Menyelesaikan Tantangan Pendidikan Vokasi
• Perlu adanya upaya agar bidang vokasi di Indonesia menjadi andalan bangsa ini dan menjadi
bangsa yang ramah vokasi.
• Perlu pemetaan vokasi apa saja yang perlu didrive atau didorong agar vokasi yang
dikembangkan sesuai dengan tuntutan masa depan yang kreatif, inovatif, punya nilai novelty
dengan tetap bernilai kearifan lokal dan keindonesiaan.
• Vokasi membutuhkan kreatifitas dan daya imajinasi kaum milenial.
• Bidang vokasi baik di persekolahan dan perguruan tinggi harus dirancang dengan kurikulum
yang berorentasi masa depan.
• Perlu adanya strategi agar lulusan SMK tindak menyumbang angka pengangguran tertinggi.
• Reevaluasi dan reorientasi SMK-SMK di daerah yang disesuaikan dengan tuntutan masyarakat
lokal serta berkesuaian dengan arah pendidikan dan jenis pekerjaan masa depan.
• Vokasi di SMK harus ada terobosan, selain kurikulumnya harus berorentasi masa depan, juga
dirancang model softskill yang baik agar para alumninya kelak menjadi wirausahawan atau
enterpreneur yang menciptakan sebanyak-banyaknya lapangan pekerjaan.
• Perlu ada pemetaan SMK mana dengan spesialisasi pendidikan vokasi bidang apa. Jangan
sampai SMK menyelengarakan pendidikan vokasi yang seragam dan akhirnya jenuh serta hilang
keunggulannya.
• Vokasi harus juga menyentuh sektor vokasi yang bersifat informal.

Sumber: Wawancara Cecep Darmawan dalam Majalah Kemdikbud Tahun 2019


Masalah Utama Penyerapan Lulusan SMK Dalam Dunia Kerja

• Masalah utamanya pemerintah dan pemerintah daerah tidak memilki pemetaan yang
baik sebelum pendirian SMK-SMK di daerah.
• Tumpang tindih jurusan dan peminatan di SMK.
• Sebaran pembangunan SMK tidak berbasis kearifan lokal dan kebutuhan pasar
industri.
• Masalah kurikulum yang belum link and macth dengan dunia industri.
• Kurikulum pun belum fleksibel terhadap kebutuhan industri.
• Rendahnya mutu sebagian SMK akibat kurangnya quality control dan quality
assurance pemerintah dan pemda terhadap penyelenggaran SMK dan lulusannya.
• Masih ditemukan fasilitas-fasilitas SMK yang belum memadai dan masih adanya gap
antara jumlah lulusan SMK dengan lapangan kerja yang tersedia.
• Adanya perubahan lapangan kerja yang lebih membutuhkan sektor jasa dan
perdagangan. Sementara lulusan SMK masih dominan di bidang manufaktur.
• Masih ditemukan kualitas guru yang masih harus ditingkatkan.
• Minat sebagian siswa pada pendidikan SMK belum sebaik minat melanjutkan ke
SMA, sehingga kerap melanjutkan ke SMK merupakan pilihan kedua.

Sumber: Wawancara Cecep Darmawan dalam Majalah Kemdikbud Tahun 2019


Strategi Link and Match Agar Lulusan SMK Lebih Mudah
Terserap Pada Pasar Kerja

• Melakukan reevaluasi terlebih dahulu semua SMK dan sesuaikan dengan standar nasional
pendidikan.
• Mengubah kurikulum SMK yang sesuai dengan tuntutan industri (fleksibilitas kurikulum).
• Perlu adanya sistem magang mulai tingkat awal para siswa sudah ada di industri.
• SMK yang tidak memiliki mitra industri, maka tidak perlu diperpanjang ijin
opersionalnya.
• Meningkatkan SDM guru dengan berbagai langkah strategis, yang memiliki standar
nasional dan internasional.
• Melakukan terobosan melalui program ikatan dinas dengan perusahaan, yakni lulusan
SMK langsung kerja sesuai dengan kebutuhan dengan syarat dan ketentuan sesuai dengan
perjanjian antara pihak sekolah, pemda,dan industri.
• Mengembangkan SMK yang berkarakter unik dan khas sesuai dengan karakteristik SDA,
demografi dan topografi serta pengembangan industri di daerah.
• Perlu dibangun SMK berbasis industri teknologi dan industri kreatif.
• Kerjasama SMK dan industri sebaiknya dilakukan melalui pendekatan pelatihan berbasis
kompetensi (competency based training), ditujukan untuk mengeliminir ketimpangan
antara dunia akademik SMK dengan dunia kerja di industri.

Sumber: Wawancara Cecep Darmawan dalam Majalah Kemdikbud Tahun 2019


Lampiran-Lampiran
Opini Penulis di Harian
Umum Republika, 23
November 2020.
Link Opini:
https://www.republika.co.id/berita/qk8lg02
82/peta-jalan-pendidikan-indonesia
Laporan Singkat RDPU Panja
Peta Jalan Pendidikan
Komisi X DPR RI
Selasa, 17 November 2020
Link Dokumen:
https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/K10-
14-63fa260d2a0551e0fab73cc2ac1a3ba0.pdf
PETA jalan pendidikan (PJP) merupakan bagian dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang statusnya
berada di bawah undang-undang. Untuk itu diusulkan agar
rencana penyusunan PJP diatur dalam peraturan presiden
(perpres).

“Saya melihat kalau peta jalan ini menjadi rujukan (RPJPN), kan
ini teknis, saya malah melihat mungkinkah peta jalan itu di bawah
undang-undang. Nah, ini kalau boleh diatur oleh perpres seperti
RPJM,” ungkap Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI), Bandung, Cecep Darmawan, dalam rapat dengar pendapat
bersama Komisi X DPR RI.

Menurut Cecep, dengan diaturnya peta jalan dalam perpres, hal itu
akan lebih cair dan bukan sekadar aturan teknis di kementerian.
Peta jalan lebih bersifat mendetailkan RPJPN secara sektoral.Bila
peta jalan menjadi turunan RPJPN, lanjutnya, seharusnya
diberlakukan 20 tahun ke depan.

Secara substansi, peta jalan pun harus didukung kajian aspek


akademik.“Kajian akademik dan untuk 20 tahun ke depan, supaya
bila ganti pimpinan, menteri tidak „ujug-ujug‟ ada kebijakan baru
yang tidak ada kaitannya dengan kebijakan sebelumnya,”
imbuhnya.

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/humaniora/361784/ahli-setuju-perpres-atur-pjp
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Cecep Darmawan menilai, penyusunan rancangan
Peta Jalan Pendidikan Nasional belum masif melibatkan para pihak
terkait. Mulai dari guru melalui asosiasi/organisasi profesi, dosen,
pakar pendidikan, akademisi, pengamat, perguruan tinggi, hingga
pemerintah daerah seharusnya diikutkan membahas peta jalan
pendidikan nasional sejak penyusunan rancangannya.

"Bahkan mulai dari judulnya apa seharusnya sudah dilibatkan. Kalau


menyusun kebijakan kan gitu, dibuka dulu ke publik mana hasil riset,
digodok dulu. Ini kan enggak, tahu-tahu draf ada saja di publik," ujar
Cecep saat dihubungi Republika.

Menurut dia, draf peta jalan yang sudah ada perlu dirombak
total atau dibuat ulang. Rancangan peta jalan pendidikan nasional
ini pun sudah membuat gaduh masyarakat Indonesia karena
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak
memasukkan frasa agama.

Cecep meminta, proses penyusunan peta jalan pendidikan yang akan


berlaku selama 15 tahun itu berlangsung transparan. Ia menyarankan,
tim ahli dari Kemendikbud terbuka dari berbagai perguruan tinggi.
"Jadi, Pak Menteri harus detail dan tahu bagaimana persoalan-
persoalan, dari tim intinya Pak Menteri harus ditambah lah orang-
orangnya dari perguruan tinggi," kata Cecep.

Sumber: https://www.republika.co.id/berita/qpuwpt396/peta-jalan-pendidikan-nasional-belum-masif-libatkan-guru
PENDIDIKAN merupakan proses penting dalam mencetak
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu membawa
bangsa ke arah yang lebih baik. Oleh sebab itu, Guru besar
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Cecep Darmawan
mengatakan, diperlukan grand design atau peta jalan pendidikan
yang sesuai dengan visi bangsa yang tertuang dalam rencana
pembangunan jangka menengah (RPJM) dan rencana
pembangunan jangka panjang (RPJP) nasional.

“Kementerian harusnya melihat dokumen-dokumen perencanaan


itu kemudian ditarik benang merahnya, sehingga goal (target) dari
peta jalan itu jelas,” kata Cecep kepada Media Indonesia.

Lebih lanjut dia menjelaskan, peta jalan pendidikan harus


memiliki karakter yang visioner, minimal untuk 25 tahun ke
depan. Selain berpandangan ke depan, dalam merancang peta
jalan pemerintah juga perlu melihat kebelakang/mengevaluasi
capaian dan kelemahan pendidikan di masa lalu.

“Jadi jangan sampai merumuskan sesuatu yang memang kita


tidak bisa menemukan jalan itu akhirnya jalan buntu. Jangan
terlalu ngawang-ngawang tapi juga jangan terlalu praktis, lebih ke
pemikiran filosofis. SDM pendidikan yang seperti apa yang
paripurna 2045,” ujarnya.

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/humaniora/350643/peta-jalan-pendidikan-harus-relevan-dengan-rencana-pembangunan
Jakarta, Borneo24.com – Direktur Center for Educational Quality
Improvement (CeQu) Darul Hikam Bandung, Cecep Darmawan
mengatakan penyusunan peta jalan pendidikan nasional adalah
suatu kebutuhan mendesak. Peta jalan pendidikan harus dibuat
untuk memberikan tuntutan pendidikan nasional ke depannya.

“Arah dalam membangun grand design sistem pendidikan nasional


bangsa Indonesia yang handal dan responsif terhadap
perkembangan zaman yang semakin akseleratif dewasa ini,” kata
Cecep, dalam keterangannya, Minggu (08/11/2020).

Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini mengatakan,


pendidikan harus disiapkan menghadapi abad 21 dan era industri
4.0 menyongsong masyarakat 5.0. Hal ini harus direspon secara
profesional oleh segenap elemen Bangga Indonesia.

Selain itu, pembangunan bidang pendidikan tak terpisahkan dari


pembangunan nasional. Cecep menegaskan, pembangunan
pendidikan harus terus dilakukan secara lebih terarah untuk
menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas dan kompetitif di
masa depan.

Segala persiapan ini harus terarah sehingga penyusunan peta jalan


untuk pendidikan nasional merupakan hal yang wajib dilakukan.
Cecep mengatakan, persiapan ini penting dalam rangka menjaga
eksistensi dan kelangsungan Bangsa Indonesia ke depan. “Dengan
pendidikan yang berkualitas, akan semakin mempertegas daya saing
(competitiveness) bangsa Indonesia di tengah percaturan global saat
ini,” kata Cecep menambahkan.
Sumber: https://borneo24.com/pendidikan/menuju-sistem-pendidikan-nasional-lebih-handal-dan-responsif
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai